Posted on September 11, 2007 by secondprince
https://secondprince.wordpress.com/2007/09/11/telaah-perbedaan-sunni-dan-syiahi/
Telaah Perbedaan Sunni dan Syiah.
Tulisan ini adalah tanggapan sederhana atas tulisan di situs ini yang berjudul Apa perbedaan antara Ahlussunnah Waljamaah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah ?. Untuk memenuhi permintaan saudara Gura dalam tulisan saya yang lalu.
Tulisan yang bercetak miring adalah tulisan di situs tersebut.
Sebelumnya perlu diingatkan bahwa apa yang penulis(saya) sampaikan
adalah bersumber dari apa yang penulis baca dari sumber-sumber Syiah
sendiri.
Banyak orang yang menyangka bahwa perbedaan antara
Ahlussunnah Waljamaah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah)
dianggap sekedar dalam masalah khilafiyah Furu’iyah, seperti perbedaan
antara NU dengan Muhammadiyah, antara Madzhab Safi’i dengan Madzhab
Maliki.Karenanya dengan adanya ribut-ribut masalah Sunni dengan Syiah,
mereka berpendapat agar perbedaan pendapat tersebut tidak perlu
dibesar-besarkan. Selanjutnya mereka berharap, apabila antara NU dengan
Muhammadiyah sekarang bisa diadakan pendekatan-pendekatan demi Ukhuwah
Islamiyah, lalu mengapa antara Syiah dan Sunni tidak dilakukan ?.
Penulis(saya) menjawab benar perbedaan Sunni dan Syiah memang tidak
sebatas Furu’iyah tetapi juga berkaitan dengan masalah Ushulli. Tetapi
tetap saja Syiah adalah Islam(lihat tulisan ini).
Kita akan lihat nanti. Tidak ada masalah dengan pendekatan Sunni dan
Syiah karena tidak semuanya berbeda, terdapat cukup banyak persamaan
antara Sunni dan Syiah.
Apa yang mereka harapkan tersebut, tidak lain
dikarenakan minimnya pengetahuan mereka mengenai aqidah Syiah Imamiyah
Itsna Asyariyah (Ja’fariyah). Sehingga apa yang mereka sampaikan hanya
terbatas pada apa yang mereka ketahui. Semua itu dikarenakan kurangnya
informasi pada mereka, akan hakikat ajaran Syiah Imamiyah Itsna
Asyariyah (Ja’fariyah). Disamping kebiasaan berkomentar, sebelum
memahami persoalan yang sebenarnya
Jawaban saya, kata-kata ini juga bisa ditujukan pada penulis itu
sendiri, minimnya pengetahuan dia tentang Syiah kecuali yang di dapat
dari Syaikh-syaikhnya. Kemudian berbicara seperti orang yang sok tahu
segalanya. Dan berkomentar sebelum memahami persoalan sebenarnya.
Sedangkan apa yang mereka kuasai, hanya bersumber
dari tokoh-tokoh Syiah yang sering berkata bahwa perbedaan Sunni dengan
Syiah seperti perbedaan antara Madzhab Maliki dengan Madzahab Syafi’i.
Padahal perbedaan antara Madzhab Maliki dengan Madzhab Syafi’i, hanya
dalam masalah Furu’iyah saja. Sedang perbedaan antara Ahlussunnah
Waljamaah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah), maka
perbedaan-perbedaannya disamping dalam Furuu’ juga dalam Ushuul.
Bukankah baik kalau mengenal sesuatu dari sumbernya sendiri yaitu
Ulama Syiah. Kalau si penulis itu menganggap Ulama Syiah Cuma
berpura-pura lalu kenapa dia tidak menganggap Syaikh-Syaikh mereka itu
yang sengaja mendistorsi tentang Syiah. Subjektivitas sangat berperan,
anda tentu tidak akan mendengar hal yang baik tentang Syiah dari Ulama
yang membenci dan mengkafirkan Syiah. Pengetahuan yang berimbang
diperlukan jika ingin bersikap objektif. Sekali lagi perbedaan itu benar
tidak sebatas Furu’iyah.
Rukun Iman mereka berbeda dengan rukun Iman kita,
rukun Islamnya juga berbeda, begitu pula kitab-kitab hadistnya juga
berbeda, bahkan sesuai pengakuan sebagian besar ulama-ulama Syiah, bahwa
Al-Qur’an mereka juga berbeda dengan Al-Qur’an kita(Ahlussunnah).
Apabila ada dari ulama mereka yang pura-pura (taqiyah) mengatakan
bahwa Al-Qur’annya sama, maka dalam menafsirkan ayat-ayatnya sangat
berbeda dan berlainan.
Kata-kata yang begitu kurang tepat, yang benar adalah Syiah meyakini
Rukun Iman dan Rukun Islam yang dimiliki Sunni tetapi mereka
merumuskannya dengan cara yang berbeda dan memang terdapat perbedaan
tertentu pada Syiah yang tidak diyakini Sunni.
Kitab Hadis Syiah benar berbeda dengan Kitab Hadis Sunni karena Syiah menerima hadis dari Ahlul Bait as(hal ini ada dasarnya bahkan dalam kitab hadis Sunni lihat hadis Tsaqalain) sedangkan Sunni sebagian besar hadisnya dari Sahabat Nabi ra.
sesuai pengakuan sebagian besar ulama-ulama Syiah, bahwa Al-Qur’an
mereka juga berbeda dengan Al-Qur’an kita. Ini adalah kebohongan, yang
benar Ulama-Ulama Syiah menyatakan bahwa Al Quran mereka sama dengan Al
Quran Sunni. Yang mengatakan bahwa Al Quran Syiah berbeda dengan Al
Quran Sunni adalah kaum Syiah Akhbariyah yang bahkan ditentang oleh
Ulama-Ulama Syiah. Kaum Akhbariyah ini yang dicap oleh penulis itu
sebagai Ulama Syiah. Sudah keliru generalisasi pula. Penafsiran Al Quran
yang berlainan bukan masalah, dalam Sunni sendiri perbedaan tersebut
banyak terjadi.
Sehingga tepatlah apabila ulama-ulama Ahlussunnah
Waljamaah mengatakan : Bahwa Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah)
adalah satu agama tersendiri.
Yang berkata seperti ini adalah Ulama-ulama Salafi, karena terdapat
Ulama Ahlussunah yang mengatakan Syiah itu Islam seperti Syaikh Saltut,
Syaikh Muhammad Al Ghazali, Syaikh Yusuf Qardhawi, dan lain-lain.
Sebenarnya yang populer di kalangan Sunni adalah Syiah itu Islam tetapi
golongan pembid’ah. Cuma Salafi yang dengan ekstremnya menyebut Syiah
agama tersendiri.
Melihat pentingnya persoalan tersebut, maka di bawah
ini kami nukilkan sebagian dari perbedaan antara aqidah Ahlussunnah
Waljamaah dengan aqidah Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah).
Saya akan menanggapi satu persatu pernyataan penulis ini
1. Ahlussunnah : Rukun Islam kita ada 5 (lima)
a) Syahadatain
b) As-Sholah
c) As-Shoum
d) Az-Zakah
e) Al-Haj
Syiah : Rukun Islam Syiah juga ada 5 (lima) tapi berbeda:
a) As-Sholah
b) As-Shoum
c) Az-Zakah
d) Al-Haj
e) Al wilayah
Jawaban: Saya tidak tahu apa sumber penukilan penulis ini, yang jelas
Syiah juga meyakini Islam dimulai dengan Syahadat. Jadi sebenarnya
Syiah meyakini semua rukun Islam Sunni hanya saja mereka menambahkan Al
Wilayah. Yang ini yang tidak diakui Sunni, tentu perbedaan ini ada
dasarnya.
2. Ahlussunnah : Rukun Iman ada 6 (enam) :
a) Iman kepada Allah
b) Iman kepada Malaikat-malaikat Nya
c) Iman kepada Kitab-kitab Nya
d) Iman kepada Rasul Nya
e) Iman kepada Yaumil Akhir / hari kiamat
f) Iman kepada Qadar, baik-buruknya dari Allah.
Syiah : Rukun Iman Syiah ada 5 (lima)*
a) At-Tauhid
b) An Nubuwwah
c) Al Imamah
d) Al Adlu
e) Al Ma’ad
Syiah jelas meyakini atau mengimani semua yang disebutkan dalam rukun
iman Sunni, hanya saja mereka ,merumuskannya dengan cara berbeda
seperti yang penulis itu sampaikan. Rukun iman Syiah selain Imamah
mengandung semua rukun iman Sunni. Perbedaannya Syiah meyakini Imamah
dan Sunni tidak, sekali lagi perbedaan ini ada dasarnya.
3. Ahlussunnah : Dua kalimat syahadat
Syiah : Tiga kalimat syahadat, disamping Asyhadu an Laailaha
illallah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah, masih ditambah dengan
menyebut dua belas imam-imam mereka
Ini tidak benar karena syahadat dalam Sunni dan Syiah adalah sama Asyhadu an Laailaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah.
Tidak mungkinnya pernyataan penulis itu adalah bagaimana dengan mereka
orang Islam pada zaman Rasulullah SAW, zaman Imam Ali, zaman Imam Hasan
dan zaman Imam Husain. Bukankah jelas pada saat itu belum terdapat 12
imam.
4. Ahlussunnah : Percaya kepada imam-imam tidak
termasuk rukun iman. Adapun jumlah imam-imam Ahlussunnah tidak terbatas.
Selalu timbul imam-imam, sampai hari kiamat.
Karenanya membatasi imam-imam hanya dua belas (12) atau jumlah tertentu, tidak dibenarkan.
Syiah : Percaya kepada dua belas imam-imam mereka,
termasuk rukun iman. Karenanya orang-orang yang tidak beriman kepada dua
belas imam-imam mereka (seperti orang-orang Sunni), maka menurut ajaran
Syiah dianggap kafir dan akan masuk neraka
Imam Sunni tidak terbatas karena setiap ulama bisa saja disebut Imam
oleh orang Sunni. Bagi Syiah tidak seperti itu, 12 imam mereka ada
dasarnya sendiri dalam sumber mereka, dan terdapat juga dalam Sumber Sunni tentang 12 khalifah dan Imam dari Quraisy. Intinya Syiah dan Sunni berbeda pandangan tentang apa yang disebut Imam. Karenanya membatasi imam-imam hanya dua belas (12) atau jumlah tertentu, tidak dibenarkan.
Pernyataan ini hanya sekedar persepsi, tidak dibenarkan berdasarkan
apa, jelas sekali penulis ini tidak memahami pengertian Imam dalam
Syiah.
Karenanya orang-orang yang tidak beriman kepada dua belas
imam-imam mereka (seperti orang-orang Sunni), maka menurut ajaran Syiah
dianggap kafir dan akan masuk neraka. Saya tidak tahu apa dasar
penulis itu, yang saya tahu Ulama Syiah selalu menyebut Sunni sebagai
Islam dan saudara mereka. Anda dapat melihat dalam Al Fushul Al Muhimmah Fi Ta’lif Al Ummah oleh Ulama Syiah Syaikh Syarafuddin Al Musawi(terjemahannya Isu-isu Penting Ikhtilaf Sunnah dan Syiah hal 33 yang membuat bab khusus yang berjudul Keterangan Para Imam Ahlul Bait Tentang Sahnya Keislaman Ahlussunnah) Atau anda dapat merujuk Al ’Adl Al Ilahy karya Murtadha Muthahhari( terjemahannya Keadilan Ilahi hal 271-275).
5. Ahlussunnah : Khulafaurrosyidin yang diakui (sah) adalah :
a) Abu Bakar
b) Umar
c) Utsman
d) Ali Radhiallahu anhum
Syiah : Ketiga Khalifah (Abu Bakar, Umar, Utsman) tidak diakui oleh
Syiah. Karena dianggap telah merampas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib
(padahal Imam Ali sendiri membai’at dan mengakui kekhalifahan mereka).
Pembahasan masalah ini adalah cukup pelik, oleh karenanya saya akan
memaparkan garis besarnya saja. Benar sekali khulafaurrosyidin yang
diakui Sunni adalah seperti yang penulis itu sebutkan. Syiah tidak
mengakui 3 khalifah pertama karena berdasarkan dalil-dalil di sisi
mereka Imam Ali ditunjuk sebagai khalifah pengganti Rasulullah SAW.
Pernyataan (padahal Imam Ali sendiri membai’at dan mengakui kekhalifahan mereka),
disini lagi-lagi terjadi perbedaan. Sunni berdasarkan sumber mereka
menganggap Imam Ali berbaiat dengan sukarela. Tetapi Syiah berdasarkan
sumber mereka menganggap Imam Ali berbaiat dengan terpaksa. Hal yang
patut diperhitungkan adalah Syiah juga memakai sumber Sunni untuk
membuktikan anggapan ini, diantaranya hadis dan sirah yang menyatakan
keterlambatan baiat Imam Ali kepada khalifah Abu Bakar yaitu setelah 6
bulan. Sekali lagi perbedaan ini memiliki dasar masing-masing di kedua
belah pihak baik Sunni dan Syiah, jika ingin bersikap objektif tentu
harus membahasnya secara berimbang dan tidak berat sebelah. Perbedaan
masalah khalifah ini juga tidak perlu dikaitkan dengan Islam atau tidak,
bukankah masalah khalifah ini jelas tidak termasuk dalam rukun iman dan
rukun islam Sunni yang disebutkan oleh penulis itu. Oleh karenanya jika Syiah berbeda dalam hal ini maka itu tidak menunjukkan Syiah keluar dari Islam.
Sebelum mengakhiri bagian pertama ini, ada yang perlu diperjelas.
Syiah meyakini rukun iman dan rukun islam Sunni hanya saja Syiah berbeda
merumuskannya. Oleh karenanya dalam pandangan Sunni, Syiah itu Islam.
Syiah meyakini Imamah yang merupakan masalah Ushulli dalam rukun Iman
Syiah. Sunni tidak meyakini hal ini. Dalam pandangan Syiah, Sunni tetap sah keislamannya berdasarkan keterangan dari para Imam Ahlul Bait . Anda dapat merujuk ke sumber yang saya sebutkan. Bersambung , Salam damai
Memuat...
1.154 Tanggapan
ya yang Islam toh Mas
yang nonmuslim mah bukan
he he he
gak perlu kok, situs yang saya maksud juga gak ada referensinya
paling tidak untuk hal tertentu saya cantumkan referensinya
Kalo dilihat dari sejarah, memang posisi syiah menguntungkan.
Saya sendiri masih mempelajari keduanya. Mencari kenyamanan buat batin saya.
komentar saya di atas buat menanggapi komentar saudara Aditya
he he he agak buru-buru sih dan panjang pulak
tanah fadak
1. barangkali yg anda maksud adalah tanah Fadak, tanah fadak adalah milik baitulmaal, karena Rasul saw telah berdabda bahwa tiada nabi yg mewariskan harta, maka tanah itu milik Baytul Maal, dan Rasulullah saw tak pernah mewariskannya kepada siapapun, dan mustahil Khalifah Abubakar shiddiq ra dan Khalifah Umar bin Khattab ra merebut tanah waris ahlulbait Rasul saw, karena mereka berdua itu sangat mencintai ahlulbait Rasul saw.
riwayat mana yg mengatakan Bunda Suci Fathimah Azzahra ra ngotot minta warisan?, riwayat itu adalah riwayat syiah berhati busuk, mereka kira putri Rasul saw sama dengan mereka yg serakah atas harta dunia dan berebutan warisan?
jika kita menganggap umar bin abdul aziz lebih patut dipercaya, maka kita telah mendustakan Imam Ali bin ABi Thalib kw, dan Imam Hasan bin Ali kw yg keduanya menjabat khalifah dan mereka tetap menaruh tanah fadak pada posisinya,
apakah Imam Ali kw itu tak tahu menjalankan hak waris?, dan riwayat umar bin abdul aziz mengembalikan tanah fadak itu riwayat manakah?, karena saat itu Sayyidah Fathimah Azzahra ra telah wafat, demikian pula Imam Ali kw, demikian pula Sayyidina Hasan dan husein radhiyallahu’anhuma, lalu kepada siapa tanah itu diberikan?, sedangkan keturunan Sayyidina Hasan sangatlah banyak, lalu apakah setelah dibagi bagikan kepada mereka yg mungkin sudah tersebar ke baghdad, persia dan wilayah wilayah lainnya, lalu ditarik lagi, tampaknya riwayat itu rancu, adakah anda dapat membuktikan darimana riwayat itu datang?
Nabi SAW menerangkan tentang akan terjadinya perang jamal
sabda Rasulullah saw : “Tiadalah datang hari kiamat kecuali beradunya dua kelompok besar, dan keduanya membela hal yg sama” (Shahih Bukhari),
mengenai hadits ini berkata Al Hafidh Al Imam Ibn Hajar Al Atsqalaniy : hadits ini menunjukkan peperangan antara dua kelompok besar muslimin yg keduanya benar, yaitu perang Jamal, antara kelompok Sayyidina Ali kw dan Ummulmukminin Aisyah ra, bahwa keduanya dalam kebenaran, karena Aisyah ra dan beberapa sahabat lainnya bersatu untuk mencari pembunuh Khalifah Utsman ra, dan mereka itu berlindung di Pasukan Khalifah Ali kw,
maka mereka meminta agar para pembunuh itu diserahkan pada mereka untuk kemudian diadili, namun Imam Ali kw menolak, yaitu agar terlebih dulu dipastikan betul dg saksi saksi yg jelas diantara mereka yg betul2 terlibat pembunuhan langsung dg tangannya. (Fathul Baari ALmasyhur li Ibn Hajar Bab Alamat Nubuwwah fil islam)
maka pasukan Ummulmukminin bertujuan membunuh para pembunuh Utsman ra, dan Pasukan Ali kw menahan serangan mereka.
tentunya telah jelas sabda Nabi saw yg memberitahukan tentang kejadian ini.
beliau ra menanyakan tentang tanah fadak lalu setelah dijelaskan maka beliau ra tidak lagi memintanya,
semua sahabat empat adalah keluarga dekat Nabi, siapa mencela berarti sama dengan menganggap Nabi Bodoh karena keluarganya berantakan saling bermusuhan.
Ummulmukminin tentunya bukan ma’shum, demikian pula Sayyidah Fathimah Azzahra ra pun pernah melakukan kesalahan, yg ma’shum hanya Rasul saw,
dan mereka keluar bukan untuk saling bunuh, namun untuk menyelesaikan masalah pembunuhan Khalifah Utsman ra,
saudaraku saran saya anda tak perlu kacau dengan akidah syiah, untuk apa mencari cela dan aib Istri Rasulullah saw?, mereka semua keluarga Rasulullah saw,
karena Abubakar ra dan Umar bin Khattab ra adalah mertua Nabi saw, dan Utsman bin Affan ra adalah menanti Rasulullah saw, dan Imam Ali kw adalah sepupu dan menantu Rasul saw, dan Sayyidah Fathimah ra adalah putri kesayangan Rasul saw, da Aisyah ra adalah Istri Rasulullah saw,
tak adakah kesibukan lain selain mencari aib keluarga Rasulullah saw?, adakah anda syak pada kenabian sang Nabi agung saw?, hingga keluarganya semua berantakan, penipu, pengkhianat, ini penghinaan atas Nabi saw.
muawiyah adalah sahabat
imam ali sendiri yang bilang
beliau menceritakan mengenai apa yang terjadi antara beliau (Imam Ali) dengan Ahli Syam (Muawiyah) dalam perang Siffin sbb:
كان بدء امرنا انا التقينا والقوم من اهل الشام، والظاهر ان ربنا واحد، ونبينا واحد، ودعوتنا فى الاسلام واحد، ولا نستزيدهم فى الاسلام بالله والتصديق برسوله، ولا يستزيدوننا، الامر واحد الا ما اختلفنا فيه من دم عثمان، ونحن منه براء
( نهج البلاغة- ٤٤٨ )
Adapun mas’alah kita, yaitu telah terjadi pertempuran antara kami dengan ahli syam (Muawiyah dan Syiahnya).
Yang jelas Tuhan kita sama, Nabi kita juga sama dan da’wah kita dalam Islam juga sama. Begitu pula Iman kami pada Allah serta keyakinan kami kepada Rasulullah, tidak melebihi iman mereka, dan iman mereka juga tidak melebihi iman kami.
Masalahnya hanya satu, yaitu perselisihan kita dalam peristiwa terbunuhnya (Kholifah) Usman, sedang kami dalam peristiwa tersebut, tidak terlibat.”
(Nahjul Balaghoh – 448)
Selanjutnya, oleh karena permasalahannya hanya dalam masalah politik yang dikarenakan terbunuhnya Khalifah usman RA dan bukan dalam masalah aqidah, maka ketika Imam Ali mendengar ada dari pengikutnya yang mencaci maki Muawiyah dan kelompoknya, beliau marah dan melarang, seraya berkata:
انى اكره لكم ان تكونوا سبابين ، لكنكم لو وصفتم اعمالهم، وذكرتم حالهم، كان اصوب فى القول وابلغ فى العذر، وقلتم مكان سبكم اياهم، اللهم احقن دماءنا ودماءهم، واصلح
ذات بيننا وبينهم ( نهج البلاغة -٣٢٣)
“ Aku tidak suka kalian menjadi pengumpat (pencaci-maki), tapi andaikata kalian tunjukkan perbuatan mereka dan kalian sebutkan keadaan mereka, maka hal yang demikian itu akan lebih diterima sebagai alasan. Selanjutnya kalian ganti cacian kalian kepada mereka dengan :
Yaa Allah selamatkanlah darah kami dan darah mereka, serta damaikanlah kami dengan mereka
(Nahjul Balaghoh – 323)
Demikian pengarahan Imam Ali kepada pengikutnya dan pecintanya. Jika mencaci maki Muawiyah dan pengikutnya saja dilarang oleh Imam Ali, lalu bagaimana dengan orang-orang Syiah sekarang yang mencaci maki bahkan mengkafirkan Muawiyah dan pengikut-pengikutnya, layakkah mereka disebut sebagai pengikut Imam Ali
mereka tentunya dalam kejahilan dan kesesatan yg nyata, karena rasul saw bersabda bahwa “janganlah kau caci sahabatku, sungguh bila kalian mampu menginfaq kan emas sebesar gunung uhud sekalipun itu belum menyupai genggaman tangan mereka” (shahih Bukhari shahih Muslim).
nah loooo ketahuan deh bo’ongnya
Maaf Mas mari kita bahas satu-persatu
Hadis tentang Sayyidina Fathimah riwayat Shahih Bukhari, memang ada riwayat yang mengkaitkan hadis itu dengan putri Abu Jahal.
tetapi ada juga hadis yang tidak mengaitkan dengan peristiwa tersebut. Tentu saja baik jika mengetahui asbabul wurud hadis tersebut, nah seandainya kita menggabungkan kedua riwayat tersebut. Maka arti yang tepat adalah Apa saja yang membuat Sayyidina Fathimah marah maka itu membuat Nabi SAW marah.
Apakah dengan melihat sebabnya, anda akan langsung berkata bahwa hadis itu hanya terbatas peristiwa itu saja dan tidak bisa dikaitkan dengan peristiwa lain. Pernyataan ini jelas tidak benar karena dua alasan
1. Adalah prinsip dalam pengambilan dalil berlandaskan dengan keumuman lafal bukan kekhusususan sebab.
2. Banyak hadis tersebut yang matannya tidak sedikitpun mengandung peristiwa yang berkaitan dengan putri Abu Jahal itu. Jadi hadis ini bermakna umum, tidak dikhususkan.
Masalah hadis Kitab Allah dan AhlulBaitku, anda kurang lengkap menyebutkan. Hadis itu tidak hanya diriwayatkan Tirmidzi tetapi juga diriwayatkan oleh Ahmad,Thabrani, Thahawi, Al Hakim, Al Haitsami ,As Suyuthi, Ibnu Khuzaimah dll.
Kemudian anda hanya mengutip pernyataan Tirmidzi hasan gharib padahal dalam Shahih Sunan Tirmidzi Takhrij Syaikh Al Albani, beliau menyatakan hadis itu shahih. hadis ini juga dishahihkan oleh Al Hakim, Al haitsami, As Suyuthi dan Adz Dzahabi. Sepertinya anda belum membaca tulisan saya tentang hadis Tsaqalain.https://secondprince.wordpress.com/2007/07/21/hadis-tsaqalain/. Jadi hadis ini banyak sanadnya dan shahih.
Kemudian hadis Kitab Allah dan Sunahku, anda menyebutkan dalam Sunan Baihaqi dan Sunan Daruquthni. Apa benar anda sudah memeriksa sanadnya. Lihat pembahasan saya tentang hadis ini, hadis ini maaf sanadnya dhaif Mas. https://secondprince.wordpress.com/2007/07/27/19/. Jadi justru hadis Kitab Allah dan Ahlul Baitku yang shahih sanadnya.
Artinya sekali lagi cukup jelas kita harus berpegang kepada Al quran dan AhlulBait supaya tidak sesat. Itu berarti AhlulBait sudah jelas yang paling paham tentang Sunah Rasulullah SAW. Jangan membalikkan persoalan dengan berkata menilai AhlulBait harus mengikuti Sunnah, karena mereka pasti mengikuti Sunnah
hadis Tsaqalain menyatakan kalau AhlulBait akan bersama dengan Al Quran dan mereka yang paling paham Sunah Rasulullah SAW.
Anda termasuk mereka yang mendistorsi arti hadis Tsaqalain dengan berkata
Memang sebagian yang anda sebutkan itu memang harus kita lakukan tetapi hadis Tsaqalain memiliki makna yang jelas bahwa kita harus berpegang teguh kepada Al Quran dan AhlulBait. Tunjukkan Mas adakah dalam hadis Tsaqalain teks yang menyebutkan kalau yang dimaksud itu adalah mencintai mereka, menaungi mereka, menghormati mereka. bahkan yang lucu anda bilang menegur mereka kalau mereka salah. Lihat saja teks hadis tsaqalain manusialah yang harus berpegang teguh kepada Ahlul Bait bukan sok menilai dan menegur segala. Baca Tulisan saya yang ini https://secondprince.wordpress.com/2007/10/30/kritik-terhadap-distorsi-hadis-tsaqalain/
Atau tulisan saya yang ini https://secondprince.wordpress.com/2007/10/30/kekeliruan-hafiz-firdaus-dalam-memahami-hadis-tsaqalain/.
Kata-kata anda
Lho siapa yang bilang begini, saya gak pernah bilang begitu. Mereka memang shahabat Nabi tetapi saya tidak pernah mengkultuskan.
Kalau mereka salah, saya cuma menunjukkan apa yang mereka lakukan
Soal hadis Fadak,la khan anda yang terlebih dahulu menyatakan kalau itu cuma riwayat syiah. terbukti toh anda salah.
Anda berkata
Kata-kata itu lebih baik tujukan pada Imam Bukhari, dia memasukkan hadis itu dalam Shahihnya. Tidak perlu berkelit. Bukti nyata hadis itu ada dan sanadnya shahih dan teksnya memang jelas menyatakan Sayyidah Fathimah marah dan tidak berbicara kepada Abu bakar ra selama 6 bulan.
Anda mengaku mencintai Ahlul Bait, tetapi anda entah benar tidak tahu atau pura-pura tidak tahu riwayat ini. Aneh sekali.
Tidak ada saya menghina shahabat. Saya cuma berkata dalam masalah Fadak saya jelas memihak kepada Sayyidah Fathimah karena beliaulah yang benar menurut saya(tentu pendapat saya ada dasarnya). Kalau bagi anda itu berarti menghina shahabat, ya terserah anda.
Kemudian kata-kata anda
Kata-kata anda menunjukkan ketidaktahuan anda terhadap hadisnya.
Itu cuma salah satu Mas, dan banyak kok yang lain. yang penting saya tidak mencaci atau menghina siapapun saya cuma menyatakan kalau menyakiti AhlulBait adalah sebuah kesalahan.
Masalah Ahlul Bait yang memaafkan mereka yang menyakitinya. Itu referensinya dari mana, tentu saya ingin tahu.
Kemudian apakah dengan itu kita tidak bisa mengatakan kalau menyakiti Ahlul bait itu salah.
Meracuni Imam Hasan jelas kesalahan besar, membunuh imam Husain jelas kesalahan besar kan.
Masalah hukum memang Allah yang menentukan, tetapi adalah wajar kalau kita ingin mengetahui yang mana yang benar. Tidak ada yang berniat mengadili, kalau bagi anda semua itu tidak ada masalah, ya itu terserah anda. Mungkin memang begitu cara anda mencintai Ahlul Bait.
Kata-kata anda
mana buktinya, dari mana referensinya, siapa sahabat yang dimaksud?
Sahabat Nabi memang mulia, itu benar tetapi mereka tidak bebas dari kesalahan. Justru mereka sahabat Nabi mendapat wasiat hadis Tsaqalain dari Nabi SAW agar berpegang teguh kepada Al Quran dan Ahlul Bait. Bagi saya pribadi dalil-dalil yang jelas menunjukkan Ahlul Bait adalah pribadi yang mulia setelah Rasul dan mereka selalu bersama kebenaran. Siapapun yang menyelisihi mereka termasuk Shahabat adalah tidak benar. Sekali lagi saya tidak menghina.
Kemudian kata-kata anda
Tidak perlu mencaci, cukup yang benar katakan benar dan salah katakan salah(tentu berdasarkan dalil)
Lagipula kata-kata anda itu bisa dibalik untuk anda sendiri. Bagaimana dengan orang yang membuat marah Sayyidah Fathimah selama 6 bulan, dan yang dibuat marah itu Putri tercinta Rasulullah SAW
Renungkan dengan baik. Kecintaan dan pengkultusan kepada Shahabat jangan sampai mengurangi keutamaan Ahlul Bait dan membuat tidak ambil pusing dengan perkara yang menyakiti Ahlul bait.
Soal hadis Tsaqalain, sekali lagi itu shahih dan artinya jelas. Saya heran dengan mereka yang mengaku mencintai Ahlul Bait tetapi meragukan sanad hadis ini atau mendistorsi makna yang sebenarnya.
Mungkin saudara Aditya mencintai Ahlul Bait dengan caranya sendiri Mas
Teks yang anda maksud Khutbah no 96 Kitab Nahjul Balaghah, memang panjang begini teks aslinya
untuk anda banyak pertanyaan yang akan saya ajukan. mohon tidak kapok terus mengomentari tulisan saya trims ( mumpung bukunya blum aku kembalikan loh )
Qs-At-Fath : 18
sudahlah orang seperti bara itu gak usah ditanggapin. Intinya cuma mau menyalahkan saja. Lebih baik anda buat tulisan khusus lengkap dengan hujjahnya ketimbang menanggapi komen-komen yang mau menang sendiri dan tendensius kemahzabannya.
Seolah Islam itu cuma Sunni saja padahal Syiah jelas adalah Islam juga.
Biasa memang mudah sekali mengaku pecinta ahlul bait padahal tidak sedikitpun membela ahlul bait
Terus menulis ya
Memangnya kenapa kalau Rafidhah, apa anda tidak tahu kalau banyak perawi hadis Shahih Bukhari dan Shahih Muslim serta Kitab Sunan yang ternyata juga dikatakan Rafidhah.
Saya sendiri Sunni tapi saya lebih mencintai Ahlul Bait, Dalam masalah Fadak anda tidak bisa memilih dua-duanya. Jika anda memihak sahabat berarti anda menyatakan ahlul bait salah tapi sebaliknya jika anda memihak ahlul bait maka sahabat salah
Saya lihat dari komentar anda, anda menganggap sahabat tidak mungkin salah . Jadi itu berarti Ahlul Bait yang salah dalam hal ini Sayyidah Fathimah as putri tercinta Rasul SAW salah karena menuntut yang bukan haknya.
Jadi Ahlul Bait bisa salah dan sahabat tidak, anda berlebih-lebihan dan mana dasarnya. Padahal Sahabat harus merujuk ke Ahlul Bait
Saya jelas tidak sependapat dengan anda, bagi saya Fathimah as jelas dalam kebenaran dan kemarahannya adalah kemarahan Nabi SAW.
NAH LOOOO NGAKU SUNNI TAPI GAK MUDENG ( KATA ORANG JAWA ) WONG PIK TOR DIPELIHARA,
HAIII ORANG YANG KETULARAN JAHIL
AKU PECINTA AHLUL BAIT ( guru saya keturunan dari imam Husain ra, gak percaya yoo gak po po )
KARENA CINTANYA AKU GAK BERANI IKUT CAMPUR TERLALU DALAM MASALAH YANG TIMBUL SETELAH NABI WAFAT ( bukan penakut ) DALAM MASALAH FADAK JELAS KEDUANYA TIDAK SALAH DONG, WONG SAMA SAMA MELONTARKAN PENDAPAT YANG SEMUANYA BERSUMBER DARI NABI SAW.
BUNDA FATIMAH BENAR, SAHABAT BENAR ( YANG MENGANGGAP SALAH HANYALAH KUMPULAN ORANG YANG TIDAK PERDULI DENGAN KITAB SUCINYA )
kata anda
Saya sendiri Sunni tapi saya lebih mencintai Ahlul Bait, Dalam masalah Fadak anda tidak bisa memilih dua-duanya. Jika anda memihak sahabat berarti anda menyatakan ahlul bait salah tapi sebaliknya jika anda memihak ahlul bait maka sahabat salah
jawab saya
ini jawaban yang konyol, disuruh milih diantara pilihan yang sebenarnya benar semua, tidak ada yang salah.
contoh nyata
kamu membunuh seseorang karena istrimu diganggu, siapa yang salah kamu apa orang yang dibunuh, sedangkan waktu itu tidak ada saksi bahwa istrimu benar benar diganggu …………..
trus saya mo bilang apa, wong memang itu kenyataannya. klo memang semua benar,
lah emang hadistnya bilang begitu, masak palsu haditsnya, trus apa dong penilaian Nabi terhadap sahabat Abubakar yang pernah diberi gelar Asyidik karena membenarkan Nabi pada saat peristiwa Isra’ Mi’raj, padahal banyak orang yang mengatakan gila kepada Nabi. klo ternyata dikemudian hari Sahabat abukakar ternyata pembuat hadist palsu. wa ha ha ha ha ha ha sunni tapi gak ngerti sejarah bingung aku jadinya
kata anda
Saya lihat dari komentar anda, anda menganggap sahabat tidak mungkin salah . Jadi itu berarti Ahlul Bait yang salah dalam hal ini Sayyidah Fathimah as putri tercinta Rasul SAW salah karena menuntut yang bukan haknya.
saya katakan sekali lagi yaaaa, Bunda Fatimah juga tidak salah, sahabat juga tidak salah ……………… makanya baca sejarah yang benar …………….. gak punya bukunya, beli dong judulnya sahabat Imam Ali, pasti ketemu deh. brani gak bacanya entar gak berani baca yo percuma dong
kata anda
jadi Ahlul Bait bisa salah dan sahabat tidak, anda berlebih-lebihan dan mana dasarnya. Padahal Sahabat harus merujuk ke Ahlul Bait
ahlul bait bisa salah, sahabat juga bisa salah, memang mereka bukan orang yang ma’sum kok, tapi kesalahannya bukan hal yang mendasar, wong Tuhannya masih sama, Nabinya masih sama , trus kenapa harus diperdebatkan
keutamaan ahlul bait banyak mas ( gak usah saya sebut pasti anda sudah hapal ) keutamaan sahabat juga ada mas ( yang ini aku sebut, kawatir anda gak pernah baca saja )
BACA :
Qs-At-Taubah : 100
Qs-At-Anfal : 74
Qs-At-Fath : 18
setelah faham baru komentar, janga belum ngerti komentar dulu
HAIII NGAKU SUNNI TAPI GAK TAU SOPAN SANTUN, membiarkan aib keluarga Nabi diblejeti seenak perutmu sendiri aja
APA MAU KEJELEKAN SAUDARAMU DIUMUMKAN DI MUKA ORANG BANYAK, MIKIR DONG BAGAIMANA SEDIH HATI NABI LIAT TINGKAH LAKUMU, GAK NYESAL TAH WES BUAT ARGUMEN YANG MENGAKIBATKAN KELUARGA BESAR NABI TERCEMAR GARA GARA OCEHANMU
INGAT MAS
1. Bunda Fatimah beserta Imam Ali dan keturunannya adalah ahlul bait Nabi
2. Semua istri Nabi adalah umul mukminin
3. Sahabat 4 ( Abu bakar, Umar, Utsman, Ali ) adalah sahabat terpilih. semuanya adalah kerabat yang berhubungan karena mertua, atau menantu
HAIIIIII ORANG JAHILL APA KALIAN TEGA MERUSAK TATANAN NABI, MERUSAK SALAH SATU DARI RUMPUN NABI, MEMAKSAKAN PIKIRANMU BAHWA SALAH SATU DARI ITU SALAH
sholawat baca sholawat, disitu tertera ” berilah salam kepada Nabi kami, beserta anak keturuna, termasuk istri istri beliau”
CAMKAN WAHAI SAUDARA RAFI YANG MENGAKU SUNNI, JANGA HANYA MENGAKU NGAKU TAPI GAK TAU BAGAIMANA KITA BERSIKAP
tolong janga sampai akidahmu rusak hanya karena membaca sesuatu yang barangkali tidak tepat, atau mungkin salah. yang kamu sendiri gak ngerti makna nya
kita tidak mau kan klo keluarga besar kita dijadikan ajang penghinaan karena ada salah faham diantaranya. klo anda mau ada situs bagus untuk pencerahan, karena pembimbingnya seorang keturunan ahlul bait
ya betul emang, al qiadah juga mengaku islam, lia eden juga mengaku islam, aliran ahmadiyah juga mengaku islam, wahabi juga mengaku islam, alirsyad juga mengaku islam, rafidhah juga mengaku islam, yang menjadi pertanyaan islam yang bagai mana yang menurut Nabi yang paling benar ???????
anda berkata
sudahlah orang seperti bara itu gak usah ditanggapin. Intinya cuma mau menyalahkan saja. Lebih baik anda buat tulisan khusus lengkap dengan hujjahnya ketimbang menanggapi komen-komen yang mau menang sendiri dan tendensius kemahzabannya.
jawab saya
nih orang lucu juga yaaa. mazhab saya ahli sunnah itu jelas
kata anda
Seolah Islam itu cuma Sunni saja padahal Syiah jelas adalah Islam juga.
jawab saya
al qiadah juga mengaku islam, lia edden juga mengaku islam, tapi …………………. ( jawab sendiri deh )
kata anda
Biasa memang mudah sekali mengaku pecinta ahlul bait padahal tidak sedikitpun membela ahlul bait
jawab saya
inilah kebodohan anda,
1.saya berusaha mati matian agar sifat pemarah ( yang ditujukan oleh segolongan orang yang mengaku cinta )pada bunda fatimah berusaha menutupi dengan jalan tidak membesar besarkan masalah itu ( baca sejarah yang benar dong )
2.saya berusaha mengatakan bahwa memang Imam Ali terpilih setelah 3 sahabat terdahulu, bukan berarti imam ali marah terus terlambat baiat smpai 6 bulan. (baca sejarah kenapa Imam Ali memerangi muawiyah, tapi tidak memerangi tiga sahabat terdahulu )
3. meratapi kematian sayidina Husain dengan cara jahiliyah
apa itu yang kamu namakan cinta kepada ahlul bait wahai manusia yang punya hati nurani
JAWAB DENGA HATI SAJA, GAK USAH EMOSI, ENTAR DIMARAHI LOH SAMA MAS SECOND
Benar kenapa tidak dua-duanya yang anda terima, mau dikemanakan itu hadis yang menunjukkan Sayyidah Fatimah as marah,
Jawab saya
Tuh kan , masih menganggap bunda fatimah marah ……………… katanya …………. Kok ……………. ( wes gak ngomong wes biar dipikir sendiri )
Kata anda
sampean yang jahil toh. Masa’ gak ketemu, nyari dimana memang kitab karangan Salafi .
Maaf kalau mau diskusi sebaiknya jangan saling menghinalah
Yang penting kan cuma memaparkan pandangan masing-masing
Gak setuju ya sudah
saya juga pernah baca
ntarlah saya cari lagi
@Rafi
hmm begitu ya
tapi saudara Bara memang sudut pandangnya dari awal sudah lain
Jangan ngawurlah, inti komentar sampean itu apa
Kalau anda gak tahu Syiah, gak usahlah sok tahu
Mana ada Muslim yang tidak percaya 100% Al Quran
Kalau percaya Al Quran tidak lengkap, itu sudah bukan muslim namanya
Semua yang anda katakan gak ada kaitannya dengan Syiah
Sunni dan Syiah sama-sama mempercayai keaslian Al Quran tanpa perubahan
Lagian ngapain juga tanya empunya blog ini
Memang U kira dia itu Syiah apa
Jangan sok dong, buktikan
Sampean saja komentarnya basi minta ampun
Gak ada urusan kok Sunni mau jadi Syiah atau sebaliknya
Yang penting seseorang itu meyakini sesuatu dengan dasar dan dalil, begitu pula tidak mempercayai sesuatu dengan dasar dan dalil
Kalau sampean mau sibuk dengan pikiran sendiri terus saja celoteh gak karuan soal tahrif Al Quran
Tunjukkan kalau Sunni memang bukan tandingan Syiah dalam berdebat
Buktikan dimulai dari U sendiri
Saya tantang anda untuk berdebat, masalahnya silakan tentukan
jangan-kafirkan-sesama-muslim
Ngobrol ga pake ngatain atau nuduh ga bisa ya??? Ayo belajar lagi bareng bareng tentang fallacy,, ga enak kan kalo ngomong panjang lebar kalo ternyata mentah,,
Eh Bharma, kemaren Ma ga sempet ngobrol2 nih waktu pulang,,