Kalimat terakhir rasulullah,,
Kalimat terakhir rasulullah,,, bukan ummati., ummati,,,ummati?tapi….
Saat browsing di internet ketemu video http://www.youtube.com/watch?v=AaXHXK0VURk sewaktu syeikh Muhammad ibn Shalih al-utsaimin sedang berada di tengah2 ta’lim beliau dan ada yang bertanya perkataan terakhir yang diucapkan Rasulullah Shallallahu `alaihi wa Salam. Sewaktu denger jawabannya kaget juga karena suatu hal yang lumrah di indonesia di TPA-tpa dulu (mungkin tpa saya aja dulu X_X) bahwa perkataan terakhir Rasulullah Shallallahu ´alaihi wa salam adalah Ummati ummati ummati , tapi benarkah itu? Mari kita merujuk kembali hadits2 shahih.
Rasulullah shalallahu ´alaihi wa salam., tidak ada kata terindah selain shalawat dan salam bila mendengar namanya (semoga shalawat serta salam selalu tercurah padanya). Tatkala mendengar namanya kan terbayang dibenak kita sosok sempurna yang memiliki keluasan ilmu, kesempurnaan fisik, kecerdasan akal ,,, tapi semua itu ter‘tutupi‘ oleh ketawadhu’an ,,kemuliaan akhlaq , kejujuran sikap dan perkataan beliau, sebagaimana yang diuraikan oleh sahabat-sahabat beliau sendiri
Dan tidaklah bila orang berbicara dengan beliau maka orang itu menduga bahwa aku adalah sebaik-baik kaum (yang paling dicintai Rasulullah) – Amr ibn ash
Beliau memiliki hati yang paling pemurah antara manusia. Ucapannya merupakan perkataan yang paling benar diantara semua orang. Perangainya amat lembut dan beliau paling ramah dalam pergaulan. Barangsiapa yang melihatnya, pastilah akan menaruh hormat padanya. Dan barangsiapa yang pernah berkumpul dengannya, kemudian kenal padanya, tentulah ia akan mencintainya. Orang yang menceritakan sifatnya, pastilah akan berkata: “ belum pernah aku melihat sebelum dan sesudahnya orang yang seistimewa beliau saw ( Ali ibn Abu Thalib)
dan banyak lagi atsar-atsar sahabat yang menjelaskan kebaikan sosok Rasulullah selama mereka berukhuwah, selama mereka bertemu dan bercengkarama , yang mungkin bila saya harus tuliskan disini mungkin tidak akan cukup….
Dan hal ini sendiri,, telah Allah tegaskan di dalam Al-Qur’an
Saat browsing di internet ketemu video http://www.youtube.com/watch?v=AaXHXK0VURk sewaktu syeikh Muhammad ibn Shalih al-utsaimin sedang berada di tengah2 ta’lim beliau dan ada yang bertanya perkataan terakhir yang diucapkan Rasulullah Shallallahu `alaihi wa Salam. Sewaktu denger jawabannya kaget juga karena suatu hal yang lumrah di indonesia di TPA-tpa dulu (mungkin tpa saya aja dulu X_X) bahwa perkataan terakhir Rasulullah Shallallahu ´alaihi wa salam adalah Ummati ummati ummati , tapi benarkah itu? Mari kita merujuk kembali hadits2 shahih.
Rasulullah shalallahu ´alaihi wa salam., tidak ada kata terindah selain shalawat dan salam bila mendengar namanya (semoga shalawat serta salam selalu tercurah padanya). Tatkala mendengar namanya kan terbayang dibenak kita sosok sempurna yang memiliki keluasan ilmu, kesempurnaan fisik, kecerdasan akal ,,, tapi semua itu ter‘tutupi‘ oleh ketawadhu’an ,,kemuliaan akhlaq , kejujuran sikap dan perkataan beliau, sebagaimana yang diuraikan oleh sahabat-sahabat beliau sendiri
Dan tidaklah bila orang berbicara dengan beliau maka orang itu menduga bahwa aku adalah sebaik-baik kaum (yang paling dicintai Rasulullah) – Amr ibn ash
Beliau memiliki hati yang paling pemurah antara manusia. Ucapannya merupakan perkataan yang paling benar diantara semua orang. Perangainya amat lembut dan beliau paling ramah dalam pergaulan. Barangsiapa yang melihatnya, pastilah akan menaruh hormat padanya. Dan barangsiapa yang pernah berkumpul dengannya, kemudian kenal padanya, tentulah ia akan mencintainya. Orang yang menceritakan sifatnya, pastilah akan berkata: “ belum pernah aku melihat sebelum dan sesudahnya orang yang seistimewa beliau saw ( Ali ibn Abu Thalib)
dan banyak lagi atsar-atsar sahabat yang menjelaskan kebaikan sosok Rasulullah selama mereka berukhuwah, selama mereka bertemu dan bercengkarama , yang mungkin bila saya harus tuliskan disini mungkin tidak akan cukup….
Dan hal ini sendiri,, telah Allah tegaskan di dalam Al-Qur’an
(33:21) لَقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِىۡ رَسُوۡلِ اللّٰهِ اُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنۡ كَانَ يَرۡجُوا اللّٰهَ وَالۡيَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيۡرًا
"Sesungguhnya telah ada dalam diri
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah. (al-Ahzab [33]: 21)
Sudah tak terhitung berapa ratusan ulama yang telah mengoreskan tinta-tinta emasnya untuk menguraikan sosok Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa salam, karena sosok beliau yang begitu sempurna tanpa cacat, tidaklah semakin dalam kita mengali kisah hidup beliau makan semakin banyak pula lah Ibrah dan Mau’idzah yang dapat kita petik dan kita pelajari darinya. . .
Tapi disini saya hanya akan menceritakan tentang „keadaan rasulullah saat berpulang kerahmatullah“,,, dimana bahkan dihari terakhir beliau,, beliau hanya menyisakan 7 dinar ,,dan bahkan Ummul Mukminiin ´Aisyah radhiallahu ´anha harus keluar untuk memijam minyak dari tetangganya hanya tuk menyalakan lampu
Tanda-tanda Perpisahan
Ketika dakwah telah sempurna dan islam telah menguasai keadaan, tanda-tanda perpisahan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam dengan kehidupan dan dengan orang-orang yang masih hidup. Hal itu semakin tampak jelas lagi dari perkataan dan perbuatan-perbuatannya
Sudah tak terhitung berapa ratusan ulama yang telah mengoreskan tinta-tinta emasnya untuk menguraikan sosok Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa salam, karena sosok beliau yang begitu sempurna tanpa cacat, tidaklah semakin dalam kita mengali kisah hidup beliau makan semakin banyak pula lah Ibrah dan Mau’idzah yang dapat kita petik dan kita pelajari darinya. . .
Tapi disini saya hanya akan menceritakan tentang „keadaan rasulullah saat berpulang kerahmatullah“,,, dimana bahkan dihari terakhir beliau,, beliau hanya menyisakan 7 dinar ,,dan bahkan Ummul Mukminiin ´Aisyah radhiallahu ´anha harus keluar untuk memijam minyak dari tetangganya hanya tuk menyalakan lampu
Tanda-tanda Perpisahan
Ketika dakwah telah sempurna dan islam telah menguasai keadaan, tanda-tanda perpisahan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam dengan kehidupan dan dengan orang-orang yang masih hidup. Hal itu semakin tampak jelas lagi dari perkataan dan perbuatan-perbuatannya
- Pada bulan Ramadhan tahun 10 H, Rasulullah beri’tikaf selama dua puluh hari , dimana pada tahun-tahun sebelumnya, beliau tidak pernah beri’tikaf kecuali hanya 10 hari saja
- Malaikat Jibril bertadarrus al-Qur’an dengan beliau sebanyak dua kali, padahal sebelumnya hanya sekali saja
- Pada haji wada‘ beliau bersabda:„Sesungguhnya aku tidak mengetahui barangkali setelah tahun ini aku tidak akan berjumpa lagi dengan kalian dalam keadaan seperti ini selamanya“
- Dan pada saat melempar jumrah Aqabah beliau juga bersabda:„Tunaikanlah manasik haji kalian sebagaimana aku menunaikannya, barangkali aku tidak akan menunaikan haji lagi setelah tahun ini.“
- Dan diturunkan pula kepada beliau surat al-Nashr di pertengahan hari tasyriq, sehingga beliau mengetahui bahwa itu adalah tanda perpisahan dan isyarat dekatnya kepergian beliau untuk selama-lamanya
- Pada awal bulan shafar pada tahun 11H, beliau pergi menuju Uhud, kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menshalati para korban Uhud setelah delapan tahun, seolah-olah seperti perpisahan antara orang yang hidup dengan orang yang telah mati. Kemudian beliau naik mimbar seraya bersabda: "Sesungguhnya aku mendahului kalian, dan aku adalah saksi atas kalian dan aku demi Allah, sungguh aku melihat telagaku sekarang, dan aku diberi kunci-kunci perbendaharaan bumi atau kunci-kunci bumi, demi Allah. saya tidak mengkhawatirkan kalian akan berbuat syirik sepeninggalku, namun yang aku khawatirkan atas kalian adalah kalian berlomba-loba mendapatkannya." (HR.Bukhari no.3736 dan HR.Bukhari no.6102)
- Pada pertengahan suatu malam, Rasulullah shallallahu ´alaihi wa salam keluar menuju kuburan Baqi‘ untuk memohonkan ampunan bagi mereka, beliau bersabda,“ Semoga keselamatan atas kalian, wahai ahli kubur, selamat atas apa yang kalian alami saat ini sebagaimana yang telah dialami orang-orang sebekumnya, Fitnah-fitnah telah datang bagai sepotong malam gelap gulita, yang datang silih berganti, yang datang belakangan lebih buruk dari pada sebelumnya.“ Kemudian beliau memberi kabar gembira kepada mereka dengan bersabda,“ Sesungguhnya kami akan menyusul kalian
Permulaan sakit
Pada tanggal 29 bulan Safar tahun 11H, hari senin, saat Rasulullah Shallallahu ´alaihi wa salam menghadiri penguburan jenazah seorang sahabat di Baqi. Ketika kembali , di tengah perjalanan beliau merasakan pusing di kepalanya dan panas mulai menjalar pada sekujur tubuhnya
Nabi Shalat bersama para sahabat dalam keadaan sakit selama sebelas hari sedangkan jumlah hari sakit beliau adalah 13 atau 14 hari (ada juga yang berpendapat 10 hari berdasarkan hadits dari Sulaiman at-taimi dan juga diriwayatkan oleh al-Baihaqi dengan sanad yang shahih tapi kebanyakan hadits meriwayat beliau sakit selama 13 hari lihat (Fathul Baari 8/139) [1]
Minggu Terakhir
Sakit Rasulullah semakin berat , hingga beliau bertanya-tanya
, "Di mana aku esok hari, dimana aku esok hari?"
Mereka pun memahami maksudnya, maka para isteri-isterinya pun mengizinkan beliau untuk memilih siapa saja yang dikehendakinya, maka ia memilih di rumah Aisyah (HR.Bukhari 4816)
Kemudian beliau pergi ke tempat Aisyah , beliau berjalan dengan dipapah oleh al-Fadhl bin Al-Abbas dan Ali bin Abu thalib dengan kepala diikat dengan kain. Beliau menghabiskan minggu terakhir dari detik-detik kehidupannya di sisi Aisyah.
(Disebutkan dalam Riwayat yang shahih bahwa beliau mulai mengeluh sakit sejak tahun ke -7 hijriyah selepas penaklukan Khaibar, setelah beliau mencicipi daging kambing yang telah dibubuhi racun yang dihidangkan oleh wanita yahudi istri Sallam bin Misykam. Meski beliau tidak semapt menelannya akan tetapi pengaruh racun masih membekas atas diri beliau) [2]
Aisyah mengusap tubuh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam dengan tangan beliau sendiri karena keberkahannya, dan membacakan Surah Al-Muawwizat (Al-Ikhlas,Al-Falaq,An-Nas) untuk beliau.
Lima Hari Sebelum Wafat
Lima hari sebelum wafat, Panas Rasulullah bertambah, sakitnya semakin keras. Beliau minta para sahabatnya untuk menyiramkanya agar dapat menemui orang-orang dan memberikan nasihat kepada mereka. Para sahabat melakukanya dan menyiramkanya, hingga beliau berkata: “ Cukup,…… Cukup”.
Ketika itu beliau merasakan kesehatannya membaik, maka beliau masuk masjid dengan kepala diikat. Lalu duduk di atas mimbar dan berkhutbah di hadapan orang-orang yang mengelilinginya:
“Laknat Allah atas orang-orang Yahudi dan Nasrani, mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai tempat ibadah” ”Semoga Allah membinasakan orang-orang Yahudi dan Nashrani, mereka telah menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid.”(HR, Bukhari no.1244, 1301, 4087 dan Muwatha’ Imam Malik no. 1387)
Kemudian beliau berkata:”Janganlah kalian jadikan kuburanku sebagai berhala yang disembah.”(Muwatha’ Imam Malik)
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam meminta kepada hadirin untuk di qishash (menerima balasan) atas apa yang pernah dia lakukan terhadap mereka, seperti jika ada yang dicambuk atau dicaci. Setelah itu, beliau shalat dzuhur, dan kemudian kembali lagi menyampaikan khutbahnya, ada seseorang berkata “Sesungghunya engkau memiliki hutang tiga dirham”. Beliau berkata” Bayarkan kepadanya wahai Fadhl” .Beliau juga menasihati mengenai anshor.
Beliaupun sempat memuji Abu Bakar dengan ucapan:
“Sesungguhnya orang yang paling banyak melindungi aku dalam persahabatan dan hartanya adalah Abu Bakar, seandainya aku boleh mengambil kekasih (khalil) selain Rabbku, niscaya akan aku jadikan Abu Bakar sebagai kekasihku (khalilku) , akan tetapi cukup dengan persaudaraan Islam dan kasih sayang karena Islam, semua pintu yang ada di Tidak satupun pintu dari Masjid Nabawi harus ditutup kecuali pintu Abu Bakar”.
Empat Hari Sebelum Meninggal
Pada hari kamis, empat hari sebelum wafat, sakit Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam kian parah, beliau berkata:
“Mari berkumpul, akan saya tuliskan wasiat untuk kalian, agar kalian tidak sesat setelah itu”.
Saat itu berkumpul beberapa tokoh, diantaranya Umar. Maka berkatalah Umar:
„Sakit beliau sangat parah, sedangkan bagi kalian ada al-Qur’an, cukuplah bagi kalian al-Qur’an“.
Ahlul Bait berbeda pendapat dalam hal ini, ada yang minta dituliskan wasiat Rasulullah Shallallahu ‚alaihi wa salam dan ada yang berpendapat seperti Umar. Akhirnya rasulullah Shallallahu ‚alaihi wa salam meminta mereka untuk beranjak.
(Kelihatannya di sana terdapat indikasi yang menguatkan bahwa perintah memberikan alat tulis kepada beliau bukanlah wajib namun merupakan pilihan bagi mereka. Ketika Umar berkata:" Cukuplah bagi kita Kitabullah!" Rasulullah tidak mengulangi perintah beliau tersebut. Sekiranya apa yang hendak beliau tulis itu adalah perkara yang penting, niscaya beliau akan mewasiatkannya sebagaimana beliau mewasiatkan secara lisan, seperti 3 nasiat beliau dibawa ini (mengeluarkan kaum musyrikin,memuliakan para utusan/delegasi).Sekiranya apa yang hendak beliau tulis itu adalah perkara wajib, niscaya beliau tidak akan membiarkan sahabat berselisih pendapat , karena beliau tidak akan menunda penyampaian risalah) [3]
Namun Pada hari itu Rasulullah Shallallahu ´alaihi wa salam berwasiat tiga hal
Pada tanggal 29 bulan Safar tahun 11H, hari senin, saat Rasulullah Shallallahu ´alaihi wa salam menghadiri penguburan jenazah seorang sahabat di Baqi. Ketika kembali , di tengah perjalanan beliau merasakan pusing di kepalanya dan panas mulai menjalar pada sekujur tubuhnya
Nabi Shalat bersama para sahabat dalam keadaan sakit selama sebelas hari sedangkan jumlah hari sakit beliau adalah 13 atau 14 hari (ada juga yang berpendapat 10 hari berdasarkan hadits dari Sulaiman at-taimi dan juga diriwayatkan oleh al-Baihaqi dengan sanad yang shahih tapi kebanyakan hadits meriwayat beliau sakit selama 13 hari lihat (Fathul Baari 8/139) [1]
Minggu Terakhir
Sakit Rasulullah semakin berat , hingga beliau bertanya-tanya
, "Di mana aku esok hari, dimana aku esok hari?"
Mereka pun memahami maksudnya, maka para isteri-isterinya pun mengizinkan beliau untuk memilih siapa saja yang dikehendakinya, maka ia memilih di rumah Aisyah (HR.Bukhari 4816)
Kemudian beliau pergi ke tempat Aisyah , beliau berjalan dengan dipapah oleh al-Fadhl bin Al-Abbas dan Ali bin Abu thalib dengan kepala diikat dengan kain. Beliau menghabiskan minggu terakhir dari detik-detik kehidupannya di sisi Aisyah.
(Disebutkan dalam Riwayat yang shahih bahwa beliau mulai mengeluh sakit sejak tahun ke -7 hijriyah selepas penaklukan Khaibar, setelah beliau mencicipi daging kambing yang telah dibubuhi racun yang dihidangkan oleh wanita yahudi istri Sallam bin Misykam. Meski beliau tidak semapt menelannya akan tetapi pengaruh racun masih membekas atas diri beliau) [2]
Aisyah mengusap tubuh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam dengan tangan beliau sendiri karena keberkahannya, dan membacakan Surah Al-Muawwizat (Al-Ikhlas,Al-Falaq,An-Nas) untuk beliau.
Lima Hari Sebelum Wafat
Lima hari sebelum wafat, Panas Rasulullah bertambah, sakitnya semakin keras. Beliau minta para sahabatnya untuk menyiramkanya agar dapat menemui orang-orang dan memberikan nasihat kepada mereka. Para sahabat melakukanya dan menyiramkanya, hingga beliau berkata: “ Cukup,…… Cukup”.
Ketika itu beliau merasakan kesehatannya membaik, maka beliau masuk masjid dengan kepala diikat. Lalu duduk di atas mimbar dan berkhutbah di hadapan orang-orang yang mengelilinginya:
“Laknat Allah atas orang-orang Yahudi dan Nasrani, mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai tempat ibadah” ”Semoga Allah membinasakan orang-orang Yahudi dan Nashrani, mereka telah menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid.”(HR, Bukhari no.1244, 1301, 4087 dan Muwatha’ Imam Malik no. 1387)
Kemudian beliau berkata:”Janganlah kalian jadikan kuburanku sebagai berhala yang disembah.”(Muwatha’ Imam Malik)
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam meminta kepada hadirin untuk di qishash (menerima balasan) atas apa yang pernah dia lakukan terhadap mereka, seperti jika ada yang dicambuk atau dicaci. Setelah itu, beliau shalat dzuhur, dan kemudian kembali lagi menyampaikan khutbahnya, ada seseorang berkata “Sesungghunya engkau memiliki hutang tiga dirham”. Beliau berkata” Bayarkan kepadanya wahai Fadhl” .Beliau juga menasihati mengenai anshor.
Beliaupun sempat memuji Abu Bakar dengan ucapan:
“Sesungguhnya orang yang paling banyak melindungi aku dalam persahabatan dan hartanya adalah Abu Bakar, seandainya aku boleh mengambil kekasih (khalil) selain Rabbku, niscaya akan aku jadikan Abu Bakar sebagai kekasihku (khalilku) , akan tetapi cukup dengan persaudaraan Islam dan kasih sayang karena Islam, semua pintu yang ada di Tidak satupun pintu dari Masjid Nabawi harus ditutup kecuali pintu Abu Bakar”.
Empat Hari Sebelum Meninggal
Pada hari kamis, empat hari sebelum wafat, sakit Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam kian parah, beliau berkata:
“Mari berkumpul, akan saya tuliskan wasiat untuk kalian, agar kalian tidak sesat setelah itu”.
Saat itu berkumpul beberapa tokoh, diantaranya Umar. Maka berkatalah Umar:
„Sakit beliau sangat parah, sedangkan bagi kalian ada al-Qur’an, cukuplah bagi kalian al-Qur’an“.
Ahlul Bait berbeda pendapat dalam hal ini, ada yang minta dituliskan wasiat Rasulullah Shallallahu ‚alaihi wa salam dan ada yang berpendapat seperti Umar. Akhirnya rasulullah Shallallahu ‚alaihi wa salam meminta mereka untuk beranjak.
(Kelihatannya di sana terdapat indikasi yang menguatkan bahwa perintah memberikan alat tulis kepada beliau bukanlah wajib namun merupakan pilihan bagi mereka. Ketika Umar berkata:" Cukuplah bagi kita Kitabullah!" Rasulullah tidak mengulangi perintah beliau tersebut. Sekiranya apa yang hendak beliau tulis itu adalah perkara yang penting, niscaya beliau akan mewasiatkannya sebagaimana beliau mewasiatkan secara lisan, seperti 3 nasiat beliau dibawa ini (mengeluarkan kaum musyrikin,memuliakan para utusan/delegasi).Sekiranya apa yang hendak beliau tulis itu adalah perkara wajib, niscaya beliau tidak akan membiarkan sahabat berselisih pendapat , karena beliau tidak akan menunda penyampaian risalah) [3]
Namun Pada hari itu Rasulullah Shallallahu ´alaihi wa salam berwasiat tiga hal
- Beliau berwasiat untuk mengeluarkan Yahudi dan Nashrani dan kaum muyrikin dari jazirah Arab
- Dan Memberikan penghargaan kepada para utusan(delegasi) sebagaimana yang telah beliau berikan kepada mereka sebelumnya
- Perawinya lupa, kemungkinan adalah wasiat berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah atau meneruskan pengiriman pasukan Usamah atau wasiat tentang shalat atau memperhatikan budak
Meskipun sakit Rasulullah
Shallallahu ´alaihi wa salam sangat parah beliau tetap shalat sebagai
imam. Hingga hari itu, yakni hari Kamis, empat hari sebelum wafat dan
Rasulullah telah menunaikan shalat Maghrib sebagai imam dengan membaca
surat wal-Mursalati ‘Urfa. Namun pada waktu shalat Isya’, sakitnya
semakin berat, sehingga dia tak kuasa keluar
Pada waktu Isya, sakit Rasulullah Shallallahu ´alaihi wa salam semakin parah, hingga beliau tidak bisa ke masjid. Aisyah berkata,Rasulullah bertanya kepadanya:” Apakah orang-orang sudah shalat?” ,
Beliau menjawab:” Belum ya Rasulullah Shallallahu ´alaihi wa salam mereka menunggumu. Rasulullah kemudian minta diambilkan air untuk mandi, lalu beliau mandi setelah itu beliau pingsan. Setelah sadar beliau bertanya lagi: apakah orang-orang sudah shalat?”, lalu dia mandi lagi, kemudian pingsan lagi, begitu hingga terjadi tiga kali. Setelah itu dia meminta Abu Bakar untuk menjadi imam shalat. Maka Abu Bakar mengimami shalat pada hari terakhir kehidupan Rasulullah sebanyak tujuh belas kali
Aisyah radhiallahu ‘anha berulang kali memohon kepada Rasulullah agar Abu bakar tidak dijadikan sebagai imam shalat supaya orang-orang tidak merasa berat kepadanya, namun beliau menolak, seraya berkata
“sesungguhnya kalian seperti wanita-wanita(pada zaman Nabi) yusuf, perintahkan Abu Bakar untuk salat menjadi imam”
(Yang dimaksud adalah bahwa alasan yang disampaikan Aisyah bukan itu yang dia maksudkan dalam hatinya. Sebab yang dia maksud adalah agar kaum muslimin tidak semakin sedih dan berkecil hati ketika mendengar Abu Bakar yang mengimami shalat sambil menangis, apalagi dalam kondisi seperti ini. Seperti halnya wanita pada zaman nabi Yusuf yang meminta Nabi Yusuf untuk menyiapkan jamuan, padahal yang mereka inginkan adalah melihat wajah dan ketampanan Nabi Yusuf.) [4]
Pada waktu Isya, sakit Rasulullah Shallallahu ´alaihi wa salam semakin parah, hingga beliau tidak bisa ke masjid. Aisyah berkata,Rasulullah bertanya kepadanya:” Apakah orang-orang sudah shalat?” ,
Beliau menjawab:” Belum ya Rasulullah Shallallahu ´alaihi wa salam mereka menunggumu. Rasulullah kemudian minta diambilkan air untuk mandi, lalu beliau mandi setelah itu beliau pingsan. Setelah sadar beliau bertanya lagi: apakah orang-orang sudah shalat?”, lalu dia mandi lagi, kemudian pingsan lagi, begitu hingga terjadi tiga kali. Setelah itu dia meminta Abu Bakar untuk menjadi imam shalat. Maka Abu Bakar mengimami shalat pada hari terakhir kehidupan Rasulullah sebanyak tujuh belas kali
Aisyah radhiallahu ‘anha berulang kali memohon kepada Rasulullah agar Abu bakar tidak dijadikan sebagai imam shalat supaya orang-orang tidak merasa berat kepadanya, namun beliau menolak, seraya berkata
“sesungguhnya kalian seperti wanita-wanita(pada zaman Nabi) yusuf, perintahkan Abu Bakar untuk salat menjadi imam”
(Yang dimaksud adalah bahwa alasan yang disampaikan Aisyah bukan itu yang dia maksudkan dalam hatinya. Sebab yang dia maksud adalah agar kaum muslimin tidak semakin sedih dan berkecil hati ketika mendengar Abu Bakar yang mengimami shalat sambil menangis, apalagi dalam kondisi seperti ini. Seperti halnya wanita pada zaman nabi Yusuf yang meminta Nabi Yusuf untuk menyiapkan jamuan, padahal yang mereka inginkan adalah melihat wajah dan ketampanan Nabi Yusuf.) [4]
Dua atau Sehari Sebelum Wafat
Pada hari Sabtu atau Ahad, Rasulullah merasakan sakitnya terasa berkurang. Beliau keluar sambil dipapah oleh dua orang untuk menunaikan shalat Dzuhur, sementara itu Abu Bakar sedang shalat bersama para sahabat (sebagai imam)
Pada hari Sabtu atau Ahad, Rasulullah merasakan sakitnya terasa berkurang. Beliau keluar sambil dipapah oleh dua orang untuk menunaikan shalat Dzuhur, sementara itu Abu Bakar sedang shalat bersama para sahabat (sebagai imam)
Ketika Abu Bakar mengetahui
Rasulullah SAW ada di belakang, dia berusaha mundur, namun Rasulullah
SAW memberikan isyarat dengan kepalanya kepadanya agar tidak mundur.
Rasulullah berkata kepada dua orang yang membimbing beliau: "Dudukkan saya di samping Abu Bakar."
Kemudian mereka mendudukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam di sisi kiri Abu Bakar sebagai imam dan Abu Bakar tetap di tempatnya. Abu Bakar mengikuti shalatnya Rasulullah dan memperdengarkan takbir Rasulullah kepada para jamaah.
Sehari Sebelum Wafat
Pada hari Ahad, sehari sebelum wafat, Rasulullah SAW memerdekakan budaknya. Beliaupun bersedekah sebanyak 7 dinar yang dimilikinya serta memberikan senjata-senjatanya kepada kaum muslimin.
Pada malam harinya, Aisyah meminjam minyak untuk lampu dari tetangganya. Saat itu, baju besi beliau digadaikan kepada seorang Yahudi untuk mendapatkan 30 sha' gandum.
Kemudian mereka mendudukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam di sisi kiri Abu Bakar sebagai imam dan Abu Bakar tetap di tempatnya. Abu Bakar mengikuti shalatnya Rasulullah dan memperdengarkan takbir Rasulullah kepada para jamaah.
Sehari Sebelum Wafat
Pada hari Ahad, sehari sebelum wafat, Rasulullah SAW memerdekakan budaknya. Beliaupun bersedekah sebanyak 7 dinar yang dimilikinya serta memberikan senjata-senjatanya kepada kaum muslimin.
Pada malam harinya, Aisyah meminjam minyak untuk lampu dari tetangganya. Saat itu, baju besi beliau digadaikan kepada seorang Yahudi untuk mendapatkan 30 sha' gandum.
Hari Terakhir
Hari ini, hari Senin, ketika kaum muslimin shalat Fajar diimami Abu Bakar, Rasulullah SAW tiba-tiba mengagetkan mereka dengan membuka tirai kamar Aisyah untuk melihat mereka, saat itu mereka berada pada barisan shalat.Rasulullah tesenyum dan tertawa seolah-olah beliau ingin mengucapkan selamat tinggal kepada mereka.
Anas berkata“Hampir-hampir saja kaum Muslimin menghentikan shalat mereka karena gembira menyambut keluarnya beliau dan Abu Bakar mudur ke belakang karena mengira Rasulullah SAW hendak keluar mengerjakan shalat. Namun Rasulullah SAW memberikan isyarat dengan telunjuknya agar mereka meneruskan shalatnya, kemudian beliau masuk kembali ke kamarnya dan menutup kembali tirai rumahnya."
Waktu Dhuha tiba. Rasulullah SAW memanggil putri beliau, Fatimah, lalu membisikkan sesuatu kepadanya. Dan Fatimahpun menangis. Kemudian memangginya lagi dan beliau membisikkan sesuatu yang lain kepadanya. Kali ini Fatimah tertawa.
Di kemudian hari, Aisyah bertanya kepada Fatimah tentang apa yang dibisikkan Rasulullah ketika itu, Fatimah menjawab:
"Nabi membisikkan kepadaku bahwa beliau akan meninggal kerena sakit yang dideritanya saat itu, lantas aku menangis. Kemudian beliau membisikkan aku lagi bahwa aku adalah keluarga Rasulullah yang pertama kali menyusulnya (ke surga), maka akupun tersenyum."
Pada kesempatan itu Rasulullah juga memberi kabar gembira kepada Fatimah bahwa dia adalah sayyidah para wanita di dunia.
Fatimah menyaksikan dengan sedih pederitaan yang dialami ayahnya. Dia berucap: "Betapa menderitanya engkau wahai bapakku." Namun Rasulullah SAW menjawab: "Tidak ada lagi penderitaan bapakmu setelah hari ini."
Kemudian Rasulullah memanggil keduan cucunya Al-Hasan dan Al-Husain, lalu mencium keduanya dan berwasiat kepada mereka untuk selalu berbuat baik. Kemudian kepada isteri-isteri beliau beliaupun memberikan nasihat dan mengingatkan mereka.
Sakit Rasulullah SAW semakin parah, namun beliau tak lupa berwasiat kepada kaum muslimin:
الصَّلَاةَ الصَّلَاةَ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ
"Shalat, shalat, dan (perhatikanlah hak) budak-budak yang kalian miliki."
Beliau mengulang-ulangnya hingga beberapa kali, agar kaum muslimin lebih memperhatikan hal itu.
Detik-detik Kematian (keutamaan Aisyah)
Mulailah detik-detik sakratulmaut. Rasulullah SAW berada di pangkuan Aisyah.
Dia berkata:“ Termasuk nikmat yang diberikan kepadaku adalah bahwa Rasulullah wafat dirumahku, di antara perut dan tenggorokanku, Allah mengumpulkan ludahku dengan ludah beliau pada saat kematiannya. Saat itu Abdurrahman -bin Abu Bakar- datang , ditanganya membawa sepotong siwak. Sedangkan Rasulullah bersandar pada tubuhku, aku melihat Rasulullah memandang ke siwak tersebut. "Maukan aku ambilkan untukmu?", tanya Aisyah kepada Rasulullah SAW kerena dia tau Rasulullah gemar bersiwak. Rasulullah menganggukkan kepalanya. Kemudian aku berikan siwak tersebut kepadanya, akan tetaapi siwak tersebut sangat keras baginya, sehingga aku bertanya kepadanya,“Mau kah aku lunakkan untukmu?“ beliau mengisyaratkan dengan kepalanya bertanda mengiyakan, maka akupun melunakkanya. Kemudia Rasulullah menggosokkanya pada giginya. (Dalam sebuah riwayat lain disebutkan bahwa beliau bersiwak dengan sebaik-baiknya sebagaimana yang beliau biasa lakukan) [5]
Di depan Rasulullah SAW terdapat bejana berisi air. Beliau memasukkan kedua tangannya dalam wadah tersebut dan mengusapnya ke wajahnya seraya berkata:
Beliau mengulang-ulangnya hingga beberapa kali, agar kaum muslimin lebih memperhatikan hal itu.
Detik-detik Kematian (keutamaan Aisyah)
Mulailah detik-detik sakratulmaut. Rasulullah SAW berada di pangkuan Aisyah.
Dia berkata:“ Termasuk nikmat yang diberikan kepadaku adalah bahwa Rasulullah wafat dirumahku, di antara perut dan tenggorokanku, Allah mengumpulkan ludahku dengan ludah beliau pada saat kematiannya. Saat itu Abdurrahman -bin Abu Bakar- datang , ditanganya membawa sepotong siwak. Sedangkan Rasulullah bersandar pada tubuhku, aku melihat Rasulullah memandang ke siwak tersebut. "Maukan aku ambilkan untukmu?", tanya Aisyah kepada Rasulullah SAW kerena dia tau Rasulullah gemar bersiwak. Rasulullah menganggukkan kepalanya. Kemudian aku berikan siwak tersebut kepadanya, akan tetaapi siwak tersebut sangat keras baginya, sehingga aku bertanya kepadanya,“Mau kah aku lunakkan untukmu?“ beliau mengisyaratkan dengan kepalanya bertanda mengiyakan, maka akupun melunakkanya. Kemudia Rasulullah menggosokkanya pada giginya. (Dalam sebuah riwayat lain disebutkan bahwa beliau bersiwak dengan sebaik-baiknya sebagaimana yang beliau biasa lakukan) [5]
Di depan Rasulullah SAW terdapat bejana berisi air. Beliau memasukkan kedua tangannya dalam wadah tersebut dan mengusapnya ke wajahnya seraya berkata:
لا إله إلا الله إن للموت سكرات
"Tiada Tuhan selain Allah, sesungguhnya setiap kematian itu ada sakaratnya."
Persis setelah beliau selasai bersiwak, beliau mengangkat tangannya dan jarinya. Matanya memandang ke langit-langit. Bibirnya bergerak-gerak. Aisyah berusaha mendengarkannya, beliau sedang mambaca surat an-Nisa' ayat 69-70:
" Dan siapa yang menta'ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin , orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui."
Selanjutnya beliau berdo'a:'
Persis setelah beliau selasai bersiwak, beliau mengangkat tangannya dan jarinya. Matanya memandang ke langit-langit. Bibirnya bergerak-gerak. Aisyah berusaha mendengarkannya, beliau sedang mambaca surat an-Nisa' ayat 69-70:
" Dan siapa yang menta'ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin , orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui."
Selanjutnya beliau berdo'a:'
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَأَلْحِقْنِي بِالرَّفِيقِ
"Ya
Allah, ampunilah dan kasihilah aku, pertemukan aku dengan teman-teman
yang tinggi (kedudukannya di sisi-Mu), ya Allah pertemukan aku dengan
teman-teman yang tinggi (kedudukannya di sisi-Mu)."[6] (Shahih Bukhari
no 5242)
(adapun jawaban yang disampaikan syeikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin merujuk pada riwayat yang lain Aisyah berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda ketika beliau masih sehat: “Tidaklah seorang nabi diambil nyawanya, hingga di perlihatkan terlebih dahulu tempat duduknya di surga. Lalu di suruh memilihnya.” Tatkala beliau sakit dan ajal menjemputnya, yang pada waktu itu kepala beliau berada di paha Aisyah, beliau pingsan. Setelah beliau sadar, beliau mengalihkan pandangannya ke atap rumah kemudian bersabda: “Ya Allah, sekarang aku memilih kekasihku yang tertinggi.” (Allahumma fii Rafiiqi Al-A’laa) Aku berkata; ‘kalau begitu beliau tidak akan bersama kita. Maka aku pun mengerti bahwa ucapanya itu adalah perkataan yang pernah beliau sampaikan kepada kami ketika beliau masih sehat.’ . . . (Shahih Bukhari no.4083))
Beliau mengulangi doa tersebut sebanyak tiga kali.
Kemudian... tangan beliau lemas dan akhirnya ruh terpisah dari tubuhnya, menuju keharibaan Tuhannya. Innalillahi wainna ilaihi rajiun.
Beliau berpulang pada waktu Dhuha sudah meninggi (ada yang mengatakan waktu tergelincirnya matahari) [6], hari Senin tanggal 12 Rabiul Awwal 11 Hijriyah, pada usia 63 tahun lebih empat hari.
Berita yang menyedihkan tersebar, langit dan penjuru kota Madinah pun menjadi kelabu. Anas berkata:
"Tidak pernah aku melihat hari yang lebih indah dan lebih bersinar terang kecuali saat Rasulullah datang ke negeri kami, dan tidak pernah kami melihat hari yang buruk dan lebih gelap kecuali hari wafatnya Rasulullah SAW."
Ketika Rasulullah SAW wafat, Fatimah berkata:
"Duhai ayahku telah menjawab panggilan Rabbnya.
Duhai ayahku yang Surga Firdauslah tempat tinggalnya.
Duhai ayahku, kepada Jibril kami mengabarkan kematian ini."
(adapun jawaban yang disampaikan syeikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin merujuk pada riwayat yang lain Aisyah berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda ketika beliau masih sehat: “Tidaklah seorang nabi diambil nyawanya, hingga di perlihatkan terlebih dahulu tempat duduknya di surga. Lalu di suruh memilihnya.” Tatkala beliau sakit dan ajal menjemputnya, yang pada waktu itu kepala beliau berada di paha Aisyah, beliau pingsan. Setelah beliau sadar, beliau mengalihkan pandangannya ke atap rumah kemudian bersabda: “Ya Allah, sekarang aku memilih kekasihku yang tertinggi.” (Allahumma fii Rafiiqi Al-A’laa) Aku berkata; ‘kalau begitu beliau tidak akan bersama kita. Maka aku pun mengerti bahwa ucapanya itu adalah perkataan yang pernah beliau sampaikan kepada kami ketika beliau masih sehat.’ . . . (Shahih Bukhari no.4083))
Beliau mengulangi doa tersebut sebanyak tiga kali.
Kemudian... tangan beliau lemas dan akhirnya ruh terpisah dari tubuhnya, menuju keharibaan Tuhannya. Innalillahi wainna ilaihi rajiun.
Beliau berpulang pada waktu Dhuha sudah meninggi (ada yang mengatakan waktu tergelincirnya matahari) [6], hari Senin tanggal 12 Rabiul Awwal 11 Hijriyah, pada usia 63 tahun lebih empat hari.
Berita yang menyedihkan tersebar, langit dan penjuru kota Madinah pun menjadi kelabu. Anas berkata:
"Tidak pernah aku melihat hari yang lebih indah dan lebih bersinar terang kecuali saat Rasulullah datang ke negeri kami, dan tidak pernah kami melihat hari yang buruk dan lebih gelap kecuali hari wafatnya Rasulullah SAW."
Ketika Rasulullah SAW wafat, Fatimah berkata:
"Duhai ayahku telah menjawab panggilan Rabbnya.
Duhai ayahku yang Surga Firdauslah tempat tinggalnya.
Duhai ayahku, kepada Jibril kami mengabarkan kematian ini."
Umar bin Khattab
Umar bin Khattab pada awalnya tidak dapat menerima berita yang sangat mengejutkan tersebut. Beliau berdiri dan berkata:"Sesungguhnya orang-orang dari kaum munafik mengatakan bahwa Rasulullah telah meninggal. Sesungguhnya Rasulullah itu tidak wafat, beliau hanya pergi menemui Tuhannya, sebagaimana Nabi Musa bin Imran pergi meninggalkan kaumnya selama 40 hari lalu dia kembali lagi kepada mereka setelah sebelumnya dikabarkan bahwa dia telah wafat. Demi Allah, Rasulullah benar-benar akan kembali, sungguh siapa yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW meninggal, maka akan aku potong tangan dan kakinya."
Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar datang dengan menunggang kuda dari tempat tinggalnya di kampung as-Sanah (beliau sedang berada di as-sanah ketika Rasulullah wafat) , kemudian dia turun dan masuk kedalam masjid, dia tidak berbicara kepada mereka yang hadir, hingga masuk ke bilik Aisyah lalu menuju ke tempat Rasulullah SAW yang telah ditutup kain lebar. Beliau singgkap mukanya menundukkan kepala kepadanya,lalu beliau menciumnya seraya menangis.Kemudian Abu Bakar keluar. Saat itu Umar masih tengah berbicara di depan orang-orang yang hadir di masjid.
Abu Bakar berkata, "Duduklah wahai Umar"
Akan tetapi Umar tidak mau duduk. Lantas Abu Bakar membaca kalimat syahadat, sehingga orang-orang datang mengerumuninya dan meninggalkan Umar.
Abu Bakar berkata:
"Amma ba’du, Barangsiapa yang menyembah Muhammad Shallallahu `alaihi wa salam, sesungguhnya Muhammad telah wafat. Dan siapa yang menyembah Allah, sesungguhnya Allah itu Maha Hidup dan Tidak akan Mati."
Allah berfirman
:وَمَا مُحَمَّدٌ إِلا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ (QS. 3:144)
" Muhammad
itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang rasul . Apakah Jika dia wafat atau dibunuh
kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke
belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah
sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang
bersyukur." (QS. Ali Imran: 144)
Ibnu Abbas berkata:
"Demi Allah, seakan-akan para sahabat pada saat itu tidak mengetahui bahwa Allah (jauh hari) telah menurunkan ayat tersebut kecuali setelah Abu Bakar membacakanya. Saat itu semua orang menerima ayat tersebut, sehigga tidak ada orang yang diperdengarkan ayat tersebut kecuali dia ikut membacanya."
Umar bin Khattab yang sedari tadi emosi dan tidak menerima wafatnya Rasulullah SAW berkata:
"Demi Allah, aku nyaris tidak menyadari (kalau ayat ini ada) sehingga Abu Bakar membacakannya. Aku tercengang hingga kedua kakiku terasa lemas, sehingga aku jatuh saat dia membacanya. Saat itu aku baru sadar kalau Rasulullah SAW telah meninggal."
Sebelum mereka, para Sahabat radhiyallahu'anhum mengurus jenazah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam , telah terjadi perselisihan dalam masalah kekhilafahan, sehingga berlangsung dialog, diskusi, perdebatan antara kaum Anshar dan Muhajirin di Saqifah kebun Bani Sa’idah, dan akhirnya mereka sepakat untuk mengangkat Abu Bakar radhiyallahu 'anhu sebagai Khalifah pertama setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam. Dan hal ini berlangsung sepanjang hari senin hingga akhir malam. Malam Selasa mendekati Subuh jasad beliau ditutup dengan kain panjang, sedangkan pintu rumah tertutup kecuali keluarganya
Kemudian pada hari selasa mereka memandikan Rasulullah tanpa melepas pakaiannya, orang-orang yang memandikannya adalah Al-‘Abbas, Ali, al-Fadhl bin al-Abbas, Qutsm bin al-Abbas, Saqran budak Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Usamah bin Zaid dan Aus bin Khauli radhiyallahu'anhum. Al-Abbas, al-Fadhl bin al-Abbas, Qutsm yang membalik jenazah beliau, sedangkan Usamah dan Syaqran yang menyiramkan airnya, sedang Ali yang membasuhnya dan Aus yang menyadarkannya kedadanya
Kemudian mereka mengkafaninya dengan tiga helai kain tenun Yaman.Kain itu berwarna putih terbuat dari katun, tanpabaju dan surban, Mereka mengenakan pakaian tersebut padanya satu persatu secara berlapis.
Kemudian mereka bersellisih tentang tempat pemakamannya, Abu Bakar radhiyallahu 'anhu berkata:”Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,”Tidaklah seorang Nabi wafat, kecuali dikubur di tempat ia wafat."
Maka Abu Thalhah mengangkat kasur yang dipakai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada saat meninggal, kemudian ia menggali tanah yang ada di bawahnya, dan membentuk liang lahad.
Orang-orang memasuki kamar secara bergantian sepuluh-sepuluh. Mereka menshalatkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam secara sendiri-sendiri tanpa ada seorang pun yang mengimami mereka. Pertama kali yang menshalatkan adalah keluargany, kemudian orang-orang Muhajirin, setelah itu orang-orang Anshar. Para wanita menshalatkannya setelah kaum pria, setelah itu anak-anak kecil, atau anak-anak kecil dahulu kemudian para wanita.
Hal ini berlangsung pada hari Selasa sampai malam dan masuk malam Rabu
Kitab rujukan Utama[7]
jadi kata terakhir beliau adalah Allahumma Fii Rafiiqin A'la
pengertian Ar-Rafiq Al-A'la sendiri telah dijelaskan diatas, didalam Surah an-Nisa : 69
yaitu para Nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih. mereka itulah teman yang sebaik-baiknya teman
Wallahu ta'ala a'lam bisshawab , , ,
telah wafat rasulullahlah,penutup nabi akhir zaman
Penyantun yang miskin, pemberi sang fakir
Dialah sebaik-baik panglima dan pemimpin kami
Ibnu Abbas berkata:
"Demi Allah, seakan-akan para sahabat pada saat itu tidak mengetahui bahwa Allah (jauh hari) telah menurunkan ayat tersebut kecuali setelah Abu Bakar membacakanya. Saat itu semua orang menerima ayat tersebut, sehigga tidak ada orang yang diperdengarkan ayat tersebut kecuali dia ikut membacanya."
Umar bin Khattab yang sedari tadi emosi dan tidak menerima wafatnya Rasulullah SAW berkata:
"Demi Allah, aku nyaris tidak menyadari (kalau ayat ini ada) sehingga Abu Bakar membacakannya. Aku tercengang hingga kedua kakiku terasa lemas, sehingga aku jatuh saat dia membacanya. Saat itu aku baru sadar kalau Rasulullah SAW telah meninggal."
Mempersiapkan dan Melepas Kepergian Jasad Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam Yang Mulia.
Sebelum mereka, para Sahabat radhiyallahu'anhum mengurus jenazah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam , telah terjadi perselisihan dalam masalah kekhilafahan, sehingga berlangsung dialog, diskusi, perdebatan antara kaum Anshar dan Muhajirin di Saqifah kebun Bani Sa’idah, dan akhirnya mereka sepakat untuk mengangkat Abu Bakar radhiyallahu 'anhu sebagai Khalifah pertama setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam. Dan hal ini berlangsung sepanjang hari senin hingga akhir malam. Malam Selasa mendekati Subuh jasad beliau ditutup dengan kain panjang, sedangkan pintu rumah tertutup kecuali keluarganya
Kemudian pada hari selasa mereka memandikan Rasulullah tanpa melepas pakaiannya, orang-orang yang memandikannya adalah Al-‘Abbas, Ali, al-Fadhl bin al-Abbas, Qutsm bin al-Abbas, Saqran budak Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Usamah bin Zaid dan Aus bin Khauli radhiyallahu'anhum. Al-Abbas, al-Fadhl bin al-Abbas, Qutsm yang membalik jenazah beliau, sedangkan Usamah dan Syaqran yang menyiramkan airnya, sedang Ali yang membasuhnya dan Aus yang menyadarkannya kedadanya
Kemudian mereka mengkafaninya dengan tiga helai kain tenun Yaman.Kain itu berwarna putih terbuat dari katun, tanpabaju dan surban, Mereka mengenakan pakaian tersebut padanya satu persatu secara berlapis.
Kemudian mereka bersellisih tentang tempat pemakamannya, Abu Bakar radhiyallahu 'anhu berkata:”Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,”Tidaklah seorang Nabi wafat, kecuali dikubur di tempat ia wafat."
Maka Abu Thalhah mengangkat kasur yang dipakai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada saat meninggal, kemudian ia menggali tanah yang ada di bawahnya, dan membentuk liang lahad.
Orang-orang memasuki kamar secara bergantian sepuluh-sepuluh. Mereka menshalatkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam secara sendiri-sendiri tanpa ada seorang pun yang mengimami mereka. Pertama kali yang menshalatkan adalah keluargany, kemudian orang-orang Muhajirin, setelah itu orang-orang Anshar. Para wanita menshalatkannya setelah kaum pria, setelah itu anak-anak kecil, atau anak-anak kecil dahulu kemudian para wanita.
Hal ini berlangsung pada hari Selasa sampai malam dan masuk malam Rabu
Kitab rujukan Utama[7]
jadi kata terakhir beliau adalah Allahumma Fii Rafiiqin A'la
pengertian Ar-Rafiq Al-A'la sendiri telah dijelaskan diatas, didalam Surah an-Nisa : 69
yaitu para Nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih. mereka itulah teman yang sebaik-baiknya teman
Wallahu ta'ala a'lam bisshawab , , ,
telah wafat rasulullahlah,penutup nabi akhir zaman
Penyantun yang miskin, pemberi sang fakir
Dialah sebaik-baik panglima dan pemimpin kami
Terjemah dan penomoran Hadits [8]
------------------------------------------------
[1] As-Sirah An-Nabawiyah Ash-Shahihah, Muhawalah Li Tahtbiq Qawa'id Al-Muhadditsin fi Naqdi Riwayat As-Sirah An-Nabawiyah- Dr.Akram Dhiya' Al-Umuri hal.586, pustaka As-Sunnah,cet. 2001
[2] ibid, hal 587
[3] ibid, hal 587
[4] Ar-Rahiqul Makthum Bahtsun Fi al-Sirah al-Nabawiyah Ala Shahibiha Afdhali al-Shalati wa al-Salam- Syaikh Shafiyyurahman المكتب التعاولي للدعوة والإر شاد بالسلي , hal 209-210, cet.1999
[5] ibid, hal 212-213
[6] As-Sirah An-Nabawiyah Ash-Shahihah, Dr.Akram Dhiya' Al-Umuri hal.589
[7] Disarikan dari Ar-Rahiqul Makthum - Syaikh Shafiyyurahman al-Mubarakfuri ,hal.529-537, penerbit An-Naba',cet.2012
[8] Terjmah Kutubus Tis’ah (kitab 9 imam - Lidwa Pustaka)
------------------------------------------------
[1] As-Sirah An-Nabawiyah Ash-Shahihah, Muhawalah Li Tahtbiq Qawa'id Al-Muhadditsin fi Naqdi Riwayat As-Sirah An-Nabawiyah- Dr.Akram Dhiya' Al-Umuri hal.586, pustaka As-Sunnah,cet. 2001
[2] ibid, hal 587
[3] ibid, hal 587
[4] Ar-Rahiqul Makthum Bahtsun Fi al-Sirah al-Nabawiyah Ala Shahibiha Afdhali al-Shalati wa al-Salam- Syaikh Shafiyyurahman المكتب التعاولي للدعوة والإر شاد بالسلي , hal 209-210, cet.1999
[5] ibid, hal 212-213
[6] As-Sirah An-Nabawiyah Ash-Shahihah, Dr.Akram Dhiya' Al-Umuri hal.589
[7] Disarikan dari Ar-Rahiqul Makthum - Syaikh Shafiyyurahman al-Mubarakfuri ,hal.529-537, penerbit An-Naba',cet.2012
[8] Terjmah Kutubus Tis’ah (kitab 9 imam - Lidwa Pustaka)
Wasiat Terakhir
http://kisahrasulullah.blogspot.co.id/2011/04/wasiat-terakhir.html
Mengimbau
kembali lembaran sirah Junjungan Besar Nabi Muhammad SAW, Padang Arafah
menjadi suatu medan yang terpalit suatu peristiwa yang amat menyentuh
hati dan mengharukan bagi manusia yang mempunyai tunjang aqidah muslim.
Di sinilah tempatnya Rasulullah SAW menyampaikan amanatnya buat terakhir
kalinya. Sebuah khutbah terakhir yang penuh maksud dan sama sekali
menyentuh hati para pencinta Kekasih Allah itu.
Rasulullah
SAW bertolak dari Mina ke Arafah setelah naiknya mentari 9 Zulhijjah.
Sebuah khemah didirikan untuk baginda. Baginda masuk dan berada di
dalamnya sehingga waktu Zohor. Kemudian, Rasulullah SAW mengarahkan
al-Qaswah, yakni untanya untuk disiapkan. Lalu Rasulullah SAW menaikinya
sehingga tiba di Wadi Uranah. Di hadapan Baginda SAW, ribuan sahabat
mengelilingi Baginda SAW dengan perasaan yang penuh dengan debaran
menanti apakah yang akan disampaikan oleh Baginda SAW.
Baginda SAW pun bangun berdiri dan menyampaikan khutbahnya yang penuh bersejarah itu.
"Segala
puji bagi Allah. Kita memuji, meminta pertolongan, beristighfar, dan
bertaubat kepada-Nya. Kita berlindung dengan-Nya daripada kejahatan diri
dan keburukan amalan kita. Sesiapa yang Allah berikan hidayat
kepadanya, maka tidak ada sesiapa yang boleh menyesatkannya. Sesiapa
yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada siapa yang boleh memberi
hidayat kepadanya. Aku menyaksikan bahawa tiada Tuhan melainkan Allah
Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Aku menyaksikan bahawa Muhammad
adalah hamba dan Rasul-Nya. Aku berpesan kepada kamu wahai hamba-hamba
Allah supaya bertaqwa kepada Allah dan menggesa kamu supaya
mentaati-Nya."
Aku
membuka khutbahku ini dengan muqaddimah yang baik. Wahai manusia! Sila
dengar apa yang akan kukatakan ini. Aku tidak tahu adakah aku akan dapat
bersama kamu semua lagi selepas tahun ini, di tempat ini selamanya.
1.
Sesungguhnya darah kamu,harta benda kamu, dan kehormatan diri kamu
telah terpelihara (diharamkan) sebagaimana diharamkan hari ini, bulan
ini, dan Bandar ini (Makkah dan kawasan sekitarnya).
2. Sesiapa yang memegang amanah, maka dia hendaklah mengembalikan amanah tersebut kepada tuan punyanya.
3. Ingatlah! Segala amalan jahiliyyah telah berada di tapak kakiku (yakni telah dihapuskan).
4.
Tuntutan hutang darah di zaman jahiliyyah (sebelum Islam) telah
diampunkan. Tuntutan darah pertama yang aku batalkan adalah darah Ibnu
Rabi’ah bin al-Haris yang telah disusukan oleh Bani Saad kemudian telah
dibunuh oleh Huzail.
5.
Riba adalah haram dan aku memulainya dengan membatalkan riba yang akan
diterima oleh Abbas bin Abdul Mutalib. Sesungguhnya ia dihapuskan
keseluruhannya.
6.
Wahai manusia! Takutilah Allah SWT dalam urusan yang berkaitan dengan
wanita. Sesungguhnya kamu telah mengambil mereka sebagai amanah daripada
Allah SWT dan mereka telah dihalalkan kepada kamu dengan kalimat Allah.
Wajib ke atas merea untuk menjaga kehormatan kamu dan menjaga diri
daripada melakukan perbuatan buruk, jika mereka lakukannya, maka kamu
berhak untuk menghukum mereka tetapi bukanlah dengan pukulan yang
mencederakan. Jika isteri-isteri kamu setia dan jujur terhadapmu, maka
wajib ke atas kamu menjaga makan-pakai dengan baik.
7.
Semua orang mukmin adalah bersaudara. Oleh itu, tidak halal bagi
seorang muslim mengambil harta orang lain kecuali setelah mendapat
kebenaran daripada tuannya.
8.
Jangan kamu kembali menjadi kafir selepas pemergianku, di mana
sebahagian daripada kamu memerangi sebahagian yang lain. Aku telah
tinggalkan kamu suatu panduan. Jika kamu berpegang teguh dengan
ajarannya, maka kamu tidak akan sesat selama-lamanya yakni al-Quran dan
as-Sunnah.
9.
Wahai manusia! Sesungguhnya tiada nabi lagi selepasku dan tiada lagi
umat selepas kamu. Maka aku menyeru agar kamu menyembah Allah SWT Tuhan
kamu dan menunaikan solat lima waktu, berpuasa pada bulan Ramadhan,
serta mengeluarkan zakat hartamu dengan kerelaan. Dan kerjakanlah haji
ke Rumah Suci Tuanmu (Kaabah), untuk itu kamu akan masuk syurga
Tuhanmu.
10.
Tuhan kamu adalah Maha Esa, datuk kamu pula adalah satu, kamu semua
berasal daripada Adam dan Adam telah dijadikan daripada tanah. Orang
yang paling baik dalam kalangan kamu ialah mereka yang paling bertaqwa
terhadap Allah. Tiada kelebihan bagi bangsa Arab berbanding bangsa lain
kecuali dengan taqwa.
11.
Allah SWT telah menetapkan hak menerima pusaka kepada keluarga si mati.
Oleh itu, tidak boleh membuat wasiat kepada penerima pusaka.
Sesungguhnya laknat Allah ke atas sesiapa yang mengaku sebagai bapa
kepada bukan bapanya yang sebenar, juga laknat daripada para malaikat
dan seluruh manusia.
12. Kemudian kamu akan disoal tentang aku. Maka apa yang kamu jawab? Mereke menjawab, “Kami bersaksi bahawa tuan telah menyampaikan dan menyempurnakan risalahmu”. Baginda SAW lalu mengangkat tangannya ke langit dan menurunkannya ke arah orang ramai sambil berkata, “Ya Allah! Saksikanlah”. Baginda
SAW mengucapkannya sebanyak tiga kali. Orang yang mengulang kembali
ucapan Rasulullah SAW dengan kuatnya di Arafah ialah Rabi’ah bin Umayyah
bin Khalaf r.a.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar