Bharatayudha, Perang 18 hari dengan korban 9.539.050 Jiwa
https://www.kaskus.co.id/thread/5136cbf9e374b49059000003/bharatayudha-perang-18-hari-dengan-korban-9539050-jiwa/
BHARATAYUDHA
Kakawi n Bharata Yudha, buah karya Pujangga Besar Empu Sedahdan Empu Panuluh,
yang diselesaikan pada tahun 1157 Masehi pada Zaman Jayabaya di Kediri
itu, hingga sekarang masih tetap menjadi pusat perhatian kaum cerdik
cendikiawan dan para sarjana dari luar maupun dalam negeri yang ingin
memperdalam bahasa serta kesusasteraan Jawa. Isi kaka win tersebut,
menceritakan perangnya keluarga Pandawa melawan Kurawa.
Karena kedua belah pihak masih darah daging, yaitu rumpun Bharata Yudha. Kakimpoi tersebut termasuk kitab Jawa Kuna disusun dengan sekar ( puisi ) dan( digubah berdasarkan kitab Maha Bharata ) yang dikalangan masyarakat Jawa juga dikenal sebagai kitab Astadasa Parwa ( 18 ) terdiri dari 18 parwa atau bagian.
Karena buku itu memuat cerita perang, maka isinya untuk sebagian besar adalah soal pertempuran, dengan korban-korban berguguran. Kecuali Kakawi n Bharata Yudha sendiri , juga kitab Jawa yang bernama Adi Parwa menyebutkan, bahwa perang besar itu hanyalh berlangsung 18 malam saja. Meskipun demikian menurut cerita itu , korban yang jatuh bukan main besarnya, yaitu 9.539.050 jiwa belum termasuk para panglima perang ( senapati ) serta korban yang berujud binatang-binatang pembantu perang seperti gajah, kuda dan sebagainya, menurut kata-kata aslinya jumlah itu ialah : Sangang yuta limang keti, tigang leksa sangan ewu langkung seket.
Pertempuran yang terlama 10 hari, yang tersingkat setengah hari saja. Tadi telah disebutkan, bahwa Kakawi n itu menggubah parwa-parwa atau bagian.
Krisna dan Arjuna saat Perang Bharatayudha
EPISODE DALAM BHARATAYUDHA
1. Udyoga
--
parwa, babakan ini menceritakan ketika prabu Kresna, penasehat agung
Pandawa, melaksanakan tugasnya sebagai Duta Besar Luar Biasa dan
berkuasa penuh untuk menyodorkan CLAIM atas negara Astina kepada sang
Kurupati benggol Kurawa yang menduduki negara tersebut.
2. Bhisma
–
Parwa, menceritakan ketika Resi ( Pandita ) Bhisma maju memimpin
peperangan sebagai panglima besar dari tentara Kurawa. Babakan perang
ini berlangsung 10 hari ( jadi lebih dari separo lamanya dari perang
Bharata Yudha itu sendiri ). Akhirnya pandita tersebut gugur karena
panah Srikandi, seorang perwira wanita.
3. Drona
–
parwa, mennceritakan waktu Pandita Drona, penasehat Kurawa memimpin
pertempuran sebagai panglima tentara Kurawa. Ia gugur pula, putus
lehernya oleh Sang Drestadyumna. Lamanya pertempuran ini 5 hari.
4. Karna
–
Parwa, menceritakan waktu Sang Karna, panglima perang tertinggi tentara
Kurawa maju perang meminpin dan memegang sendiri komando pertempuran.
Lama pertempuran hanya 2 hari saja dengan berakhir gugurnya sang Karna
karena kesaktian Sang Arjuna.
5. Salya
–
Parwa, menceritakan ketika Sang Salya, sesepuh Kurawa meminpin
pertempuran. Pertempuran hanya berlangsung setengah hari saja dengan
berakhir gugurnya sang Salya oleh Puntadewa dengan ajimat
Kalimahosadhanya.
6. Gada
–
Parwa, mengkisahkan waktu Sang Duryudana bertempur melawan Sang Bima.
Duryudana menemui kekalahannya karena kena pukul pada betisnya oleh Bima
dengan gada yang dinamakan Lohitamuka. Gada ini beratnya bukan alang
kepalang karena berkepalakan besi massif. Dalam cerita wayang gada ini
sangat terkenal yang oleh Ki Dalang disebut gada “ Rujak Polo “ ( polo
artinya otak ). Meskipun Duryudana telah remuk dan cacad, tetapi ia
tidak juga mati. Ia telah bersumpah, sebelum mati akan membersihkan
telapak kakinya pada kepala-kepala para Pandwa ( kesed )
7. Sauptika
–
parwa, mengkisahkan ketika Aswatama bersama resi Krepa dan Kartamarma
sebagai orang-orang Kurawa yang telah kehilangan akal, melakukan
serangan pembalasan secara pengecut dengan meninggalkan aturan umum
pertempuran. Dengan muslihatnya yang licik itu pada suatu malam mereka
telah merunduk ke perkemahan Pandawa dan berhasil membunuh dengan cara
yang tidak ksatria perwira-perwira Pandawa serta kelima putra Yudhistira
sesepuh Pandawa. Sebagaimana diketahui, malam itu para Pandawa bersam
Kresna sedang melakukan anjangsana kedesa-desa. Mereka meninggalkan
perkemahan dengan hati yang resah karena memikirkan sumpah Duryudana
tadi.
YUDISTIRA -SAMIAJI-PUNTADEWA
RAJA PANDAWA
Sejarah yudhistira
https://celotehdjaeman.wordpress.com/2011/11/08/sejarah-yudhistira/
yudhistira
adalah sulung Pandawa. Putra Raja Hastinapura Pandu Dewanata dengan
permaisuri Dewi Kunti, putri kerajaan Mandura. Memiliki nama kecil
Samiaji. Dari kecil banyak mendapat ilmu kautaman dari ayahnya, Pandu.
Sejak kecil Samiaji belajar begitu banyak naskah-naskah kuno pustaka
negri Hastinapura. Perjalanan batin dan pencarian makna kehidupan
baginya, sudah dimulai sejak usia masih kanak-kanak. Sementara
adik-adiknya lebih tertarik kepada ilmu kanuragan dan menggembleng diri
mereka sehingga sakti mandraguna, Samiaji justru memperdalam ilmu
kautaman. Kesaktiannya hanya sebatas kesaktian rata-rata seorang
ksatria. Kepandaiannya memanah dan bermain pedang tidak begitu istimewa.
Tapi pemahamannya akan berserah diri sebagai makhluk ciptaan Sang
Pencipta, membuat segala pikiran, ucapan dan perilakunya seakan sejalan
dengan kehendak alam.
Dari sisi tafsir kisah Dunia Wayang secara kejawen, Samiaji dikenal
memiliki pemahaman yang begitu dalam akan makna ‘ngelmu suwung’. Dalam
terminologi Jawa, ‘suwung’ berarti sebuah rumah yang kosong. Tidak hanya
kosong ditinggal penghuninya, tapi juga kosong dari perabot dan segala
macam isi rumah. Ngelmu Suwung, adalah pengertian dimana sang empunya
bisa membawa diri pada pemahaman hidup bahwa dirinya tidak punya
apa-apa, karena pada dasarnya segala yang ada dan merasa dipunyai,
secara hakiki, adalah milik Sang Pencipta.
Sehingga sesuai analogi sebuah rumah kosong tadi, tempat kediaman
yang ‘suwung’ akan selalu bisa dan dengan mudah diisi dengan segala
macam hal. Rumah suwung akan lebih mudah menampung lebih banyak orang,
rumah suwung akan terlihat lebih mudah bila dibutuhkan untuk mengatur
alat-alat rumah tangga. Dilain pihak bila saja ada orang yang berniat
jahat, akan merampok, mencuri atau mengambil menguras isi rumah suwung,
ketika memasuki rumah maka sang jahat akan kecele karena mendapati bahwa
apa yang akan diambil tidak ada sama sekali.
‘Ngelmu Suwung’ membawa pengertian, bila saja ada orang yang
mengambil semua hal yang ada pada diri, maka si empunya tak akan pernah
merasa kehilangan, karena pada dasarnya yang ada pada dirinya hanya
sementara dan bukan miliknya secara mutlak. Pada saat yang sama si
‘ngelmu suwung’ akan selalu mengisi dirinya dengan segala macam rahasia
alam, dan tak pernah merasa dirinya penuh akan proses pembelajaran.
Gambaran ‘ngelmu suwung’ ini pertama diselami dalam kisahnya, oleh
Pandu, kemudian diajarkan kepada Samiaji, dan justru oleh Samiaji, makna
ilmu ini semakin didalami, dan hanya dialah satu-satunya yang bisa
memaknai begitu dalam dan mengamalkan ilmu ini secara sempurna.
Kemudian ketika kisah Dunia Wayang mengalami gubahan oleh para Wali.
Samiaji muda ini dikisahkan mendapat pusaka bernama Kalimasada. Yang
dimaksudkan menjadi sebuah simbol Kalimat Syahadat. Kalimasada adalah
akronim dari Kalimat Syahadat. Sebuah pusaka yang dikisahkan tidak
berwujud benda, tapi berwujud ilmu yang merasuk tidak hanya dalam
pikiran, tapi teresapi sampai ke dalam hati dan nurani yang paling
dalam. Sebuah keikhlasan yang berawal dari sikap tawadlu’ pada tingkat
pemahaman yang tinggi. Banyak kejadian dalam hidup Samiaji, atau ketika
dia sudah menjadi raja di Amarta, dan juga ketika menjadi raja di
Hastinapura paska perang besar Baratayudha, yang sebenarnya bila diurai
secara dalam bukanlah sesuatu yang serba kebetulan. Sebagian orang
melihat bahwa kejadian-kejadian itu adalah sebuah imbas dari kekuatan
pikiran dan hati yang luar biasa dari pengamalan Kalimasada.
Samiaji dilahirkan di istana Hastinapura. Tapi tidak seperti
kebanyakan putra mahkota istana yang justru menghamburkan waktunya pada
kesenangan dan memanjakan diri pada kehidupan istana, Samiaji lebih
banyak menyendiri, merenung, membaca dan berdiskusi tentang makna
kehidupan dengan ayahnya Pandu, atau dengan para seorang sesepuh
Hastina, Bisma Dewabrata misalnya, dan beberapa resi dan begawan
Hastinapura.
Sampai kemudian cobaan hidupnya dimulai. Sebuah proses pembelajaran
yang tidak hanya dari nasehat atau bacaan, tapi juga gemblengan nyata
atas perjalanan hidup yang menimpa dirinya. Berawal dari berita kematian
ayahnya Pandu, yang dibunuh oleh bangsa Dewa hanya karena
kesalahpahaman dan sebuah kecelakaan.
Cobaan yang kedua adalah ketika para sesepuh Hastinapura meragukan
kemampuannya yang memang masih beranjak dewasa, untuk menggantikan
mendiang ayahnya duduk di singgasana Hastinapura. Bisma yang seharusnya
paling berhak atas singgasana Hastinapura, tetap pada sumpahnya yang
tidak akan pernah duduk di tahta apa pun yang terjadi, sementara Arya
Widura, sang penasihat agung sekaligus adik Pandu lain ibu, tidaklah
memiliki garis keturunan langsung di kerabat kerajaan. Kesepakatan
sesepuh kemudian memanggil kembali Destarastra, kakak Pandu yang buta,
untuk pulang dari pengasingannya di Gajahoya bersama seratus anaknya,
para Kurawa.
Cobaan yang ketiga datang ketika saudara sepupu Samiaji, para Kurawa
seratus itu datang ke istana dan tidak memiliki tata krama layaknya
seorang keturunan raja. Mereka justru semakin menekan dan meminggirkan
peran Samiaji di istana Hastinapura. Destarastra yang ternyata datang
semakin terlihat kondisi fisiknya tidak mampu sekedar membawa dirinya
duduk di singgasana, justru perannya semakin didominasi oleh sang anak
sulung Duryudana, yang oleh hasutan pamannya, Sangkuni, secara halus
mengambil alih kursi kekuasaan di negri itu. Bisma dan Arya Widura yang
semula mengambil posisi membantu Destarastra yang buta dalam memerintah
negri, justru, oleh Duryudana dibuat seperti harimau ompong. Mereka
tetap diberi keistimewaan di istana, tapi kekuasaan dan pengaruhnya
perlahan dibatasi. Arya Widura hanya sekedar sebagai penasihat setelah
Sangkuni, sementara Bisma yang seharusnya menjadi pimpinan tertinggi
panglima perang negri Hastinapura, digeser menjadi ‘hanya’ sekedar
penasihat, sementara panglima diserahkan kepada anak muda cakap yang
kesaktiannya dikagumi Duryudana. Seorang anak muda bernama Karna, yang
kemudian memang tahu berterima kasih dan selalu berdiri di belakang
Duryudana.
Samiaji semakin terkucilkan di istananya sendiri.
Cobaan keempat adalah peristiwa yang membuat miris hati. Yaitu
peristiwa Bale Sagalagala. Pengaruh Sangkuni terhadap Duryudana ternyata
mampu membuatnya buta hati sehingga bisa memerintahkan muslihat untuk
menjebak saudaranya sendiri di sebuah bale-bale dan membakarnya di saat
mereka terlelap. Beruntung Pandawa dapat selamat dan menyusuri dasar
bumi, hidup di negri Sapta Pratala, jauh di kedalaman perut Jagad
Wayang. Hmm,.. beruntung? Sebagian orang berpendapat bahwa hal itu
bukanlah keberuntungan! Disana ada peran amalan kesaktian Samiaji, yang
pada tingkat kepasrahan tinggi, justru hal-hal yang diinginkan bisa
terwujud, sekalipun hal itu merupakan sesuatu yang tak mungkin. Semua
terkejut, ketika beberapa tahun kemudian mereka kembali lagi ke istana
Hastinapura.
Cobaan keempat, semakin berat. Samiaji ditipu daya melalui sebuah
permainan dadu. Mengapa Samiaji mau? Tak lebih dalam upayanya juga untuk
mendidik saudara-saudaranya akan sikap ksatria. Sehingga diapun harus
memberi contoh ketika dia kalah harus melakukan konsekuensi kekalahan
atas kesepakatan bersama. Walaupun kekalahan itu sebenarnya karena
kecurangan-kecurangan. Kekalahan yang mengharuskan Pandawa terusir dari
istana dan hidup di hutan Wanamarta. Hutan yang terkenal angker dihuni
Bangsa Jin dan Bangsa Raksasa primitif pemakan manusia.
Kisah kehidupan dan keprihatinan mereka bertahun-tahun di tengah
hutan angker adalah cobaan kelima. Cobaan, kesabaran dan kepasrahan
Yudhistira yang juga memimpin adik-adiknya Pandawa, untuk senantiasa
sabar dan percaya bahwa pasti ada hikmah dibalik itu semua. Dan betul,
bangsa Jin penguasa hutan Wanamarta menyerahkan begitu saja kekuasaan
mereka berabad-abad. Termasuk istana jin itu disulap menjadi kasat mata,
menjadi istana gemerlap nan megah. Seorang raja Jin bernama Yudhistira,
terkesima oleh sorot mata Samiaji, kembali terbukti wujud kesaktian
Kalimasada. Raja Jin yang kemudian menempuh jalan kematian menjelma
menjadi mahkota raja yang selalu dipakai Samiaji. Samiaji pun menobatkan
diri menjadi raja Amarta, negri bekas wilayah hutan Wanamarta, dengan
gelar Prabu Yudhistira, demi penghormatannya terhadap raja Jin terdahulu
yang bernama demikian.
Cobaan keenam adalah ketika lagi-lagi Kurawa, yang mengetahui istana
Amarta begitu megah, dihinggapi rasa iri. Karena dari kurun sejarahnya,
sebenarnya wilayah hutan Wanamarta masih termasuk wilayah Hastinapura,
hanya karena hutan itu begitu angker dan tidak dihuni Bangsa Manusia,
maka wilayah itu terbengkalai tidak tersentuh pengelolaannya dari istana
Hastinapura. Namun ketika Wanamarta menjadi wilayah Amarta yang
kemudian tumbuh, dan banyak orang pindah ke sana dan semakin makmur,
maka Duryudana pun mengungkit kepemilikannya atas wilayah Amarta.
Tapi keinginannya itu di tutupi dengan seolah mengundang Pandawa
untuk silaturahmi di istana Hastinapura. Mereka pun diajak bermain dadu
kembali. Yudhistira menerima dengan syarat bila dia kalah, maka selama
tiga belas tahun harus pergi dari istana Amarta dan tidak boleh kepergok
Kurawa, atau mereka harus mengulangi waktu tigabelas tahun itu dari
awal kembali, sementara bila Duryudana yang kalah, dia dan seratus
Kurawa akan pergi dari Hastinapura. Mengapa Yudhistira menerima kembali
permainan dadu itu, setelah berulangkali diingatkan adik-adiknya akan
tipu muslihat Kurawa kedua kalinya? Inilah yang menarik! Untuk kembali
mendapatkan haknya atas negri Hastinapura adalah tetap menjadi
perjuangan utamanya, dan itu ingin dilakukan dengan cara damai. Sebuah
proses panjang yang harus ditempuh melalui upaya pembelajaran terhadap
kakak-kakaknya para Kurawa. Salah satu proses pembelajaran yang memberi
contoh akan sikap kejujuran dan integritas yang tinggi. Yudhistira
seperti ingin memperlihatkan kepada para saudaranya bahwa bila saja dia
kalah, dia tetap akan melakukan semua hal sesuai kesepakatan. Sesuatu
hal yang tidak begitu penting bagi Kurawa, yang selama hidup mereka
selalu mengingkari kesepakatan dan janji yang mereka ucap sendiri. Dan
benar, Yudhistira pun kembali kalah, dan mereka harus melaksanakan
janjinya. Tidak hanya itu, saat kekalahan Pandawa, Drupadi juga tak
luput dari pelecehan yang didapat dari Dursasana. Salah satu Kurawa yang
liar dan memiliki keterbatasan mental itu menarik kain Drupadi dan
berusaha menelanjanginya. Aneh!! Kain itu tak kunjung habis! Sampai
Dursasana pingsan kelelahan menarik, kain itu menggunung hampir memenuhi
ruangan, tak kunjung habis juga. Satu lagi kehebatan ilmu Kalimasada.
Saat kejadian Yudhistira hanya diam tertunduk sambil menahan
adik-adiknya yang emosi menyaksikan itu. Seolah pasrah, tapi kepasrahan
yang menyebabkan apapun kehendaknya terlaksana. Termasuk menyelamatkan
Drupadi dari rasa malu, tanpa Yudhistira sedikitpun beranjak dari tempat
berdirinya.
Tigabelas tahun mereka bersembunyi dan menyamar adalah cobaan ketujuh
yang harus Yudhistira dan saudara-saudaranya hadapi. Mereka menyamar di
negri Wirata. Yudhistira seorang raja besar Amarta, menjalani hidup
sebagai seorang pustaka di kerajaan Wirata, dan berganti nama
Wijakangka. Sementara istrinya Drupadi, juga hidup di istana sebagai
juru masak dengan panggilan Genduk Salindri. Bratasena adiknya
mengasingkan diri di pinggiran negri Wirata sebagai seorang jagal
bernama Bilawa. Sementara Arjuna menyaru sebagai seorang guru tari yang
pesolek seperti perempuan, bernama Kandi Wrehatnala. Dan si kembar
Nakula dan Sadewa menjadi seorang prajurit di kepatihan Wirata bernama
Pinten dan Tangsen. Dengan kesabaran cobaan ini bisa dilalui, dan mereka
kembali ke Amarta.
Yudhistira kembali mencoba mengingatkan Duryudana dengan cara yang
halus, yaitu menawarkan penyelesaian sengketa Hastinapura dengan membagi
dua negri, untuk Pandawa dan Kurawa. Yudhistira meminta Kresna, raja
Dwarawati sebagai duta untuk maksud ini, datang ke istana Hastinapura.
Kedatangan Kresna yang justru dilecehkan dan dijawab Duryudana dengan
sebuah tantangan genderang perang. Ketika berita tantangan Duryudana
sampai di telinga Yudhistira, hal ini menjadi cobaan ke delapan.
Hari-hari yang panjang kembali menggayut di hati dan pikiran Yudhistira
ketika harus menerima atau mendiamkan saja tantangan Duryudana. Menerima
berarti dia akan bertempur melawan saudara-saudaranya sendiri, serta
para sesepuh yang dihormatinya. Dilain pihak bila mendiamkan tantangan
itu justru akan meninggalkan coretan kisah yang buruk bagi sejarah umat
manusia, dimana tantangan dari sebuah kedzaliman dibiarkan saja. Ketika
Yudhistira kemudian menimbang kekuatan, dan memiliki kemungkinan yang
lebih besar di tengah pertempuran medan laga Kurusetra, maka segera dia
memutuskan menerima tantangan itu dan mengangkat Kresna sebagai
penasehat perang dan Gatotkaca sebagai panglima pimpinan tertinggi
pasukan pihak Pandawa sekaligus penjaga wilayah Kurusetra dari segala
bentuk kecurangan-kecurangan dan kemungkinan pihak-pihak lain yang akan
memanfaatkan keadaan.
Dan perang itu dimenangkan oleh pihak Pandawa, dengan korban yang
begitu banyak di kedua belah pihak. Orang-orang yang mereka hormati juga
mati di medan pertempuran. Perjalanan Yudhistira memasuki negri
Hastinapura dan memulai awal-awal pemerintahan menggabungkan kedua negri
Amarta dan Hastinapura juga menjadi cobaannya yang ke sembilan.
Yudhistira sendiri yang meminta agar tak ada sorak sorai kemenangan
ketika memasuki ibukota Hastinapura. Yudhistira mengajak semua pihak
untuk prihatin, mengapa perang sampai terjadi, dan meminta semua untuk
belajar dari peristiwa tersebut, dan mencoba melupakan permusuhan yang
terjadi antara penduduk Amarta dan Hastinapura.
Cobaan-cobaan yang dialami Yudhistira seperti layaknya badai dalam
perjalanan kehidupannya. Tapi justru badai-badai itu yang membuatnya
semakin dapat berdiri kokoh. Apa pun bentuk cobaannya, Yudhistira tetap
pada prinsip-prinsipnya. Untuk mewujudkan penyelesaian sengketa tanpa
kekerasan. Menawarkan proses pembelajaran untuk membuka dialog kepada
siapa pun yang bertikai. Keputusan tantangan perang hanya diambil
sebagai jalan paling akhir ketika pihak lawan benar-benar menantang
secara terbuka kepadanya.
Sepanjang perang Baratayudha pun, walaupun Yudhistira tak pernah
memalingkan satu haripun peristiwa di medan laga, tapi hanya sekali dia
benar-benar membawa senjata dan membunuh musuhnya, itupun atas
permintaan sang lawan sendiri, yaitu ketika melawan raja Mandraka, Prabu
Salya. Dan ketika Salya berhasil dibunuhnya, justru Yudhistira yang
paling sibuk mengurus jenazah Salya. Sebuah bukti yang ingin
diperlihatkan kepada semua orang bahwa peperangan sebenarnya bukan jalan
yang disenanginya.
Kebetulan Yudhistira memimpin, baik dirinya, sebagai pemimpin bagi
saudara-saudaranya Pandawa, juga bagi orang-orang disekitarnya dan
rakyatnya, pada suasana pertempuran, dari pertempuran dingin yang begitu
panjang, sampai pertempuran terbuka di medan perang Kurusetra, dan
pertempuran dalam batinnya ketika dia harus membangun negri Hastinapura
dan menghadapi para musuh-musuhnya yang ditawan, ditengah desakan
orang-orang dipihaknya, agar menghukum mereka. Dan gambaran pendekatan
saya, Yudhistira adalah seorang pemimpin sebuah pertempuran dalam
keheningan. Seolah memimpin pertempuran tanpa perlawanan terhadap
pertempuran itu sendiri. Dan dia menghadapi hal ini justru berhadapan
dengan dua pihak, yang pertama musuhnya yang jelas-jelas membuka
perlawanan dengannya, dan upaya menenangkan orang-orang disekitarnya,
terutama saudaranya sendiri Bima dan Arjuna, yang setiap saat merasa
tidak sabar ingin segera membuka peperangan dengan Kurawa, setiap mereka
menerima kedzaliman dari Kurawa.
Kisah ini, mungkin bisa saya dekati dengan sejarah kehidupan
orang-orang semacam Mahatma Gandhi atau Nelson Mandela. Kedua orang yang
memiliki prinsip yang begitu kuat yang mampu menahan dirinya untuk
tetap konsisten melakukan pertempuran tanpa peperangan. Mahatma Gandhi
dengan gerakan Satya Graha –membela kebenaran-, Swadesi –dengan kekuatan
dan kemampuan sendiri- dan Ahimsa –tanpa kekerasan- dalam melawan
penjajahan Inggris. Sementara Nelson Mandela melawan politik apartheid
dengan keheningan di balik penjara di negrinya sendiri.
Saya pernah membaca kisah seorang Nelson Mandela, ketika dia berada
di sebuah penjara di sebuah negri –negrinya sendiri- yang menganut paham
membedakan ras, sementara sipir penjaranya adalah seorang kulit putih.
Mandela sering mendapat perlakuan-perlakuan yang bahkan sampai hal-hal
yang sangat merendahkan harga dirinya sebagai seorang manusia.
Ketika perjuangannya menghapus politik Apartheid di Afrika Selatan
menemukan hasilnya, kebijakan negara yang membeda-bedakan ras
dihapuskan, yang tak berapa lama kemudian Nelson keluar penjara. Pemilu
pertama yang dilandasi persamaan hak semua ras itu akhirnya memilihnya
sebagai presiden pertama Afrika Selatan paska pemerintahan Apartheid.
Apa yang dilakukan kemudian? Suatu malam di istana negara dia
mengundang semua sipir penjara tempatnya dulu pernah disekap. Menjamunya
dalam sebuah perjamuan mewah makan malam, dan disitu Nelson
menyampaikan bahwa dia telah memaafkan semua orang yang hadir disitu
atas apa saja yang dialaminya ketika di penjara. Bahkan ketika para
sipir yang tertunduk malu itu belum juga secara terbuka dan berani
meminta maaf kepada sang presiden.
Terus terang ketika saya membaca kisah Mandela ini, ingatan saya
langsung menuju kepada watak dan perilaku seorang Yudhistira. Dan entah
kebetulan atau apa, kisah yang menimpa anak mereka pun mirip. Kesibukan
hati dan pikiran mereka dalam mewujudkan tujuan hidupnya, sampai membuat
mereka luput memperhatikan anak-anak mereka. Nelson Mandela yang harus
menerima kematian anaknya yang terkena penyakit AIDS, sementara kisah
Pancawala, anak Yudhistira, sepanjang hidupnya sakit-sakitan karena
sebuah peristiwa yang mungkin disebabkan karena Yudhistira
meninggalkannya terlalu lama.
Pitoyo Amrih data base.
Jumat, 18 November 2016
Kunci Serat Jamus Kalimasada
Kunci Serat Jamus Kalimasada
https://membentukjiwayangbermanfaat.blogspot.co.id/2016/11/kunci-serat-jamus-kalimasada.html
Kunci Serat Jamus Kalimasada pada kesempatan kali ini akan
kita bahas sebagai wawasan dan wacana dalam khasanah dunia ilmu ghaib.
Dengan kata Jamus Kalimasada tentu anda sering mendengar atau
membacanya, ada yang menyebutnya berupa kaweruh/ pengetahuan ghaib,
bahkan ada yang menganggap berupa jimat, ajian bahkan pusaka. Inilah
keragaman pengetahuan khasanah ghaib dalam mengartikannya sesuatu yang
tercipta dari cara pandang mereka secara pribadi. Mana yang benar mana
yang salah hal ini tidak perlu diperdebatkan,semua kembali pada diri
anda sendiri yang menilainya. Kunci Serat Jamus Kalimasada akan membahas
suatu pengetahuan kejawen dari berbagai versi keilmuan.
Serat Jamus Kalimasada adalah nama sebuah pusaka dalam dunia pewayangan yang dimiliki oleh Prabu Puntadewa atau Yudistira dikenal juga dengan nama lain
Prabu Darmokusumo atau Samiaji,filosofi dari nama Samiaji adalah 'kula panjenengan sedaya sami" artinya saya dan anda (kita semua) adalah sama, maka Samiaji juga bisa diartikan juga tepa slira. Prabu Puntadewa kakak tertua sekaligus pemimpin dari para Pandawa. Jamus Kalimasada dalam pewayangan berupa pusaka yang berwujud kitab, dan merupakan benda yang sangat dikeramatkan dalam Kerajaan Amarta.
Asal-Usul Kata Kalimasada
Sebagian pendapat mengatakan bahwa istilah Kalimasada berasal dari kata
Kalimat Syahadat, yaitu sebuah kalimat utama dalam agama Islam. Kalimat
tersebut berisi pengakuan tentang adanya Tuhan yang tunggal, serta Nabi
Muhammad sebagai utusan-Nya.
Menurut pendapat tersebut, istilah Kalimasada diciptakan oleh Sunan Kalijaga, salah seorang penyebar agama Islam di Pulau Jawa pada abad ke-16. Konon, Sunan Kalijaga menggunakan wayang kulit sebagai media dakwah, antara lain ia memasukkan istilah Kalimat Syahadat ke dalam dunia pewayangan.
Namun pendapat lain mengatakan bahwa sebelum datangnya agama Islam, istilah Kalimasada sudah dikenal dalam kesussastraan Jawa. Pendapat ini antara lain dikemukakan oleh Dr.Kuntar Wiryamartana SJ. Istilah Kalimasada bukan berasal dari kata Kalimat Syahadat, melainkan berasal dari kata Kalimahosaddha. Istilah Kalimahosaddha ditemukan dalam naskah Kakawin Bharatayuddha yang ditulis pada tahun 1157 atau abad ke-12, pada masa pemerintahan Maharaja Jayabhaya di Kerajaan Kadiri. Istilah tersebut jika dipilah menjadi Kali-Maha-Usaddha, yang bermakna "obat mujarab Dewi Kali".
Kakawin Bharatayuddha mengisahkan perang besar antara keluarga Pandawa melawan Korawa. Pada hari ke-18 panglima pihak Korawa yang bernama Salya bertempur melawan Yudistira. Yudistira melemparkan kitab pusakanya yang bernama Pustaka Kalimahosaddha ke arah Salya. Kitab tersebut berubah menjadi tombak yang menembus dada Salya.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa istilah Kalimahosaddha sudah dikenal masyarakat Jawa sejak beberapa abad sebelum munculnya Sunan Kalijaga. Mungkin yang terjadi adalah Sunan Kalijaga memadukan istilah Kalimahosaddha dengan Kalimat Syahadat menjadi Kalimasada sebagai sarana untuk berdakwah. Tokoh ini memang terkenal sebagai ulama sekaligus budayawan di Tanah Jawa.
Kisah dalam Pewayangan
Salah satu kisah pewayangan Jawa menceritakan tentang asal-usul
terciptanya pusaka Jamus Kalimasada. Pada mulanya terdapat seorang raja
bernama Prabu Kalimantara dari Kerajaan Nusahantara yang menyerang
kahyangan bersama para pembantunya, yaitu Sarotama dan Ardadedali.
Dengan mengendarai Garuda Banatara, Kalimantara mengobrak-abrik tempat
tinggal para dewa. Batara Guru raja kahyangan meminta bantuan Resi
Satrukem dari pertapaan Sapta Arga untuk menumpas Kalimantara. Dengan
menggunakan kesaktiannya, Satrukem berhasil membunuh semua musuh para
dewa tersebut. Jasad mereka berubah menjadi pusaka. Kalimantara berubah
menjadi kitab bernama Jamus Kalimasada, Sarotama dan Ardadedali
masing-masing menjadi panah, sedangkan Garuda Banatara menjadi payung
bernama Tunggulnaga.
Satrukem kemudian memungut keempat pusaka tersebut dan mewariskannya secara turun-temurun, sampai kepada cicitnya yang bernama Resi Wyasa atau Abyasa. Ketika kelima cucu Abyasa, yaitu para Pandawa membangun kerajaan baru bernama Amarta, pusaka-pusaka tersebut pun diwariskan kepada mereka sebagai pusaka yang dikeramatkan dalam istana. Di antara pusaka-pusaka Kerajaan Amarta, Jamus Kalimasada menempati peringkat utama. Kisah-kisah pedalangan banyak yang bercerita tentang upaya musuh-musuh Pandawa untuk mencuri Kalimasada. Meskipun demikian pusaka keramat tersebut senantiasa kembali dapat direbut oleh Yudistira dan keempat adiknya.
Satrukem kemudian memungut keempat pusaka tersebut dan mewariskannya secara turun-temurun, sampai kepada cicitnya yang bernama Resi Wyasa atau Abyasa. Ketika kelima cucu Abyasa, yaitu para Pandawa membangun kerajaan baru bernama Amarta, pusaka-pusaka tersebut pun diwariskan kepada mereka sebagai pusaka yang dikeramatkan dalam istana. Di antara pusaka-pusaka Kerajaan Amarta, Jamus Kalimasada menempati peringkat utama. Kisah-kisah pedalangan banyak yang bercerita tentang upaya musuh-musuh Pandawa untuk mencuri Kalimasada. Meskipun demikian pusaka keramat tersebut senantiasa kembali dapat direbut oleh Yudistira dan keempat adiknya.
prabu Darmakusuma alias prabu Yudistira dari negara Amarta, setelah semua saudaranya (Pandawa) meninggal, beliau mengembara ke segala penjuru dunia. Beliau tidak dapat meninggal dunia selama beliau mengagem jimat pusaka "Jamus Kalimasada". Dan beliau mencari ada manusia yang dapat membaca dan membabar makna jimat pusaka miliknya.
Sampai akhirnya beliau mengembara ke Tanah Jawa. Di satu pihak, Sunan Kalijaga mengetahui dari kejauhan, ada sinar putih menjulang tinggi ke angkasa. Karena tertarik beliau mencari pemilik ataupun sumber sinar putih putih tersebut. Akhirnya ditemukanlah sumber sinar putih yang menjulang tinggi ke angkasa tersebut, yang berasal dari tubuh Prabu Yudistira yang bertapa di salah satu tempat di selatan Pulau Jawa. Dan terjadilah dialog antara keduanya.
Akhirnya Prabu Yudistira meminta Sunan Kalijaga untuk bisa membabar makna jimat pusaka Jamus Kalimasada. Setelah dibaca ternyata, jimat ini adalah kalimat syahadat, konon ada beberapa lontar dan pusaka keluar dari badan prabu Yudistira. Setelah dibaca oleh Sunan Kalijaga, maka wafatlah Prabu Yudistira.
Ada Beberapa Versi yang menginterpretasikan Jamus Kalimasada.
1. ada yang menginterpretasikan 2 kalimah syahadat
2. ada yang menginterpretasikan lahirnya pancasila
3. ada yang menginterpretasikan tokoh pewayangan pandawa lima
4. ada yang menginterpretasikan rukun islam dan solat
5. ada yang menginterpretasikan kaweruh wahyu keprabon
Dalam hal yang terpenting adalah jangan sampai kita kehilangan kandungan/makna dari Jamus Kalimosodo sebagai orang yang berpengertian jawa yang mendapatkan warisan dari leluhur Jawa.
1. ada yang menginterpretasikan 2 kalimah syahadat
2. ada yang menginterpretasikan lahirnya pancasila
3. ada yang menginterpretasikan tokoh pewayangan pandawa lima
4. ada yang menginterpretasikan rukun islam dan solat
5. ada yang menginterpretasikan kaweruh wahyu keprabon
Dalam hal yang terpenting adalah jangan sampai kita kehilangan kandungan/makna dari Jamus Kalimosodo sebagai orang yang berpengertian jawa yang mendapatkan warisan dari leluhur Jawa.
Beberapa Versi yang menginterpretasikan Jamus Kalimasada:
1. Jamus Kalimasada menginterpretasikan 2 kalimah syahadat:
Kalimasada, dalam tradisi dikenal sebagai bentuk pengucapan lain untuk
kalimah syahadah, sejajar dengan pengucapan sekaten untuk syahadatain.
Tapi, berbeda dengan pembentukan istilah sekaten, istilah kalimasada
konon punya akar yang lebih panjang, karena istilah ini sudah ada
sebelum Islam.
Dalam pertunjukan wayang kulit yang paling dikenal adalah cerita tentang Serat Kalimasada (lembaran yang berisi mantera/sesuatu yang sakral) yang cukup ampuh dalam melawan segala keangkaramurkaan dimuka bumi. Dalam cerita itu dikisahkan bahwa si pembawa serat ini akan menjadi sakti mandraguna. Tidak ada yang tahu apa isi serat ini. Namun diakhir cerita, rahasia dari serat inipun dibeberkan oleh Dalang. Isi serat Kalimasada berbunyi "Aku bersaksi tiada Tuhan Selain Allah dan Aku bersaksi Muhammad adalah utusan-Nya",isi ini tak lain adalah isi dari Kalimat Syahadat.
Dalam pertunjukan wayang kulit yang paling dikenal adalah cerita tentang Serat Kalimasada (lembaran yang berisi mantera/sesuatu yang sakral) yang cukup ampuh dalam melawan segala keangkaramurkaan dimuka bumi. Dalam cerita itu dikisahkan bahwa si pembawa serat ini akan menjadi sakti mandraguna. Tidak ada yang tahu apa isi serat ini. Namun diakhir cerita, rahasia dari serat inipun dibeberkan oleh Dalang. Isi serat Kalimasada berbunyi "Aku bersaksi tiada Tuhan Selain Allah dan Aku bersaksi Muhammad adalah utusan-Nya",isi ini tak lain adalah isi dari Kalimat Syahadat.
2. Jamus Kalimasada menginterpretasikan lahirnya pancasila:
Kisah Kalimasada lama terekam dalam memori kehidupan orang Jawa hingga
sekarang dan bertransformasi menjadi rujukan politik, ketika bangsa ini
mengalami kebingungan saat baru saja merebut kemerdekaan dari penjajah
Belanda, bangsa ini masih terpecah-belah belum bersatu-padu. Oleh
karenanya para bapak pendiri bangsa ini mencari semangat pemersatu
bangsa. Diketemukanlah cerita Kalimasada tersebut. Agar bisa diterima
oleh seluruh etnis di Nusantara, maka disusunlah lima pemersatu bangsa
yang disebut Pancasila, yang roh ajarannya berasal dari Kalimasada.
Diharapkan dengan Pancasila bangsa Indonesia punya rujukan pemersatu.
Dan itu berhasil hingga sekarang.
1. Ketuhanan yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah dan kebijaksanaan dalam permusyarawaratan/perwakilan.
5 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Transformasi dari Kalimasada menjadi Pancasila sangat dekat runutan sejarahnya. Oleh karenanya ketika Kalimasada diterjemahkan menjadi kalimat lain selain Pancasila, menjadi terasa aneh. Keanehan terjadi lantaran ada paradoks keyakinan dan sejarahnya.
3. Jamus Kalimasada menginterpretasikan tokoh pewayangan pandawa lima:
1. Yudisthira
Yudisthira merupakan sulung dari para Pandawa. Dia memiliki sifat jujur,
adil, sabar, taat, dan penuh percaya diri. Dikisahkan juga bahwa selama
hidupnya, Yudisthira tidak pernah berbohong. Yudisthira mahir
menggunakan tombak sebagai alat perang. Dikisahkan juga bahwa setelah
perang Baratayuda, Yudisthira adalah pemegang tahta kerajaan
Hastinapura. Yudhistira mempunyai senjata “Jimat Kalimasada” alih bahasa
dari kalimat Syahadat. Dengan senjata ini ia tidak pernah kalah ataupun
putus asa menghadapi musibah, tidak banyak suudzon terhadap setiap
orang. Sebagian pendapat mengatakan bahwa istilah Kalimasada berasal
dari kata Kalimat Syahadat, yaitu sebuah kalimat utama dalam agama
Islam. Kalimat tersebut berisi pengakuan tentang adanya Tuhan yang
tunggal, serta Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya. Oleh karena itu
Yudhistira merupakan gambaran Rukun Islam yang pertama yiatu Dua Kalimat
Syahadat (karena disebutkan bahwa dia mempunyai Jimat Kalimasada.
2. Bima
Bima adalah anak kedua dari keluarga Pandawa. Bima diceritakan memiliki
sifat gagah berani, teguh, kuat, jujur, tabah, dan patuh. Selain itu,
Bima dikenal sebagai tokoh yang tidak suka basa-basi. Bima digambarkan
selalu siap dengan senjata pamungkasnya yaitu Kuku Pancanaka yang
diartikan sholat lima waktu haruslah ditegakkan dalam keadaan apapun.
Julukan Ksatria Penegak ini merefleksikan Ibadah Shalat sebagai Tiang
Agama atau Penegak Agama, oleh karena itu Bima digambarkan sebagai Rukun
Islam yang kedua yaitu Menegakkan Shalat.
3. Arjuna
Arjuna adalah anak ketiga dari keluarga Pandawa. Dikisahkan Arjuna
memiliki sifat mulia, cerdik, berani, berjiwa kesatria, imannya kuat,
tahan terhadap godaan duniawi, gagah berani, dan selalu berhasil merebut
kejayaan. Arjuna adalah tokoh yang paling rupawan diantara
saudara-saudaranya. Arjuna digambarkan sebagai tokoh yang sangat tampan,
lemah lembut, pemberani, pemanah ulung, pembela kebenaran, dan idola
kaum wanita. Ini merefleksikan Ibadah Puasa wajib dibulan Ramadhan yang
penuh hikmah dan pahala sehingga menarik hati kaum Muslim utk beribadah
sebanyak-banyaknya. Keahlian Arjuna dalam bertempur dan memanah ini
merefleksikan Ibadah Puasa sebagai senjata utk melawan hawa nafsu. Orang
berpuasa banyak godaan hawa nafsu setan apabila tidak kuat
menghindarinya pasti akan jebol pertahanannya. Arjuna merupakan gambaran
Rukun Islam yang ke-tiga yaitu Puasa di Bulan Ramadhan hal ini karena
dia mempunyai/ kesaktian yang tak terkalahkan, dan sesuatu yang
menyenangkan pandangan, karena dia gemar Tirakat/bertapa (berpuasa) dan
gemar menahan nafsu.
4. Nakula
Nakula adalah anak keempat dari Pandawa,dan lahir dari perkimpoian
antara Pandu dengan dewi Madri. Nakula diceritakan memiliki sifat taat,
setia, belas kasih, tahu membalas budi, dan menyimpan rahasia. Nakula
memiliki saudara kembar, yaitu Sadewa. Nakula juga terkenal sebagai
orang yang tampan, namun tidak seperti Arjuna yang rendah hati dengan
ketampanannya. Nakula lebih membanggakan ketampanannya dan tidak mau
mengalah. Kelebihan lainnya yang dimiliki Nakula adalah ilmu pengobatan,
karena Nakula dipercaya sebagai titisan dewa Aswin, dewa pengobatan.
Selain itu, Nakula lihai mengengendarai kuda, dan memiliki ingatan yang
sangat tajam dan tidak terbatas. Nakula adalah gambaran Rukun Islam yang
ke-empat yaitu Membayar Zakat hal ini karena dia gemar bersolek dengan
pakaian bagus dan bersih, suka memberi serta belas-kasih pada kaum yang
lemah, lambang orang kaya yang Dermawan/suka memberi infaq, shadaqah dan
zakat.
5. Sadewa
Sadewa adalah bungsu dari Pandawa lainnya. Merupakan kembaran dari
Nakula. Jika Nakula dianugerahi ketampanan, maka Sadewa dianugerahi
kepandaian, terutama dalam bidang astronomi, sehingga Sadewa memiliki
kemampuan meramal untuk masa depan. Sifat Sadewa adalah bijak dan
pandai, bahkan Yudisthira pernah berkata bahwa Sadewa memiliki
kebijaksanaan lebih tinggi daripada Wrehaspati, guru para Dewa. Sadewa
digambaran sebagai Rukun Islam yang ke-lima yaitu Kewajiban pergi Haji
hal ini karena Sadewa suka melancong, mengembara mencari ilmu dan hikmah
di tempat-tempat yang bersejarah. Zakat dan Haji digambarkan sebagai
dua ksatria kembar Nakula dan Sadewa, mereka jarang muncul sebagaimana
zakat dan haji diwajibkan bagi orang yang mampu, kalau tidak ada Nakula
dan Sadewa maka Pandewa akan runtuh dan hancur begitu pula umat Islam
jika tidak ada para hartawan yang sanggup membayar zakat dan menunaikan
ibadah haji, fakir miskin akan terancam kekafiran dan kemurtadan.
Kesenjangan sosial tidak terjembatani.
4. Jamus Kalimasada menginterpretasikan rukun islam dan solat:
Dalam perkembangan selanjutnya, sang wali juga menyebarkan tembang yang
bernuansa simbolisasi yang kuat. Yang terkenal karangan dari Sunan
Kalijaga adalah lagu Ilir-Ilir. Memang tidak semua syair menyimbolkan
suatu ajaran islam, mengingat diperlukannya suatu keindahan dalam
mengarang suatu lagu. Sebagian arti yang kini banyak digali dari lagu
ini di antaranya : Tak ijo royo-royo tak senggoh penganten anyar : Ini
adalah sebuah diskripsi mengenai para pemuda, yang dilanjutkan dengan,
Cah angon, cah angon, penekna blimbing kuwi, lunyu-lunyu penekna kanggo
seba mengko sore : Cah angon adalah simbolisasi dari manusia sebagai
Khalifah Fil Ardh, atau pemelihara alam bumi ini (angon bhumi). Penekno
blimbing kuwi ,mengibaratkan buah belimbing yang memiliki lima segi
membentuk bintang. Kelima segi itu adalah pengerjaan rukun islam (yang
lima) dan Salat lima waktu. Sedang lunyu-lunyu penekno , berarti, tidak
mudah untuk dapat mengerjakan keduanya (Rukun islam dan salat lima
waktu) ,dan memang jalan menuju ke surga tidak mudah dan mulus. Kanggo
sebo mengko sore, untuk bekal di hari esok (kehidupan setelah mati).
Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane : Selagi masih
banyak waktu selagi muda, dan ketika tenaga masih kuat, maka lakukanlah
(untuk beribadah). Memang masih banyak translasi dari lagu ini, namun
substansinya sama, yaitu membumikan agama,menyosialisasikan ibadah
dengan tidak lupa tetap menyenangkan kepada pengikutnya yang baru.
Rukun Islam Ada 5 antara lain:
Rukun Islam Ada 5 antara lain:
1. Mengucap dua kalimah syahadat.
Syahadat ini memiliki makna mengucapkan dengan lisan, membenarkan
dengan hati lalu mengamalkannya melalui perbuatan. Adapun orang yang
mengucapkannya secara lisan namun tidak mengetahui maknanya dan tidak
mengamalkannya maka tidak ada manfaat sama sekali dengan syahadatnya.
2. Mendirikan solat.
Shalat merupakan ibadah yang sangat agung kedudukannya dan Shalat
mendapat perhatian dan prioritas utama dalam Islam. Keutamaan salat dan
kedudukannya diantara ibadah-ibadah yang lain telah dijelaskan dalam
Islam. Ia merupakan sarana penghubung antara seorang hamba dengan
Tuhannya. Ia juga merupakan gambaran ketaatan seorang hamba akan segala
perintah Tuhannya.
3. Menunaikan zakat
zakat adalah kewajiban menyisihkan jenis harta tertentu untuk disalurkan kepada sekelompok orang tertentu pada waktu tertentu.
4. Berpuasa di bulan Ramadhan.
Puasa Merupakan ibadah kepada Allah dan menjalankan perintah-Nya.
Seorang hamba meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya demi Allah.
Hal itu di antara sarana terbesar mencapai taqwa kepada Allah ta’ala.
5. Menunaikan haji di Mekah bagi yang mampu.
haji merupakan bentuk ibadah kepada Allah ta’ala dengan ruh, badan dan harta.
Dalam wejangan kejawen islam abangan.
Pituture leluhur menowo dedeg wajibe lan larangan kang dumunung ono Rukun Islam kang kudu di Imani kacaritakake koyo ing ngisor iki :
a. Syahadat : Anane Mahayu Hayuning Bawono cilike Keluarga, larangane Madon.
b. Sholat : Anetepi angen angen kang becik,’ ndedegi Pamikiran kang Agung netepi anane Sastro Jendro Hayuningrat kanggo ngudi laku kang becik, larangane Madat.
c. Poso : Kuoso nota Rasane Urip, maknane ngerti manowo Urip amung sadermo nglakoni, yen wistiti wancine ora nggowo opo-opo, kabeh anane soko panyuwunan kanggo nyukupi kebutuhan keluargane kang wujud soko ngunggulake Drajat Urip keluargane, larangane Mabuk.
d. Zakat : Madep mantep marang kuasane Gusti anggone njogo Kanugrahaan lan Rakhmat Pangeran marang barang Pribadi, anane ngluhurake Asmo larangane Main.
e. Haji : Tegen anggone mapakake Roso yo anane kumpule Urip Roso Pribadi marang Kuasane Urip Pangerane, kuoso njogo arum gandane asmo ono sajerone Urip, larangane Maling.
Dalam wejangan kejawen islam abangan.
Pituture leluhur menowo dedeg wajibe lan larangan kang dumunung ono Rukun Islam kang kudu di Imani kacaritakake koyo ing ngisor iki :
a. Syahadat : Anane Mahayu Hayuning Bawono cilike Keluarga, larangane Madon.
b. Sholat : Anetepi angen angen kang becik,’ ndedegi Pamikiran kang Agung netepi anane Sastro Jendro Hayuningrat kanggo ngudi laku kang becik, larangane Madat.
c. Poso : Kuoso nota Rasane Urip, maknane ngerti manowo Urip amung sadermo nglakoni, yen wistiti wancine ora nggowo opo-opo, kabeh anane soko panyuwunan kanggo nyukupi kebutuhan keluargane kang wujud soko ngunggulake Drajat Urip keluargane, larangane Mabuk.
d. Zakat : Madep mantep marang kuasane Gusti anggone njogo Kanugrahaan lan Rakhmat Pangeran marang barang Pribadi, anane ngluhurake Asmo larangane Main.
e. Haji : Tegen anggone mapakake Roso yo anane kumpule Urip Roso Pribadi marang Kuasane Urip Pangerane, kuoso njogo arum gandane asmo ono sajerone Urip, larangane Maling.
5. Jamus Kalimasada menginterpretasikan kaweruh wahyu keprabon:
Istilah jamus kalimosodo terdapat dalam kisah pewayangan baratayudha,
suatu jamus/surat yang ada tulisannnya tentang pengertian/kawruh.
“barang siapa mendapat kawruh ini ia akan menjadi raja/mempunyai
kekuasaan yang besar. Kitab ini dimiliki oleh prabu yudistira(samiaji)
yang selalu menang dalam peperangan dan akhirnya masuk surga tanpa
kematian…memiliki dalam hal ini adalah bukan saling berebut tetapi
saling berebut memiliki makna. Konon Presiden Soeharto memiliki dan
menguasai intisari Kunci Serat Jamus Kalimasada, tak heran di era itu
semua tatanan bisa berjalan dengan stabil dan terkendali, bahkan
cuacapun antara kemarau dan penghujan seakan selaras tidak seperti di
jaman sekarang.
Kalimasadha dalam Budaya Jawa
Dalam cerita pewayangan, dikenal pusaka keramat milik Prabu Yudhistira
dari kerajaan Amartha, sebagai warisan dari Kyai Semar yakni Jamus
Kalimasada. Jamus Kalimasada adalah pusaka untuk menangkal kesengsaraan,
nasib celaka, bebendu atau hukuman dari Tuhan.
Kalimasada (Kalima usada=jajampi wari gansal) lima macam ‘jamu’ atau lima macam tindakan (lelampahan gangsal ) yang harus dilakukan setiap orang agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat (kawilujengan). Lima macam tindakan tersebut adalah:
Kalimasada (Kalima usada=jajampi wari gansal) lima macam ‘jamu’ atau lima macam tindakan (lelampahan gangsal ) yang harus dilakukan setiap orang agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat (kawilujengan). Lima macam tindakan tersebut adalah:
1. Suci = setia, jujur
2. Sentausa = adil paramarta. tanggungjawab
3. Kebenaran= sabar, belas kasih, rendah hati
4. Pintar/kepandaian= pandai ilmu, pandai mengenakkan hati sesama, pandai meredam hawa nafsu
5. Kesusilaan= selalu sopan-santun, teguh memegang tatakrama
Langkah Kelima perkara tadi tidak boleh diabaikan salah satunya. Jadi harus dilakukan serempak bersama-sama, atau diistilahkan Jawa; ayam kapenang.
Sebutan ayam kapenang tersebut kemudian digunakan sebagai paugeran atau patokan yang menjadi petunjuk hidup. Dalam pewayangan, ayam kapenang tersebut menjadi perwujudan watak masing-masing Satria Pendawa Lima. Sehingga disebut sebagai ayam kapenang artinya telur ayam sak petarangan, yang mengandung maksud; pecah satu maka akan pecah semua. Ini untuk membahasakan guyub rukun nya para kesatria Pendawa Lima dalam tali persaudaraan, ada yang mati satu maka yang lain pasti akan membelanya.
Langkah Lima perkara tersebut harus dijalankan secara kompak bersama-sama, jika salah satu tidak jalan maka akan mengalami kegagalan. Seumpama, walaupun sudah menjalankan kesetiaan, kesentausaan, kepandaian, kesusilaan, tetapi buta akan kebenaran sudah tentu tidak menjadi manungso pinunjul. Kebenaran dilupakan, artinya tidak memahami akan benar salahnya tindakan, perbuatan, dan pekerjaan. Maka kesetiaan dan kesantausaannya hanya untuk mendukung kepada perbuatan, tindakan, pekerjaan yang tidak benar. Kepandaian dan kesusilaannya juga hanya untuk membodohi (baca;Jawa; minteri) orang lain. Perbuatan demikian yang menjadikan musabab menganggap enteng segala bahaya dan resiko, yang tidak bisa ditolak hanya dengan doa, justru sebaliknya, niscaya manusia akan jatuh dalam duka dan kesengsaraan.
Arti Kalimasada terdiri dari beberapa bagian:
Ka= huruf/pengejaan Ka, Lima=angka 5, Sada= lidi/tulang rusuk daun kelapa yang diartikan Selalu, Jadi kelima ini haruslah utuh(selalu 5), Kelima unsur kalimasada teridiri dari:
1. KaDonyan(Keduniawian).
ojo ngoyo dateng dunyo yang arti singkatnya adalah jangan mengutamakan
hal-hal yang bersifat duniawi, kebutuhan duniawi kita kejar tapi jangan
diutamakan.
2. Ka Hewanan ( sifat binatang).
ojo tumindak kaya dene hewan, cotoh:asusila. amoral, tidak beretika dll.
3. KaRobanan.
Ojo ngumbar hawa nafsu yang arti singkatnya jangan memelihra hawa nafsu…nafsu itu harus dikendalikan.
4. Kasetanan.
Ojo tumindak sing duduk samestine yang arti singkatnya jangan bertindak
yang tidak semestinya alias gengsi, sombong( ingin seperti Gusti),
menyesatkan, berbuat licik dll.
5. KaTuhanan.
Gusti Allah iku tan keno kinoyo ngopo nanging ono yang artinya Gusti Allah tidak dapat diceritakan secara apapun tapi toh ada.
Pengertian Asli dari jamus kalimosodo diatas adalah isi murni dari pengertian sebenarnya, setiap orang boleh membungkusnya dengan bungkus apapun tetapi jangan sampai kehilangan makna aslinya, karena pengertian diatas adalah pengertian sebenarnya dari jamus kalimusodo.
Kunci Serat Jamus Kalimasada ada 3 wedaran utama:
1. Kunci Jimat Jamus Kalimasada
Kunci Jimat Jamus Kalimasada dalam perwujudtan jimat dalam versi kejawen
merupakan simbol 5 huruf jawa yaitu Ha Na Ca Ra Ka, yang di artikan ono
utusan (syahadatnya orang jawa), artian bahwa setiap manusia hidup
merupakan utusan dari Sang Pencipta, dan untuk menghadap Sang Pencipta
perlu ada utusan energi suci hidup itu sendiri. Dalam khasanah ilmu
kejawen yakni sedulur papat lima pancer. Kunci Jimat Jamus Kalimasada
di kalangan pinisepuh kejawen seperti wedaran dari guru kami R.Tjakra
Djajaningrat cukup mendayagunakan kelima huruf awalan hanacaraka yang di
tulis dengan kunci ilmu jangkung aji sakadengan menggugah kekuatannya menggunakan kunci khodam huruf jawa. Sehingga menjadi jimat multi fungsi yang memiliki daya magis yang luar biasa.
2. Kunci Aji Jamus Kalimasada
Kunci Aji Jamus Kalimasada merupakan 5 keilmuan utama dalam ilmu ghaib
kejawen di era lampau, terdiri dari Kanuragan, Jaya Kawijayan,
Kawibawan, Pengobatan, Kebatinan. Di masa lampau ke 5 ilmu ini mutlak
harus di kuasai kalangan bangsawan atau seorang pemimpin Raja. Tak heran
banyak cerita raja-raja zaman dahulu sakti mandraguna.
3. Kunci Pusaka Jamus Kalimasada
Kunci Pusaka Jamus Kalimasada merupakan pusaka berupa keris atau tombak
berpamor sodo sak ler yang di isi dengan kekuatan mantra Kunci Aji Jamus
Kalimasada dan Kunci Jimat Jamus Kalimasada sehingga pusaka tersebut
memiliki daya tuah yang luar biasa dan multi fungsi khasiatnya.
Semoga adanya Kunci Serat Jamus Kalimasada dapat menambah wawasan dan wacana dalam khasanah ilmu ghaib
Diposkan oleh
Yoyon Putra Kelana
di
00.44.00
BHARATAYUDHA
Sebuah Pertempuran yang Maha Dahsyat
Sebuah Pertempuran yang Maha Dahsyat
Kisah
ini menceritakan konflik hebat keturunan Pandu dan Dristarasta dalam
memperebutkan takhta kerajaan. Menurut sumber yang saya dapatkan, epos
ini ditulis pada tahun 1500 SM. Namun fakta sejarah yang dicatat dalam
buku tersebut masanya juga lebih awal 2.000 tahun dibanding penyelesaian
bukunya. Artinya peristiwa yang dicatat dalam buku ini diperkirakan
terjadi pada masa ±5000 tahun yang silam.
Buku ini telah mencatat kehidupan dua saudara sepupu yakni Kurawa dan Pandawa yang hidup di tepian sungai Gangga meskipun akhirnya berperang di Kurukshetra. Namun yang membuat orang tidak habis berpikir adalah kenapa perang pada masa itu begitu dahsyat? Padahal jika dengan menggunakan teknologi perang tradisional, tidak mungkin bisa memiliki kekuatan yang sebegitu besarnya.
Spekulasi baru dengan berani menyebutkan perang yang dilukiskan tersebut, kemungkinan adalah semacam perang nuklir! Perang pertama kali dalam buku catatan dilukiskan seperti berikut ini: bahwa Arjuna yang gagah berani, duduk dalam Weimana (sarana terbang yang mirip pesawat terbang) dan mendarat di tengah air, lalu meluncurkan Gendewa, semacam senjata yang mirip rudal/roket yang dapat menimbulkan sekaligus melepaskan nyala api yang gencar di atas wilayah musuh. seperti hujan lebat yang kencang, mengepungi musuh, dan kekuatannya sangat dahsyat.
Dalam sekejap, sebuah bayangan yang tebal dengan cepat terbentuk di atas wilayah Pandawa, angkasa menjadi gelap gulita, semua kompas yang ada dalam kegelapan menjadi tidak berfungsi, kemudian badai angin yang dahsyat mulai bertiup disertai dengan debu pasir. Burung-burung bercicit panik seolah-olah langit runtuh, bumi mereka. Matahari seolah-olah bergoyang di angkasa, panas membara yang mengerikan yang dilepaskan senjata ini, membuat bumi bergoncang, gunung bergoyang, di kawasan darat yang luas, binatang-binatang mati terbakar dan berubah bentuk, air sungai kering kerontang, ikan udang dan lainnya semuanya mati. Saat roket meledak, suaranya bagaikan halilintar, membuat prajurit musuh terbakar bagaikan batang pohon yang terbakar hangus.
Jika akibat yang ditimbulkan oleh senjata Arjuna bagaikan sebuah badai api, maka akibat serangan yang diciptakan oleh bangsa Alengka juga merupakan sebuah ledakan nuklir dan racun debu radioaktif.
Gambaran yang dilukiskan pada perang dunia ke-2 antara Rama dan Rahwana lebih membuat orang berdiri bulu romanya dan merasa ngeri: pasukan Alengka menumpangi kendaraan yang cepat, meluncurkan sebuah rudal yang ditujukan ke ketiga kota pihak musuh. Rudal ini seperti mempunyai segenap kekuatan alam semesta, terangnya seperti terang puluhan matahari, kembang api bertebaran naik ke angkasa, sangat indah. Mayat yang terbakar, sehingga tidak bisa dibedakan, bulu rambut dan kuku rontok terkelupas, barang-barang porselen retak, burung yang terbang terbakar gosong oleh suhu tinggi. Demi untuk menghindari kematian, para prajurit terjun ke sungai membersihkan diri dan senjatanya.
Banyak spekulasi bermunculan dari peristiwa ini, diantaranya ada sebuah spekulasi baru dengan berani menyebutkan bahwa perang Mahabarata adalah semacam perang NUKLIR!!
BHARATAYUDHA DALAM PENELUSURAN
Tapi,
benarkah demikian yang terjadi sebenarnya? Mungkinkah jauh sebelum era
modern seperti masa kita ini ada sebuah peradaban maju yang telah
menguasai teknologi nuklir? Sedangkan masa sebelum 4000 SM dianggap
sebagai masa prasejarah dimana peradaban Sumeria dianggap peradaban
tertua didunia tidak ditemukan kemajuan semacam ini?
Namun selama ini terdapat berbagai diskusi, teori dan penyelidikan mengenai kemungkinan bahwa dunia pernah mencapai sebuah peradaban yang maju sebelum tahun 4000 SM.
Teori Atlantis, Lemuria, kini makin diperkuat dengan bukti tertulis seperti percakapan Plato mengenai dialog Solon dan pendeta Mesir kuno mengenai Atlantis, naskah kuno Hinduisme mengenai Ramayana & Bharatayudha mengenai dinasti Rama kuno, dan bukti arkeologi mengenai peradaban Monhenjo-Daroo, Easter Island dan Pyramid Mesir maupun Amerika Selatan.
Sebuah teori mengenai kemungkinan manusia pernah memasuki zaman nuklir lebih dari 6000 tahun yang lalu. Peradaban Atlantis di barat, dan dinasti Rama di Timur diperkirakan berkembang dan mengalami masa keemasan antara tahun 30.000 SM hingga 15.000 SM.
Namun selama ini terdapat berbagai diskusi, teori dan penyelidikan mengenai kemungkinan bahwa dunia pernah mencapai sebuah peradaban yang maju sebelum tahun 4000 SM.
Teori Atlantis, Lemuria, kini makin diperkuat dengan bukti tertulis seperti percakapan Plato mengenai dialog Solon dan pendeta Mesir kuno mengenai Atlantis, naskah kuno Hinduisme mengenai Ramayana & Bharatayudha mengenai dinasti Rama kuno, dan bukti arkeologi mengenai peradaban Monhenjo-Daroo, Easter Island dan Pyramid Mesir maupun Amerika Selatan.
Sebuah teori mengenai kemungkinan manusia pernah memasuki zaman nuklir lebih dari 6000 tahun yang lalu. Peradaban Atlantis di barat, dan dinasti Rama di Timur diperkirakan berkembang dan mengalami masa keemasan antara tahun 30.000 SM hingga 15.000 SM.
Atlantis memiliki wilayah mulai dari Mediteranian hingga pegunungan Andes di seberang Samudra Atlantis sedangkan Dinasti Rama berkuasa di bagian Utara India-Pakistan-Tibet hingga Asia Tengah. Peninggalan Prasasti di Indus, Mohenjo Daroo dan Easter Island (Pasifik Selatan) hingga kini belum bisa diterjemahkan dan para ahli memperkirakan peradaban itu berasal jauh lebih tua dari peradaban tertua yang selama ini diyakini manusia (4000 SM). Beberapa naskah Wedha dan Jain yang antara lain mengenai Ramayana dan Mahabharata ternyata memuat bukti historis maupun gambaran teknologi dari Dinasti Rama yang diyakini pernah mengalami zaman keemasan dengan tujuh kota utamanya ‘Seven Rishi City’ yg salah satunya adalah Mohenjo Daroo (Pakistan Utara).
Quote:
Dalam
suatu cuplikan cerita dalam Epos Mahabarata dikisahkan bahwa Arjuna
dengan gagah berani duduk dalam Weimana (sebuah benda mirip pesawat
terbang) dan mendarat di tengah air, lalu meluncurkan Gendewa, semacam
senjata yang mirip rudal/roket yang dapat menimbulkan sekaligus
melepaskan nyala api yang gencar di atas wilayah musuh, lalu dalam
sekejap bumi bergetar hebat, asap tebal membumbung tinggi diatas
cakrawala, dalam detik itu juga akibat kekuatan ledakan yang ditimbulkan
dengan segera menghancurkan dan menghanguskan semua apa saja yang ada
disitu.
Sisa Peninggalan Perang Nuklir Zaman Ramayana ( Bharatayudha ) ?
Quote:
Apa
mungkin 15.000 tahun SM, ada perang nuklir dan peradaban manusia sudah
demikian tinggi ? Padahal, teknologi nuklir merupakan teknologi hi-tech
yang dikerjakan oleh para ahli fisika. Kesalahan kecil yang terjadi pada
peralatan atau prosesnya dapat menjadi bencana, penebar maut. Seperti
kebocoran di reaktor nuklir Chernobyl milik Rusia yang menelan banyak
korban jiwa karena radiasi radio aktif. Ada kabar menarik dari arkeolog
India. Ditemukan sejumlah bukti yang menunjukkan di India diduga pernah
terjadi 2 perang besar yang menggunakan senjata pemusnah massal.
Penelitian dilakukan oleh oleh Michael Cremo tahun 2003, arkeolog senior dari AS. Selama 8 tahun, penganut agama Hindu ini meneliti narasumber dari kitab suci Weda dan Jain, yang ditulis pendeta Walmiki, ribuan tahun lalu. Cremo tertarik menginvestigasi dan mendalami 2 kitab suci tsb. Ia menemukan nama2 yang tertera di kitab tsb ada di India. Ditemani tim dan rekannya, Dr.Rao C.S, arkeolog terkemuka India, ia meneliti dengan perangkat canggih “penjejak waktu” ( thermoluminenscence dating method ) untuk setiap obyek. Dengan karbon radio isotop, keakuratan umur objek mampu dijejak hingga miliaran tahun ke belakang. Kitab Weda ternyata bisa menjadi nara sumber akurat, mengungkap kisah2 sebenarnya beribu tahun lalu. Tak semata kitab suci.
Mereka mencoba mengupas isi kisah Mahabarata, dari awal kejadian hingga perang Bharatayudha, ditandai berakhirnya perjalanan keluarga Bharata. Mereka yang berperang, berasal dari keturunan Pandu dan Destrarata, 2 bersaudara. Dr.Rao meneliti bukti2 sejarah di lautan, di teluk Gujarat, untuk mengungkap bukti keberadaan Kerajaan Dwaraka. Istana Sri Krisna, otak penggalang strategis dari pihak Pandawa. Konon, kerajaan ini musnah ditelan gelombang laut tahun 1443 SM, setelah perang Bharatayudha tahun 1478 SM
Michael
Cremo mengadakan penelitian di daratan, diantaranya ; Indraprasta,
Hastinapura, dan padang Khurusethra, bekas perang itu terjadi. Seperti
diketahui, Indraprasta merupakan tempat bermukim keluarga Pandawa di
awal perjuangan merebut Hastina. Khurusethra adalah bekas pertempuran
dahsyat keluarga Bharata. Para ahli menemukan banyak bukti yang
mengejutkan. Tanah tegalan luas itu ternyata tak ditumbuhi tanaman apa
pun, karena tercemar radio aktif. Pada puing2 bangunan atau sisa2
tengkorak manusia yang ditemukan di Mohenjo Daro tercemar residu radio
aktif yang cukup pekat.
Menurut Dr.Indrajit, ahli termonuklir, hal ini terjadi diduga akibat radiasi ledakan termonuklir skala besar dalam peperangan tersebut. Jelasnya ternukil dalam kalimat Weda yang diterjemahkan bebas seperti ini,”Arjuna yang gagah berani, duduk dalam Weimana ( wahana mirip mirip terbang ), mendarat di tengah air, lalu mengangkat gendewa dan meluncurkan sebatang anak panah. Semacam senjata mirip rudal/ roket, yang dapat menimbulkan sekaligus melepaskan nyala api yang bersinar terang di atas wilayah musuh.
Curahannya seperti hujan lebat yang deras, mengepung musuh dengan kekuatan dahsyat. Setelah panah itu tiba pada sasarannya, dalam sekejap sebuah bayangan yang tebal dengan cepat terbentuk seperti cendawan raksasa merekah di atas wilayah kurawa. Angkasa menjadi gelap gulita, semua kompas yang ada dalam kegelapan menjadi tidak berfungsi, kemudian badai angin yang dahsyat mulai bertiup wuuus .. wuuus, disertai debu pasir. Burung2 bercicit panik seolah olah langit runtuh dan bumi gonjang ganjing. Sementara itu di atas langit, matahari seolah-olah bergoyang, panas membara memancarkan udara mengerikan, membuat bumi berguncang, dan gunung2 bergoyang “
Di kawasan darat yang luas, binatang2 mati terbakar dan berubah bentuk. Air sungai kering kerontang, ikan, udang dan hewan laut lainnya, semuanya mati. Saat panah ( roket ? ) meledak, suaranya bagaikan halilintar, membuat prajurit musuh berjatuhan bagaikan batang pohon yang terbakar hangus. Akibat yang ditimbulkan oleh senjata Arjuna tsb, tercipta badai api, diikuti ledakan dahsyat yang memancarkan debu beracun ( radio aktif ? ).
Menurut kepercayaan populer Kuil Mahabalipuram bukan suatu kuil, tetapi yang terakhir dari serangkaian tujuh candi, enam di antaranya telah tenggelam. Penemuan bangunan utama reruntuhan itu terjadi pada bulan April 2002 di lepas pantai Mahabalipuram di Tamil Nadu, India Selatan, pada kedalaman 5 hingga 7 meter (15-21 kaki) dilakukan oleh tim gabungan dari Dorset Scientific Exploration Society (SES) dan Indias National Institute of Oceanography (NIO). Penyelidikan di lokasi masing-masing batu, sisa-sisa tembok yang tersebar, batu persegi dan blok persegi panjang dan platform besar dengan undak-undakan yang menuju ke sana. Semua ini berbaring di tengah-tengah formasi geologis batuan lokal
Terdapat
4 sosok singa di empat lokasi, reruntuhan itu disimpulkan menjadi
bagian dari kompleks candi. Dinasti Pallava, yang menguasai wilayah itu
selama abad ke-7 Masehi, dikenal memiliki banyak bangunan batu keras
seperti struktural candi di Mahabalipuram dan Kanchipuram
Poet Dwarka (India)
Di
antara yang paling menarik dari penemuan-penemuan arkeologi yang dibuat
di India dalam beberapa tahun terakhir adalah yang dibuat di lepas
pantai dan Bet Dwarka Dwarka di Gujarat. Penggalian telah berlangsung
sejak 1983. Ini adalah dua tempat yang terpisah 30 km satu sama lain.
Dwarka berada di pantai laut Arab, dan Bet Dwarka adalah di Teluk Kutch.
Kedua tempat ini dihubungkan dengan legenda tentang Kresna yang
baik,Ada banyak candi di sini, terutama yang termasuk ke dalam periode
abad pertengahan.
Dinilai sebagai salah satu dari tujuh kota paling tua di negara ini, kota legendaris Dvaraka adalah tempat kediaman Lord Krishna. Hal ini diyakini bahwa akibat kerusakan dan kehancuran oleh laut, Dvaraka telah tenggelam enam kali.
Dinilai sebagai salah satu dari tujuh kota paling tua di negara ini, kota legendaris Dvaraka adalah tempat kediaman Lord Krishna. Hal ini diyakini bahwa akibat kerusakan dan kehancuran oleh laut, Dvaraka telah tenggelam enam kali.
Untuk memperluas dan memperdalam penelitian ini, Unicef dan NASA membantu pemotretan dengan citra lansat satelit. Dari hasil riset dan pemotretan yang difokuskan di hulu sungai Gangga, para arkeolog menemukan banyak sisa puing bangunan yang telah menjadi batu hangus. Batu besar reruntuhan ini ketika dilekatkan jadi satu, permukaannya menonjol dan cekung tidak merata. Ketika dicoba melebur bebatuan tsb, ternyata dibutuhkan suhu minimal 1.800 derajat celcius ! Batu biasa dalam keadaan normal tak mencapai suhu ini. Pada benda2 terkena radiasi nuklir, baru bisa mencapai suhu yang demikian tinggi. Di pedalaman hutan primitif India, peneliti juga menemukan lebih banyak reruntuhan batu hangus.
Tembok kota yang runtuh dikristalisasi, licin seperti kaca, lapisan luar perabot rumah tangga yang terbuat dari batu dalam bangunan juga telah dikacalisasi. Para peneliti heran, selain di India, batu radiasi juga ditemukan di bekas Kerajaan Babilonia Kuno, Gurun Sahara dan Gurun Gobi di Mongolia. Bukti reruntuhan perang nuklir prasejarah, derajat radiasi masih terekam meski kejadiannya ribuan tahun SM ( Sebelum Masehi ). Batu kaca pada reruntuhan tsb, semuanya sama persis dengan batu kaca pada kawasan percobaan nuklir saat ini. Diduga kuat perang Bharatayudha adalah perang nuklir yang terjadi antara 30.000 – 15.000 SM. Untuk meneliti lebih jauh penyebaran batu radiasi ini, para ahli nuklir PBB akan mengungkapnya dalam program khusus.
Penelitian yang dilakukan Dr.Rao di bawah lautan didasarkan petunjuk Weda, bahwa Kerajaan Dwaraka ditelan laut beberapa saat setelah Bharatayudha usai. Dwaraka, kediaman Sri Krisna, raja yang pegang kendali strategis di perang saudara ini. Dalam kitab suci Hindu, ia merupakan jelmaan Dewa Wisnu, pemelihara perdamaian. Keberadaan Dwaraka dilakukan selama 8 tahun, dan baru jelas setelah dibantu citra satelit NASA. Dari sana ditemukan jejak kerajaan tsb di bawah Teluk Gujarat. Setelah ada petunjuk pasti, akhirnya Dwaraka berhasil ditemukan dalam keadaan hancur digulung gelombang Laut Arab yang cukup dahsyat. Dari hasil investigasi, banyak temuan berharga indikator kehidupan makhluk 15.000 tahun lalu.
Selain tembikar, ada bongkahan batu besar yang diduga benteng dan dinding istana. Batuan dipenuhi ornamen indah, lonceng kuil dari tembaga, jangkar kapal, pot bunga dari keramik, serta uang emas dan tembaga. Penemuan logam ini memperlihatkan kepada kita, peradaban 30.000 – 15.000 tahun lalu sudah tinggi. Tak heran temuan ini mengindikasikan penggunaan senjata pemusnah massal di perang itu. Dari penemuan2 itu, Dr. Michael Creko membukukan laporan dalam 3 buku yang dicetak tahun 2006. Beberapa diantaranya ;Forbidden Archaelogis, The Hidden History of Human Race, dan Human Devolution, yang isinya menentang teori Darwin, tentang evolusi manusia. Dr. Rao dari hasil karyanya memperoleh penghargaan “The World Ship Trust Award” dari PBB atas penemuan siklus kehidupan manusia yang memutus teori Darwin.
WALLAHU ALAM
10 senopati perang Baratayuda
Perang Baratayudha
http://cerita-usul.blogspot.co.id/2016/12/10-lebih-senopati-sakti-perang-baratayudha-gugur.html
tentunya kakak 2 semua sudah sering mengenal perang yang terjadi pada
cerita mahabarata , perang besar saudara antara kurawa dan pandawa ini
termasuk perang terbesar pada masa itu memakan 10 lebih senopati perang
yang sakti , puluhan ratusan ksatria kerajaan dan juga jutaan prajurit
perang entah dari pihak kurawa ataupun pandawa.
kedua belah pihak mempunyai panglima tertinggi yang sangat tangguh dan juga strategi perang yang sangat mematikan.
Awal terjadinya Baratayuda
Setelah pandawa mampu membangun kerajaannya sendiri di hutan Wanamarta yang diberi nama kerajaan Amarta. Yudistira atau Puntadewa yang sering dikenal dalam kisah pewayangan , menjadi Raja terbesar diantara klan Kuru.
Saat itu Pandawa diundang untuk berkunjung ke kerajaan Hastinapura hanya sekedar untuk jamuan makan , setelah sesampainya di hastina pangeran Duryudana mengajak Raja Yudistira untuk bermain dadu dengan taruhan kecil kecil an , semakin lama taruhan tersebut semakin besar hingga melibatkan kerajaan hingga permaisuri kerajaan. karena kurawa dibantu dengan kelicikan sengkuni maka kekalahan ada pada pandawa, dewi draupadi yang merupakan permaisuri dari kerjaan amarta lalu di seret dursasana pasewakan agung hastinapura yang disaksikan oleh Bisma , Raja hastinapura Dretarastra dan juga Drona.
karena kecerdikan sengkuni dalam berpolitik hal itu membuat para tokoh besar disana hanya terdiam dan tidak mampu melakukan apapun begitu juga dengan pandawa yang hanya menyaksikan Dewi Draupadi di permainkan dursasana bahkan sampai ingin ditelanjangi didalam pasewakan agung hastinapura namun karena bantuan yang kuasa dursasana tidak mampu melepaskan baju Dewi Drupadi.
Pandawa akhirnya harus menjalani hukuman dari kekalahan yaitu meninggalkan Amarta dan hastina dan menjalani hidup pengasingan didalam hutan selama 13 tahun.
selama pengasingan kekuasan amarta ada dibawah kekuasaan hastina.
setelah pengasingan selesai pandawa berniat untuk meminta hak atas amarta dengan menjadikan Kresna sebagai duta untuk menyampaikan hal itu , Namun kurawa tidak memberikan atas hak itu bahkan untuk sejengkal tanahpun untuk pandawa , malah duryodana menangkap dan mengikat kresna sebagai tawanan dan hal itu membuat kresna marah dan bertiwikrama menjadi sesosok Raksasa besar dan akan menghukum Duryodana , namun akhirnya Krisna Sadar bahwa para pandawa lah yag berhak menghukum para duryodana.
Setelah pandawa mampu membangun kerajaannya sendiri di hutan Wanamarta yang diberi nama kerajaan Amarta. Yudistira atau Puntadewa yang sering dikenal dalam kisah pewayangan , menjadi Raja terbesar diantara klan Kuru.
Saat itu Pandawa diundang untuk berkunjung ke kerajaan Hastinapura hanya sekedar untuk jamuan makan , setelah sesampainya di hastina pangeran Duryudana mengajak Raja Yudistira untuk bermain dadu dengan taruhan kecil kecil an , semakin lama taruhan tersebut semakin besar hingga melibatkan kerajaan hingga permaisuri kerajaan. karena kurawa dibantu dengan kelicikan sengkuni maka kekalahan ada pada pandawa, dewi draupadi yang merupakan permaisuri dari kerjaan amarta lalu di seret dursasana pasewakan agung hastinapura yang disaksikan oleh Bisma , Raja hastinapura Dretarastra dan juga Drona.
karena kecerdikan sengkuni dalam berpolitik hal itu membuat para tokoh besar disana hanya terdiam dan tidak mampu melakukan apapun begitu juga dengan pandawa yang hanya menyaksikan Dewi Draupadi di permainkan dursasana bahkan sampai ingin ditelanjangi didalam pasewakan agung hastinapura namun karena bantuan yang kuasa dursasana tidak mampu melepaskan baju Dewi Drupadi.
Pandawa akhirnya harus menjalani hukuman dari kekalahan yaitu meninggalkan Amarta dan hastina dan menjalani hidup pengasingan didalam hutan selama 13 tahun.
selama pengasingan kekuasan amarta ada dibawah kekuasaan hastina.
setelah pengasingan selesai pandawa berniat untuk meminta hak atas amarta dengan menjadikan Kresna sebagai duta untuk menyampaikan hal itu , Namun kurawa tidak memberikan atas hak itu bahkan untuk sejengkal tanahpun untuk pandawa , malah duryodana menangkap dan mengikat kresna sebagai tawanan dan hal itu membuat kresna marah dan bertiwikrama menjadi sesosok Raksasa besar dan akan menghukum Duryodana , namun akhirnya Krisna Sadar bahwa para pandawa lah yag berhak menghukum para duryodana.
Jalan Perang Baratayudha
Perang Hari 1 Baratayudha
Pandawa
|
Kurawa
|
Resi Seta dari Wirata
|
Begawan Bisma
|
Pada hari pertama pandawa mengangkat Resi Seta untuk menjadi panglima
tertinggi pandawa dan kurawa mengangkat Resi Bisma paman dari pandawa
dan kurawa ,
Resi Seta menggunakan formasi perang Brajatikswa.
pada hari pertama ini Pangeran uttara ksatria perang dari kerajan wirata
menghadapi Prabu salya dari kerajaan madukara/madra , dengan gajah
perangnya uttara mampu menghancurkan kereta perang prabu salya prabu
salya marah lalu melemparkan tombaknya kepada uttara dan tersungkurlah
pangeran uttara gugur, Resi Seta yang mengetahui anaknya telah gugur
mengamuk dan mengejar prabu salya namun dihadang oleh pasukan kurawa.
pasukan kurawa hancur oleh kegigihan Resi Seta , Bisma yang mengetahui
hal itu lalu melepaskan panah yang ditujukan kearah Resi Seta sehingga
menamcaplah anak panah pada tubuh Resi Seta , pada hari pertama kekalan
dialami oleh pandawa atas gugurnya pangeran Uttara dan Resi Seta dihari
pertama.
Hasil Perang Hari Pertama
Pandawa | Kurawa |
Kalah | Menang |
Perang Hari 2 Baratayudha
Pandawa | Kurawa |
Pangeran Drestajumna | Begawan Bisma |
Dihari kedua ini arjuna mengamuk dengan panahnya , karena panah arjuna
ini banyak sekali prajurit kurawa yang hancur hingga akhirnya arjuna
berduel adu panah dengan kakeknya bisma , pertarungan sangat seimbang
hingga akhirnya setyaki memanah kusir kuda perang bisma hingga tewas
tanpa kusir maka kuda bisma menjadi tidak terkendali sampai lari
meninggalkan medan pertempuran.
sementara itu disisi lain Drona menyerang Drestajumna dengan membabi buta , melihat drestajumna sedang terancam maka bima segera membantu Drestajumna , banyak prajurit yang berjatuhan karena kedahsyatan serangan Bima pasukan dan ksatria dari kerajaan kalinga habis ditangan Bima.
di hari kedua perang baratayudha ini dimenangkan oleh pandawa
sementara itu disisi lain Drona menyerang Drestajumna dengan membabi buta , melihat drestajumna sedang terancam maka bima segera membantu Drestajumna , banyak prajurit yang berjatuhan karena kedahsyatan serangan Bima pasukan dan ksatria dari kerajaan kalinga habis ditangan Bima.
di hari kedua perang baratayudha ini dimenangkan oleh pandawa
Perang Hari Ke 3 Baratayudha
Dihari Ke 3 ini jalan pertempuran sangatlah seimbang pandawa
memakai formasi perang bulan sabit lalu kurawa menggunakan strategi
Burung elang, tidak ada kerusakan yang begitu berarti diantara 2 kubu
baik pandawa maupun kurawa. setelah matahari terbenam pasukan kedua
belah pihak ditarik mundur masing masing.
Add caption |
Perang Hari Ke 4 Baratayudha
Dipertumpuran Hari Ke 4 ini merupakan sebuah pukulan perasaan besar bagi
Duryudana , karena saat duryudana menyuruh 8 adiknya untuk mengepung
bima dengan pasukan bergajah mereka gugur ditangan Bima dengan senjata Gada Rujakpolo nya.
Di akhir peperangan pada hari itu Duryudana mendatangi Bisma dan
mengatakan kekecewaanya terhadap nya , duryodana mencurigai bahwa
sebenarnya Bisma ada di pihak pandawa , hanya tempatnya saja di kurawa
namun hatinya untuk pandawa sehingga tidak mau bertempur secara ksatria
melawan para pandawa.
Sehingga kekalahan pada hari ini terjadi dan mungkin akan terjadi lagi esok hari dan selanjutnya.
Mendengar Hal tersebut membuat Bisma menjadi marah dan tersinggung dan
bersumpah untuk berperang sepenuh hati dalam melawan kurawa setelah
terbit fajar besok.
Perang hari 5 Baratayudha
pada hari ke 5 ini panglima tertnggi kurawa begawan bisma mengamuk
dengan panah nya , bisma menghancurkan prajurit pandawa baik di sisi
depan sisi kanan mau pun disisi kiri formasi perang pandawa , melihat
hal itu arjuna mendatangi bisma dan sekali lagi mereka berhadapan untuk
berduel , bisma mengatakan kepada arjuna untuk bertarung dengan sepenuh
hati jangan ragu membunuhku selagi kau bisa. pertarungan terjadi sangat
sengit kedahsyatan panah arjuna dan bisma membuat debu bertebangan di
atas bumi Kurusetra , dan sejenak hilang karena tersiram darah prajurit
yang menggenangi tanah kurusetra.
Perang Hari 6 Baratayudha
untuk mengantisipasi kemarahan Bisma yang berkelanjutan
senopati Drestajumna mengatur strategi perang dengan formasi makara
dengan arjuna dan drupada sebagai ujung tombak garis depan.
disisi lain Bima berhadapan dengan guru Drona. pertarungan hari itu bisa
dikatakan kehancuran prajurit pandawa karena amukan Senopati Bisma dan
juga Drona.
Perang Hari 7 Baratayudha
kemarahan Senopati Bisma berlanjut dihari ke 7 ia membentuk formasi
perang Mandala , sementara dikubu pandawa dibawah intruksi Senopati
Drestajumna membangun formasi Bajra.
di hari ini 1 ksatria pandawa gugur ditangan Guru Drona yaitu Raden
Sangka putra dari Prabu Wirata dengan 4 anak panah tertancap didadanya
setelah melakukan perlawanan sengit bersama ayahnya.
Disisi lain Setyaki mampu mengalahkan Raksasa Halambusa beserta
pasukanya dan Senopati Drestajumna melukai badan Duryodana dan membunuh
kusir serta kuda perangnya dengan kelihaianya dalam menggunakan senjata
panah. bisa dikatakan pada hari tersebut kurawa banyak mengalami
kekalahan dari pada pandawa. dan semakin membuat duryudana berprasangka
buruk kepada Senopati sakti Bisma.
Perang Hari 8 Baratayudha
pada hari ke 8 ini keganasan Bima masih berlanjut kembali 8 saudara
adik Duryudana gugur ditangan bima , mereka terbunuh dengan sangat kejam
bahkan sampai terpenggal kepalanya , Duryodana yang sangat marah
memerintahkan saudaranya yang masih hidup untuk mengepung Bima , namun
tidak ada satupun yang berani untuk menghadapi kehebatan Bima.
Disisi lain Raden Irawan anak Arjuna memporak-porandakan barisan
dari kerajaan sekutu kurawa yang dipimpin oleh sengkuni , Irawan tidak
tertandingi dan banyak saudara saudara sengkuni yang mati ditanganya ,
melihat hal itu Duryodana memanggil Raksasa Halembusura untuk menghadapi
Irawan , pertarungan sangat lah sengit dan akhirnya Irawan gugur
ditangan Raksasa Halembusura dengan kekuatan Sihirnya.
Oke kak , gimana ? setelah dapet gambaran tentang dahsyatnya perang
baratayuda yang melibatkan lebih dari 10 Senopati perang yang sakti ,
Ratusan Ksatria yang gagah perkasa dan juga jutaan prajurit perang.
pastinya ngeri ya kak kalo kita ada dan menyaksikan langsung jalanya peperangan.
setelah 7 hari berjalanya perang dan diantaranya yang gugur adalah :
Dari pihak pandawapastinya ngeri ya kak kalo kita ada dan menyaksikan langsung jalanya peperangan.
setelah 7 hari berjalanya perang dan diantaranya yang gugur adalah :
- Pangeran Uttara
- Raden Irawan putra Arjuna
- Raden Sangka
- Raden Wratsangka dan Resi Seta.
Sementara Dari pihak Kurawa ada 16 Saudara kandung dari Duryodana,
Raksasa Halambusa, Dan masih banyak lagi ksatria dari saudara Sengkuni
dari kerajaan Subala atau Gandara.
Mari kak kita lanjutin jalanya perang Dihari Ke 9 Perang Baratayuda.
Dihari ini Abimanyu yang merupakan kakak dari Irawan bersampingan dengan
Arjuna seakan mengamuk membalaskan dendam Irawan yang gugur dihari Ke 8
, serangan mereka bertubi-tubi sehingga membuat pasukan kurawa terpecah
belah, melihat hal itu bisma mendekati Arjuna , lagi-lagi peperangan
sangat sengit dan seimbang hingga akhir waktu matahari terbenam.
Di sisi lain Abimanyu melawan Raksasa Halambusura yang kemarin telah
membunuh irawan adiknya, karena Abimanyu ini terkenal sebagai Arjuna
kedua karena kelihaianya dalam menggunakan senjata panah , akhirnya
Raksasa Halambusura kalah dan melarikan diri dari serangan Abimanyu.
- Perang Hari Ke 10 Baratayuda
Pada hari ke 10 ini pandawa sadar begitu susahnya untuk mengalahkan
Senopati Bisma lalu Drestajumna Kresna mengatur siasat untuk mengikut
sertakan Srikandi di atas kereta perang Arjuna dan di tempatkan didepan
Arjuna sebagai tameng arjuna dan arjuna akan menyerang Bisma dari
belakang Srikandi.
Sumber Wikipedea |
melihat itu Bisma tidak berdaya , karena bisma sadar bahwa
srikandi adalah reingkarnasi Dewi Amba yang pernah dia sakiti hatinya
dimasa lampau, dan Sebelum Dewi Amba membunuh Diri dia sempat mengutuk
Bisma bahwa dia akan terlahir kembali untuk alasan penyebab kematian
bisma.
Setelah mereka berhadapan Resi Bisma meletakkan senjatanya dan tidak
memberi perlawanan Arjuna , tidak membuang waktu Arjuna melepaskan anak
panah pertamanya dan tepat menembus dada Bisma dan dilanjutkan Panah
pasoepati nya sekali panah bisa menjadi ribuan anak panah sehingga
membuat bisma terlempar dan terjatuh , Bisma sekarat diatas ribuan anak
panah arjuna. semenjak kejadian itu peperngan berhenti menjadi hening
dan menjadikan duka cita dikedua belah pihak ,
baik kurawa ataupun pandawa berkumpul mengelilingi tubuh Bisma yang
sedang sekarat diatas Ranjang panah Arjuna , Bisma meminta utuk
dibuatkan Bantal menggunakan panahnya untuk menjadikan lebih nyaman saat
bisma menjalani masa sekarat , meskipun begitu Bisma mampu bertahan
hidup sampai Perang Baratayudha selesai dan menyaksikan kehancuran para
Kurawa karena Bisma dianugrahi tidak bisa mati jika kematian itu tidak
ia inginkan sendiri.
Perang Hari 11 Baratayudha
Setelah kekalahan Bisma Kurawa mengangkat Ksatria perang baru
yaitu Adipati Karna Raja dari kerajaan Awangga yang sebelumnya tidak
diperbolehkan untuk maju berperang dibawah kepemimpinan Bisma. setelah
Bisma gugur maka Senopati tertinggi di nobatkan kepada Guru Drona.
dengan memanfaatkan Karna , duryodana menginginkan untuk menangkap
Yudistira ditangkap hidup dan menjadi tawanan perang, strategi itu
didukung oleh Drona dan membantu karna untuk mewujudkan keinginan
Duryodana.
Saat itu yudistira berhadapan langsung dengan dua senopati perang yang
sangat sakti yaitu karna dan juga gurunya Drona , melihat situasi
yudistira yang sedang terancam maka Arjuna datang membantu. Arjuna
mematahkan semua serangan dari drona ataupun karna , pertarungan sangat
sengit hingga akhir hari matahari terbenam.
Perang Hari 12 Baratayuda
Drona dan karna menyadari sangat susah untuk menangkap yudistira selama
Arjuna masih ada dibelakang barisan Yudistira untuk melindungi Yudistira
, maka dari itu Duryodana mengutus Raja Trigarta dan juga Susarma
beserta 35 saudara Duryodana untuk mengepung Arjuna , Namun usaha
strategi itu gagal satu persatu punggawa punggawa kurawa gugur ditangan
Arjuna. setelah gugurnya Bisma kekuatan Kurawa ini semakin
melemah, berbeda dengan pandawa yang semakin kuat dan rasa percaya diri
yang tinggi tumbuh di hati prajurit pandawa.
Perang Hari 13 Baratayuda
Duryodana sangat terpukul dengan gugurnya 35 saudaranya oleh Arjuna ,
akhirnya Duryodana memerintahkan Bagadatta seorang Ksatria tangguh yang
mempunyai ribuan pasukan bergajah.
Bagadatta dan arjuna bertarung dengan sengit , sementara itu Guru Drona
menggunakan Formasi perang Cakrabyuha. hanya Arjunalah yang tau akan
kunci Formasi ini sedangkan Arjuna masih disibukkan oleh Bagadatta yang
menyerangnya dengan menunggangi gajah Raksasa.
Banyak kerusakan dipihak pandawa karena Formasi cakrabyuha oleh Drona , akhirnya Abimanyu
mengajukan diri untuk mencoba memecahkan formasi itu dengan panahnya ,
memang Abimanyu pernah mempelajari Formasi itu namun belum selesai ,
abimanyu hanya tau cara memecahkan dan memasuki namun tidak tau cara
untuk memecahkan dan keluar dari formasi.
dengan penuh pertimbangan akhirnya abimanyu di ijinkan untuk memasuki
formasi dan di dampingi 4 pandawa dibelakangnya, namun sayang sesaat
Abimanyu berhasil memasuki formasi dan menghancurkan banyak prajurit 4
pandawa dihadang oleh jayadrata , para pandawa tidak mampu mengalahkan
jayadrata karena telah di anugrahi untuk tak terkalahkan dalam 1 hari.
Abimanyu yang sendirian didalam formasi tersebut berhadapan langsung
dengan semua ksatria tinggi kurawa meliputi : Duryodana , Drona , Karna ,
Dursasana , Sengkuni , salya dan para saudara kurawa yang lain.
setelah memberikan banyak perlawanan akhirnya Abimanyu diserang serentak
dengan sangat bengis dan tak ada rasa ampun dan kasihan melihat
Abimanyu ini masih terhitung masih terlalu muda , yakni berumur 16tahun.
bagaikan Bisma yang gugur dengan ribuan panah Arjuna , abimanyu Gugur
dengan berbagai macam senjata prajurit mulai dari : tombak , keris ,
panah , pedang semua senjata yang dipergunakan prajurit perang kurawa
menancap di seluruh badan Abimanyu. mengetahui kematian Abimanyu Arjuna
terlihat marah sekali dan bersumpah untuk membunuh Jayadrata yang
menghalangi Pandawa saat melindungi Abimanyu masuk kedalam formasi
Cakrabyuha, dan bersumpah akan membunuh jayadrata esok hari sebelum
matahari terbenam. jika ia gagal melaksanakan sumpahnya maka Arjuna akan
membakar diri nya hidup hidup.
Perang Hari 14 Baratayuda
mendengar sumpah Arjuna para kurawa memanfaatkan hal tersebut , prajurit
Kurawa hanya focus dalam menyembunyikan Jayadrata . dalam mencari
jayadrata Arjuna menhacurkan lebih dari 100.000 prajurit kurawa. hari
sudah semakin sore akhirnya Arjuna sadar jika Jayadrata dilindung oleh
Karna dan juga ksatria tangguh lainya. Kresna yang tidak tinggal diam
itu melepaskan senjata cakra sudarsana nya kelangit dan menutupi cahaya
matahari yang seakan akan matahari telah terbenam. akhirnya Jayadrata
memperlihatkan diri tanpa perlindungan dengan tiba tiba matahari
bersinar dan Arjuna melepaskan panahnya tepat dileher Jayadrata dan
membuat nya gugur dengan kepala terpenggal.
setelah matahari benar-benar tenggelam dan bulan mulai bersinar pasukan
kurawa tidak menghentikan seranganya sehingga pertempuran berlanjut
hingga malam hari, Yudistira akhirnya mengangkat Gatotkaca anak Bima
menjadi panglima tertinggi , karena dimalam hari kekuatan gatotkaca
menjadi berlipat dan tidak ada satupun yang mampu menandingi selain anak
panah kuntawijaya yang dimiliki karna,
Gatokaca dan Bima pada hari itu meluluhlantakkan prajurit kurawa ,
hingga akhirnya Duryodana menjadi gelisah karena kahancuran yang
diciptakan oleh gatotkaca lalu duryodana menyuruh karna untuk melepaskan
panah kuntawijaya nya kepada gatotkaca yang sebenarnya panah itu hanya
bisa digunakan 1 x dan untuk melawan Arjuna nanti.
Karena tidak ada pilihan lain untuk mengalahkan Gatotkaca
akhirnya karna melesatkan panahnya tepat di dada gatotkaca membuat
gatotkaca terjatuh dan menimpa ribuan prajurit kurawa. lagi lagi
senopati tangguh pandawa gugur untuk membela kebenaran perang
Baratayudha.
Perang Hari 15 Baratayudha
dihari ke 15 bima dan juga drestajumna mencoba untuk mengalahkan Drona ,
karena kesaktian yang dimiliki oleh Drona usaha yang diakukan oleh Bima
maupun Drestajumna ini sia sia ,di sisi lain kresna dan yudistira
mencari solusi untuk mengalahkan Drona . akhirnya ketemulah suatu cara
bagaimana agar Drona menjadi lemah dan tak berdaya. Kresna memerintahkan
agar Yudistira berteriak jika aswatama anak dari drona ini telah gugur ,
namun selama ini yudistira adalah seorang raja yang jujur tidak mampu
untuk berkata bohong.
Akhirnya kresna menyiasati hal itu , yudistira diperintahkan untuk membunuh seekor gajah yang bernama aswatama lalu berteriak "aswathama hatha kunjara" sebuah kalimat yang menerngkan bahwa ada seekor gajah yang bernama aswatama telah mati , namun saat yudistira mengucapkan "hatha kunjara" seluruh
prajurit membunyikan terompet dan juga genderang perang atas perintah
Kresna , sehingga Drona hanya mendengar jika aswatama gugur , dan tidak
tau bahwa sebenarnya seeokor gajah bernama aswatama yang gugur.
lalu Drona menjatuhkan senjata nya dan tak berdaya karena berduka atas
gugurnya aswatama, melihat hal itu Drestajumna memanfaatkan keadaan.
Drestajumna menghampiri Drona dan memenggal kepalanya sebagai balas
dendam atas kematian ayahnya draupada dan juga untuk menyelesaikan
sumpahnya. dan lagi Senopati perang yang tangguh gugur di dalam medan
perang Baratayudha.
Perang Hari 16 Baratayuda
Dewi Kunti ibu para pandawa yang menyadari jika karna diangkat menjadi
senopati perang tertinggi oleh kubu kurawa lalu mendatanginya , dengan
niatan menyampaikan bahwa karna adalah anak pertamanya dan pandawa
adalah adik adik nya. kunti memohon kepada karna agar mengampuni nyawa
pandawa.
hal tersebut membuat karna menjadi buah simalakama. lalu karna
memutuskan untuk mengampuni nyawa pandawa dan tidak akan menyerang
pandawa kecuali Arjuna untuk membuktikan siapa pemanah terhebat pada
masa itu. dan benarlah sebenarnya karna lebih hebat dalam hal memanah
daripada arjuna , terbukti karna mampu mematahkan busur arjuna dengan
anak panahnya tepat sebelum matahari terbenam. karena karna adalah
seorang ksatria yang patuh akan peraturan perang akhirya Arjuna diampuni
nyawanya oleh karna.
Perang Hari 17 Baratayuda
pada hari ketujuh belas pertarungan antara Arjuna dan Karna
kembali berlangsung, karna di giring oleh arjuna untuk menjauhi medan
laga untuk bertempur 1 lawan 1 , pertarungan sangat sengit hingga
akhirnya kereta perang Karna terpelosok kedalam lumpur. melihat situasi
tersebut karna meminta waktu sejenak untuk mengangkat kereta nya dari
atas lumpur.
melihat kebingungan Arjuna untuk memutuskan untuk malanjutkan perangnya
atau berhenti perang atas permintaan Karna lalu Kresna mengingatkan
kepada Arjuna jika Karna telah tega membunuh Abimanyu dalam keadaan
sekarat setelah disiksa dan diranjab prajurit kurawa.
mengenang hal tersebut Arjuna langsung menarik Busurnya dan melepaskan
anak panah tepat dijantung Karna. dan lagi Senopati tangguh gugur di
medan laga.
Disisi lain Bima mendapati Dursasana menunggang kereta perangnya ,
sontak bima langsung mendatangi Dursasana dan menghancurkan keretanya
dengan sekali pukulan Gadanya. Dursasana diseret disiksa hingga akhirnya
Dursasana gugur dimedan laga. segera draupadi maju ke tengah medan
pertempuran untuk berkeramas darah Dursasana untuk memenuhi sumpahnya
ketika ia dipermalukan ditengah pasewakan agung Kerajaan Hastinapura.
- Perang Hari 18 Baratayuda
Setelah kematian Karna saat perang tandhing dengan Arjuna Pada perang
hari terakhir ini tinggalah 1 Senopati perang yang tangguh adalah Prabu
Salya dari Madra/Madukara kakak dari Dewi Madrim ibu Kembar Pandawa
Nakula dan Sadewa. Prabu Salya diangkat menjadi Senopati tertinggi pada
hari itu.
hari itu adalah hari penghabisan para Kurawa, Saat jalanya perang Prabu
salya mampu dikalahkan oleh yudistira , Sengkuni dibunuh oleh Sadewa
(dalam versi pewayangan sengkuni dibunuh oleh bima dengan cara
dikuliti). dan bima menghabiskan saudara saudara duryodana yang masih
tersisa.
melihat kehancuran pasukanya duryodana memutuskan untuk berlari pergi
meninggalkan medan pertempuran dan bersembunyi disebuah danau.
tak lama kemudian Balaram (Baladewa dalam versi Jawa) kakak dari kresna
muncul untuk memutuskan agar peperangan dilakukan 1 lawan 1 antara
Duryodana dengan Bima. kemenanganpun ada ditangan Bima , duryodana mati
dengan sangat tragis dengan bentuk wajah yang hancur karena kemarahan
Bima.
Nah.... begitulah kira kira kisah perang Baratayuda yang melibatkan lebih dari 10 senopati sakti nan tangguh yang gugur di dalam peperangan. antara lain
Ksatria / Senopati Pandawa
|
Ksatria / Senopati Kurawa
|
Resi Seta
|
Duryodana beserta 99 Kurawa
|
Raden Sangka
|
Resi Bisma
|
Raden Wratsangka
|
Resi Drona
|
Raden Gatotkaca
|
Adipati Karna
|
Raden Abimanyu
|
Prabu Salya
|
Raden Bambang Irawan
|
Raksasa Alambusa
|
Prabu Drupada
|
Patih Sengkuni
|
Prabu Wirata
|
Raden Jayadrata
|
Raden Utara
|
Dan semua Raja Raja Sekutu Kurawa
|
11.Senjata Sakti Tokoh Pewayangan
http://muhammadleakymustafa.blogspot.co.id/2013/05/11senjata-sakti-tokoh-pewayangan.html
Written By Muhammad Leaky Mustafa on Saturday, May 25, 2013 | 3:57 PM
Pusaka
adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebutkan suatu benda yang
dianggap sakti atau keramat.[1] Biasanya benda-benda yang dianggap
keramat di sini umumnya adalah benda warisan yang secara turun-temurun
diwariskan oleh nenek moyangnya, seperti misalnya dalam lingkungan
keraton. Dalam Kisah Pewayangan Banyak sekali senjata Pusaka yang taak
kalah saktinya dengan senjata modern jaman sekarang.
1.KUKU PANCANAKA
Senjata Pancanaka berupa Kuku jempol tangan yang berwarna hitam,
melengkung panjang ke bawah serta sangat tajam. Diceritakan tajamnya
tujuh kali tajam pisau cukur. Pada babat hutan Amarta, Bima
menggunakan kuku Pancanaka untuk menebang pohon- pohon besar, dan pada
perang Baratayudha, Bima menggunakan Pancanaka untuk memotong leher
Dursasana.
Tak mudah mendapatkan Pusaka ini, Bima harus bersemadhi di gua gunung meheru selama berbulan-bulan, dan pada awalnya dewa pemilik kuku tak mau memberikannya pada Bima. Oleh karena itu, Batara Guru memberikan 2 kuku pancanaka buatannya, agar Bima tak mengamuk dan memporak porandakan Bumi.
Tak mudah mendapatkan Pusaka ini, Bima harus bersemadhi di gua gunung meheru selama berbulan-bulan, dan pada awalnya dewa pemilik kuku tak mau memberikannya pada Bima. Oleh karena itu, Batara Guru memberikan 2 kuku pancanaka buatannya, agar Bima tak mengamuk dan memporak porandakan Bumi.
2.PANAH PASOPATI:
1.PANAH PASOPATI
pasopati : PASO artinya Tepat. PATI artinya Mati. Jadi panah pasopati jika mengenai musuh atau lawan yang berupa Raksasa, Kesatria ataupun Saudara, Pastilah lawan tersebut menemui ajalnya
Panah Pasopati diberikan oleh batara guru, saat arjuna melakukan tapa pada lakon arjunawiwaha. panah tersebut digunakan arjuna untuk membunuh raja raksasa yaitu Niwatacaraka yang ingin mempersunting Dewi Supraba, selain itu digunakan untuk membunuh jayadarta dan Adipati Karna.
pasopati : PASO artinya Tepat. PATI artinya Mati. Jadi panah pasopati jika mengenai musuh atau lawan yang berupa Raksasa, Kesatria ataupun Saudara, Pastilah lawan tersebut menemui ajalnya
Panah Pasopati diberikan oleh batara guru, saat arjuna melakukan tapa pada lakon arjunawiwaha. panah tersebut digunakan arjuna untuk membunuh raja raksasa yaitu Niwatacaraka yang ingin mempersunting Dewi Supraba, selain itu digunakan untuk membunuh jayadarta dan Adipati Karna.
3.BUSUR GANDIWA:
2.BUSUR GANDIWA
Arjuna menerima Gandiwa dari Waruna atas rekomendasi dari Agni. Waruna juga memberikan Arjuna, dua Kantong Panah yang tak pernah habis, sebuah kereta yang dibuat oleh Wiswakarma yang memiliki bendera Hanuman, dan tunggangan empat Kuda putih yang lahir di wilayah Gandharwa.
Gandiwa dikatakan menanggung beban yang berat (MBH 4,40), dan memiliki panjang 'tãlamãtra' (MBH 5,161, 8,68). Interpretasi Tãlamãtra bervariasi (pohon palem, sepanjang lengan, empat sampai enam hasta, dll)
Arjuna sudah bersumpah untuk memotong kepala siapa pun yang memintanya untuk memberikan busurnya.
SUMBER
Arjuna menerima Gandiwa dari Waruna atas rekomendasi dari Agni. Waruna juga memberikan Arjuna, dua Kantong Panah yang tak pernah habis, sebuah kereta yang dibuat oleh Wiswakarma yang memiliki bendera Hanuman, dan tunggangan empat Kuda putih yang lahir di wilayah Gandharwa.
Gandiwa dikatakan menanggung beban yang berat (MBH 4,40), dan memiliki panjang 'tãlamãtra' (MBH 5,161, 8,68). Interpretasi Tãlamãtra bervariasi (pohon palem, sepanjang lengan, empat sampai enam hasta, dll)
Arjuna sudah bersumpah untuk memotong kepala siapa pun yang memintanya untuk memberikan busurnya.
SUMBER
4.KONTA WIJAYA:
KONTA WIJAYA
Senjata Konta Jaya adalah milik Adipati Karna. Senjata Konta adalah pemberian dari Dewa Indra. Konta Jaya adalah senjata yang sangat Ampuh Namun hanya dapat digunakan Satu Kali saja. Pada Mulanya Senjata ini digunakan untuk membunuh Arjuna, tapi naasnya senjata ini terpaksa Digunakan untuk membunuh GATOT KACA.
Dalam Versi Mahabharata mengisahkan, Gatotkaca sebagai seorang raksasa memiliki kekuatan luar biasa terutama pada malam hari. Setelah kematian Jayadrata di tangan Arjuna, pertempuran seharusnya dihentikan untuk sementara karena senja telah tiba. Namun Gatotkaca menghadang pasukan Korawa kembali ke perkemahan mereka. Pertempuran pun berlanjut. Semakin malam kesaktian Gatotkaca semakin meningkat. Prajurit Korawa semakin berkurang jumlahnya karena banyak yang mati di tangannya. Seorang sekutu Korawa dari bangsa rakshasa bernama Alambusa maju menghadapinya. Gatotkaca menghajarnya dengan kejam karena Alambusa telah membunuh sepupunya, yaitu Irawan putra Arjuna pada pertempuran hari kedelapan. Tubuh Alambusa ditangkap dan dibawa terbang tinggi, kemudian dibanting ke tanah sampai hancur berantakan. Duryodana pemimpin Korawa merasa ngeri melihat keganasan Gatotkaca. Ia memaksa Karna menggunakan senjata pusaka Indrastra pemberian Dewa Indra yang bernama Vasavi shakti alias Konta untuk membunuh rakshasa itu. Semula Karna menolak karena pusaka tersebut hanya bisa digunakan sekali saja dan akan dipergunakannya untuk membunuh Arjuna. Namun karena terus didesak, Karna terpaksa melemparkan pusakanya menembus dada Gatotkaca. Menyadari ajalnya sudah dekat, Gatotkaca masih sempat berpikir bagaimana caranya untuk membunuh prajurit Kurawa dalam jumlah besar. Maka Gatotkaca pun memperbesar ukuran tubuhnya sampai ukuran maksimal dan kemudian roboh menimpa ribuan prajurit Korawa. Pandawa sangat terpukul dengan gugurnya Gatotkaca. Dalam barisan Pandawa hanya Kresna yang tersenyum melihat kematian Gatotkaca. Ia gembira karena Karna telah kehilangan pusaka andalannya sehingga nyawa Arjuna dapat dikatakan relatif aman.
5.Jamus kalimasada:
JAMUS KALIMASADA
Serat Jamus Kalimasada adalah nama sebuah pusaka dalam dunia pewayangan yang dimiliki oleh Prabu Puntadewa (alias Yudistira), pemimpin para Pandawa. Pusaka ini berwujud kitab, dan merupakan benda yang sangat dikeramatkan dalam Kerajaan Amarta.
Salah satu kisah pewayangan Jawa menceritakan tentang asal-usul terciptanya pusaka Jamus Kalimasada. Pada mulanya terdapat seorang raja bernama Prabu Kalimantara dari Kerajaan Nusahantara yang menyerang kahyangan bersama para pembantunya, yaitu Sarotama dan Ardadedali. Dengan mengendarai Garuda Banatara, Kalimantara mengobrak-abrik tempat tinggal para dewa. Batara Guru raja kahyangan meminta bantuan Resi Satrukem dari pertapaan Sapta Arga untuk menumpas Kalimantara. Dengan menggunakan kesaktiannya, Satrukem berhasil membunuh semua musuh para dewa tersebut. Jasad mereka berubah menjadi pusaka. Kalimantara berubah menjadi kitab bernama Jamus Kalimasada, Sarotama dan Ardadedali masing-masing menjadi panah, sedangkan Garuda Banatara menjadi payung bernama Tunggulnaga. Satrukem kemudian memungut keempat pusaka tersebut dan mewariskannya secara turun- temurun, sampai kepada cicitnya yang bernama Resi Wyasa atau Abyasa. Ketika kelima cucu Abyasa, yaitu para Pandawa membangun kerajaan baru bernama Amarta, pusaka-pusaka tersebut pun diwariskan kepada mereka sebagai pusaka yang dikeramatkan dalam istana. Di antara pusaka-pusaka Kerajaan Amarta, Jamus Kalimasada menempati peringkat utama. Kisah-kisah pedalangan banyak yang bercerita tentang upaya musuh-musuh Pandawa untuk mencuri Kalimasada. Meskipun demikian pusaka keramat tersebut senantiasa kembali dapat direbut oleh Yudistira dan keempat adiknya.
6.CAKRA BASKARA:
Lengkapnya Cakra Sudarsana, atau Cakra Baskara adalah senjata andalan Batara Wisnu. Senjata itu juga dimiliki para titisannya, termasuk Prabu Kresna, raja Dwarawati. Sebagai senjata milik dewa, Cakra bukan hanya ampuh, tetapi juga mempunyai bermacam kegunaanyya. Kebanyakan makhluk di dunia ini tidak ada yang sanggup mengelak dan menangkal dari serangan senjata Cakra kecuali tokoh tertentu yang berpihak pada kebajikan.
Dalam pewayangan senjata Cakra digambarkan berbentuk roda dengan gigi-gigi yang menyerupai mata tombak. Pada Wayang Kulit Purwa dan Wayang Orang, senjata Cakra dirupakan sebagai mata panah (nyenyep, Bhs. Jawa), sedangkan dalam penggambarannya di beberapa dinding candi serta di komik-komik yang diterbitkan di Jawa Barat, Cakra dilukiskan berbentuk semacam cakram yang tepinya bergerigi.
Dalam pewayangan gagrak Jawa Timur diceritakan, senjata Cakra Baskara tercipta dalam lakon Wisnusraya. Suatu ketika, Prabu Mangliawan dari Kerajaan Selagringging menyerbu kahyangan, karena pinangannya terhadap Dewi Sri Pujayanti ditolak. Bala tentara dewa kewalahan menghadapinya. Sang Hyang Narada menugasi Batara Wisnu untuk menghadapi Prabu Mangliawan.
Sebelum berangkat ke medan laga Batara Wisnu menyuruh istrinya memohon restu pada batara Guru.
Namun pemuka dewa itu tidak berkenan karena ia masih sakit hati pada Wisnu dan Dewi Sri, karena mereka kimpoi, padahal Batara Guru juga berminat memperistri Dewi Sri. Batara Guru bahkan membuang ludah dahaknya sehingga menodai kain yang dikenakan Dewi Sri.
Dewi Sri kemudian melaporkan segala kejadian itu pada suaminya. Oleh Wisnu dahak Batara Guru yang menempel di kain istrinya dipuja menjadi sebuah senjata sakti berbentuk bulat, dengan delapan runcingan di sekeliling sisinya. Senjata itu dinamakan Cakra Baskara atau Riak Kumala.
Menurut versi yang ini, kisah terjadinya senjata Cakra dimulai dari niat Batara Guru untuk berolah asmara dengan Dewi Sri Widawati. Sang Dewi menolak dan memohon perlindungan Batara Wisnu. Ketika batara Wisnu hendak menyadarkan Batara Guru bahwa perbuatannya tidak pantas, pemuka dewa itu malah marah, lalu melakukan tiwikrama. Keempat tangannya menjadi besar dan panjang hendak mencengkeram Wisnu.
Karena takut sekaligus marah, Batara Wisnu melakukan tiwikrama, berubah ujud menjadi Kalamercu. Batara Guru kewalahan dan menghentikan serangannya, tetapi rasa kesalnya belum reda. Batara Wisnu diludahi . Kemudian bersama Batari Sri Widawati dan Batara Basuki, Wishnu diusir dari kahyangan. Sebelum meninggalkan kahyangan, Batara Wisnu memuja ludah Batara Guru menjadi senjata Cakra.
Mulai saat itulah mereka menitis pada manusia yang dipilihnya.
Pertama kali senjata Cakra digunakan oleh batara Wisnu memenggal leher Rembuculung atau Kala Rudra. Sewaktu mendapat laporan dari Batara Candra bahwa Rembuculung mencuri air kehidupan Tirta Amerta. Batara Wisnu segera memburunya. Dengan Senjata Cakra, dewa Pemelihara Alam itu memenggal leher Rembuculung hingga putus. Namun, karena raksasa gandarwa itu sempat meneguk Tirta Amerta. Sebelum sempat tertalan, kepala Rembuculung tidak mati, sedangkan badannya menjadi lesung.
Kala Cakra dalam bahasa Sansekerta mengandung arti bulatan atau lingkaran, piringan, roda atau sejenis dengan itu.
7.PANAH NAGAPASA:
Panah Nagapasa adalah panah milik Indrajit a.k.a Anak Rahwana. Panah ini apabila dilepaskan dari busurnya maka akan mengeluarkan Ribuan Naga yang siap mencabik-cabik raga musuh si indrajit.
8.GADA RUJAKPALA:
Gada Rujapala adalah Senjata Bima yang ia gunakan untuk membunuh Duryudana pada hari Terakhir , perang barathayuda. Pertarungan berlangsung dengan sengit dan lama, sampai akhirnya Kresna mengingatkan Bima bahwa ia telah bersumpah akan mematahkan paha Duryodana. Seketika Bima mengayunkan gadanya ke arah paha Duryodana. Setelah pahanya diremukkan, Duryodana jatuh ke tanah, dan beberapa lama kemudian ia mati. Baladewa marah hingga ingin membunuh Bima, namun ditenangkan Kresna karena Bima hanya ingin menjalankan sumpahnya.
9.BRAHMAASTRA (PANAH NUKLIR):
Brahmastra, senjata dari Dewa Brahma. Merupakan senjata yang sangat
kejam dan berbahaya, beberapa ilmuwan terpercaya dimasa kini meyakini
senjata ini memiliki daya hancur yang setara dengan bom atom, bahkan
dikatakan dapat menghancurkan bumi . Senjata ini juga dapat menghalau hampir semua senjata dewa lainnya.
Brahmastra merupakan senjata yang berbentuk anak panah, dan tidak akan pernah meleset dari sasarannya, baik individual ataupun kelompok. Brahmastra diperoleh dari hasil meditasi kepada Dewa Brahma, dan hanya dapat digunakan sekali dalam seumur hidup. Brahmastra diaktifkan dengan membacakan mantra yang diberikan kepada pengguna senjata saat memperoleh senjata ini. Rama menggunakan senjata ini untuk membunuh Rahwana, sedang Arjuna dan Ashwatthama hampir saja menghancurkan bumi karena hendak mengadu sesama senjata ini
Brahmastra merupakan senjata yang berbentuk anak panah, dan tidak akan pernah meleset dari sasarannya, baik individual ataupun kelompok. Brahmastra diperoleh dari hasil meditasi kepada Dewa Brahma, dan hanya dapat digunakan sekali dalam seumur hidup. Brahmastra diaktifkan dengan membacakan mantra yang diberikan kepada pengguna senjata saat memperoleh senjata ini. Rama menggunakan senjata ini untuk membunuh Rahwana, sedang Arjuna dan Ashwatthama hampir saja menghancurkan bumi karena hendak mengadu sesama senjata ini
10.BRAHMANADA:
Brahmananda, merupakan jenis senjata yang paling mematikan didunia. Senjata ini adalah gabungan dari tenaga spritual 7 dewa tersakti didalam kebudayaan Hindu.
Brahmananda adalah senjata Dewa Brhama yang paling mematikan.
Tidak ada senjata lain di dunia yang bisa menyaingi kesaktian daripadaBrahmananda , bahkan Brahmastra,Pashupatastra,Brahmasira, Amoghashakti,Vajra, Narayanastra, Vaishnavastra ataupun Sudarshana Chakra tidak dapat menahannya.
11. KASUTPADA KACARMA:
3.KASUTPADA KACARMA
Kasutpada Kacarma adalah sepatu yang terbuat dari kulit naga Sang Hyang Hanantakusuma, dewa penjaga Bumi yang bebentuk naga. Kulit naga itu mempunyai kekuatan gaib yang menyebabkan pemakainya tidak mempan sihir dan ilmu hitam. Siapa yang memakainya bebas terbang tanpa di deteksi jebakan mantram sakti musuh. Mantram sakti itu semacam ranjau pelumpuh yang mungkin untuk zaman sekarang serupa dengan radar musuh. Dengan sepatunya itu Gatotkaca bebas melintas di atas daerah yang angker dan berbahaya.
Kasutpada Kacarma adalah sepatu yang terbuat dari kulit naga Sang Hyang Hanantakusuma, dewa penjaga Bumi yang bebentuk naga. Kulit naga itu mempunyai kekuatan gaib yang menyebabkan pemakainya tidak mempan sihir dan ilmu hitam. Siapa yang memakainya bebas terbang tanpa di deteksi jebakan mantram sakti musuh. Mantram sakti itu semacam ranjau pelumpuh yang mungkin untuk zaman sekarang serupa dengan radar musuh. Dengan sepatunya itu Gatotkaca bebas melintas di atas daerah yang angker dan berbahaya.
12.NENGGALA:
Nenggala adalah nama senjata pusaka asuhan Baladewa, ksatria
tertangguh yang mewarisi kekuatan dewa dewa seluruh angkasa. Nenggala
dikisahkan mampu melelehkan gunung, membelah lautan, dan mengakhiri
nasib matahari hanya dalam sekali tebas. Semua orang banyak tahu tentang
Nenggala, bahkan jauh lebih dikenal daripada Sang Baladewa sendiri.
Padahal, tak seorangpun pernah menyaksikan wujud Sang Pusaka Nenggala
itu. Karena begitu dahsyatnya Nenggala,maka pusaka yang satu ini tak
boleh banyak diperlihatkan. Pada suatu senja,Baladewa keluar menenteng
Nenggala dan memperlihatkannya kepada dunia. Maka sontak ribuan dewa
berkuda awan turun dan menghadang langkah Baladewa, lantas berseru: "Hai
Baladewa,jangan kau bawa bawa pusaka itu keluar padepokanmu
sembarangan. Simpan sampai nanti Perang Bratayudha pecah."
Share this article :
Sepanjang perang Baratayudha pun, walaupun Yudhistira tak pernah memalingkan satu haripun peristiwa di medan laga, tapi hanya sekali dia benar-benar membawa senjata dan membunuh musuhnya, itupun atas permintaan sang lawan sendiri, yaitu ketika melawan raja Mandraka, Prabu Salya. Dan ketika Salya berhasil dibunuhnya, justru Yudhistira yang paling sibuk mengurus jenazah Salya. Sebuah bukti yang ingin diperlihatkan kepada semua orang bahwa peperangan sebenarnya bukan jalan yang disenanginya.
BalasHapusPERANG SEBENARNYA ADALAH PERANG DG HAWA NAFSU DIRI SENDIRI .....>> MMBUNUH MANUSIA ATW HEWAN.. BHKN MENUMBANGKN PEPOHONAN .. N MENGHANCURKAN BATU2AN .. SCR KEJIWAAN .. SANGATLAH MIRIS ... N MENGENASKAN ... N MENYAKITKAN DIRI SENDIRI .... N JIWA2 INI IKUT MENANGIS .. MNGAPA HARUS TERJADI .. PERBUTAN DMK ..???>>
NAMUN KONON ITU SDH ADA GARIS TAKDIR BAGI SETIAP MAKHLUK ... N JALAN KEHIDUPAN N KEMATIAN .. YG SDH MENJADI BAGIAN DIRI .. N JIWA N RUHNYA .. MASING2 ..???>>
PERANG BUKANLAH KEHARUSAN .. SELAMA JALAN DAMAI .. N PERTEMUAN JIWA2 .. KEHIDUPAN .. MMBERIKAN .. JALAN KEADILAN .. N BERBAGI KBAHAGIAAN YG SENTANA ... DIBERIKAN TITIK TEMU JIWA2 KEBAIKN ..>>
PERANG BUKAN UTK SSUATU YG DIHARUSKN .. SELAMA JIWA2 .. MASIH SAYANG AKAN KEHIDUPAN .. N KEBAIKAN ..??>>
NAMUN KONON JIWA2 SYAITHANIYAH .. MMBANGUNKAN KEINDAHAN ..N KENIKMATAN .. DLAM MELAKUKAN ANIAYA .. N ZHOLIM ..N KESOMBONGAN .. YG KONON ITU HANYALAH TIPU DAYA .. IBLIS MENJERUMUSKAN MANUSIA2 KEDALAM KEANGKUHAN DIRI .. N KONON MENJADI KEBANGGAAN .. YG FATAMORGANA ...>>
SESUNGGUHNYA .. DLM JIWA YG MURNI .. SANGATLAH SEDIH N MIRIS .. SETIAP DARAH TERTUMPAH .. >> TERLEBIH MEREKA YG TDK TAHU PASAL .. N PERMASALAHAN YG SEBENARNYA ..???>>
KEBANGGAAN JIWA YG SEBENARNYA .. ADALAH DALAM BERBUAT YG TULUS MENYELAMATKAN SETIAP JIWA .. N BERBAGI KEBAIKAN .. N SUKACITA .. WLW HNY SATU JIWA .. YG BISA TERSELAMATKAN .. MK ITU BERARTI UNTUK KEHIDUPAN SMW MANUSIA DIALAM JAGAT RAYA ...>>
KRN ITU STOP PERTUMPAKAN DARAH .. N HENTIKAN PERTIKAIAN .. N KSERAKAHAN .. N AMARAH ..>> BANGUNKN JIWA2 .. CINTA ..N SETIA KAWAN KEMANUSIAAN KEPADA SEGENAP MAKHLUK YG BERNYAWA ...>>>
WASPADA N AWAS
PERANG SEBENARNYA ADALAH PERANG DG HAWA NAFSU DIRI SENDIRI .....>> MMBUNUH MANUSIA ATW HEWAN.. BHKN MENUMBANGKN PEPOHONAN .. N MENGHANCURKAN BATU2AN .. SCR KEJIWAAN .. SANGATLAH MIRIS ... N MENGENASKAN ... N MENYAKITKAN DIRI SENDIRI .... N JIWA2 INI IKUT MENANGIS .. MNGAPA HARUS TERJADI .. PERBUTAN DMK ..???>>
BalasHapusNAMUN KONON ITU SDH ADA GARIS TAKDIR BAGI SETIAP MAKHLUK ... N JALAN KEHIDUPAN N KEMATIAN .. YG SDH MENJADI BAGIAN DIRI .. N JIWA N RUHNYA .. MASING2 ..???>>
PERANG BUKANLAH KEHARUSAN .. SELAMA JALAN DAMAI .. N PERTEMUAN JIWA2 .. KEHIDUPAN .. MMBERIKAN .. JALAN KEADILAN .. N BERBAGI KBAHAGIAAN YG SENTANA ... DIBERIKAN TITIK TEMU JIWA2 KEBAIKN ..>>
PERANG BUKAN UTK SSUATU YG DIHARUSKN .. SELAMA JIWA2 .. MASIH SAYANG AKAN KEHIDUPAN .. N KEBAIKAN ..??>>
NAMUN KONON JIWA2 SYAITHANIYAH .. MMBANGUNKAN CITARASA KEINDAHAN ..N KENIKMATAN .. DLAM MELAKUKAN ANIAYA .. FITNAH N ZHOLIM ..N KESOMBONGAN .. YG KONON ITU HANYALAH TIPU DAYA .. IBLIS MENJERUMUSKAN MANUSIA2 KEDALAM KEANGKUHAN DIRI .. N KONON MENJADI KEBANGGAAN .. YG FATAMORGANA ...>>
SESUNGGUHNYA .. DLM JIWA YG MURNI .. SANGATLAH SEDIH N MIRIS .. SETIAP DARAH TERTUMPAH .. >> TERLEBIH MEREKA YG TDK TAHU PASAL .. N PERMASALAHAN YG SEBENARNYA ..???>>
KEBANGGAAN JIWA YG SEBENARNYA .. ADALAH DALAM BERBUAT YG TULUS MENYELAMATKAN SETIAP JIWA .. N BERBAGI SGL KEBAIKAN .. N SUKACITA .. WLW HNY SATU JIWA .. YG BISA TERSELAMATKAN .. MK ITU BERARTI UNTUK KEHIDUPAN SMW MANUSIA DIALAM JAGAT RAYA ...>>
KRN ITU STOP PERTUMPAKAN DARAH .. N HENTIKAN PERTIKAIAN .. N KSERAKAHAN .. N AMARAH ..>> BANGUNKN JIWA2 .. CINTA ..N SETIA KAWAN KEMANUSIAAN KEPADA SEGENAP MAKHLUK YG BERNYAWA ...>>>
WASPADA N AWAS