Yayang Palupi Ningsih added a new photo — with Bunga Tia and 36 others.
https://www.facebook.com/yayang.palupi/posts/965408390150170
SYIAH BKN ISLAM..!!!
SYIAH PENGKHIANAT UMAT ISLAM..!!
SYIAH DURI DALAM DAGING..!!
SYIAH IRAN INGIN MELEBARKAN PENGARUHNYA DI TIMUR TENGAH ..MAKANYA SAUDI DAN NEGARA2 ISLAM LAINNYA MEMBERI PELAJARAN KPD RAKYAT YAMAN...!!
SBLM SYIAH INDO MEMBESAR LBIH BAIK BUNUH MREKA SPT DISURIAH...!!
SYIAH KAFIR AGAMA PENGHINA SAHABAT ...!!
SYIAH ..AGAMA DENDAM..!!
SYIAH..BLA..BLA..BLA...LAINYA..!!
_________________
JAWAB :
SEMUA KETOLOLAN , KEPENGECUTAN KLO PERLU SEMUA KOTORAN YG ADA DIDUNIA INI LEMPARKAN KEMUKA SYIAH..
SYIAH PENGKHIANAT UMAT ISLAM..!!
SYIAH DURI DALAM DAGING..!!
SYIAH IRAN INGIN MELEBARKAN PENGARUHNYA DI TIMUR TENGAH ..MAKANYA SAUDI DAN NEGARA2 ISLAM LAINNYA MEMBERI PELAJARAN KPD RAKYAT YAMAN...!!
SBLM SYIAH INDO MEMBESAR LBIH BAIK BUNUH MREKA SPT DISURIAH...!!
SYIAH KAFIR AGAMA PENGHINA SAHABAT ...!!
SYIAH ..AGAMA DENDAM..!!
SYIAH..BLA..BLA..BLA...LAINYA..!!
_________________
JAWAB :
SEMUA KETOLOLAN , KEPENGECUTAN KLO PERLU SEMUA KOTORAN YG ADA DIDUNIA INI LEMPARKAN KEMUKA SYIAH..
pertama2 ijinkan ana utk mengingatkan kpd ayat AlQuran berikut ini
..hingga kalian aan merasa diawasi oleh 2 Malaikat pencatat sblm koment
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu
sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin,
Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar
balikkan (kebenaran) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah
adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.”
AlQur’an Surah AnNisa’: 135
AlQur’an Surah AnNisa’: 135
Orang arab memiliki istilah yang mewakili dari ketidaknyamanan dan rasa
putus asa diri mereka, “Naksa” demikian istilah itu disebut. Naksa
adalah simbolisasi dari kekalahan bangsa arab dari Israel dalam perang
enam hari dan Kekalahan pada perang yom kipur.
Ia mewujud
menjadi kepengecutan politis, yang melahirkan ketunduk dan patuhan
mereka untuk mengikuti tiupan arah angin Zionis Israel.Maka utk
melampiaskan kepengecutan nya pd Zionis mreka buatlah organisasi2 bodoh
dan pengecut spt jabhra An -Nuhra , ISIS, Al qaeda, Bukan hanya itu
saja, iapun menjelma pada sikap kepengecutan militer, bahkan menggelari
Israel sebagai al jaizullazi al yuhzam.
Kepengecuitan-kepengecutan pemerintah Wahabi itu dapat dilihat dari
perjanjian-perjanjian dengan Israel serta bungkamnya lembaga fatwa
Wahabi yang mandul dihadapan penguasa mereka sendiri mari kita lihat:
1. Pasca kekalahan arab atas Israel, negara-negara Arab (Wahabi )
melakukan berbagai perjanjian perdamaian (baca pengakuan tidak langsung )
dengan Israel. Pada tahun 1979 Anwar saddat meneken kesepakatan Camp
David dengan Israel . Sungguh ironis, sebuah negara yang paling banyak
dirugikan dalam perang melawan Israel harus mengibarkan bendera putih
sebagai tanda damai (baca : takluk) atas hantu naksa bernama Israel yang
tentaranya disebut sebagai al jaizullazi al yuhzam oleh orang-orang
arab suni ini.
2. Pada Tahun 1982 perjanjian damai (baca
takluk) antara negara-negara Arab Wahabi dan Israel yang sebelumnya
dituangkan dalam Camp david, kali ini disempurnakan lagi dengan Fahd
Plan, yang point pentingnya adalah : bentuk pengakuan atas negara Israil
, dan yang patut di catat Fahd plan ini dalam Proposal Presiden Reagen
tertanggal 4 September 1982 salah satu kalusul Fahd Plan yang berbunyi :
Pembentukan Negara Palestina Merdeka di hapus, dan negara-negara Islam
Wahabi Timur Tengah mengiyakan saja proposal Reagen ini.
Imam
khomaini menentang keras Fahd Plan ini dan, Hosni Mubarak menanggapi
reaksi keras Imam khomaini ini dengan mengajak dan mendeklarasikan diri
bahwa mesir tidak akan menoleransi ancaman-ancaman Iran atas
negara-negara Arab di wilayah teluk.
Perhatikan siapakah yang boneka AS dan Israel sebenarnya siapakah yang pengecut sesungguhnya ??
3. Pada 6 – 9 September 1982. Liga Arab (sebagian besar negara
Wahabi ) menyelenggarakan KTT di Fez Maroko, konfrenmsi ini melahirkan
Piagam Fez, yang salah satu kalusulnya adalah pengakuan secara tidak
langsung kedaulatan Zionis Israel dan jaminan terhadap eksistensi
Israel. Jadi siapakah yang boneka ? dan siapakah yang pengecut ? jelas
jawabnya adalah negara-negara Wahabi..!!
4. Pada Tahun 1990 an
AS dan Israel menyeponsori Konfrensi Madrid yang didukung oleh
negara-negara Islam (Wahabi) Timur Tengah, sementara itu Republik islam
Iran menyatakan “Konfrensi Madrid sebagai bagian dari usaha untuk
melegetimasi rezim zionis Israel di atas wilayah dan penderitaan bangsa
palestina. [3] Dari konsfrensi Madrid ini jelas bahwa negara-negara
WahabiTimur tengah adalah boneka yang siap dimainkan AS untuk patuh
terhadap Israel, dan tampaklah kepengecutan mereka.
5. Pada
bulan juli 1994 Husein bin Talal raja Yordainia menandatangani
kesepakatan damai antara Yordania dan Israel yang kemudian membuka pakta
damai antara Israel dan Yordania pada bulan Oktober 1994 setelah
sebelumnya di tahun 1970 Raja yordan ini memerintahkan militernya agar
menekan aktifitas gerilyawan PLO di Yordania. Bandingkan dengan sikap
Iran, meskipun Arafat pada saat perang Iraq-Iran menolak mengutuk
penyerangan iraq yang diskenareoi AS dan Israel itu, Iran tetap
mendukung perjuangan PLO dan dapat membedakan antara Arafat da PLO,
bukan hanya itu pada saat Arafat mengecam Iran yang menyelenggarakan
Konfrensi Teheran (dan dihadiri PLO juga) sebagai tandingan konfrensi
Madrid hasil rekayasa AS-Israel, Iran tetap bisa bersikap baik dan
terus mendukung perjuangan rakyat palestina dan PLO, karena Arafat bukan
representasi rakyat palestina ia hanya salah satu dari ribuan rakyat
palestina yang terjajah. Jika Raja Yordania (yang Wahhabi) itu
memerintahkan menekan PLO, Hasemi Rafsanjani yang dari Iran justru
menyatakan kesediaan mengerahkan tentaranya membantu perjuangan rakyat
palestina mengusir penjajah zionis Israel [4] Pertanyaanya siapakah
sesungguhnya yang boneka itu ? dimana letak kedaulatan negara-negara
Wahabi tsb ?
6. Penghambaan negara-negara sunni timur tengah
pada zionis Israel semakin nampak jelas ketika pada tanggal 13 juli
2005 dua kepala negara sunni yakni Raja Abdullah 2 dan Hosne Mubarak
mengutuk Hizbullah.
7. Di kota Oxford telah terjadi pertemuan
rahasia antara Arab Saudi dan Israel mereka diwakili oleh Pengeran
Turki al-Faisal. mantan Kepala Dinas intelejen Arab Saudi dan juru
perunding Palestina, Nabil Shast. Pihak Israel akan diwakili oleh mantan
direktur Departemen Luar Negeri Israel, Aloun Leil, penasehat Mossad,
Mati Chsistrigh, dan mantan Perdana Menteri, Ehud Olmert. Pertemuan
yang berlangsung tiga hari membahas ”Menghidupkan Inisiatif
Penyelesaian Arab” yang telah digagas oleh Arab Saudi pada 2002 lalu.
Proposal Arab Saudi berisikan penyelesaian menyeluruh yang meliputi 22
negara Arab dalam konflik dengan Israel. Perhatikan Arab Saudi mewakil
22 negara arab ( Wahabi) bernegoisasi dengan Israel secara rahasia,
bagaimana sesungguhnya negara-negara Wahabii, benar benar boneka
AS...ckckck
8. Lihat prilaku negara Wahabii ini, ia adalah
Mesir, disebutkan Mesir memulai pembangunan sebuah dinding logam besar
di sepanjang perbatasannya dengan Jalur Gaza. Langkah itu dilakukan
untuk menutup terowongan-terowongan yang dipakai untuk menyelundupkan
barang.Dinding itu direncanakan memiliki panjang 10-11 kilometer dan
akan berada 18 meter di bawah permukaan tanah.Para pekerja Mesir dibantu
oleh insinyur dari kemiliteran Amerika Selama beberapa pekan, para
petani lokal telah melaporkan adanya aktivitas di perbatasan, di mana
pepohonan ditebangi. Namun tidak banyak di antara mereka yang menyadari
sebuah palang penghalang tengah dibangun. Maklum, dinding penghalang
yang dibuat dari baja superkuat itu disembunyikan di bawah tanah.
Menurut informasi yang diperoleh, dinding-dinding logam itu dibuat di
Amerika Serikat, dan telah diuji untuk memastikan tahan terhadap bom.
Dinding itu konon juga tidak dapat dipotong atau meleleh.. Perhatikan
siapakah boneka sebenarnya....mikir dong...mikir ...xixixi
9.
Perhatikan kutipan Fatwa tentang Hamas oleh pendeta2 agama wahhabi ini,
Pertanyaan :" Bagaimana pendapat Anda tentang kelompok Jihad Islam dan
pergerakan Hamas di tanah Arab Palestina yang kini dijajah ? Jawaban :
(Maka Syaikh Muqbil menjawab dalam Tuhfatul Mujiib 145), “Semoga Allah
merahmatinya, perihal Hamas, maka (Hamas) ini merupakan suatu
Hizbi/Kelompok. Mereka tidak memerintahkan kebajikan dan mereka tidak
mencegah dari kemungkaran. Justru mereka menyalahkan dan menghalangi
Ahlus Sunnah. Artikel asli
:سئل الشيخ مقبل رحمه الله كما في تحفة
المجيب ص 145:” ما رأيكم في الجهاد الإسلامي وحركة المقاومة الإسلامية
حماس في الأراضي العربية المحتلة في فلسطين فأجاب رحمه الله تعالى :أما
جماعة حماس فهي جماعة حزبية لا تأمر بمعروف ولا تنهى عن منكر وتنكر على أهل
السنة ولو حصل لهم نصر لفعلوا كما فُعل في أفغانستان يوجه بعضهم إلى بعض
المدفع والرشاش لأنهم ليسوا على قلب واحد ( تحفة المجيب ص 145:)
Jadi
siapakah sesungguhnya yang berkhianat, dan boneka AS dan Israel itu ?
lagi2 negara2 wahabi..
lagi2 negara2 wahabi..
10. Yang lebih memprihatinkan adalah . Berulangkali negara-negara
Arab berusaha mencegah keterlibatan Republik Islam Iran untuk membantu
rakyat palestina meraih merdeka, alih-alih negara suni bersatu membantu
rakyat palestina berjuang dengan arsenal kekuatanya menghancurkan
Israel, tetapi justru mereka mengikatkan diri berdamai dengan Israel.
Kalau diperhatikan sesungguhnya kekuatan Militer negara-negara Wahhabi
Timur tengah ini boleh dikatakan diatas kekuatan Negara Israel itu,
perjanjian al Yamanah (perjanjian burung merpati) [5] itu telah
mengalirkan alutsista yang sangup melawan Israel, belum lagi ditambah
program FMS (Foreign Military Sales) [6] yang juga semakin mempercanggih
alat perang mereka. Apalagi jika di dengungkan fatwa jihad di
masjid-masjid oleh para ulama sunni tetapi sayang ulama dan pemimpin
pemerintahanya telah menjadi boneka AS dan Israel
11.
Pengkhianataan lain adalah ketika Muhammad Nasiruddin al Bani disebut
oleh golongan sunni (terutama wahabi sebagai seorang yang tahu mengenai
Ilmu Mustolah Al-Hadith telah mengeluarkan Fatwa bahwa para penduduk
bumi Palestin sebagai KAFIR dan ditambah hukumnya oleh Albani sendiri
bahawa WAJIB umat Islam yang berada di bumi Palestian untuk keluar dari
tanah Dhoffah Al-Ghoribah Palestin dan dari kesemua bumi Palestian.
Silahkan merujuk fatwa tersebut pada Majalah Al-Liwa’ Jordan keluaran
tarikh 7/7/1993 m/s 16 dan dalam kitab AlBani sendiri berjudul “Fatawa
Al-Bani” m/s 18 Jam’u ‘Ukkashah Abdul Manan cetakan Maktabah At-Turoth
dan jugan dalam rakaman ceramah AlBani dirumahnya pada tarikh 22/4/1993
serta surat khabar As-suhuf 1/9/1993. Adakah ulama-ulama syiah melakukan
tindakan bodoh semacam ini. Barangkali ada yang mengatakan, bahwa itu
fatwa wahabi, perlu kita tegaskan sekali lagi wahabi itu bagian dari
Suni, jika anda tidak percaya silahkan rujuk ke hakekat.com, abu aljauza.blogspot.com atau halusiyah.wordpress.com tanyakan kepada mereka, apakah meraka Suni ataukah bukan.
[3] Riza Sihbudi, Imam Khomaini Republik Islam Iran dan palestina.
[4] The economist (16 november 1991)
[5] Lihat pembahasanya di Teknologi Strategi Militer No. 47 Tahun IV/ 1991.
[6] Lihat pembahasanya di Teknologi Strategi Militer No. 48 tahun IV/ 1991
[4] The economist (16 november 1991)
[5] Lihat pembahasanya di Teknologi Strategi Militer No. 47 Tahun IV/ 1991.
[6] Lihat pembahasanya di Teknologi Strategi Militer No. 48 tahun IV/ 1991
- SYIAH BKN ISLAM..!!!— with Ingkang Rumuhun, Moch Subechan, Ali Priapriangan and 34 others.
SYIAH PENGKHIANAT UMAT ISLAM..!!
SYIAH DURI DALAM DAGING DITUBUH ISLAM..!!
SYIAH IRAN INGIN MELEBARKAN PENGARUHNYA DI TIMUR TENGAH ..MAKANYA SAUDI DAN NEGARA2 ISLAM LAINNYA MEMBERI PELAJARAN KPD RAKYAT YAMAN...!!
SBLM SYIAH DI INDO MEMBESAR LBIH BAIK BUNUH MREKA SPT DISURIAH...!!... See More - Hibba Firdous Fauzan Ardianto Menafsirkan satu ayat Qur’an dengan ayat Qur’an yang lain, adalah jenis penafsiran yang paling tinggi. Karena ada sebagian ayat Qur’an itu yang menafsirkan (baca, menerangkan) makna ayat-ayat yang lain. Contohnya ayat, yang artinya: “Ketahuilah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak pernah merasa cemas dan tidak pula merasa bersedih hati.” (Yunus : 62)
Lafadz auliya’ (wali-wali), diterangkan/ditafsirkan dengan ayat berikutnya yang artinya : “Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (Yunus : 63)
penjelasan Muhammad Ibn Jamil Zainu dalam Kitab kaifa Nafhamul Qur’an.
hibba, arti kata al maidah itu sendiri apa? anda baca dr ayat pertama smp ke 3. kl baca al kitab itu jgn persuku kata ataupun perkalimat lompat2 nak... krn byk ayat didm al qur'an itu slg berhbgan satu sama lain...
knp didlm al qur'an, imam kalian ditempel dengan bangkai? seperti yg anda baca didlm surat al maidah ayat 3. TIDAK ADA SATUPUN AYAT YG MUHKAM ATAUPUN SECARA JELAS MENGENAI IMAMAH KALIAN...
coba anda bawakan al maidah dr ayat 1-3, dr arti kata al maidah aja udah beda.... al maidah(hidangan). apa imam kalian mw kt sajikan ramai2?
_________________________
Hehehe ayat2 alquran tdk semuanya berurutan ..jd tdk selamanya pula harus dibaca dr ayat 1 sd 3 ...krn kenyataannya sblm turun almaidah ayat yg ke 3 dighadir khum Turun ayat ke 67
bagaimana kita membenarkan turunnya surah al-Maidah ayat 67 yang diturunkan sebelum khutbah Nabi:
"Hai Rasulullah, sampaikanlah apa yang telah di turunkan kepadamu dari Tuhanmu; Jika engkau tidak melakukannya, engkau tidak menyampaikan sama sekali ayat-ayat-Nya; Dan Allah akan melindungi engkau dari orang-orang".
Masuk akalkah untuk menyatakan bahwa ketika Allah memperingatkan Nabi Muhammad SAW,dianggap telah menyia- nyiakan apa yang telah ia perjuangkan apabila tidak menyampaikan pesan `sahabat Ali’?
Dan bahaya apa yang Nabi Muhammad bayangkan jika ia menyatakan Ali adalah sahabat kaum beriman ? Menurut ayat tersebut di atas, bahaya apa yang akan muncul dari orang – orang ?
Lebih jauh, bagaimana kalimat Ali adalah sahabat orang – orang beriman’ dapat menyempurnakan agama Islam ? Apakah ayat mengenai kesempurnaan agama Islam (QS. al-Maidah :3) yang turun setelah Rasul berkhutbah menyiratkan bahwa tanpa berkata: “Ali adalah sahabat orang beriman,” maka agama Islam belum sempuma? ?
atau tanpa memberi tahu JANGAN MEMAKAN BANGKAI adalah kesempurnaan agama - Alfariel Arkan quran dan sunnah syiah yg mnafairkan siapa ?
- Nur Fadlya Begitu Hormatnya Para Pemuka Saudi kepada Shah Pahlevi si Boneka Amerika yang menjadi Presiden do Iran.
- Abed Petta Laja Tksh Trisni.....Tuk beribadah tdk perlu pake pengumuman ...... Contoh imam Syiah yg maksum adalah Imam Mahdi.... Nabi SAW bersabda Nabi Isa As akan bangkit kembali menjelang kiamat... Iya akan shalat di belakang Imam Mahdi.... Kalo Nabi As maksum ..pastilah Imam Mahdi yg jadi imam shalat lebih maksum lagi....
- Bunga Tia Alfariel Arkan quran dan sunnah syiah yg mnafairkan siapa ?
=================
'ALI BERSAMA AL-QUR'AN DAN AL-QUR'AN BERSAMA 'ALI
AI-Qunduzi al-Hanafi menyebutkan dalam Yanâbi'ul Mawaddah sebuah riwayat bahwa Nabi Saw bersabda ketika ia sakit yang membawa pada wafatnya, "Wahai orang-orang, sudah dekat waktunya nyawaku akan dicabut dengan cabutan yang cepat, dan sesungguhnya aku telah menasihatkan kepada kalian. Ketahuilah! Sesungguhnya aku telah meninggalkan kepada kalian dua peninggalan yang sangat berharga (tsaqalain), yaitu Kitabullah 'Au;; wa Jalla dan keturunanku Ahlulbaitku."
Kemudian beliau memegang tangan 'Ali seraya bersabda, "'Ali bersama al-Quran, dan al-Quran bersama 'Ali. Keduanya tidak akan berpisah sehingga keduanya menjumpaiku di Haudh, aku akan menanyakan kepada keduanya apa yang kalian perselisihkan tentang keduanya. "
Al-Hamuyini meriwayatkan dalam Farâ'idush Shimthain, bab ke-36, dengan sanad dari Ummu Salamah Ra yang berkata, "Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, sungguh aku telah mendengar Rasulullah Saw bersabda, "Ali bersama kebenaran, dan kebenaran bersama 'Ali. Keduanya tidak akan berpisah sehingga keduanya menjumpaiku di Haudh." - Bunga Tia Alfariel Arkan quran dan sunnah syiah yg mnafairkan siapa ?
=================
BERTANYALAH PADAKU SEBELUM KALIAN KEHILANGAN AKU
Imam Ali as sering menyatakan dalam khutbahnya:
“Bertanyalah padaku sebelum kalian kehilangan aku!
Demi Allah, jika kalian ingin bertanya padaku sebelum Hari Akhir, aku akan menjawabnya!
Demi Allah, kalian tidak akan dapat bertanya tentang sesuatu kepadaku sebelum kalian memberitahu aku.
Bertanyalah padaku tentang Kitab Allah!
DEMI ALLAH, TIADA SATU AYAT PUN YANG TIDAK AKU KETAHUI APAKAH AYAT ITU DITURUNKAN PADA MALAM HARI, SIANG HARI, ATAU APAKAH AYAT ITU DITURUNKAN DI SEBUAH DARATAN ATAU DI SEBUAH GUNUNG.”
[Referensi hadis Sunni: (1) al-Ishabah oleh Ibnu Hajar Asqalani, jilid 4, hal. 568; (2) Tahdzib at-Tahdzib oleh Ibnu Hajar Asqalani, jilid 7, hal. 337-338; (3) Fath al-Bari oleh Ibnu Hajar Asqalani, jilid 8, hal. 485; (4) Tarikh al-Khulafa, oleh Suyuthi, hal. 124; al-Itqan oleh Suyuthi, jilid 2, hal. 319; (5) ar-Riyadh an-Nadhirah oleh Muhibuddin Thabari, jilid 2, hal. 198; at-Tabaqat oleh Ibnu Sa’d, jilid 2, bag. 2, hal. 101; (6) al-Isti’ab oleh Ibnu Abdul Barr, jilid 3, hal. 1107] - Trisni Ummu Ashilah maksud loo..?? jdi klw mau manggil org sholat g perlu azan gitu..??
-
Rahmat Laisa Islam
Live like Moula Ali (A.S) Die Like Moula Hussain (A.S) ░░░(¯`:´¯)░░
Hazrat Muhammad Mustafa ★SAWW★ ░░(¯ `•.\|/.•´¯)░ ░(¯ `•.(۞).•´¯)░(¯`
:´¯)⋰Imam Ali ★A.S★ ░░(_.•´/ |\`•._)(¯ `•.\|/ .•´¯) Imam Hassan ★A.S★
░░░ (_.:._).░(¯ `•.(۞).•´¯) ░░░(¯`:´¯)░░(_.
•´/ |\`•._) Imam Hussain ★A.S★ ░(¯ `•.\|/ .•´¯)░░(_.:._). ░(¯
`•.(۞).•´¯) Imam Zainul Abideen ★A.S★ ░░(_.•´/ |\`•._) Imam Muhammad
Baqir ★A.S★ ...░░░(_.:._)░░░░░ Imam Jafar As-Sadiq ★A.S★ ░░░(¯`:´¯)░░
Imam Musa Kazim ★A.S★ ░░(¯ `•.\|/.•´¯)░ Imam Ali Reza ★A.S★ ░(¯
`•.(۞).•´¯)░(¯` :´¯)⋰ Imam Muhammad Taqi ★A.S★ ░░(_.•´/ |\`•._)(¯
`•.\|/.•´¯) Imam Ali NAqi ★A.S★ ░░░ (_.:._).░(¯ `•.(۞).•´¯)
░░░(¯`:´¯)░░(_. •´/|\`•._) Imam Hassan Askari ★A.S★ ░(¯ `•.\|/
.•´¯)░░(_.:._). ░(¯ `•.(۞).•´¯) Imam Muhammad Mehdi ★A.S★
░░(_.•´/|\`•._) ░░░(_.:._)░░░░░ ░░░(¯`:´¯)░░ ﻟﺒّﯿﮏ ﻣـــــﻮﻻ ﺣﺴـــــﯿﻦ.
Data Satellite Tanah Arab Menghijau
Kita sebagai umat Islam, turunnya salju di arab saudi ini bukan merupakan hal yang aneh, karena panutan kita Rasulullah SAW telah menyabdakan 1400 tahun yang lalu, ketika para sahabat menanyakan kepada Rasulullah SAW mengenai kapan datangnya hari kiamat. Rasulullah SAW menjawab, bahwa pengetahuan mengenai datangnya hari kiamat hanya ada pada sisi Allah SWT. Tetapi Allah SWT telah memberitahukan tanda-tandanya kepada Rasulullah SAW, antara lain sebagaimana diterangkan dalam salah satu Hadist Rasulullah Sallallahu A’laihi Wasallam :
“Hari Akhir tidak akan datang kepada kita sampai dataran Arab sekali lagi menjadi dataran berpadang rumput dan dipenuhi dengan sungai-sungai” (HR Muslim)
Dari Hadist Rasulallah SAW di atas ada beberapa informasi yang didapat :
Marilah kita pertebal keimanan kita, dengan melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan menjauhi segala larangannya - sebelum hari yang menakutkan ini terjadi. Apa yang kita miliki saat ini hanyalah titipan, baik itu harta, anak, ataupun jabatan yang melekat pada diri seorang manusia.
Semua tidak akan guna jika kita telah dipanggil kepada-NYA.
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ۖ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
"Mengapa kamu kafir kepada Allah, Padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?"
Marilah kita merenung sejenak tentang apa yang telah dititipkan olehNYA kepada kita, dan marilah kita korbankan harta kita untuk pergi berumroh dan mencari keridhoannya. - See more at: http://www.rumahallah.com/2014/01/salju-dan-menghijaunya-tanah-arab.html#sthash.0nkxc70N.dpuf
Kita sebagai umat Islam, turunnya salju di arab saudi ini bukan merupakan hal yang aneh, karena panutan kita Rasulullah SAW telah menyabdakan 1400 tahun yang lalu, ketika para sahabat menanyakan kepada Rasulullah SAW mengenai kapan datangnya hari kiamat. Rasulullah SAW menjawab, bahwa pengetahuan mengenai datangnya hari kiamat hanya ada pada sisi Allah SWT. Tetapi Allah SWT telah memberitahukan tanda-tandanya kepada Rasulullah SAW, antara lain sebagaimana diterangkan dalam salah satu Hadist Rasulullah Sallallahu A’laihi Wasallam :
“Hari Akhir tidak akan datang kepada kita sampai dataran Arab sekali lagi menjadi dataran berpadang rumput dan dipenuhi dengan sungai-sungai” (HR Muslim)
Dari Hadist Rasulallah SAW di atas ada beberapa informasi yang didapat :
- 1. Informasi datangnya hari akhir / kiamat.
- 2. Dahulu kala dataran / jazirah Arab pernah menjadi padang rumput yang subur dan dipenuhi dengan sungai-sungai.
- 3. Nanti, dataran Arab sekali lagi akan menjadi padang rumput dan dipenuhi dengan sungai-sungai, sebagai salah satu tanda datangnya hari kiamat.
Marilah kita pertebal keimanan kita, dengan melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan menjauhi segala larangannya - sebelum hari yang menakutkan ini terjadi. Apa yang kita miliki saat ini hanyalah titipan, baik itu harta, anak, ataupun jabatan yang melekat pada diri seorang manusia.
Semua tidak akan guna jika kita telah dipanggil kepada-NYA.
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ۖ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
"Mengapa kamu kafir kepada Allah, Padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?"
Marilah kita merenung sejenak tentang apa yang telah dititipkan olehNYA kepada kita, dan marilah kita korbankan harta kita untuk pergi berumroh dan mencari keridhoannya. - See more at: http://www.rumahallah.com/2014/01/salju-dan-menghijaunya-tanah-arab.html#sthash.0nkxc70N.dpuf
NUBUAT IMAM ALI BIN ABI THALIB AS TENTANG BANGSA DAN NEGARA ARAB DI AKHIR ZAMAN
Nubuat Imam Ali bin Abi Thalib as tentang Bangsa dan Negara Arab di Akhir Zaman!
https://ahmadsamantho.wordpress.com/2014/03/20/nubuat-imam-ali-bin-abi-thalib-as-tentang-bangsa-dan-negara-arab-di-akhir-zaman/
Sebelum saya mulai mengutip nubuat Imam Ali as yang fenomenal ini
tentang kondisi bangsa dan negara-negara Arab di Akhir Zaman, maka ada
yang perlu kita garis bawahi terlebih dulu dan mengapa saya hanya fokus
kepada bangsa dan negara-negara Arab yang lokasi geografisnya terletak
di Peninsula Arabia atau lebih dikenal dengan nama Hijaz.
Perlu kita pahami bersama bahwa pada era Imam Ali as, peta Timur
Tengah seperti yang kita kenal pada zaman kita sekarang belum terbentuk.
Pada saat ini, bangsa dan negara-negara Arab sudah sedemikian meluas
dan besar hingga ke Maroko di wilayah paling Timur benua Afrika Utara,
kemudian di wilayah Afrika Tengah atau Selatan Mesir, seperti Somalia,
Sudan, Djibouti dan wilayah timur, yaitu Irak.
Walaupun demikian, kita juga tahu bahwa sebagian dari negara-negara
yang saat ini sudah resmi menjadi bangsa Arab, sejatinya pada era dulu
bukanlah bangsa yang secara biologis keturunan Arab atau Bani Ismail.
Tapi mereka adalah bangsa ajam (non-Arab) yang sejak era penyebaran
Islam purba dan pada periode-periode selanjutnya secara resmi telah
mengadopsi bahasa dan budaya Arab ke dalam sistem kebangsaan mereka,
seperti bangsa Mesir, Berber, Palestina, Syria, Irak dan seterusnya.
Dominasi keturunan bangsa Arab di wilayah-wilayah ini sejak era
penyebaran Islam pada akhirnya telah semakin kuat dan bercampur dengan
kultur lokal dari bangsa-bangsa tersebut.
Oleh sebab itu, penjelasan sekilas ini penting dipahami karena
tujuannya untuk memberikan gambaran umum kepada kita semua bahwa pada
saat Imam Ali as menyampaikan nubuatnya ini, maka tentu yang dimaksud
oleh beliau pertama kali adalah keturunan Ibrahim yang berasal dari Bani
Ismail, atau yang lebih dikenal dengan bangsa Arab di wilayah Hijaz.
Namun tidak menutup kemungkinan juga bahwa nubuat yang Imam Ali as
sampaikan ini bisa meliputi seluruh bangsa dan negara-negara Arab yang
kita kenal dengan sebutan Timur Tengah pada zaman sekarang. Artinya,
meskipun nubuat ini bisa tertuju bagi seluruh bangsa dan negara-negara
Arab yag kita kenal sekarang, maka pada saat yang sama, kita juga tidak
mungkin mengecualikan wilayah Semenanjung Arabia yang justru menjadi
sentra Timur Tengah di zaman kita sekarang dan tentu saja pada saat Imam
Ali as menyampaikan nubuat-nubuatnya tersebut.
Atas pertimbangan inilah saya fokuskan muatan-muatan nubuat Imam Ali
as ini terlebih dulu kepada “jantung” wilayah Timur Tengah yang berada
di Peninsula Arabia yang saat ini terdiri dari beberapa negara, seperti
Yaman, Saudi Arabia, Kuwait, Uni Emirat Arab, Bahrain, Qatar dan Oman.
Terkait dengan Yaman yang merupakan wilayah bangsa Arab di Selatan
Semenanjung Arabia, maka sudah maklum kepada kita semua bahwa Syam dan
Yaman adalah dua wilayah di Timur Tengah yang pernah mendapat doa
keselamatan dari Rasulullah saww, seperti pada hadis yang pernah
disampaikan oleh Nabi saww sebagai berikut:
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna yang berkata
telah menceritakan kepada kami Husain bin Hasan yang berkata telah
menceritakan kepada kami Ibnu ‘Aun dari Nafi’ dari Ibnu Umar yang
berkata [Nabi shallallahu ‘alaihi wa Aalihi wasallam] bersabda “Ya Allah
berilah keberkatan kepada kami, pada Syam kami dan pada Yaman kami”. Para sahabat berkata “dan juga Najd kami?”.
Beliau bersabda “disana muncul kegoncangan dan fitnah, dan disanalah
akan muncul tanduk setan” [Shahih Bukhari 2/33 no 1037]
Terkait tentang Syam, tentu terlepas dari tanggung jawab analisa kita
kali ini, meski seperti saya katakan di atas tadi bahwa nubuat Imam Ali
as ini bisa saja diterapkan secara umum ke seluruh wilayah Timur Tengah
yang terbentang dari Maroko sampai Irak dan dari Syam hingga Yaman.
Akan tetapi, seperti yang artikel ini ingin ungkapkan secara khusus
bahwa sentra Timur Tengah pada saat Imam Ali as menyampaikan nubuatnya,
bahkan hingga saat kita sekarang adalah wilayah Hijaz atau yang lebih
dikenal dengan nama Semenanjung Arabia.
Dalam kesempatan ini juga, saya juga tidak akan membodoh-bodohi diri
saya sendiri atau menghabiskan waktu untuk menjelaskan dimana wilayah
Najd berada, karena hanya orang-orang yang “gagap-geografi” saja yang
tidak bisa menemukan dimana Najd itu berada dan apa saja sejarah Najd
sejak awal abad 19? Namun bila anda termasuk di antara orang-orang
tersebut (God Forbid!) dan masih mencari-cari dimana wilayah
Najd itu di muka bumi ini, maka banyak artikel yang terkait dengan
wilayah Najd yang bisa dijadikan referensi pembahasan anda.
4. Sejarah Najd.
Kesimpulannya, nubuat Imam Ali as ini sejatinya mesti pertama kali
terkait dengan bangsa dan negara-negara Arab yang berada di wilayah
semenanjung Arabia terlebih dulu sebelum ingin dilihat melampaui scope
tersebut. Pada saat nubuat Imam Ali as dituangkan, maka Anda akan bisa
memahami alasan-alasannya.
Walhasil dengan mengecualikan wilayah Syam dan Yaman atas dasar
keberadaan doa Nabi saww pada hadis di atas, maka wilayah yang tersisa
di Semenanjung Arabia adalah Najd yang menjadi
sentra asal-muasal dan juga induk kekuasaan Kerajaan Saudi Arabia sejak
awal berdirinya dan juga keberadaan beberapa negara-negara Arab kecil
di sekitarnya selain Saudi Arabia, yaitu: Kuwait, Bahrain, Qatar, Uni
Emirat Arab dan Oman. Di Era sekarang, negara-negara Arab ini lebih
akrabnya disebut sebagai negara-negara Teluk dan telah membentuk
persekutuan “keluarga” bersama yang disebut Gulf Cooperation Council alias GCC.
Hadis Tentang Kemunculan Tanduk Setan di Najd
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna yang berkata
telah menceritakan kepada kami Husain bin Hasan yang berkata telah
menceritakan kepada kami Ibnu ‘Aun dari Nafi’ dari Ibnu Umar yang
berkata [Nabi shallallahu ‘alaihi wa Aalihi wasallam] bersabda “Ya Allah
berilah keberkatan kepada kami, pada Syam kami dan pada Yaman kami”. Para sahabat berkata “dan juga Najdkami?”.
Beliau bersabda “disana muncul kegoncangan dan fitnah, dan disanalah
akan muncul tanduk setan” [Shahih Bukhari 2/33 no 1037]
Hadis Tentang Kemunculan Kelompok dari Bani Tamim yang menyimpangkan Islam
Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri Ra berkata: “Saat Rasulullah
saww sedang membagi-bagikan ghanimah (rampasan perang), datanglah
seseorang dari Bani Tamim dengan pakaian yang pendek (bagian bawahnya),
di antara kedua matanya ada tanda bekas sujud yang menghitam, lalu ia
berkata: “Berbuat adillah wahai Rasulullah!”
Rasulullah Saw bersabda: “Celakalah engkau, siapa yang akan berbuat
adil jika aku tidak berbuat adil? Maka engkau akan binasa dan rugi jika
aku sendiri tidak berlaku adil.”
Lalu Rasulullah Saww bersabda: “Akan datang suatu kaum kelak seperti
dia, baik perkataannya, tapi buruk kelakuannya. Mereka adalah
seburuk-buruk makhluk. Mereka mengajak kepada Kitabullah, tetapi mereka
sendiri tidak mengambil darinya sedikitpun.
Mereka membaca Al Quran, tetapi tidak melebihi kerongkongannya.
Kalian akan mendapatkan bacaan Al-Qur’an mereka lebih baik dari kalian
dan shalat dan puasa mereka lebih baik dari kalian. Mereka akan melesat
meninggalkan Islan sebagaimana anak panah melesat dari busurnya. Mereka
mencukur kepala serta mencukur kumisnya, pakaian mereka hanya sebatas
setengah betis mereka.” Setelah Rasulullah Saww menjelaskan ciri-ciri
mereka, Rasulullah Saww bersabda: “Mereka akan membunuh para pemeluk
Islam dan melindungi penyembah berhala!”
[Diriwayatkan dalam kitab: Bukhari fi kitab dad’ al-khalq Bab “Alamah
An-Nubuwwah”, An-Nisai’ fi khasa-is hal 43, 44, Muslim fi Kitab
Az-Zakah Bab At-Tahdzir Min Zinah Ad-Dun-ya, Musnad Imam Ahmad juz I hal
78, 88, 91)
Nubuat Imam Ali as di dalam Kitab al-Jafr tentang kondisi bangsa dan
negara-negara Arab ini sungguh luar biasa! Karena gambaran nubuat yang
Imam Ali as beritakan sudah semakin searah dengan apa yang Nabi saww
sendiri peringatkan kepada umatnya. Bahkan realitanya dengan kondisi
kita di zaman sekarang sudah kian tampak sebagai kenyataan yang
selayaknya menjadi fokus dan perhatian bagi kita sebagai Umat Nabi
Muhammad saww.
Berikut ini saya akan mulai mengutip nubuat Imam Ali as tentang
kondisi bangsa dan negara-negara Arab di Akhir Zaman. Imam Ali as
bersabda:
“Sungguh sangat aneh, tetapi bagiku tiada yang lebih aneh dari
kelompok-kelompok kecil Arab. Berbagai macam dalih mereka termasuk soal
agama mereka. Mereka tidak mengikuti jejak Nabi saww, tidak mencontoh
perbuatan seorang wali (imam), tidak mengimani yang gaib dan
tidak memaafkan kesalahan. Para penguasa hanya mengenal hukum yang
berlaku dan tidak mentolerir kebenaran suatu perkataan, kecuali orang
yang dirahmati Allah.
Kemungkaran adalah apa yang mereka ingkari dan pendapat adalah
menurut apa yang mereka katakan. Mereka menghimpun pasukan dari
kaum-kaum mereka dan dengan pasukan itu mereka menghantam kaum-kaum
mereka sendiri. Setiap orang dari mereka adalah pemimpin bagi dirinya
sendiri. Fitnah-fitnah seperti bagian-bagian malam yang gulita, menimpa
dan mengendalikan mereka, sampai sebagian mereka dilanda kematian yang
mengerikan, sebagian ditimpa busung lapar dan sebagian lagi dilanda
bahan bakar (kobaran api) yang tidak kunjung padam. Lahir generasi buruk
yang tidak diturunkan hujan oleh Allah …
Sebagian mereka (bangsa Arab) meludahi wajah sebagian yang lain.
Lidah mereka menjadi api bagi yang lain di tengah kelemahan yang
tersebar, menyenangkan hati Israel dan pemimpinnya…”
Kemudian Imam Ali as kembali bersabda:
“… Mereka berjalan di belakang si pendusta Israel, dan di antara
mereka adalah para pemimpin kesesatan dan para penyeru kepada neraka.
Para raja dan amir yang menjadikan mereka para penguasa, menaiki
kendaraan mereka. Bersama merekalah para kepala (pemimpin) ini makan
dunia… Di zaman mereka, Masjid Al-Aqsha terabaikan … Setiap daerah
terjadi perselisihan besar. Darah membanjiri Tanah Suci Allah secara
merata. Bangsa Timur dan bangsa Barat bersiteru, termasuk penduduk
Kiblat (bisa jadi maksud khususnya adalah warga Mekah dan umumnya adalah Kaum Muslimin–M3).
Umat manusia ditimpa rasa takut oleh sebuah kekuatan yang dahsyat.
Mereka larut dalam kondisi demikian, sampai ada penyeru dari langit.
Maka apabila ada penyeru mereka berhamburan.
Demi Allah, aku seolah melihat ia (al-Mahdi) di antara rukun dan
maqam, membaiat orang-orang dengan perkara baru,pemerintahan baru,
keputusan baru, dan langkah baru. Ia sangat keras terhadap bangsa Arab…”
—– oOo —–
Demikianlah sedikit dari kutipan Nubuat Imam Ali bin Abi Thalib as
dari Kitab al-jafr. Nubuat di atas dikutip dari buku Ramalan Akhir Zaman
Imam Ali bin Abi Thalib as – Kondisi Akhir Zaman &
Peristiwa-Peristiwa yang Terjadi, karya Sayyid Ali Asyur, edisi bahasa
Indonesia. Penerbit Zahra, 2012.
Gedung, Logo & Emblem Kemiliteran, Keamanan, Kesehatan dan Keamanan Kerajaan Saudi Arabia
SUMBER :
Sejarah Singkat Suka Duka Kenabian Muhammad Saw Dalam Qur’an & Bibel
Posted: 23 Juli 2010 in Tausiyah
https://tausyah.wordpress.com/2010/07/23/sejarah-singkat-suka-duka-kenabian-muhammad-saw-dalam-quran-bibel/
Tag:Bibel, Dalam Qur'an, Kenabian Muhammad Saw, Sejarah Singkat, suka duka
Tag:Bibel, Dalam Qur'an, Kenabian Muhammad Saw, Sejarah Singkat, suka duka
Katakanlah “Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub, dan keturunannya, dan apa yang diberikan kepada Musa, ‘Isa serta
Nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membedakan seorangpun di
antara mereka & kepadaNya lah kami menyerahkan diri”. (QS. 3:84)
Jauh sebelum kedatangan Nabi Muhammad Saw., Tuhan telah mengutus banyak Nabi dan Rasul kedunia ini, keberbagai tempat dan daerahnya masing-masing.
Dari semenjak Adam
yang menjadi Nabi bagi putra-putrinya sendiri, disusul oleh Nabi
Idris, Nabi Nuh, Nabi Hud, Nabi Shalih, Nabi Ibrahim, Nabi Luth, Nabi
Ismail, Nabi Ishaq dan terus hingga kepada Nabi Musa dan Nabi Isa
Almasih serta sejumlah besar Nabi dan Rasul yang tidak diceritakan
didalam AlQur’an, semuanya diutus hanya kepada bangsa dan golongan mereka sendiri hingga sampai pada diutusnya Nabi Muhammad Saw.Setiap
Nabi dan Rasul Allah memiliki kelebihannya tersendiri didalam
menjalankan misi mereka kepada umatnya, tapi walau demikian, AlQur’an melarang
manusia untuk membeda-bedakan mereka, sebab kesemuanya adalah utusan
Allah yang Maha Agung. Dan hanya Dia sajalah yang berhak untuk menilai
derajat dari masing-masing NabiNya itu, aturan tersebut berlaku kepada
siapa saja tanpa terkecuali kepada Nabi Muhammad Saw selaku Nabi terakhir.
Masing-masing Nabi dan Rasul
Allah itu memiliki misi yang sama, mengajarkan kepada umatnya mengenai
Tauhid, bahwa Tidak ada sesuatu apapun yang wajib untuk disembah
melainkan Allah yang Esa, berdiri dengan sendirinya, tanpa beranak dan
tanpa diperanakkan alias Esa dengan pengertian yang sebenar-benarnya,
bukan Esa yang Tiga alias Tritunggal.
Dalam sebuah Hadistnya, Rasulullah Saw bersabda
“Nabi-nabi itu adalah bersaudara yang bukan satu ibu, ibunya bermacam-macam, namun agamanya satu.”
(HR. al-Saikhan dan Abu Daud)
“Nabi-nabi itu adalah bersaudara yang bukan satu ibu, ibunya bermacam-macam, namun agamanya satu.”
(HR. al-Saikhan dan Abu Daud)
Apabila kita mengembalikan kepada Bible, kita dapati pula bahwa Jesus the christ juga mengikuti keimanan yang demikian itu. Jesus
tidak pernah mengingkari kebenaran yang terdahulu, yaitu apa yang
dibawa oleh Nabi Musa dan nabi-nabi lainnya, kehadirannya adalah untuk
melengkapi Tauratnya Musa, bukan untuk membatalkannya (St. Matthew
5:17-19).
Selain itu, Jesus, sebagaimana Nabi-nabi sebelumnya, juga mengajarkan kepada umatnya yaitu Bani Israel risalah tauhid.
St. John 7:16
“Jesus answered them and said, ‘My doctrine is not mine, but His that sent me’.”
“Jesus answered them and said, ‘My doctrine is not mine, but His that sent me’.”
St. Mark 12:29
“And Jesus answered him, The first of all the commandments is, Hear O Israel; The Lord our God is one Lord.”
“And Jesus answered him, The first of all the commandments is, Hear O Israel; The Lord our God is one Lord.”
Disaat-saat menjelang tragedi penyaliban, Jesus menubuatkan akan kedatangan seorang Rasul sesudah dia yang bersifat Ahmad.
St. John. 14:16
“And I will pray the father, and he shall give you another comforter that he may abide with you forever.”
“And I will pray the father, and he shall give you another comforter that he may abide with you forever.”
St. John. 14:26
“But the comforter which is ‘the Holy Ghost’, whom the father will send in my name, he shall teach you all things to your remembrance, whatsoever I have said unto you.”
“But the comforter which is ‘the Holy Ghost’, whom the father will send in my name, he shall teach you all things to your remembrance, whatsoever I have said unto you.”
Sabda Jesus dalam Bible diatas, dilestarikan pula didalam Qur’an.
“Hai bani Israil ! Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu, membenarkan Taurat yang sudah ada sebelumku, dan memberi khabar gembira tentang seorang Rasul sesudahku, bernama Ahmad !”
(QS. 61:6)
“Hai bani Israil ! Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu, membenarkan Taurat yang sudah ada sebelumku, dan memberi khabar gembira tentang seorang Rasul sesudahku, bernama Ahmad !”
(QS. 61:6)
Ahmad berarti ‘yang paling banyak memuji’ (aktsaru hamdan lillahi).
Kata Ahmad ini af’al tatdhil dari ‘hamida’, yang menunjukkan bahwa pujian yang dipersembahkannya, dilakukannya kepada Tuhan, lebih utama dari pujian orang -orang terhadap dirinya.
Kata Ahmad ini af’al tatdhil dari ‘hamida’, yang menunjukkan bahwa pujian yang dipersembahkannya, dilakukannya kepada Tuhan, lebih utama dari pujian orang -orang terhadap dirinya.
Nama ‘Muhammad’ menunjukkan sifat kebesaran, kemenangan dan kemuliaan, yakni yang lazim disebut sifat Jalali. Sedang nama ‘Ahmad’ menunjukkan sifat keindahan, keelokan dan kehalusan budi, yakni jang lazim disebut sifat Jamali.
Disini letak perbedaan antara ‘Ahmad’ dan ‘Muhammad’
Muhammad adalah ‘yang amat dipuji’, artinya banyak sekali pujian yang diberikan oleh orang kepada dirinya bahkan hingga Tuhan sendiri memuji keagungan dari kepribadian beliau.
Muhammad adalah ‘yang amat dipuji’, artinya banyak sekali pujian yang diberikan oleh orang kepada dirinya bahkan hingga Tuhan sendiri memuji keagungan dari kepribadian beliau.
Ibnu Marduwiyah telah meriwayatkan dari Ubay Bin Ka’ab., katanya
“Aku telah diberi, apa yang tidak diberikan kepada Nabi-nabi Allah.” Bertanya Ka’ab “Apakah itu, ya Rasulullah ?” Bersabda Rasulullah Saw “Aku telah ditolong diwaktu ketakutan, aku diberi kunci pembuka bumi, aku dinamai Ahmad. Dijadikan bagiku tanah untuk bersuci dan dijadikan umatku sebaik-baik umat.”
“Aku telah diberi, apa yang tidak diberikan kepada Nabi-nabi Allah.” Bertanya Ka’ab “Apakah itu, ya Rasulullah ?” Bersabda Rasulullah Saw “Aku telah ditolong diwaktu ketakutan, aku diberi kunci pembuka bumi, aku dinamai Ahmad. Dijadikan bagiku tanah untuk bersuci dan dijadikan umatku sebaik-baik umat.”
Dari Mut’im. katanya
Rasulullah Saw bersabda ‘Sesungguhnya aku mempunyai beberapa nama Aku Muhammad, Aku Ahmad , Aku yang penghapus karena aku, Allah menghapuskan kekafiran, Aku pengumpul yang dikumpulkan manusia dibawah kekuasaanku dan aku pengiring yang tiada kemudianku seorang Nabipun. (HR. Muslim)
Rasulullah Saw bersabda ‘Sesungguhnya aku mempunyai beberapa nama Aku Muhammad, Aku Ahmad , Aku yang penghapus karena aku, Allah menghapuskan kekafiran, Aku pengumpul yang dikumpulkan manusia dibawah kekuasaanku dan aku pengiring yang tiada kemudianku seorang Nabipun. (HR. Muslim)
Dari Abu Musa Al Asy’ari katanya
“Pernah Rasulullah Saw menerangkan nama diri beliau kepada kami dengan menyebut beberapa nama Aku Muhammad, Aku Ahmad, Aku pengiring dan pengumpul, Nabi (yang menyuruh) tobat dan Nabi (yang membawa) rahmat.” (HR. Muslim)
“Pernah Rasulullah Saw menerangkan nama diri beliau kepada kami dengan menyebut beberapa nama Aku Muhammad, Aku Ahmad, Aku pengiring dan pengumpul, Nabi (yang menyuruh) tobat dan Nabi (yang membawa) rahmat.” (HR. Muslim)
Kata ‘Penolong, Penghibur’ dalam Bible masa kini adalah terjemahan
dari kata Yunani (Griek) ‘Paracletos’ yang asalnya adalah ‘Periclutos’,
sedangkan kata Aramia yang diucapkan oleh Isa Almasih adalah ‘Mauhamana’ yang artinya ‘Yang dipuji’.
Parakletos yang menurut kamus berarti ‘Pembela perkara, pengacara’, sedangkan ‘Periklutos’ berartikan ‘Terkenal dimana-mana’.
Parakletos dalam arti ‘Pembela perkara, pengacara, advokat’
menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Saw yang membela perkara Jesus yang
kenabiannya ditolak oleh orang Yahudi dan menuduhnya sebagai anak haram
sekaligus membela Jesus dari pengklaiman pihak Kristen Trinitasnya Paulus bahwa Jesus adalah Anak Tuhan atau Tuhan yang menyamar dan telah tersalibkan.
Periklutos dalam arti ‘masyur kemana-mana, terpuji
dimanapun’ adalah terjemahan dari kata Aramia ‘Mauhamana’ yang artinya
‘Yang dipuji, yang terpuji’ dan dalam bahasa Arabnya adalah Muhammad,
Ahmad, Mahmud.
Song of Solomon 5:16
“His mouth is most sweet yea, he is altogether lovely. This is my beloved, and this is my friend, O daughters of Jerusalem.”
“His mouth is most sweet yea, he is altogether lovely. This is my beloved, and this is my friend, O daughters of Jerusalem.”
Ucapan “he is altogether lovely” jika dibaca dalam bahasa Yahudi (Hebrew) sebagai “he is Mahamaddim.”
Akhiran ‘im’ adalah merupakan bentuk jamak untuk sebuah
penghormatan, keagungan tertinggi dan kemuliaan sebagaimana yang biasa
diberikan juga kepada sifat Elohim (Tuhan), didalam AlQur’an sifat ini juga disebutkan pada Surah 3321 yang merefer pada diri Nabi Muhammad Saw.
Tanpa akhiran ‘im’ kalimat tersebut menjadi Mahammad yang jika
diterjemahkan adalah ‘Yang paling banyak memuji’ atau dalam bahasa
Arabnya adalah Ahmad dan dalam bahasa inggrisnya biasa diterjemahkan
dengan kalimat ‘altogether lovely’.
Bahasa Yahudi memiliki banyak kesamaan dalam beberapa hal dengan bahasa Arab.
Misalnya didalam bahasa Yahudi, kata ‘Shalom’ adalah sama dengan kata ‘Salam’ didalam bahasa Arab yang berarti ‘Damai’, kalimat tersebut diambil dari akar kata ‘S, L dan M’.
Misalnya didalam bahasa Yahudi, kata ‘Shalom’ adalah sama dengan kata ‘Salam’ didalam bahasa Arab yang berarti ‘Damai’, kalimat tersebut diambil dari akar kata ‘S, L dan M’.
Dalam bahasa Yahudi itu juga, kata Mahmad, Mahamod, Himdah dan Hemed
muncul dalam Perjanjian Lama yang menurut bahasa Arabnya adalah Muhammad dan Ahmad dimana kesemua asal katanya diambil dari akar kata ‘H, M dan D’ yang merujuk kepada pengertian umum yang sama.
Bagaimana dan kenapa ‘Parakletos’ diterjemahkan dalam Bible masa
kini menjadi ‘Penghibur (Trooster, Comforter)’ tidak seorangpun yang
mengetahuinya !!!
Comforter yang berarti ‘penghibur’ lebih banyak digunakan dalam Bible ‘Authorised King James Version’.
Namun, perlu ditanyakan kepada umat Kristen apakah Isa Almasih
berkomunikasi dalam bahasa Inggris ? Ataukah dalam bahasa Arab sehingga
dia dikatakan sebagai ‘AlMu’azzi’ ?
Tentu umat Kristen akan menjawab ‘Tidak !’
Karena Almasih bukan orang Arab atau Inggris, lalu apakah Almasih mengatakan ‘Yamtsu Kuzizi‘ seperti Injil bahasa Afrika ? Jawabnya tentu tidak juga !
Karena Almasih bukan orang Arab atau Inggris, lalu apakah Almasih mengatakan ‘Yamtsu Kuzizi‘ seperti Injil bahasa Afrika ? Jawabnya tentu tidak juga !
Dalam penamaan ‘Roh Kudus’, umat Kristen telah tergelincir dalam
penamaan yang tidak tepat. Kata jiwa atau roh, gas, dan udara
diterjemahkan dari bahasa Yunani ‘Pneuma’. Namun dalam kitab suci yang berbahasa Yunani, kata tersebut tidak diterjemahkan khusus sebagai roh.
Dalam menerjemahkan kata Yunani ‘Pneuma’, penyusun
naskah Versi Raja James, yang juga dinamakan naskah rujukan atau naskah
Roma Katolik lebih mengutamakan penggunaan kata ‘Ghost’ yang bermakna
‘Hantu’ atau ‘Bayangan’ daripada menggunakankata ‘Spirit’ dengan makna
‘Roh’.
Sementara itu pada versi standar yang telah diperbaiki dan merupakan
versi terbaru, telah terjadi perubahan kata “Holy ghost” /hantu atau
bayangan kudus/ dengan kata ‘Holy spirit’ atau roh kudus.
“But the comforter which is ‘the holy spirit’ whom the father will
send in my name, he shall teach you all things and bring all things to
your rememberance what so ever I have said unto you.” (St.John 14:26)
Coba anda bandingkan dengan isi St. John 14.26 sebelumnya yang saya kutipkan dari The Bible, A.D. 1611, The British and Foreign Bible Society London.
Perhatikan perbedaan penggunaan kata ‘The holy spirit’ dengan ‘The holy ghost’ !
Perhatikan perbedaan penggunaan kata ‘The holy spirit’ dengan ‘The holy ghost’ !
Jika kita amati, tidak ada penginjil dari tingkat manapun yang
berusaha membandingkan makna istilah ‘Paraclete’ dalam naskah asli
berbahasa Yunani dengan bayangan atau hantu kudus /holy ghost/.
Dengan demikian, dengan mantap kita katakan bahwa AlMu’azzi atau si penolong itu adalah Roh Kudus atau yang berketuhanan. Dan dengan sendirinya, Roh Kudus atau yang berketuhanan itu adalah seorang Nabi yang kudus atau yang berketuhanan.
Dalam ajaran Islam, Nabi manapun, sebelum pengutusan Muhammad
Rasulullah Al-Amin oleh Allah Swt adalah seorang Nabi yang kudus atau
berketuhanan yang dipilih dan dijaga Allah dari dosa dan kesalahan.
Bagi seorang Muslim juga ketika mengungkapkan Nabi, pikirannya akan
langsung tertuju kepada Nabi Muhammad Saw.
Sebagai pengarang Injil, Johanes telah menulis tiga risalah Injil umat Kristen. Didalamnya, dia menggunakan ungkapan Roh Kudus untuk menunjukkan kenabian yang berketuhanan
“Saudaraku yang terkasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi
ujilah roh -roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak
dari Nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi keseluruh dunia”.
(I Johanes 4:1)
(I Johanes 4:1)
Dalam ayat diatas, kata Roh merupakan kata yang bersinonim dengan kata Nabi.
Jadi, Roh yang hakiki adalah Nabi yang hakiki juga, dan roh palsu adalah Nabi yang palsu juga.
Jadi, Roh yang hakiki adalah Nabi yang hakiki juga, dan roh palsu adalah Nabi yang palsu juga.
Dalam Bible ‘Authorised King James Version, ketika sampai pada kata
‘Roh’ yang pertama pada ayat tersebut, diarahkan agar para pembacanya
membandingkan dengan yang tertera dalam Matius 715 yang mengukuhkan
bahwa para Nabi palsu itu adalah roh-roh palsu. Berdasarkan itu dan
mengikuti pendapat Johanes juga, Roh kudus atau holy spirit adalah Nabi
yang berketuhanan alias Holy prophet.
Lebih jauh lagi, Johanes telah memberikan tolak ukur yang jelas untuk mengenali Nabi yang sebenarnya dengan mengatakan
“Demikianlah kita mengenal Roh Allah; setiap roh yang mengaku bahwa
Jesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah.”
(I Johanes 4:2)
(I Johanes 4:2)
Dan menurut pemahaman kalimat-kalimat Johanes dalam penafsiran yang
pernah kita bahas, roh itu sinonim dengan Nabi. Berdasarkan itu, makna
Roh Allah dalam ayat diatas adalah Nabi Allah, dan makna setiap Roh
adalah setiap Nabi.
St. John 16:14
“Dia akan memuliakan aku, karena dia akan menerima dari aku dan akan memperlihatkannya kepadamu.”
“Dia akan memuliakan aku, karena dia akan menerima dari aku dan akan memperlihatkannya kepadamu.”
Kita pun wajib mengetahui apa yang dikatakan Nabi Muhammad Saw tentang Isa Almasih alias Jesus The Christ Son of Mary.
Didalam Qur’an telah disebut nama Isa a.s, lebih dari dua puluh lima
kali dan digelarinya dengan berbagai gelar dan sifat, diantaranya ‘Isa putra Maryam‘, ‘Seorang Nabi’, ‘Seorang shaleh’, ‘Kalimah Allah’, ‘Masihullah’ dan lain sebagainya.
Semuanya menunjukkan bahwa betapa Nabi Muhammad sangat memuliakan Isa Almasih, Son of Mary.
Adapun sebagai baiknya, kita melihat pada ciri-ciri yang dinubuatkan
oleh Jesus mengenai The Holy -SpiritGhost- didalam kitab Injilnya.
Dari St. John 16:8 hingga 16:14
“And When he is come, he will reprove the world of sin and righteousness and of judgment of sin, because they believe not on me of righteousness, because I go to my father and ye see me no more of judgment because the prince of this world is judged. I have yet many things to say unto you but you can not bear them now. How beit when he, the ‘spirit of truth’ is come, he will guide you into all truth; for he shall not speak of himself, but whatsoever he shall hear, that shall he speak, and he will show you things to come.”
“And When he is come, he will reprove the world of sin and righteousness and of judgment of sin, because they believe not on me of righteousness, because I go to my father and ye see me no more of judgment because the prince of this world is judged. I have yet many things to say unto you but you can not bear them now. How beit when he, the ‘spirit of truth’ is come, he will guide you into all truth; for he shall not speak of himself, but whatsoever he shall hear, that shall he speak, and he will show you things to come.”
The comforter alias the holy -spiritghost- menurut yang dinubuatkan
oleh Jesus dalam Bible, adalah The Spirit of Truth yang akan
memperbaiki dunia dan menjelaskan mengenai dosa, keadilan dan juga
mengenai tata cara perhukuman.
Selain itu, Jesus juga berkata bahwa utusan berikutnya itu akan
membimbing manusia menuju kejalan Tuhannya, kepada jalan kebenaran yang
hakiki dan akan berbicara mengenai hal-hal yang akan mendatang.
Semua nubuat tersebut adalah cocok dengan Nabi Muhammad Saw Al-Amin.
Rasulullah membimbing manusia untuk kembali pada jalan Tuhan yang benar, memperbaiki akidah manusia untuk bertauhid, menyembah Tuhan yang Esa, bukan Tuhan yang Tiga.
Rasulullah membimbing manusia untuk kembali pada jalan Tuhan yang benar, memperbaiki akidah manusia untuk bertauhid, menyembah Tuhan yang Esa, bukan Tuhan yang Tiga.
Beliau datang untuk mengembalikan kemurnian ajaran yang dibawa oleh
Ibrahim, Musa, Daud, Sulaiman, Yahya, Isa dan Nabi-nabi lainnya yang
telah dirusak dengan berbagai macam kejahiliyahan masyarakat.
Nabi Muhammad telah datang dengan segala perundang-undangannya,
berbicara mengenai dosa, berbicara mengenai keadilan dan juga berbicara
mengenai hari kiamat yang akan datang.
Almasih sendiri mengatakan bahwa memang banyak yang hendak
diucapkannya kepada Bani Israel, namun sebagian besarnya tidak akan
dimengerti oleh umatnya pada masa itu, apalagi dalam menjalankan misi dakwahnya, Almasih selalu diburu dan dikejar oleh musuh-musuhnya.
Dengan perkenan Allah, Jesus memutuskan bahwa semua tugas
kenabiannya yang belum selesai itu akan diserahkan kepada Muhammad
dengan AlQur’annya, yang akan membimbing, tidak hanya kepada Bani
Israel, melainkan kepada seluruh manusia dimaya pada ini sesuai dengan
fungsinya membawa rahmat keseluruh alam.
Nabi Yahya alias John sendiri berkata dalam St. Matthew 3:11
“I indeed baptize you with water unto repentance, but he that cometh after me is mightier than I, whose shoes I am not worthy to bear He shall baptize you with the holy ghost and with fire”.
“I indeed baptize you with water unto repentance, but he that cometh after me is mightier than I, whose shoes I am not worthy to bear He shall baptize you with the holy ghost and with fire”.
Jika perkataan John diatas kita tujukan pada diri Jesus, itu kurang
tepat, sebab Jesus sendiri datang kepadanya dan minta dibaptiskan yang
berarti bahwa dia dan Jesus adalah sederajat.
St. Matthew 313
“Then cometh Jesus from Galilee to Jordan unto John to be baptized of him.”
“Then cometh Jesus from Galilee to Jordan unto John to be baptized of him.”
Jadi kalimat John tersebut dimaksudkan untuk kedatangan Muhammad Saw
selaku Nabi terakhir dalam jajaran kenabian Tuhan, dimana Ruh suci dan
Api yang dengannya ia akan membaptis orang adalah dua kalimah syahadat
Pengakuan mengenai Keesaan Tuhan serta hukum yang diturunkanNya serta
pengakuan terhadap Kerasulan Muhammad Saw Al-Amin.
Akidah atau kepercayaan adalah suatu soal yang tetap dan tidak berubah.
Allah adalah yang menciptakan segala yang ada, karena itu Allah sajalah yang berhak disembah, Dialah satu-satunya tempat meminta pertolongan, Dia yang tiada berserikat didalam menjalankan kekuasaanNya.
Allah adalah yang menciptakan segala yang ada, karena itu Allah sajalah yang berhak disembah, Dialah satu-satunya tempat meminta pertolongan, Dia yang tiada berserikat didalam menjalankan kekuasaanNya.
Nabi Muhammad akan tampil sebagai sosok pribadi yang gagah perkasa
bagaikan Nabi Musa, mempunyai kebijaksanaan sehingga semua alam ikut
bertasbih bersamanya seolah Nabi Daud, berotak brilian dan kekayaan
hatinya melebihi kekayaan Nabi Sulaiman, memiliki wajah yang tampan
rupawan laksana rupa Nabi Yusuf, mempunyai ketabahan yang besar
melebihi ketabahan Nabi Yunus yang terperangkap dalam perut ikan dan
Nabi Ibrahim yang tidak goyah dibakar api, bersikap kasih sayang
sebagaimana Isa Almasih serta bersikap dan tampil sebagai sosok Al-Amin
yang patuh kepada Tuhannya sebagai perwujudan sifat dari para
malaikat.
Dialah sosok Nabi dan Holy Prophet yang dinantikan, dimana tiada
lagi Nabi yang akan diutus setelah wafatnya kecuali para mujaddid yang
berlaku sebagai ‘utusan Tuhan’ dari berbagai kaumnya sekaligus
berfungsi sebagai pengembang dan perpanjangan tangan para Nabi Allah.
“Hubunganku dengan kenabian sebelumku seperti layaknya pembangunan
suatu istana yang terindah yang pernah dibangun. Semuanya telah lengkap
kecuali satu tempat untuk satu batu bata. Aku mengisi tempat tersebut
dan sekarang sempurnalah istana itu.”
Muhammad Al-Amin sang Paraclete, dilahirkan pada hari Senin 12 Rabi’ul awal tahun gajah atau bertepatan dengan tahun 570 Masehi.
Terlahir dari Ibu bernama Siti Aminah Binti Wahab dan ayahnya Abdullah Bin Abdul Muthalib,
keturunan Bani Ismail, putra Nabi besar Ibrahim as yang dijanjikan
oleh Allah, dan sekaligus merupakan kakak dari Nabi Ishak, putra Nabi
Ibrahim dari Siti Sarah yang menurunkan Nabi-nabi besar untuk umat
Israel.
Sang ayah, Abdullah, meninggal di Yastrib dalam perjalanan berdagangnya, jauh hari sebelum Muhammad dilahirkan.
Ketika beliau masih bayi, selain menyusu kepada ibu kandungnya,
Muhammad juga pernah disusui oleh Tsuwaibah Al Aslamyah dari Bani Aslam
yang juga budak dari Abu Lahab, bersama-sama dengan Hamzah bin Abdul
Muthalib pamannya yang sebaya usianya dengan Muhammad, dan selanjutnya
menyusu kepada Halimah Al-Sa’diyah, dari Bani Sa’ad yang terletak
antara Mekkah dan Thaif yang bersuamikan Abu Zuaib.
Sejak dari kandungan ibunya, hingga ia lahir, Muhammad sudah menunjukkan berbagai mukjizatnya sebagai tanda-tanda kenabiannya kelak dikemudian hari.
Setelah masa penyusuannya usai, Muhammad kembali kepelukan ibunya, Siti Aminah.
Setahun kemudian, Muhammad kecil beserta ibunya dan seorang inang pengasuhnya bernama Ummu Aiman melakukan ziarah kemakam Abdullah, ayah Muhammad dan suami Aminah di Yastrib.
Setahun kemudian, Muhammad kecil beserta ibunya dan seorang inang pengasuhnya bernama Ummu Aiman melakukan ziarah kemakam Abdullah, ayah Muhammad dan suami Aminah di Yastrib.
Selama satu bulan mereka tinggal di Yastrib dengan menumpang dirumah keluarga mereka dari Bani Najjar.
Dalam perjalanan pulang kembali kekota Mekkah, tepat disebuah desa
bernama Abwaa’, Aminah jatuh sakit dan wafat disana, waktu itu usia
Muhammad sudah 6 tahun.
Karena jaraknya kekota Mekkah masih cukup jauh, akhirnya jenazah
Aminah dikuburkan didesa Abwaa’ tersebut dan Muhammad beserta inangnya,
Ummu Aiman kembali kekota Mekkah berdua.
Abdullah telah pergi, Aminah pun telah pula pergi setelah keduanya
melakukan kewajiban yang diamanatkan kepada keduanya. Anak yang mulia
itu kini menjadi yatim piatu seperti kehendak Allah, kehilangan ibu
sebagaimana ia telah lebih dulu kehilangan ayah, tidak ada lagi yang
akan menolongnya dalam segenap hal selain daripada Allah yang sudah
mentakdirkan sekalian takdir.
Tuhan memanggil kedua orang tuanya, dan Tuhan juga yang menanggung
akan memlihara anak yang mulia itu selain daripada inang pengasuhnya
Ummu Aiman, yang sekarang berfungsi sebagai ibu baginya dan juga kelak
dikemudian harinya sebagai saksi hidup mengenai apa dan siapa
sesungguhnya sosok Muhammad itu.
Dialah yang memelihara Muhammad dalam perjalanan tersebut, mengurusi
makan dan tidurnya, menjaganya dari semua mara bahaya, hingga akhirnya
tiba dikota Mekkah dan diserahkan pada Abdul Muthalib, kakeknya.
Dua tahun setelah Muhammad diasuh oleh kakeknya, akhirnya pada usia
80 tahun, Abdul Muthalib kembali kerahmatullah, wafat dengan tenang
setelah dia menyerahkan pengurusan Muhammad kepada putra tertuanya Abu
Thalib yang menggantikan kedudukan ayahnya sebagai penguasa tertinggi
dikota Mekkah saat itu.
Meski demikian, kehidupan keluarga Abu Thalib sendiri sangatlah
serba kekurangan, dia menghidupi keluarganya dengan jalan berdagang.
Sejak itulah, Muhammad mulai belajar berdagang dan membantu pamannya didalam menjalankan roda kehidupan.
Kejujurannya, keterjauhannya dari semua yang bersifat keberhalaan,
kedisiplinannya, ketangkasannya serta keuletan kerjanya membuat ia
digelari orang dengan nama Al-Amin yang berarti orang yang jujur atau
terpercaya, meski saat itu ia masih kecil.
Pada usianya yang ke-12 tahun, Muhammad Al-Amin dan pamannya Abu
Thalib pergi berdagang kekota Syiria dan bertemu dengan seorang rahib bernama Bahiera atau Lautan Ilmu.
Rahib itu sendiri adalah seorang pengikut setia ajaran Isa Almasih dari Nashara.
Dia bukanlah dari seorang yang menyekutukan Tuhan sebagaimana kebanyakan ahli kitab lainnya.
Dia bukanlah dari seorang yang menyekutukan Tuhan sebagaimana kebanyakan ahli kitab lainnya.
Ensyclopedia of Britannica telah mencatat bahwa
Bahiera adalah seorang ulama Nashara yang sangat tinggi ilmu agamanya
dan ia pernah memegang jabatan Patriarch di Konstantinopel dari tahun
428 – 431 Masehi. Kedudukannya amatlah tinggi, pengikutnya pun cukup
banyak. Namun karena faham Bahira adalah mengesakan Tuhan, diapun
ditindas dan dibuang.
Sang rahib itu dihadapan kabilah Abu Thalib mewanti-wanti agar
merawat dan menjaga Muhammad sebaik mungkin sebab dia telah melihat
tanda-tanda kenabian pada dirinya, sebagaimana yang termaktub dalam
ajaran Isa Almasih sejati.
Sejak itulah pamannya Abu Thalib begitu teliti dan hati-hati sekali
didalam menjaga Muhammad, bahkan curahan kasih sayang yang diberikannya
kepada Al-Amin ini melebihi apa yang diberikannya kepada putra
kandungnya sendiri.
Masa kecilnya juga dilewati dengan menggembalakan kambing penduduk Mekkah dengan imbalan Al Qaraarith, yaitu pecahan uang dinar atau dirham perak yang dapat dipergunakan untuk mencukupi keperluan hidup masa itu.
Kejujuran Muhammad
dalam menjalankan dagangan dan gembalaan, telah sama-sama diketahui
orang, dan tidak sedikit yang menitipkan barang dagangannya kepada
Muhammad.
Muhammad kecil tidak sedikitpun mengambil untung dari titipan orang
tersebut, tidak juga dia berkhianat dalam menjalankan perdagangannya.
Selanjutnya, putra Mekkah yang bergelar Al-Amin ini, sebelum mencapai usia 25 tahun telah menjadi seorang saudagar kafilah terbesar di Tanah Arab. Semakin banyak pula orang yang menyerahkan dagangannya kepada beliau.
Pada usianya yang ke-25 tahun, Muhammad menikah dengan seorang
wanita saudagar terhormat dan merupakan orang terkaya waktu itu
diantara penduduk Mekkah, namanya Siti Khadijjah binti Khuwailid Bin Abdul Uzza Bin Qushai ditahun 596 M.
Khadijjah digelari orang dengan sebutan Saydah Quraisy
atau Ibu Quraisy. Sebelum menikah dengan Muhammad, Khadijjah sudah dua
kali bersuami dengan orang kaya dari Bani Muchzum, tapi keduanya
meninggal dunia dan ia sendiri telah mempunyai dua orang anak dari
hasil perkawinannya terdahulu.
Meskipun Khadijjah berusia 40 tahun dengan dua orang anak pada masa
itu, namun cinta Muhammad kepadanya adalah cinta yang penuh terus
menerus selama 25 tahun sesudahnya, yaitu hingga Muhammad berusia 50
tahun dan Khadijjah berusia 65 tahun dengan dikaruniai 6 orang anak.
Karenanya pula selain bergelar Saydah Quraisy, Siti Khadijjah juga
digelari sebagai wanita yang Al-Wadud Al-Walud, artinya seorang wanita
yang sejati dan punya banyak anak.
Adapun anak-anak dari perkawinan Muhammad dengan Khadijjah adalah
Al-Qasim, Abdullah At-Tahir, Zainab, Ruqayah, Ummu kalsum dan Fatimah
Azzahra. Adapun Al -Qasim dan Abdullah At-Tahir, wafat sejak kecilnya.
Putrinya yang tertua yaitu Zainab menikah dengan Abul ‘Ash Bin At Rabi’ Bin Abdi Syams,
ibu dari Abul ‘Ash ini adalah saudara perempuan dari Khadijjah dan
dari perkawinannya itu Zainab mendapatkan dua orang anak, yang
perempuan bernama Umamah dan yang laki-laki bernama Ali.
Ketika ayahnya, Muhammad, diangkat menjadi Nabi dan Rasul, Zainab
pun mengajak suaminya itu untuk ikut memeluk Islam, tapi ditolak
olehnya, sementara Zainab sendiri telah beriman mengikuti sang ayah dan
terpaksa berpisah dengan suaminya itu.
Ketika terjadi peperangan Badar, 17 Ramadhan tahun 2
atau 13 Maret 624, Abul ‘Ash bersama-sama kaum Musyrikin Mekkah
mengangkat pedang, mengobarkan perlawanan terhadap Nabi Muhammad Saw dan
umat Islam.
Namun tidak lama setelah itu, Abul ‘Ash memeluk Islam hingga akhir
hayatnya pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar dan kembali
melangsungkan pernikahannya dengan Zainab secara Islam.
Putri Muhammad yang kedua yaitu Ruqayah menikah dengan ‘Utbah Bin
Abu Lahab, begitu pula dengan putrinya ketiga, Ummu Kalsum, menikah
dengan ‘Utaibah Bin Abu Lahab, saudara ‘Utbah hanya selang beberapa
waktu sebelum Muhammad mendapat wahyu.
Kelak dikemudian hari, dimana Muhammad telah diangkat menjadi Nabi
dan Rasul serta bertugas menyampaikan dakwahnya kepada manusia, kedua
putrinya ini bercerai dengan masing-masing putra Abu Lahab itu dan
menikah dengan Usman Bin Affan yang didahului oleh Ruqayah, meninggal
setelah peperangan Badar usai, dan digantikan oleh Ummu Kalsum, putri
Nabi yang ketiga, sehingga karenanya Usman Bin Affan digelari Zun
Nuraini, yaitu yang memiliki dua cahaya.
Fatimah sendiri waktu itu masih kecil dan belum menikah.
Ia dilahirkan pada tahun 606 M atau tahun ke-10 perkawinan Nabi dengan Khadijjah.
Dia ikut merasakan pahit getirnya dakwah Islamiyah yang dilakukan oleh ayahnya, ia menyaksikan sejak awal betapa duka derita yang dialami oleh Muhammad.
Ia dilahirkan pada tahun 606 M atau tahun ke-10 perkawinan Nabi dengan Khadijjah.
Dia ikut merasakan pahit getirnya dakwah Islamiyah yang dilakukan oleh ayahnya, ia menyaksikan sejak awal betapa duka derita yang dialami oleh Muhammad.
Fatimah juga yang pergi kemasjid untuk membersihkan kotoran-kotoran
hewan yang dicampakkan oleh orang-orang kafir kepada Nabi, dan ia juga
yang membersihkan darah yang mengalir dari wajah ayahnya ketika terluka
dalam perang Uhud yang juga menewaskan paman Nabi, Hamzah Bin Abdul
Muthalib ditangan Wahsyi dan Hindun.
Selain daripada itu, Muhammad juga mengambil seorang anak angkat
laki-laki bernama Zaid Bin Haritsah, seorang anak dari Bani Al-Kalby
yang dijual oleh sekawanan perampok kepasar Ukazd dan dibeli oleh
Khadijjah untuk menjadi hamba sahayanya namun dibebaskan oleh Muhammad
dan diangkat sebagai seorang anak.
Sementara itu, sejak menginjak usia 36 hingga 40 tahun, Muhammad
lebih banyak mengasingkan dirinya jauh dari keramaian dan hiruk pikuk
manusia yang menyembah berhala dikota Mekkah.
Sebagaimana yang diketahui sejak awal, dari kecil Muhammad tidak
pernah mengikuti tata cara peribadahan masyarakat disekitarnya yang
menyembah berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri.
Dalam pengasingan dirinya itu, Muhammad memilih gua Hira untuk
tempatnya Tahannuts, mendekatkan dirinya kepada Tuhan dengan mengikuti Risalah Ibrahim dan Ismail, nenek moyangnya dahulu kala.
Gua Hira terletak pada bagian atas suatu gunung
yang sekarang bernama Jabal Nur (Gunung Cahaya), Gua tersebut berjarak 2
farsach atau 6 mil disebelah utara Mekkah dan untuk mendakinya saat
ini secara terus menerus memakan waktu lebih kurang 40 menit lamanya
dan jarak antara puncak Jabal Nur dengan Gua Hira sekitar 20 meter.
Ketinggian total Jabar Nur sendiri lebih kurang 200 meter dari bawah.
Tahannuts yang dilakukan oleh Muhammad ini tidaklah
mencontoh ibadah umat Nashara dengan mengasingkan diri secara total
dari kehidupan masyarakat ramai dan menjauhi Sunnatullah, seperti
beristri, berketurunan dan lain sebagainya.
Ia pergi ke Gua Hira dan sering tinggal beberapa hari dan beberapa
malam disana baru pulang kembali ke Mekkah, berkumpul bersama
keluarganya.
Pada suatu malam tanggal 17 Ramadhan, bersamaan dengan 06 Agustus
610 Masehi 203 tahun 41 dari kelahirannya atau ketika usia manusia yang
mulia yang digelari orang sebagai Al-Amin itu mencapai 40 tahun 6
bulan 8 hari (tahun Qamariyah/Bulan) atau berusia 39 tahun 3 bulan 8
hari (tahun Syamsiah/Matahari), turunlah Malaikat Jibril kepadanya
untuk menyampaikan wahyu yang telah ditetapkan oleh Tuhan, dan
menyatakan Kalimah Allah bahwa pada malam itu juga beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul Allah, menjadi penerus risalah para Nabi sebelumnya.
Wahyu yang pertama kali turun tersebut adalah Surah Al-Alaq ayat 1-5
“Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang telah menjadikan.
Dia telah menjadikan manusia dari segumpal darah (‘alaq -bisa juga diartikan “sesuatu yang lekat”)
Bacalah ! Karena Tuhanmu Yang Maha Mulia !
Yang mengajar dengan Qalam (ilmu pengetahuan)
Mengajar manusia apa yang tiada ia ketahui.”
Dia telah menjadikan manusia dari segumpal darah (‘alaq -bisa juga diartikan “sesuatu yang lekat”)
Bacalah ! Karena Tuhanmu Yang Maha Mulia !
Yang mengajar dengan Qalam (ilmu pengetahuan)
Mengajar manusia apa yang tiada ia ketahui.”
Demikianlah wahyu yang pertama kali diturunkan, mengandung isyarat
kepada manusia untuk mempelajari asal usul kejadiannya agar mereka
insyaf terhadap dirinya. Juga menyuruh manusia untuk dapat belajar
membaca dan menulis serta menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu
pengetahuan lainnya.
Malam permulaan turunnya AlQur’an tersebut dikenal dengan malam ‘Lailatul Qadar’, yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan dan kesejahteraan sebagaimana yang difirmankan Allah
“Sungguh, Kami telah menurunkannya pada malam kemuliaan.
Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu ?
Malam kemuliaan itu lebih utama daripada seribu bulan !
Turun malaikat dan Ruh kepadanya dengan izin Tuhannya dengan segala urusan.
Sejahtera ia ! Sampai terbit fajar.”
(QS. 97:1-5)
Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu ?
Malam kemuliaan itu lebih utama daripada seribu bulan !
Turun malaikat dan Ruh kepadanya dengan izin Tuhannya dengan segala urusan.
Sejahtera ia ! Sampai terbit fajar.”
(QS. 97:1-5)
Secara berangsur-angsur wahyu turun kepada Rasulullah Muhammad Saw
selama 20 tahun 2 bulan 22 hari dalam 23 tahun periode keNabiannya
dengan menghitung 3 tahun lamanya Rasul tidak mendapatkan wahyu
semenjak ia dapatkan pertama kalinya di Gua Hira.
Wahyu terakhir dari Allah
yang ia terima adalah pada tanggal 09 Dzulhijjah, 07 Maret 632 Masehi,
saat Nabi sedang berwukuf dipadang ‘Arafah bersama-sama kaum Muslimin
melaksanakan Haji Wada’ (Haji perpisahan) yaitu Surah Al-Maidah ayat 3
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah
Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Aku telah ridhai Islam sebagai
agamamu.”
(QS. 53)
(QS. 53)
Sang Paraclete yang agung, Nabi Al-Muntazhar atau
Nabi yang ditunggu-tunggu oleh semua umat manusia itu telah tiba,
beliaulah sosok Comforter dan sosok Spirit of Truth sebagaimana yang
disinggung oleh St. John 1613 yang akan memandu manusia kepada semua
kebenaran, sebab dia tidak akan berbicara atas kehendak hawa nafsunya
sendiri, melainkan berdasarkan wahyu yang dia dengar dari Tuhannya,
itulah yang akan disampaikannya.
Janji Tuhan kepada Nabi besar Ibrahim pada Genesis 2118 dan 1720
yang menyatakan akan menjadikan keturunan Ismail sebagai suatu bangsa
yang besar telah terpenuhi yang diawali dengan kelahiran dan pengutusan
Rasulullah Muhammad Saw Al-Amin yang ajarannya kelak akan
menghantarkan Bangsa Arab sebagai suatu bangsa yang besar sebagai pusat
penyebaran Islam.
“And as for Ishmael, I have heard thee Behold, I have blessed him
and will make him fruitful, and will multiply him exceedingly; twelve
princes shall he begot, and I will make him a great Nation.” (Genesis
17:20)
“Arise, lift up the lad, and hold him in thine hand; for I will make him a great Nation.” (Genesis 21:18)
Juga janji Nabi Musa yang terdapat dalam kitab Tauratnya
“The Lord reigneth; let the earth rejoice, let the multitude of
isles be glad thereof, clouds and darkaness are round about him
Righteousness and judgment are the habitation of his throne. A fire
goeth before him and burned up his enemies round about. His lightnings
enlightened the world The earth saw, and trembled. The hills melted
like wax at the presence of the Lord, at the presence of the Lord of
the whole earth. The heavens declare his righteousness and all the
people see his glory.” (Psalm 9:71-6)
Mengenai istilah Lord yang berarti penguasa atau yang kuasa, terbagi atas dua pengertian. Pertama Lord dipakai untuk Allah yang berkuasa pada alam semesta
selaku pencipta, Kedua Lord dipakai untuk menunjukkan Nabi yang
berkuasa dibumi ini dalam menjalankan tugas yang diperintahkan Allah
kepadanya dan sekaligus selaku Khalifah dibumi.
Contoh dari penggunaan double Lord ini bisa dilihat pada Psalm 1:101
“The Lord said unto my lord, Sit thou at my right hand, untill I make thine enemies thy footstool.”
“The Lord said unto my lord, Sit thou at my right hand, untill I make thine enemies thy footstool.”
Begitulah akhirnya, dakwah yang disampaikan oleh Rasulullah terhadap
kaumnya dan semua manusia diluar itu, mendapatkan tantangan yang
sangat berat sekali.
Pada tahun 616 hingga 617 M telah terjadi pemboikotan terhadap Nabi
Muhammad dan kaum Muslimin semuanya termasuk keluarga Bani Hasyim dan
Bani Muthalib. Segala perhubungan putus sama sekali, dan pihak Quraisy
mengancam keras terhadap siapa -siapa yang berani melakukan hubungan
dengan mereka.
Akibat pemboikotan
itu, Nabi dan kaum Muslimin beserta keluarga Bani Hasyim dan Bani
Muthalib, yaitu dua keluarga yang masih ada hubungan darah dengan
Rasulullah dan selama ini menjadi pembela Nabi, terpaksa menyingkir,
mencari perlindungan di Syi’ib, suatu tempat perbukitan diluar kota.
Pada bulan Desember 619 M, tidak lama setelah pemboikotan
dihapuskan, istri Rasulullah Saw yang terkasih, Siti Khadijjah
meninggal dunia, kembali kerahmatullah dalam keadaan beriman.
Khadijjah, merupakan orang yang paling dekat dengan Nabi, karena
tidak saja ia sebagai seorang istri, tetapi pendamping setia Rasulullah
dalam suka dan duka.
Masa mudanya ia habiskan dalam membina karir perdagangannya.
Namun kemudian ia mempersembahkan semua yang dimilikinya untuk perjuangan suaminya -menegakkan ajaran Islam.
Namun kemudian ia mempersembahkan semua yang dimilikinya untuk perjuangan suaminya -menegakkan ajaran Islam.
Selama bertahun-tahun Khadijjah mendampingi Muhammad Saw, membina
keluarga yang penuh ketentraman dan kebahagiaan. Ketika Rasulullah Saw
mendapat tugas yang berat -mengemban risalah Ilahiah- Khadijjah
meneguhkan hatinya dan menambah kepercayaan dirinya.
Ketika Nabi didustakan kaumnya, Khadijjah meyakininya dengan tulus.
Khadijjah adalah orang yang pertama percaya akan kenabian Muhammad sekaligus wanita pertama yang memeluk Islam. Ketika masyarakatnya menyembah berhala, dibelakang sosok laki-laki bernama Muhammad, dia bersujud menyembah Allah Yang Maha Esa.
Khadijjah adalah orang yang pertama percaya akan kenabian Muhammad sekaligus wanita pertama yang memeluk Islam. Ketika masyarakatnya menyembah berhala, dibelakang sosok laki-laki bernama Muhammad, dia bersujud menyembah Allah Yang Maha Esa.
Pada waktu orang-orang Quraisy mengucilkan keluarga Rasulullah
dipadang yang gersang, Khadijjah meninggalkan rumahnya yang megah. Dia
tidur dalam kemah yang sederhana.
Setiap hari dia bekerja keras membagikan makanan yang sedikit kepada
para pengikut Rasulullah Saw, tidak jarang dia dan suaminya tidak
kebagian makanan. Lebih jauh lagi, Khadijjah adalah ibu dari
anak-anaknya yang penuh kasih dan sayang.
Hanya selang beberapa minggu dari kematian Khadijjah, Abu Thalib,
paman Nabi yang selama ini melindunginya dari keganasan dan gangguan
kaum kafir Quraisy, meninggal dunia, yaitu pada bulan Januari 620 M.
Abu Thalib, adalah paman sekaligus juga berfungsi sebagai ayah bagi
Rasul semenjak kedua orang tua dan kakeknya tiada sewaktu ia masih
kecil, dan kini pamannya itu telah pula menyusul istrinya, Khadijjah,
kembali keharibaan Tuhan yang menciptakannya.
Dia adalah perisai Rasulullah,
sehingga meskipun begitu hebat ancaman dan gangguan yang dilakukan
terhadap Nabi, namun selama Abu Thalib masih hidup, mereka tidak berani
melakukan gangguan-gangguan phisik terhadap Rasulullah.
Semenjak kematian kedua orang inilah, perlawanan kaum kafir Quraisy
semakin menghebat dan menggila kepada diri Nabi Muhammad dan umatnya.
Meskipun siksaan dan hinaan ditimpakan pada diri Nabi yang agung ini oleh kaum kafir Quraisy yang
sesekali juga bekerja sama dengan umat Yahudi, tidaklah menjadikan
surutnya perjuangan dakwah Rasulullah Muhammad Saw didalam
mengumandangkan seruan Tauhid kepada Ilahi.
Semakin hari pengikutnya semakin bertambah.
Tercatatlah sejumlah nama-nama besar pengikut Rasulullah Al-Amin ini.
Tercatatlah sejumlah nama-nama besar pengikut Rasulullah Al-Amin ini.
Ali Bin Abu Thalib, putera pamannya sendiri, Abu Thalib., disusul dengan Zaid Bin Haritsah,
anak angkat beliau, Abdullah Bin Abu Kuhafa dari Bani Taim Ibni Murra
yang selanjutnya lebih dikenal dengan nama Abu Bakar, berusia 2 tahun
lebih muda dari Nabi Muhammad dan kelak akan menggantikan kedudukan sang
Nabi sebagai pemimpin umat, menjadi Khalifah Islam pertama.
Sejumlah orang terkemuka lainnya mengikuti jejak Abu Bakar dan sahabat yang lainnya, diantaranya adalah Usman Bin Affan dari Bani Umayyah yang kelak kemudian hari menjadi Khalifah Islam ketiga menggantikan Umar Bin Khatab,
Salman Al-Farisi, Abdurrahman Bin ‘Auf, Hamzah Bin Abdul Muthalib,
paman dan saudara sesusuan Rasulullah sejak kecil, bergelar Singa Gurun Pasir,
merupakan satu dari dua orang yang sangat ditakuti dan disegani
setelah Umar Bin Khatab, baik dalam kalangan Muslimin maupun kaum kafir
Quraisy, dia berhasil membunuh Abu Jahal dalam perang Badar.
Sa’ad Bin Abi Wakkas yang pada masanya menjadi penakluk Parsi, Umar
Bin Khatab dari Bani ‘Adi Ibn-Ka’ab yang pada waktu kekhalifahannya
itulah Islam terus menyebar ke Suriah dan Palestina yang kala itu
menjadi bagian kekaisaran Byzantium, terus ke Turki, Mesir, Iraq, Iran hingga Persia dan menyebrang ke Afrika Utara.
Sejarah mencatat bahwa dakwah Islam sudah mencapai kenegri Tiongkok
ketika Nabi Muhammad Saw sendiri masih hidup (627 M). Adapun yang
melakukan penyebaran Islam dinegri tersebut adalah sahabat Nabi yang
bernama Abu Kasbah, sekaligus mendirikan masjid pertama di Kanton.
Pada tahun 632 M, Abu Kasbah kembali kenegrinya untuk melaporkan
keadaan dinegri Tiongkok kepada Nabi Saw, tetapi kedatangannya ke
Madinah ternyata terlambat sebulan dari saat wafatnya Nabi, selanjutnya Abu Kasbah kembali ke Tiongkok dan meninggal disana.
Kaisar Kao Tsung pernah mengirimkan perutusan ke
Madinah karena mengagumi atas munculnya ‘kerajaan baru’ dan mempunyai
pedoman agama yang kuat. Misi persahabatan ini dibalas oleh Khalifah
Usman Bin Affan (634-644 M) dengan mengirimkan misi persahabatan pula
ke Tiongkok.
Perkembangan Islam yang luar biasa dan berpengaruh terus dicatat
hingga pada jaman Bani Umayyah (Mu’awiyah I, 565-661) bersambung masa
pemerintahan Khalifah Yazid (661-681) dan Mu’awiyah II (681-683), Islam
bergerak maju kesegala penjuru dunia, ke Utara, ke Timur dan ke Barat
(Spanyol 711 M) sampai pada pemerintahan Khalifah Sulaiman (715 M).
Tanggal 16 Juli 622 M adalah permulaan perhitungan dan penanggalan
baru, bertepatan dengan awal bulan Muharram tahun pertama Hijrah Nabi
Muhammad Saw dari kota Mekkah kekota Madinah yang waktu itu masih
bernama Yatsrib.
Hijrah itu sendiri terjadi untuk menghindari penyiksaan demi
penyiksaan dan pembunuhan demi pembunuhan yang dilakukan oleh kaum
kafir Quraisy terhadap para pengikut Rasulullah.
Allah berfirman dalam AlQur’an
“Sungguh Aku tidak akan menyia-nyiakan amalan dari antara kamu, baik
laki-laki atau perempuan, sebagian kamu adalah turunan dari sebagian
yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari
kampung-kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang
dan yang terbunuh, akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan akan
Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir padanya
sungai-sungai. Sebagai ganjaran dari Allah, karena Allah itu pada
sisi-Nya ada ganjaran yang baik”. (QS. 3195)
Nabi Muhammad Saw sendiri tetap bertahan dikota Mekkah hingga semua
sahabat dan pengikutnya tidak ada lagi yang tertinggal disana.
Hingga pada malam dimana Nabi sudah bersiap untuk hijrah, rumah
beliau dikepung oleh penduduk Mekkah yang bermaksud untuk membunuhnya.
Pertolongan Allah datang, manakala Nabi Muhammad keluar dari rumahnya
setelah meninggalkan beberapa wasiat kepada Ali bin Abu Thalib dan menggantikan posisi beliau diatas tempat tidurnya.
Selanjutnya dalam perjalanannya itupun, Nabi Muhammad kembali nyaris
tertangkap oleh pihak kafir Quraisy suruhan Abu Jahal seandainya saja
Allah tidak melindunginya dengan memerintahkan Rasul bersembunyi di Gua Tsur.
Perlindungan Allah datang melalui hukum-hukum
alamnya, misalnya dengan burung merpati yang terbang kedepan goa dan
membuat sarang, lalu mengerami telur disangkarnya itu. Serta adanya
Laba-laba yang membangun rumahnya ditengah-tengah pintu masuk Gua,
sehingga menimbulkan kesan bagi orang diluarnya bahwa gua tersebut
tidak ada yang pernah memasukinya.
Tsur adalah sebuah bukit biasa saja yang lebih tinggi dari
bukit-bukit didaerah perbukitan sekeliling Mekkah. Bukit ini berada
lebih kurang 6 Km arah selatan Masjidil Haraam. Dibagian lerengnya
terdapat beberapa buah gua, dan pada bagian yang mendekati puncak
terdapatlah Gua dimana Rasulullah bersama sahabatnya Abu Bakar
berlindung. Untuk mencapai Gua Tsur tersebut, orang harus mendaki lebih
kurang 1,5 jam.
Perjalanan Nabi Muhammad menuju kekota Madinah (Yatsrib), memakan
waktu selama delapan hari, dan kedatangan beliau disebuah kota kecil,
Quba, sekitar 9 mil dari Yatsrib, disambut oleh Kaum Muslimin Anshar
dengan penuh gembira dan keharuan.
Di Quba itu Rasulullah berhenti dan beristirahat ditempat Bani Amr
Bin Auf selama tiga hari, dan dalam pada itu, setelah sehari tiba di
Quba, Ali Bin Abu Thalib menyusul tiba pula menemui Nabi.
Selama berada Quba itu, Rasulullah dan para sahabatnya sempat
mendirikan sebuah masjid yang pertama dalam sejarah Islam yang dikenal
dengan nama Masjid Quba, yang sampai pada hari ini masjid tersebut
tetap berdiri dengan megahnya setelah mengalami beberapa kali perluasan
dan renovasi.
Dari Quba, Rasulullah melanjutkan perjalanannya ke Yatsrib.
Ketika sebelum sampai di Yatsrib, tiba hari Jum’at dan matahari sudah miring kebarat, Nabi Muhammad sampai dikediaman Bani Salim Bin ‘Auf, yaitu suatu lembah yang bernama Wadi Ranwana’, disitulah Nabi melaksanakan shalat Jum’at serta khutbah pertamanya.
Ketika sebelum sampai di Yatsrib, tiba hari Jum’at dan matahari sudah miring kebarat, Nabi Muhammad sampai dikediaman Bani Salim Bin ‘Auf, yaitu suatu lembah yang bernama Wadi Ranwana’, disitulah Nabi melaksanakan shalat Jum’at serta khutbah pertamanya.
Rasulullah Saw akhirnya tiba dikota Yatsrib atau Madinah sekarang
ini, bersama sahabatnya Ali bin Abu Thalib, Abu Bakar, Suraqah Bin
Malik Bin Ya’syim serta pemandu jalan, Amir Bin Fuhairah dan beberapa
kaum muslimin lainnya pada bulan Rabi’ul awal, harinya berkisar antara
tanggal 2 hingga tanggal 16, bertepatan dengan bulan September 622 M.
Dengan demikian maka tahun terjadinya hijrah dihitung sebagai tahun pertama, dengan penyesuaian bulan dan tanggal menurut perhitungan tahun hilaliyah
Arab. Sehingga akhirnya ditetapkanlah hari pertama bulan Muharram
menjadi awal tahun hijriyah menggantikan hari dan tanggal tibanya Nabi
di Madinah.
Di Madinah ini, Rasulullah mendirikan masjid Nabawi, dan membangun
rumahnya berdekatan dengan masjid tersebut. Rasulullah sendiri langsung
memimpin pembangunan masjid itu bersama kaum Anshar dan Muhajirin.
Kaum Muslimin Anshar, adalah sebutan untuk kaum Muslimin yang ada
dikota Yatsrib/Madinah, sedangkan Kaum Muslimin Muhajirin adalah
sebutan untuk kaum Muslimin yang melakukan hijrah dari Mekkah ke
Yatsrib.
Seringkali orang-orang menamakan Negara Islam yang pertama kali
berdiri dahulu itu dengan nama Negara Madinah karena berada dikota
Madinah. Tetapi nama ini sering menimbulkan salah pengertian, dimana
Negara Madinah disamakan dengan City State (Negara Kota) seperti Athena
dan Sparta dijaman purba.
Sebenarnya, negara hijrah, mempunyai kaitan yang luas dengan Madinah.
Negara Hijrah itu adalah berdasarkan suatu ideologi internasional yang bisa saja didirikan ditempat manapun yang telah menganut ideologi yang diajarkan Islam.
Negara Hijrah itu adalah berdasarkan suatu ideologi internasional yang bisa saja didirikan ditempat manapun yang telah menganut ideologi yang diajarkan Islam.
Hal ini sudah terbuki pada waktu pemerintahan Khalifah Ali Bin Abu Thalib, pusat pemerintahan dipindahkan ke Iraq.
Di Madinah, tidak terdapati hal-hal yang sebagaimana terjadi pada
peristiwa imigrasi orang-orang Eropa kebenua Amerika atau ke Australia
atau ke Afrika Selatan. Kaum Muhajirin disana tidak pernah berkeinginan
untuk menghabisi atau mengusir penduduk asli Madinah, tidak pernah
mengadakan penjajahan atau pembedaan terhadap para pendatang.
Negara Hijrah adalah Negara Aqidah Islamiyah dimana penduduk asli
kota Madinah dan orang-orang Muhajirin yang bermukim disana berada pada
posisi kemanusiaan dan kedudukan hukum yang sama. Suatu Aqidah atau
ideologi bersifat terbuka bagi semua orang, karena kemanusiaannya
semata, tanpa memandang dari negri mana dan suku apapun dianya. Negara
Hijrah adalah negara terbuka bagi setiap orang dan setiap kelompok. Dia
tidak menutup diri seperti negara-negara agama lainnya sepanjang
sejarah.
“Jika kita mengukur kebesaran dengan pengaruh, dia seorang raksasa
sejarah. Dia berjuang meningkatkan tahap rohaniah dan moral suatu
bangsa yang tenggelam dalam kebiadaban karena panas dan kegersangan
gurun. Dia berhasil lebih sempurna dari pembaharu manapun; belum pernah
ada orang yang begitu berhasil mewujudkan mimpi -mimpinya seperti
dia,” tulis Will Durant dalam the Story of Civilization terhadap diri
Nabi Muhammad Saw.
“Dia datang seperti sepercik sinar dari langit, jatuh kepadang pasir
yang tandus, kemudian meledakkan butir-butir debu menjadi mesiu yang
membakar angkasa sejak Delhi ke Granada.” Tambah Thomas Carlyle dalam
On Heroes and Hero Worship.
Dengan sejumlah informasi yang mereka miliki, Durant dan Carlyle
berusaha melukiskan kebesaran Rasulullah Saw. Mereka tidak pernah
berjumpa dengan Nabi yang mulia. Mereka tidak pernah melihat wajah atau
mendengar suaranya. Mereka bahkan tidak beriman kepada apa yang dibawa
oleh Nabi Saw. Mereka hanya menyaksikan lewat lembaran-lembaran sejarah
yang mereka teliti.
Muhammad Saw, sebagaimana Nabi-nabi Allah yang lain, datang bukan hanya sekedar mengajarkan shalat dan doa.
Dia adalah tokoh revolusioner yang memimpin kelompok tertindas melawan
kezaliman sistem yang berlaku. Dia tampil membimbing kaum Mustadh’afin
untuk mengubah nasibnya dan menentang kaum Mustakbirin supaya
menghentikan keserakahannya. Karena itu, dia didukung rakyat kecil dan
dibenci kebanyakan penguasa.
Rasulullah mengatur tata tertib kehidupan setiap umat Islam dengan cermat.
Beliau melahirkan beberapa pengajaran penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Beliau melahirkan beberapa pengajaran penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Seorang penulis biographi Nabi yang cukup dikenal, yaitu Muhammad
Ahmad Djadil Maula Beik dalam bukunya “Muhammad Al Matsalul Kamil”
(Muhammad teladan sempurna) mengemukakan tiga macam kerja raksasa yang
dibawanya.
Kerja raksasa itu telah dapat direalisir Nabi selama masa
kerasulannya yang berlangsung selama 23 tahun, yaitu 13 tahun dikota
Mekkah dan 10 tahun dikota Madinah. Ialah
- Innahu Kawwana Ummatan; Membentuk suatu ummat
- Wassasa daulatan; Mendirikan suatu negara
- Waaqoma dinan; Menegakkan suatu agama
Sebagai karya raksasa pertama, Nabi Muhammad telah berhasil
membangun suatu umat yang besar. Umat yang merekam sejarah ke-emasan
dalam peradaban manusia. Yang dibangun serta dibentuknya dari suatu
bangsa yang lemah, bobrok dalam segala bidang, bangsa yang terpecah
belah dalam kesukuan dan kabilah, satu sama lainnya bermusuhan, bangsa
berjiwa kasar dan berwatak buas jauh dari nilai-nilai akhlak dan
budaya, yaitu bangsa Arab Jahiliyah yang sangat terbelakang baik
material maupun spiritual. Suatu bangsa yang tidak pernah dikenal
sebelumnya sama sekali dalam catatan sejarah dunia.
Bangsa seperti bangsa Arab yang sedemikian rupa keadaannya, dalam
tempo relatif singkat, hanya kurang dari seperempat abad telah berubah
keadaannya sama sekali.
Dari suatu bangsa yang tidak masuk “bilangan” atau perhitungan,
berubah menjadi suatu bangsa yang disegani, dihormati bahkan ditakuti.
Bukan karena kekejaman dan keganasannya melainkan karena keluhuran dan kebesaran jiwanya,
karena kecemerlangan peradaban dan kebudayaannya. Sebagai perwujudan
janji Tuhan kepada Ibrahim atas keturunan Ismail kelak ratusan tahun
dari masanya.
Berkat perjuangan Muhammad Rasulullah Saw Al-Amin, bangsa yang
semula terasing di Sahara sekarang menentukan sejarah umat manusia.
Orang-orang Arab yang miskin kini menjadi penguasa dunia meskipun
keadaan diri Rasul yang agung itu sendiri bertolak belakang dengan
kejayaan yang dicapainya, dia berada dalam keadaan yang serba
kekurangan dan sederhana hingga hari wafatnya, beliau hanya
meninggalkan kitabullah dan keluarganya.
Ini adalah tujuan terakhir bagi manusia; untuk menjadi tuan rumah
didalam semesta dan menyaksikan ketentraman jiwanya bersama Tuhannya,
yang tidak hanya Tuhannya merasa senang, tetapi diapun merasa senang
bersama Tuhannya.
Kesenangan yang sempurna. Kepuasan yang sempurna. Kedamaian yang sempurna.
Kasih sayang Tuhan adalah makanannya dipentas dunia ini dan dia minum dari air mancur kehidupan. Duka cita dan kekecewaan tidak meliputinya dan keberhasilan tidak menjadikan dia sombong dan merasa mulia.
Kasih sayang Tuhan adalah makanannya dipentas dunia ini dan dia minum dari air mancur kehidupan. Duka cita dan kekecewaan tidak meliputinya dan keberhasilan tidak menjadikan dia sombong dan merasa mulia.
Jika keagungan tujuan, kesempitan sarana dan hasil yang menakjubkan,
adalah tiga kriteria kejeniusan manusia, siapa yang berani
membandingkan manusia yang memiliki kebesaran didalam sejarah modern dengan Muhammad ?
Orang-orang paling terkenal menciptakan tentara, hukum dan kekaisaran semata.
Mereka mendirikan apa saja, tidak lebih dari kekuatan material yang acapkali hancur didepan mata mereka sendiri.
Mereka mendirikan apa saja, tidak lebih dari kekuatan material yang acapkali hancur didepan mata mereka sendiri.
Nabi Muhammad Saw, Rasul Allah yang agung, penutup semua Nabi, tidak
hanya menggerakkan bala tentara, rakyat dan dinasti, mengubah
perundang-undangan, kekaisaran. Tetapi juga menggerakkan jutaan orang
bahkan lebih dari itu, dia memindahkan altar-altar, agama-agama,
ide-ide, keyakinan-keyakinan dan jiwa -jiwa.
Berdasarkan sebuah kitab, yang setiap ayatnya menjadi hukum, dia
menciptakan kebangsaan beragama yang membaurkan bangsa-bangsa dari
setiap jenis bahasa dan setiap ras.
Dalam diri Muhammad, dunia telah menyaksikan fenomena yang paling
jarang diatas bumi ini, seorang yang miskin, berjuang tanpa fasilitas,
tidak goyah oleh kerasnya ulah para pendosa.
Dia bukan seorang yang jahat, dia keturunan baik-baik, keluarganya
merupakan keluarga yang terhormat dalam pandangan penduduk Mekkah kala
itu. Namun dia meninggalkan semua kehormatan tersebut dan lebih memilih
untuk berjuang, mengalami sakit dan derita, panasnya matahari dan
dinginnya malam hari ditengah gurun pasir hanya untuk menghambakan
dirinya demi Tuhannya. Dia lebih baik dari apa yang semestinya terjadi
pada seseorang seperti dia.
Mereka, para sahabatnya, orang-orang Arab, yang terlahir bergumul dengannya selama 23 tahun, begitu menghormatinya.
Padahal mereka itu adalah orang-orang liar, mudah meledak dan cepat
terseret kedalam pertikaian yang sengit. Tanpa semua ketulusan hati, keberanian yang dahsyat, kebenaran nilai dan kedewasaan, tak ada orang yang dapat memerintah mereka.
Tetapi mereka mau memanggil Muhammad sebagai Nabi, sebagai pimpinan,
sebagai seorang bapak dan sebagai manusia yang harus mereka hormati
dan mereka patuhi.
Disana Muhammad berdiri bertatap muka dengan mereka, nyata tidak
tersembunyi dalam suatu misteri, ia menjahit jubah panjangnya dan
memperbaiki sepatunya sendiri. Bertempur, menasehati, memerintah
ditengah-tengah mereka, mereka tentu menyaksikan seorang macam apakah
Muhammad itu sebenarnya.
Orang dapat memanggil dirinya dengan panggilan apa saja, tidak ada
kaisar dengan mahkotanya yang dipatuhi secara ikhlas seperti laki-laki
ini, dalam jubah panjangnya yang dijahit sendiri.
Setelah kota Mekkah jatuh, lebih dari satu juta mil persegi tanah
terletak dibawah telapak kakinya. Penguasa Jazirah Arabia ini tetap
saja menjahit sendiri sepatunya dan pakaian dari bahan yang kasar,
memerah susu kambing, meniup tungku menyalakan api dan mengunjungi
keluarga-keluarga miskin. Seluruh kota Madinah dimana beliau tinggal,
berkembang dengan amat pesat dimasa hidupnya. Dimana-mana ada emas dan
perak dengan cukup, namun dihari-hari kemakmuran tersebut,
berminggu-minggu berlalu tanpa api menyala ditungku raja Arabia ini.
Makanannya kurma dan air putih.
Keluarganya kelaparan beberapa malam berturut-turut karena mereka tidak mendapatkan sesuatu untuk dimakan dimalam hari. Beliau tidak tidur diatas tempat tidur yang empuk tetapi diatas tikar setelah hari-hari sibuknya yang panjang, menghabiskan sebagian besar malamnya dengan sembahyang, tak jarang hingga mencucurkan air mata sebelum sang Pencipta mengabulkan permohonan beliau akan kekuatan untuk menunaikan tugas-tugasnya sebagai seorang Rasul.
Keluarganya kelaparan beberapa malam berturut-turut karena mereka tidak mendapatkan sesuatu untuk dimakan dimalam hari. Beliau tidak tidur diatas tempat tidur yang empuk tetapi diatas tikar setelah hari-hari sibuknya yang panjang, menghabiskan sebagian besar malamnya dengan sembahyang, tak jarang hingga mencucurkan air mata sebelum sang Pencipta mengabulkan permohonan beliau akan kekuatan untuk menunaikan tugas-tugasnya sebagai seorang Rasul.
Haji Wada’ adalah haji perpisahan.
artinya Haji terakhir kalinya Nabi Saw Bersama umat mengerjakan ibadah Haji bersama. Ketika haji Wada’ wukufnya tepat hari Jum’at Dan saat itu pula wahyu terakhir turun (QS. 5:3)
artinya Haji terakhir kalinya Nabi Saw Bersama umat mengerjakan ibadah Haji bersama. Ketika haji Wada’ wukufnya tepat hari Jum’at Dan saat itu pula wahyu terakhir turun (QS. 5:3)
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah
Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Aku telah ridhai Islam sebagai
agamamu.”
(QS. 5:3)
(QS. 5:3)
Rasulullah berangkat meninggalkan Madinah dengan serombongan besar
kaum Muslimin pada tanggal 25 Dzulka’idah (23 Pebruari 632) menuju ke
Mekkah Almukarromah. Dengan kata-kata yang akan tetap hidup dalam hati
sekalian orang Muslim.
“Wahai manusia ! Dengarkanlah kata-kataku ini, mungkin sesudah tahun ini, aku tidak berkumpul bersama kamu lagi ditempat ini.
Nyawamu dan harta bendamu adalah suci bagi kamu hingga kamu
menghadap kepada Tuhan, sebagaimana hari ini dan bulan ini adalah suci
buat kamu sekalian.
Kamu berhak atas istri-istrimu dan istri-istrimu berhak atas kamu. Perlakukanlah istri-istrimu dengan lemah lembut dan kasih sayang, Sesungguhnya kamu telah mengambil mereka atas jaminan Tuhan dan mereka menjadi halal bagi kamu karena kalimatullah.
Mereka adalah pendamping alias teman hidupmu, karena itu berilah
kepadanya petunjuk-petunjuk. Mereka tidak memiliki apa-apa pada
dirinya. Bertanggung jawablah kamu kepada Allah tentang istri. Karena
itu berilah mereka pelajaran yang baik.
Dan hamba sahayamu ! Jagalah supaya mereka makan makanan yang kamu
makan dan berilah mereka pakaian yang kamu pakai; dan jika mereka
melakukan kesalahan yang kamu tidak mudah mengampuninya, maka
berpisahlah dengan mereka, karena mereka adalah hamba-hamba Tuhan dan
tidak boleh diperlakukan dengan kasar.
Wahai manusia ! Sesungguhnya Tuhan kamu satu dan orang tuamu juga satu.
kamu semua dari Adam dan Adampun dari tanah. sebenarnya yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah mereka yang paling bertakwa. Tidak ada kelebihan golongan Arab atas golongan yang bukan Arab, kecuali tentang takwa.
kamu semua dari Adam dan Adampun dari tanah. sebenarnya yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah mereka yang paling bertakwa. Tidak ada kelebihan golongan Arab atas golongan yang bukan Arab, kecuali tentang takwa.
Wahai Manusia ! Dengarkanlah kata-kataku dan pahamilah, umat Islam
itu bersaudara, maka tidak halal baginya kecuali sesuatu yang memang
diberikan sesuai kata hati saudaranya, karena itu janganlah menipu diri
sendiri.
Jagalah dirimu, dan janganlah kamu kembali kafir sesudah aku tiada.
hendaklah yang hadir hari ini menyampaikan kepada mereka yang tidak hadir, mungkin orang yang diberi tahu lebih ingat dari orang yang mendengarnya.”
hendaklah yang hadir hari ini menyampaikan kepada mereka yang tidak hadir, mungkin orang yang diberi tahu lebih ingat dari orang yang mendengarnya.”
Pada akhir khutbah itu, Rasulullah terharu melihat kegembiraan yang
sangat dari umatnya yang memperhatikan setiap katanya. Dan ia pun
berseru “Ya Allah, aku telah menyampaikan amanatku dan menunaikan
kewajibanku.” Orang banyak yang berkumpul berseru serentak “Ya, memang
demikianlah adanya.” Disambung oleh Rasulullah “Ya Allah, saksikanlah
ini !”
Setelah mengucapkan salam, Rasulullah mengakhiri khutbahnya yang berintikan hak -hak asasi manusia,
beliau pun beristirahat. Kemudian bangkit untuk mengerjakan Sholat
dzuhur dan Ashar dengan jama’. Sore harinya beliau meninggalkan Arafah
menuju Mudzdalifah dan bermalam disana. Pagi harinya, ba’da subuh,
beliau ke Masjidil Haraam terus ke Mina untuk melontarkan Jumroh. Dan
setelah usai mengerjakan ibadah hajinya, Beliau kembali dengan
pengikut-pengikutnya kekota Madinah.
Tahun terakhir dari hidup Nabi Muhammad Saw dihabiskannya dikota itu.
Diaturnya organisasi propinsi-propinsi dan masyarakat kabilah yang telah memeluk agama Islam dan menjadi bagian dari Persekutuan Islam.
Diaturnya organisasi propinsi-propinsi dan masyarakat kabilah yang telah memeluk agama Islam dan menjadi bagian dari Persekutuan Islam.
Hari-hari terakhirnya begitu menarik hati, karena ketenangan dan
kejernihan pikirannya yang memungkinkan ia, meskipun badannya lemah
tidak bertenaga, memimpin sholat berjemaah sampai tiga hari sebelum
wafatnya.
Terakhir kali beliau muncul dalam masjid dipapah oleh dua orang
keponakannya, Ali dan Fazal, putra pamannya Abbas Bin Abdul Muthalib.
Wajahnya pucat dan dahinya dibalut kain. Perlahan-lahan beliau berjalan
menuju mimbar.
Beberapa orang sahabat sudah mulai terisak.
sebagian besar berusaha menahan air mata mereka.
sebagian besar berusaha menahan air mata mereka.
Suatu senyuman yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, bermain
diwajahnya dan nampak oleh semua yang hadir mengelilinginya. Sesudah
berdoa dan memuji Tuhan seperti biasa, Rasulullah berkhutbah kepada
orang banyak yang kesemua isinya tidaklah dapat kita uraikan disini
karena keterbatasan tempat dan panjangnya isi khutbah beliau Saw itu,
inilah sekedar beberapa diantaranya
“Wahai manusia, bagaimana mungkin kalian menolak kematian Nabimu.
Seandainya ada orang yang sebelumku yang hidup kekal, aku akan hidup
kekal bersama kalian. Ketahuilah, Aku akan menemui Tuhanku.
Sudah tua usiaku, sudah rapuh tulangku, sudah lemah tubuhku, sudah
siap diriku, sudah besar kerinduanku untuk menemui Tuhanku. Aku kira,
inilah hari terakhir antara aku dan kalian. Selama aku hidup, kalian
menyaksikanku. Sesudah aku tiada, Allah akan menjadi khalifahku bagi
setiap mukmin, laki-laki dan perempuan.
Wahai sahabat-sahabatku, menurut kalian, Nabi macam apakah aku ini ?
bukankah aku berjuang bersama kalian, bukankah pernah sobek bahuku, bukankah dahiku pernah Berdebu, bukankah darah pernah mengalir diwajahku dan membasahi janggutku, bukankah telah kutanggung duka dan derita Menghadapi kaumku yang bodoh, bukankah pernah kuikatkan batu diperutku untuk menahan rasa lapar ?”
bukankah aku berjuang bersama kalian, bukankah pernah sobek bahuku, bukankah dahiku pernah Berdebu, bukankah darah pernah mengalir diwajahku dan membasahi janggutku, bukankah telah kutanggung duka dan derita Menghadapi kaumku yang bodoh, bukankah pernah kuikatkan batu diperutku untuk menahan rasa lapar ?”
Para sahabat serentak berkata, “Benar, wahai Rasulullah. Engkau
sudah memikul semuanya dengan tabah, engkau telah menolak kemungkaran
sehingga engkau menghadapi cobaan-cobaan karena Allah. Semoga Allah membalas kebaikan engkau dengan pahala yang paling utama.”
“Semoga Allah juga memberikan pahala kepada kalian !” kata Rasulullah Saw.
selanjutnya beliau berkata, “Sesungguhnya Allah Azza Wa jalla telah menetapkan bahwa tidak boleh orang datang kepada-Nya dengan membawa kezaliman. Demi Allah, siapakah dIantara kalian yang pernah disakiti Muhammad, berdirIlah dan balaslah sekarang (lakukan QisHash), disinilah aku untuk mempertanggung jawabkannya. qishash di Dunia lebih aku sukai dari pada Qishahs dihari akhirat nanti dihadapan para malaikat dan para Nabi. Jika aku ada berhutang sesuatu kepada salah Seorang, segala yang kebetulan aku miliki akan kujadikan bayarannya.”
selanjutnya beliau berkata, “Sesungguhnya Allah Azza Wa jalla telah menetapkan bahwa tidak boleh orang datang kepada-Nya dengan membawa kezaliman. Demi Allah, siapakah dIantara kalian yang pernah disakiti Muhammad, berdirIlah dan balaslah sekarang (lakukan QisHash), disinilah aku untuk mempertanggung jawabkannya. qishash di Dunia lebih aku sukai dari pada Qishahs dihari akhirat nanti dihadapan para malaikat dan para Nabi. Jika aku ada berhutang sesuatu kepada salah Seorang, segala yang kebetulan aku miliki akan kujadikan bayarannya.”
Seorang laki-laki berdiri dari tengah-tengah hadirin. Namanya Sauda Bin Qais.
dia berkata, “Semoga orang tuaku menjadi tebusanmu, Ya Rasul Allah.
ketika engkau kembali dari Tha’if, aku menjemput anda.
engkau mengendarai unta anda, qushwa, dan pada tangan engkau ada Tongkat kecil.
engkau mengangkat tongkat Itu ketika bermaksud untuk menggerakkan unta engkau Tersebut.
tongkat itu mengenai perutKu. aku tidak tahu apakah engkau melakukannya dengan sengaja atau tidak.”
dia berkata, “Semoga orang tuaku menjadi tebusanmu, Ya Rasul Allah.
ketika engkau kembali dari Tha’if, aku menjemput anda.
engkau mengendarai unta anda, qushwa, dan pada tangan engkau ada Tongkat kecil.
engkau mengangkat tongkat Itu ketika bermaksud untuk menggerakkan unta engkau Tersebut.
tongkat itu mengenai perutKu. aku tidak tahu apakah engkau melakukannya dengan sengaja atau tidak.”
Menjawab Rasulullah
“Aku berlindung kepada Allah jika aku lakukan dengan sengaja. Wahai Bilal, pergilah kerumah Fatimah dan ambil tongkat kecilku itu.” Bilal keluar dari masjid Nabawi dan pergi menuju kerumah Fatimah, putri bungsu Rasulullah dari perkawinannya dengan Khadijjah.
“Aku berlindung kepada Allah jika aku lakukan dengan sengaja. Wahai Bilal, pergilah kerumah Fatimah dan ambil tongkat kecilku itu.” Bilal keluar dari masjid Nabawi dan pergi menuju kerumah Fatimah, putri bungsu Rasulullah dari perkawinannya dengan Khadijjah.
Setelah kembali dan menyerahkan tongkat tersebut kepada Nabi Saw., Rasulullah Saw berseru “Mana Sauda ?”
“Ini saya, ya Rasul Allah,” kata Sauda Bin Qais.
“Bukalah perut anda, ya Rasul allah !” Dan Nabi yang mulia itupun menyingkapkan pakaiannya.
sauda Bin Qais serta merta memeluk Nabi dan memohon Izin untuk mencium perut beliau, setelah Nabi mengizInkannya, ia Berkata, “Aku berlindung kepada Allah dari api neraka dengan meletakkan mulutku pada tempat Qishash diperut rasul.”
“Ini saya, ya Rasul Allah,” kata Sauda Bin Qais.
“Bukalah perut anda, ya Rasul allah !” Dan Nabi yang mulia itupun menyingkapkan pakaiannya.
sauda Bin Qais serta merta memeluk Nabi dan memohon Izin untuk mencium perut beliau, setelah Nabi mengizInkannya, ia Berkata, “Aku berlindung kepada Allah dari api neraka dengan meletakkan mulutku pada tempat Qishash diperut rasul.”
Nabi Saw bertanya, “Ya Sauda Bin Qais, Akan engkau lakukan Qishashmu
itu atau engkau maafkan perbuatanku itu ?” “Aku maafkan, ya Rasul
Allah !” Jawab Saudah.
Rasulullah Kemudian berdoa dan memohon rahmat Allah bagi mereka yang
hadir dan bagi mereka yang telah gugur dalam penganiayaan oleh musuh;
dinasehatinya sekali lagi kaumnya untuk menunaikan kewajiban-kewajiban
agama dan hidup dalam damai dan kelapangan hati; diakhirinya khutbahnya
itu dengan mengutip ayat Qur’an
“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin
menyombongkan diri dan berbuat kerusakan. Karena kesudahan itu adalah
bagi mereka yang berbakti.”
(QS. 28:83)
(QS. 28:83)
Selanjutnya, Rasulullah Muhammad Saw tidak pernah lagi tampil dalam
sholat berjemaah dan menunjuk Abu Bakar untuk menjadi imam sholat
hingga saat dia diutus oleh Nabi untuk bergabung dengan pasukan Usamah
meninggalkan kota Madinah menjelang detik-detik wafatnya.
Kepada Ali Bin Abu Thalib secara umum Rasulullah berwasiat untuk
memandikan dan mengafaninya bila ia telah kembali kerahmatullah.
Tidak lama setelah peristiwa itu, pada hari Senin, 12 Rabi’ul awal
11 hijriah, manusia mulia itu menghembuskan napasnya yang terakhir,
kembali kepada Tuhan yang telah mengutusnya, Tuhan yang telah
memuliakan hidupnya, menjadikannya sebagai penghulu semua Nabi yang
hanya namanya saja berhak disandingkan bersama -sama dengan nama Allah
dalam kalimah syahadah.
Nabi yang mulia, Paraclete yang dipenuhi oleh ruh suci itu, telah tiada.
namun meski begitu, ajarannya, risalah Yang dibawanya akan tetap Hidup selama -lamanya, bersemayam dihati setiap umat Muslimin, mukminin dan mukminat, sebagaImana yang diwasiatkan oleh Jesus The Christ, Nabi Isa Almasih putra maryam dalam Biblenya
namun meski begitu, ajarannya, risalah Yang dibawanya akan tetap Hidup selama -lamanya, bersemayam dihati setiap umat Muslimin, mukminin dan mukminat, sebagaImana yang diwasiatkan oleh Jesus The Christ, Nabi Isa Almasih putra maryam dalam Biblenya
St. John 1416
“And I will pray the father, and He shall give you another comforter that he may abide with you forever.”
“And I will pray the father, and He shall give you another comforter that he may abide with you forever.”
“There is no compulsion in religion. The right direction is
henceforth distinct from error. And he who rejecteth false deities and
believeth in Allah hath grasped a firm handhold which will never break.
Allah is Hearer, Knower.”
(QS. 2:256)
(QS. 2:256)
Jenazah Nabi Muhammad Saw dikuburkan diMadinah.
dahulu, kuburan Nabi Muhammad saw berada diluar masjId dan mulai masuk kedalam ruang masjid setelah MasjId Nabawi mengalami perluasan hingga sekarang.
dahulu, kuburan Nabi Muhammad saw berada diluar masjId dan mulai masuk kedalam ruang masjid setelah MasjId Nabawi mengalami perluasan hingga sekarang.
Didekat makam Nabi ini juga terdapat kuburan 2 sahabat beliau, yaitu Abu Bakar Shiddiq dan Umar Bin Khatab yang masing-masingnya menjabat khalifah pertama dan kedua setelah kepergian Rasul.
Ditempat lain, makam/pekuburan Baqi’ tidak jauh dari Masjid Nabawi,
dapat dicapai dengan jalan kaki, lebih kurang 10 menit; letaknya
disebelah timur kota Madinah. Sahabat Rasulullah yang dikuburkan di
Baqi’ mencapai lebih kurang 10.000 jenazah; diantaranya Usman Bin
Mazh’un dan As’ad Bin Zurarah.
Kuburan Usman bin Affan, Ali Bin Abu Thalib, Sufyan Bin Harits Bin
Abu Thalib dan Abdullah Bin Ja’far terletak hanya sekitar 40 meter dari
pintu masuk pemakaman sebelah barat daya.
Dibagian selatannya terdapat kuburan Aqil Bin Abu Thalib, dan sejauh lebih kurang 5 meter terdapat kuburan Ummul Mukminin; ‘Aisyah Istri Nabi Muhammad Saw,
Saudah Binti Zam’ah, Hafshah binti Umar AlKhatab, Zainab Binti
Khuzaimah, Ummu Salamah Binti Umayyah, Juariah Binti AlHaritsz, Ummu
Habibah, Ramlah Binti Abi Sufyan, Shafiah Binti Huyaya Binti AlKhatab.
Sekitar 15 meter dari sana, disebelah barat terdapat pula kuburan
puteri Nabi Ummu Kalsum (wafat 9 H), Ruqayah, Zainab (wafat 8 H). Dan
25 meter darinya keselatan condong ketimur terdapat kuburan paman Nabi,
Abbas Bin Abdul Muthalib, Hasan Bin Ali Bin Abu Thalib (cucu
Rasulullah), puteri bungsu Rasul dari Khadijjah, Fatimahtuzzahra, Ali
Bin Abu Thalib, putera Rasulullah Saw, Ibrahim (wafat usia 22 bulan
atau 16 bulan, sekitar 3 bulan menjelang Nabi Muhammad wafat) dan Malik
Bin Anas (179 H).
Disana juga terdapat kuburan Abdurrahman Bin ‘Auf, Saad Bin Abi
Waqas, As’ad Bin Zurarah, Hunain Bin Huzafah, Fatimah Bin As’ad (Ibu
dari Ali Bin Abu Thalib), dan sekitar jarak 135 meter dari sana
terdapat kuburan Usman Bin Affan (wafat 35 H atau 656 M).
Adapun kuburan Khadijjah Binti Khuwailid, istri pertama Rasulullah
Saw dan Maimunah Binti AlHarits, istri Rasulullah yang terakhir,
terdapat dikota Mekkah dimakam Ma’ala atau nama lainnya Ma’ulla.
Sejahtera untukmu ya Nabi Allah, Rahmah dan Berkah jugalah untukmu
engkau telah Dengan susah Payah melepasKan umat manusia dari belenggu kebodohan dan kejahilIyahan, penuh sakit dan derita engkau tanggung demi Syiar Allah.
engkau telah Dengan susah Payah melepasKan umat manusia dari belenggu kebodohan dan kejahilIyahan, penuh sakit dan derita engkau tanggung demi Syiar Allah.
cinta kasihmu terhadap umat manusia, tidak akan pupus diterjang masa.
ajaranmu, risalahmu akan tetap terjaga sampai kapanpun
tidak ada satupun yang dapat merobohkan api kebenaranmu !
tidak ada satupun yang dapat merobohkan api kebenaranmu !
Adam mengenalnya dan memanjatkan doa melalui dirinya dan dia
mengambil perjanjian dari semua Nabi dengan dirinya sendiri. Dia
mengambil kesucian Adam, ratapan Nuh. Bagian dari ajarannya mengandung
pengetahuan tentang Idris. Termasuk dalam pengalaman-pengalaman
ekstasenya adalah kesedihan Ya’qub. Didalam misteri ekstasenya adalah
ketabahan Ayub. Tersimpan dalam dadanya tangisan Daud. Hanya sebagian
dari kekayaan jiwanya telah melebihi kekayaan Sulaiman. Dia menyatukan
kedalam dirinya persahabatan Ibrahim dengan Tuhan. Dia mencapai
pembicaraan Musa, kawan berbicara Tuhan dan lebih dimuliakan
dibandingkan para raja yang paling tinggi. Dia melebihi para Nabi
lainnya bagaikan matahari melebihi bulan dan samudera melebihi setetes
air.
Najd Tempat Khawarij/Fitnah: Di Najd atau Di Iraq?
Posted on Januari 16, 2012 by Admin
http://kabarislamia.com/2012/01/16/najd-tempat-khawarijfitnah-di-najd-atau-di-iraq/
Ummat
Islam banyak yang tidak suka saat mereka difitnah sebagai Ahlul Bid’ah,
Sesat, Penyembah Kuburan, Musyrik, bahkan kafir oleh Wahabi. Bahkan ada
yang dibunuh. Oleh karena itu mereka balik mngkritik Wahabi. Ada pun
Wahabi yang menamakan dirinya macam-macam dari Muwahidun, Salafi, Ahlus
Sunnah (Tanpa kata Jama’ah) justru marah. Mereka merasa mereka dan
syeikh mereka, Muhammad bin Abdul Wahhab yang lahir di Najd difitnah
oleh “Musuh-musuh Islam.”
Siapakah yang benar? Nabi menyebut Najd,
tempat kelahiran pendiri Wahabi sebagai tempat fitnah. Ini
hadits-haditsnya. Silahkan baca dengan seksama. Bebaskan diri anda dari
taqlid. Gunakan akal pikiran anda untuk memahaminya. Jika pun bertanya
pada ulama, jangan tanya pada kelompok anda saja. Tanya pada Jumhur
Ulama agar tak tersesat:
Ibnu Umar berkata, “Nabi berdoa,
‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam dan Yaman kami.’ Mereka
berkata, Terhadap Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah Syam
dan Yaman kami.’ Mereka berkata, ‘Dan Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya
Allah, berkahilah kami pada negeri Syam. Ya Allah, berkahilah kami pada
negeri Yaman.’ Maka, saya mengira beliau bersabda pada kali yang ketiga,
‘Di sana terdapat kegoncangan-kegoncangan (gempa bumi), fitnah-fitnah,
dan di sana pula munculnya tanduk setan.’” [HR Bukhari]
Pada hadits di atas disebut ada orang
Najd yang meminta Nabi agar memberkahi Najd. Saat itu dakwah Nabi belum
mencapai Iraq. Selain itu ucapan Nabi tentang tanduk setan (قرن / qorn)
itu sesuai dengan miqat haji orang-orang Najd di QORN yang artinya
TANDUK. Jelaslah bahwa Najd yang disebut Nabi
adalah Najd yang kita kenal sekarang. Bukan Iraq! Jika pun orang Iraq
yang hadir, tentu mereka minta agar IRAQ yang diberkati. Bukan Najd!
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda sambil menghadap ke arah
timur: Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana! Ketahuilah,
sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana. Yaitu tempat muncul tanduk
setan. (Shahih Muslim No.5167)
Posisi Nabi saat hadits yang menyebut
tempat fitnah ada di sebelah TIMUR dan tempat MATAHARI TERBIT adalah di
MADINAH. Kita harus paham dasar-dasar ilmu Geografi atau Ilmu Bumi agar
bisa paham. Madinah dan Riyadh (Najd) letaknya sejajar sekitar 24
derajad lintang utara. Sementara Kufah / Najaf terletak di 32 derajad
lintang utara. 8 derajad lebih utara dari kota Madinah. Kufah ada 880 km
di utara Madinah. Matahari itu paling tinggi posisinya berada di 23,5
derajad lintang utara pada tanggal 21 Juni sebelum akhirnya bergerak ke
selatan. Jadi matahari terbit di Madinah itu posisinya dari arah Najd
yang persis ada di sebelah timur Madinah. Tidak mungkin dari Iraq yang
ada di utara Madinah.
Dari sini kita paham bahwa Najd yang
dimaksud adalah Najd sekarang yang memang ada tepat di sebelah timur
Madinah. Bukan Iraq yang berada di utara.
Anda bisa melihat berbagai peta kota
Madinah, Najd, dan Iraq baik dari segi topografi sehingga paham daerah
yang tinggi (Najd) dan yang rendah (bukan Najd), serta tempat yang di
timur kota Madinah itu apa.
حدثنا عبد الله ثنا أبي ثنا أبو سعيد مولى بنى هاشم ثنا عقبة بن أبي الصهباء ثنا سالم عن عبد الله بن عمر قال صلى رسول الله صلى الله عليه و سلم الفجر ثم سلم فاستقبل مطلع الشمس فقال ألا ان الفتنة ههنا ألا ان الفتنة ههنا حيث يطلع قرن الشيطان
Telah menceritakan kepada kami
‘Abdullah yang menceritakan kepada kami ayahku yang berkata telah
menceritakan kepada kami Abu Sa’id mawla bani hasyim yang berkata telah
menceritakan kepada kami Uqbah bin Abi Shahba’ yang berkata telah
menceritakan kepada kami Salim dari ‘Abdullah bin Umar yang berkata
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan shalat fajar
kemudian mengucapkan salam dan menghadap kearah matahari terbit seraya
bersabda “fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini dari arah
munculnya tanduk setan” [Musnad Ahmad 2/72 no 5410 dengan sanad shahih]
حدثنا محمد بن عبد الله بن عمار الموصلي قال حدثنا أبو هاشم محمد بن علي عن المعافى عن أفلح بن حميد عن القاسم عن عائشة قالت وقَّت رسول الله صلى الله عليه وسلم لأهل المدينة ذا الحُليفة ولأهل الشام ومصر الجحفة ولأهل العراق ذات عرق ولأهل نجد قرناً ولأهل اليمن يلملم
Telah menceritakan kepada kami Muhammad
bin ‘Abdullah bin ‘Ammar Al Maushulli yang berkata telah menceritakan
kepada kami Abu Haasyim Muhammad bin ‘Ali dari Al Mu’afiy dari Aflah bin
Humaid dari Qasim dari Aisyah yang berkata Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menetapkan miqat bagi penduduk Madinah di
Dzul Hulaifah, bagi penduduk Syam dan Mesir di Juhfah, bagi penduduk
Iraq di Dzatu ‘Irq, bagi penduduk Najd di Qarn dan bagi penduduk Yaman di Yalamlam (Shahih Sunan Nasa’i no 2656)
Hadits Nabi di atas berulang-kali
menyebut Tanduk Setan (Qorn Syaithon). Dan Miqat Haji penduduk Najd di
Qarn (Tanduk). Sementara Miqat penduduk Iraq di Dzatu “Irq. Jelas bukan
kalau Najd dan Iraq adalah 2 nama yang berbeda yang menunjukkan 2 tempat
yang berbeda. Jadi tidak bisa ditakwil-takwilkan jadi Iraq adalah Najd.
Tidak betul itu!
Berbagai hadits di atas tentang Najd
sesungguhnya menunjukkan Najd itu adalah Najd yang dikenal umum baik di
zaman Nabi mau pun sekarang. Bukan tempat lainnya sebagaimana
ditafsirkan Ibnu Taimiyyah ada di Kufah. Apalagi Najd yang dikenal di
zaman Nabi di hadits tersebut disebut ada di TIMUR kota Madinah dan
tempat terbitnya matahari. Tak mungkin penduduk Madinah melihat matahari
terbit dari arah Kufah. Najd sekarang pun memang selain di Timur
Madinah juga merupakan dataran Tinggi (762 hingga 1.525 meter di atas
permukaan laut). Di hadits Sunan Nasa’i no 2656 Nabi menyebutkan tempat
miqat bagi penduduk Iraq dan penduduk Najd. Jelas Iraq dan Najd adalah 2
tempat yang berbeda.
Sebaliknya Kufah yang juga disebut An
Najaf ternyata terletak di dataran rendah di lembah sungai Efrat. Jadi
tidak mungkin Ibnu Taimiyyah berkata demikian. Bisa jadi ulama Wahabi
memang suka mengubah-ubah tulisan sebagaimana disinyalir oleh Syekh
Idahram dan juga beberapa ulama lainnya. Sehingga ada ulama yang bilang
kalau beli kitab kuning sebaiknya beli di Yaman atau Mesir. Jangan di
Arab Saudi sebab sudah dirubah-rubah oleh Wahabi.
Coba lihat peta Kufah (An Najaf) yang berada di daerah hijau (dataran rendah). Bukan kuning yang merupakan tanda dataran tinggi:
Apalagi Muhammad bin Abdul Wahab dikenal
juga dengan Muhammad bin Abdul Wahab An Najdi. Jadi bagaimana lagi mau
berkelit atau mentakwil-takwilkannya dengan cara lain sehingga Najd yang
dimaksud Nabi itu berbeda dengan Najd yang dikenal masyarakat Arab baik
di zaman dahulu atau pun sekarang?
http://id.wikipedia.org/wiki/Najd
Ada pernyataan kelompok Salafi
Wahabi mengenai celaan terhadap kota Najd yang merupakan tempat
kelahiran pendiri paham Wahabi: Muhammad bin Abdul Wahab. “Apa salahnya
jika lahir di Najd? Apakah otomatis akan jadi Khawarij/Sesat?”
Tidak salah memang. Apalagi jika memang
orang tersebut memurnikan ajaran Islam dengan memurnikan Tauhid dan
menghidupkan Sunnah. Yang jadi masalah adalah jika cara dakwahnya
akhirnya menganggap sesat/kafir sesama Muslim bahkan ulama apalagi
sampai membunuh sesama Muslim sehingga timbul Fitnah. Jika itu sampai
terjadi, tentu orang tersebut merupakan Khawarij pembuat Fitnah yang
disebut Nabi berasal dari Najd di sebelah timur kota Madinah (arah
tempat terbitnya matahari di kota Madinah).
Kalau kita kaji Al Qur’an dan Hadits dan
Sejarah Muhammad bin Abdul Wahhab, niscaya kita tahu bahwa perkataan dan
perbuatan Muhammad bin Abdul Wahhab itu bertentangan dengan Al Qur’an
dan Hadits.
Coba lihat fitnah Muhammad bin Abdul
Wahhab yang menuduh ummat Islam (termasuk di Mekkah dan Madinah) lebih
Musyrik daripada kaum Musyrik penyembah berhala. Tersinggungkah anda
jika difitnah sbg Musyrik?
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam kitabnya al-Qawa’id Arba’: “Sesungguhnya kesyirikan pada zaman kita sekarang melebihi kesyirikan umat yang lalu
MBAW memfitnah ummat Islam di Mekkah,
Madinah, dan kota2 lain di jazirah Arab sebagai lebih Musyrik daripada
orang Kafir Quraisy Mekkah dulu. Ini jelas bertentangan dengan firman
Allah untuk tidak mengolok-olok dan menggunjing sesama Muslim [Al
Hujuraat 11-12]
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2011/11/30/haram-berteman-dengan-kafir-harbi-dan-membunuh-sesama-muslim/
Menyebut Muslim sebagai Musyrik sama
dengan memfitnah Muslim sebagai Murtad. Menurut Islam, hukuman bagi
orang-orang Murtad adalah mati. Tak heran jika Muhammad bin Abdul Wahhab
dan pengikut-pengikutnya akhirnya memerangi dan membunuh orang Islam di
Thaif, Mekkah, Madinah, dsb.
“Mencela sesama muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran” (Bukhari no.46,48, muslim no. .64,97, Tirmidzi no.1906,2558, Nasa’I no.4036, 4037, Ibnu Majah no.68, Ahmad no.3465,3708)
“Hai orang-orang yang beriman,
apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan
janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam”
kepadamu: “Kamu bukan seorang mukmin” (lalu kamu membunuhnya), dengan
maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada
harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, lalu Allah
menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [An Nisaa’ 94]
Tiga perkara berasal dari iman:
(1) Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan “Laailaaha illallah”
karena suatu dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam
karena sesuatu perbuatan; (2) Jihad akan terus berlangsung
semenjak Allah mengutusku sampai pada saat yang terakhir dari umat ini
memerangi Dajjal tidak dapat dirubah oleh kezaliman seorang zalim atau
keadilan seorang yang adil; (3) Beriman kepada takdir-takdir. (HR. Abu
Dawud)
Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani) Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/02/07/larangan-mencaci-dan-membunuh-sesama-muslim/
Di situ juga disebut bagaimana MAW bekerjasama dengan Raja Arab guna memerangi musuhnya:
Selanjutnya, Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab berkerjasama secara sistematis dan saling menguntungkan dengan keluarga Saud untuk menegakkan Islam.
Padahal Nabi memerintahkan agar menjauhi para penguasa/raja: Rasulullah
SAW. Beliau bersabda, ”Barang siapa tinggal di padang pasir, ia
kekeringan. Barang siapa mengikuti buruan ia lalai. Dan barang siapa
yang mendatangi pintu-pintu penguasa, maka ia terkena fitnah.” (Riwayat
Ahmad). Apabila kamu melihat seorang ulama bergaul erat dengan penguasa maka ketahuilah bahwa dia adalah pencuri. (HR. Ad-Dailami)
Meski hadits diatas mencerca ulama yang bergaul-erat dengan penguasa,
pada dasarnya jika untuk memberi nasehat kebaikan tidak masalah. Tapi
jika justru memberi keburukan sehingga si Raja tersebut gemar berperang
membunuh sesama Muslim, niscaya itu tidak baik.
Keluarga Saud yang hampir seluruh kehidupanya terlibat dalam PEPERANGAN dengan kepala-kepala suku lainnya selama 28 tahun, secara perlahan namun pasti memasuki masa kejayaannya… Keluarga Ibnu Saud, sebagai pendukung dan unsur utama garakan ini segera menaklukkan hampir seluruh semenanjung Arab, termasuk kota-kota suci Mekkah dan Madinah. Gerakan Wahabi ini akhirnya menjadi mazhab fikih resmi keluarga Saudi yang berkuasa http://www.arrahmah.com/read/2011/11/22/16492-syekh-muhammad-bin-abdul-wahhab-pejuang-tauhid-yang-memurnikan-islam.html
Itu adalah tulisan dari website Wahabi, arrahmah.com.
Jika kita membacanya tidak dengan kritis/tidak pakai akal, niscaya kita
tidak paham. Tapi jika kita menggunakan akal, niscaya kita tahu kalau
Keluarga Saud yang hampir seluruh kehidupannya TERLIBAT PEPERANGAN dgn
“KEPALA SUKU” lain selama 28 TAHUN itu sebetulnya memerangi dan membunuh
orang-orang Islam. Boleh dikata sejak zaman Sahabat seluruh Jazirah
Arab itu sudah Islam. Kalau disebut perang dengan kepala suku, artinya
Ibnu Saud yang dibantu MBAW itu memerangi/membunuh ummat Islam di
jazirah Arab selama 28 tahun termasuk Mekkah dan Madinah yang mereka
“TAKLUKKAN”. Bahkan lebih karena diteruskan oleh penggantinya. Tidak ada
di situ disebut perang melawan Inggris.
Nabi itu utusan Allah. Beliau bicara
tidak sembarangan. Tapi dari Wahyu Allah. Banyak hadits tentang Fitnah
(Pembunuhan) dari Najd. Baik saat ada orang Najd datang ke Nabi, Najd
dari arah Timur dan Najd dari arah matahari terbit. Lintang Utara
Madinah dgn Najd (mis: Riyadh) sejajar=24 derajad lintang utara.
Matahari paling utara di 23,5 derajad lintang utara. Sementara Syams
atau Iraq itu 32 derajad Lintang Utara lebih. Baik Syams mau pun Iraq
lebih dekat disebut Utara (Syimal) ketimbang Timur.
Selain itu ada hadits Miqat orang Iraq di
Zati ‘Irq sedang Najd di Qorn. Qorn ini artinya TANDUK. Identik dgn
hadits tentang Qornus Shaython. Tanduk Setan. Najd itu artinya tanah
tinggi. Sesuai dgn Najd yg tingginya sekitar 1000 meter di atas laut.
Ada pun Iraq itu tanah rendah. Kurang dari 50 meter.
Dajjal tidak bisa masuk Mekkah dan Madinah. Tapi pengikutnya bisa:
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: Rasulullah
saw. bersabda: Tidak ada satu negeri yang tidak dimasuki Dajjal,
kecuali Mekah dan Madinah, dan tidak ada satu jalan di Madinah, kecuali
terdapat malaikat yang berbaris menjaganya. Maka Dajjal singgah di
daerah rawa, kemudian Madinah bergoncang tiga kali goncangan, sehingga
seluruh orang kafir dan munafik keluar dari sana menuju ke tempat
Dajjal. (Shahih Muslim No.5236)
Kedubes Arab Saudi sendiri mengaku bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab itu lahir di Najd:
In the 18th century, a religious scholar of the central Najd, Muhammad bin Abdul Wahhab, joined forces with Muhammad bin Saud, the ruler of the town of Diriyah, to bring the Najd and the rest of Arabia back to the original and undefiled form of Islam. http://www.saudiembassy.net/about/country-information/Islam/saudi_arabia_Islam_heartland.aspx
Aneh sekali nama Nabi Muhammad SAW tidak
disebut di situ. Yang disebut hanya nama Muhammad bin Abdul Wahhab
sebagai pengembang Islam. Seolah2 nabi mereka adalah Muhammad bin Abdul
Wahhab. Bukan Muhammad bin Abdullah.
Cuma ya terserah. Mau percaya syukur, tidak
percaya juga silahkan. Peta ini insya Allah jelas bagi orang2 yg
bertakwa Silahkan baca juga:
Salafi Wahabi Memecah Belah Islam dari Dalam
Beberapa Kekeliruan Salafi Wahabi
Muhammad bin Abdul Wahhab: Mujaddid atau Fitnah dari Najd?
Membantah Salafy: Dimanakah Masyriq Pada Hadis Fitnah [Najd] : Rabiah Mudhar Ahlul Masyriq.
Posted by bicarasalafy pada Maret 11, 2011
Hadis Fitnah Timur : Najd
حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة حدثنا وكيع عن عكرمة بن عمار عن سالم عن ابن عمر قال خرج رسول الله صلى الله عليه و سلم من بيت عائشة فقال رأس الكفر من ههنا من حيث يطلع قرن الشيطان يعني المشرق
Telah menceritakan kepada kami Abu
Bakar bin Abi Syaibah yang berkata telah menceritakan kepada kami Waki’
dari Ikrimah bin ‘Ammar dari Salim dari Ibnu Umar yang berkata
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dari pintu rumah Aisyah
dan berkata “sumber kekafiran datang dari sini dari arah munculnya
tanduk setan yaitu timur [Shahih Muslim 4/2228 no 2905]
وحدثني حرملة بن يحيى أخبرنا ابن وهب أخبرني يونس عن ابن شهاب عن سالم بن عبدالله عن أبيه أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال وهو مستقبل المشرق ها إن الفتنة ههنا ها إن الفتنة ههنا ها إن الفتنة ههنا من حيث يطلع قرن الشيطان
Telah menceritakan kepadaku Harmalah
bin Yahya yang berkata telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb yang
berkata telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dari Salim bin
‘Abdullah dari ayahnya bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
berkata dan Beliau menghadap kearah timur “fitnah datang dari sini,
fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini, dari arah munculnya
tanduk setan” [Shahih Muslim 4/2228 no 2905]
Kedua hadis di atas dengan jelas
menyebutkan tentang masyriq [timur] sebagai arah tempat datangnya fitnah
atau arah munculnya tanduk setan. Pertanyaannya adalah timur yang
dimana?. Salafy mengatakan bahwa di masa arab dahulu istilah timur barat sama halnya dengan istilah kanan kiri. Artinya
di sebelah kanan adalah timur dan disebelah kiri adalah barat. Salafy
menginginkan dengan pengertian tersebut maka arah timur yang dimaksud
tidak mesti tepat di timur arah mata angin sekarang. Syubhat salafy ini
terbantahkan dengan adanya berbagai hadis shahih yang menunjukkan kalau
arah timur yang dimaksud adalah arah matahari terbit. Yaitu hadis
berikut
حدثنا عبد الله ثنا أبي ثنا أبو سعيد مولى بنى هاشم ثنا عقبة بن أبي الصهباء ثنا سالم عن عبد الله بن عمر قال صلى رسول الله صلى الله عليه و سلم الفجر ثم سلم فاستقبل مطلع الشمس فقال ألا ان الفتنة ههنا ألا ان الفتنة ههنا حيث يطلع قرن الشيطان
Telah menceritakan kepada kami
‘Abdullah yang menceritakan kepada kami ayahku yang berkata telah
menceritakan kepada kami Abu Sa’id mawla bani hasyim yang berkata telah
menceritakan kepada kami Uqbah bin Abi Shahba’ yang berkata telah
menceritakan kepada kami Salim dari ‘Abdullah bin Umar yang berkata
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan shalat fajar
kemudian mengucapkan salam dan menghadap kearah matahari terbit seraya
bersabda “fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini dari arah
munculnya tanduk setan” [Musnad Ahmad 2/72 no 5410 dengan sanad shahih]
حدثنا موسى بن هارون ثنا عبد الله بن محمد بوران نا الأسود بن عامر نا حماد بن سلمة عن يحيى بن سعيد عن سالم عن بن عمر أن النبي صلى الله عليه و سلم استقبل مطلع الشمس فقال من ها هنا يطلع قرن الشيطان وها هنا الفتن والزلازل والفدادون وغلظ القلوب
Telah menceritakan kepada kami Musa
bin Harun yang berkata telah menceritakan kepada kami Abdullah bin
Muhammad Fuuraan yang berkata telah menceritakan kepada kami Aswad bin
‘Aamir yang berkata telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah
dari Yahya bin Sa’id dari Salim dari Ibnu Umar bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam menghadap kearah matahari terbitseraya berkata “dari
sini muncul tanduk setan, dari sini muncul fitnah dan kegoncangan dan
orang-orang yang bersuara keras dan berhati kasar [Mu’jam Al Awsath Thabrani 8/74 no 8003 dengan sanad shahih]
Tidak hanya soal arah yang dimaksud timur
matahari terbit. Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] juga
menyebutkan nama tempat yang dimaksud yang sesuai dengan arah timur
matahari terbit dari Madinah. Tempat tersebut adalah Najd
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ الْحَسَنِ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ عَوْنٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا وَفِي نَجْدِنَا قَالَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا وَفِي نَجْدِنَا قَالَ قَالَ هُنَاكَ الزَّلَازِلُ وَالْفِتَنُ وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Al Mutsanna yang berkata telah menceritakan kepada kami
Husain bin Hasan yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Aun
dari Nafi’ dari Ibnu Umar yang berkata [Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam] bersabda “Ya Allah berilah keberkatan kepada kami, pada Syam
kami dan pada Yaman kami”. Para sahabat berkata “dan juga Najd kami?”.
Beliau bersabda “disana muncul kegoncangan dan fitnah, dan disanalah
muncul tanduk setan” [Shahih Bukhari 2/33 no 1037]
Najd disini bukanlah Iraq karena antara
Najd dan Iraq hanya Najd yang merupakan tempat dengan arah timur
matahari terbit dari Madinah. Salafy bisa saja berdalih kalau Iraq juga
terletak di timur madinah dengan alasan kanan Madinah adalah timur dan
kiri Madinah adalah barat tetapi dalih tersebut tertolak dengan
penjelasan arah yang dimaksud adalah timur matahari terbit. Irak tidak
terletak pada arah timur matahari terbit. Siapapun yang berada di
Madinah dan menyaksikan arah terbitnya matahari kemudian ia menelusuri
jalan dengan arah tersebut maka ia akan sampai di Najd bukan di Iraq.
Selain menunjukkan nama tempat tersebut,
Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] juga menyebutkan ciri-ciri
orang atau penduduk di tempat tersebut. Diantaranya Rasulullah
[shallallahu ‘alaihi wasallam] menyebutkan kalau orang-orang disana
[tempat munculnya fitnah] adalah orang yang berhati sombong dan angkuh
termasuk pengembala unta atau dikenal dengan sebutan Ahlul wabar.
حدثنا يحيى بن يحيى قال قرأت على مالك عن أبي الزناد عن الأعرج عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال رأس الكفر نحو الشرق والفخر والخيلاء في أهل الخيل والإبل الفدادين أهل الوبر والسكينة في أهل الغنم
Telah menceritakan kepada kami Yahya
bin Yahya yang berkata qara’tu ala [aku membacakan kepada] Malik dari
Abi Zanad dari Al A’raj dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda “sumber kekafiran datang dari timur,
kesombongan dan keangkuhan adalah milik orang-orang pengembala kuda dan
unta Al Faddaadin Ahlul Wabar [arab badui] dan kelembutan ada pada
pengembala kambing [Shahih Muslim 1/71 no 52]
حدثنا عبدالله بن عبدالرحمن أخبرنا أبو اليمان عن شعيب عن الزهري حدثني سعيد بن المسيب أن أبا هريرة قال سمعت النبي صلى الله عليه و سلم يقول جاء أهل اليمن هم أرق أفئدة وأضعف قلوبا الإيمان يمان والحكمة يمانية السكينة في أهل الغنم والفخر والخيلاء في الفدادين أهل الوبر قبل مطلع الشمس
Telah menceritakan kepada kami
‘Abdullah bin ‘Abdurrahman yang berkata telah mengabarkan kepada kami
Abul Yaman dari Syu’aib dari Az Zuhri yang berkata telah mengabarkan
kepadaku Sa’id bin Al Musayyab bahwa Abu Hurairah berkata aku mendengar
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Penduduk Yaman datang,
mereka bertingkah laku halus dan berhati lembut iman di Yaman, hikmah di
Yaman, kelembutan ada pada penggembala kambing sedangkan kesombongan
dan keangkuhan ada pada orang-orang Faddadin Ahlul Wabar [arab badui] di
arah terbitnya matahari [Shahih Muslim 1/71 no 52]
Kedua hadis di atas menyebutkan tempat
munculnya fitnah adalah tempat pada arah timur matahari terbit dimana
orang-orang disana dikenal sebagai pengembala unta, orang yang berhati
kasar sombong dan angkuh yang merupakan tabiat kebanyakan dari ahlul
wabar atau arab badui. Ahlul wabar bisa diartikan sebagai orang arab
badui karena tempat tinggal mereka terbuat dari al wabr atau bulu. Di
masa Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] Ahlul wabar tinggal di Najd.
.
.
Rabi’ah dan Mudhar Ahlul Masyriq
Selain menyebutkan ciri-ciri mereka,
Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] juga menyebutkan kabilah
mereka yang dikenal sebagai Rabiah dan Mudhar. Rabi’ah dan Mudhar
dikenal sebagai Ahlul Masyriq [penduduk timur] di masa Nabi [shallallahu
‘alaihi wasallam]
حدثنا مسدد حدثنا يحيى عن إسماعيل قال حدثني قيس عن عقبة بن عمرو أبي مسعود قال أشار رسول الله صلى الله عليه وسلم بيده نحو اليمن، فقال الإيمان يمان هنا هنا، ألا إن القسوة وغلظ القلوب في الفدادين، عند أصول أذناب الإبل، حيث يطلع قرنا الشيطان، في ربيعة ومضر
Telah menceritakan kepada kami
Musaddad yang berkata telah menceritakan kepada kami Yahya dari Isma’il
yang berkata telah menceritakan kepadaku Qais bin Uqbah bin Amru Abi
Mas’ud yang berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengisyaratkan tangannya kearah Yaman dan berkata “Iman di Yaman disini
dan kekerasan hati adalah milik orang-orang Faddadin [arab badui atau
pedalaman] yang sibuk dengan unta-unta mereka dari arah munculnya tanduk
setan [dari]Rabi’ah dan Mudhar [Shahih Bukhari no 3126]
Dalil-dalil di atas hanya pengulangan
dari tulisan kami sebelumnya tetapi disini akan kami tambahkan sedikit
dalil shahih kalau Rabiah dan Mudhar adalah penduduk Masyriq [timur] di
masa Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Berikut hadis yang memuat
keterangan tentang Rabi’ah dan Mudhar
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالَ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي جَمْرَةَ قَالَ كُنْتُ أُتَرْجِمُ بَيْنَ ابْنِ عَبَّاسٍ وَبَيْنَ النَّاسِ فَقَالَ إِنَّ وَفْدَ عَبْدِ الْقَيْسِ أَتَوْا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَنْ الْوَفْدُ أَوْ مَنْ الْقَوْمُ قَالُوا رَبِيعَةُ فَقَالَ مَرْحَبًا بِالْقَوْمِ أَوْ بِالْوَفْدِ غَيْرَ خَزَايَا وَلَا نَدَامَى قَالُوا إِنَّا نَأْتِيكَ مِنْ شُقَّةٍ بَعِيدَةٍ وَبَيْنَنَا وَبَيْنَكَ هَذَا الْحَيُّ مِنْ كُفَّارِ مُضَرَ وَلَا نَسْتَطِيعُ أَنْ نَأْتِيَكَ إِلَّا فِي شَهْرٍ حَرَامٍ فَمُرْنَا بِأَمْرٍ نُخْبِرُ بِهِ مَنْ وَرَاءَنَا نَدْخُلُ بِهِ الْجَنَّةَ فَأَمَرَهُمْ بِأَرْبَعٍ وَنَهَاهُمْ عَنْ أَرْبَعٍ أَمَرَهُمْ بِالْإِيمَانِ بِاللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَحْدَهُ قَالَ هَلْ تَدْرُونَ مَا الْإِيمَانُ بِاللَّهِ وَحْدَهُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامُ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءُ الزَّكَاةِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ وَتُعْطُوا الْخُمُسَ مِنْ الْمَغْنَمِ وَنَهَاهُمْ عَنْ الدُّبَّاءِ وَالْحَنْتَمِ وَالْمُزَفَّتِ قَالَ شُعْبَةُ رُبَّمَا قَالَ النَّقِيرِ وَرُبَّمَا قَالَ الْمُقَيَّرِ قَالَ احْفَظُوهُ وَأَخْبِرُوهُ
مَنْ وَرَاءَكُمْ
Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Basyaar yang berkata telah menceritakan kepada kami Ghundar
yang berkata telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Abi Jamrah
yang berkata saya pernah menjadi penterjemah antara Ibnu Abbas dan
orang-orang. [Ibnu Abbas] berkata “sesungguhnya delegasi [utusan] Abdul
Qais pernah mendatangi Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Beliau
[shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “siapakah utusan itu atau kaum
itu?”. [para sahabat] berkata “Rabi’ah”. Beliau [shallallahu ‘alaihi
wasallam] berkata “selamat datang kaum atau utusan semoga tidak ada
kesedihan dan penyesalan. Mereka berkata “kami datang dari perjalanan
jauh dan diantara tempat tinggal kami dan tempat tinggal-Mu terdapat
perkampungan kaum kafir Mudhar sehingga kami tidak bisa datang kepadaMu
kecuali pada bulan haram maka perintahkanlah kepada kami perintah yang
dapat kami ajarkan kepada orang-orang di tempat kami dan karenanya kami
dapat masuk surga. Maka Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]
memerintahkan kepada mereka empat hal dan melarang mereka empat hal,
memerintahkan mereka untuk beriman kepada Allah ‘azza wajalla
satu-satunya. Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “tahukah
kalian arti beriman kepada Allah satu-satunya?”. Mereka berkata “Allah
dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Beliau [shallallahu ‘alaihi
wasallam] berkata “bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah Rasulullah dan mendirikan Shalat dan menunaikan zakat
dan berpuasa di bulan ramadhan dan memberikan seperlima [khumus] dari
harta rampasan perang [ghanimah] . Dan Nabi [shallallahu ‘alaihi
wasallam] melarang mereka dari meminum Ad Dubaa’ Al Hantam dan Al
Muzaffat. Syu’bah berkata “terkadang Beliau [shallallahu ‘alaihi
wasallam] menyebutkan An Naqiir dan terkadang berkata Muqayyir.
Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “hafalkanlah itu dan
kabarkanlah kepada orang-orang di tempat kalian” [Shahih Bukhari 1/29 no 87]
Hadis di atas menjelaskan bahwa kabilah
Abdul Qais adalah salah satu dari Kabilah Rabi’ah dan diantara tempat
tinggal mereka dan tempat tinggal Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] di
madinah terdapat tempat tinggal kabilah Mudhar [yang masih kafir].
Pertanyaannya siapakah kabilah Abdul Qais ini dan dimana mereka tinggal.
Terdapat dalil shahih yang menyebutkan kalau Abdul Qais termasuk
penduduk Masyriq [timur]
حدثنا أحمد قال حدثنا شباب قال حدثنا عون بن كهمس قال حدثنا هشام بن حسان عن محمد بن سيرين عن أبي هريرة عن النبي قال خير أهل المشرق عبد القيس
Telah menceritakan kepada kami Ahmad
yang berkata telah menceritakan kepada kami Syabaab yang berkata telah
menceritakan kepada kami ‘Aun bin Kahmas yang berkata telah menceritakan
kepada kami Hisyaam bin Hassaan dari Muhammad bin Sirin dari Abu
Hurairah dari Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang
bersabda “penduduk Masyriq [timur] yang paling baik adalah Abdul Qais” [Mu’jam Al Awsath Thabrani 2/171 no 1615]
Hadis ini sanadnya shahih diriwayatkan oleh para perawi yang terpercaya. Berikut adalah keterangan mengenai para perawinya
- Ahmad syaikh [guru] Thabrani dalam sanad di atas adalah Ahmad bin Husein bin Nashr Abu Ja’far Al ‘Askariy . Daruquthni menyatakan kalau ia seorang yang tsiqat [Su’alat Hamzah 1/146 no 144]
- Syabab adalah Khalifah bin Khayaath termasuk salah satu syaikh [guru] Bukhari. Ibnu Adiy menyatakan ia hadisnya lurus shaduq. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat dan menyatakan ia mutqin. Maslamah berkata “tidak ada masalah padanya” [At Tahdzib juz 3 no 304]. Adz Dzahabi menyatakan ia shaduq [Al Kasyf no 1409]
- ‘Aun bin Kahmas adalah salah satu perawi Abu Dawud. Telah meriwayatkan darinya jamaah tsiqat. Ahmad bin Hanbal berkata “tidak dikenal”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Abu Dawud berkata “tidak disampaikan kepadaku kecuali yang baik” [At Tahdzib juz 8 no 313]. Ibnu Hajar menyatakan ia maqbul tetapi dikoreksi dalam Tahrir At Taqrib kalau ia seorang yang shaduq hasanul hadis [Tahrir Taqrib At Thadzib no 5225]. Adz Dzahabi menyatakan “tsiqat” [Al Kasyf no 4319]
- Hisyam bin Hassaan adalah perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Ibnu Ma’in, Al Ijli, Ibnu Saad Ibnu Syahin, Utsman bin Abi Syaibah dan Ibnu Hibban menyatakan tsiqat. Abu Hatim dan Ibnu Adiy berkata “shaduq”. [At Tahdzib juz 11 no 75]. Ibnu Hajar menyatakan tsiqat dan termasuk orang yang tsabit riwayatnya dari Ibnu Sirin [At Taqrib 2/266]
- Muhammad bin Sirin adalah perawi kutubus sittah tabiin yang dikenal tsiqat. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat tsabit dan ahli ibadah [At Taqrib 2/85]. Adz Dzahabi menyatakan ia tsiqat hujjah [Al Kasyf no 4898]
Hadis di atas menyebutkan kalau
Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] menyebut Abdul Qais sebagai
ahlul masyriq [penduduk timur] yang paling baik. Apakah masyriq [timur]
yang dimaksud?. Arah timur manakah yang dimaksud?. Dimana sebenarnya
tempat tinggal kabilah Abdul Qais?. Perhatikan hadis berikut
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الْعَقَدِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَانَ عَنْ أَبِي جَمْرَةَ الضُّبَعِيِّ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ إِنَّ أَوَّلَ جُمُعَةٍ جُمِّعَتْ بَعْدَ جُمُعَةٍ فِي مَسْجِدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَسْجِدِ عَبْدِ الْقَيْسِ بِجُوَاثَى مِنْ الْبَحْرَيْنِ
Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Mutsanna yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu
‘Aamir Al ‘Aqdiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin
Thahman dari Abi Jamrah Adh Dhuba’iy dari Ibnu Abbas yang berkata
“sesungguhnya shalat jum’at yang pertama dilakukan setelah shalat jum’at
di masjid Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] adalah di
masjid kabilah Abdul Qais di Juwatsa daerah Bahrain [Shahih Bukhari 2/5 no 892]
Jadi kabilah Abdul Qais yang termasuk
salah satu kabilah Rabi’ah tinggal di Bahrain. Dimanakah Bahrain?.
Bahrain adalah kawasan yang terletak di sebelah timur arah matahari
terbit dari madinah. Kalau Bahrain adalah tempat tinggal kabilah Abdul
Qais maka dimanakah tempat tinggal kafir Mudhar yang disebutkan dalam
hadis Bukhari sebelumnya terletak di antara madinah [tempat tinggal
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam] dan Bahrain [tempat tinggal Abdul
Qais]. Jawabannya gampang, ambil peta dan lihat tempat itu adalah Najd.
أخبرنا عمر بن سعيد بن سنان قال أخبرنا أحمد بن أبي بكر عن مالك عن عبد الله بن دينار عن ابن عمر أنه قال رأيت رسول الله صلى الله عليه و سلم يشير نحو المشرق ويقول ( ها إن الفتنة ها هنا إن الفتنة ها هنا من حيث يطلع قرن الشيطان ) قال أبو حاتم رضي الله عنه مشرق المدينة هو البحرين و مسيلمة منها وخروجه كان أول حادث حدث في الإسلام
Telah mengabarkan kepada kami Umar
bin Sa’id bin Sinaan yang berkata telah mengabarkan kepada kami Ahmad
bin Abu Bakar dari Malik dari Abdullah bin Dinar dari Ibnu Umar yang
berkata sesungguhnya aku melihat Rasulullah [shallallahu ‘alaihi
wasallam] mengarahkan tangannya kea rah timur dan berkata “dari sini
fitnah dari sini fitnah dari sini dari arah munculnya tanduk setan”. Abu
Hatim berkata “timur madinah adalah Bahrain, Musailamah berasal darinya
dan keluar darinya dialah yang pertama membuat bid’ah dalam islam” [Shahih Ibnu Hibban 15/24 no 6648 Syaikh Al Arnauth berkata “shahih dengan syarat Bukhari Muslim]
Kawasan Bahrain dan sekitarnya termasuk
Najd adalah kawasan yang di masa Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]
dikenal sebagai masyriq [timur] sehingga penduduknya Rabi’ah dan Mudhar
disebut sebagai ahlul masyriq.
Jadi hadis fitnah yang katanya muncul dari arah timur matahari terbit dari arah munculnya tanduk setan dari Rabiah dan Mudhar maka sangat jelas tempat yang dimaksud adalah Najd sebagaimana yang tertera jelas dalam hadis shahih.
Catatan : sedikit
tentang Bahrain, dahulu Bahrain meliputi daerah kawasan timur yaitu
Ahsa, Qatif dan Awal. Sekarang Ahsa dan Qatif menjadi bagian dari
propinsi timur Arab Saudi dan Awal menjadi yang sekarang dikenal sebagai
kepulauan Bahrain. Jadi dahulu Bahrain itu bersebelahan dengan Najd.
Selengkapnya tentang Bahrain dapat dibaca disini. Gambar dicomot dari Mbah Gugel blog-nya salafytobat
http://jalansunnah.wordpress.com/2011/08/13/menuntaskan-fitnah-najd-sebagai-negeri-dua-tanduk-setan/
Menuntaskan Fitnah NAJD Sebagai Negeri Dua Tanduk Setan
Posted on Agustus 13, 2011 | 1 Komentar
“….katakanlah Najd yang dimaksud adalah Najd Hijaz dan diantara dua tanduk Syaitan tersebut adalah Syaikh Muhammad ibn Abdul Wahhab -rahimahullah- dengan
‘Wahhabi’nya… maka konsekuensi logisnya adalah ‘Wahhabi’ merupakan
‘Ajaran Syaitan’ dan pengikutnya adalah ‘Syaitan Manusia’,
dan konsekuensi logisnya lagi adalah ‘Anti-Wahhabi’ meyakini bahwa Haramain (Makkah & Madinah) telah dikuasai oleh ‘Syaitan’.Apakah ini tidak bertentangan dengan sekian banyak dalil yang menyatakan bahwa Syaitan tidak mampu memasuki Makkah dan Madinahyang merupakan benteng terakhir Ummat Islam ?…..”
Dajjal tidak bisa masuk Mekkah dan Madinah. Tapi pengikutnya bisa:
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: Rasulullah
saw. bersabda: Tidak ada satu negeri yang tidak dimasuki Dajjal,
kecuali Mekah dan Madinah, dan tidak ada satu jalan di Madinah, kecuali
terdapat malaikat yang berbaris menjaganya. Maka Dajjal singgah di
daerah rawa, kemudian Madinah bergoncang tiga kali goncangan, sehingga
seluruh orang kafir dan munafik keluar dari sana menuju ke tempat
Dajjal. (Shahih Muslim No.5236)
* * *
Sumber : http://syaikhulislaam.wordpress.com/2011/02/21/fitnah-dari-timur/
Sejarah Wahabi dan Muhammad bin Abdul Wahhab
Posted on Desember 21, 2012 by Admin
Buat teman2 yg masih ikut pengajian Salafi/Wahabi maaf jika tidak berkenan.
Tapi insya Allah apa yg ditulis Habib Munzir Al Musawa (Majelis Rasulullah) ini benar.
Saat ngobrol dgn seorang Direktur Penerbit Islam dan seorang Ustad di Cimanggis saya mendapat kabar serupa. Yaitu pemerintah Inggris untuk memecah-belah ummat Islam di daerah jajahannya membentuk aliran sesat seperti Ahmadiyah di India dan Pakistan, Bahai di Iran, dan Wahabi di Arab Saudi.
Ahmadiah menghilangkan ajaran jihad dan membuat Nabi palsu Ghulam Mirza Ahmad. Sementara Wahabi yg bersekutu dgn Ibnu Su’ud dan dibantu senjata dan dana Inggris berontak thd Kekhalifahan Turki Usmani. Ummat Islam di jazirah Arab difitnah sbg ahlul bid’ah, sesat, kafir, musyrik, dsb hingga diperangi dan dibunuh. Termasuk penduduk kota Thaif, Mekkah, dan Madinah. Turki dan Mesir juga mereka perangi. Sulit dipercaya. Pertama saya juga membela Wahabi sbg pemurni Islam. Namun dgn berbagai fakta dan tulisan yg berkembang, ternyata itu tidak benar. 10 tahun lagi seiring dgn bertambahnya ilmu, mungkin anda akan berterimakasih akan informasi ini. http://kabarislam.wordpress.com/2012/01/04/salafi-wahabi-memecah-belah-islam-dari-dalam
Tapi insya Allah apa yg ditulis Habib Munzir Al Musawa (Majelis Rasulullah) ini benar.
Saat ngobrol dgn seorang Direktur Penerbit Islam dan seorang Ustad di Cimanggis saya mendapat kabar serupa. Yaitu pemerintah Inggris untuk memecah-belah ummat Islam di daerah jajahannya membentuk aliran sesat seperti Ahmadiyah di India dan Pakistan, Bahai di Iran, dan Wahabi di Arab Saudi.
Ahmadiah menghilangkan ajaran jihad dan membuat Nabi palsu Ghulam Mirza Ahmad. Sementara Wahabi yg bersekutu dgn Ibnu Su’ud dan dibantu senjata dan dana Inggris berontak thd Kekhalifahan Turki Usmani. Ummat Islam di jazirah Arab difitnah sbg ahlul bid’ah, sesat, kafir, musyrik, dsb hingga diperangi dan dibunuh. Termasuk penduduk kota Thaif, Mekkah, dan Madinah. Turki dan Mesir juga mereka perangi. Sulit dipercaya. Pertama saya juga membela Wahabi sbg pemurni Islam. Namun dgn berbagai fakta dan tulisan yg berkembang, ternyata itu tidak benar. 10 tahun lagi seiring dgn bertambahnya ilmu, mungkin anda akan berterimakasih akan informasi ini. http://kabarislam.wordpress.com/2012/01/04/salafi-wahabi-memecah-belah-islam-dari-dalam
Video ini menceritakan sikap Al-Azhar
Mesir, melalui Syaikh Dr. Ahmad Karimah, yang menolak paham Wahaby yang
sekarang bernama Salafy:
احمد كريمة يفتح النار على السلفية ويصفهم بالوهابيه
REPLAY STATUS LAMA.
http://kabarislamia.com/2012/12/21/sejarah-wahabi-dan-muhammad-bin-abdul-wahhab/
Menanggapi banyaknya permintaan pembaca tentang sejarah berdirinya Wahabi maka kami berusaha memenuhi permintaan itu sesuai dengan asal usul dan sejarah perkembangannya semaksimal mungkin berdasarkan berbagai sumber dan rujukan kitab-kitab yang dapat dipertanggung-jawabkan, diantaranya, Fitnatul Wahabiyah karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, I’tirofatul Jasus AI-Injizy pengakuan Mr. Hempher, Daulah Utsmaniyah dan Khulashatul Kalam karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, dan lain-lain.
SEJARAH WAHABI
Oleh Habib Munzir Al mousawahttp://kabarislamia.com/2012/12/21/sejarah-wahabi-dan-muhammad-bin-abdul-wahhab/
Menanggapi banyaknya permintaan pembaca tentang sejarah berdirinya Wahabi maka kami berusaha memenuhi permintaan itu sesuai dengan asal usul dan sejarah perkembangannya semaksimal mungkin berdasarkan berbagai sumber dan rujukan kitab-kitab yang dapat dipertanggung-jawabkan, diantaranya, Fitnatul Wahabiyah karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, I’tirofatul Jasus AI-Injizy pengakuan Mr. Hempher, Daulah Utsmaniyah dan Khulashatul Kalam karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, dan lain-lain.
Nama Aliran Wahabi ini diambil dari nama pendirinya, Muhammad bin
Abdul Wahab (lahir di Najed tahun 1111 H / 1699 M). Asal mulanya dia
adalah seorang pedagang yang sering berpindah dari satu negara ke negara
lain dan diantara negara yang pernah disinggahi adalah Baghdad,
Iran, India dan Syam.
Kemudian pada tahun 1125 H / 1713 M, dia terpengaruh oleh seorang
orientalis Inggris bernama Mr. Hempher yang bekerja sebagai mata-mata
Inggris di Timur Tengah. Sejak itulah dia menjadi alat bagi Inggris
untuk menyebarkan ajaran barunya.
Inggris memang telah berhasil mendirikan sekte-sekte bahkan
agama baru di tengah umat Islam seperti Ahmadiyah dan Baha’i.
Bahkan Muhammad bin Abdul Wahab ini juga termasuk dalam target program
kerja kaum kolonial dengan alirannya Wahabi.
Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup di lingkungan sunni
pengikut madzhab Hanbali, bahkan ayahnya Syaikh Abdul Wahab adalah
seorang sunni yang baik, begitu pula guru-gurunya. Namun sejak semula
ayah dan guru-gurunya mempunyai firasat yang kurang baik tentang dia
bahwa dia akan sesat dan menyebarkan kesesatan. Bahkan mereka menyuruh
orang-orang untuk berhati-hati terhadapnya.
Ternyata tidak berselang lama firasat itu benar. Setelah hal
itu terbukti ayahnya pun menentang dan memberi peringatan khusus
padanya. Bahkan kakak kandungnya, Sulaiman bin Abdul Wahab, ulama’ besar
dari madzhab Hanbali, menulis buku bantahan kepadanya dengan judul
As-Sawa’iqul Ilahiyah Fir Raddi Alal Wahabiyah. Tidak ketinggalan pula
salah satu gurunya di Madinah, Syekh Muhammad bin Sulaiman AI-Kurdi
as-Syafi’i, menulis surat berisi nasehat:
“Wahai Ibn Abdil Wahab, aku menasehatimu karena Allah, tahanlah lisanmu dari mengkafirkan kaum muslimin, jika kau dengar seseorang meyakini bahwa orang yang ditawassuli bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka ajarilah dia kebenaran dan terangkan dalilnya bahwa selain Allah tidak bisa memberi manfaat maupun madharrat, kalau dia menentang bolehlah dia kau anggap kafir, tapi tidak mungkin kau mengkafirkan As-Sawadul A’dham (kelompok mayoritas) diantara kaum muslimin, karena engkau menjauh dari kelompok terbesar, orang yang menjauh dari kelompok terbesar lebih dekat dengan kekafiran, sebab dia tidak mengikuti jalan muslimin.
“Wahai Ibn Abdil Wahab, aku menasehatimu karena Allah, tahanlah lisanmu dari mengkafirkan kaum muslimin, jika kau dengar seseorang meyakini bahwa orang yang ditawassuli bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka ajarilah dia kebenaran dan terangkan dalilnya bahwa selain Allah tidak bisa memberi manfaat maupun madharrat, kalau dia menentang bolehlah dia kau anggap kafir, tapi tidak mungkin kau mengkafirkan As-Sawadul A’dham (kelompok mayoritas) diantara kaum muslimin, karena engkau menjauh dari kelompok terbesar, orang yang menjauh dari kelompok terbesar lebih dekat dengan kekafiran, sebab dia tidak mengikuti jalan muslimin.
Sebagaimana diketahui bahwa madzhab Ahlus Sunah sampai hari ini
adalah kelompok terbesar. Allah berfirman : “Dan barang siapa yang
menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan
yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap
kesesatan yang telah dikuasainya itu (Allah biarkan mereka
bergelimang dalam kesesatan) dan kami masukkan ia ke dalam jahannam, dan
jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali (QS: An-Nisa 115)
Salah satu dari ajaran yang (diyakini oleh Muhammad bin Abdul
Wahab, adalah mengkufurkan kaum muslim sunni yang mengamalkan tawassul,
ziarah kubur, maulid nabi, dan lain-lain. Berbagai dalil akurat yang
disampaikan ahlussunnah wal jama’ah berkaitan dengan tawassul,
ziarah kubur serta maulid, ditolak tanpa alasan yang dapat diterima.
Bahkan lebih dari itu, justru berbalik mengkafirkan kaum muslimin sejak
600 tahun sebelumnya, termasuk guru-gurunya sendiri.
Pada satu kesempatan seseorang bertanya pada Muhammad bin Abdul
Wahab, Berapa banyak Allah membebaskan orang dari neraka pada bulan
Ramadhan?? Dengan segera dia menjawab, “Setiap malam Allah membebaskan
100 ribu orang, dan di akhir malam Ramadhan Allah membebaskan sebanyak
hitungan orang yang telah dibebaskan dari awal sampai akhir Ramadhan”
Lelaki itu bertanya lagi “Kalau begitu pengikutmu tidak mencapai
satu person pun dari jumlah tersebut, lalu siapakah kaum muslimin yang
dibebaskan Allah tersebut? Dari manakah jumlah sebanyak itu? Sedangkan
engkau membatasi bahwa hanya pengikutmu saja
yang muslim. Mendengar jawaban itu Ibn Abdil Wahab pun terdiam seribu bahasa.
yang muslim. Mendengar jawaban itu Ibn Abdil Wahab pun terdiam seribu bahasa.
Sekalipun demikian Muhammad bin Abdul Wahab tidak menggubris
nasehat ayahnya dan guru-gurunya itu. Dengan berdalihkan pemurnian
ajaran Islam, dia terus menyebarkan ajarannya di sekitar wilayah Najed.
Orang-orang yang pengetahuan agamanya minim banyak yang terpengaruh.
Termasuk diantara pengikutnya adalah penguasa Dar’iyah, Muhammad bin
Saud (meninggal tahun 1178 H / 1765 M) pendiri dinasti Saudi, yang
dikemudian hari menjadi mertuanya.
Dia mendukung secara penuh dan memanfaatkannya untuk
memperluas wilayah kekuasaannya. Ibn Saud sendiri sangat patuh pada
perintah Muhammad bin Abdul Wahab. Jika dia menyuruh untuk membunuh atau
merampas harta seseorang dia segera melaksanakannya dengan keyakinan
bahwa kaum muslimin telah kafir dan syirik selama 600 tahun lebih, dan
membunuh orang musyrik dijamin surga.
Sejak semula Muhammad bin Abdul Wahab sangat gemar mempelajari
sejarah nabi-nabi palsu, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Aswad Al-Ansiy,
Tulaihah Al-Asadiy dll. Agaknya dia punya keinginan mengaku nabi, ini
tampak sekali ketika ia menyebut para pengikut dari daerahnya dengan
julukan Al-Anshar, sedangkan pengikutnya dari luar daerah dijuluki
Al-Muhajirin. Kalau seseorang ingin menjadi pengikutnya, dia harus
mengucapkan dua syahadat di hadapannya kemudian harus mengakui bahwa
sebelum masuk Wahabi dirinya adalah musyrik, begitu pula kedua orang
tuanya. Dia juga diharuskan mengakui bahwa para ulama2 besar sebelumnya
telah mati kafir. Kalau mau mengakui hal tersebut dia diterima menjadi
pengikutnya, kalau tidak dia pun langsung dibunuh.
Muhammad bin Abdul Wahab juga sering merendahkan Nabi SAW dengan
dalih pemurnian akidah, dia juga membiarkan para pengikutnya
melecehkan Nabi di hadapannya, sampai-sampai seorang pengikutnya berkata
:
“Tongkatku ini masih lebih baik dari Muhammad, karena tongkat-ku masih bisa digunakan membunuh ular, sedangkan Muhammad telah mati dan tidak tersisa manfaatnya sama sekali. Muhammad bin Abdul Wahab di hadapan pengikutnya tak ubahnya seperti Nabi di hadapan umatnya.
Pengikutnya semakin banyak dan wilayah kekuasaan semakin luas. Keduanya bekerja sama untuk memberantas tradisi yang dianggapnya keliru dalam masyarakat Arab, seperti tawassul, ziarah kubur, peringatan Maulid dan sebagainya. Tak mengherankan bila para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab lantas menyerang makam-makam yang mulia. Bahkan, pada 1802, mereka menyerang Karbala-Irak, tempat dikebumikan jasad cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib. Karena makam tersebut dianggap tempat munkar yang berpotensi syirik kepada Allah. Dua tahun kemudian, mereka menyerang Madinah, menghancurkan kubah yang ada di atas kuburan, menjarah hiasan-hiasan yang ada di Hujrah Nabi Muhammad.
Keberhasilan menaklukkan Madinah berlanjut. Mereka masuk ke Mekkah pada 1806, dan merusak kiswah, kain penutup Ka’bah yang terbuat dari sutra. Kemudian merobohkan puluhan kubah di Ma’la, termasuk kubah tempat kelahiran Nabi SAW, tempat kelahiran Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Ali, juga kubah Sayyidatuna Khadijah, masjid Abdullah bin Abbas. Mereka terus menghancurkan masjid-masjid dan tempat-tempat kaum solihin sambil bersorak-sorai, menyanyi dan diiringi tabuhan kendang. Mereka juga mencaci-maki ahli kubur bahkan sebagian mereka kencing di kubur kaum solihin tersebut.
“Tongkatku ini masih lebih baik dari Muhammad, karena tongkat-ku masih bisa digunakan membunuh ular, sedangkan Muhammad telah mati dan tidak tersisa manfaatnya sama sekali. Muhammad bin Abdul Wahab di hadapan pengikutnya tak ubahnya seperti Nabi di hadapan umatnya.
Pengikutnya semakin banyak dan wilayah kekuasaan semakin luas. Keduanya bekerja sama untuk memberantas tradisi yang dianggapnya keliru dalam masyarakat Arab, seperti tawassul, ziarah kubur, peringatan Maulid dan sebagainya. Tak mengherankan bila para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab lantas menyerang makam-makam yang mulia. Bahkan, pada 1802, mereka menyerang Karbala-Irak, tempat dikebumikan jasad cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib. Karena makam tersebut dianggap tempat munkar yang berpotensi syirik kepada Allah. Dua tahun kemudian, mereka menyerang Madinah, menghancurkan kubah yang ada di atas kuburan, menjarah hiasan-hiasan yang ada di Hujrah Nabi Muhammad.
Keberhasilan menaklukkan Madinah berlanjut. Mereka masuk ke Mekkah pada 1806, dan merusak kiswah, kain penutup Ka’bah yang terbuat dari sutra. Kemudian merobohkan puluhan kubah di Ma’la, termasuk kubah tempat kelahiran Nabi SAW, tempat kelahiran Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Ali, juga kubah Sayyidatuna Khadijah, masjid Abdullah bin Abbas. Mereka terus menghancurkan masjid-masjid dan tempat-tempat kaum solihin sambil bersorak-sorai, menyanyi dan diiringi tabuhan kendang. Mereka juga mencaci-maki ahli kubur bahkan sebagian mereka kencing di kubur kaum solihin tersebut.
Gerakan kaum Wahabi ini membuat Sultan Mahmud II, penguasa Kerajaan
Usmani, Istanbul-Turki, murka. Dikirimlah prajuritnya yang bermarkas
di Mesir, di bawah pimpinan Muhammad Ali, untuk melumpuhkannya. Pada
1813, Madinah dan Mekkah bisa direbut kembali.
Gerakan Wahabi surut. Tapi, pada awal abad ke-20, Abdul Aziz bin
Sa’ud bangkit kembali mengusung paham Wahabi. Tahun 1924, ia berhasil
menduduki Mekkah, lalu ke Madinah dan Jeddah, memanfaatkan kelemahan
Turki akibat kekalahannya dalam Perang Dunia I. Sejak itu, hingga kini,
paham Wahabi mengendalikan pemerintahan di Arab Saudi. Dewasa
ini pengaruh gerakan Wahabi bersifat global.
Riyadh mengeluarkan jutaan dolar AS setiap tahun untuk menyebarkan ideologi Wahabi. Sejak hadirnya Wahabi, dunia Islam tidak pernah tenang penuh dengan pergolakan pemikiran, sebab kelompok ekstrem itu selalu menghalau pemikiran dan pemahaman agama Sunni-Syafi’i yang sudah mapan.
Kekejaman dan kejahilan Wahabi lainnya adalah meruntuhkan kubah-kubah di atas makam sahabat-sahabat Nabi SAW yang berada di Ma’la (Mekkah), di Baqi’ dan Uhud (Madinah) semuanya diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan mengunakan dinamit penghancur.
Demikian juga kubah di atas tanah Nabi SAW dilahirkan, yaitu di Suq al Leil diratakan dengan tanah dengan menggunakan dinamit dan dijadikan tempat parkir onta.
Riyadh mengeluarkan jutaan dolar AS setiap tahun untuk menyebarkan ideologi Wahabi. Sejak hadirnya Wahabi, dunia Islam tidak pernah tenang penuh dengan pergolakan pemikiran, sebab kelompok ekstrem itu selalu menghalau pemikiran dan pemahaman agama Sunni-Syafi’i yang sudah mapan.
Kekejaman dan kejahilan Wahabi lainnya adalah meruntuhkan kubah-kubah di atas makam sahabat-sahabat Nabi SAW yang berada di Ma’la (Mekkah), di Baqi’ dan Uhud (Madinah) semuanya diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan mengunakan dinamit penghancur.
Demikian juga kubah di atas tanah Nabi SAW dilahirkan, yaitu di Suq al Leil diratakan dengan tanah dengan menggunakan dinamit dan dijadikan tempat parkir onta.
Tambahan Ulama Besar yang dibunuh dengan kejam oleh Wahabi:
Kisah Nyata ; Pembantaian Keluarga Syaikh Nawawi al-Bantani al-Syafi’i (Pembesar Syafi’iyyah) Oleh Kaum Wahhabi
Kisah ini diceritakan oleh keturunan dari keluarga Syaikh Nawawi
al-Bantani yang berhasil lolos dari kejaran Wahhabi. Beliau adalah KH.
Thabari Syadzily. Berikut adalah sedikit kisah pembantaian tersebut.
KISAH NYATA : Pada zaman dahulu di kota Mekkah keluarga Syeikh Nawawi bin Umar Al-Bantani (pujangga Indonesia) pun tidak luput dari sasaran pembantaian Wahabi. Ketika salah seorang keluarga beliau sedang duduk memangku cucunya, kemudian gerombolan Wahabi datang memasuki rumahnya tanpa diundang dan langsung membunuh dan membantainya hingga tewas. Darahnya mengalir membasahi tubuh cucunya yang masih kecil yang sedang dipangku oleh beliau.Sedangkan keluarganya yang lain di golongan laki-laki dikejar-kejar oleh gerombolan Wahabi untuk dibunuh. Alhamdulillah mereka selamat sampai ke Indonesia dengan cara menyamar sebagai perempuan.
Syaikh Nawawi bin ‘Umar bin ‘Arabi bin ‘Ali al-Tanari al-Bantani al-Syafi’i (Salah seorang ulama pembesar Syafi’iyyah) |
KH. Thobari Syadzily Mengenakan Jubah Syaikh Nawawi al-Bantani. Baju jubah Syeikh Nawawi bin Umar bin ‘Arobi bin Ali, Tanara – Banten masih tersimpan dengan rapih di rumah saudara sepupu KH. Thobary Syadzily di desa Kampung Gunung Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang, Banten. |
Sumber: http://ashhabur-royi.blogspot.com/2011/07/kisah-nyata-pembantaian-keluarga.html
Ulama baru yang dibunuh Wahabi adalah Syekh Al Buthi. Seperti biasa, Wahabi tidak pernah mau mengaku meski mereka selalu menghina dgn penuh rasa kebencian thd Syekh Al Buthi dan bergembira ria atas kematiannya.
Al-Buti sendiri yang tahun ini berusia 84 tahun adalah seorang pensiunan dekan dan profesor Fakultas Hukum Islam di Universitas Damaskus. Ia dikenal keras menentang terorisme dan pengkritik pihak asing yang didukung kelompok-kelompok militan, yang ia gambarkan sebagai “para tentara bayaran”.
Seminggu sebelum pembunuhan itu, ia mengatakan dalam ceramahnya, “Kami diserang di setiap jengkal tanah kami, makanan kami, kesucian dan kehormatan perempuan dan anak-anak kami Hari ini kami menjalankan tugas yang sah… yakni kebutuhan mobilisasi untuk melindungi nilai-nilai, tanah air, dan tempat-tempat suci kami, dan dalam hal ini tidak ada perbedaan antara tentara nasional dan seluruh bangsa ini”.
Seminggu setelah pembunuhan Al-Buti, ulama Sunni lainnya Syaikh Hassan Saifuddin (80 tahun) secara brutal dipenggal kepalanya di bagian utara Kota Aleppo oleh sekelompok militan yang dibekingi pihak asing dan menyeret tubuhnya di jalanan. Kepalanya ditanam di menara sebuah masjid yang biasa digunakan untuk berkhotbah. Syaikh Saifuddin juga dikenal sebagai seorang anti-milisi, dan penentang perang yang sedang berkecamuk melawan pemerintah Suriah.
http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,43499-lang,id-c,nasional-t,Tokoh+Muslim+dan+Kristiani+Jadi+Target+Teroris+di+Suriah-.phpx
Silahkan baca:
http://kabarislam.wordpress.com/2013/04/15/ulama-baru-yang-dibunuh-wahabi/
Salju dan Menghijaunya Tanah Arab Pertanda Kiamat Sudah Sangat Dekat
By Rumah Allah · On 1/27/2014 http://www.rumahallah.com/2014/01/salju-dan-menghijaunya-tanah-arab.html
Dunia ini semakin hari semakin tua, menandakan perubahan perubahan dan fenomena alam yang dapat dibuktikan dengan sains dan ilmu pengetahuan, bahwa memang dunia sudah berada di akhir zaman dan sudah sangat dekat dengan hari akhir. Pengetahuan tentang Hari kiamat memang ada di tangan Allah, dan setiap manusia tidak pernah mengetahui kapan akan terjadi dan bagaimana kejadian dahsyat itu terjadi. Akan tetapi sebagai seorang muslim yang beriman, kita bisa lihat kepada beberapa hadist yang merujuk tentang ciri ciri hari akhir tersebut, yang telah digambarkan oleh Rasulullah SAW.
Jazirah dan Tanah Arab yang Tandus kini Menghijau
Salju adalah merupakan sumber komponen utama bagi
terbentuknya tumbuhan, sungai di dunia. Saat ini berdasarkan penelitian sains,
di jazirah tanah tandus arab tidak terkecuali di tabuk, palestina bahkan di
gurun sahara sudah mulai dipenuhi dengan tumbuhan hijau dengan turunnya hujan
salju.
“Hari Akhir tidak akan datang kepada kita sampai dataran Arab
sekali lagi menjadi dataran berpadang rumput dan dipenuhi dengan sungai-sungai
(HR Muslim)“
Berdasarkan penelitian Profesor Alfred Kroner, seorang ahli
geologi terkemuka dunia, dari Department Ilmu Bumi, Institut Geosciences,
Johannes Gutenburg University, Mainz, Germany - dia mengatakan bahwa Era Salju
Baru (New Snow Age) saat ini telah dimulai, sekarang salju di kutub
Utara sedang merangkak/bergeser perlahan-lahan ke arah Semenanjung Arab, pada
saat itu iklim dataran Arab berubah dan menjadi salah satu daerah yang paling
subur dan hijau di muka bumi. Ini merupakan fakta sains yang tidak bisa
dibantah.
Syaikh Syuraim - Imam Masjidil Haram mengatakan, salju merupakan komponen utama
dalam pembentukan sungai dan tumbuhan. Berjatuhannya salju di Jazirah Arab
membuktikan kebenaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam sebuah
hadits, Rasulullah bersabda, “Hari Kiamat baru akan datang setelah negeri Arab
kembali menjadi padang yang hijau dan sungai-sungai.”
Beliau juga menyebutkan bahwa baru-baru ini salju telah turun di daerah Tabuk.
Hal itu mengingatkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Muadz
saat perang Tabuk, “Kalau umurmu panjang, maka engkau akan melihat tempat ini
penuh dengan kebun-kebun.”
Hutan Tropis di Bawah Padang Pasir Arab
Kejadian dan
fenomena alam yang menakjubkan juga terjadi di tanah jazirah arab, dimana di
bawah padang pasir yang tandus ditemukan hutan tropis yang menghampar
menghijau...bagaimana ini bisa terjadi..?? Kebenaran Rasulullah SAW sebagai
pembawa risalah kepada seluruh umat manusia haruslah diyakini 100% oleh semua
umat manusia.
Hujan Salju di Masjidil Aqso
Tanah arab zaman dahulu kala adalah merupakan tanah yang menghampar hijau dan
dipenuhi sungai sungai, dan hal tersebut sekali lagi akan terjadi di hari menjelang
kedatangan kiamat dengan turunnya hujan salju. Berikut adalah video hujan Salju
di Masjidil Aqso - video ini diambil dari menara kubah the dome of the rock
Salju Di Tabuk Saudi Arabia
Worldbulletin menyiarkan berita bahwa Tabuk yang berjarak 1500 km atau 932 mil
dari riyadh, salah satu lokasi perang yang terjadi pada zaman Rasulullah
dilanda salju yang sangat lebat, setelah beberapa jam lamanya dihantam angin
ribut yang sangat dahsyat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Muadz
saat perang Tabuk, “Kalau umurmu panjang, maka engkau akan melihat tempat ini
penuh dengan kebun-kebun.”
Data Satellite Tanah Arab Menghijau
Kita sebagai umat Islam, turunnya salju di arab saudi ini bukan merupakan hal yang aneh, karena panutan kita Rasulullah SAW telah menyabdakan 1400 tahun yang lalu, ketika para sahabat menanyakan kepada Rasulullah SAW mengenai kapan datangnya hari kiamat. Rasulullah SAW menjawab, bahwa pengetahuan mengenai datangnya hari kiamat hanya ada pada sisi Allah SWT. Tetapi Allah SWT telah memberitahukan tanda-tandanya kepada Rasulullah SAW, antara lain sebagaimana diterangkan dalam salah satu Hadist Rasulullah Sallallahu A’laihi Wasallam :
“Hari Akhir tidak akan datang kepada kita sampai dataran Arab sekali lagi menjadi dataran berpadang rumput dan dipenuhi dengan sungai-sungai” (HR Muslim)
Dari Hadist Rasulallah SAW di atas ada beberapa informasi yang didapat :
- 1. Informasi datangnya hari akhir / kiamat.
- 2. Dahulu kala dataran / jazirah Arab pernah menjadi padang rumput yang subur dan dipenuhi dengan sungai-sungai.
- 3. Nanti, dataran Arab sekali lagi akan menjadi padang rumput dan dipenuhi dengan sungai-sungai, sebagai salah satu tanda datangnya hari kiamat.
Marilah kita pertebal keimanan kita, dengan melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan menjauhi segala larangannya - sebelum hari yang menakutkan ini terjadi. Apa yang kita miliki saat ini hanyalah titipan, baik itu harta, anak, ataupun jabatan yang melekat pada diri seorang manusia.
Semua tidak akan guna jika kita telah dipanggil kepada-NYA.
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ۖ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
"Mengapa kamu kafir kepada Allah, Padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?"
Marilah kita merenung sejenak tentang apa yang telah dititipkan olehNYA kepada kita, dan marilah kita korbankan harta kita untuk pergi berumroh dan mencari keridhoannya. - See more at: http://www.rumahallah.com/2014/01/salju-dan-menghijaunya-tanah-arab.html#sthash.0nkxc70N.dpuf
SIAPAKAH WAHABI DALAM LITERATUR SEJARAH ??
Siapa Sebenarnya Wahabi ?? https://www.facebook.com/notes/von-edison-alouisci/siapakah-wahabi-dalam-litetur-sejarah-/696085933741454
Abdul Ghafur Abu Syaifullah.Pub : Von Edison Alouisci
Mazhab
Wahhabi sering menimbulkan kontroversi berhubung dengan asal-usul dan
kemunculannya dalam dunia Islam. Umat Islam umumnya salah menganggap
mereka, dengan beranggapan bahwa mazhab mereka mengikuti pemikiran Ahmad
ibn Hanbal dan alirannya, al-Hanbaliyyah atau al-Hanabilah yang
merupakan salah satu mazhab dalam Ahl al-Sunnah wa al-Jama`ah.
Nama
Wahhabi atau al-Wahhabiyyah kelihatan dihubungkan kepada nama `Abd
al-Wahhab yaitu pendirinya Muhammad bin `Abd al-Wahhab al-Najdi. Ia
tidak dinamakan al-Muhammadiyyah yang mungkin boleh dikaitkan dengan
nama Muhammad bin `Abd al-Wahhab bertujuan untuk membedakan di antara
para pengikut Nabi Muhammad saw dengan mereka, dan juga bertujuan untuk
menghalangi segala bentuk eksploitasi (istighlal). Bagaimanapun, nama
Wahhabi dikatakan ditolak oleh para penganut Wahhabi sendiri dan mereka
menggelarkan diri mereka sebagai golongan al-Muwahhidun (unitarians)
karena mereka mendakwa ingin mengembalikan ajaran-ajaran tawhid ke dalam
Islam dan kehidupan murni menurut sunnah Rasulullah.
Mazhab
Wahhabi pada zaman moden ini tidak lain dan tidak bukan, adalah
golongan al-Hasyawiyyah karena kepercayaan2 dan pendapat2 mereka 100%
sama dengan golongan yang dikenali sebagai al-Hasyawiyyah pada abad-abad
yang awal.
Istilah al-Hasyawiyyah adalah
berasal daripada kata dasar al-Hasyw yaitu penyisipan, pemasangan dan
kemasukan. Nama ini diberikan kepada orang-orang yang menerima dan
mempercayai semua hadisr yang dibawa masuk ke dalam Islam oleh
orang-orang munafiq. Mereka mempercayai semua hadist yang dikaitkan
kepada Nabi saw dan para sahabat baginda berdasarkan pengertian bahasa
semata-mata tanpa melakukan penelitihan dan pemikiran. Bahkan sekiranya
sesuatu hadist itu dipalsukan (tetapi orang yang memalsukannya
memasukkan suatu rangkaian perawi yang baik kepadanya), mereka tetap
menerimanya tanpa mempedulikan apakah teks hadist itu serasi dan selaras
dengan al-Quran ataupun hadist yang diakui sahih atau sebaliknya.
Ahmad
bin Yahya al-Yamani (m.840H/1437M) mencatatkan bahawa: Nama
al-Hasyawiyyah digunakan kepada orang-orang yang meriwayatkan hadist2
sisipan yang sengaja dimasukkan oleh golongan al-Zanadiqah sebagaimana
sabda Nabi saw dan mereka menerimanya tanpa melakukan interpretasi
semula, dan mereka juga menggelarkan diri mereka Ashab al-Hadith dan Ahl
al-Sunnah wa al-Jama`ah... Mereka bersepakat mempercayai konsep
pemaksaan (Allah berhubungan dengan perbuatan manusia) dan tasybih
(bahwa Allah seperti makhluk-Nya) dan mempercayai bahawa Allah mempunyai
jasad dan bentuk serta mengatakan bahawa Allah mempunyai anggota tubuh.
Al-Syahrastani
(467-548H/1074-1153M) menuliskan bahawa: Terdapat sebuah kumpulan Ashab
al-Hadith, iaitu al-Hasyawiyyah dengan jelas menunjukkan kepercayaan
mereka tentang tasybih (yaitu Allah serupa makhluk-Nya) ... sehinggakan
mereka sanggup mengatakan bahawa pada suatu ketika, kedua-dua mata Allah
kesedihan, lalu para malaikat datang menemui-Nya dan Dia (Allah)
menangisi (kesedihan) berakibat banjir Nabi Nuh a.s sehingga mata-Nya
menjadi merah, dan `Arasy meratap hiba seperti suara pelana baru dan
bahwa Dia melampaui `Arasy dalam keadaan melebihi empat jari di segenap
sudut.[Al-Syahrastani, al-Milal wa al-Nihal, h.141.]
Definisi
dan gambaran ini secara langsung menepati golongan Wahhabi yang
menamakan diri mereka sebagai Ashab al-Hadist atau Ahl al-Hadist dan
kerapkali juga sebagai Sunni, dan pada masa kini mereka memperkenalkan
diri mereka sebagai Ansar al-Sunnah ataupun Ittiba` al-Sunnah.
Latar belakang Pengasas Mazhab Wahhabi
Muhammad
bin `Abd al-Wahhab dilahirkan di perkampungan `Uyainah, salah sebuah
kampung dalam Najd di bahagian selatan pada tahun 1115H/1703M. Bapaknya,
`Abd al-Wahhab merupakan seorang Qadi di sini. Muhammad dikatakan
pernah mempelajari bidang fiqh al-Hanbali dengan bapaknya, yang juga
adalah salah seorang tokoh ulama al-Hanabilah. Semenjak kecil, dia
mempunyai hubungan yang erat dengan pengkajian dan pembelajaran
kitab-kitab tafsir, hadith dan akidah.
Pada
masa remajanya, Muhammad selalu memperendah-rendahkan syiar agama yang
biasanya dipegang oleh penduduk Najd, bukan saja di Najd bahkan sehingga
sejauh Madinah selepas dia kembali daripada menunaikan haji. Dia sering
mengada-adakan perubahan dalam pendapat dan pemikiran di dalam
majlis-majlis agama, dan dia dikatakan tidak suka kepada orang yang
bertawassul kepada Nabi saw di tempat kelahiran (marqad) baginda yang
suci itu.
Kehidupannya selama beberapa
tahun dihabiskan dengan mengembara dan berdagang di kota-kota Basrah,
Baghdad, Iran, dan Damsyik (damaskus). Di Damsyik, dia telah mempelajari
kitab-kitab karangan Ibn Taimiyyah al-Harrani (m.728H/1328M) yang
mengandung ajaran2 yang berunsur kontroversi berbeda dengan Ahl
al-Sunnah wa al-Jama`ah.
Perkenalan Dengan Mr. Hempher (Orientalis)
Kemudian
berpindah ke Basrah disini dia akhirnya berjumpa dengan Hempher yaitu
seorang orientalis dan agen rahsia Inggeris. Hempher yang menyamar
sebagai Sheikh Muhammad. Dia seorang yang ahli berbahasa Arab, Turki,
Parsi, dan telah lama mempelajari Islam di Turki dan Iraq.
Hampher
yang akhirnya mempengaruhi ideologi Ibn Wahhab ini, malah menambah
kesesatan Ibn Wahhab. Bersama Hempher inilah Ibn Wahhab sempat melakukan
nikah mutah dengan seorang agen wanita inggeris yang menyamar sebagai
Safiyyah selama 1 minggu. Dalam masa itu Ibn Wahhab tambah sesat lagi
kerana dalam terkapan 2 orang sekaligus. Fikirannya yang dangkal
akhirnya membuatnya terbawa bermabuk-mabukan bersama isteri mutahnya.
Kemudian
atas usul Hempher, Ibn Wahhab hijrah ke Isfahan, Iran . Untuk itu dia
memperpanjang masa nikah mutaahnya bersama Safiyya menjadi 2 bulan.
Disana
dia masuk dalam terkapan seorang agen Inggeris juga yang menyamar
sebagai Abd Karim yang mengenalkannya dengan seorang wanita agen
Inggeris (yahudi) yang menyamar sebagai Asiya yang jauh lebih cantik
dari Safiyya dan akhirnya dinikah mutaah pula. Dalam terkapan agen-agen
Inggeris inilah Ibn Wahhab dicekoki segala macam pemikiran yang sesat,
dan menyusun berbagai program untuk menghancurkan Islam.
Sedikit
tambahan.sekiranya pembaca membaca biografi Ibn Wahhab versi Wahabi
maka pembaca sekalian akan menemukan kalimat ini : Di antara pendukung
dakwahnya di kota Basrah ialah seorang ulama yang bernama Syeikh
Muhammad al-Majmu. Inilah Hempher yang menyamar sebagai Syeikh Muhammad
al-Majmu. Dia sengaja mengiringi Ibn Wahhab kembali ke najd untuk
mengawasi, menasihati dan mengimplementasikan program2 penghancuran
Islam.
Propaganda Wahabi Di Basrah & Komplot Bersama Pemerintah Uyainah
Kemudian
dalam perjalanannya ke Syam, di Basrah Ibn Wahhab berupaya menyebarkan
pemikirannya untuk mencegah ummat daripada melakukan syiar agama mereka
dan menghalangi mereka daripada perbuatan tersebut. Justru itu penduduk
Basrah bangkit menentangnya, dan menyingkirkannya daripada perkampungan
mereka. Akhirnya dia melarikan diri ke kota al-Zabir.
Dalam
perjalanan di antara Basrah dan al-Zabir, akibat terlalu penat berjalan
karena kepanasan sehingga hampir2 menemui ajalnya, seorang lelaki (dari
kota al-Zabir) telah menemuinya lalu membantunya ketika melihatnya
berpakaian seperti seorang alim. Dia diberikan minuman dan dibawa
kembali ke kota tersebut. Muhammad bin `Abd al-Wahhab berkeinginan untuk
ke Syam tetapi dia tidak mempunyai bekal yang mencukupi, lalu pergi ke
al-Ahsa dan dari situ, terus ke Huraymilah (dalam kawasan Najd) juga.
Pada
tahun 1139H/1726M, bapaknya berpindah dari `Uyainah ke Huraymilah dan
dia ikut serta dengan bapaknya dan belajar dengannya tetapi masih
meneruskan penentangannya yang kuat terhadap amalan-amalan agama di
Najd, yang menyebabkan terjadinya pertentangan dan perselisihan yang
berkecamuk di antaranya dan bapanya di satu pihak dan, dia bersama
dengan penduduk-penduduk Najd di pihak yang lain. Keadaan tersebut terus
berlanjut hingga tahun 1153H/1740M ketika bapaknya meninggal dunia.[
Al-Syahrastani, al-Milal wa al-Nihal, h.141]. Sejak itu, Ibn wahhab
tidak lagi terikat. Dia telah mengemukakan akidah2nya yang sesat,
menolak dan memerangi amalan2 agama yang dilakukan serta menyeru mereka
bergabung bersama kelompoknya. Sebagian tertipu dan sebagian lagi
meninggalkannya hingga dia mengumumkan kekuasaannya di Madinah.
Ibn
Wahhab kembali ke `Uyainah yang diperintah oleh `Usman bin Hamad yang
menerima dan memuliakannya dan berlakulah perjanjian di antara mereka
berdua bahawa setiap seorang hendaklah mempertahankan yang lain dengan
seorang memegang kekuasaan dalam perundangan Islam (al-tasyri`) dan
seorang lagi dalam pemerintahan. Pemerintah `Uyainah mendukung dengan
kekuatan dan Ibn Wahhab menyeru manusia mentaati pemerintah dan para
pengikutnya.
Berita telah sampai kepada
pemerintah al-Ahsa bahawa Muhammad bin `Abd al-Wahhab menyebarkan
pendapat dan bid`ahnya, dan pemerintah `Uyainah menyokongnya. Beliau
telah mengirimkan suatu surat peringatan dan ancaman kepada pemerintah
`Uyainah. Pemerintah `Uyainah kemudian memanggil Muhammad dan
memberitahunya bahawa dia enggan membantunya. Ibn `Abd al-Wahhab berkata
kepadanya: Sekiranya engkau membantuku dalam dakwah ini, engkau akan
menguasai seluruh Najd. Pemerintah tersebut menyingkirkannya dan
memerintahkannya meninggalkan `Uyainah dengan cara mengusirnya pada
tahun 1160H/1747M.
Pada tahun itu,
Muhammad keluar dari `Uyainah ke Dar`iyyah di Najd yang diperintah oleh
Muhammad bin Sa`ud (m.1179H/1765M) yang kemudian mengunjungi, memuliakan
dan menjanjikan kebaikan kepadanya. Sebagai balasannya, Ibn `Abd
al-Wahhab memberikan kabar gembira kepadanya dengan jaminan penguasaan
Najd keseluruhannya. Dengan cara itu, suatu perjanjian dimeterai.[
Al-Alusi, Tarikh Najd, h.111-113]. Penduduk Dar`iyyah mendukungnya
sehingga akhirnya Muhammad ibn `Abd al-Wahhab dan Muhammad bin Sa`ud
menyetujui perjanjian itu(`aqd al-Ittifaqiyyah).
Ibn
Basyr al-Najdi yang dipetik oleh al-Alusi mengatakan: Penduduk
Dar`iyyah pada masa itu dalam keadaan sangat menderita dan kepayahan,
mereka lalu berusaha untuk memenuhi kehidupan mereka . Aku lihat
kesempitan hidup mereka pada kali pertama tetapi kemudian aku lihat
al-Dar`iyyah selepas itu - pada zaman Sa`ud, penduduknya memiliki harta
yang banyak dan senjata disaluti emas, perak, kuda yang baik, para
bangsawan, pakaian mewah dsb,i daripada sumber-sumber kekayaan
sehinggakan lidah kelu untuk berkata-kata dan gambaran secara terperinci
tidak mampu diuraikan.
Aku lihat tempat
orang ramai pada hari itu, di tempat dikenali al-Batin - aku lihat
kumpulan lelaki di satu pihak dan wanita di satu pihak lagi, aku lihat
emas, perak, senjata, unta, kuda, pakaian mewah dan semua makanan tidak
mungkin dapat digambarkan dan tempat itu pula sejauh mata memandang, aku
dengar hiruk-pikuk suara-suara penjual dan pembeli .[Salah seorang
pengarang `Uthmaniyyah menceritakannya dalam kitabnya, Tarikh Baghdad,
h.152 tentang permulaan hubungan di antara Muhammad bin `Abd al-Wahhab
dan keturunan Sa`ud dengan cara yang berbeda tetapi kelihatan sama
dengan apa yang diceritakan]
Harta yang
banyak itu tidak diketahui datang dari mana, dan Ibn Basyr al-Najdi
sendiri tidak menceritakan sumber harta kekayaan yang banyak itu tetapi
berdasarkan fakta-fakta sejarah, Ibn `Abd al-Wahhab memperolehinya
daripada serangan dan serbuan yang dilakukannya bersama-sama para
pengikutnya terhadap kabilah2 dan kota2 yang kemudian meninggalkannya
untuknya. Ibn `Abd al-Wahhab merampas harta kekayaan itu dan
membagi-bagikan kepada penduduk Dar`iyyah.
Ibn
`Abd al-Wahhab mengikuti kaedah khusus dalam pembagian harta rampasan
yang dirampasbnya dari kaum muslimin . Ada kalanya, dia membagikannya
hanya kepada 2 atau 3 orang pengikutnya. Amir Najd menerima bagian
daripada ghanimah itu dengan persetujuan Muhammad bin `Abd al-Wahhab
sendiri. Ibn `Abd al-Wahhab melakukan perbuatan yang buruk terhadap umat
Islam yang tidak tunduk kepada hawa nafsu dan pendapatnya dan disamakan
dengan kafir harbi dan dia menghalalkan harta mereka.
Ringkasnya,
Muhammad ibn `Abd al-Wahhab kelihatan menyeru kepada agama Tawhid
tetapi tawhid sesat ciptaannya sendiri, dan bukannya tawhid menurut
seruan al-Quran dan al-Hadist. Siapa yang tunduk (kepada tawhidnya) akan
terpelihara diri dan hartanya dan sesiapa yang menolak dianggap kafir
harbi (yang perlu diperangi) darah dan hartanya halal.
Dengan
alasan inilah, golongan Wahhabi menguasai medan peperangan di Najd dan
kawasan2 di luarnya seperti Yaman, Hijaz, sekitar Syria dan `Iraq.
Mereka mengaut keuntungan yang berlimpah daripada kota2yang mereka
kuasai menurut kemauan dan kehendak mereka, dan jika mereka bisa
menghimpunkan kawasan2 itu ke dalam kekuasaan dan kehendak mereka,
mereka akan lakukan semua itu, tetapi jika sebaliknya mereka hanya
datang untuk merampas harta kekayaan saja.[ Tarikh Mamlakah
al-`Arabiyyah al-Sa`udiyyah, Vol. I, h..51].
Ibn
Wahab memerintahkan orang2 yang cenderung mengikuti dakwahnya supaya
memberikan bai`ah dan orang-orang yang enggan wajib dibunuh dan
dibagi-bagikan hartanya. Oleh kerana itu, dalam proses membuang dan
mengasingkan penduduk kampung di sekitar al-Ahsa untuk mendapatkan
bai`ah itu, mereka telah menyerang dan membunuh 300 orang dan merampas
harta -harta mereka.[ Tarikh Mamlakah al-`Arabiyyah al-Sa`udiyyah, Vol.
I, h..51].
Bagi Muhamad bin Abdul Wahhab,
situasi dan kondisi amat mendukung baginya untuk menyebarkan
pemikiran-pemikirannya yang beracun ke tengah ummat. Karena kebodohan
dan kebuta-hurufan menghinggapi seluruh kawasan Najd kala itu. Di
samping itu, penguasa Ali Su'ud (keluarga Su'ud) membantu penyebaran
dakwahnya dengan pedang. Dengan faktor-faktor inilah mereka memaksa
manusia untuk berpegang kepada ajaran Wahabi, dan jika tidak, mereka
akan mencapnya dengan label kufur dan syirik, serta menghalalkan harta
dan darahnya. Mereka melakukan pembenaran atas tindakannya itu melalui
sejumlah keyakinan rusak, dengan label "tauhid yang benar". Muhammad bin
Abdul Wahhab memulai pembicaraannya tentang tauhid sebagai berikut:
"Tauhid
ada dua macam: Tauhid rububiyyah dan tauhid uluhiyyah. Adapun mengenai
tauhid rububiyyah, baik orang Muslim maupun orang kafir mengakui itu.
Adapun tauhid uluhiyyah, dialah yang menjadi pembeda antara kekufuran
dan Islam. Hendaknya setiap Muslim dapat membedakan antara kedua jenis
tauhid ini, dan mengetahui bahwa orang-orang kafir tidak mengingkari
Allah SWT sebagai Pencipta, Pemberi rezeki dan Pengatur. Allah SWT
berfirman,
'Katakanlah, 'Siapakah yang
memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa
(menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari
yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?' Maka katakanlah,
'Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?' (QS. Yunus: 31)
'Dan
sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, 'Siapakah yang
menjadikan langit dan buini dan menundukkan matahari dan bulan? 'Tentu
mereka akan menjawab, 'Allah', maka betapakah mereka dapat dipalingkan
(dari jalan yang benar).' (QS. al-'Ankabut: 61)
Jika
telah terbukti bagi Anda bahwa orang-orang kafir mengakui yang demikian,
niscaya Anda mengetahui bahwa perkataan Anda yang mengatakan
"Sesungguhnya tidak ada yang menciptakan dan tidak ada yang memberi
rezeki kecuali Allah, serta tidak ada yang mengatur urusan kecuali
Allah", tidaklah menjadikan diri anda seorang Muslim sampai Anda
mengatakan, 'Tidak ada Tuhan selain Allah' dengan disertai melaksanakan
artinya."[ Fi 'Aqa'id al-Islam, Muhammad bin Abdul Wahhab, hal 38]
Dengan
pemahaman yang sederhana ini, yang tidak timbul melainkan dari
kebodohan akan hikmah dan ayat-ayat Allah SWT, dia mengkafirkan seluruh
masyarakat dengan mengatakan, "Sesungguh-nya orang-orang musyrik jaman
kita —yaitu orang-orang Muslim— lebih keras kemusyrikannya
dibandingkan orang-orang musyrik yang pertama. Karena, orang-orang
musyrik jaman dahulu, mereka hanya menyekutukan Allah di saat lapang,
sementara di saat genting mereka mentauhidkan-Nya. Hal ini sebagaimana
firman Allah SWT yang berbunyi, 'Maka apabila mereka naik kapal mereka
berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala
Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali)
mempersekutukan (Allah)."'[Risalah Arba'ah Qawa'id, Muhammad bin Abdul
Wahhab, hal 4]
Setiap orang yang bertawassul kepada
Rasulullah saw dan para Ahlul Baitnya, atau menziarahi kuburan mereka,
maka dia itu kafir dan musyrik; dan bahkan kemusyrikannya jauh lebih
besar daripada kemusyrikan para penyembah Lata, 'Uzza, Mana dan Hubal.
Di bawah naungan keyakinan inilah mereka membunuh orang-orang Muslim
yang tidak berdosa dan merampas harta benda mereka. Adapun slogan yang
sering mereka kumandangkan ialah, masuklah ke dalam ajaran Wahabi! dan
jika tidak, niscaya Anda terbunuh, istri Anda menjadi janda, dan anak
Anda menjadi yatim.
Kritikan dan Bantahan Daripada Adiknya Sendiri
Saudaranya
yang bernama Sulaiman bin Abdul Wahhab membantahnya di dalam kitabnya
yang berjudul ash-Shawa'iq al-Ilahiyyah fi ar-Radd 'ala al-Wahabiyyah,
"Sejak jaman sebelum Imam Ahmad bin Hanbal, yaitu pada jaman para imam
Islam, belum pernah ada yang meriwayatkan bahwa seorang imam kaum
Muslimin mengkafirkan mereka, mengatakan mereka murtad dan memerintahkan
untuk memerangi mereka. Belum pernah ada seorang pun dari para imam
kaum Muslimin yang menamakan negeri kaum Muslimin sebagai negeri syirik
dan negeri perang, sebagaimana yang Anda katakan sekarang. Bahkan lebih
jauh lagi, Anda mengkafirkan orang yang tidak mengkafirkan
perbuatan-perbuatan ini, meskipun dia tidak melakukannya. Kurang lebih
telah berjalan delapan ratus tahun atas para imam kaum Muslimin, namun
demikian tidak ada seorang pun dari para ulama kaum Muslimin yang
meriwayatkan bahwa mereka (para imam kaum Muslimin) mengkafirkan orang
Muslim.
Demi Allah, keharusan dari perkataan Anda
ini ialah Anda mengatakan bahwa seluruh umat setelah jaman Ahmad semoga
rahmat Allah tercurah atasnya baik para ulamanya, para penguasanya dan
masyarakatnya, semua mereka itu kafir dan murtad. ”Inna lillahi wa inna
ilaihi raji'un."[ Risalah Arba'ah Qawa'id, Muhammad bin Abdul Wahhab,
hal 4].
Syeikh Sulaiman bin Abdul Wahhab juga berkata
di dalam halaman 4, "Hari ini umat mendapat musibah dengan orang yang
menisbahkan dirinya kepada Al-Qur'an dan sunnah, menggali ilmu keduanya,
namun tidak mempedulikan orang yang menentangnya. Jika dia diminta
untuk memperlihatkan perkataannya kepada ahli ilmu, dia tidak akan
me-lakukannya. Bahkan, dia mengharuskan manusia untuk menerima
per-kataan dan pemahamannya. Barangsiapa yang menentangnya, maka dalam
pandangannya orang itu seorang yang kafir. Demi Allah, pada dirinya
tidak ada satu pun sifat seorang ahli ijtihad. Namun demikian, begitu
mudahnya perkataannya menipu orang-orang yang bodoh. Inna lillahi wa
inna ilaihi raji'un. Ya Allah, berilah petunjuk orang yang sesat ini,
dan kembalikanlah dia kepada kebenaran."
Akhirnya Ibn
Wahab meninggal dunia pada tahun 1206H/1791M tetapi para pengikutnya
telah meneruskan mazhabnya dan menghidupkan bid`ah dan kesesatannya
kembali.
Wahabi Menyerang dan Membunuh Umat Islam Di Karbala
Pada
tahun 1216H/1801M, al-Amir Sa`ud al-Wahhabi mempersiapkan tentera yang
besar terdiri daripada 20 000 orang dan melakukan serangan ganas ke atas
kota suci Karbala di `Iraq.
Karbala tempat cucu nabi
saw yaitu Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib dimakamkan dan merupakan
sebuah kota suci dihiasi dengan kemasyhuran dan ketenangan di hati umat
Islam. Tentera Wahhabi mengepung dan memasuki kota itu dengan melakukan
pembunuhan, rampasan, runtuhan dan kebinasaan. Wahhabi telah melakukan
keganasan dan kekejaman di kota Karbala’ dengan perbuatan yang tidak
mengenal batas prikemanusiaan dan tidak mungkin dapat dibayangkan.
Mereka telah membunuh 5000 orang Islam atau bahkan lebih lagi, hingga
disebutkan dalam sejarah mencapai 20 000 orang.
Ketika
al-Amir Sa`ud menghentikan perbuatan keji dan kejamnya di sana, dia
telah merampas banyak harta. Setelah melakukan keganasan yang cukup
menjijikkan ini, dia kemudian menakluki Karbala untuk dirinya sehingga
para penyair menyusun qasidah-qasidah penuh dengan rintihan, keluhan dan
dukacita mereka.
Wahhabi 12 tahun kembali membuat
serangan ke atas kota Karbala dan kawasan sekitarnya, termasuk Najaf.
Mereka kembali sebagai perampas, penyamun dan pencuri pada tahun
1216H/1801M.
Kritikan dan Penentangan Sayyid Muhammad Jawwad Terhadap Wahabi
Al-`Allamah al-Marhum al-Sayyid Muhammad Jawwad al-`Amili mengatakan:[12][13]
Allah
telah menentukan dan menetapkan dengan kebesaran dan keihsanan-Nya dan
juga dengan berkah Muhammad saw, untuk melengkapkan bab ini pada kitab
Miftah al-Karamah, selepas tengah malam 9 Ramadan al-mubarak tahun
1225H/1810M - menurut catatan penyusunnya . dengan kekacauan fikiran dan
kecelaruan keadaan, orang-orang `Arab dikelilingi oleh orang-orang dari
`Unaizah al-Wahhabi al-Khariji di al-Najaf al-Asyraf dan masyhad
al-Imam al-Husayn r.a - mereka telah memintas jalan dan merampas hak
milik para penziarah al-Husayn r.a . Mereka membunuh sebagian besar
daripadanya, terdiri daripada orang-orang `Ajam, sekitar kuranng lebih
150 orang
Jelaslah, bahawa tawhid yang diserukan
oleh Muhammad bin `Abd al-Wahhab dan kelompoknya adalah dengan darah dan
harta orang yang menentang dakwah mereka,.
Al-Alusi
dalam penjelasannya tentang Wahhabi mengatakan: Mereka menerima hadist2
yang datang dari Rasulullah saw bahwa Allah turun ke langit dunia dan
berkata: Adakah orang-orang yang ingin memohon keampunan?. Dan dia
mengatakan: Mereka mengakui bahawa Allah ta`ala datang pada hari
Qiyamat sebagaimana kata-Nya: dan pada hari itu diperlihatkan neraka
Jahannam, dan pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna
lagi mengingat itu baginya (al-Fajr (89): 23) dan sesungguhnya Allah
menghampiri makhluk-Nya menurut kehendak-Nya seperti yang disebutkan:
dan Kami lebih hampir kepadanya daripada urat lehernya (Qaf (50): 16).
Dapat
dilihat dalam kitab al-Radd `ala al-Akhnai oleh Ibn Taimiyyah bahwa dia
menganggap hadist2 yang diriwayatkan tentang kelebihan ziarah
Rasulullah saw sebagai hadith mawdu` (palsu). Dia juga turut menjelaskan
orang yang berpegang kepada akidah bahawa Nabi masih hidup walaupun
sesudah mati seperti kehidupannya semasa baginda masih hidup, dia telah
melakukan dosa yang besar. Inilah juga yang diiktiqadkan oleh Muhammad
bin `Abd al-Wahhab dan para pengikutnya, bahkan mereka menambahkan
pemalsuan dan kebatilan Ibn Taimiyyah tersebut.
Para
pengikut akidah Wahhabi yang batil memberikan tanggapan kepada para
pengkaji yang melakukan penyelidikan mengenai Islam meneliti kitab-kitab
mereka hingga menyebabkan mereka akhirnya beranggapan bahwa Islam
adalah agama yang kaku, beku, terbatas dan tidak dapat beradaptasi pada
setiap masa dan zaman.
Kritikan Orientalis Terhadap Wahabi
Lothrop
Stodard berkebangsaan Amerika mengatakan: Kesan dari semua itu,
kritikan2 telah timbul karena ulah Wahhabi berpegang kepada dalil
tersebut dalam ucapan mereka hingga dikatakan bahawa Islam dari segi
jawhar dan tabiatnya tidak mampu lagi berhadapan dengan perubahan
menurut kehendak dan tuntutan zaman, tidak dapat berjalan seiringan
dengan keadaan kemajuan dan proses perubahan serta tidak lagi mempunyai
kesatuan dalam perkembangan kemajuan zaman dan perubahan masa ..[ 15
Hadir al-`Alam al-Islami, Vol.I, h.264].
Penentangan Ulama Hanbali Atas Wahabi
Para
ulama al-Hanbali memberontak terhadap Muhammad bin `Abd al-Wahhab dan
mengeluarkan hukum bahwa akidahnya adalah sesat, menyeleweng dan batil .
Tokoh pertama yang mengumumkan penentangan terhadapnya adalah bapaknya
sendiri, al-Syaikh `Abd al-Wahhab, diikuti oleh saudaranya, al-Syaikh
Sulayman. Kedua-duanya adalah daripada mazhab al-Hanabilah. Al-Syaikh
Sulayman menulis kitab yang berjudul al-Sawa`iq al-Ilahiyyah fi al-Radd
`ala al-Wahhabiyyah untuk menentang dan memeranginya. Di samping itu
tantangan juga datang dari sepupunya, `Abdullah bin Husayn.
Mufti
Makkah, Zaini Dahlan mengatakan: `Abd al-Wahhab, bapak Muhammad bin
abdul wahab adalah seorang yang salih dan merupakan seorang tokoh ahli
ilmu, begitulah juga dengan al-Syaikh Sulayman. Al-Syaikh `Abd al-Wahhab
dan al-Syaikh Sulayman, kedua-duanya dari awal ketika Muhammad
mengikuti pengajarannya di Madinah al-Munawwarah telah mengetahui
pendapat dan pemikiran Muhammad yang meragukan. Kedua-duanya telah
mengkritik dan mencela pendapatnya dan mereka berdua turut
memperingatkan orang ramai mengenai bahayanya pemikiran Muhammad.[ Zaini
Dahlan, al-Futuhat al-Islamiyah, Vol. 2, h.357.]
Dalam
keterangan Zaini Dahlan yang lain dikatakan bahawa bapaknya `Abd
al-Wahhab, saudaranya Sulayman dan guru-gurunya telah dapat mengenali
tanda2 penyelewengan agama (ilhad) dalam dirinya yang didasarkan kepada
perkataan, perbuatan dan tentangan Muhammad bin abd wahab terhadap
banyak persoalan agama. [ Zaini Dahlan, al-Futuhat al-Islamiyah, Vol. 2,
h.357.]
`Abbas Mahmud al-`Aqqad al-Misri
mengatakan: Orang yang paling kuat menentang adalah saudaranya sendiri
yaitu , al-Syaikh Sulayman, penulis kitab al-Sawa`iq al-Ilahiyyah.
Beliau tidak mengakui saudaranya itu mencapai kedudukan berijtihad dan
mampu memahami al-Kitab dan al-Sunnah. Al-Syaikh Sulayman berpendapat
bahwa para Imam yang lalu, generasi demi generasi tidak pernah
mengkafirkan ashab bid`ah, dalam hal ini tidak pernah timbul persoalan
kufur sehingga timbulnya ketetapan mewajibkan mereka memisahkan diri
daripadanya dan sehingga diharuskan pula memeranginya kerana alasan
tersebut.
Al-Syaikh Sulayman berkata lagi bahawa:
Sesungguhnya perkara-perkara itu berlaku sebelum zaman al-Imam Ahmad
bin Hanbal yaitu pada zaman para Imam Islam, dia mengingkarinya manakala
ada di antara mereka juga mengingkarinya, keadaan itu berterusan
sehingga dunia Islam meluas. Semua perbuatan itu dilakukan orang-orang
yang kamu kafirkan mereka kerananya, dan tiada seorang pun daripada para
Imam Islam yang menceritakan bahawa mereka mengkafirkan (seseorang)
dengan sebab-sebab tersebut. Mereka tidak pernah mengatakan seseorang
itu murtad, dan mereka juga tidak pernah menyuruh berjihad menentangnya.
Mereka tidak menamakan negara-negara orang Islam sebagai negara syirik
dan perang sebagaimana yang kamu katakan, bahkan kamu sanggup
mengkafirkan orang yang tidak kafir kerana alasan-alasan ini meskipun
kamu sendiri tidak melakukannya. [ Al-Islam fi al-Qarn al-`Isyrin,
h.108-109.]
Jelaslah bahwa Muhammad bin `Abd
al-Wahhab bukan saja sengaja mengada-adakan bid`ah dalam pendapat dan
pemikirannya, bahkan beberapa abad sebelumnya, pendapat dan pemikiran
seperti itu telah pun didahului oleh Ibn Taimiyyah al-Harrani dan
muridnya, Ibn al-Qayyim al-Jawzi dan tokoh-tokoh seperti mereka berdua.
Kemudian
Muhammad bin `Abd al-Wahhab datang dengan membawa pemikiran Ibn
Taimiyyah dan bersekongkol pula dengan keluarga Sa`ud dan salig
mendukung di antara mereka dari segi pemerintahan dan keislaman. Di
Najd, kesesatan telah tersebar dan faham al-Wahhabiyyah merebak ke
seluruh pelosok tempat ibarat penyakit kangker (al-saratan) dalam tubuh
badan manusia.
Dia menipu kebanyakan umat manusia,
mazhab mereka mengatas namakan Tawhid dengan menjatuhkan hukuman ke atas
Ahl al-Tawhid, menumpahkan darah umat Islam dengan alasan jihad
menentang golongan musyrikin. Sehingga menyebabkan beribu-ribu orang
manusia, lelaki dan wanita, kecil dan besar menjadi mangsa bid`ah mereka
yang sesat. Ia turut juga menyebabkan perselisihan (khilaf) yang sempit
semakin membesar dan menjadi-jadi di kalangan umat Islam. Musibah itu
akhirnya sampai ke kepuncaknya dengan jatuhnya dua buah kota suci,
Makkah al-Mukarramah dan Madinah al-Munawwarah.
Penduduk
Najd bermazhab Wahhabi memperolehi bantuan dan pertolongan Inggeris
yang ingin melihat perpecahan negara Islam. Mereka dengan secara sengaja
berusaha menghapuskan segala kesan dan tinggalan Islam di kota-kota
Makkah dan Madinah dengan memusnahkan kubur para wali (awliya) Allah,
mencemarkan kehormatan kerabat / keluarga Rasulullah saw(Aal Rasulillah)
dan lain-lain dengan perbuatan2 yang tidak senonoh untuk mengoncangkan
hati dan perasaan umat Islam.
Sebagian ahli sejarah
menyebutkan: Kemunculan secara tiba-tiba mazhab Wahhabi dan sewaktu
mereka memegang kekuasaan di Makkah, operasi pemusnahan secara
besar-besaran telah dilakukan oleh mereka dengan memusnahkan pertamanya,
apa sahaja yang ada di al-Mu`alla, sebuah kawasan perkuburan Quraisy
yang terdiri daripada kubah-kubah (qubbah) yang begitu banyak,
termasuklah kubah-kubah Sayyidina `Abd al-Muttalib, datuk Nabi saw,
Sayyidina Abi Talib, al-Sayyidah Khadijah sebagaimana yang telah mereka
lakukan kepada kubah-kubah tempat kelahiran Nabi saw, Abu Bakr dan
al-Imam `Ali.
Mereka juga turut memusnahkan kubah
zamzam dan kubah-kubah lain di sekitar Ka`bah, seterusnya diikuti oleh
kawasan-kawasan lain yang mempunyai kesan dan peninggalan orang-orang
salih. Semasa mereka melakukan pemusnahan itu, mereka membuang kotoran
sambil memukul gendang (al-tubul) dan menyanyi dengan mengeluarkan
kata-kata mencaci dan menghina kubur-kubur ... sehingga dikatakan
sebahagian daripada mereka sanggup kencing di atas kubur-kubur para
salihin tersebut.[ Takmilah al-Sayf al-Sayqal, h.190, untuk penelitian
selanjutnya, lihat: Al-Jabarti, Kasyf al-Irtiyab, h.40.]
Sejarah
mencatat salah satu jasa NU yang paling besar ialah ketika dunia
digoncangkan oleh berdirinya al-Mamlakah al-Arabiyyah al-Sadiyyah.
Seorang Gubernur Najd yang namanya Muhammad bin Su`ud dengan Muhammad
bin Abdul Wahab mendeklarasikan berdirinya kerajaan Saudi Arabia,
memisahkan diri dari kekuasaan sentral Khalifah Usmani di Turki,
kemudian mereka menang di Timur, lantas mengadakan ekspansi ke Barat,
masuk ke Mekkah.
Usaha Ulama Indonesia Menghalang Kerakusan Wahabi Memusnahkan Makam Rasulullah s.a.w.
Setelah
menguasai Mekkah, orang Najd itu membikin goncangan terhadap dunia
Islam yaitu pertama, rumah Abdul Muthalib dijadikan WC, rumahnya Abu
Thalib dijadikan kandang khimar, kuburan di Ma`la diratakan dengan
tanah, tidak pandang bulu Sayyidah Khadijah, Abdullah bin Zubair dan
lain sebagainya. Selesai di Mekkah, kemudian pindah ke Madinah, kuburan
di Baqi, 15 ribu sahabat diratakan dengan tanah, sampai sekarang kita
pun tidak bisa cari mana satu persatu, hanya kira-kira saja. Terakhir
tinggal makam Rasulullah saw. bersama Abu Bakar Ra. dan Umar Ra., itu
pun akan dibongkar.
Dari situ KH.Wahab Hasbullah dan
teman-temannya terpanggil untuk membentuk yang dinamakan Komite Hijaz.
Berangkatlah tiga orang, Kiai Wahab, Kiai Fathurrahman, dan H. Hasan
Dipo. Sampai di Jeddah, diterima oleh Raja Abdul Aziz, dan Kiai Wahab
memohon atas nama umat Islam negeri jauh agar pemerintah Saudi Arabia
tidak membongkar Makam Rasulullah Saw. beserta Abu Bakar dan Umar.
Kedua, hendaknya Pemerintah Saudi Arabia memberi kebebasan kepada dluyÃf
al-rahman selama di Mekkah-Madinah, baik haji atau umrah, melaksanakan
ibadahnya sesuai dengan mazhabnya masing-masing. Dan oleh Raja Abdul
Aziz, semua permohonan itu dikabulkan. Sehingga sampai sekarang makam
Rasul, Abu Bakar dan Umar masih ada.
Keluhan Daripada Seorang Ulama Ahli Sunnah
Al-`Allamah al-Sayyid Sadr al-Din al-Sadr mengatakan:
Demi
usia hidupku, sesungguhnya al-Baqi` telah menerima nasib yang sangat
malang, kerana hati2 yang kecewa, mengikuti nafsu dan berperangai
kebudak-budakan, maka berlakulah pencetus kepada segala kecelakaan,
apabila tiada lagi kedamaian. Bagi umat Islam kepada Allah diadukan, hak
Nabi-Nya yang telah memberikan petunjuk dan syafaat.
Celakalah
anak cucu Yahudi dengan perbuatan tidak senonoh yang mereka lakukan,
mereka tidak mendapat apa-apa daripadanya dengan membongkarkan harim
Muhammad saw dan keluarganya . Neraka wail untuk mereka dengan apa yang
mereka tentang terhadap orang-orang yang kuat. Mereka musnahkan kubur
orang-orang salih dengan perasaan benci mereka. Hindarkanlah daripada
mereka karena sesungguhnya mereka membenci orang-orang yang terpilih (di
sisi Allah).
Nabi Muhammad saw pernah bersabda
bahwa: Apabila sesuatu bid`ah itu muncul di kalangan umatku, maka
orang-orang alim hendaklah memperlihatkan dan menyampaikan ilmu mereka
kerana kalau mereka tidak melakukannya, laknat Allah akan ditimpakan ke
atas mereka.
Rasulullah saw juga bersabda: Apabila
bid`ah timbul dan orang-orang yang terkemudian daripada umat ini
melaknat orang-orang yang terdahulu, maka barang siapa yang memiliki
keilmuan, maka hendaklah menyampaikannya. Sesungguhnya orang yang
menyembunyikan keilmuannya pada hari itu seumpama orang yang
menyembunyikan apa yang diturunkan Allah kepada Muhammad.
Para
Siddiqin r.a dari keluarga Rasulullah saw mengatakan bahwa: Apabila
bid`ah lahir, maka orang alim hendaklah menzahirkan keilmuannya,
sekiranya dia tidak berbuat demikian, cahaya keimanan (Nur al-Iman) akan
hilang.
Kesimpulan
Atas dasar
inilah Sunni telah bangkit menentang serangan mazhab Wahhabi. Mereka
telah menulis, menerbitkan kitab2 dan menjelaskan keburukan dan
kejahatan tokoh2 Wahabi yang berusaha untuk merealisasikan cita2 dan
harapan penjajah Inggeris.
Kitab pertama yang
ditulis untuk menolak dan menentang fahaman Muhammad ibn `Abd al-Wahhab
ialah al-Sawa`iq al-Ilahiyyah fi al-Radd `ala al-Wahhabiyyah yang
ditulis oleh al-Syaikh Sulayman, iaitu saudara kepada Muhammad sendiri.
Pada
zaman itu, golongan Wahhabi telah meningkatkan serangan mereka yang
merusakkan dan berbahaya terhadap Islam. Dan pengikutnya meneruskan
penentangan dan peperangan yang didalangi oleh keluarga Sa`ud dengan
bantuan daripada hasil keuntungan minyak mereka. Pemerintahan kesultanan
Sa`udi telah memperuntukkan sejumlah besar hasil keuntungan minyak
mereka untuk menyebarkan dan mengembangkan mazhab ciptaan penjajah
Inggeris ini di kalangan orang Islam. Kalaulah tidak karena kekayaan
yang besar itu tentulah mazhab Wahhabi tidak akan dapat bertahan hingga
hari ini.
Kelihatan bahwa unsur-unsur penjajahan
(al-isti`mar) Inggeris begitu jelas menerusi mazhab tersebut dan mereka
mengambilnya sebagai cara yang terbaik untuk mewujudkan perpecahan,
persengketaan, permusuhan, perselisihan dan pertentangan di kalangan
umat Islam sendiri. Mazhab tersebut juga turut memperkuatkan dan
memperkukuhkan matlamat penjajahan Inggeris dengan mengada-adakan fitnah
di kalangan umat Islam seperti menuduh orang-orang Islam yang lain
sebagai fasiq, kafir , musyrik , mubtadi, dsb.
Umat
Islam yang tidak prihatin dan mempunyai pemikiran yang cetek dengan
mudah diperdayakan oleh mereka sehingga akhirnya mereka secara sadar
atau tidak, turut membantu usaha2 mazhab Wahhabi dan Inggeris. Bahkan
melaksanakannya dalam kehidupan mereka menerusi perbuatan dan tindakan
biadab terhadap umat Islam lain yang dianggap sebagai lawan2 mereka.
Keadaan yang berlanjutan ini menyebabkan umat Islam menjadi lemah dan
mudah dipermainkan oleh musuh2 Islam yang bertopeng Islam.
Sekian Semoga Berkesan,
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh (khusus selain wahabi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar