YAHUDI MENGGENGGAM DUNIA
(BAGIAN IV)
WILLIAM G. CARR
VIII. HITLER DAN PERISTIWA YANG
MENYEBABKAN PECAHNYA PERANG
DUNIA II
Kita sampai pada tahap baru dalam sejarah umat manusia yang punya anti
tersendiri bagi generasi sekarang. Tahap ini merupakan lembaran dunia baru
dari akibat yang langsung kita rasakan. Yaitu tahapan yang dimulai sejak pra
Perang Dunia I sampai Perang Dunia II.
Pada bab terdahulu sudah kita bicarakan tentang kondisi dunia dan tentang sisi
gelap politik Eropa. Telah diketengahkan, bagaimana para pemilik modal
internasional mengembalikan kekuatan militer dan industri Jerman, tanpa ada
reaksi dari Stalin dan dunia Barat di tengah-tengah bahaya yang terus
meningkat. Kita jelaskan pula sebab dan latar belakang yang membuat Stalin
mengambil kebijakan untuk melatih dan mempersenjatai para perwira
angkatan bersenjata Jerman mendatang. Data-data itu telah lama diketahui oleh
agen-agen rahasia di seluruh dunia. Juga kegiatan lembaga keuangan besar di
Eropa dan Amerika yang telah memberikan kredit besar-besaran kepada
industri Jerman yang Sedang bangkit itu, untuk membuka jalan bagi lahirnya
militerisme Jerman di bawah pimpinan Hitler. Namun kita harus tahu, bahwa
faktor yang sebenarnya menaikkan bintang Hitler dan suhu kondisi Eropa
adalah sisi gelap dari kondisi politik yang ada antara tahun 1924-1934.
Bangsa Jerman keluar dari perang penuh dengan kepahitan, dan perjanjian
Versailles menjerat Jerman dengan rantai berupa kewajiban negara yang kalah
perang dan kekacauan sosial melanda negara itu, serta sistem pemerintahannya
runtuh berkeping-keping, betapa pun bangsa Jerman dikenal sebagai bangsa
yang ulet dan rajin bekerja. Kepedihan itu makin bertambah dengan
meningkatnya kekacauan dan penghinaan yang dilontarkan oleh negara-
negara sekutu yang Jerman tidak mampu membalasnya. Marah dan dendam
terus ditahan, sambil melihat dengan berat kenyataan yang ada di hadapannya.
Mayoritas bangsa Jerman tahu, bahwa angkatan bersenjatanya belum kalah
perang. Jerman belum menyerah, bahkan bisa dikatakan lebih mendekati
kemenangan. Jerman lah yang melakukan penyerbuan dari segala penjuru
tahun 1918, yaitu pada akhir Perang Dunia I. Dengan kata lain, Jerman pada
masa akhir perang itu masih tetap merupakan pihak yang mengambil prakarsa.
Akan tetapi, Jerman ditikam dari belakang oleh kelompok Yahudi, yang
membuat onar dan kekacauan dalam jajaran angkatan bersenjata Jerman, dan
bergabungnya Amerika ke dalam barisan sekutu dari faktor luar.
Kepemimpinan Roza Luxemburg beserta para pendukung Yahudinya dari
partai Komunis Jerman, peran kaum Komunis yang membuat kekacauan di
Jerman, disusul dengan pemberontakan Komunis, semua itu merupakan
kenangan abadi yang pahit bagi Jerman, bahwa orang Yahudi di mata mereka
adalah sekutu musuh Jerman.
109
Perjanjian Versailles muncul pada saat kondisi psikologis, politik dan sosial
dalam keadaan tidak menentu, penuh dengan dendam kesumat yang
dieksploitasi oleh para pemilik modal internasional, yang akhirnya semua itu
dapat terungkap. Semangat anti Yahudi tumbuh subur mewarnai aspirasi
nasional bangsa Jerman secara menyeluruh.
A. Faktor Ekonomi
Bukan hanya rakyat jelata Jerman yang mengalami perasaan seperti itu. Para
cendekiawan khususnya di kalangan pemerintahan, dan para ahli ekonomi itu
juga merasakan hal itu. Akan tetapi, perhatian mereka dicurahkan ke masalah
vital lainnya, yaitu masalah ekonomi. Mereka menyadari adanya jurang yang
membuat Jerman terperosok kedalamnya, setelah para pemilik modal
internasional menguasai perekonomian negara itu, sehingga Jerman secara
ekonomi menggantungkan diri kepada kredit luar negeri, yang ada
hubungannya secara langsung dengan lembaga keuangan internasional lewat
bank negara-negara besar. Para cendekiawan dan politisi Jerman bukan tidak
tahu adanya bahaya hutang-piutang semacam itu yang mencekik leher, ibarat
tangan ikan gurita yang melilit mangsanya sedikit demi sedikit yang akhirnya
bisa mematikan itu. Bunga kredit itu, dan bunga dari bunganya senantiasa
bertambah terus menerus, yang akhirnya berkembang menjadi berlipat ganda
dari kredit semula. Untuk membayar kredit itu pemerintah terpaksa menaikkan
pajak yang dikenakan pada rakyatnya dari hasil pertanian, industri,
perdagangan dan income nasional. Dengan kata lain, arti kredit itu tidak lain
adalah perbudakan nasional bagi seluruh rakyat.
Melihat kenyataan seperti itu, para cendekiawan dan politisi Jerman menyadari
bahaya cekikan perekonomian negara. Mereka segera mengadakan
kesepakatan untuk mencari jalan keluar, yang bisa menyelamatkan Jerman dari
ancaman bahaya di atas. Dengan demikian, iklim pembebasan krisis ekonomi
telah lahir untuk menyambut setiap langkah yang bisa menyelamatkan Jerman
bersama rakyatnya. Muncullah Hitler dengan Nazismenya yang menyerukan
kebangkitan Jerman dalam segala aspek kehidupan termasuk membebaskan
diri dari ikatan pihak asing, dan mencetak mata uang sendiri, tanpa bergantung
pada kredit. Ia segera mendapat dukungan penuh dari bangsa Jerman. Langkah
pertama yang dilakukan adalah mengatur income nasional, sumber daya alam
Jerman, industri, pertanian dan kekayaan alam untuk kepentingan bangsa,
demi terwujudnya self-reliance atau berdikari.
Langkah ini pada dasarnya merupakan ungkapan nyata yang mewakili aspirasi
bangsa Jerman, dan tuntutan mereka. Oleh sebab itu, sambutan mereka ibarat
api yang menyambut bensin. Nazisme naik pada tingkat kekuatan politik
paling atas yang terorganisir dengan baik. Pendukungnya terdiri dari unsur
pemuda, para tokoh intelektual dan para politisi, yang secara serentak
menghendaki Jerman muncul kembali sebagai kekuatan dunia yang harus
diperhitungkan. Kehadiran Adolf Hitler di atas pentas percaturan politik
110
Jerman merupakan tokoh penuh dinamika, yang mampu merebut simpati
segenap lapisan masyarakat Jerman. Ditambah dengan keberhasilan Mussolini
dan Fasismenya di Italia yang terus berjaya menunjukkan kekuatannya, dan
munculnya beberapa tokoh diktator di Eropa merupakan faktor yang
mendorong Hitler dan Nazismenya bangkit dan menguasai Eropa.
Melihat perkembangan di Jerman, para pemilik modal internasional mengatur
siasat setan. Meskipun sasaran Hitler ditujukan kepada orang Yahudi, namun
para pemilik modal internasional justru mendorong seruan nasionalisme
ekstrem Nazi dan pembangunan ekonomi, yang digalakan oleh Hitler. Dan
lagi, setelah Hitler naik daun, para pemilik modal internasional bersedia
menarik beban kredit yang memberatkan Jerman, dan merelakan hutang
pampasan perang yang ditolak oleh Hitler. Bahkan mereka memberikan
pinjaman lunak kepada Hitler untuk proyek industri dan perdagangan Jerman.
Mereka kemudian mendesak Stalin dan dunia Barat untuk tutup mulut atas
kebangkitan militer Jerman secara besar-besaran dari waktu ke waktu. Dalam
masalah ini, banyak pengamat sejarah dunia belum menemukan jawaban,
mengapa Stalin dan dunia Barat tinggal diam di hadapan Fuhrer Adolf Hitler,
yang pada awal perjalanannya masih sangat lemah, yang bisa di hancurkan
cukup hanya dengan kekuatan militer Perancis atau Inggris sendiri.
Kegelapan politik saat itu, kenapa para analis, para sejarawan dan para penulis
tidak mempersoalkan perjalanan sejarah, yang membuat Eropa tidak
mengambil tindakan terhadap langkah agresif Hitler, mulai dari pembatalan
perjanjian Versailles, penolakan untuk membayar pampasan perang,
membangun kembali militer Jerman, pendudukan atas wilayah Ruhr untuk
dijadikan kawasan industri persenjataan Jerman, pendudukan Swedia,
penyerbuan terhadap Czekoslovakia, aneksasi Austria ke dalam wilayah
Jerman, dan seterusnya? Keberanian Hitler telah menaikkan namanya dan
Nazisme, baik di dalam maupun di luar Jerman. Hitler telah keluar sebagai
kekuatan yang membuat bulu Roma negara-negara besar berdiri. Sementara
itu, para pemilik modal Yahudi internasional terus membukakan peluang bagi
Hitler, dan mengeluarkan dana besar-besaran secara terselubung, serta
merancang pembunuhan terhadap sejumlah besar putra-putra Yahudi dengan
meminjam tangan Hitler sebagai kambing tebusan (scape goat). Peristiwa ini
kelak dijadikan propaganda untuk menuntut ganti rugi atas kematian mereka.
Ini adalah bagian dari program jangka panjang, untuk membuka jalan bagi
pecahnya Perang Dunia II.
Hitler mendapat kenangan gemilang pada saat Jerman sebenarnya masih
dalam keadaan lemah, belum memiliki kekuatan militer yang memadai. Baru
kemudian Hitler membangun angkatan bersenjatanya yang bisa diandalkan. Ia
terpaksa membuka hubungan dengan golongan aristokrat militer Jerman
golongan Arya', yang dikenal oleh dunia dengan sebutan Junkers. Mereka
inilah golongan yang memegang kendali kekuatan militer Jerman sejak
beberapa generasi yang lalu. Maka timbullah Perselisihan intern di kalangan
111
Nazi sendiri, antara golongan moderat yang ingin membangun Jerman dengan
memperkuat sendi-sendinya, dan golongan ekstrim yang punya hubungan
dengan golongan aristokrat militer, penganut faham Karl Reiter yang ingin
mendirikan negara Jerman Tulen yang berdasarkan faham supremasi ras Arya,
untuk menguasai seluruh Eropa dengan kekuatan tangan besi.
Banyak analis sejarah yang membahas masalah pertikaian intern dalam tubuh
Nazi. Begitu pula media massa dan pergerakan politik sering
membicarakannya, namun mereka tidak menyinggung sebab-sebab mendasar
yang melatarbelakangi pertikaian ini. Hitler sendiri sebenarnya tidak memihak
kepada golongan ekstrim, seperti sering disebut oleh beberapa penulis. Ia tetap
bersikap netral tanpa memihak kepada golongan ekstrem, seperti sering
disebut oleh beberapa penulis. Ia tetap bersikap netral tanpa memihak kepada
salah satu pihak yang berselisih sampai tahun 1936, ketika peristiwa demi
peristiwa yang terjadi akhirnya menempatkan Hitler menganut garis moderat.
Ini terlihat jelas dari usaha yang dilakukan untuk mencoba mengadakan
persahabatan dengan Inggris, dan berusaha menjauhi benturan dengan pihak
gereja dan para penganut Kristen secara umum. Tindakan Hitler yang sangat
berani adalah menutup The Grand Eastern Lodge di Jerman, yang merupakan
sarang Free Masonry, mirip dengan The Grand Eastern Lodge yang terdapat di
kota besar Eropa lainnya yang dikuasai oleh para pemilik modal internasional.
Meskipun perkumpulan The Grand Eastern Lodge di Jerman melarang orang
Yahudi menjadi anggotanya, namun faham atheisme yang terdapat dalam
perkumpulan itu bukan tidak lebih berbahaya daripada prinsip para pemilik
modal Yahudi internasional. Nazisme merupakan salah satu bentuk atheisme
yang mentuhankan negara Jerman. Seluruh dunia harus tunduk kepada Jerman
dengan kekuatan, dan membangun kebudayaan supremasi ras Arya Jerman.
Di tengah-tengah perselisihan antar-kelompok dalam Nazi, pribadi Hitler bagi
kelompok moderat merupakan sosok pimpinan baru dan bapak pembangunan
Jerman. Bagi kelompok ekstrem, Hitler adalah seorang Fuhrer bagi Jerman, dan
seorang pimpinan bangsa Arya. Sedang Hitler sendiri berusaha menjauhkan
diri dari pelukan golongan aristokrat militer Aryan, yang bagi Hitler sendiri
tidak dibutuhkan, karena ia mampu membangun militer Jerman tanpa harus
minta bantuan mereka. Hitler yakin, bahwa satu-satunya jalan untuk
mewujudkan perdamaian, dan memberikan pukulan mematikan kepada para
pemilik modal Yahudi internasional itu adalah mengadakan persekutuan
dengan negara super power di Eropa pada saat itu, yaitu Inggris. Maka, arah
politik Hitler ditujukan kepada persekutuan sejenis itu. Antara tahun 1933-1936
Hitler selalu berusaha mengadakan hubungan dengan Inggris, agar bisa
membentuk persekutuan bersama. la mempunyai tekad seperti itu sejak masih
dalam bukunya yang diberi judul Perjuanganku. Katanya, "Seandainya aku
diminta untuk membela kerajaan Inggris dengan kekuatan, pastilah permintaan
itu akan kukabulkan dengan senang hati". Hitler kurang jeli, bahwa usaha
untuk mencapai keinginan seperti itu terhalang oleh dua kendala besar, yaitu :
112
1) Para pemilik modal internasional tahu, bahwa dukungan bagi
kebangkitan dan militerisasi Jerman yang digalakan oleh Hitler akan
membuka jalan bagi pecahnya perang yang mereka rancang
sebelumnya. Di lain pihak, Hitler punya beberapa sasaran utama yang
akan dituju dalam persekutuannya dengan Inggris, di antaranya
mengenyahkan orang-orang Yahudi sampai ke akar-akarnya.
2) Golongan aristokrat militer Aryan di Jerman, yang dari para sejarawan
mendapat julukan "Para Pialang Perang Nazi", tidak mau berkompromi,
kecuali demi kekuasaan Jerman atas seluruh Eropa, dan membangun
kebudayaan yang berpijak pada supremasi bangsa Arya Jerman.
Dengan demikian, kedua kekuatan itu telah sepakat dalam satu hal, yaitu
mencegah Hitler untuk mengadakan perjanjian persekutuan dengan Inggris,
dan mencegah Jerman dari setiap upaya untuk tidak terlibat dalam perang
yang akan datang. Oleh karena itu, usaha Hitler untuk mengadakan hubungan
dengan Inggris berkali-kali mengalami kegagalan. Pihak golongan Nazi
ekstrem menjadi jengkel melihat Hitler selalu berusaha berjalan melawan arus
yang ditempuh oleh golongan aristokrat militer Jerman. Akhirnya sebuah
persekongkolan berusaha untuk membunuh Hitler, tetapi gagal. Usaha
pembunuhan kedua terjadi tahun 1936, karena Hitler berusaha lagi
mengadakan perjanjian persekutuan dengan Inggris. Tujuannya untuk
menghadapi kekuatan para pemilik modal Yahudi internasional, bahaya
Komunisme di Eropa dan untuk menghindari perang yang sudah terasa segera
akan pecah. Usaha Hitler untuk mengadakan perjanjian persahabatan dengan
Inggris yang terakhir dilakukan bulan Januari 1936 di Berlin, ibukota Jerman.
Inggris diwakili oleh Lord Lowend, sedang Jerman oleh Hitler sendiri dan
tangan kanannya Goering dan menteri luar negerinya Von Reintrop. Kita perlu
mengetahui masalah ini lebih luas, karena ini merupakan titik perubahan sikap
Hitler yang menyentuh perkembangan kondisi Jerman secara keseluruhan.
Untuk itu, kita perlu menelaah buku karya Lord Lowend yang diberi judul Kita
dan Jerman (We are and Germany), dan menengok kembali artikel yang dimuat
oleh harian The Evening Standard berbahasa Inggris edisi 23 April 1936.
Hitler membeberkan kepada Lord Lowend tentang sikap Jerman terhadap
masalah internasional yang dihadapi oleh dunia, khususnya tentang bahaya
Komunisme dan bahaya organisasi para pemilik kapital besar. Hitler
menjelaskan sebab-sebab yang melatarbelakangi sikap kerasnya terhadap
kelompok Yahudi internasional, dan keprihatinan Jerman atas penyusupan
organisasi Zionisme yang masuk ke Eropa dan Amerika Serikat. Hitler
berpendapat, bahwa untuk menghindari bahaya itu harus lebih dulu
menyingkirkan kelompok pemilik modal Yahudi internasional sampai ke akar-
akarnya, dengan mengingatkan kembali apa yang diucapkan oleh Disraeli,
perdana menteri Inggris kenamaan berdarah Yahudi akhir abad ke 19 dalam
catatan diarynya, "Sesungguhnya yang memerintah dunia adalah segelintir orang
yang jauh berbeda dari apa yang dibayangkan oleh orang yang tidak mengerti apa yang
113
sebenarnya terjadi di balik layar". Reintrop menandaskan kata-kata Hitler. Lord
Lowend kemudian menyebutkan laporan komite kerajaan Inggris yang diberi
tugas menyelidiki skandal percukaian Kanada di bawah pimpinan Mr. Stevens
pada tahun 1927-1928. Von Reintrop sendiri saat itu berada di Kanada. Dalam
laporan itu dijelaskan, bahwa sindikat penyelundupan yang punya hubungan
dengan para pemilik modal Yahudi internasional bisa mengeruk uang setiap
tahunnya lebih dari 100 juta dolar Amerika. Jumlah itu sangat besar waktu itu,
yang diperoleh lewat sogokan, pemerasan dan sebagainya, sehingga timbul-
goncangan kehidupan sosial dan politik di Kanada. Untuk memperkuat
laporan pemerintah Inggris itu, Von Reintrop menambahkan, bahwa
kebobrokan seperti itu, lebih dulu harus disingkirkan sumbernya, yaitu
kelompok pemilik modal internasional. Pembicaraan itu berakhir setelah Von
Reintrop dan Goering memaparkan pemikiran dan pandangan profesor Karl
Reiter dan para ideolog Nazi kepada Lord Lowend. Hitler menutup pertemuan
itu dengan meminta, agar menteri Inggris itu menyampaikan kepada
pemerintahnya tentang sikap dan pandangan Hitler, dan menawarkan untuk
mempertimbangkan kemungkinan terbentuknya persekutuan bersama antara
Jerman dan Inggris. Setelah tiba di Inggris, Lord Lowend menyampaikan
gagasan dan pandangan Hitler kepada pemerintah Inggris, tetapi ditolak
mentah-mentah. Lord Lowend diberi tugas kembali untuk menjelaskan
penolakan tersebut. Pada tanggal 21 Februari 1936 Lord Lowend kirim surat
kepada Von Reintrop yang berisi penolakan pemerintah Inggris atas gagasan
dan tawaran Hitler, dan menerangkan faktor-faktor penyebabnya. Hitler
kemudian sepenuhnya berpaling kepada golongan aristokrat militer Jerman,
dengan mengambil prinsip dan rancangan mereka. Sejak itu Hitler
berkeyakinan, bahwa satu-satunya jalan untuk mewujudkan cita-cita bangsa
Jerman dan membinasakan musuh-musuhnya adalah perang.
Sejak tahun 1936 tahap kedua masa pemerintahan Hitler dimulai. Prinsip
Nazisme berhaluan keras telah mewarnai sepak-terjangnya untuk
mempersiapkan diri menghadapi perang. Sementara itu, apa yang terjadi di
Italia mirip dengan apa yang terjadi di Jerman. Akibatnya yang wajar, Hitler
tertarik untuk mendekati Mussolini, yang akhirnya keduanya membentuk
poros Berlin-Roma. Spanyol merupakan medan percobaan bagi kekuatan yang
bertikai di Eropa, yaitu Hitler dan Mussolini berpihak kepada kaum nasionalis.
Perang saudara tersebut berakhir pada bulan Juli 1936 dengan kemenangan di
pihak jenderal Franco kemudian tampil sebagai pemimpin baru di Spanyol.
B. Pertikaian antara Nazisme dan Kristen
Kaum nasionalis di Spanyol yang didukung oleh Hitler dan golongan Kristen
tidak bisa mengelakkan permusuhan antara Hitler dan gereja Katolik, sejak
Hitler memihak dan bergandengan tangan dengan golongan aristokrasi militer
Jerman. Kasta ini berpegang pada faham atheisme dalam sepak terjangnya,
yaitu menjadikan negara Jerman dan prinsip supremasi ras Arya sebagai
Tuhan. Para tokoh Protestan bergabung dengan gereja Katolik untuk
114
menghadapi langkah-langkah Hitler. Gabungan ini terjadi karena terpanggil
untuk menentang faham atheisme yang dijadikan pegangan oleh golongan
Nazi ekstrem itu. Pertentangan antara Hitler dan gereja makin tampak jelas
menjelang akhir tahun 1936, dan mencapai puncaknya ketika Paus Pius XI
menulis surat kepausannya kepada gereja di seluruh dunia tanggal 14 Maret
1937. Isinya, Sri Paus menyerang Nazisme secara terbuka, khususnya
sehubungan dengan prinsip ketuhanan nasional bagi suatu bangsa dengan
menjelaskan, bahwa Allah adalah Tuhan bagi semesta alam, bukan hanya bagi
makhluk atau ras tertentu.
Tanggal 19 Agustus 1938 para tokoh gereja Protestan Jerman mengedarkan
surat berisi kecaman keras terhadap prinsip atheisme yang dianut oleh Nazi.
Disebutkan tentang sikap para tokoh Nazi di Jerman terhadap agama Kristen
secara terbuka, disertai dengan pernyataan fuehrer tentang nasionalisme Aryan
Jerman yang di-Tuhan-kan itu. Gereja Protestan bersama Katolik mengambil
sikap melawan dan menentang Hitler dan Nazismenya. Berikut ini adalah
cuplikan isi surat tersebut :
"Tujuan para tokoh Nazi bukan saja menghancurkan gereja Katolik atau gereja
Protestan, melainkan juga ingin menghancurkan ajaran Kristen yang berlandaskan
Tuhan semesta alam, untuk diganti secara praktis dengan Tuhan Ras Jerman. Apakah
yang dimaksud dengan Tuhan Ras Jerman itu ? Apakah ada bedanya dari Tuhan
bangsa lain? Kalau demikian, setiap bangsa punya Tuhan sendiri, yang berarti tidak
ada Tuhan' sama sekali".
Para tokoh Nazi menanggapi sikap gereja itu dengan sikap keras. Suhu politik
di Jerman hampir mirip dengan situasi perang sipil yang disebabkan oleh
pertikaian kepercayaan agama. Untuk menghadapi perkembangan situasi
dalam negeri, Hitler mengeluarkan undang-undang tegas dengan sangsi
hukuman yang berat bagi setiap ancaman terhadap kekuasaan politik mutlak
negara Nazi. Sejak itu situasi tegang yang terjadi di Jerman tampak mereda.
Akan tetapi, pertengkaran mendasar antara Nazi dan gereja tetap tidak bisa
berkurang.
Perkembangan situasi di Italia tidak jauh berbeda secara umum dari situasi di
Jerman. Akan tetapi, pertikaian yang ada di Italia berasal dari persengketaan
tentang perebutan tanah jajahan antara Italia di satu pihak serta Inggris dan
Perancis di pihak lain. Kesamaan Mussolini di Italia dengan Hitler di Jerman
merupakan sekutu alami dalam menghadapi setiap tantangan musuh.
Persekutuan poros Nazi-Fasisme terungkap dengan jelas ketika Italia dan
Jerman terlibat dalam perang saudara di Spanyol, yang keduanya memihak
jenderal Franco, yang akhirnya Francolah yang menang. Demikianlah awal
wajah poros Berlin-Roma. Pada mulanya Hitler dan Mussolini mengira, bahwa
jenderal Franco segera akan bergabung ke dalam persekutuan mereka setelah
menang perang itu. Namun pandangan politik Franco yang lebih banyak
dipengaruhi oleh keyakinan ajaran agama Kristen yang dianutnya, telah
menjadi penghalang untuk bergabung bersama. Franco tetap bersikap seperti
115
ini, meskipun berkali-kali mendapat tekanan dari Hitler dan Mussolini. Dengan
demikian, kepercayaan yang dipegang teguh telah menjauhkan negerinya dari
kancah perang yang menghancurkan.
Kemudian poros Berlin-Roma mengalihkan perhatiannya ke Timur Jauh. Di
sini mereka mendapatkan sekutu ketika tanpa kesulitan, karena perang
ekonomi yang telah mencapai puncaknya antara Jepang dan Dunia Barat.
Barang-barang produksi Jepang sudah dikenal oleh seluruh dunia dengan
ragam dan modelnya serta harganya yang murah. Hal ini merupakan ancaman
bagi barang-barang produksi Eropa. Pihak Barat mengumumkan perang
terhadap perdagangan dan industri Jepang yang akan menghancurkan
perekonomiannya. Maka wajarlah kalau Jepang mencari kawan yang bisa
dijadikan sekutu, dan menyambut baik pendekatan yang dilakukan oleh poros
Berlin-Roma, yang juga memusuhi Dunia Barat. Dengan demikian,
terbentuklah poros Berlin-Roma-Tokyo. terbukalah sekarang jalan bagi
program para pemilik modal Yahudi internasional. Mereka mengantar dunia
menuju perang yang tidak bisa di hindarkan lagi. Mereka segera bersiap siap
untuk menyambut kedatangan perang itu.
Tokoh yang dipersiapkan untuk memimpin perang dari Inggris adalah
Winston Churchill. Dari Amerika tampil Franklin Roosevelt, yang punya
hubungan dekat dengan Baruch, seorang kapitalis kelas dunia. Lebih
berbahaya lagi, karena ia adalah salah seorang tokoh yang menggerakan
organisasi Zionisme internasional dan Kongres Yahudi internasional selama
hampir setengah abad. Selama hidupnya ia melakukan pengkhianatan
terhadap bangsa Amerika Serikat. Hubungan gelapnya dengan Churchill
bukan merupakan rahasia lagi. Keduanya sering mengadakan pertemuan dan
kunjungan secara teratur sejak beberapa tahun lamanya. Dan yang paling
menonjol adalah, kunjungan Churchill kepada Baruch pada tahun 1954, ketika
Churchill menyampaikan terus terang hubungannya dengan organisasi
Zionisme, yang telah terjalin sejak lama. Namun ini tidak berarti, bahwa para
pemilik modal Yahudi internasional menemukan jalan mulus untuk mencapai
cita-citanya di Inggris, meskipun Churchill telah membantu proyek yang
dicanangkan.
Di Inggris sendiri terdapat benturan keras dengan sebuah tantangan
terorganisasi yang digerakkan oleh kalangan intelektual kelas atas. Kalangan
ini telah lama menyadari bahaya yang mengancam Inggris yang datang dari
Kongres Yahudi dan para pemilik modal Yahudi internasional.
Orang yang mengingatkan kalangan intelektual tentang bahaya yang
mengancam inggris dari balik layar adalah seorang wartawan bernama Victor
Marsedan , yang bertugas di Rusia untuk harian The Morning Past berbahasa
Inggris yang terbit di London. la menyaksikan berbagai peristiwa yang terjadi
di Rusia ketika itu. Ia juga mendapatkan satu eksemplar buku yang ditulis oleh
Sergay Niloss berjudul "Bahaya Yahudi" yang terbit tahun 1905. Dalam buku
itu profesor Niloss memuat dokumen rahasia yang ia peroleh dari seorang
116
wanita kaya di Paris yang berhasil mencuri dari kekasihnya, seorang kapitalis
Yahudi terkemuka pada saat itu, yang baru saja kembali dari pertemuan
rahasia yang diadakan oleh para tokoh The Grand Eastern Lodge Perancis.
Setelah mengkaji dan menganalisa buku profesor Niloss itu, Victor Marsedan
segera berniat mengingatkan bangsanya tentang bahaya yang sedang
mengancam negerinya. Sebenarnya ia sudah berniat segera kembali ke London,
tapi situasi dan peristiwa besar yang terjadi di Rusia memaksa ia untuk
menangguhkan kepulangannya hingga tahun 1921. Setelah tiba di Inggris,
Marsedan segera menerjemahkan buku itu ke dalam bahasa Inggris, dan
mengedarkannya dengan judul The Protocols of Learned Elderly of Zion.
Marsedan menyadari, bahwa dengan menerjemahkan dan mengedarkan buku
itu berarti is meletakkan diri dalam posisi berbahaya. Namun ia tetap tidak
mau mundur dari tekadnya. Setelah buku itu beredar, terjadilah goncangan
besar di Inggris, yang kemudian menjalar ke seluruh dunia. Para pemilik modal
Yahudi segera melangkah mengadakan propaganda besar-besaran dengan
melemparkan tuduhan klasik, seperti biasa mereka lakukan, bahwa dokumen
yang terdapat dalam buku Niloss itu palsu, yang bertujuan hendak meniupkan
gelombang anti semitik.
Kami (penulis) menjadikan buku Niloss ini sebagai rujukan utama. Setelah
mengadakan kajian dan analisa mendalam selama beberapa tahun, akhirnya
kami sampai pada kesimpulan yang meyakinkan, bahwa dokumen Niloss, atau
yang dikenal dengan Protocols of learned elderly of Zion tidak lain adalah
ucapan asli yang disampaikan dalam Kongres yang diadakan oleh Amschel
Rothschild tahun 1773 di Frankfurt, yang telah kami kutipkan selengkapnya
pada bab terdahulu. Perlu kami tambahkan di sini, bahwa kekuatan setan itu
sejak lama telah membentuk organisasi yang memiliki jaringan internasional,
dengan tujuan menghancurkan masyarakat dunia. Organisasi ini tidak lain
adalah faham Zionisme dan Komunisme sebagai kedok yang membungkus
gurita busuk. Para pemilik modal internasional tidak bisa memukul Marsedan
secara terbuka. Banyak kawan Marsedan justru akan membuka rahasia lebih
luas lagi. Marsedan tetap bekerja pada harian The Morning Post sampai tahun
1927. Saat itu, golongan yang berpengaruh di Inggris yang menyadari bahaya
Yahudi internasional bisa membujuk pemerintah Inggris untuk mengangkat
Marsedan sebagai orang kepercayaan putra mahkota Inggris, Duke of Wales.
Waktu putra mahkota akan mengadakan lawatan panjang keliling wilayah
kerajaan Inggris, Marsedan diminta untuk mendampingi sang pangeran.
Sepulang dari lawatan itu, sang pangeran tidak lagi bergaya hidup mewah dan
boros, tapi berubah menjadi orang yang berpandangan jauh. Selama dalam
perjalanan, Marsedan sengaja menunjukkan semua dokumen dan bukti yang
ada padanya tentang seluk-beluk Konspirasi internasional, dan peran yang
dimainkan oleh para pemilik modal Yahudi internasional dari balik layar.
Setelah beberapa saat pulang dari lawatannya berkeliling bersama sang
pangeran, Marsedan meninggal dunia secara mengejutkan. Ini jelas bukan
peristiwa kebetulan.
117
Di sisi lain, Setelah kembali dari perjalanannya, sang pangeran mengalihkan
pola hidupnya dari hidup pesta-pora dan bersenang-senang kepada hidup
serius untuk memanfaatkan peluang baik dalam memikirkan politik dan
ekonomi. Ia suka membaur dengan berbagai kalangan rakyat. Sang pangeran
telah meninggalkan adat kebiasaan turun temurun, yang melarang seorang
pangeran campur tangan dalam masalah umum. Ia menentang setiap langkah
politik yang telah ia ketahui berasal dari prakarsa para pemilik modal Yahudi.
Jelaslah kiranya, pangeran telah masuk ke dalam pertikaian melawan kekuatan
terselubung yang sedang memerintah Inggris. Hal ini benar-benar terjadi ketika
ia menaiki tahta kerajaan Inggris bulan Mei 1936 dengan gelar Raja Edward
VIII.
Para pemilik modal Yahudi internasional segera tahu, bahwa pertikaiannya
melawan raja baru Inggris itu adalah perang yang menentukan. Mereka tidak
mau membuang-buang kesempatan dalam penyerangannya kepada Raja
Edward VIII, sejak raja naik tahta. Mereka amat berpengalaman sejak berabad-
abad lamanya dalam menghadapi masalah seperti ini, dan banyak belajar
untuk mempersiapkan segalanya dalam rangka operasinya. Mereka mulai
menyerbu dengan propaganda gosip yang terkenal itu. Ini ternyata tidak
mudah. Sebab, Raja Edward diketahui hidup bersih sejak ia kembali dari
lawatannya itu. Namun mereka tidak kehilangan akal. Mereka segera
menemukan sasaran yang dicari pada diri wanita terkenal bernama Willy
Simpson. Ia adalah seorang janda jelita berkebangsaan Amerika, yang hendak
dikawin oleh Edward. Segeralah mesin propaganda besar-besaran diarahkan
kepada masalah ini untuk membentuk opini umum di Inggris menentang
wanita itu. Masalah ini menjadi isu paling hangat di Inggris, dan memaksa
Edward memilih salah satu alternatif, turun tahta atau kawin dengan Willy
Simpson. Edward diperingatkan oleh perdana menteri Inggris Mr. Boldwin
agar menentukan sikap. Akhirnya Edward memilih turun tahta, dan
melanjutkan pernikahannya dengan Willy Simpson.
Inggris mengalami masa peralihan baru sejak Edward VIII turun tahta.
Pertikaian terjadi antara para pemilik modal Yahudi internasional melawan
para pendukung mantan Raja Edward yang masih bertahan merintangi gerak-
gerik mereka. Para pemilik modal Yahudi internasional bertekad akan
mengalahkan para pendukung Edward, berapa pun harga yang harus dibayar,
demi menaikkan seorang pendukung Zionisme kawakan Winston Churchill ke
tampuk kekuasaan sebagai perdana menteri.
Kami pribadi (penulis) bertanya-tanya tentang sebab munculnya dokumen ini,
yaitu The Protocols of Learned Elderly of Zion, ketika ditemukan oleh profesor
Niloss setelah berapa di alam rahasia sejak tahun 1773, yaitu lebih dari satu
seperempat abad lamanya. Jawaban ini kemudian terungkap dalam analisa
kami mengenai periode itu yang punya arti lebih penting daripada yang
pernah mereka alami dalam sejarah mereka. Dunia telah dipersiapkan untuk
menerjuni Perang Dunia I, setelah semua jalan yang menuju perang itu terbuka
118
lebar. Mereka dituntut mengadakan pertemuan penting dalam rangka
menjajaki masalah perang itu dan rancangannya. Bukan hanya ini saja
keistimewaan periode tersebut. Di sana terdapat peristiwa demi peristiwa
berbahaya yang telah dipersiapkan oleh pihak Konspirasi secara serentak
terhadap umat manusia. Peristiwa itu belum pernah disaksikan dalam sejarah
dunia, yang menyebabkan para tokoh Konspirasi sendiri terpaksa berbondong-
bondong membanjiri kota London pada tahun 1893 dengan membawa serta
dokumen-dokumen, berbagai program dan hasil kajian penting mereka.
Berbagai pertemuan rahasia yang mereka adakan terus berlangsung di London
saat itu. Sebagian dokumen rahasia itu disimpan oleh para tokoh Konspirasi
yang berdiam di London, sampai mereka meninggal dunia dan setelah itu.
Pada waktu para tokoh The Grand Eastern Lodge mengadakan pertemuan di
Paris tahun 1901, salah seorang peserta kapitalis Yahudi membawa dokumen
itu ke London, langsung setelah pertemuan itu usai. Pada saat ia menginap di
rumah seorang wanita kaya kekasihnya, dokumen itu lenyap.
Peristiwa yang membuat kekuatan Konspirasi terpaksa mengadakan berbagai
pertemuan dimulai tahun 1896, ketika terjadi perang Boer yang berkobar di
Afrika Selatan. Para pemilik modal internasional berhasil menguasai tambang
emas di sana. Lalu disusul dengan sejumlah peristiwa pembunuhan terkenal
yang telah kita bicarakan terlebih dahulu. Di samping itu, di belahan bumi lain
terjadi pula perang antara Spanyol dan Amerika tahun 1896. Ada indikasi kuat,
bahwa Winston Churchill muncul pertama kali ketika terjadi perang Boer itu.
Saat itu ia bekerja sebagai koresponden perang di Afrika Selatan. Hubungannya
dengan Zionisme telah terjalin sejak masa mudanya, seperti diakuinya sendiri
pada tahun 1954. Churchill sangat bangga sebagai tokoh Zionis, dan bekerja
sesuai dengan program terselubung berjangka panjang, yang diawasi oleh
Zionisme internasional, yang bertujuan menguasai dunia.
119
IX. RAHASIA DI BALIK PERANG DUNIA II
(Sebuah Tinjauan Analitis Sejarah)
Setiap peristiwa yang terjadi di Inggris meninggalkan tanda tanya besar bagi
sekelompok kalangan dalam masyarakat Inggris, karena telah lama menyadari
bahaya yang mengancam negeri itu sesuai Perang Dunia I. Media massa yang
kebanyakan dikuasai oleh para pemilik modal internasional mampu menguasai
pendapat umum, dan jalan pemikiran, serta perasaan kelas menengah dan
bawah di Inggris. Lain halnya dengan kalangan intelektual dan golongan atas
lainnya. Mereka ini tidak mudah terpengaruh oleh propaganda media massa.
Para pemuka Inggris yang berpikiran jernih makin merasakan adanya kekuatan
terselubung. Mereka ini mengatur dan mengendalikan peristiwa dari balik
layar, menciptakan tokoh-tokoh yang bisa dijadikan kaki-tangan, sesuai dengan
program teratur dan terarah, dan berjangka panjang. Peristiwa turunnya
Edward dari singgasana kerajaan Inggris, dan peristiwa yang melatarbelakangi
punya akibat tertentu, sesuai dengan rancangan yang telah digariskan. Para
tokoh terkemuka Inggris menyadari bahaya itu, dan tahu pula dari mana
datangnya bahaya itu. Mereka tahu secara pasti, bahwa para pemilik modal
Yahudi internasional adalah pihak yang membentuk kekuatan terselubung itu,
atau setidaknya yang mewakilinya. Jadi, merekalah yang bertanggungjawab
atas perjalanan sejarah yang terjadi di Eropa, atau bahkan di dunia pada
umumnya. Diyakini pula, bahwa Zionisme bukanlah sebuah organisasi politik
yang punya tujuan dan sasaran biasa. Zionisme adalah organisasi utama yang
melaksanakan program Konspirasi internasional secara umum.
Tokoh Inggris yang mengetahui hakikat dan seluk-beluk Konspirasi adalah
admiral Sir Barry Dumvell, seorang perwira yang pernah memegang jabatan
tinggi berkali-kali pada angkatan laut kerajaan Inggris selama 40 tahun
berturut-turut. la dikenal dengan kedahsyatannya dalam pasukan meriam
angkatan laut Inggris pada Perang Dunia I, dan juga seorang direktur Akademi
Angkatan Laut Kerajaan (Royal Navy Academy). Kemudian ia menjabat
sebagai kepala badan inteligen angkatan laut selama beberapa tahun. Tidak
diragukan lagi, data-data berbahaya yang ia peroleh selama melaksanakan
tugas inteligen itulah yang membuat ia mengetahui secara detail tentang apa
yang terjadi di balik layar. Apalagi ia sering mewakili pemerintahnya dalam
berbagai kesempatan, terutama dalam konferensi yang ada hubungannya
dengan keamanan laut. Adapun kolonel Ramsey adalah tokoh kedua yang
mengetahui seluk-beluk Konspirasi, setelah Sir Barry Dumvell. Ia seorang
alumnus Akademi Militer Saint Horse (Saint Horse Military Academy), dan
pernah mengabdi sebagai pasukan pengawal kerajaan Inggris (The Royal
British Guard) selama masa Perang Dunia I. Kemudian ia berpindah tugas
sebagai komandan angkatan laut kerajaan Inggris. Setelah terjun ke dunia
politik, ia terpilih sebagai anggota Majelis Umum (House of Common) pada
120
tahun 1931. Ia duduk dalam parlemen itu sampai tahun 1940, ketika ia
meninggalkan kehidupan politik.
Admiral Dumvell dan Ramsey keduanya merupakan orang terdepan dalam
barisan pasukan yang mengetahui hakikat bahaya yang datang dan para tokoh
Yahudi internasional, yang bergabung pada kelompok pemilik modal
internasional. Masalah ini menjadi perhatian khusus bagi mereka berdua sejak
tahun 1938. Mereka berdua menyampaikan peringatan kepada pemerintah
Inggris tentang hakikat bahaya itu. Keduanya mengetahui tujuan langsung
yang dijadikan sasaran pada waktu itu, yaitu menyalakan api perang yang
akan menyeret bangsa lain untuk saling menghantam. Seusai perang pasti akan
muncul kondisi baru yang penuh kecemasan dan kelelahan, yang
memungkinkan Konspirasi melangkah ke tahap berikutnya, yaitu mendirikan
negara nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina. Dari tempat inilah kegiatan
Konspirasi selanjutnya akan diatur untuk mengejar mimpi-mimpi gila mereka.
Kami pribadi (penulis) sampai tahun 1937-1938 belum merasa yakin tentang
tujuan akhir Konspirasi dan sejauh mana pengaruh mereka yang menyelusup
masuk ke dalam bangsa-bangsa di dunia. Setelah mempelajari catatan Dumvell
dan Ramsey yang berhubungan dengan masalah Yahudi sejak tahun 1939
sampai tahun 1950, kami meyakini semua itu, khususnya tentang kenyataan
yang mengerikan, dan hakikat apa yang disebut dengan penindasan terhadap
Yahudi. Semua itu memberikan image secara jelas mengenai propaganda
beracun yang menelanjangi mereka sendiri dari sifat kemanusiaan. Setiap
orang Yahudi dan para korban propaganda Komunisme dan atheisme wajib
menelaah ulasan berikut dengan pikiran jernih, agar selamat dan marabahaya.
Stalin mengadakan langkah pembersihan umum secara besar-besaran pada
tahun 1939 terhadap unsur-unsur Yahudi yang didalangi oleh jaringan
revolusioner terselubung. Setelah beberapa waktu berlalu diketahui, bahwa
mereka itu ternyata hanya menjadi kuda tunggangan belaka. Para tokoh
Konspirasi Yahudi internasional tidak memperdulikan untuk menjerumuskan
saudara-saudaranya sebangsa Yahudi sebagai tumbal. Bahkan mereka
memberikan bantuan besar-besaran kepada Stalin selama dalam perang. Dan
kami (penulis) adalah salah seorang yang memimpin pengawasan pengiriman
bantuan itu dari Eropa dan Amerika ke Rusia melewati teluk Arab. Mengenai
perang itu sendiri, para pemilik modal Yahudi internasional adalah pihak yang
mendalangi dan membiayainya. Para tokoh Yahudi mengklaim, bahwa mereka
meniupkan api perang itu untuk menyelamatkan bangsa Yahudi dari
kekejaman Nazisme. Demikian pula yang diklaim oleh sekutu mereka dalam
perang tersebut, termasuk di dalamnya Winston Churchill dan Roosevelt, serta
tokoh-tokoh dunia lainnya. Dengan demikian, pendapat yang beredar dan
yang terus diungkit-ungkit hingga kini adalah, bahwa Jerman di bawah Hitler
telah bertekad untuk memusnahkan orang Yahudi. Dan Perang Dunia II telah
menyelamatkan nasib mereka dari penderitaan yang mereka alami selama ini.
Akibatnya, orang Yahudi yang pada umumnya menganut faham Zionisme
121
bekerja untuk mencari dukungan dari bangsa Eropa dan Amerika terhadap
penindasan Hitler di masa lalu.
Siapakah gerangan orang-orang Yahudi yang tertindas itu?
Apa sebenarnya hakikat penindasan Hitler itu?
Dan apa hakikat Zionisme itu?
Kita perlu berhenti sejenak untuk meninjau secara analitis, sehingga kita akan
sampai pada titik yang bisa memberikan gambaran jelas. Sejarah telah berbicara
sendiri, bahwa Jerman pada masa Nazi memang memusuhi Yahudi, atau anti
semitisme menurut istilah orang Yahudi. Akan tetapi, permusuhan itu belum
sampai di luar batas Jerman. Memang benar mereka diperlakukan kejam oleh
Hitler dan para tokoh Nazi. Akan tetapi, orang Yahudi di luar perbatasan
Jerman tidak mendapat perlakuan keji dari Nazi. Bahkan orang Yahudi di
Eropa masih tetap bisa hidup dengan aman. Hanya sebagian kecil orang
Yahudi yang melarikan diri dari Jerman. Serbuan Hitler bersama pasukan
Nazinya ke wilayah Polandia terjadi pada bulan September 1939, disusul
dengan pecahnya Perang Dunia II. Keadaan orang-orang Yahudi berbalik sama
sekali. Perang tersebut membuat seluruh Eropa dalam cengkeraman Jerman
Hitler. Kebencian bangsa Jerman ditumpahkan kepada orang Yahudi di
Polandia, Belgia, Perancis, Belanda dan negara Eropa lainnya, yang sebelum
pecah perang mereka hidup aman. Perang itu sendiri direncanakan oleh para
tokoh Yahudi sejak berakhirnya Perang Dunia I. Sikap anti Yahudi bangsa
Jerman sebelum pecah Perang Dunia II sudah tampak dan terungkap dalam
bentuk kebencian, pemenjaraan dan pembuangan pada saat-saat tertentu.
Setelah pecah perang, sikap orang Yahudi di seluruh dunia menentang Jerman,
sedang kebencian bangsa Jerman terhadap Yahudi berubah menjadi tindakan
kejam. Jerman menganggap orang Yahudi sudah memihak kepada sekutu
musuh Jerman. Wajarlah kalau Jerman juga memerangi Yahudi, sehingga
tumbal perang bertambah banyak.
Bagi kita masalahnya bertambah jelas, bahwa para tokoh Yahudi internasional
lah yang mengatur kondisi buruk seperti itu. Contoh yang jelas adalah kondisi
di Polandia, yang karena perjanjian Versailles telah menimbulkan perselisihan
tajam antara Jerman dan Polandia tentang pemisahan Prusia Timur sebagai
wilayah Jerman yang dipersengketakan oleh Polandia. Prusia Timur dengan
Jerman dibatasi oleh terusan yang memanjang sampai di kota Danzig, sesuai
dengan perjanjian Versailles sebagai kota internasional. Propaganda yang
dilancarkan oleh para pemilik modal Yahudi internasional menghujani berita
palsu yang membentuk opini umum, bahwa Hitler telah bertekad
menyelesaikan kota Danzig dan terusan Polandia dengan jalan kekerasan.
Padahal masalahnya tidaklah demikian. Nota Hitler yang dikirim kepada
pemerintah Polandia bulan Maret 1939 menjelaskan, agar masalah itu bisa
diselesaikan dengan jalan damai. Usaha damai ini sudah berulang kali
ditempuh, namun tidak membawa hasil. Nota Hitler yang terakhir itu tidak
mendapat jawaban selama berbulan-bulan. Pemerintah Polandia berlagak tidak
122
tahu-menahu, yang membuat Hitler kehabisan kesabaran. Propaganda Yahudi
sendirilah yang mengipas-kipas untuk mendorong Hitler mengambil tindakan
militer terhadap Polandia. Dan terjadilah serbuan Nazi ke Polandia, September
1939.
Masalah yang menyebabkan Polandia bersikap tidak tahu-menahu tentang
nota Hitler itu ialah, karena adanya jaminan dari Inggris untuk membela
Polandia bila diserang oleh Jerman. Untuk ini, Polandia menandatangani
sebuah perjanjian dengan Inggris. Jaminan Inggris ini disahkan oleh
pemerintah Inggris atas desakan dan prakarsa para pemilik modal Yahudi
internasional dan kakitangannya. Mungkin ada anggapan, bahwa Inggris
sudah melaksanakan janjinya itu, ketika Inggris mengumumkan perang
terhadap Jerman, setelah Jerman menyerbu Polandia. Akan tetapi,
kenyataannya Inggris sendiri sangat lemah. Pemerintah Inggris sendiri
menyadari ketidakmampuannya untuk mengulurkan bantuan, baik dari laut,
udara atau pun darat. Jaminan Inggris kepada Polandia menyulitkan posisi
pemerintah Inggris sendiri. Di sisi lain, para pemilik modal Yahudi
internasional telah mengetahui lika-liku sebelumnya tentang apa yang akan
terjadi, dan mendesak Inggris untuk mengeluarkan jaminan, dan sekaligus juga
mendesak Polandia untuk memegang jaminan itu. Mereka juga mendorong
orang-orang Yahudi Polandia untuk mengadakan perlawanan sengit kepada
pasukan Jerman. Ketika Polandia dikejutkan oleh serbuan Nazi, dan ternyata
Inggris tidak mengulurkan bantuan apa pun, rakyat Polandia mengalami nasib
buruk. Jelaslah bagi kita akibat dari semua peristiwa itu. Para tokoh Yahudi
internasional telah merancang dan menyebabkan nasib bangsa mereka sendiri
di Polandia kepada pasukan Nazi. Mereka sebelumnya berhasil memaksa
Hitler membanting haluan untuk berpihak kepada Nazi ekstrem. Dan
kebencian Nazi ekstrem yang telah mendarah daging terhadap bangsa Yahudi
justru menambah keruh suasana di Jerman setelah Perang Dunia I. Ini satu
bukti lagi, bahwa para tokoh Yahudi internasional adalah dalang setiap
kejahatan internasional dengan program setan, yang bertujuan menguasai
dunia demi kepentingan mereka sendiri. Setiap orang Yahudi patut menyadari,
bahwa para tokoh mereka adalah pihak yang paling bertanggungjawab atas
setiap peristiwa yang menimpa mereka dan bangsa lain di dunia. Para tokoh
Yahudi atau para sesepuh Zion (The Learned Elderly of Zion) atau kaum Nurani
tidak pernah menganut ajaran suatu agama mana pun, sampai kini. Mereka
tidak punya aqidah tertentu, kecuali 'aqidah' tamak dan gila turun-menurun,
yang selalu membuat onar dan bencana dalam mewujudkan impiannya.
Seandainya mereka benar-benar hendak membela orang Yahudi Polandia
seperti yang mereka klaim, niscaya mereka tidak akan menjerumuskan negara
itu ke dalam perang. Perang itu berarti orang Yahudi sendiri yang mendapat
perlakuan kejam dari pasukan Nazi.
Mengapa orang Yahudi yang konon tertindas, lewat organisasi Zionisme dan
jaringan-jaringannya berhasil masuk ke Amerika, Eropa dan Palestina? Orang
Yahudi kelas bawah sebenarnya hanya melaksanakan perintah dan program
123
para tokoh mereka sendiri. Mereka terkejut oleh perang yang berkecamuk,
karena mereka sebelumnya tidak menyangka. Para tokoh Yahudi, para agen
mereka, dan kaki-tangan mereka adalah orang-orang yang mengatur jaringan
Konspirasi di mana-mana dan mempersiapkan perang. Mereka inilah yang
sebenarnya menyelusup ke Eropa, Amerika dan Palestina. Mereka ini pula
yang datang kepada bangsa Barat dengan mengenakan 'pakaian hamil' dengan
mengaku menjadi mangsa perkosaan Hitler dan Nazismenya. Padahal, mereka
sendirilah yang sengaja merancang dan mengatur perkosaan itu. Mereka
datang atas nama Zionisme untuk membela apa yang dinamakan dengan
bangsa Yahudi. Kalau bangsa di dunia hendak membela orang Yahudi,
mestinya para sesepuh Yahudilah yang harus dibinasakan, untuk
menyelamatkan mereka dari kejahatan setan.
124
X. SISI GELAP POLITIK PERANG DUNIA II
Sudah kita bahas terdahulu, bahwa sekelompok tokoh terkemuka Inggris,
terutama Dumvell dan kolonel Ramsey menyampaikan peringatan kepada
pemerintah Inggris tentang bahaya Yahudi internasional. Ketika Chamberlain
menjadi perdana menteri Inggris, Dumvell dan Ramsey menjelaskan adanya
bahaya Yahudi, dan bahwa para pemilik modal Yahudi internasional adalah
pihak yang akan menyalakan api perang antara Inggris dan Jerman. Tujuan
yang hendak dicapai di balik perang itu juga dijelaskan. Mereka berdua
mencari bukti-bukti yang kuat untuk mendesak, agar Chamberlain mengambil
langkah yang tepat. Chamberlain akhirnya yakin akan adanya bahaya itu.
Pemerintahnya segera mengambil langkah dan sikap hati-hati dan waspada
dalam masalah internasional, dengan mengabaikan isyarat yang digerakkan
oleh para pemilik modal Yahudi internasional. Chamberlain tahu tentang
kebusukan perjanjian Versailles yang menjerat leher Jerman. Maka, ia akan
menyelesaikan masalah internasional yang timbul oleh adanya perjanjian
tersebut. Akibatnya, pihak kelompok pemilik modal internasional mulai
memandang Chamberlain dengan mata permusuhan dari hari ke hari. Mereka
bertekad untuk menyingkirkan Chamberlain dari kedudukannya.
Waktu krisis Swedia mencapai puncaknya karena invasi pasukan Nazi ke
negeri itu, yang sebelumnya Swedia telah digabungkan dengan Czekoslovakia
sesuai dengan perjanjian Versailles, Chamberlain enggan mengumumkan
perang terhadap Jerman. la lebih mengutamakan langkah damai dengan
mengusulkan diadakannya konferensi untuk membicarakan penyelesaian
damai mengenai krisis tersebut. Lebih-lebih setelah Dumvell dan Ramsey
membeberkan seluk-beluk kekuatan terselubung itu, ia lebih waspada
menghadapi para tokoh Yahudi. pihak Jerman sendiri setelah melihat isyarat
baik dari Inggris, Hitler melihat secercah harapan untuk menjalin hubungan
persahabatan dengan Inggris. Hitler masih tetap menuntut, agar semua beban
ketidakadilan perjanjian Versailles terhadap Jerman segera dicabut. Seluruh
akibat yang ditimbulkan oleh isi perjanjian itu harus diganti rugi. Pertemuan
yang diprakarsai Chamberlain ini diadakan di kota Munich (Munchen) Jerman.
Kemudian Chamberlain kembali ke Inggris dengan membawa berita besar
tentang perdamaian. Para pemilik modal Yahudi internasional melihat gelagat
yang tidak menyenangkan, yang akan menghalangi mereka disebabkan oleh
sikap Chamberlain. Mereka tidak akan berhasil menyalakan api Perang Dunia
II, kecuali apabila mereka bisa menyingkirkan jalan yang menuju perang itu.
Mereka juga menyadari, bahwa Chamberlain sedikit demi sedikit berbalik
memusuhi mereka. Untuk menghadapi Chamberlain, para pemilik modal
Yahudi internasional mengandalkan taktik efektif, seperti yang biasanya
mereka pakai dalam memukul musuhnya. Mereka memakai senjata media
massa dan propaganda besar-besaran yang mereka kuasai, termasuk surat
kabar, majalah dan siaran. Semuanya itu memusatkan serangan terhadap
125
Chamberlain, dengan melemparkan tuduhan sebagai antek dan kaki tangan
Hitler. Bahkan Chamberlain sempat dituduh sebagai agen Fasisme. Tuduhan
itu disebarluaskan sampai ke seluruh Eropa. Nama Chamberlain menjadi
identik dengan Fasisme. Sampai sekarang literatur internasional yang
membahas pembicaraan Chamberlain dan Hitler di Munich melukiskannya
sebagai tidak membawa hasil positif. Padahal, pertemuan itulah yang
mencegah pecahnya perang, dan menjaga perdamaian internasional.
Dalam rangka mengumpulkan bukti-bukti, Dumvell dan Ramsey menemukan
seorang yang bisa memberikan bantuan dalam melakukan usaha menghindari
perang, yaitu Tailor Kant, seorang perwira dari Amerika yang bertugas
menerima dan mengirim teleks kepada jaringan badan inteligen di kedutaan
Amerika di London. Tailor Kant dibantu oleh seorang wanita bernama Anna
Woofkov. Keduanya telah lama mengetahui data-data berbahaya yang terdapat
dalam dokumen rahasia yang sampai kepada kedutaan besar Amerika itu.
Mereka pun tahu, bahwa perang sudah sampai di ambang pintu, tanpa ada
yang menyadari. Akhirnya lubuk hati kedua orang itu berontak, ketika
mengetahui bahwa di belakang perang itu terdapat perancang dan pengatur
yang akan mendapat keuntungan sendiri. Mereka merupakan komplotan
internasional terselubung yang punya hubungan langsung dengan kalangan
pemilik modal Yahudi internasional. Mereka berdua mulai berpikir dalam-
dalam untuk menemukan cara yang bisa mencegah terjadinya perang itu.
Mereka mempelajari isi dokumen pertukaran informasi lewat antara Churchill
dan Presiden Roosevelt, yang jelas-jelas membuka kedok para tokoh Yahudi
internasional yang sebenarnya memegang kendali pemerintah Inggris dan
Amerika dari punggung Churchill dan Roosevelt sendiri.
Tailor Kant tahu, bahwa admiral Dumvell dan kolonel Ramsey sedang
berusaha memerangi tokoh-tokoh Yahudi internasional, serta menghindari
pecahnya perang. Akhirnya Taylor menemui kolonel Ramsey di rumahnya di
Gloster Square 47 London, dan minta agar Ramsey sudi menunjukkan
dokumen asli kepadanya. Setelah diperlihatkan, Taylor terkejut sekaligus lebih
yakin dan bisa lebih banyak membantu usaha pencegahan perang dengan
memperlihatkan dokumen itu kepada Chamberlain.
Sementara itu, di Jerman terjadi pertikaian intern antara Hitler dan para tokoh
Nazi berhaluan ekstrem, yang mewakili kalangan elit Jerman. Meskipun Hitler
telah berganti haluan dan memihak mereka sejak tahun 1936, namun dalam
benak Hitler masih terdapat keyakinan mengenai keharusan adanya
persahabatan dan perdamaian dengan Inggris dan Eropa. Hitler berharap agar
tuntutan Jerman berkenaan dengan perjanjian Versailles bisa dipenuhi,
khususnya pencabutan konsekuensi tersebut. Sedang para tokoh Nazi
berhaluan keras bertekad untuk mewujudkan supremasi ras Jerman dengan
menguasai Eropa dan dunia pada umumnya dengan kekuatan militer. Di sisi
lain, Hitler telah merasa puas setelah bertemu Chamberlain. Sebab perdana
menteri Inggris ini tahu benar seluk-beluk bahaya laten Yahudi internasional,
126
dan bertekad untuk tidak tunduk pada ketamakan para pemilik modal Yahudi
internasional. Itulah sebabnya, Hitler berusaha menghindari benturan dengan
Inggris, namun ternyata tidak mampu mencegah pecahnya perang. Ketegangan
politik terus meningkat oleh propaganda dan desas-desus santer yang tersebar
luas di Eropa, yaitu suatu taktik untuk membakar suasana. Di samping itu,
tekanan kelompok Nazi berhaluan keras di Jerman terhadap Hitler
menyebabkan meletusnya perang pada awal September 1939, ketika Jerman
menyerbu Polandia.
Hitler adalah tipe orang yang punya sifat tidak mundur dari pendiriannya,
kalau hal itu telah terlanjur diucapkan. Ketika mengumumkan perang kepada
Inggris dan sekutu, ia memandang bahwa satu-satunya penyelesaian adalah
dengan perang, meskipun ia masih ingin berdamai dengan Inggris. Namun ia
ingin mengenyahkan para pemilik modal internasional dengan satu pukulan
yang mematikan. Para tokoh Yahudi internasional menyadari, bahwa mereka
sedang mempertaruhkan nasib dalam sebuah permainan konspirasi terbesar
yang pernah mereka lakukan sepanjang sejarah. Untuk itu, mereka bertekad
menyalakan api perang lebih besar lagi, dengan menjadikan Nazisme sebagai
kekuatan yang mampu membakar api perang global, yang dalam perang itu
pasukan Nazi muncul sebagai salah satu super power. Sementara itu, mereka
mendapatkan Chamberlain sebagai batu penghalang di tengah jalan yang
mengganggu, sampai perang berkobar. Chamberlain diketahui punya niat
untuk secepatnya mengakhiri perang, dan mengadakan perdamaian, atau
menerima syarat yang diajukan oleh Hitler sebelumnya.
Pasukan Jerman menyerbu bagaikan angin topan dan menduduki Polandia,
lalu melalap Perancis dan Eropa Barat. Pasukan lapis baja Jerman yang
dilengkapi dengan tank jenis panser yang terkenal itu, mampu menumbangkan
pasukan Inggris, atau memaksa mereka menyerah dalam sekejap mata. Namun
saat itu tiba-tiba Hitler mengeluarkan perintah tertanggal 22 Mei 1940, agar
pasukannya berhenti menyerang. Perintah yang ditujukan kepada komandan
pasukan lapis baja Jerman, jenderal Von Klaist itu berbunyi sebagai berikut,
"Seluruh divisi lapis baja supaya menghentikan operasinya dengan mengambil
jarak yang cukup dari battery meriam kota Dankert, yang memungkinkan bisa
melakukan gerakan defensif atau berjaga-jaga". Sudah tentu, jenderal Von
Klaist sangat terkejut adanya perintah itu. Sebab, pasukannya ketika itu
mampu menghancurkan pasukan Inggris sama sekali kalau dikehendaki. Ia
lebih terkejut lagi ketika mendapat perintah yang kedua yang lebih
membingungkan lagi. Hitler memberi instruksi untuk menarik mundur
pasukannya ke belakang garis front pertempuran di dekat kota itu, setelah
pasukan lapis baja Jerman berhasil menyeberang masuk melewati garis
tersebut. Pasukan Jerman itu terpaksa berhenti selama tiga hari dalam keadaan
tidak menentu.
127
Dalam bukunya berjudul "Ujung Lembah yang Lain" (Another End of the Plain),
seorang kapten dalam pasukan Von Klaist bernama Liddle Hart menulis,
bahwa dua perwira tinggi jenderal Ronchidt dan Von Klaist menghadap Hitler
untuk menyampaikan protes atas instruksi Hitler yang membingungkan.
Namun kedua perwira itu lebih terkejut lagi setelah mendengar jawaban sang
Fuhrer yang menjelaskan, bahwa perintahnya itu bermaksud memberikan
kesempatan pasukan Inggris untuk menarik mundur pasukannya, tanpa
memerlukan jatuhnya korban, dan untuk menjaga wibawa angkatan bersenjata
Inggris yang telah dikenal oleh dunia itu. Hitler punya keyakinan, bahwa
kelestarian kerajaan Inggris masih sangat diperlukan. Di samping itu, Hitler
mengharapkan agar terbuka kesempatan untuk mengadakan pembicaraan
damai dengan Inggris, yang berarti akan mengakhiri perang melawan Inggris,
dengan syarat Inggris harus memenuhi tuntutan Jerman.
Ada bukti lain, bahwa angkatan udara Jerman menolak untuk melakukan
serangan udara selama bulan-bulan pertama perang itu, yaitu selama
Chamberlain masih menduduki tampuk kepemimpinan pemerintah Inggris.
Pasukan Inggris jugs menolak untuk menyerang kota-kota Jerman yang akan
membawa korban penduduk sipil. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
dikeluarkan oleh Chamberlain tanggal 2 September 1939, tepatnya pada hari
pecahnya perang. Chamberlain berkata, bahwa pasukannya hanya akan
menyerang sasaran militer. Perang itu berlangsung hingga pasukan Inggris
ditarik mundur dalam kondisi lebih mirip damai daripada perang yang
sebenarnya, dari kota Dankert. Pasukan Jerman tidak mengadakan serbuan
lebih jauh masuk ke wilayah Inggris, kecuali melakukan manuver militer kecil-
kecilan. Situasi ini ditentang keras oleh tokoh-tokoh Nazi di Jerman, dan para
pemilik modal Yahudi internasional di Inggris. Setelah itu, seperti biasanya
media massa di Inggris menyerang Chamberlain dengan gencar, dibarengi
dengan tekanan berat terhadap pemerintahnya. Chamberlain terpaksa
meletakkan jabatan dalam kondisi seperti dialami oleh Asquith dan
pemerintahnya dalam Perang Dunia I. Kemudian digantikan oleh wajah yang
sama pernah menggantikan Lord Asquith sendiri, yaitu Winston Churchill
menduduki kursi perdana menteri tanggal 11 Mei 1940, langsung ia
mengeluarkan perintah kepada angkatan udara Inggris untuk mengadakan
serangan udara terhadap sasaran di kota-kota Jerman untuk pertama kalinya.
Inilah awal pengeboman atas kota-kota penduduk sipil di seluruh dunia.
Perkembangan seperti itulah yang ditunggu-tunggu oleh para tokoh Nazi
berhaluan keras. Ini berarti, mereka telah melihat saat yang tepat untuk
mengadakan penyerbuan besar-besaran ke arah Timur dan Barat. Lebih-lebih
setelah diketahui ternyata pasukan Nazi dengan mudah bisa merebut beberapa
kemenangan sebelumnya. Mereka segera mengadakan pertemuan puncak yang
dihadiri oleh eselon satu tokoh-tokoh Nazi untuk membahas perkembangan
yang terjadi. Mereka sepakat memanfaatkan politik Hitler yang condong
kepada Inggris untuk membentengi jalannya perang. Dengan segera mereka
mengutus orang kepercayaannya yang mewakili mereka ke Inggris untuk
128
mendesak, agar Inggris bersedia mengadakan perjanjian damai dengan Jerman.
Dengan demikian, kekuatan pasukan Jerman bisa difokuskan ke Uni Sovyet
dan menghancurkan Komunisme, kalau Inggris bersikap netral. Utusan yang
dikirim itu adalah Rudolf Heiss, yang saat itu dipandang sebagai tangan kanan
Hitler. Seluruh dunia dikejutkan oleh berita tentang pembelotan Rudolf Heiss
yang melarikan diri, dan minta suaka politik di Inggris. la melarikan diri
dengan pesawat tempur terbang ke London. Di antara orang yang paling
terkejut adalah Hitler sendiri. Ia tidak habis berfikir, kenapa orang
kepercayaannya sampai melarikan diri. Di Inggris, Rudolf Heiss mengadakan
pembicaraan penting dengan Churchill dan Lord Hamilton. Heiss
membeberkan gagasan dari sejumlah perwira tinggi Jerman yang ingin
mengadakan perdamaian dengan Inggris. Setelah itu, Hitler akan memutuskan
perhatian militernya untuk memerangi komunisme di Uni Sovyet. Churchill
ternyata menolak. Gejala ini juga menunjukkan, bahwa Hitler dan Heiss
sebenarnya menentang kelompok Nazi yang berhaluan keras. Dan benar juga,
kelompok Nazi berhaluan keras mendesak Hitler untuk segera menyerbu
Rusia, tanpa memperhitungkan terbukanya wilayah Jerman dari perlindungan
militer, apabila pasukan Jerman dikerahkan ke arah Rusia. Tidak ada jalan lain
bagi Hitler selain menyerah kepada kehendak mereka. Tepat tanggal 22 Juni
1941 pasukan Jerman menyerbu Rusia secara besar-besaran.
Perang global menjadi kenyataan setelah Presiden Amerika Roosevelt
mengumumkan perang kepada Jerman. Churchill muncul menjadi tokoh
sekutu terkemuka dan pemimpin kuat di Inggris. Langkah pertamanya ialah
mengadakan penangkapan terhadap semua lawan politiknya, dan
menjebloskan mereka ke penjara sampai batas yang tidak ditentukan tanpa
diadili. Sebagian tetap meringkuk dalam penjara, meskipun perang telah
selesai. Hal ini bertentangan dengan kebiasaan yang dikenal dalam sejarah
Inggris. Bagi Churchill, orang yang memusuhi Yahudi internasional atau
Zionisme, dan orang yang mencoba menghalangi berlanjutnya perang adalah
musuhnya. Di antara orang yang ditahan adalah Dumvell dan kolonel Ramsey
beserta istri mereka, serta kawan-kawan dan para pendukung mereka. Faktor
yang menyebabkan bangsa Inggris tutup mulut adalah propaganda yang
tersebar luas, yang dikuasai oleh para pemilik modal Yahudi internasional.
Berita ini mengatakan, bahwa di Inggris terdapat perkumpulan terbesar kelima
yang berkolaborasi dengan Hitler, yang para anggotanya harus segera
diamankan. Kebohongan propaganda itu dibuktikan oleh hasil penyelidikan
mahkamah dan agen rahasia Inggris, bahwa tuduhan yang dilontarkan kepada
para tahanan mengenai kolaborasi mereka dengan Hitler adalah tidak benar.
Kekuatan terselubung juga mencoba melontarkan tuduhan yang sama kepada
Lady Nicholson, istri admiral Nicholson. Namun pengadilan Inggris kemudian
membebaskannya, setelah terbukti ia tidak bersalah. Churchill mengambil
tindakan lain dengan menahannya tanpa diajukan ke pengadilan, hanya karena
ia pernah menentang keterlibatan Inggris dalam perang. Semua perintah
penangkapan itu dikeluarkan oleh menteri dalam negeri pemerintah Churchill,
129
Herbert Morrison. Morrison ini tampil kembali dengan wajah aslinya pada
tahun 1954 di Kanada, ketika ia melakukan kegiatan pengumpulan dana
bantuan untuk gerakan Zionisme internasional. Dengan demikian, hubungan
Churchill dengan kelompok Yahudi internasional tampak makin jelas.
Ternyata, penjara bukanlah penghalang bagi suara lantang admiral Dumvell. Ia
terus tetap berusaha membeberkan seluk-beluk kekuatan terselubung itu.
Beberapa saat setelah keluar dari penjara, karya tulisnya segera beredar dengan
judul From Admiral to Young Marine (Dari Admiral menjadi Marinir Muda).
Dalam buku itu ia membuka rahasia peristiwa yang menyebabkan timbulnya
Perang Dunia II, dan mengingatkan bangsa Inggris akan adanya ancaman
bahaya Zionisme. Kolonel Ramsey juga tidak ketinggalan. la menulis buku
berjudul War without Name (Perang tanpa Nama). Anehnya kedua buku itu
segera lenyap dari peredaran. Diduga keras, kedua buku itu diborong oleh
kelompok Yahudi untuk dimusnahkan. Namun demikian, mata sebagian
bangsa Inggris dan Eropa sempat pula terbuka tentang hal-ikhwal rahasia
Zionisme.
Sedang mantan perdana menteri Inggris Chamberlain sangat terenyuh melihat
negerinya diseret ke pembantaian global, demi membela kepentingan
kelompok pemilik modal Yahudi internasional. Kepedihan Chamberlain
bertambah pahit oleh adanya propaganda yang memusatkan sasarannya
kepada dirinya, sampai akhir hayatnya. Bahkan dalam buku sejarah hingga kini
masih tertulis, bahwa Chamberlain adalah kaki tangan Hitler. Sementara itu,
Churchill ditulis sebagai pahlawan terbesar penuh dengan jasa bagi
kemanusiaan dan bintang kehormatan. Ia dianggap berjasa, karena telah
menghindarkan umat manusia dari malapetaka Nazisme. Sejarah telah menjadi
kumpulan kebohongan yang dibukukan.
130
Xl. DUNIA MASA KINI
Kita telah melemparkan jejak langkah Konspirasi internasional dalam sejarah
berabad-abad lamanya, sampai periode Perang Dunia II, yang lebih ganas
daripada Perang Dunia I. Kita masih bisa menyaksikan reruntuhan puing-
puing peninggalan perang tersebut. Atau minimal kita masih ingat kekacauan
dan kehancuran yang ditimbulkan. Saksi hidup masih banyak jumlahnya.
Perang itu selayaknya menjadi pelajaran bagi umat manusia. Segala
kemampuan perlu dihimpun untuk menghindari malapetaka yang timbul dari
perang yang tidak perlu terulang lagi. Jalan terbaik adalah bersikap waspada
terhadap setiap kekuatan setan, yang suka menimbulkan gejala kekacauan
dunia dari balik layar. Setiap krisis perekonomian dan kekacauan yang timbul
perlu diwaspadai siapa biang keladinya. Terulangnya sejarah pahit perlu
dicegah.
Sukar orang mengetahui ke mana dunia kita ini sedang berjalan. Kita hanya
bisa membandingkan antara masa lalu dengan fenomena masa kini, dengan
berpijak pada apa yang telah kita ketahui mengenai program-program besar
yang dicanangkan oleh konferensi Malta tahun 1943, dan 1946 oleh tiga tokoh
berpengaruh dunia, yaitu Churchill, Roosevelt dan Stalin. Peran Roosevelt
kemudian digantikan oleh Truman. Tidak banyak pihak yang tahu tentang
hakikat yang berhubungan dengan kesepakatan tinggi tokoh tersebut, kecuali
beberapa orang dalam kalangan atas saja, pihak umum sukar hendak
mengetahui, kecuali hanya melihat indikatornya lewat peristiwa yang terjadi
kemudian. Mereka merancang perjalanan yang sedang kita alami sekarang ini,
sebagaimana pengakuan Stalin dan Truman atas berdirinya negara Zionis di
tanah Palestina, sebelum negara lain mana pun memberikan pengakuannya.
Ketiga tokoh di atas sebenarnya bukan merupakan satu kesatuan. Stalin sendiri
telah berbalik kepada pihak pemilik modal internasional sejak sebelum perang,
dan memperkokoh kedudukan dengan langkah pembersihan terhadap lawan
politiknya, terutama para tokoh Komunis senior. Berbaliknya Stalin karena ada
tekanan berat dari para pemilik modal internasional, untuk bersama-sama
menghadapi musuh, yaitu Nazisme golongan aristokrat militer rasialis Jerman.
131
XII. SISI GELAP JATUHNYA BOM ATOM DI
HIROSHIMA DAN NAGASAKI
Para pemilik modal Yahudi internasional melihat tanda-tanda akan
berakhirnya Perang Dunia II. Negara yang terlibat di dalamnya telah lumpuh,
dan Stalin bertekad untuk mengadakan serbuan besar-besaran ke Eropa Barat
sendiri, dan akan menyerbu Amerika untuk menghancurkan musuh dan
memperluas sayap pengaruh Komunisme ke seluruh dunia. Para tokoh militer
dan sipil Amerika dan Eropa menyadari ancaman bahaya ini. Mereka
memandang, bahwa untuk menghalangi jejak langkah Stalin, pertama-tama
perang dengan Jepang harus di akhiri. Hal ini harus dibicarakan secara terbuka
dengan Stalin. Akan tetapi, penyelesaian seperti itu dikhawatirkan akan
merugikan pihak Konspirasi internasional. Akhirnya kekuatan terselubung ini
mengambil jalan pintas, untuk menunjukkan kekuatan Barat yang mengerikan
kepada Stalin, agar Stalin tidak berani mengadakan serbuan kepada Dunia
Barat. Pilihan mereka jatuh pada Jepang untuk dijadikan kambing tebusan atau
medan percobaan, tanpa memperhitungkan akibat dari senjata membinasakan
yang baru pertama kali akan muncul saat itu, yaitu bom atom.
Protes beberapa perwira tinggi Amerika tentang penyelesaian masalah dengan
cara barbar seperti itu untuk mencegah malapetaka tidak mendapat perhatian
sama sekali. Bernard Baruch dan para pemilik modal Yahudi internasional
telah berhasil menekan Presiden Roosevelt untuk menggunakan bom atom,
meskipun jenderal Mac Arthur dan para tokoh nasional lainnya menentang
penggunaan senjata itu. Maka tidak bisa dihindari lagi senjata jahanam itu
jatuh yang pertama kali di kota Hiroshima, dan bom kedua jatuh di kota
Nagasaki. Jepang segera menyerah kepada sekutu beberapa hari setelah
jatuhnya bom atom itu. Setelah itu, propaganda besar-besaran segera beredar
untuk memberikan justifikasi atas peristiwa biadab tersebut. Kekalahan Jepang
sebenarnya sudah tercium sebelum bom atom itu dijatuhkan Ini dikemukakan
oleh jenderal Mac Arthur sendiri, sebagai panglima tertinggi pasukan Amerika
Serikat di Timur Jauh. Hal yang sama juga diucapkan oleh para perwira tinggi
Amerika lainnya. Sumber inteligen yang lain menunjukkan adanya gejala,
bahwa Jepang sudah mencoba berkali-kali untuk menyerah, dan bersedia
memasuki meja perundingan damai, tetapi ditolak oleh pihak yang berniat
menjatuhkan bom atom tersebut.
Jatuhnya bom atom telah mengakhiri Perang Dunia II. Dunia terbelah menjadi
dua blok, yaitu Stalin dan dunia Barat, sesuai dengan perjanjian Teheran, Malta
dan Potsdam. Dalam perjanjian itu, dunia dibagi menjadi wilayah pengaruh
yang saling berhadapan, seperti yang terjadi akibat dari perjanjian Versailles.
Namun masalahnya tidak hanya berhenti di sini. Di samping itu ada
pembicaraan rahasia antara para wakil pemilik modal internasional dan Stalin
untuk mengungkapkan kondisi masing-masing pihak. Stalin saat itu sedang
berada pada akhir masa kekuasaannya. Kekuatan atheisme yang diwakili oleh
132
Komunisme belum tentu akan bisa terus berperan sebagai alat, setelah Stalin
meninggal dunia. Di sisi lain, sendi-sendi yang telah dimasuki oleh agen-agen
kekuatan terselubung bisa menjadi jalan mudah untuk menguasai negara itu
beserta satelit-satelitnya. Ada pun bahaya yang mungkin datang dari Stalin
sendiri terbatas pada masa usia Stalin yang telah lanjut tersebut. Maka harus
dihindari jangan sampai Stalin melangkah ke kebinasaannya sendiri, sekaligus
membinasakan harapan para pemilik modal internasional, di samping
kehancuran global.
Stalin menganggap Komunisme Cina yang dipimpin oleh Mao Tse Tung
sebagai sahabat alaminya, yang bisa membantu untuk mewujudkan ketamakan
hegemoni internasionalnya. Apa lagi Cina punya potensi sangat besar dengan
memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Demikianlah kepentingan kedua
belah pihak antara Stalin dan para pemilik modal internasional telah
bersekongkol terhadap musuh bersama mereka, yaitu pemerintahan nasional
Chiang Kai Sek yang berusaha membangun kembali negeri Cina, dan
membendung musuh yang datang dari dalam dan luar. Dengan terompet
propaganda internasional yang ditiup oleh Konspirasi terhadap pemerintah
Chiang Kai Sek, disertai dengan penyusupan kaki tangan asing ke dalam
jaringan politik, pemerintah berhasil menyingkirkan tokoh nasional tersebut.
Presiden Amerika sendiri, Truman telah bersikap membiarkan Cina jatuh ke
tangan Komunis. Pada saat yang sama Stalin memberikan dukungan dan dana
besar-besaran untuk kemenangan revolusi Komunis Cina.
Masalahnya berbeda dari situasi di mana-mana sebelumnya. Kesadaran
bangsa-bangsa tentang bahaya kekuatan terselubung makin meningkat di
berbagai negeri. Para tokoh internasional mulai memikirkan dan menyusun
barisan untuk membendung laju tipu daya Konspirasi internasional. Dengan
demikian, Konspirasi internasional akan mendapatkan kesulitan untuk
melakukan langkah provokatif dan agitatif seperti terhadap bangsa, lalu, yang
tidak berdaya menghadapinya. Maka berdirilah Perserikatan Bangsa-Bangsa
(United Nations) sebagai lembaga internasional untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi oleh dunia secara damai, dengan prinsip moral yang bisa
diterima. Sayangnya, kekuatan terselubung juga bisa menyelusup ke dalamnya,
sebagaimana yang biasa dilakukan di masa-masa sebelumnya. Sejak berdirinya,
PBB sering mengecewakan. Ini bisa dilihat dengan jelas tentang resolusi yang
dikeluarkan, yang justru sering mendapat tantangan dari negara anggotanya
sendiri, atau sering tidak mampu melaksanakan resolusi yang telah diputuskan
secara adil.
Masyarakat internasional seharusnya menyadari apa yang sedang berjalan di
PBB, dan segera berusaha menghentikan ulah kekuatan terselubung itu.
Sulitnya ialah, bahwa PBB itu bukanlah segalanya bagi Konspirasi
internasional. Timur Tengah, Timur Jauh, Amerika Latin dan negara-negara
blok Barat dan Timur telah menjadi kancah pertikaian regional, dan
dihadapkan kepada berbagai krisis yang tak terpecahkan. Untuk itu,
133
propaganda yang serba menyesatkan diarahkan kepada mereka, agar pola pikir
mereka dilayani oleh informasi yang keliru. Dunia kita saat ini sedang
menyaksikan perkembangan mendasar dan menyeluruh di seluruh dunia, yang
belum pernah terjadi dalam sejarah umat manusia. Gelombang kedzaliman dan
atheisme telah meluas sampai ke negara kecil mana pun di belahan bumi ini.
Kekuatan Konspirasi terus bermain dalam usahanya mengeksploitasi
kemiskinan dan pengalaman bangsa-bangsa kecil itu, yang akhirnya akan di
kuasai, baik secara langsung atau pun tidak langsung.
Perubahan mendasar secara mencolok telah terjadi di Rusia sejak wafatnya
Stalin. Negara-negara bagian berusaha keras untuk melepaskan diri dari
cengkeraman Komunisme, setelah rahasia politik dan taktik kotor yang dipakai
Stalin terungkap oleh bangsa Rusia sendiri. Di Amerika pun terjadi
perkembangan untuk memahami masalah yang dihadapi oleh bangsa sedunia,
yaitu menghindari perang, memperbaiki kondisi politik Amerika, mencari jalan
penyelesaian tentang diskriminasi rasial, dan meningkatkan kewaspadaan
umum tentang bahaya Konspirasi internasional. Perkembangan itu masih terus
berlanjut dalam kehidupan bangsa Amerika.
Tidak diragukan lagi, dunia tengah bertanya-tanpa mengenai peran Konspirasi
dalam perkembangan yang bakal terjadi di masa mendatang. Kita pun yakin,
bahwa nasib hari esok bukanlah berada di tangan makhluk tertentu, melainkan
milik Tuhan sendiri. Kita perlu membandingkan masa lalu dan sekarang, lalu
menarik kesimpulan umum berdasarkan studi sejarah. Mungkin pada tahun-
tahun mendatang akan terungkap hakikat Konspirasi lewat berbagai peristiwa
yang terjadi. Kemungkinan besar berbagai peristiwa itu akan bisa mengalihkan
orientasi dunia yang sekarang sedang kita hadapi, dan hakikat Konspirasi tidak
lagi merupakan realitas asing bagi setiap orang, dan akan menunjukkan
sebagai kekuatan yang punya tujuan menghancurkan bangsa-bangsa, baik dari
dalam maupun dari luar. Kita harus berusaha menguasai mereka sedikit demi
sedikit secara ideologis, sosial dan ekonomis. Saat itu kekuatan Konspirasi akan
terang-terangan menghantam keyakinan agama samawi, di samping
menghancurkan para tokoh agama dan pembela moral yang berdiri tegak
menghadang jejak langkah Konspirasi.
Mudah-mudahan sajian buku ini menjadi peringatan tentang bahaya
Konspirasi Zionisme internasional yang tanpa henti melakukan
persekongkolan terhadap umat manusia di balik kedok yang bermacam-
macam. Informasi dan bukti-bukti yang disajikan buku ini telah membuka
rahasia tentang propaganda atheisme materialis atau faham yang sejalan
dengannya, di samping juga membeberkan para tokoh dan kaki tangan yang
dipakai untuk mengeruhkan situasi, dan merusak serta memerangi ajaran
agama samawi. Dunia harus menyadari, bahwa kekuatan terselubung sedang
mempersiapkan diri untuk menyalakan api Perang Dunia III. Perang ini
seandainya benar-benar terjadi akan merupakan malapetaka yang paling
dahsyat bagi umat manusia sepanjang sejarah, dan merupakan akhir tujuan
134
Konspirasi. Maka tidak ada kekuatan lagi yang berani melawannya, kecuali
kekuatan yang berlandaskan aqidah yang membaja.
Bangsa sedunia wajib memusatkan perhatian kepada bahaya yang mengancam.
Kita harus mewaspadai setiap gejala yang bisa menyeret dunia menuju
meletusnya Perang Dunia III. Kita harus punya sikap konsisten untuk
menentang siapa saja yang menimbulkan perang dan pergolakan.
Penyebarluasan propaganda atheisme harus dicegah dan ditangkal secara
frontal. Umat manusia harus ingat, bahwa kehancuran dan malapetaka adalah
akibat benturan-benturan yang menyulut perang dan pergolakan. Sedang
sejarah telah berbicara, bahwa satu-satunya pihak yang bertanggung jawab
adalah para pialang perang atau dengan kata lain, para tokoh Yahudi
internasional.
Penyunting
Khairullah Al-Thalfah