masalah nuklir, finansial keuangan negara, tata negara, politik internasional, perselisihan mazhab, persatuan umat islam, nasionalisme, pembangunan bangsa, ketahanan nasional, hutang negara, perang dunia, timur tengah, new world order
Minggu, 18 Desember 2016
.....RUSIA...& SURIAH...?? ADA APA.. N... BAGAIMANA SEBENARNYA.. .... PERTALIAN KEDUA NEGARA ITU..??>>>> ...?? KENAPA RUSIA.......???...>> KONON .. RUSIA.. PASCA KOMUNIS BERKUASA.. .. KINI LEBIH DEKAT.. DG NEGARA SOSIALIS.. DAN MEMBUKA AJARAN AGAMA DI RUSIA.... DG BEBAS..??>>... KONON 2011 ... ITU ... PERANG SURIAH DIMULAI DG PERANG TEROR.. DIMANA DIKERAHKAN PASUKAN PEMBERONTAKKAN.. YG TERDIRI DR BERBAGAI NEGARA EROPA..AFRIKA..ARAB..N ASIA.. YG DI KOORDINIR OLEH SAUDI ARABIA.... DKK DG KOMANDANNYA PANGERAN BANDAR BIN SULTHAN.. YG TERKENAL GANAS.. N SANGAT BRUTAL.. KRN DIDIDIK OLEH CIA.. N TEMAN AKRAB DR KELUARGA G. BUSH.. YG MELAKUKAN PERANG IRAQ I N ANAKNYA J W BUSH JR.. YG MELAKUKAN EKSEKUSI SADAM HUSEN..>> PERANG SURIAH.... TAHUN 2011.... DI AWALI DG SERANGAN BESAR2AN PEMBERONTAK.. TERHADAP PEMERINTAHAN SAH BASYAR ASSAD.. YNG HAMPIR SAJA DIKALAHKAN.. N SDH TERDESAK OLEH KEKUATAN PARA PEMBERONTAK.. YG JUMLAHNYA LEBIH BESAR DARI TENTARA SURIAH.. N MEMILIKI PERSENJATAAN SANGAT SUPER CANGGIH.. SEHINGGA SAA-TENTARA SURIAH TERDESAK MUNDUR.. N HNY PADA POSISI.. SEKITAR DAMASKUS.. ??? >> ...... NAMUN PADA KAHIR.. PERANG.. DIMANA BASYAR ASSAD... SETELAH BANYAK MENDPAT DUKUNGAN RAKYAT..YNG NOTABENE MAYORITAS SUNY SURIAH.. N BANTUAN PASUKAN SUKARELA HEZBULLAH LEBANON.. N BANTUAN RUSIA.. ; MK TENTARA SAA BASYAR ASSAD DG AMUNISI DAN SNJATA YG SEIMBANG DG PARA PEMBERONTAK YG DI MOTORI SAUDI..KUWAIT..N USA.DKK.. ITU.. MULAI DAPAT MENGIMBANGI.. N BAHKAN MEMUKUL MUNDUR PARA PEMBERONTAK.. ITU.. >> DISAMPING MASING2.. LASYKAR PEMBERONTAK ITU.. ADA PERSELISIHAN PRINSIP.. DLM MELAKUKAN AKSI.. N JUGA SIKAP.. ALIRAN DALAM APLIKASI.. KEAGAMAAN.. YG DIANUT.. DIMANA.. TERKESAN.. ADA YG SANGAT BRUTAL.. N EXTREEM..N TDK SEJALAN DG KAIDAH AGAMA ISLAM YG SEBENARNYA.. N BERNUANSA.. LEBIH SEBAGAI AGEN ZIONIS..N SIFAT2 WAHABIYAH.. YG TRKENAL BENGIS.. ATW SANGAT TDK ISLAMI..>>.. KONON.... PERPECAHAN PRINSIP INI.. MEMBUAT SSAMA PEMBERONTAK.. MERASA TDK NYAMAN BERADA BERSAMA.. MEREKA.. N BNYK YG PULANG KENEGERI ASAL MEREKA..DIREKRUT..N MENJDI.. MASYARAKAT AWAM SEPERTI APA ADANYA...>> .... Rusia akan mengirimkan 7 pesawat termasuk pesawat-pesawat terbesar di dunia yakni “Antonov 12” yang akan mengangkut peralatan-peralatan, pesawat ini tidak dimiliki negara lain kecuali AS dan Rusia, bahkan China, Perancis dan negara-negara Eropa tidak memilikinya. Dikabarkan bahwa presiden Rusia Vladimir Putin akan melakukan kunjungan ke Damaskus dan Aleppo dalam rangka kegiatan keamanan, tidak ada satupun yang mengetahui pesawat apa yang akan digunakan Putin, sementara itu pesawat Antonov akan mengangkut semua peralatan perlindungan untuk presiden Putin. (Baca: Vladimir Putin:........ >>> Seluruh Umat Beragama Harus Bersatu Melawan Terorisme)
Efek Pembebasan Aleppo Bagi NATO, AS dan Sekutunya Menurut Analisa Helmi Aditya
VOA-ISLAMNEWS.COM, JAKARTA – Analisa yang cukup
menarik yang dipaparkan oleh pengamat muda Timur Tengah Helmi Aditya
dalam akun facebooknya membongkar apa efek pembebasan Aleppo bagi NATO,
AS dan Sekutunya, berikut tulisannya:
Mau tahu betapa masifnya efek pembebasan Aleppo bagi AS, NATO dan Sekutunya?
Bersiaplah untuk gelombang propaganda fitnah, bejibun ‘last call’
yang berceloteh tanpa bukti, yang bahkan tidak bisa diverifikasi apakah
pemerannya warga Aleppo atau bukan. Ambil contoh Bilal Abdul Kareem,
yang lahir dan tumbuh besar di AS.
Beragam sumber anonim akan menghiasi berita-berita,
membeberkan kesaksian tanpa bukti tentang bagaimana tentara Syria
mengeksekusi warga sipil, dan bahkan memperkosa mereka. Beragam headline
akan mengudara, menyelipkan kata ‘diduga’ dalam setiap tuduhan yang
konsisten, mempermainkan persepsi publik. Beragam gambar pembantaian
akan di daur ulang, dengan mengambil caption ‘Aleppo’.
Jumlah 250.000 warga sipil yang dinyatakan terjebak di Aleppo timur
oleh Media Mainstream (MSM), dari dulu ditanggapi Syria dengan serius.
Dan dengan modal itu pula lah, kehati-hatian dalam operasi militer
menyebabkan proses pembebasan Aleppo berjalan begitu lama.
Namun, lagi-lagi, saya harus bersimpati pada SAA dan koalisinya.
Distrik demi distrik mereka bebaskan dengan bertaruh nyawa, dan kini,
terhitung hanya 80.000+ sipil yang berhasil dievakuasi dari Aleppo
timur. Bahkan setelah mereka membolak-balik gedung demi gedung kosong
yang hancur, setiap lubang basemen dan got-got yang tertutup reruntuhan.
Kemana yang lain?
Itulah masalahnya. Sekarang terungkap bahwa teroris dan rekannya di
korporasi media telah menyiapkan angka ini untuk memainkan opini publik
pasca pembebasan Aleppo.
Kini, negara pendukung ‘mujahidin’ seperti AS dan Uni Eropa, mulai
menghembuskan propaganda bahwa Assad, membunuh 170.000 penduduk yang
lain dalam pembebasan Aleppo.
Bagaimana menyembunyikan mayat dan kejahatan dalam skala sebesar itu di area yang hanya seluas 60 km persegi?
Does it even make sense?
Dulu, reporter dan jurnalis media umum tak ada yang berani memasuki
Aleppo timur, karena tiadanya jaminan bahwa ‘pemberontak’ tak akan
menculik atau membunuh mereka.
Kini, Aleppo sepenuhnya terbebas, dan media dari beragam negara
dengan leluasa wira-wiri meliput. Dimanakah 170.000 warga sipil, atau
puluhan bahkan ratusan anak-istri teroris yang dibunuh tentara Syria?
Manusia yang berakal sehat pasti menolaknya. Namun corong propaganda
teroris takkan bergeming untuk sementara waktu, dan akan berusaha
menggodok isu murahan ini demi menyudutkan Assad, dan jika mungkin,
mendorong intervensi militer secara terbuka.
Ban Ki Moon, pimpinan PBB yang berulangkali menghalangi bantuan Rusia
yang ditujukan ke Aleppo, kini berusaha meningkatkan agitasi dunia
berdasar klaim pembantaian tanpa bukti.
Padahal, baru tiga tahun yang lalu PBB mengakui bahwa serangan gas
Sarin yang terjadi di Ghouta, berasal dari wilayah yang dikuasai
‘pemberontak’, namun MSM masih saja memikul hal ini sebagai salah satu
‘kejahatan’ Assad.
Quick trivia: Serangan gas Sarin di Ghouta terjadi persis saat pemeriksa senjata kimia dari PBB mendarat di Damaskus.
Dan biarkan saya mengingatkan kita tentang sesuatu. There is no WMD in Iraq, hingga detik ini.
Namun, mesin-mesin propaganda sudah dihidupkan, roda-roda berita
sudah digenjot. Kalah di perang sesungguhnya, AS dan sekutunya mencoba
mempertahankan Aleppo melalui permainan media.
Ada beberapa hal sederhana yang bisa dipahami dalam jurnalisme.
Mengapa MSM menggunakan istilah ‘Fall of Aleppo’ atau Jatuhnya Aleppo?
Aleppo adalah bagian dari pemerintahan Syria yang sah, dan suka atau
tidak, Syria telah merebutnya kembali. Lalu mengapa menggunakan istilah
‘Fall’, ketimbang ‘Recapture’, misalnya, seperti yang mereka gunakan di
Palmyra?
Saat Jerman kalah pada PD II, pemerintahnya menyebut peristiwa itu
dengan ‘Fall of Berlin’. Istilah ‘Fall’ selalu datang dari pemerintah
yang sah, bukan pemberontak atau kubu oposisi (dalam hal ini Sekutu).
Have you find the dots?
Bahkan Perancis, negeri ‘Je Suis everything’, menanggapi bebasnya
Aleppo dari pemberontak dan teroris bayaran -teroris yang sama yang
membunuh warganya sendiri- dengan mematikan lampu di menara Eiffel.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov
telah memberitahukan dengan jelas istilah Rusia kepada AS dan Jihadis di
Aleppo timur: mereka semua harus meninggalkan kota tetap pada
tanggalnya atau diperlakukan sebagai teroris.
“Kelompok-kelompok yang menolak untuk
meninggalkan Aleppo Timur akan diperlakukan sebagai teroris. Dengan
menolak untuk keluar dari Aleppo timur mereka sebenarnya akan
melanjutkan perjuangan bersenjata. Kami akan memperlakukan mereka
sebagai teroris dan ekstrimis, serta mendukung tentara Suriah dalam
operasi terhadap gerombolan bersenjata tersebut.
Kami menolak asumsi dari Amerika, ketika
mereka mengajukan inisiatif mereka untuk membiarkan semua militan
meninggalkan Aleppo timur, kami sangat menyadari langkah-langkah apa
yang akan diambil oleh mereka dan sekutu untuk mempengaruhi militan
kembali bercokol di kota yang diperangi.”
Oleh karena itu satu-satunya subjek
diskusi antara Amerika dan Rusia adalah waktu dan rute mana yang dipilih
oleh Jihadis untuk meninggalkan kota.
Lavrov menunjukkan bahwa proposal
gencatan senjata sedang diperdebatkan di Dewan Keamanan PBB yang akan
memberlakukan 7 hari gencatan senjata, sementara Rusia menginginkan
semua Jihadis untuk tinggalkan Aleppo Timur dalam periode yang lebih
pendek. (SFA)
SALAFYNEWS.COM, MOSKOW –
Rusia akan mengirimkan 7 pesawat termasuk pesawat-pesawat terbesar di
dunia yakni “Antonov 12” yang akan mengangkut peralatan-peralatan,
pesawat ini tidak dimiliki negara lain kecuali AS dan Rusia, bahkan
China, Perancis dan negara-negara Eropa tidak memilikinya. Dikabarkan
bahwa presiden Rusia Vladimir Putin akan melakukan kunjungan ke Damaskus
dan Aleppo dalam rangka kegiatan keamanan, tidak ada satupun yang
mengetahui pesawat apa yang akan digunakan Putin, sementara itu pesawat
Antonov akan mengangkut semua peralatan perlindungan untuk presiden
Putin. (Baca: Vladimir Putin: Seluruh Umat Beragama Harus Bersatu Melawan Terorisme)
Presiden Putin dikabarkan akan bersama
Presiden Bashae Assad selama setengah jam di jantung kota Damaskus dan
akan melalui jalan rahasia lain menuju Aleppo dan setelah dua bulan dari
bebasnya Aleppo, Putin akan menyampaikan pidato selama setengah jam dan
kemudian langsung kembali ke Moskow. Kunjungan presiden Putin ke Suriah
akan berlangsung selama dua jam dan peralatan-peralatan yang akan
diangkut dengan pesawat Antonov 12 adalah untuk peralatan untuk
melindungi presiden Putin dan platform lapis baja. Selain itu di bagian
tengah pesawat ini mengangkut helikopter militer yang akan digunakan
untuk membawa presiden Putin, seperti dilansir oleh kantor berita Addiyar (01/12).
Sementara itu, perusahaan Yukov yang
dimiliki Putin dan dipimpin oleh Perdana Menteri Mediadev akan
merekontruksi infrastruktur yang telah hancur di Aleppo dan Damaskus,
bahkan presiden Assad bersama dengan presiden Putin akan menandatangani
kesepakatan rekonstruksi wilayah Aleppo oleh perusahaan Yukov milik
presiden Putin dan kesepakatan ini bernilai lebih dari ratusan juta
dolar. (SFA)
Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan
informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk
tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi – Peta Suriah (inet)
dakwatuna.com – Perang
Suriah hendak memasuki tahun keenamnya dan belum menunjukkan
tanda-tanda akan berhenti. Menurut estimasi PBB, hingga kini perang itu
telah menelan lebih dari 400.000 korban jiwa dan menjadikan sekitar
empat juta orang sebagai pengungsi.
Perang
yang terpantik akibat penembakan demonstran oleh aparat keamanan Suriah
pada tahun 2011 itu telah berkembang sedemikian rupa. Awalnya hanya dua
pihak yang berkonflik: oposisi vis a vis pemerintah. Pada tahun 2014, dengan adanya deklarasi pembentukan khilafah oleh Abu Bakar Al Baghdadi, resmilah ISIS
terlibat dalam konflik melawan oposisi dan pemerintah Suriah. Seiring
waktu, bangsa Kurdi yang bercita-cita memerdekakan diri sebagai negara
berdaulat juga melibatkan diri dalam perang tersebut.
Di
tengah terjadinya kemelut konflik domestik di Suriah, komunitas
internasional yang memiliki kepentingan di sana juga turut ‘meramaikan’
jalannya konflik. Tahun 2014, Amerika Serikat membentuk koalisi untuk
memerangi ISIS di Irak dan Suriah. Koalisi tersebut memerangi ISIS
dengan melakukan serangkaian serangan udara. Selain memerangi ISIS, AS
juga memiliki agenda untuk membangun demokrasi di Suriah dengan
mendukung pasukan oposisi –yang juga dibantu oleh Arab Saudi.
Belakangan, AS juga menggelontorkan dana untuk mempersenjatai masyarakat
Kurdi, baik untuk melawan ISIS maupun untuk menggolkan tujuannya
menjadi negara merdeka.
Di sisi lain,
pemerintah Suriah yang mendapatkan perlawanan dari segala arah tak kalah
dukungannya. Setelah sekian lama dibela oleh Rusia –dan juga China- di
Dewan Keamanan PBB sejak perang berlangsung, pemerintah Suriah resmi
mendapat dukungan riil berupa bantuan militer pada 30 September 2015
dari negeri Beruang Putih tersebut. Selain dari Rusia, Iran dan
organisasi Hezbollah Lebanon juga memberikan bantuan pada Assad atas
dasar kedekatan ideologis dan merupakan antitesis keberpihakan Saudi
pada oposisi.
Dari pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, resmilah permasalahan domestik Suriah menjadi suatu bentuk perang proxy kekuatan eksternal –baik regional: Saudi-Iran, maupun internasional: AS-Rusia. Adapun ISIS dan Kurdi adalah pihak pengganggu (instrusive system)
yang juga menjadi “kerikil dalam sepatu” yang menyulitkan upaya
resolusi konflik. Karena bagaimanapun juga ISIS dan Kurdi sulit untuk
diajak berunding, apalagi salah satunya adalah kelompok teroris.
Staffan
de Mistura, Utusan Khusus PBB untuk Suriah berpendapat bahwa Perang
Suriah merupakan tragedi kemanusiaan paling buruk sejak Perang Dunia
Kedua. Dalam pengalamannya mengawal 19 perang selama 46 tahun dengan PBB
–termasuk Irak, Afghanistan dan Balkan- tidak pernah ditemuinya
aktor-aktor terlibat dengan kepentingan masing-masing sebanyak yang ada
di Perang Suriah.
Keberadaan Bashar Al
Assad sebagai pemimpin pemerintah Suriah awalnya menjadi masalah utama.
Beberapa kali dibahas dalam sidang Dewan Keamanan PBB, Assad tidak
berkehendak menyerahkan kekuasaannya pada suksesi pemerintahan
demokratis. Namun pada akhir 2015 lalu akhirnya Assad terpaksa tunduk
pada keputusan komunitas internasional. DK PBB kemudian sepakat
mengeluarkan resolusi 2254 –sebagai resolusi pertama yang disepakati
oleh PBB terhadap Perang Suriah- yang menandai perlunya melakukan
transisi pemerintahan di Suriah . Hanya saja, dalam resolusi tersebut
Assad akan turun setelah dilaksanakan pemilu yang bebas dan adil sekitar
1,5 tahun ke depan.
Setelah DK PBB
mengeluarkan resolusi itu, beberapa negosiasi Suriah-Suriah dilaksanakan
pada awal Februari 2016 di Jenewa. Dalam negosiasi itu hanya dilibatkan
pihak oposisi (High Negotiation Committee) dan pihak pemerintah. Adapun
Kurdi dan ISIS tidak termasuk. Meski dengan itikad baik mendamaikan
Suriah, PBB yang diwakili oleh Mistura gagal mencapai kesepakatan dalam
negosiasi tersebut. Mistura mengatakan bahwa negosiasi akan berlanjut
tapi hingga sekarang tak kunjung dilaksanakan.
Kabar
terbaru, pada 10 September 2016 Rusia dan Amerika Serikat sepakat
melaksanakan gencatan senjata. Bantuan logistik dan makanan berdatangan
pada saat gencatan senjata tersebut. Namun lagi-lagi gencatan senjata
itu runtuh seketika saat Senin lalu (20/9/2016) ada pihak membombardir
Allepo bagian Timur. Seperti biasa, para pihak saling melontarkan
tudingan satu sama lain atas kejadian itu.
Masa Depan Suriah
Sulit
untuk menebak apa yang akan terjadi dengan negara dengan nomenklatur
resmi Republik Arab Suriah itu. Hingga kini, Suriah telah terfragmentasi
menjadi empat wilayah: (1) dikuasai pemerintah, (2) dikuasai
pemberontak/oposisi, (3) dikuasai Kurdi, dan (4) dikuasai ISIS. Meski
dalam beberapa sisi pemerintah Suriah masih bisa menjalankan negara,
tapi Suriah telah jatuh dalam kondisi yang tidak stabil. Satu-satunya
sebab mengapa pemerintah Suriah masih bisa berdiri adalah bantuan Rusia
dan Iran. Apabila bantuan itu ditarik, pastilah pemerintah Suriah sudah
jatuh.
Sayangnya, kalaupun pemerintah jatuh, itu juga akan menyebabkan buah simalakama bagi
Suriah sendiri. Bisa jadi Suriah dikuasai oleh ISIS terlebih dahulu
sebelum adanya transisi pemerintahan yang wajar. Belum lagi akan cukup
membutuhkan banyak waktu bagi rakyat Suriah untuk melakukan rekonsiliasi
pasca perang. Bisa juga terjadi seperti apa yang terjadi di Libya di
mana oposisi yang bersatu melawan Qaddafi terpecah ketika di antara
mereka berebut memegang kuasa di pemerintahan yang baru.
Ada
juga kemungkinan Suriah terpecah menjadi beberapa negara, hanya saja
kemungkinannya kecil. Karena untuk saat ini, pasukan koalisi oposisi
Assad yang jumlahnya banyak itu masih memimpikan hengkangnya Assad dari
Suriah ketimbang membuat negara tandingan di sebelahnya. Bagi mereka,
tujuan Perang Suriah hanya satu: turunkan Assad lalu bentuk pemerintahan
sesuai yang rakyat Suriah kehendaki (tentu dengan versi oposisi).
Bagaimanapun
Perang Suriah tidak akan berakhir jika masing-masing pihak belum bisa
mengendurkan kepentingannya. Masing-masing pihak masih berani
mempertahankan kepentingannya dan berlaga di medan perang karena
tentunya mereka masih memiliki sumber daya. Sumber daya itu adalah
sumber perang itu sendiri yang didatangkan dari luar, yaitu pihak-pihak
eksternal yang memiliki agenda perang proxy di Suriah. Agaknya itu yang perlu diatasi dan menjadi konsentrasi PBB dalam proses perdamaian Suriah.
Sayangnya
PBB melalui utusan khususnya tidak bisa berbuat banyak karena yang
berkepentingan dalam Perang Suriah juga bagian dari anggota tetap DK
PBB: Amerika Serikat dan Rusia yang sewaktu-waktu dapat menjatuhkan veto ketika
putusan DK tak sesuai kepentingan mereka. Kita hanya bisa berharap,
barangkali ke depannya salah satu pihak ada yang mengalah demi
perdamaian. Contohnya seperti apa yang dilakukan Mikhail Gorbachev yang
akhirnya berkontribusi pada berakhirnya Perang Dingin. (dakwatuna.com/hdn)
Hipotesis pecahnya Perang Dunia III berdasarkan skenario politik dewasa ini bisa saja terjadi. Hal itu terlihat dari kesiapan masing-masing negara superpower. Bukan cuma itu, konflik di Suriah yang tak henti-hentinya dianggap bakal jadi pemicu perang global di masa mendatang.
Belum lama ini pemerintah Jerman meminta warganya untuk menyetok
segala kebutuhan makanan dan minuman. Hal yang tak pernah negara itu
lakukan semenjak Perang Dingin.
Namun yang paling mengejutkan adalah permintaan Presiden Vladimir
Putin yang meminta warganya di seluruh penjuru dunia untuk pulang
kampung.
Jika benar Perang Dunia III pecah,
ada kemungkinan terjadi kerusakan massal dan umat manusia di Bumi bisa
saja musnah. Hal itu terjadi karena sudah ada 9 negara yang memiliki
senjata nuklir yang mematikan.
Negara mana sajakah yang umat manusianya bakal hancur atau bahkan musnah? Bagaimana dengan nasib Indonesia.
Berikut, 14 negara yang mungkin akan berdampak serius jika Perang Dunia III meletus.Liputan6.com mengutip dari Listsurge dan berbagai sumber pada Minggu (23/10/2016).
1. India
Kurangnya dana bagi pertahanan juga masalah imigrasi di India telah
menjadi isu utama di negara itu. Jika Perang Dunia III meletus, meski
memiliki senjata nuklir, India dan negara tetangganya Pakistan akan
hancur lebur.
Belum lagi masalah pengungsi jika benar PD III pecah akan menambah
terpuruknya India. Masyarakat yang miskin akan semakin miskin.
2. Mesir
Mesir diduga berencana turut serta dalam perang dengan mengadakan
koalisi dengan negara-negara Arab seperti Suriah, Irak, Sudah dan Libya.
Rencana utama mereka jika Perang Dunia III pecah akan menyerang Israel
dan memicu Perang Palestina.
Ekonomi Mesir kebanyakan bergantung pada pertanian dan industri. Jika
Perang Dunia III meletus, mereka akan menjadi pendukung makanan dan
persenjataan untuk perang lewat Terusan Kanal. Namun, Israel tidak
selemah itu, prediksi jika perang pecah, invasi negara tersebut akan
membuat negeri Piramida itu terhapus dari peta.
3. Prancis
Prancis ikut serta sebagai koalisi AS dalam Perang Sipil di Suriah
yang tengah berlangsung. Kekuatan militer mereka makin meningkat
semenjak 2014 setelah bergabung dengan pasukan koalisi di Irak dan
Suriah.
Namun, setelah penyerangan Paris pada 13 November 2015 lalu, justru
serangan dalam negerilah yang rentan terjadi bagi Prancis. Meski begitu,
Prancis sudah menyiapkan persiapan jika senjata nuklir diarahkan ke
negerinya.
Korsel hingga Inggris
4. Korea Selatan
Kawasan Semenanjung Korea bak api dalam sekam. Apalagi jika Kim Jong-un memutuskan akan menyerang AS dan mengebom Seoul.
Kehidupan yang damai di Korea Selatan akan dengan mudah porak-poranda jika Perang Dunia III meletus.
5. Iran
Meski dialog nuklir Iran berakhir dengan pelucutan senjata oleh AS,
diam-diam mereka masih memiliki konflik dengan Negeri Paman Sam.
Demikian juga terhadap Israel.
Iran dekat dan memiliki kerja sama militer dengan Libanon. Jika AS
menyerang sisa persenjataan nuklir yang dimiliki Iran, pembalasannya
akan membuat pecah Perang Dunia III.
Perang dengan AS akan membuat ekonomi global lesu karena tingginya
harga minyak bumi. Kebanyakan negara-negara Asia yang bergantung dengan
minyak di Negara Teluk akan membuat mereka merana. Salah satunya
Indonesia. Meski tidak secara langsung hubungan dengan Iran, namun
sejumlah kerja sama terkait energi akan kandas.
6. Inggris
Inggris sangat takut dengan serangan nuklir oleh para kontestan
negara pencetus Perang Dunia III terutama Rusia dan kapal selam
nuklirnya.
Negara Ratu Elizabeth II itu telah menginvestasikan sebuah sistem
yang secara otomatis terkirim kepada seluruh warganya berupa teks SMS
jika perang meletus.
Beberapa waktu lalu, kapal perang Rusia terlihat di perairan Inggris
namun, masih berada di kawasan internasional. Hal itu membuat angkatan
laut mereka ketar-ketir dan membuntutinya.
Jika Perang Dunia III terjadi di wilayah negara lain, Inggris disinyalir tak akan bersuara.
Israel hingga Afghanistan
7. Israel
Israel sudah dianggap ‘kontestan’ masa depan pemain Perang Dunia III
setelah melakukan sejumlah uji coba senjata nuklir di Suriah pada 2007.
Negeri itu kemungkinan akan bergabung dengan AS untuk mengambil-alih
Iran. ‘Perang’ Israel-Palestina kemungkinan akan berakhir dengan
mengokupasi wilayah Palestina.
8. Pakistan
Negara ini sudah mendeklarasikan ‘hubungan dingin’ dengan
tetangganya. Disebut-sebut Pakistan merupakan ‘surga’ bagi ISIS dan
kelompok teroris lainnya. Jadi, bukan kejutan lagi jika mereka turut
andil dalam Perang Dunia III jika nanti pecah.
Karena dianggap jadi tempat perlindungan teroris, Pakistan akan
menjadi negara yang paling disalahkan dan paling berdampak buruk jika PD
III meletus.
9. Afghanistan
Negara dengan pipa minyak kontroversial yang berlangsung pada tahun
1984, di mana proyek pipa untuk transfer cadangan minyak dari
Afghanistan ke bagian lain dari Timur tengah seperti Abu Dhabi dan
Turkmenistan telah menyebabkan kegemparan besar di antara mereka dan
Amerika Serikat.
Hal itu yang membuat Taliban disusupkan untuk membuat hancur lebur Afghanistan.
Selain itu, Afghanistan diduga akan memonopoli perdagangan opium di
semua negara Asia karena cadangan opium yang besar. ‘Aksi’ ini menjadi
peran utama ketika Perang Dunia III meletus.
Namun, karena kekuatan tentara mereka lemah, Afghanistan dapat dengan
mudah dihancurkan jika Perang Dunia III benar-benar terjadi.
China hingga AS
10. China
Ada kemungkinan China akan bergabung dengan Rusia untuk mengerahkan
tentaranya ke Suriah. Negeri Tirai Bambu itu juga ada kemungkinan
mengklaim wilayah Inda di Arunachal Pradesh saat Perang Dunia III
berlangsung. Salah satu partner dagang China terbesar adalah AS, karena perang meletus hubungan itu tertahan. China sangat tergantung pada maritim untuk perdagangan luar negeri
dan gangguan karena perang akan memotong sebagian besar perdagangan. Hal
itu akan menyebabkan krisis minyak menghambat 90% dari total impor
minyak. Garis pantai yang panjang China membuatnya rentan terhadap
invasi dari laut dalam kasus perang.
11. Rusia
Rusia adalah salah satu negara yang disebut-sebut dapat memicu Perang
Dunia III saat ini. Ketegangan dengan Ukraina, Turki dan intervensi
dalam perang saudara di Suriah membuat keterlibatannya tak terelakkan. NATO dan konflik Rusia meningkat dapat memicu perang dunia. Rusia
dengan salah satu gudang terbesar hulu ledak nuklir dapat menyebabkan
kiebinasaan yang jauh lebih dahsyat daripada di masa lalu. Negara-negara yang berbatasan dengan Rusia akan terkena radiasi
radioaktif berbahaya. Ekonomi Rusia akan menderita kemunduran besar
karena tergantung pada ekspor minyak dan gas.
12. Suriah
Perang Sipil Suriah berlangsung selama sekitar 4 tahun hingga hari
ini antara Pemerintah dan oposisi. Lebih dari 2,5 juta orang tewas.
Konflik Suriah melibatkan negara-negara besar dan ISIS telah menyebabkan kehancuran dan penduduknya menjadi pengungsi. Situasi di Suriah sudah tampak seperti Perang Dunia III, tetapi jika terus berlanjut, Suriah akan diambilalih ISIS.
13 Korea Utara
Di bawah Kim Jong-un, Korut tampaknya sangat kuat. Dan negara itu
telah mengantisipasi terjadinya Perang Dunia III. Mereka yakin akan
memenangkannya. Hal itu disebabkan karena Korea Utara memiliki tentara yang besar dan
senjata nuklir. Jadi, jika Perang Dunia III berlangsung, Korut akan
menguasai Korsel dan ada kemungkinan bergabung dengan Rusia
menghancurkan musuh-musuhnya.
14. Amerika Serikat
Amerika Serikat memiliki ekonomi terbesar di dunia dan dengan demikian jelas, akan menjadi korban terbesar dari perang. Negara-negara seperti Rusia, Iran dan Korea Utara sudah menargetkan AS jika Perang Dunia III terjadi. Perang Dunia III akan menghasilkan peluang skala besar untuk memulai
serangan (seperti berencana untuk menggunakan Mother of All Bomb), Tidak hanya pangkalan militer AS yang diserang, tetapi juga pada basis ekonomi. Hal ini dapat mengakibatkan inflasi yang lebih besar di negara ini,
dan jika pemerintah kemudian tidak cukup efisien, juga akan
mengakibatkan drainase ekonomi yang besar. Seperti Donald Trump
baru-baru ini mengklaim, Perang Dunia III dapat membuat posisi AS
sebagai negara terbelakang.
Bagaimana dengan Indonesia?
Dengan perseteruan di Laut China Selatan, China dengan mudah mengambil alih. Perang bakal tak terelakkan di wilayah itu. Akibat perebutan dan perang terjadi di wilayah itu, ada kemungkinan akan berdampak. Hadirnya kelompok-kelompok teroris lokal di dalam negeri memicu konflik horisontal selama Perang Dunia III berlangsung. Semoga, prediksi ini tak terjadi.
Yars RS-24 intercontinental ballistic missile milik Rusia (Reuters)
Liputan6.com, Moskow - Perkembangan mengkhawatirkan teramati dari Rusia. Presiden Vladimir Putin memanggil seluruh warganya di seluruh dunia untuk pulang kampung. Imbauan itu muncul setelah Putin membatalkan rencana kunjungannya ke
Prancis menyusul 'kemarahan' yang muncul atas keterlibatan Moskow dalam
perang Suriah.
Tak hanya itu, Negeri Beruang Merah baru saja meluncurkan misil barunya, Topol, yang diklaim sebagai yang tercepat sedunia. Rusia meluncurkan misil itu dari kapal selam di Laut Barents pada
Rabu 12 Oktober lalu. Peluncuran ini dilakukan setelah beberapa kali uji
coba balistik dilakukan. Disinyalir sebagai kesiapan Moskow terhadap konflik internasional di masa depan. Demikian seperti dikutip dari Australian Network News, pada Jumat (14/10/2016).
Di hari peluncuran, secara bersamaan militer Rusia juga
menembakkan misil lainnya dari sebuah pulau di utara Rusia. Dan setelah
itu, misil ketiga berupa roket nuklir diluncurkan dari kapal selam di
utara laut Jepang. AS melihat tindakan itu merupakan ancaman. Baik Negeri Paman Sam dan
Rusia, kedua negara itu bukan kawan akrab semenjak Perang Dingin. Hubungan dingin AS-Rusia berlangsung hingga kini, apalagi AS telah menuduh Rusia berada di belakang 'perang kriminal' di Suriah. Sementara itu, media-media Rusia memberitakan adanya kemungkinan perang nuklir di masa depan.
"Jika pada suatu hari perang nuklir terjadi, semua orang harus tahu di mana shelter perlindungan bom berada. Sekarang Anda wajib mengetahuinya," kata TV pemerintah, NTV. Selain itu, baru-baru ini, Presiden Vladimir Putin memanggil seluruh warganya di seluruh dunia untuk pulang kampung.
Imbauan itu muncul setelah Putin membatalkan rencana kunjungannya ke
Prancis menyusul 'kemarahan' yang muncul atas keterlibatan Moskow dalam
perang Suriah.
Ternyata, pernyataan serupa tak hanya disampaikan Putin, namun juga
mantan pemimpin Soviet, Mikhail Gorbachev. Ia memperingatkan bahwa dunia
tengah berada dalam 'titik berbahaya' seiring dengan meningkatnya
ketegangan antara Rusia dan AS.
Menurut situs Rusia, Znak.com, seluruh staf administrasi,
kepala daerah, anggota parlemen dari semua tingkatan dan karyawan
perusahaan publik telah diperintahkan untuk mengeluarkan anak-anak
mereka dari sekolah asing sesegera mungkin.
Jika gagal untuk melaksanakan perintah maka peluang mereka untuk
mendapat promosi jabatan akan terancam. Demikian media lokal melaporkan.
Meski demikian, Menteri Departemen Pertahanan Rusia, Sergei Shogi
menolak anggapan rumor perang. Ia mengatakan peluncuran itu merupakan
bagian dari latihan biasa. Bukan ancaman kedamaian dunia atau Perang Dunia III.
Tapi, ia mengakui bahwa ada rumor terkait Perang Dunia III beredar. "Ide adanya perang militer, Perang Dingin baru dan PD III memang beredar. Namun, tentu saja, itu tak benar," klaim Shogi.
Dubes Indonesia untuk Suriah Ungkap Fakta Perang Suriah dan Bashar Assad
Dubes Indonesia untuk Suriah Ungkap Fakta Perang Suriah dan Bashar Assad
JAKARTA, ARRAHMAHNEWS.COM
– Ada alasan yang cukup kuat, mengapa Pemerintah Republik Indonesia,
hingga saat ini masih menempatkan duta besarnya di Suriah. Padahal,
separuh dari 63 kedutaan besar di negara yang dirundung konflik itu,
sudah tidak beroperasi.
Menurut Duta Besar Luar Biasa dan
Berkuasa Penuh (Dubes LBBP) Republik Indonesia untuk Suriah, Djoko
Harjanto, Suriah, adalah memiliki jasa tak sedikit untuk Indonesia.
Ketika Suriah bergabung dengan Mesir dalam Republik Persatuan Arab
(RPA), Suriah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. (Baca
juga: 22 Pertanyaan Untuk Musuh-Musuh Bashar Assad)
Selain itu, saat muncul persoalan
Timor-Timor, dukungan Suriah ke RI, sangat kuat. “Disuruh apa saja untuk
mendukung kita, mereka mau,” katanya kepada wartawan Republika, Nashih
Nashrullah.
Dalam perbincangan singkat saat
kunjungannya ke Tanah Air saat menghadiri seminar internasional ihwal
Konflik Suriah dan gejolak Timur Tengah yang dihelat Ikatan Alumni Syam
Indonesia (Alsyami) beberapa waktu lalu, pria asal Jawa Tengah ini pun,
mengingkatkan umat Islam Indonesia, agar tak terseret dalam pusaran
konflik dan mengimpornya ke Indonesia. Berikut petikan perbincangannya:
Bagaimana Anda melihat Pemerintah Suriah saat ini?
Pertama, orang
sudah terlanjur menganggap pemerintah Suriah Syiah. Itu yang harus saya
luruskan. Bashar Assad itu Alawie (Sayyid), yang terdiri antara lain
dari Druze. Ia seorang bermadzhab Sunni.
Saya lihat langsung. Mufti Syekh Adnan
al-Fayouni, yang diundang beberapa kali ke Indonesia oleh ICIS, dan
belum lama ini ke Indonesia, memimpin mengimami shalat pada acara Maulid
Nabi, di belakangnya Assad, shalatnya sendakep berarti bukan Syiah. Itu
kita luruskan dulu. (Baca juga: 10 Fakta Suriah Yang Tak Terbantahkan)
Kedua,
informasi yang menyatakan pemerintah Assad membunuhi rakyatnya. Itu
tidak benar. Bagaimana mungkin, wong pemerintah solid didukung
rakyatnya. Jadi jika memang ada yang meninggal, itu karena perang dua
kubu, namanya perang.
Kalau dulu perang itu antar prajurit, tak
boleh menyerang rumah sakit dan lain-lain, rumah ibadah, sekolah. Nah
sekarang jihadis di Suriah yang fanatis dengan ISIS, Al-Qaeda, saling
berperang. Bukan hanya pemerintah. Itu yang harus diketahui. Saya
langsung disana, melihat dengan mata saya, mengamati detik demi detik
dan melaporkan ke pemerintah RI. (Baca juga: Denny Siregar: Kelompok Khilafah Ingin Suriahkan Indonesia)
Menurut Anda, mengapa muncul kesimpangsiuran informasi terkait Suriah?
Media dikuasai Barat milik Yahudi,
dikuasai oleh miliader Yahudi George Soros, berarti agendanya harus
sesuai kepentingan mereka. Aljazeera milik Qatar, yang memusuhi Suriah,
tak mungkin dia berpihak ke Assad. Ini saya sampaikan apa adanya secara
pribadi dan tidak memihak.
Media Barat Sebarkan Fitnah Tentang Fakta Perang Suriah
Apakah bantuan kemanusiaan RI sudah mengalir untuk Suriah?
Alhamdulillah sudah mengalir, setelah
sekian lama, lewat Lembaga Koordinasi Bantuan Kemanusiaan PBB (OCHA)
yang tidak memihak. Tapi soal sampai tidaknya wallahua’lam, sudah 500
juta USD mengalir, belum ada satu bulan ini.
Kalau memang mau aman memang lewat
pemerintah. Anda sudah dengar, dari Palang Merah Internasional (ICRC)
enam orang hilang, sampai sekarang tidak ketemu. Conflict is conflict,
bantuan kemanusiaan perlu, tetapi persoalannya yang lama sejak 2012,
bantuan biasanya tidak sampai, di tengah perjalanan sudah diserobot oleh
pemberontak. Itu yang jadi persoalan. Jadi sensitif di luar negeri.
Begitu bantuan pertama masuk melalui
OCHA, saya sudah punya impian untuk mendorong bantuan kemanusiaan ke
Suriah. Kita sudah menghubungi Palang Merah mereka, tidak minta
macam-macam. Obat tidak terlalu diperlukan karena disana murah, saya cek
up sebagai dubes hanya 100 dolar tidak habis, meliputi semua. Kalau
membantu yang diperlukan ambulans, kita sudah sampaikan.
Indonesia Serukan Solusi Damai
Bagaimana dengan upaya diplomasi damai di Suriah?
Sejak konflik mulai 2012, kita serukan
damai karena konflik apapun akan selesai dengan perindungan, praktiknya
di lapangan sulit, memang realitanya begitu. Politik juga begitu kan,
lihat sendiri di Indonesia, Anda tahu sendiri. Yang kita khawatirkan,
menurut Gajah Mada dan UMS, adalah perseteruan Sunni-Syiah, bahkan di
Indonesia.
Di Suriah tidak ada benturan Sunni-Syiah,
kalaupun ada itu adalah agenda perseteruan antara Arab Saudi dan Iran.
Suriah-nya sendiri tidak ada, mereka saling menghormati, Kristen
Ortodoks pun sendiri aman di sana. Orangnya ramah-ramah, sopan-sopan,
tidak seperti negara lain, tentara sekalipun tidak ada yang berangasan.
(Baca juga: Kesaksian Putra Ulama Al-Buthi, Tidak Ada Perang Sektarian (Sunnah-Syiah) di Suriah)
Apa fokus Pemerintah RI saat ini?
Tugas kita masih terkonsentrasi untuk
pemulangan warga, karena Warga kita disana banyak, tadinya sebanyak 15
ribuan, waktu belum perang, begitu perang 2012, kita nyatakan darurat
satu, sudah kelewat darurat, tidak boleh oleh sembarangan, termasuk staf
kedutaan, anak istrinya dipulangkan.
Duta besar manapun yang masih buka tidak
ada. Begitu posisinya. Tetapi bantuan kemanusiaan tetap kita
kampanyekan, kasihan, orang kelaparan apalagi di tempat pengungsian,
listrik nihil, pemanas tidak ada.
Bagaimana dengan upaya lain, seperti politik, ekonomi, atau bahkan militer dari RI?
Itu yang sabatas bisa kita lakukan, kalau
politik dan ekonomi waduh jangan ditanya. Anda sudah tahu sendiri,
minyak habis dikuasai ISIS, yang ada hanya aspal, kapas, kita tidak
butuh itu.
Yang pandai memanfaatkan peluang itu
adalah Cina. Cina mendukung Suriah, Suriah didukung Rusia, Iran yang
sangat militan. Hizbullah itu adalah orang Iran yang tinggal di Libanon
perbatasan Suriah, dukungan Cina tidak mencakup militer hanya ekonomi.
Yang lain sudah tahu AS, Arab, Qatar, Turki memusuhi. (Baca juga: Putra Ulama Al Buthi Beberkan Fakta Perang Suriah)
Apakah keberadaaan perwakilan RI di Suriah berarti keberpihakan ke Assad?
Kita tidak memihak, ya karena memang
pemerintah Indonesia mengakreditasikan saya ke Assad, jika saya tidak
bekerjasama dengan Assad, ya tidak bisa lindungi TKI dan kemana-kemana,
malah bisa ditangkap. Lalu bagaimana ke depan? Kita bersikap praktis.
Siapapun yang berkuasa, maka akan kita dukung. Jangan dianggap kita
disana saat ini, langsug Pak Jokowi dituding Syiah lah, orangnya Assad
lah. Jangan begitu.
Dalam pandangan Anda, mengapa negara-negara tersebut agresif melawan Assad?
Tujuannya apa? Menjatuhkan Assad, kalau
presidennya jatuh dibunuh, kayak Libya, ditinggal biar berantakan. Kalau
sudah berantakan benteng terakhir perlawanan ke Israel sudah tidak ada.
Pertanyaannya, kalau memang ISIS kuat, mengapa tidak menyerang Israel?
Fakta Pemerintah Suriah
Malah faktanya Israel tenang-tenang saja.
Itu yang diharapkan. Padahal fanatisme anti-Israel yang dimiliki Suriah
lebih dari Indonesia. Salah satu buktinya, Suriah melarang warganya
yang beragama Kristen berziarah ke Yerussalem, sementara negara kita
masih memperbolehkan. (Baca juga: INILAH 3 Fakta Konflik Suriah)
Jadi, konflik Suriah akibat konspirasi internasional atau gejolak politik dalam negeri?
Dua-duanya betul. Faktor politik karena
ada agenda Arab Spring. Tapi Arab Spring juga tidak bisa terlepas juga
dari konspirasi internasional. Kita tahulah, siapa di balik Israel, AS
mendukung sekutunya itu. Tapi kalau anti-Assad ada nalarnya. (Baca juga:
Perang Suriah Bongkar Strategi Zionis-Amerika Hancurkan Islam dan Musuhnya)
AS Support FSA
Semua Islam betulan, Presiden Bashar
Assad, pemerintahannya sejak bapaknya berkuasa lama karena partainya
kuat, kita seperti Golkar disana Baath, kecenderungannya minta bantuan
ke negara komunis, Rusia ketika itu.
Sedangkan Rusia punya kepentingan, modal
mereka di Suriah sebesar 20 miliar dolar AS, investasi minyaknya, lewat
Tartus, dekat Lattakia, tempat Assad berasal, nah jika itu investasi itu
tidak dibentengi, ya habis. Investasi eknomi dan sudah lama bersahabat.
Dukungan nyata seperti apa dari Pemerintah RI untuk Suriah? Mengapa?
Dukungannya yang nyata ya saya
diakreditasikan kesana, saya tidak hanya mewakili Presiden Jokowi saja,
tapi mewakli 250 juta penduduk Indonesia, ada 63 kedutaan di Suriah,
separuhnya tutup, kita termasuk yang tidak tutup. Mengapa? Karena ketika
Suriah ketika bergabung dengan Mesir dalam Republik Persatuan Arab
(RPA), adalah negara pertama yang mengakui mengakui kemerdekaan
Indonesia.
Yang kedua, ketika persoalan Timor-Timor,
Suriah disuruh apa saja untuk mendukung kita, mereka mau. Ketiga,
tentunya sama-sama Muslim sama negara non-Blok, kita menolak misalnya
ketika Arab Saudi yang mengajak koalisi militer, jika kita menerima
ajakan itu, maka kita telah mencederai persahabatan dengan Iran dan
negara lain, padahal di PBB, OKI dan organiasi apapun itu kan tempat
duduknya diterapkan sistem alfabetik, Irak, Indonesia, Iran. (Baca juga:
Fakta Bisnis Minyak Gelap Terungkap, Rakyat Turki Inginkan Erdogan Tepati Janjinya Untuk Mundur)
Lha jika sudah memusuhi Iran duduk
bersama kayak apa? Lucu. Itu persoalan. Posisi Indonesia sudah sangat
tepat, politik luar negerinya, membantu penyelesaiaan dengan cara
politis cara damai bukan perang. Kalau perang tentu kita sudah
mengirimkan senjata dan tentara, tetapi hal itu tidak kita lakukan.
Seperti apa prospek demokrasi saat ini dan ke depan di Suriah
Demokrasi yang diterapkan disana kan
masih demokrasi dalam pertumbuhan, HAM tahu sendiri lah kayak apa juga
disana, tapi kita harus hormati, apa yang saya sampaikan Indonesia
dukung solusi politik, Indonesia mengehendaki mengalirnya bantuan
kemanusiaan, secara damai, diplomatis dan juga keterlibatan negara
besar, kalau hanya mengandalkan konstelasi dalam negeri mereka,
sementara negara-negara besar masih mengacau, ya tidak selesai juga.
Bagaimana upaya internasional untuk membantu penyelesaian damai konflik Suriah?
Nah, sekarang ini masa genjatan senjata,
akan dilanjutkan perundingan damai, karena perundingan itu melibatkan
banyak negara, AS, Turki, negara Arab Qatar, dibantu oleh jihadis dari
80 negara, bagaimana bisa menyelesaikan.
Ini krisis terburuk di dunia sejak kita
lahir. Mudah-mudahan bisa selesai. Dan satu lagi, penyelesaian politik
dan perdamaian itu, pemerintahannya harus ditentukan oleh rakyat Suriah
itu sendiri. Itu yang harus kita hormati. Bukan Indonesia atau AS yang
menghendaki.
Lalu di manakah posisi Indonesia untuk mendorong perundingan damai itu?
Kalau kita sebagai negara damai, ketika
diminta kita akan ikut selama kita diundang. Kita tidak ada kepentingan,
kita tidak mendukung salah satu faksi, tidak mendukung A dan B, kita
hanya ingin diplomasi itu harus diawali dengan saling membangun
kepercayaan, confidence building measures, kemudian conflict resolution
kalau ada konflik yang diselesaikan secara damai, perkara susah yang
kita coba selesaikan, itu adalah selangkah lebih maju.
Daripada rententan bom, kita selama
disana ya takut dan khawatir, kantor kita pernah ditarget, tak sedikit
kantor kedubes juga yang kena sasaran, tapi karena pemerintah Suriah
memproteksi dan rakyatnya ramah, dan ketiga negeri Syam ditegaskan dalam
Al-Qur’an sebagai negeri yang diberkahi, itu faktanya sampai sekarang.
Ada gejala menyeret konflik Suriah ke Indonesia, apa imbauan Anda?
Misi saya ingin didengar, apa yang saya
lihat di sana, agar rakyat kita melihat jernih. Bagi saya, yang
terpenting Indonesia harus bersatu, jangan ikut-ikutan lakukan
pertumpahan darah, jangan suka mandi dengan darah bangsanya sendiri.
Silakan berdebat sampai berbusa, tapi
jangan sampai membunuh. Jangan mudah dihasut, Jangan gampang menerima
siaran yang tidak benar, atau memanfaatkan situasi di Suriah untuk
kisruh di sini. (ARN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar