Tokoh MUI salahkan K.H. Arifin Ilham
Adiba Hasan Sabtu, 24 Rabiul Akhir 1436 H / 14 Februari 2015 15:57
Tokoh MUI salahkan K.H. Arifin Ilham
KH. Arifin Ilham (kiti) dan tampang gerombolan preman Syiah, para tersangka penyerang jamaah majlis zikir Az Zikra
- See more at: http://www.arrahmah.com/…/tokoh-mui-salahkan-k-h-arifin-ilh…
Ribuan orang mengikuti shalat Jenazah bagi 3 mahasiswa Muslim korban penembakan di AS
Ribuan Orang Hadiri Pemakaman Korban Chapel Hill
"Hari ini (Rabu, red) pukul 11:25, kelompok "Quneitra Honorable Martyrs" Perlawanan Islam menyerang sebuah konvoi militer Israel di Libanon yang diduduki Shebaa Farms, terdiri dari sejumlah kendaraan dan tentara Zionis dan perwira, dengan menembakkan roket tepat sasaran," kata Hizbullah dalam pernyataan pertama tak lama setelah operasi.
Sejumlah kendaraan hancur dan beberapa korban terjadi dalam barisan musuh, tambah pernyataan itu.
Ketua Parlemen Libanon Nabih Berri memuji operasi Shebaa dan akan menindaklanjuti perkembangan seacara detail.
Perdana Menteri Tammam Salam menegaskan, Libanon akan berdiri satu peringkat di belakang angkatan bersenjata yang sah dalam misi mereka untuk mempertahankan wilayah dan keamanan warganya.
Salam juga juga mengecam agresi Zionis dan serangan terhadap perbatasan wilayah Libanon yang diikuti operasi Hizbullah.
Kementerian Luar Negeri Libanon, dengan tegas mengutuk pemboman Zionis di Libanon dalam menanggapi operasi Hizbullah.
"Operasi diluncurkan dari Libanon yang diduduki di Shebaa Farms dan menargetkan konvoi militer Israel yang masuk di wiayah Libanon," kata kementerian itu, dan menyebut, serangan Hizbullah tidak melanggar Blue Line yang dibatasi oleh PBB setelah perang 2006.
Gerakan perlawanan Palestina Hamas memuji Hizbullah dalam sebuah pernyataan pada Rabu dan menyebut,Hizbullah berhak melakukan balasan.
Tokoh politik dalam negeri dan Palestina juga memuji operasi Hizbullah dan menekankan hak Hizbullah untuk membalas pembunuhan enam pejuang Libanon di Quinetra.
Berikut para tokoh dan partai politik Libanon dan Palestina memuji operasi Hizbullah. Kepala Unifikasi Arab Libanon, Wiam Wahhab, Faissal Karami, mantan menteri dan anak mantan Omar Karami, Anggota parlemen, Ali Ossayran, mantan menteri Libanon, Salim Jrayssati, Ossama Saad, Sekretaris Jenderal Organisasi populer Nasser, Faissal Dawood, Sekretaris Jenderal Gerakan Perjuangan Arab Libanon, Bilal Taqiyeddine, kepala Partai Rekonsiliasi Nasional, Abu Imad al-Rifai, perwakilan Jihad Islam di Libanon, Sheikh Houssam Ilani, Imam masjid al-Ghofran di kota Libanon, Sidon dan Mohammad Bekaei, Media resmi PLO di kota Tyre di Libanon selatan.
Sementara Front Aksi Islam, Gerakan al-Fajr, al-Morabitoon dan Nasionalis Sosial Suriah juga memuji pembalasan dan operasi Hizbullah.
Serangan Quneitra menewaskan 6 pejuang Hizbullah, termasuk komandan Mohammad Issa, Abbas Hijazi, Jihad Moughiah - putra mendiang komandan martir Haji Imad Moughiah, Mohammad Ali Abu al-Hassan, Ali Ibrahim dan Ghazi Dawi.
Jenderal Mohammad Ali Allahdadi, juga syahid dalam serangan udara Israel pekan lalu di Quneitra, Dataran Tinggi Golan, Suriah. [IT/Onh/Ass]
Konflik Agama Dipicu Ketidaksaling Mengenalan Satu sama Lain
Januari 9, 2015 _ 7:56 AMDr. Ali Larijani:
News Code : 663587- Source : Iran
Inilah ‘Syahadat’ Versi Syiah
BENAR2 SAJA.. SEBAB YG POKOK KAN
DUA KALIMAH SYAHADAT.. YAITU ASYHADU ANLLAA ILAAHA ILLALLAH.. WA ASYHADU ANNA
MUHAMMADAN RRASUULULLAAH.. SEDANG TAMBAHAN LAINNYA ADALAH KESAKSIAN UNTUK
MENGAKUI AHLUL BAYT.. DAN SYDN ALI ADALAH AMIRULMU'MININ YG SAH.. SESUAI TITAH
GHADIR KHUM.. DAN PESAN WASIAT NABI SAWW.... DAN INI JUGA DI AKUI OLEH UMMAT
ISLAM SELURUHNYA.. KECUALI PARA PEMBANGKANG..
SEDANG YANG LAINNYA ADALAH IMAM2
DAN WALI2 ALLAH YG SAH YG JUGA ADA DALAM HADIS2 SHAHIH..
SEDANGKAN ADANYA SANGGAHAN
TERHADAP PARA KAHLIFAH..LAINNYA.. KRN ITU SEMUA MASING2 ADA DALILNYA..DAN PARA
AHLUL FIQH SDH MEMBAHASNYA.. DALAM BERBAGAI JAMAAH DUNIA.. DAN MAZHAB..
TERLEBIH SETELAH DIKUASAI
MUAWIYAH.. KEKHALIFAHAN ITU DIGANTI DENGAN SISTEM KERAJAAN..YG MERUSAK SISTEM
DAN ATURAN2 LAINNYA.. DAN JUGA PERPECAHAN AJARAN TERUTAMA DASAR2 BENTENG
KEIMANAN.. SEHINGGA MELEMAHKAN DASAR KEKUATAN UMMAT ISLAM..
JADI HAL ITU PERLU PENDALAMAN ILMU.. DAN TAFSIR
FURQON.. DAN HADIS2.. DAN JUGA ILMU2 YAG LANG LAIN.. YG SHAHIH..
SEMOGA HAL INI MENJADI PENDORONG
UNTUL MENUNTUT ILMU ISLAM DENGAN LEBIH SEMANGAT DAN BENAR2 DENGAN KAJIAN YG
KOMPREHENSIF..
Selasa 11 Safar 1434 / 25 December 2012 16:20
TERNYATA Syiah pun memiliki syahadat tambahan yang berbeda dengan mayoritas kaum muslimin, berikut ini kutipan persaksian orang yang hendak menganut agama syiah seperti yang bisa dilihat di http://youtu.be/B9SWFTbXfRY
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
“Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah.”
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ”
Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”
أَشْهَدُ أَنَّ عَلِيًّا وَلِيُّ اللهِ
“Aku bersaksi bahwa Ali adalah wali Allah.”
أَبْرَئُ إِلَى اللهِ مِنْ أَبِيْ بَكْرٍ وَ عُمَرَ وَ عُثْمَانَ وَ عَائِشَةَ وَ حَفْصَةَ وَجَمِيْعِ أَعْدَاءِ أَهْلِ بَيْتِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ
“Aku berlepas diri kepada Allah dari Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah, Hafshah dan seluruh musuh-musuh Ahlu Bait Rasulullah SAW.”
Adapun syahadat versi lainnya, yaitu dengan tambahan bersyahadat kepada 12 Imam Syi’ah:
1. أَشْهَدُ أَنَّ عَلِيًّا أَمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَلِيُّ اللهِ
“Aku bersaksi bahwa Ali Amirul Mu`minin adalah wali Allah.”
أَشْهَدُ أَنَّ فَاطِمَةَ الزَّهْرَاءَ حُجَّةُ اللهِ
“Aku bersaksi bahwa Fathimah Az-Zahra adalah Hujjah Allah.”
2. أَشْهَدُ أَنَّ الْحَسَنَ حُجَّةُ اللهِ
“Aku bersaksi bahwa Al-Hasan adalah Hujjah Allah.”
3. أَشْهَدُ أَنَّ الْحُسَيْنَ حُجَّةُ اللهِ
“Aku bersaksi bahwa Al-Husein adalah Hujjah Allah.”
4. أَشْهَدُ أَنَّ عَلِيًّا السَّجَّادَ وَلِيُّ اللهِ
“Aku bersaksi bahwa Ali As-Sajjad adalah Wali Allah.”
5. أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا الْبَاقِرَ وَلِيُّ اللهِ
“Aku bersaksi bahwa Muhammad Al-Baqir adalah Wali Allah.”
6. أَشْهَدُ أَنَّ جَعْفَرَ الصَّادِقَ وَلِيُّ اللهِ
“Aku bersaksi bahwa Ja’far Ash-Shadiq adalah Wali Allah.”
7. أَشْهَدُ أَنَّ مُوْسَى الْكَاظِمَ وَلِيُّ اللهِ
“Aku bersaksi bahwa Musa Al-Kazhim Wali Allah.”
8. أَشْهَدُ أَنَّ عَلِيًّا الرِّضَا وَلِيُّ اللهِ
“Aku bersaksi bahwa Ali Ar-Ridha Wali Allah.”
9. أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا الْجَوَادَ وَلِيُّ اللهِ
“Aku bersaksi bahwa Muhammad Al-Jawad Wali Allah.”
10. أَشْهَدُ أَنَّ عَلِيًّا الْهَادِيَ وَلِيُّ اللهِ
“Aku bersaksi bahwa Ali Al-Hadi Wali Allah.”
11. أَشْهَدُ أَنَّ الْحَسَنَ الْعَسْكَرِيَّ وَلِيُّ اللهِ
“Aku bersaksi bahwa Al-Hasan Al-Askari Wali Allah.”
12. أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا الْمَهْدِيَّ حُجَّةُ اللهِ
“Aku bersaksi bahwa Muhammad Al-Mahdi Hujjah Allah.”
(sumber:mrs/koepas.com ).islampos mobile :
- News Code : 653349
- Source : Takfiri
- http://www.abna24.com/indonesian/service/pictorial/archive/2014/11/23/653349/story.html
Ini Perbandingan Kepangkatan PNS, Polri dan TNI
Go –long- an
|
Ruang
|
PNS
|
Polri (Kini)
|
Polri (Dulu)
|
TNI Angkatan Darat
|
TNI Angkatan Laut
|
TNI Angkatan Udara
|
|
Perwira
Pangkat Kehormatan
|
||||||||
x
|
x
|
x
|
x
|
Jenderal Besar
|
Laksamana Besar
|
Marsekal Besar
|
||
Perwira Tinggi
|
||||||||
IV
|
g
|
x
|
Jenderal Polisi
|
Jenderal Polisi
|
Jenderal
|
Laksamana
|
Marsekal
|
|
f
|
x
|
Komisaris Jenderal Polisi
|
Letnan Jenderal Polisi
|
Letnan Jenderal
|
Laksamana Madya
|
Marsekal Madya
|
||
e
|
Pembina Utama
|
Inspektur Jenderal Polisi
|
Mayor Jenderal Polisi
|
Mayor Jenderal
|
Laksamana Muda
|
Marsekal Muda
|
||
d
|
Pembina Utama Madya
|
Brigadir Jenderal Polisi
|
Brigadir Jenderal Polisi
|
Brigadir Jenderal
|
Laksamana Pertama
|
Marsekal Pertama
|
||
Perwira Menengah
|
||||||||
c
|
Pembina Utama Muda
|
Komisaris Besar Polisi
|
Kolonel
|
Kolonel
|
Kolonel
|
Kolonel
|
||
b
|
Pembina Tkt I
|
Ajun Komisaris Besar Polisi
|
Letnan Kolonel
|
Letnan Kolonel
|
Letnan Kolonel
|
Letnan Kolonel
|
||
a
|
Pembina
|
Komisaris Polisi
|
Mayor
|
Mayor
|
Mayor
|
Mayor
|
||
Perwira Pertama
|
||||||||
III
|
d
|
Penata Tingkat I
|
||||||
c
|
Penata
|
Ajun Komisaris Polisi
|
Kapten
|
Kapten
|
Kapten
|
Kapten
|
||
b
|
Penata Muda Tingkat I
|
Inspektur Polisi Satu
|
Letnan Satu
|
Letnan Satu
|
Letnan Satu
|
Letnan Satu
|
||
a
|
Penata Muda
|
Inspektur Polisi Dua
|
Letnan Dua
|
Letnan Dua
|
Letnan Dua
|
Letnan Dua
|
||
Bintara Tinggi
|
||||||||
II
|
f
|
x
|
Ajun Inspektur Polisi Satu
|
Pembantu Letnan Satu
|
Pembantu Letnan Satu
|
Pembantu Letnan Satu
|
Pembantu Letnan Satu
|
|
e
|
x
|
Ajun Inspektur Polisi Dua
|
Pembantu Letnan Dua
|
Pembantu Letnan Dua
|
Pembantu Letnan Dua
|
Pembantu Letnan Dua
|
||
Bintara
|
||||||||
d
|
Pengatur Tingkat I
|
Brigadir Polisi Kepala
|
Sersan Mayor
|
Sersan Mayor
|
Sersan Mayor
|
Sersan Mayor
|
||
c
|
Pengatur
|
Brigadir Polisi
|
Sersan Kepala
|
Sersan Kepala
|
Sersan Kepala
|
Sersan Kepala
|
||
b
|
Pengatur Muda Tingkat I
|
Brigadir Polisi Satu
|
Sersan Satu
|
Sersan Satu
|
Sersan Satu
|
Sersan Satu
|
||
a
|
Pengatur Muda
|
Brigadir Polisi Dua
|
Sersan Dua
|
Sersan Dua
|
Sersan Dua
|
Sersan Dua
|
||
Tamtama Kepala
|
||||||||
I
|
f
|
x
|
Ajun Brigadir Polisi
|
Kopral Kepala
|
Kopral Kepala
|
Kopral Kepala
|
Kopral Kepala
|
|
e
|
x
|
Ajun Brigadir Polisi Satu
|
Kopral Satu
|
Kopral Satu
|
Kopral Satu
|
Kopral Satu
|
||
d
|
Juru Tingkat I
|
Ajun Brigadir Polisi Dua
|
Kopral Dua
|
Kopral Dua
|
Kopral Dua
|
Kopral Dua
|
||
Tamtama
|
||||||||
c
|
Juru
|
Bhayangkara Kepala
|
Prajurit Kepala
|
Prajurit Kepala
|
Kelasi Kepala
|
Prajurit Kepala
|
||
b
|
Juru Muda Tingkat I
|
Bhayangkara Satu
|
Prajurit Satu
|
Prajurit Satu
|
Kelasi Satu
|
Prajurit Satu
|
||
a
|
Juru Muda
|
Bhayangkara Dua
|
Prajurit Dua
|
Prajurit Dua
|
Kelasi Dua
|
Prajurit Dua
|
MU’AWIYAH BIANG KERUSAKAN DI DALAM ISLAM (SOEKARNO)
https://satuislam.wordpress.com/2015/03/09/muawiyah-biang-kerusakan-di-dalam-islam-soekarno/
Pendapat Presiden Pertama Soekarno tentang berubahnya system dalam Islam dan Muawiyahlah Biang Kerusakan semua itu dalam bukunya “DIBAWAH BENDERA REVOLUSI”
“Rusaknya sosialisme Islam bukanlah disebabkan oleh Islam itu sendiri. Rusaknya Islam itu ialah oleh karena rusaknya budi pekerti orang-orang yang menjalankannya. Sesudah Amir Muawiyah mengutamakan asas dinasti keduniawian untuk aturan khalifah, sesudah khalifah-khalifah itu menjadi raja, maka padamlah tabiat Islam yang sebenarnya.
Amir Muawiyahlah yang harus memikul tanggung jawab atas rusaknya tabiat Islam yang nyata bersifat sosialistis dengan sebenarnya.
Penyelewengan Muawiyah ini bukan hanya mengakibatkan kerusakan pada system politik umat Islam, tetapi telah menyebabkan perubahan di segala bidang, khususnya bidang- bidang social hingga mengakibatkan lunturnya keimanan dari umat Islam. Padahal iman adalah benteng yang memberi keteguhan kepada umat Islam.
Mengapa Abu Bakar Radiallahu’anhu Disebut Ash Shiddiq?
حدثنا أبو عمرو عثمان بن أحمد بن السماك الزاهد ببغداد ثنا إبراهيم بن الهيثم البلوي ثنا محمد بن كثير الصنعاني ثنا معمر عن الزهري عن عروة عن عائشة رضى الله تعالى عنها قالت لما أسري بالنبي صلى الله عليه وسلم إلى المسجد الأقصى أصبح يتحدث الناس بذلك فارتد ناس ممن كان آمنوا به وصدقوه وسعى رجال من المشركين إلى أبي بكر رضى الله تعالى عنه فقالوا هل لك إلى صاحبك يزعم أنه أسري به الليلة إلى بيت المقدس قال أو قال ذلك قالوا نعم قال لئن قال ذلك لقد صدق قالوا أو تصدقه أنه ذهب الليلة إلى بيت المقدس وجاء قبل أن يصبح فقال نعم إني لأصدقه ما هو أبعد من ذلك أصدقه في خبر السماء في غدوة أو روحة فلذلك سمي أبا بكر الصديق رضى الله تعالى عنه هذا حديث صحيح على شرط الشيخين ولم يخرجاه فإن محمد بن كثير الصنعاني صدوق
قال ابن شهاب قال أبو سلمة بن عبد الرحمن فتجهز ناس من قريش إلى أبي بكر فقالوا له هل لك في صاحبك يزعم أنه قد جاء بيت المقدس ثم رجع إلى مكة في ليلة واحدة فقال أبو بكر أو قال ذلك قالوا نعم قال فأشهد لئن كان قال ذلك لقد صدق قالوا فتصدقه بأن يأتي الشام في ليلة واحدة ثم يرجع إلى مكة قبل أن يصبح قال نعم إني أصدقه بأبعد من ذلك أصدقه بخبر السماء قال أبو سلمة فبها سمي أبو بكر الصديق رضي الله عنه
حدثنا بهلول بن إسحاق بن بهلول الأنباري ثنا أبي عن عبد الأعلى بن أبي المساور عن عكرمة قال خبرتني أم هانئ قالت قال رسول الله صلى الله عليه و سلم لما أسري به ( إني أريد أن أخرج إلى قريش فأخبرهم ) فأخبرهم فكذبوه وصدقه أبو بكر فسمي يومئذ الصديق
31 Tanggapan
Hadis Imam Ali Sahabat Yang Paling Berilmu : Keutamaan Di Atas Abu Bakar dan Umar
قال أو ما ترضين أني زوجتك أقدم أمتي سلما وأكثرهم علما وأعظمهم حلما
- Fadhl bin Dukain adalah seorang yang tsiqat tsabit [At Taqrib 2/11] dan Waki’ bin Jarrah seorang yang tsiqat hafizh dan ‘abid [At Taqrib 2/283-284]
- Syarik bin Abdullah An Nakha’i perawi Bukhari dalam Ta’liq Shahih Bukhari, Muslim dan Ashabus Sunan. Ibnu Ma’in, Al Ijli, Ibrahim Al Harbi menyatakan ia tsiqat. Nasa’i menyatakan “tidak ada masalah padanya”. Ahmad berkata “Syarik lebih tsabit dari Zuhair, Israil dan Zakaria dalam riwayat dari Abu Ishaq”. Ibnu Ma’in lebih menyukai riwayat Syarik dari Abu Ishaq daripada Israil. [At Tahdzib juz 4 no 587]
- Abu Ishaq adalah Amru bin Abdullah As Sabi’i perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ahmad, Ibnu Ma’in, Nasa’i, Abu Hatim, Al Ijli menyatakan ia tsiqat [At Tahdzib juz 8 no 100]
أخبرنا الحسن بن أبي بكر أخبرنا أبو سهل أحمد بن محمد بن عبد الله بن زياد القطان حدثنا عبد الله بن روح حدثنا سلام بن سليمان أبو العباس المدائني حدثنا عمر بن المثنى عن أبي إسحاق عن أنس رضي الله عنه
- Hasan bin Abi Bakar adalah Hasan bin Ahmad bin Ibrahim bin Hasan bin Muhammad bin Syadzaan Abu Ali bin Abu Bakar Al Baghdadi. Adz Dzahabi menyebutnya Imam, memiliki keutamaan dan shaduq [As Siyar 17/415 no 273]. Al Khatib berkata “kami menulis darinya dan ia shaduq” [Tarikh Baghdad 7/279]
- Abu Sahl Ahmad bin Muhammad bin ‘Abdullah bin Ziyaad Al Qaththan seorang yang tsiqat. Adz Dzahabi menyebutnya Imam Muhaddis tsiqat [As Siyar 15/521 no 299]
- ‘Abdullah bin Rauh Al Mada’iny seorang yang tsiqat. Al Khatib menyebutkan biografinya dalam Tarikh Baghdad bahwa ia seorang yang tsiqat shaduq [Tarikh Baghdad 9/461]. Daruquthni terkadang menyatakan tsiqat dan terkadang menyatakan “tidak ada masalah padanya” [Mausu’ah Qaul Daruquthni no 1840]
- Sallam bin Sulaiman Al Mada’iniy seorang yang diperbincangkan. Abu Hatim yang meriwayatkan darinya berkata “tidak kuat”. Nasa’i dalam Al Kuna menyebutkan telah mengabarkan kepada kami ‘Abbas bin Walid yang berkata telah menceritakan kepada kami Sallaam bin Sulaiman Abul Abbas seorang penduduk madinah yang tsiqat. [At Tahdzib juz 4 no 498]. Al Uqaili memasukkannya ke dalam Adh Dhu’afa dan berkata “di dalam hadisnya dari perawi tsiqat terdapat hal-hal yang mungkar” [Adh Dhu’afa Al Uqaili 2/161 no 668]. Ibnu Ady berkata “mungkar al hadits” [Al Kamil Ibnu Ady 3/309]
- Umar bin Al Mutsanna, telah meriwayatkan darinya Sallam bin Sulaiman, Umar bin Ubaid Ath Thanafisiy, A’la bin Hilal Al Bahiliy dan Baqiyah bin Walid. Abu Arubah menyebutkannya dalam Thabaqat ketiga dari tabiin ahlul jazirah [At Tahdzib juz 7 no 820]. Ibnu Hajar berkata “mastur” [At Taqrib 1/725]. Al Uqailiy memasukkannya ke dalam Adh Dhu’afa dan berkata “Umar bin Al Mutsanna meriwayatkan dari Qatadah dan telah meriwayatkan darinya Baqiyah, hadisnya tidak mahfuzh” kemudian Al Uqailiy membawakan hadis yang dimaksud yaitu riwayat Umar bin Al Mutsanna dari Qatadah dari Anas [Adh Dhu’afa Al Uqailiy 3/190 no 1185]. Pernyataan Al Uqailiy patut diberikan catatan, hadis yang disebutkannya sebagai tidak mahfuzh bukan bukti kelemahan Umar bin Al Mutsanna karena dalam sanad hadis tersebut Qatadah meriwayatkan secara ‘an ‘anah dari Anas dan ma’ruf diketahui kalau Qatadah perawi mudallis martabat ketiga yang berarti sering melakukan tadlis dari perawi dhaif sehingga riwayatnya dengan ‘an ‘anah dinilai dhaif. Jadi sangat mungkin kalau hadis ini tidak mahfuzh karena tadlis Qatadah.
- Bisa jadi perawi yang meriwayatkan dari Sallaam adalah perawi dhaif sehingga ialah yang tertuduh atau
- Sallaam meriwayatkan dari perawi dhaif sehingga perawi itulah yang tertuduh dalam hadis tersebut.
- Abu Ahmad Az Zubairi adalah Muhammad bin ‘Abdullah bin Zubair Al Asdi perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ibnu Ma’in, Al Ijli dan Ibnu Qani’ menyatakan tsiqat. Abu Zur’ah, Ibnu Khirasy, Ibnu Numair dan Ibnu Sa’ad berkata “shaduq” [At Tahdzib juz 9 no 422]. Ibnu Hajar mengatakan tsiqat tsabit [At Taqrib 2/95]
- Khalid bin Thahman adalah perawi yang shaduq. Abu Hatim mengatakan ia syiah dan tempat kejujuran. Abu Ubaid berkata “Abu Dawud tidak menyebutnya kecuali yang baik”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat dan berkata “terkadang salah atau keliru”. Ibnu Ma’in berkata “dhaif” tetapi Ibnu Ma’in menjelaskan kalau ia dhaif karena ikhtilath sedangkan sebelum ia mengalami ikhtilath maka ia tsiqat. Ibnu Jarud berkata “dhaif” [At Tahdzib juz 3 no 184]. Ibnu Hajar berkata “shaduq tasyayyu’ dan mengalami ikhtilath” [At Taqrib 1/259]. Adz Dzahabi berkata “seorang syiah yang shaduq didhaifkan oleh Ibnu Ma’in” [Al Kasyf no 1330]. Pendapat yang rajih disini Khalid bin Thahman seorang yang shaduq sedangkan pembicaraan kepadanya disebabkan ia mengalami ikhtilath sebelum wafatnya.
- Nafi’ bin Abu Nafi’ adalah tabiin yang tsiqat. Ia meriwayatkan dari Ma’qil bin Yasar dan Abu Hurairah dan telah meriwayatkan darinya Khalid bin Thahman dan Ibnu Abi Dzi’b. Ibnu Ma’in menyatakan tsiqat [Tahdzib Al Kamal no 2370]. Adz Dzahabi berkata “Nafi’ bin Abi Nafi’ Al Bazzaz meriwayatkan dari Abu Hurairah dan Ma’qil bin Yasar, telah meriwayatkan darinya Khalid bin Thahman dan Ibnu Abi Dzi’b, ia seorang yang tsiqat [Al Kasyf no 5788]
حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا وكيع ثنا شعبة عن عمرو بن مرة عن أبي حمزة مولى الأنصار عن زيد بن أرقم قال أول من أسلم مع رسول الله صلى الله عليه و سلم علي رضي الله تعالى عنه
4 Tanggapan
-
-
-
-
Tinggalkan Semua Firqoh yang Ada
November 27, 2010
Syaikh Salim bin Ied Al-Hilali
https://ahlussunnahpontianak.wordpress.com/2010/11/27/tinggalkan-semua-firqoh-yang-ada/
Dari Hudzaifah bin Al-Yaman Radhiyalahu ‘anhu beliau berkata: “Dahulu manusia bertanya kepada Rasulullah tentang hal-hal yang baik tapi aku bertanya kepada beliau tentang hal-hal yang buruk agar jangan sampai menimpaku” Aku bertanya: “Wahai Rasulullah, dahulu kami berada dalam keadaan jahiliyah dan kejelekan lalu Allah mendatangkan kebaikan (Islam,-pent) ini, apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan ?” Beliau berkata: “Ya” Aku bertanya : “Dan apakah setelah kejelekan ini akan datang kebaikan?” Beliau menjawab : “Ya, tetapi didalamnya ada asap”. Aku bertanya : “Apa asapnya itu ?” Beliau menjawab : “Suatu kaum yang membuat ajaran bukan dari ajaranku, dan menunjukkan (manusia) kepada selain petunjukku. Engkau akan mengenal mereka dan engkau akan memungkirinya” Aku bertanya : “Apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan lagi ?” Beliau menjawab :”Ya, (akan muncul) para dai-dai yang menyeru ke neraka jahannam. Barangsiapa yang menerima seruan mereka, maka merekapun akan menjerumuskan ke dalam neraka” Aku bertanya : “Ya Rasulullah, sebutkan cirri-ciri mereka kepada kami ?” Beliau menjawab : “Mereka dari kulit-kulit/golongan kita, dan berbicara dengan bahasa kita” Aku bertanya : “Apa yang anda perintahkan kepadaku jika aku temui keadaan seperti ini” Beliau menjawab : “Pegang erat-erat jama’ah kaum muslimin dan imam mereka” Aku bertanya : “Bagaimana jika tidak imam dan jama’ah kaum muslimin?” Beliau menjawab :”Tinggalkan semua kelompok-kelompok sempalan itu, walaupun kau menggigit akar pohon hingga ajal mendatangimu”
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini memiliki banyak jalan, diantaranya :
[1]. Dari jalan Walid bin Muslim (dia berkata) : Menceritakan kepada kami Ibnu Jabir (dia berkata) : Menceritakan kepada kami Bisr bin Ubeidillah Al-Hadromy hanya dia pernah mendengar Abu Idris Al-Khaoulani dari Hudzaifah bin Yaman Radhiyallahu ‘anhu …….[HR Bukhari 6/615-616 dan 13/35 beserta Fathul Baari. Muslim 12/235-236 beserta Syarh Nawawi. Baghowi dalam Syarhus Sunnah 14/14. Dan Ibnu Majah 2979]
[2]. Dari jalan Waki’ dari Sufyan dari ‘Atho’ bin Saib dari Abi Al-Bukhari dia berkata : Hudzaifah Radhiyallahu ‘anhu berkata ….. [HR Ahmad dalam musnad 5/399]
[3]. Dari jalan Abi Mughiroh (dia berkata) menceritakan kepada kami Assafar bin Nusair Al-Azdi dan selainnya dari Hudzaifah bin Al-Yaman, beliau berkata : “Wahai Rasulullah sesungguhnya kami dahulu dalam keburukan lalu Allah menghilangkannya dan mendatangkan kebaikan melalui anda. Apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan?”. Beliau berkata : “Ya”. Hudzaifah bertanya lagi : “Apa kejelekan tersebut?” Beliau menjawab : “Akan muncul banyak fitnah seperti malam yang gelap gulita, sebagaimana mengikuti yang lainnya dan akan datang kepada kalian hal-hal yang samar-samar seperti wajah-wajah sapi yang kalian tak mengetahuinya” [HR Ahmad 5/391]
SYARAH HADITS
[A]. Mengenal Jalan Orang-Orang Yang Tersesat Merupakan Kewajiban Dalam Syariat.
Ketahuilah -semoga Allah memberkahi anda- sesungguhnya metode Ar-Rabbani (Islam) yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika menampilkan generasi pertama yaitu shabat dan para tabi’in (sesungguhnya bertujuan) untuk mejelaskan jalan kebenaran dan agar diikuti.
Allah berfirman.
Artinya: “Barangsiapa yang menyelisihi Rasul setelah jelas baginya petunjuk dan dia mengikuti jalan selain orang-orang yang beriman maka kami palingkan dia kemana dia berpaling dan kami akan memasukkannya kedalam neraka jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali” [An-Nisa : 115]
Akan tetapi (metode Islam ini) tidak cukup hanya mejelaskan jalan kebenaran saja bahkan menyingkap kebatilan dan mengungkap kepalsuannya agar jelas dan terang jalan orang-orang yang tersesat (lalu dijauhi dan ditinggalkan,-pent).
Allah ta’ala berfirman.
“Artinya : Dan demikianlah kami terangkan ayat-ayat Al-Qur’an, supaya jelas jalan orang-orang yang benar dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang tersesat” [Al-An’am : 55]
Seorang penyair berkata.
“Aku mengenal keburukan bukan untuk keburukan akan tetapi untuk menjauhinya”
“Dan barangsiapa yang tidak mengenal kebaikan dari keburukan dia akan terjerumus kedalam keburukan itu”.
[B]. Islam Terancam Dari Dalam
Sesungguhnya musuh-musuh Allah terus mengintai Islam hingga ketika mereka telah melihat penyakit whan (cinta dunia dan takut mati) telah menjalar dalam tubuh kaum muslimin dan penyakit-penyakit yang lain sudah menyebar mereka langsung menyerang dan menyumbat nafas kaum muslimin.
Sesungguhnya racun-racun berbisa yang membinasakan dan menghancurkan kekuatan kaum muslimin serta melemahkan gerak mereka bukanlah pedang-pedang orang-orang kafir yang berkumpul untuk membuat makar terhadap Islam. Akan tetapi kuman-kuman yang busuk yang menyelinap didalam tubuh kaum muslimin yang lambat tapi pasti (itulah yang menyebabkan kebinasaan). Itulah asap yang dikatakan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits Hudzaifah diatas : “suatu kaum yang membuat ajaran bukan dari ajaranku dan memberikan petunjuk bukan dari petunjukku …..” Didalam ucapan beliau ini ada hal-hal penting diantaranya.
[1]. Sesungguhnya asap itu merupakan penyimpangan yang selalu membuat kabur ajaran Islam (Sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) yang terang benderang malamnya bagaikan siangnya.
[2]. Yang nampak pada saat terjadinya hal ini adalah kebaikan akan tetapi dalamnya terdapat hal-hal yang membinasakan. Bukanlah dalam riwayat Muslim Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Akan muncul manusia-manusia yang berhati setan”.
[3]. Asap ini terus tumbuh dan menguasai hingga kejelekan itu merajalela serta merupakan awal munculnya dai-dai penyesat dan kelompok-kelompok sempalan.
[4]. Sesungguhnya yang meniup asap tersebut adalah para dai-dai penyesat. Dan ini menunjukkan bahwa rencana busuk untuk menghancurkan Islam dan kaum muslimin telah mengakar kuat dalam sejarah Islam.
[5]. Sesungguhnya gembong-gembong kesesatan selain giat dalam menyesatkan. Akan tetapi (sebagian) pemegang kebenaran lalai dan tertidur hingga asap tersebut menguasai dan merajalela serta menutupi kebenaran. Dari sini kita ketahui bahwa asap yang menyelimuti kebenaran dan mengkotori kejernihannya adalah bid’ah-bid’ah yang ditebarkan oleh Mu’tazilah, Sufiyah, Jahmiyah, Khowarij, Asy’ariyah, Murji’ah dan Syi’ah Rofidhoh sejak berabad-abad lamanya.
Oleh karena inilah umat Islam mejadi terbelakang dan menjadi santapan bagi setiap musuh serta menyebarnya kebatilan. Dan dengan sebab inilah setiap munafik berbicara dengan mengatas namakan Islam. Dari sini kita mengetahui bahwa bahaya bid’ah lebih besar daripada musuh-musuh yang lainnya (orang-orang kafir), karena bid’ah merusak hati dan badan tapi musuh-musuh tersebut hanya merusak badan. (komentar: ini kurang tepat, mereka juga merusak hati) Para salaf telah bersepakat akan kewajiban memerangi ahli bid’ah dan menghajar (memboikot) mereka. Imam Dzahabi mengatakan: “Para salaf sering mentahdzir ahli bid’ah, mereka mengatakan: Sesungguhnya hati-hati ini lemah sedangkan syubhat (dari ahli bid’ah itu) cepat mencengkram”.
[C]. Hati-Hati Antek-Antek Yahudi !!!
Sesungguhnya para gembong-gembong kekafiran telah memproduksi antek-anteknya dalam negeri kaum muslimin dua cara.
[1]. Pengiriman para pelajar ke negeri kafir (seperti di Cihicago Univerity,-pent) yang disanalah para pelajar kaum muslimin di cuci otak-otak mereka lalu jika mereka pulang mereka sebarkan racun-racun itu kepada kaum muslimin.
[2]. Dengan menyelinapnya para orientalis dibawah simbol-simbol penelitian ilmiah. Sesunggunya para orientalis-orientalis itu merupakan antek-antek/tangan-tangan Yahudi dan Nashrani.
Di dalam hadits Hudzaifah ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan ciri mereka, beliau bersabda :
“Akan muncul dai-dai yang menyeru ke neraka jahannam, barangsiapa yang menerima seruan mereka maka mereka akan menjerumuskannya ke dalam jahannam”. Hudzaifah bertanya : “Wahai Rasululah sebutkan cirri mereka ?” Rasulullah menjawab : “Mereka dari golongan kita dan berbicara dengan lisan-lisan kita”.
[a]. Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata dalam Fathul Baari 13/36 : “Yaitu dari kaum kita dan yang berbicara dengan bahasa kita serta dari agama kita. Didalamnya ada isyarat bahwa mereka itu dari Arab”.
. Ad-Dawudi berkata : “Mereka itu dari keturunan Adam”.
[c]. Al-Qoobisy berkata : Maknanya, secara dhohir mereka itu dari agama kita tapi secara batin mereka menyelisihi (agama kita)”.
Mereka menampakkan kesungguhan dalam memberi solusi, dan maslahat bagi umat. Tapi mereka menipu umat dengan gaya bahasa mereka, dan hati-hati mereka menginginkan untuk menjalankan misi-misi tuan-tuan mereka dari kalangan Kristen dan Yahudi. Allah berfirman.
Artinya : “Tidak akan ridho orang-orang Yahudi dan Narani hingga kalian mengikuti millah mereka” [Al-Baqarah : 120]
Diantara mereka adalah Thoha Husein (dari Mesir, pent) yang dijuluki oleh tuan-tuannya sebagai pujangga Arab. Orang ini mengatakan bahwa syair orang-orang jahiliyah itu lebih baik kesasteraannya daripada Al-Qur’an. Inilah pemikiran Marjilius seorang orientalis Yahudi yang diadopsi oleh Thoha Husein dan dipropagandakannya. Contoh-contoh seperti ini banyak sekali, mereka turun temurun dari waktu ke waktu di setiap tempat.
[D]. Siapa Jama’ah Kaum Muslimin?
Setelah melihat kenyataan yang pahit dan getir ini, mulailah sebagian kaum muslimin bangkit, setiap kelompok dari kaum muslimin melihat realita ini dari kaca mata tersendiri, kelompok yang lain juga demikian. Oleh karena itulah bisa dikatakan bahwa kelompok-kelompok yang ada sekarang ini yang katanya berjuang atau berdakwah, mereka itu saling berselisih dalam metode dan cara berdakwah. Dan perselisihan yang paling parah yang menghalangi persatuan mereka adalah dua hal :
[1]. Peselisihan mereka dalam pengambilan sumber ilmu dan pemahaman terhadap
Al-Qur’an dan Sunnah.
[2]. Ketidakmengertian mereka tentang diri mereka sendiri, sehingga pada saat ini kita sering menyaksikan bahwa hizbiyyah dan fanatik golongan ini masih menyumbat akal pikiran para dai-dai yang turun di medan dakwah. Mereka membanggakan diri mereka sendiri dan meremehkan yang lainnya. Sebagiannya menganggap bahwa kelompoknya itulah yang dinamakan jama’ah kaum muslimin dan pendirinya adalah imam kaum muslimin yang wajib di bai’at atau disumpah setia. Dan sebagiannya lagi mengkafirkan kaum muslimin. Sebenarnya mereka hanya jama’ah atau kelompok-kelompok kaum muslimin, karena kaum muslimin sekarang tidak memiliki jama’ah ataupun imam/pemimpin.
Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa jama’ah kaum muslimin adalah (Negara Islam) yang bersatu atau berkumpul didalamnya seluruh kaum muslimin. Mereka hanya punya satu imam/pemimpin yang menerapkan hukum-hukum Allah dan wajib untuk di taati serta diba’iat.
[E] Tinggalkan Kelompok-Kelompok Sempalan Itu
Hadits Hudzaifah diatas memerintahkan kepada kita untuk meninggalkan semua kelompok-kelompok sesat ketika terjadi fitnah dan kejelekan serta disaat tidak ada jama’ah kaum musilimin dan imam mereka.
Kelompok-kelompok sempalan ini yang menyeru manusia kepada kesesatan, bersatu diatas kemungkaran dan diatas hawa nafsu atau berkumpul diatas pemikiran-pemikiran kufur seperti sosialisme, komunisme, kapitalisme, demokrasi atau bersatu berdasarkan fanatik golongan dan lain sebagainya.
Inilah kelompok-kelompok sesat yang diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits Hudziafah untuk ditinggalkan dan dijauhi karena menjerumuskan manusia ke dalam neraka jahanam dengan sebab ajaran mereka yang bukan dari Islam.
Adapun kelompok yang menyeru kepada Islam (yang benar), memerintahkan kepada yang baik dan melarang dari yang mungkar maka inilah yang diperintahkan oleh Allah untuk diikuti dan ditolong. Allah ta’ala berfirman.
Artinya : “Hendaklah ada diantara kalian sekelompok orang yang menyeru kepada kebaikan dan menyeru kepada yang baik dan melarang dari yang mungkar. Dan merekalah orang-orang yang beruntung” [Ali-Imran : 104]
[E]. Jalan Keluar Dari Problematika Umat
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan Hudzaifah untuk meninggalkan semua kelompok sempalan yang menyeru ke neraka jahannam meskipun sampai menggigit akar pohon hingga ajal menjemput. Adapun penjelasannya, maka sebagai berikut :
[1]. Ini adalah perintah untuk berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah serta pemahaman salafush shalih. Sebagaimana hal ini dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits Al-Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu.
Artinya : “Dan barangsiapa yang hidup diantara kalian maka dia akan melihat perselisihan yang banyak sekali, maka berhati-hatilah kalian dari perkara-perkara yang baru dalam agama karena itu kesesatan. Dan barangsiapa diantara kalian yang mendapatkan hal ini maka wajib bagi kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para khulafa ‘ar-rasyidin, gigitlah erat-erat dengan gigi geraham kalian”. [HR Abu Dawud (4607). Tirmidzi (2676) dan Ibnu Majah (440) dan selain mereka]
Didalam hadits Hudzaifah, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan untuk menggigit akar pohon ketika terjadi perpecahan sambil menjauhi semua kelompok sesat. Dan didalam hadits Al-Irbadh beliau memerintahkan untuk berpegang teguh dengan Sunnah sesuai dengan pemahaman salafus shalih radhiyallahu anhum, ketika munculnya kelompok-kelompok sesat dan ketika tidak adanya jama’ah kaum muslimin serta imam mereka.
[2]. Sesungguhnya perintah untuk menggigit akar pohon dalam hadits Hudzaifah maknanya adalah istiqomah atau tetap dalam sabar dalam memegang kebenaran dan dalam meninggalkan semua kelompok sesat yang menyelisihi kebenaran. Atau maknanya bahwa pohon Islam akan diguncang dengan angin kencang hingga merontokkan semua ranting dan cabangnya, tidak ada yang tersisa melainkan akarnya yang masih tegar. Karena itulah wajib bagi setiap muslim untuk memegang erat akar tersebut dan mengorbankan semua yang berharga dalam dirinya karena akar tersebut akan tumbuh dan tegar kembali.
[3]. Ketika itu juga wajib bagi setiap muslim untuk menolong dan membantu kelompok (yang berpegang teguh dengan sunnah tersebut, -pent) dari setiap fitnah yang mengancam. Karena kelompok ini yang selalu tampak diatas kebenaran hingga akhirnya mereka membunuh Dajjal.
[Ringkasan dari kitab Al-Qaulul Mubin Fii Jama’atil Muslimin]
ref: almanhaj.or.id
Sahih InternationalYou are the best nation produced [as an example] for mankind. You enjoin what is right and forbid what is wrong and believe in Allah . If only the People of the Scripture had believed, it would have been better for them. Among them are believers, but most of them are defiantly disobedient.
Tafsir Qur’an Surat Ali Imran ayat 103
واَعْتصِمُواْ بِحَبْلِ الله جَمِيْعًا وَلاَ تَفَـرَّقوُا وَاذْ كـُرُو نِعْمَتَ الله عَلَيْكُمْ إٍذْكُنْتُمْ أَعْـدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلـُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً وَكُنْتُمْ عَلىَ شَفاَ خُـفْرَةٍ مِنَ النَّاِر فَأَنْقـَدَكُمْ مِنْهَا كَذَالِكَ يُبَبِّنُ اللهُ لَكُمْ اَيَاتِهِ لَعَلـَّكُمْ تَهْـتَدُونَ ’{ال عـمران 103}
Artinya :
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah dan janganlah kamu sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika kamu bermusuh-musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan antara hati-hati kamu maka kamu menjadi bersaudara sedangkan kamu diatas tepi jurang api neraka, maka Allah mendamaikan antara hati kamu. Demikianlah Allah menjelaskan ayat ayatnya agar kamu mendapat petunjuk”
(Q.S. Ali Imron ayat 103)
SEMOGA UMMAT ISLAM BERSATU.. DAN MENGUTAMAKAN MUSYAWARAH DAN MEMBANGUN UMMAT ISLAM SECARA KESELURUHAN ...DAN MENJAUHI EGO FIRQOH DAN MAZHAB.. AAMIIN
Tafsir Qur’an Surat Ali Imran ayat 103
https://mujahidin21.wordpress.com/2009/06/24/tafsir-qur%E2%80%99an-surat-ali-imran-ayat-103/
واَعْتصِمُواْ بِحَبْلِ الله جَمِيْعًا وَلاَ تَفَـرَّقوُا وَاذْ كـُرُو نِعْمَتَ الله عَلَيْكُمْ إٍذْكُنْتُمْ أَعْـدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلـُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً وَكُنْتُمْ عَلىَ شَفاَ خُـفْرَةٍ مِنَ النَّاِر فَأَنْقـَدَكُمْ مِنْهَا كَذَالِكَ يُبَبِّنُ اللهُ لَكُمْ اَيَاتِهِ لَعَلـَّكُمْ تَهْـتَدُونَ ’{ال عـمران 103}Artinya :
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah dan janganlah kamu sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika kamu bermusuh-musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan antara hati-hati kamu maka kamu menjadi bersaudara sedangkan kamu diatas tepi jurang api neraka, maka Allah mendamaikan antara hati kamu. Demikianlah Allah menjelaskan ayat ayatnya agar kamu mendapat petunjuk”
(Q.S. Ali Imron ayat 103)
A. MAKNA LAFDZI
Maka kamu menjadi فَأَصْبَحْتُمْ
Dan berpegang teguhlah kamu sekalian وَعْتصِمُواْ
Dengan nikmat-Nya بِنِعْمَتِهِdengan tali allah بِحَبْلِ الله
Bersaudara إِخْوَاناًseraya berjama’ah جَمِيْعًا
Sedangkan kamu semua وَكُنْتُمْ
dan janganlah kamu sekalian berpecah belah وَلاَ تَفَـرَّقوُا
Di tepi jurang عَلىَ شَفاَ خُفْرَةٍdan ingatlah kamu semua وَاذْ كـُرُوا
Api Neraka مِنَ النَّاِر
Nikmat Allah نِعْمَتَ الله
Maka Allah menyelamatkan kamu dari padanya فَأَنْقـَدَكُمْ مِنْهَاAtas kamu عَلَيْكُمْ
Demikianlah Allah menjelaskan kepada kamu كَذَالِكَ يُبَبِّنُ اللهُ لَكُمْKetika kamu (dahulu) bermusuh-musuhan إٍذْكُنْتُمْ أَعْـدَاءً
Ayat-ayatnya اَيَاتِهِMaka Dia menjinakkan antara hati-hati kamu فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلـُوبِكُمْ
Agar kamu mendapat petunjuk لَعَلـَّكُمْ تَهْتَـدُونَ
B. MAKNA GLOBAL
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah dan janganlah kamu sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika kamu bermusuh-musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan antara hati-hati kamu maka kamu menjadi bersaudara sedangkan kamu diatas tepi jurang api neraka , maka Allah mendamaikan antara hati kamu. Demikianlah Allah menjelaskan ayat ayatnya agar kamu mendapat petunjuk”
C. PENJELASAN KALIMAT.
Yang dimaksud “tali Allah” adalah Al-Qur’an sesuai dengan hadits Harits Al A’war dari Ali yang diriwayatkan secara marfu’ tentang sifat Al-Qur’an disebutkan bahwa,
“هُوَ حَبْلُ اللهِ المَتِيْنُ وَصِرَاطُهُ الْمُسْتَقِيْمَ”
(Al-Qur’an itu adalah tali Allah yang kokoh dan jalan-Nya yang lurus. )
Dalam hadits Abdullah yang di riwatkan oleh Ibnu mardawaih, bahwasannya Rasulullah Shalallahu Alaihi wa salam bersabda:
” اِنََ هَذاَالْقُرْأَنَ هُوَ حَبْلُ اللهِ الْمَتِيْنُ وَهُوَ النُّوْرُ الْمُبِيْنُ وَهُوَ الشِّفاَءُ النَّافِعُ عِصْمَةَ لِمَنْ تَمَسَّكَ بِهِ وَنَجَاةً لِمَنِ اتَّبَعَهُ “(“Sesungguhnya Al-Qur’an adalah tali Allah yang kokoh, cahaya yang menerangi, penawar yang memberi manfaat, sebagai penjaga bagi orang yang berpegang teguh dengannya dan penyelamat bagi yang mengikutinya“)
Abu Ja’far Ath-Thobari meriwayatkan hadits ‘Athiyyah bin Abi Sa’id, bahwasannya Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda:
“كَتَبَ اللهُ هُوَ حَبْلُ اللهُ المَمْدُودُ مِنَ السَّـمَاءِ اِلَى الآَرْضِ”
(“Kitab Allah itu adalah tali Allah yang di ulurkan dari langit ke bumi “) Tafsir Ibnu Katsir I/388-389.
Menurut Ibnu Mas’ud, yang dimaksud “tali Allah” adalah Al-Jama’ah, Al-Qurthubi menyatakan, sesungguhnya Allah memerintahkan supaya bersatu padu dan melarang berpecah belah, karena perpecahan itu adalah kerusakan dan persatuan (Al-Jama’ah) itu adalah keselamatan. (Tafsir Qurthubi IV/159)
Sebagian Ulama ada yang mengatakan bahwa “tali Allah” itu adalah Dinnullah, menurut sebagian Ulama yang lain; Taat kepada Allah, Ikhlas dalam bertaubat, janji Allah. Al-Imaam Fakhrur Razi menyimpulkan bahwa seluruh penafsiran tersebut pada hakekatnya saling melengkapi, karena Al-Qur’an, janji Allah, Dinnullah, taat kepada Allah dan Al-Jama’ah dapat menyelamatkan orang yang berpegang teguh dengannya supaya tidak terjatuh kedalam dasar Neraka Jahannam, maka hal-hal tersebut dijadikan sebagai tali Allah agar mereka berpegang teguh dengannya (Tafsir Al-Kabir VIII/162-163).
- · Lafadz Jami’an جَمِيْعًا adalah sebagai “Haal” yang menjelaskan tentang cara berpegang teguh kepada tali Allah, yaitu dengan cara bersatu padu (berjama’ah) (Tafsir Abi Su’ud Juz I/66). Hal ini disesuaikan dengan :
” تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْـلِمِيْنَ وَإِمَامَهُمْ “
“Tetaplah kamu pada Jama’ah Muslimin dan Imam mereka “(Muttafaq alaih dari Hudzaifah bin Yaman)
2. Makna yang di berikan oleh para Mufasirin, diantaranya sahabat Abdullah bin Mas’ud menyebutkan bahwa yang di maksud adalah “Al-Jama’ah” (Tafsir Qurthubi Juz III/159, Tafsir Jami’ul Bayan Juz IV/21).
3. Az-Zajjaj berkata: “kalimat “Jami’an جَمِيْعًا” adalah dibaca nashob karena menjadi “haal” (Tafsir Jadul Masir juz I/433).
4. Adanya Qorinah lafdziyah, yaitu “wala tafarroqu” yang jatuh setelah kalimat “Jami’an”, Ibnu Katsir berkata bahwa yang dimaksud adalah Allah memerintahkan kepada mereka dengan berjama’ah dan melarang mereka berfirqoh-firqoh (berpecah belah) (Tafsir Ibnu Katsir juz I/189)
Tidak semua kalimat Jami’an dalam Al-Qur’an artinya bersama-sama (berjama’ah/bersatu padu), sebagaimana pula tidak semua kalimat “jami’an” berarti keseluruhan/semuanya. Sedikitnya ada empat ayat yang dalam Al-Qur’an kalimat “jami’an“ yang harus diartikan berjama’ah (bersama-sama/bersatu padu), yaitu surat Ali-Imran ayat 103, surat An-Nisa ayat 71, surat An-Nur ayat 61 dan surat Al-Hasyr ayat 14.
Yang dimaksud dengan ” وَلاَ تَفَرَّقُوْا ” (Janganlah kamu bercerai berai yaitu berpecah belah dalam agama,sebagaimana berpecah belahnya orang-orang Yahudi dan Nasrani dalam melaksanakan agama mereka). Disebutkan dalamam hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Abu Hurairoh, bahwasannya Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda:
” تَفَرَّقَتِ الْيَهُودُ عَلَى اِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً اَوِثْنَـتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَالنَّـصَارَى مِثْلُ ذَالِكَ وَتَفْـتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثِ وَسَبْـعِيْنَ فِرْقَـةً كُلَّهَا فِى النَّـارِ اِلاَّ وَاحِـدَةً وَهِيَ الجَمَاعَةُ ““Orang-orang Yahudi telah berpecah belah menjadi 71 golongan atau 72 golongan dan orang-orang Nasrani demikian juga, sedang umatku berpecah belah menjadi 73 golongan semuanya masuk neraka kecuali satu, yaitu Al-Jama’ah.”
- · Ni’mat Allah yang disebut dalam ayat ini yang terbesar adalah Islam yang mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa salam, sesungguhnya ni’mat ini dapat menghilangkan permusuhan dan perpecahan, sehingga ada kasih sayang dan persatuan.
- · Yang dimaksud “kamu berada di tepi jurang api neraka, maka Dia (Allah) menyelamatkan kamu darinya” Bahwa kaum Muslimin ketika masih berada dalam masa jahiliyah, dimana mereka saling bermusuh-musuhan dan senantiasa melakukan berbagai macam kemaksiatan, pada saat yang demikian itu mereka berada di ambang pintu neraka. Namun ketika mereka bertaubat dengan memeluk Islam dan meninggalkan perilaku-perilaku Jahiliyah, maka mereka diselamatkan dari ancaman api neraka dan dijauhkan dari pintu jahannam.
D. KANDUNGAN AYAT.
Disebutkan dalam Tafsir Al-Manar bahwa, ayat ini sebagai jalan keluar untuk memenuhi perintah Allah supaya bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa yang di sebutkan pada ayat sebelumnya dan untuk menjauhi larangan agar tidak meninggal atau mati kecuali dalam keadaan Islam. (Q.S. Ali Imran : 102). Agar perintah dan larangan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka hendaklah orang-orang yang beriman berpegang teguh (mengamalkan) Al-Qur’an dengan berjama’ah (bersatu padu) (Tafsir Al-Qur’anul Hakim juz III/19).
Dalam ayat ini Allah subhanahu wata’ala mewajibkan supaya berpegang teguh kepada Qur’an dan Sunnah nabi-Nya dan agar menyelesaikan permasalahanya berdasarkan keduanya. Allah juga memerintahkan agar berjama’ah dalam mengamalkan islam, sebab dengan cara damikian maka akan ada kesepakatan dan kesatuan yang merupakan syarat utama bagi kebaikan dunia dan agama. (Tafsir Al-Qurthubi juz IV/163).
Ayat ini melarang berpecah belah (berkelompok-kelompok) dalam agama, sebagaimana berpecah-belahnya ahli kitab atau orang-orang jahiliyah yang lain. Ayat ini juga melarang melaksanakan segala sesuatu yang dapat menimbulkan perpecahan dan menghilangkan persatuan. (Tafsir Abi Su’ud juz I/66)
Ibnu Katsir menyebutkan bahwa ayat ini mengisahkan tentang keadaan suku Aus dan Khajraj. Pada masa Jahiliyah kedua suku tersebut saling bermusuhan dan berperang selama 120 tahun. Setelah mereka memeluk Islam Allah menyatukan hati mereka sehingga mereka menjadi bersaudara dan saling menyayangi. Ketika orang-orang Aus dan Khajraj sedang berkumpul dalam satu majlis, kemudian ada seorang Yahudi yang melalui mereka, lalu ia mengungkit-ungkit permusuhan dan peperangan mereka pada bani BU’ATS. Maka permusuhan diantara kedua suku tersebut mulai memanas kembali, kemarahan mulai timbul, sebagian mencerca sebagian lain dan keduanya saling mengangkat senjata, lalu ketegangan tersebut disampaikan kepada nabi shallallahu alaihi wa salam. Kemudian beliau mendatangi mereka untuk menenangkan dan melunakkan hati mereka, seraya bersabda:
“Apakah dengan panggilan-panggilan jahiliyah, sedang aku masih berada di tengah-tengah kalian?.” Lalu beliau membacakan ayat ini. Setelah itu mereka menyesal atas apa yang telah terjadi dan berdamai kembali seraya berpeluk-pelukan dan meletakan senjata masing-masing.
والله أعـلم بالصواب7 thoughts on “Tafsir Qur’an Surat Ali Imran ayat 103”
-
betul,,,,betul,,,,,
moga dgn adanya musyawarah kita bsa mngambil kputusan dgn tepat
endt…..
iman kita tetap terjaga
aaaaaaaammmmieeeennn
-
semoga Allah meridho apa yang kita cita-citakan
-
semoga kehilafahan tegak kembali. . .
-
terima kasih atas maklumat ini
-
Jamaah Muslimin dan Khilafah ‘ala Minhajin Nubuwwah wajib di tegakkan .
-
terima kasih ats artikel ini,,,
umat islam di Indonesia hrus bersatu, tapi mereka melupakn Al Qur an dan Assunnah sehingga mereka tidak tahu bagaiman caranya agar bisa Bersatu
Ali Imran ayat 103
واَعْتصِمُواْ بِحَبْلِ الله جَمِيْعًا وَلاَ تَفَـرَّقوُا وَاذْ كـُرُو نِعْمَتَ الله عَلَيْكُمْ إٍذْكُنْتُمْ أَعْـدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلـُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً وَكُنْتُمْ عَلىَ شَفاَ خُـفْرَةٍ مِنَ النَّاِر فَأَنْقـَدَكُمْ مِنْهَا كَذَالِكَ يُبَبِّنُ اللهُ لَكُمْ اَيَاتِهِ لَعَلـَّكُمْ تَهْـتَدُونَ ’{ال عـمران 103}Artinya :
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah dan janganlah kamu sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika kamu bermusuh-musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan antara hati-hati kamu maka kamu menjadi bersaudara sedangkan kamu diatas tepi jurang api neraka, maka Allah mendamaikan antara hati kamu. Demikianlah Allah menjelaskan ayat ayatnya agar kamu mendapat petunjuk”
(Q.S. Ali Imron ayat 103)
A. MAKNA LAFDZI
Maka kamu menjadi فَأَصْبَحْتُمْ
Dan berpegang teguhlah kamu sekalian وَعْتصِمُواْ
Dengan nikmat-Nya بِنِعْمَتِهِdengan tali allah بِحَبْلِ الله
Bersaudara إِخْوَاناًseraya berjama’ah جَمِيْعًا
Sedangkan kamu semua وَكُنْتُمْ
dan janganlah kamu sekalian berpecah belah وَلاَ تَفَـرَّقوُا
Di tepi jurang عَلىَ شَفاَ خُفْرَةٍdan ingatlah kamu semua وَاذْ كـُرُوا
Api Neraka مِنَ النَّاِر
Nikmat Allah نِعْمَتَ الله
Maka Allah menyelamatkan kamu dari padanya فَأَنْقـَدَكُمْ مِنْهَاAtas kamu عَلَيْكُمْ
Demikianlah Allah menjelaskan kepada kamu كَذَالِكَ يُبَبِّنُ اللهُ لَكُمْKetika kamu (dahulu) bermusuh-musuhan إٍذْكُنْتُمْ أَعْـدَاءً
Ayat-ayatnya اَيَاتِهِMaka Dia menjinakkan antara hati-hati kamu فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلـُوبِكُمْ
Agar kamu mendapat petunjuk لَعَلـَّكُمْ تَهْتَـدُونَ
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah dan janganlah kamu sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika kamu bermusuh-musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan antara hati-hati kamu maka kamu menjadi bersaudara sedangkan kamu diatas tepi jurang api neraka , maka Allah mendamaikan antara hati kamu. Demikianlah Allah menjelaskan ayat ayatnya agar kamu mendapat petunjuk”
C. PENJELASAN KALIMAT.
Yang dimaksud “tali Allah” adalah Al-Qur’an sesuai dengan hadits Harits Al A’war dari Ali yang diriwayatkan secara marfu’ tentang sifat Al-Qur’an disebutkan bahwa,
“هُوَ حَبْلُ اللهِ المَتِيْنُ وَصِرَاطُهُ الْمُسْتَقِيْمَ”
(Al-Qur’an itu adalah tali Allah yang kokoh dan jalan-Nya yang lurus. )
Dalam hadits Abdullah yang di riwatkan oleh Ibnu mardawaih, bahwasannya Rasulullah Shalallahu Alaihi wa salam bersabda:
” اِنََ هَذاَالْقُرْأَنَ هُوَ حَبْلُ اللهِ الْمَتِيْنُ وَهُوَ النُّوْرُ الْمُبِيْنُ وَهُوَ الشِّفاَءُ النَّافِعُ عِصْمَةَ لِمَنْ تَمَسَّكَ بِهِ وَنَجَاةً لِمَنِ اتَّبَعَهُ “(“Sesungguhnya Al-Qur’an adalah tali Allah yang kokoh, cahaya yang menerangi, penawar yang memberi manfaat, sebagai penjaga bagi orang yang berpegang teguh dengannya dan penyelamat bagi yang mengikutinya“)
Abu Ja’far Ath-Thobari meriwayatkan hadits ‘Athiyyah bin Abi Sa’id, bahwasannya Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda:
“كَتَبَ اللهُ هُوَ حَبْلُ اللهُ المَمْدُودُ مِنَ السَّـمَاءِ اِلَى الآَرْضِ”
(“Kitab Allah itu adalah tali Allah yang di ulurkan dari langit ke bumi “) Tafsir Ibnu Katsir I/388-389.
Menurut Ibnu Mas’ud, yang dimaksud “tali Allah” adalah Al-Jama’ah, Al-Qurthubi menyatakan, sesungguhnya Allah memerintahkan supaya bersatu padu dan melarang berpecah belah, karena perpecahan itu adalah kerusakan dan persatuan (Al-Jama’ah) itu adalah keselamatan. (Tafsir Qurthubi IV/159)
Sebagian Ulama ada yang mengatakan bahwa “tali Allah” itu adalah Dinnullah, menurut sebagian Ulama yang lain; Taat kepada Allah, Ikhlas dalam bertaubat, janji Allah. Al-Imaam Fakhrur Razi menyimpulkan bahwa seluruh penafsiran tersebut pada hakekatnya saling melengkapi, karena Al-Qur’an, janji Allah, Dinnullah, taat kepada Allah dan Al-Jama’ah dapat menyelamatkan orang yang berpegang teguh dengannya supaya tidak terjatuh kedalam dasar Neraka Jahannam, maka hal-hal tersebut dijadikan sebagai tali Allah agar mereka berpegang teguh dengannya (Tafsir Al-Kabir VIII/162-163).
- · Lafadz Jami’an جَمِيْعًا adalah sebagai “Haal” yang menjelaskan tentang cara berpegang teguh kepada tali Allah, yaitu dengan cara bersatu padu (berjama’ah) (Tafsir Abi Su’ud Juz I/66). Hal ini disesuaikan dengan :
” تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْـلِمِيْنَ وَإِمَامَهُمْ “
“Tetaplah kamu pada Jama’ah Muslimin dan Imam mereka “(Muttafaq alaih dari Hudzaifah bin Yaman)
2. Makna yang di berikan oleh para Mufasirin, diantaranya sahabat Abdullah bin Mas’ud menyebutkan bahwa yang di maksud adalah “Al-Jama’ah” (Tafsir Qurthubi Juz III/159, Tafsir Jami’ul Bayan Juz IV/21).
3. Az-Zajjaj berkata: “kalimat “Jami’an جَمِيْعًا” adalah dibaca nashob karena menjadi “haal” (Tafsir Jadul Masir juz I/433).
4. Adanya Qorinah lafdziyah, yaitu “wala tafarroqu” yang jatuh setelah kalimat “Jami’an”, Ibnu Katsir berkata bahwa yang dimaksud adalah Allah memerintahkan kepada mereka dengan berjama’ah dan melarang mereka berfirqoh-firqoh (berpecah belah) (Tafsir Ibnu Katsir juz I/189)
Tidak semua kalimat Jami’an dalam Al-Qur’an artinya bersama-sama (berjama’ah/bersatu padu), sebagaimana pula tidak semua kalimat “jami’an” berarti keseluruhan/semuanya. Sedikitnya ada empat ayat yang dalam Al-Qur’an kalimat “jami’an“ yang harus diartikan berjama’ah (bersama-sama/bersatu padu), yaitu surat Ali-Imran ayat 103, surat An-Nisa ayat 71, surat An-Nur ayat 61 dan surat Al-Hasyr ayat 14.
Yang dimaksud dengan ” وَلاَ تَفَرَّقُوْا ” (Janganlah kamu bercerai berai yaitu berpecah belah dalam agama,sebagaimana berpecah belahnya orang-orang Yahudi dan Nasrani dalam melaksanakan agama mereka). Disebutkan dalamam hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Abu Hurairoh, bahwasannya Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda:
” تَفَرَّقَتِ الْيَهُودُ عَلَى اِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً اَوِثْنَـتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَالنَّـصَارَى مِثْلُ ذَالِكَ وَتَفْـتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثِ وَسَبْـعِيْنَ فِرْقَـةً كُلَّهَا فِى النَّـارِ اِلاَّ وَاحِـدَةً وَهِيَ الجَمَاعَةُ ““Orang-orang Yahudi telah berpecah belah menjadi 71 golongan atau 72 golongan dan orang-orang Nasrani demikian juga, sedang umatku berpecah belah menjadi 73 golongan semuanya masuk neraka kecuali satu, yaitu Al-Jama’ah.”
- · Ni’mat Allah yang disebut dalam ayat ini yang terbesar adalah Islam yang mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa salam, sesungguhnya ni’mat ini dapat menghilangkan permusuhan dan perpecahan, sehingga ada kasih sayang dan persatuan.
- · Yang dimaksud “kamu berada di tepi jurang api neraka, maka Dia (Allah) menyelamatkan kamu darinya” Bahwa kaum Muslimin ketika masih berada dalam masa jahiliyah, dimana mereka saling bermusuh-musuhan dan senantiasa melakukan berbagai macam kemaksiatan, pada saat yang demikian itu mereka berada di ambang pintu neraka. Namun ketika mereka bertaubat dengan memeluk Islam dan meninggalkan perilaku-perilaku Jahiliyah, maka mereka diselamatkan dari ancaman api neraka dan dijauhkan dari pintu jahannam.
Disebutkan dalam Tafsir Al-Manar bahwa, ayat ini sebagai jalan keluar untuk memenuhi perintah Allah supaya bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa yang di sebutkan pada ayat sebelumnya dan untuk menjauhi larangan agar tidak meninggal atau mati kecuali dalam keadaan Islam. (Q.S. Ali Imran : 102). Agar perintah dan larangan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka hendaklah orang-orang yang beriman berpegang teguh (mengamalkan) Al-Qur’an dengan berjama’ah (bersatu padu) (Tafsir Al-Qur’anul Hakim juz III/19).
Dalam ayat ini Allah subhanahu wata’ala mewajibkan supaya berpegang teguh kepada Qur’an dan Sunnah nabi-Nya dan agar menyelesaikan permasalahanya berdasarkan keduanya. Allah juga memerintahkan agar berjama’ah dalam mengamalkan islam, sebab dengan cara damikian maka akan ada kesepakatan dan kesatuan yang merupakan syarat utama bagi kebaikan dunia dan agama. (Tafsir Al-Qurthubi juz IV/163).
Ayat ini melarang berpecah belah (berkelompok-kelompok) dalam agama, sebagaimana berpecah-belahnya ahli kitab atau orang-orang jahiliyah yang lain. Ayat ini juga melarang melaksanakan segala sesuatu yang dapat menimbulkan perpecahan dan menghilangkan persatuan. (Tafsir Abi Su’ud juz I/66)
Ibnu Katsir menyebutkan bahwa ayat ini mengisahkan tentang keadaan suku Aus dan Khajraj. Pada masa Jahiliyah kedua suku tersebut saling bermusuhan dan berperang selama 120 tahun. Setelah mereka memeluk Islam Allah menyatukan hati mereka sehingga mereka menjadi bersaudara dan saling menyayangi. Ketika orang-orang Aus dan Khajraj sedang berkumpul dalam satu majlis, kemudian ada seorang Yahudi yang melalui mereka, lalu ia mengungkit-ungkit permusuhan dan peperangan mereka pada bani BU’ATS. Maka permusuhan diantara kedua suku tersebut mulai memanas kembali, kemarahan mulai timbul, sebagian mencerca sebagian lain dan keduanya saling mengangkat senjata, lalu ketegangan tersebut disampaikan kepada nabi shallallahu alaihi wa salam. Kemudian beliau mendatangi mereka untuk menenangkan dan melunakkan hati mereka, seraya bersabda:
“Apakah dengan panggilan-panggilan jahiliyah, sedang aku masih berada di tengah-tengah kalian?.” Lalu beliau membacakan ayat ini. Setelah itu mereka menyesal atas apa yang telah terjadi dan berdamai kembali seraya berpeluk-pelukan dan meletakan senjata masing-masing.
والله أعـلم بالصواب7 thoughts on “Tafsir Qur’an Surat Ali Imran ayat 103”
-
betul,,,,betul,,,,,
moga dgn adanya musyawarah kita bsa mngambil kputusan dgn tepat
endt…..
iman kita tetap terjaga
aaaaaaaammmmieeeennn
-
semoga Allah meridho apa yang kita cita-citakan
-
semoga kehilafahan tegak kembali. . .
-
terima kasih atas maklumat ini
-
Jamaah Muslimin dan Khilafah ‘ala Minhajin Nubuwwah wajib di tegakkan .
-
terima kasih ats artikel ini,,,
umat islam di Indonesia hrus bersatu, tapi mereka melupakn Al Qur an dan Assunnah sehingga mereka tidak tahu bagaiman caranya agar bisa Bersatu
Berikan Balasan
B. MAKNA GLOBAL
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah dan janganlah kamu sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika kamu bermusuh-musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan antara hati-hati kamu maka kamu menjadi bersaudara sedangkan kamu diatas tepi jurang api neraka , maka Allah mendamaikan antara hati kamu. Demikianlah Allah menjelaskan ayat ayatnya agar kamu mendapat petunjuk”
C. PENJELASAN KALIMAT.
Yang dimaksud “tali Allah” adalah Al-Qur’an sesuai dengan hadits Harits Al A’war dari Ali yang diriwayatkan secara marfu’ tentang sifat Al-Qur’an disebutkan bahwa,
“هُوَ حَبْلُ اللهِ المَتِيْنُ وَصِرَاطُهُ الْمُسْتَقِيْمَ”
(Al-Qur’an itu adalah tali Allah yang kokoh dan jalan-Nya yang lurus. )
Dalam hadits Abdullah yang di riwatkan oleh Ibnu mardawaih, bahwasannya Rasulullah Shalallahu Alaihi wa salam bersabda:
” اِنََ هَذاَالْقُرْأَنَ هُوَ حَبْلُ اللهِ الْمَتِيْنُ وَهُوَ النُّوْرُ الْمُبِيْنُ وَهُوَ الشِّفاَءُ النَّافِعُ عِصْمَةَ لِمَنْ تَمَسَّكَ بِهِ وَنَجَاةً لِمَنِ اتَّبَعَهُ “(“Sesungguhnya Al-Qur’an adalah tali Allah yang kokoh, cahaya yang menerangi, penawar yang memberi manfaat, sebagai penjaga bagi orang yang berpegang teguh dengannya dan penyelamat bagi yang mengikutinya“)
Abu Ja’far Ath-Thobari meriwayatkan hadits ‘Athiyyah bin Abi Sa’id, bahwasannya Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda:
“كَتَبَ اللهُ هُوَ حَبْلُ اللهُ المَمْدُودُ مِنَ السَّـمَاءِ اِلَى الآَرْضِ”
(“Kitab Allah itu adalah tali Allah yang di ulurkan dari langit ke bumi “) Tafsir Ibnu Katsir I/388-389.
Menurut Ibnu Mas’ud, yang dimaksud “tali Allah” adalah Al-Jama’ah, Al-Qurthubi menyatakan, sesungguhnya Allah memerintahkan supaya bersatu padu dan melarang berpecah belah, karena perpecahan itu adalah kerusakan dan persatuan (Al-Jama’ah) itu adalah keselamatan. (Tafsir Qurthubi IV/159)
Sebagian Ulama ada yang mengatakan bahwa “tali Allah” itu adalah Dinnullah, menurut sebagian Ulama yang lain; Taat kepada Allah, Ikhlas dalam bertaubat, janji Allah. Al-Imaam Fakhrur Razi menyimpulkan bahwa seluruh penafsiran tersebut pada hakekatnya saling melengkapi, karena Al-Qur’an, janji Allah, Dinnullah, taat kepada Allah dan Al-Jama’ah dapat menyelamatkan orang yang berpegang teguh dengannya supaya tidak terjatuh kedalam dasar Neraka Jahannam, maka hal-hal tersebut dijadikan sebagai tali Allah agar mereka berpegang teguh dengannya (Tafsir Al-Kabir VIII/162-163).
- · Lafadz Jami’an جَمِيْعًا adalah sebagai “Haal” yang menjelaskan tentang cara berpegang teguh kepada tali Allah, yaitu dengan cara bersatu padu (berjama’ah) (Tafsir Abi Su’ud Juz I/66). Hal ini disesuaikan dengan :
” تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْـلِمِيْنَ وَإِمَامَهُمْ “
“Tetaplah kamu pada Jama’ah Muslimin dan Imam mereka “(Muttafaq alaih dari Hudzaifah bin Yaman)
2. Makna yang di berikan oleh para Mufasirin, diantaranya sahabat Abdullah bin Mas’ud menyebutkan bahwa yang di maksud adalah “Al-Jama’ah” (Tafsir Qurthubi Juz III/159, Tafsir Jami’ul Bayan Juz IV/21).
3. Az-Zajjaj berkata: “kalimat “Jami’an جَمِيْعًا” adalah dibaca nashob karena menjadi “haal” (Tafsir Jadul Masir juz I/433).
4. Adanya Qorinah lafdziyah, yaitu “wala tafarroqu” yang jatuh setelah kalimat “Jami’an”, Ibnu Katsir berkata bahwa yang dimaksud adalah Allah memerintahkan kepada mereka dengan berjama’ah dan melarang mereka berfirqoh-firqoh (berpecah belah) (Tafsir Ibnu Katsir juz I/189)
Tidak semua kalimat Jami’an dalam Al-Qur’an artinya bersama-sama (berjama’ah/bersatu padu), sebagaimana pula tidak semua kalimat “jami’an” berarti keseluruhan/semuanya. Sedikitnya ada empat ayat yang dalam Al-Qur’an kalimat “jami’an“ yang harus diartikan berjama’ah (bersama-sama/bersatu padu), yaitu surat Ali-Imran ayat 103, surat An-Nisa ayat 71, surat An-Nur ayat 61 dan surat Al-Hasyr ayat 14.
Yang dimaksud dengan ” وَلاَ تَفَرَّقُوْا ” (Janganlah kamu bercerai berai yaitu berpecah belah dalam agama,sebagaimana berpecah belahnya orang-orang Yahudi dan Nasrani dalam melaksanakan agama mereka). Disebutkan dalamam hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Abu Hurairoh, bahwasannya Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda:
” تَفَرَّقَتِ الْيَهُودُ عَلَى اِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً اَوِثْنَـتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَالنَّـصَارَى مِثْلُ ذَالِكَ وَتَفْـتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثِ وَسَبْـعِيْنَ فِرْقَـةً كُلَّهَا فِى النَّـارِ اِلاَّ وَاحِـدَةً وَهِيَ الجَمَاعَةُ “
- · Ni’mat Allah yang disebut dalam ayat ini yang terbesar adalah Islam yang mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa salam, sesungguhnya ni’mat ini dapat menghilangkan permusuhan dan perpecahan, sehingga ada kasih sayang dan persatuan.
- · Yang dimaksud “kamu berada di tepi jurang api neraka, maka Dia (Allah) menyelamatkan kamu darinya” Bahwa kaum Muslimin ketika masih berada dalam masa jahiliyah, dimana mereka saling bermusuh-musuhan dan senantiasa melakukan berbagai macam kemaksiatan, pada saat yang demikian itu mereka berada di ambang pintu neraka. Namun ketika mereka bertaubat dengan memeluk Islam dan meninggalkan perilaku-perilaku Jahiliyah, maka mereka diselamatkan dari ancaman api neraka dan dijauhkan dari pintu jahannam.
D. KANDUNGAN AYAT.
Disebutkan dalam Tafsir Al-Manar bahwa, ayat ini sebagai jalan keluar untuk memenuhi perintah Allah supaya bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa yang di sebutkan pada ayat sebelumnya dan untuk menjauhi larangan agar tidak meninggal atau mati kecuali dalam keadaan Islam. (Q.S. Ali Imran : 102). Agar perintah dan larangan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka hendaklah orang-orang yang beriman berpegang teguh (mengamalkan) Al-Qur’an dengan berjama’ah (bersatu padu) (Tafsir Al-Qur’anul Hakim juz III/19).
Dalam ayat ini Allah subhanahu wata’ala mewajibkan supaya berpegang teguh kepada Qur’an dan Sunnah nabi-Nya dan agar menyelesaikan permasalahanya berdasarkan keduanya. Allah juga memerintahkan agar berjama’ah dalam mengamalkan islam, sebab dengan cara damikian maka akan ada kesepakatan dan kesatuan yang merupakan syarat utama bagi kebaikan dunia dan agama. (Tafsir Al-Qurthubi juz IV/163).
Ayat ini melarang berpecah belah (berkelompok-kelompok) dalam agama, sebagaimana berpecah-belahnya ahli kitab atau orang-orang jahiliyah yang lain. Ayat ini juga melarang melaksanakan segala sesuatu yang dapat menimbulkan perpecahan dan menghilangkan persatuan. (Tafsir Abi Su’ud juz I/66)
Ibnu Katsir menyebutkan bahwa ayat ini mengisahkan tentang keadaan suku Aus dan Khajraj. Pada masa Jahiliyah kedua suku tersebut saling bermusuhan dan berperang selama 120 tahun. Setelah mereka memeluk Islam Allah menyatukan hati mereka sehingga mereka menjadi bersaudara dan saling menyayangi. Ketika orang-orang Aus dan Khajraj sedang berkumpul dalam satu majlis, kemudian ada seorang Yahudi yang melalui mereka, lalu ia mengungkit-ungkit permusuhan dan peperangan mereka pada bani BU’ATS. Maka permusuhan diantara kedua suku tersebut mulai memanas kembali, kemarahan mulai timbul, sebagian mencerca sebagian lain dan keduanya saling mengangkat senjata, lalu ketegangan tersebut disampaikan kepada nabi shallallahu alaihi wa salam. Kemudian beliau mendatangi mereka untuk menenangkan dan melunakkan hati mereka, seraya bersabda:
“Apakah dengan panggilan-panggilan jahiliyah, sedang aku masih berada di tengah-tengah kalian?.” Lalu beliau membacakan ayat ini. Setelah itu mereka menyesal atas apa yang telah terjadi dan berdamai kembali seraya berpeluk-pelukan dan meletakan senjata masing-masing.
والله أعـلم بالصواب7 thoughts on “Tafsir Qur’an Surat Ali Imran ayat 103”
-
betul,,,,betul,,,,,
moga dgn adanya musyawarah kita bsa mngambil kputusan dgn tepat
endt…..
iman kita tetap terjaga
aaaaaaaammmmieeeennn
-
semoga Allah meridho apa yang kita cita-citakan
-
semoga kehilafahan tegak kembali. . .
-
terima kasih atas maklumat ini
-
Jamaah Muslimin dan Khilafah ‘ala Minhajin Nubuwwah wajib di tegakkan .
-
terima kasih ats artikel ini,,,
umat islam di Indonesia hrus bersatu, tapi mereka melupakn Al Qur an dan Assunnah sehingga mereka tidak tahu bagaiman caranya agar bisa Bersatu
Sayyidina Abu Bakar masuk surga ataukah neraka, emang ada hubungannya juga dengan anda? Pertanyaanya ada sangat tidak relevan dan cenderung suka ngeles seperti wahhabi/salafi. Kecuali anda memposting hal yang sama website salafy/wahhabi seperti hakekat.com, maka anda masih bisa dianggap fair.
Apa yang dilakukan saudara secondprince sangat bermaanfaat karena membuat kita tahu bahwa julukan AsShiddiq buat Syd AbuBakar adalah julukan dari para sahabat.
Dan Cukuplah Imam Ali yang berhak menyandang gelar Shiddiq Akbar, Faruq Akbar dan Syahid Akbar. Tidak yang mengucapkan sebelum dan sesudahnya kecuali pembohong.
Jawablah/sanggahlah dengan ilmu yg anda ketahui, terhadap apa yg disampaikan secondprince sehingga diskusi ini akan lebih bermanfaat.
Anas bin Malik Radhiallahu Anhu berkata bahwa Nabi Salallahu Alaihi Wasalam
pernah naik ke bukit Uhud dan bersama beliau ada Abu Bakar Radhiallahu Anhu,
‘Umar Radhiallahu Anhu dan ‘Utsman Radhiallahu Anhu. Tiba-tiba bukit Uhud
bergetar, maka beliau meng-hentakkan kakinya seraya berkata,
hadis pertama soal bukit uhud sudah dibahas kalau itu tidak dikhususkan buat Abu Bakar tetapi juga untuk Imam Ali karena keduanya layak disebut Ash Shiddiq dan memang berada bersama Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] di Uhud, dan maaf tidak ada sisi hujjah-nya untuk mengaitkan hadis tersebut dengan peristiwa isra’.
hadis kedua juga tidak ada dalil yang menguatkan hujjah shiddiq atau penamaan Ash Shiddiq. Hadis tersebut menyatakan Abu Bakar membenarkan Nabi [shallallahu ‘alaihai wasallam] tetapi tidak ada penamaan gelar Ash Shiddiq :)
kt anda:
Cukup dua hadits shahih ini sebagai dalil bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang mensifati Abu Bakar sebagai Ash-Shiddiq dan kemudian diikuti oleh sahabat yang lain:
kt sy:
cukup sdh anda me maksa2 kan hadits spy sesuai dgn selera n kehendak anda
Intinya dari dua hadits tersebut dapat diketahui bahwa memang Nabi shalallahu ‘alaihi wassallam sendiri yang mensifati Abu Bakar dengan sifat Shiddiq, sedang mengenai peristiwa Isra’ adalah sebagai salah satu contoh kongkrit implementasi sifat Shiddiq dari Abu Bakar yang masyhur.
Bahkan bisa jadi gelar Ash Shiddiq (yang Membenarkan) pada Abu Bakr masyhur karena sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam pada hadits yang kedua tersebut, teks lengkapnya:
“Sesungguhnya Allah mengutusku kepada kalian. Maka kalian berkata (kepadaku): “Engkau dusta!” tapi Abu Bakar mengatakan: “Engkau benar!” Dan ia mendukungku dengan jiwa dan hartanya. Lalu apakah kalian hendak meninggalkan sahabatku itu?” beliau mengucapkan ucapan itu dua kali. Maka tidak ada yang berani mengganggu Abu Bakar setelah itu.” (HR Bukhari)
Mengenai sifat Shiddiq pada Imam Ali ra dan sahabat yang lain saya pun tidak menolaknya karena beliau pun juga membenarkan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam. tetapi yang dipuji Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa sallam dalam berbagai riwayat adalah Abu Bakar ra sehingga gelar ini masyhur di kalangan para sahabat sehingga ini adalah keutamaan Abu Bakar ra dibandingkan sahabat yang lainnya.
argument mantaaap
Sesungguhnya Allah mengutusku kepada kalian. Maka kalian berkata (kepadaku): “Engkau dusta!” tapi Abu Bakar mengatakan: “Engkau benar!” Dan ia mendukungku dengan jiwa dan hartanya.” (HR. Bukhari, Fathul Bari 7/366. Lihat Sirah Shahihah 1/134 karya D. Akram Dhiaul Umari)
————————————————————
Klu bisa dibawai aja riwayat yg lebih panjang, terlalu simple sehingga pembaca tdk mengetahui dan menyebabkan multi tafsir : yang saya tdk pahami
1. saat kapan peristiwa tsb tejadi.
2. Bagaimana sanadnya..
3. Secara logika jangankan abu bakar mas aja klu mendengarkan Alqur’an pasti membenarkannya tapi tdk serta merta diberi gelar AshShiddiq, Apalagi merupakan salah satu sifat kenabian tentu hal-hal khusus sehingga sesorang diberi gelar tsb.
Kalau menganalisa riwayat2 tsb sih banyak yang ragu atau masih mikir-mikir, tetapi Abu Bakar membenarkan tanpa mikir2 dulu :) Anda sendiri mengatkan kedudukannya Hasan Lighairihi.
Masalahnya yang disebut di sini adalah Abu Bakar mas bukan Imam Ali. Apalagi beliau mengatakan hal tersebut untuk menunjukkan/menegaskan keutamaan Abu Bakar dihadapan sahabat-sahabat yang lain, dan sahabat yang lain-pun akhirnya tidak ada yang berani mengganggu Abu Bakar setelah itu. Maka bisa dimengerti bahwa keutamaan/nilai plus/ strong character yg dimiliki Abu Bakar dibandingkan sahabat yg lain adalah beliau selalu membenarkan Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam (Ash Shiddiq). Bukan berarti sahabat yang lain tidak memiliki sifat shiddiq, tetapi sifat Shiddiq Abu Bakar-lah yang paling berkesan pada diri Nabi, sehingga beliau bersabda seperti itu.
Saya tidak menafikan hal tersebut, tetapi kenyataannya yang paling berkesan pada Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits yang shahih adalah sifat shiddiq Abu Bakar. Dan ini adalah keutamaan beliau dibandingkan sahabat yang lain.
Kemasyhuran sifat Shiddiq pada Abu Bakar ra karena memang sifat tersebut menonjol dan diekspose oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam sendiri. Dan ini adalah sifat yang unik yang layak disematkan untuk Abu Bakar ra, tentunya karena hal tersebut diekspose oleh Nabi dengan begitu jelas. Jadi tidak ada yang perlu diherankan jika gelar Ash -Shiddiq begitu masyhur di kalangan sahabat dan generasi berikutnya. Dan saya kira pada tempatnya jika hal tersebut menjadi keutamaan Abu Bakar di atas yang lain termasuk Imam Ali. Lha Imam Ali sendiri mengakui bahwa Abu Bakar adalah yang terbaik setelah Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam. Sedangkan mengapa gelar syahid tidak Masyhur untuk Umar, Utsman, Ali ra dll? ya mudah saja, karena yang syahid lebih dari satu. Dan sahabat2 tersebut punya gelar yang masyhur sendiri2.
Maaf kalian yang dimaksud disini jelas tidak termasuk Imam Ali, karena Imam Ali dari awal mula Nabi SAW menyampaikan agama islam tidak pernah mengatakan kepada Rasulullah SAW dengan perkataan “Engkau dusta”. Imam Ali itu lebih dahulu membenarkan Nabi SAW, mengapa di hadis ini tidak disebut lha karena hadis ini kan sedang membicarakan peristiwa diganggunya Abu Bakar bukannya Imam Ali.
Abu bakar as shiddiq
Imam ali as shiddiq al akbar.
Umar al faruq
Imam ali al faruq al akbar.
Utsman as syahid
Imam ali as syahid al akbar.
Kenapa imam ali tidak masyhur dengan gelar2 demikian,padahal imam ali lebih shiddiq,faruq dan syahid daripada abu bakar,umar dan utsman??
karena imam ali telah memperoleh gelar yang jauh lebih mulia daripada as shiddiq,al faruq atau as syahid..imam ali memperoleh gelar dalam kisa’ sebagai ahlil bait Rosulullah,suami dari sayyidah fatimah al zahra,ayah dhohir dari sayyidina hasan dan sayyidina husain..
insya Allah kita tidak perlu ribut-ribut apalagi melibatkan emosi. Beda pendapat itu wajar wajar saja.
ini termasuk pandangan kami :)
kami belum menemukan dalil yang kuat soal gelar al faruq bagi Umar
Utsman dan Imam Ali memang termasuk syahid
Tidak ada masalah dengan ini :)
Anda memang cerdas. Semakin anda menjawab, semakin tampak kecerdasan anda. Sebaliknya, @soktahubanget benar-benar pembual. Semakin @soktahubanget bicara, semakin jelas kepembualanya…
Benarlah pepatah yang mengatakan : “Jika ingin pintar berdebat, jadilah syiah walaupun sedikit”. Saya percaya @secondprince tidak syiah tapi karena mencintai dan mengikuti Imam Ali (dan akhirnya sering dituduh menjadi syiah), maka secondprice jadi pandai berdialektika.
Saya mengamati, hampir semua orang syiah atau simpatisannya, sangat pandai berdialektika. kebalikannya, semua orang salafy dari ulama-nya sampai pengikutnya, sangat memalukan dalam berdialektika ..
Hal udah jelas masi aja di ributkan..
Abu bakar as shiddiq
Imam ali as shiddiq al akbar.
Umar al faruq
Imam ali al faruq al akbar.
Utsman as syahid
Imam ali as syahid al akbar.
kayaknya saya pernah lihat komentar ini di sini :
https://secondprince.wordpress.com/2011/01/11/pembahasan-hadis-%E2%80%9Cash-shiddiq%E2%80%9D-dan-%E2%80%9Cbintu-ash-shiddiq%E2%80%9D/#comment-16361
Apa alaydrouz sama dengan Wahabi kam***. :D
bukan. saya bukan alaydrouz. Tapi informasi yang saya sebutkan atau alaydouz sebutkan, adalah informasi yang sangat umum. jadi tidak usah heran, jika ada kesamaan.
BTW, apa yang secondprince bahas dalam blog ini dan semua usaha kerasnya untuk membagi ilmu kepada kita semua, hanyalah menguatkan sinyalemen yang telah diucapkan oleh Imam Hambali beberapa abad silam : “Tidak ada seorang pun di antara para Sahabat yang memiliki fadha’il (keutamaan) dengan sanad-sanadnya yang shahih seperti Ali bin Abi Thalib”.
Secondprince juga sekali lagi menguatkan ucapan Imam Hambali kepada anaknya mengenai Imam Ali : “Anakku, Imam Ali adalah ahlul bait nabi. Dan tidak seorang pun yang dapat dibandingkan dengan dia dalam hal keutamaan”.
Secondprince “hanya” mengulangi ucapan Imam Hambali, bahwa semua keutamaan Imam Ali sampai kepada kita dengan jalan yang sahih sanadnya. Dan hal itu, tidak berlaku untuk semua sahabat selain-nya.
Secondprince “hanya” membuktikan ucapan Imam Hambali bahwa sahabat yang paling utama disisi Rasulullah adalah Imam Ali dan tidak selainnya.
Kalaupun ada keutamaan sahabat lainnya, itu pun tidak bisa dijadikan hujjah untuk membuktikan bahwa keutamaan sahabat tersebut melebihi keutamaan Imam Ali. Hanya prasangka baik dan logika samata maka kita mengakui bahwa sahabat lainnya -selain Imam Ali-, memiliki keutamaan.
Terima kasih secondprince.
oh ya, saya sekalian minta maaf atas kelancangan saya dalam mengcopy paste percakapan anda dalam diskusi tanpa saya edit(cuma perkecil tulisan biar hemat)… itu saya bagikan kepada teman2 saya (saya seorang suni pencari kebenaran dan akan terus mencari)
jika anda mengizinkan, saya akan terus memperhatikan diskusi2 anda, dan menyebarluaskannya
terimakasih
jangan sampai qt berlebihan memuja-muja sahabat rosul melebihi cinta kita kepada allah.
bukankah kita diciptakan dibumi ini hanya untuk menyembah allah.
Salam, bagaimana pula dengan atsar di bawah?
[Mu’jam Al Kabir 1/55 no 14]
Salam,
bagaimana pula dengan atsar di bawah?
[Mu’jam Al Kabir 1/55 no 14]
Maaf hadis itu sudah dibahas sebelumnya disini
https://secondprince.wordpress.com/2010/06/12/hadis-dhaif-gelar-ash-shiddiq-turun-dari-langit-bagi-abu-bakar/
ya..lagi kelmarin saya sudah menemuinya di link itu. Terima kasih atas responnya.
Salam Damai.
Sepertinya sang penulis bukanlah sang pemikir,, ђa̲̅ήγ̥ą sekedar “merasa bahwa dirinya tlah berfiikir..
APA yang tlah anda pikir??
Tak ada satupun tulisan anda yang Orisinil..
Narsis, sih boleh2 śªjªªª,, τåpi mengaku sebagai pemikir kemudian tak ada bukti,, tak ada hasil,, yaaa.. Gåќ ada beda dengan pendusta.. Omong besar,, pembuaL,, SOTOYYYY… Hahaha
Pertanyaannya, bila benarlah ucapan Abu Bakar, maka Rosul telah melawan Firman-Nya, yaitu :”Selamatkan dirimu dan Keluargamu dari API NERAKA”, karena Rosul menyampaikan Hadistnya lebih dahulu ke Sahabatnya dari pada Keluarganya sendiri, mungkinkah secara akal waras, Nabi melakukan penyimpangan (Aku berlindung dari Murka-Nya, atas tuduhan ini), bila tidak maka satu-satunya TERDAKWA adalah ABU Bakar sendiri, karena ucapannya hany keluar dari mulutnya sendiri, dan anehnya yang dijamin oleh Penguasa Alam Semesta ini via Al Azhab 33, hanyalah Keluarga Rosul, karena ini terkait kepada Long Term Strategy Dakwah Islamiyah, harus berlaku sampai Yaumul Kiamah, maka sebagai KRITERIA PEWARIS NABI, harus memenuhi :
1. Al Baqarah 124 & Lukman 13, dan As-Nisa 59 (Allah Mahakudus, Muhammad Maksum, demikian juga ULIL AMRI MINKUM harus MAKSUM —-Tidak mungkin degradasi, krn tidak ILMIAH).
V. Al Baqarah [2]:124,
Renungkan isinya :” Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang dzalim”.”
a) Al Baqarah 124, ini adalah Kriteria Pemimpin atau Ulil Amri Minkum yang telah Allah Swt tetapkan dan tentunya haram untuk dilanggar, karena itu sama saja melawan PerintahNya.
b) Hadist Rosulullah (Informasi dari Tuhan Alam Semesta), yang telah menetapkan Kriteria Pengganti Rosulullah Saw, yaitu :
Abdullah bin Mas’ud, meriwayatkan dari Nabi SAW bahwasanya beliau bersabda : “Allah berkata kepada Ibrahim,’ Aku tidak memberikan JanjiKu (Imamah) kepada turunanmu yang zalim.’ Ibrahim berkata : Siapakah orang – orang yang zalim yang JanjiMu tidak meliputi keturunanku?’, Allah berfirman; ‘ Siapa saja yang bersujud di hadapan berhala, berarti meninggalkanKu dan Aku tidak mengangkatnya sebagai seorang Imam”. Tafsir NURUL QUR’AN, Jilid 1, QS [2]:[124], Hal. 333 (Jilid 1 s/d 20)
c) Mari kita perhatikan bilangan pada Surat [2], jelas yang dimaksud adalah :
1. Nabi Muhammad Saw, dan pelanjutnya yaitu :
2. Imam Ali bin Abi Thalib, al Murthado as, kenapa karena beliau as diasuh oleh Nabi Saw, sejak berumur 10 tahun, dan beliau selalu mengikutinya kemanapun beliau saw pergi, dan beliau berunjar “Dirinya as précis kaya anak itik mengikuti induknya”, beliau sebagai sepupunya dan juga sekaligus setelah dewasa, beliau as diikat oleh Rosul Saw, diikat sebagai saudaranya, ketika para sahabat Anshar dan Muhajirin dipasangkan satu sama lainnya sebagai saudara, dan pasangan Ali as adalah Nabi Saw itu sendiri sebagai saudaranya, juga beliau as, dipersandingkan dengan putrinya, setelah menolok pinangan sahabat lainnya keatas putrinya dan beliau Saw, hanya setuju putrinya dipinang oleh Ali bin Abi Thalib dan beliau as sedetikpun tak pernah menyembah berhala, maka tentunya criteria yang diungkapkan oleh QS [2]:[124], hanya cocok satu-satunya kepada Ali bin Abi Thalib tidak untuk selainnya.
d) Mari kita perhatikan bilangan pada Ayatnya [124] :
[124]=1+2+4=7, bilangan ini akan menghasilkan suatu hal yang sangat mengagumkan, karena pada akhirnya akan menghasilkan angka 14, bahwa benarlah mereka itu maksum, dan memang yang telah Allah Swt tetapkan sebagai Pengawal RisalahNya, sampai Yaumul Kiamah yang tidak boleh terkontaminasi oleh nafsu egonya, mari kita buktikan :
1. Maksumim dengan nama awalnya Muhammad ada 4
2. Maksumim dengan nama awalnya Al ada 4
3. Maksumim dengan nama awalnya Hasan ada 2
4. Maksumim dengan nama awalnya Husein ada 1
5. Maksumim dengan nama awalnya Ja’far Shodik ada 1
6. Maksumim dengan nama awalnya Musa al Kazim ada 1
7. Maksumim lainnya, Fatimah az Zahra ada 1
Jumlah total semuanya ada 14
Maka apabila kita jumlahkan, totalnya ada = 14, bukankah ini sesuatu yang mengherankan, adakah ini kebetulan, atau memang cantiknya Allah Swt dalam membuat suatu Program yang tak mungkin manusia bisa mengelabuhinya.
Untuk mendukung hal tsb diatas, maka akan dikutip dari Mizanul Hikmah Jilid 3, BAB 282, dari halaman 235 s/d 236, KEMAKSUMAM, No. 4284, 4285, 4286, 4287, yaitu :
1. “ Imam Ali as, ‘ Siapa yang telah dibekali dengan kemaksuman maka dia akan aman dari segala bentuk kesalahan (ketergelinciran)’ (No. 4284) ”
2. “ Imam Ali Zainal Abidin as, Para Imam di antara kami tidaklah menjadi Imam kecuali dalam keadaan maksum. Namun bukanlah kemaksumam itu dalam segi lahiriah penciptaan sehingga dapat dikenal (oleh setiap orang dengan mata mereka). Katanya, imam itu haruslah ditunjuk dengan Nas’. Perawi bertanya, “ Wahai putra Rosulullah ! Kalau begitu, apa arti KEMAKSUMAN itu?’. ‘ Yakni yang berpegang teguh dengan tali Allah, yaitu al-Qur’an. Karenanya, keduanya tidak akan terpisah hingga Hari Kiamat. Imam menunjukkan kepada al-Qur’an dan begitu pula sebaliknya al Qur”an menunjukkan kepada Imam, sebagaimana firman-Allah Swt, Sesungguhnya al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada yang lurus’. (No. 4285)”.
3. “ Imam Ja’far Shadiq as saat ditanya oleh salah seorang muridnya., Hisyam tentang makna MAKSUM, beliau menjawabnya , “ Orang yang MAKSUM adalah orang yang mencegah dirinya karena Allah untuk melakukan segala hal yang dilarang oleh-Nya. Allah Swt berfirman, Siapa yang berpegang –teguh dengan Allah maka dia telah mendapatkan petrunjuk kejalan yang lurus. ”(No. 4286).
4. “ Rasulullah saw, “ Sesungguhnya, Allah Swt melindungi (menjaga) orang yang mentaati-Nya dan tidak melindungi orang yang melanggar-Nya ”( No. 4287).
5. Kutipan dari Tafsir Nurul Qur’an jilid XVII, hal 687. Oleh Allamah Kamal Faqih Imani, Kehadiran “IMAM MAKSUM as.”berfungsi sebagai kriteria untuk pengujian KEBENARAN dan KEPALSUAN. Bersamanya individu dan masyarakat dapat menyebabkan pemahaman terhadap KEBENARAN dan menemukan bimbingan.
e) Mari kita perhatikan bilangan pada Surat & Ayatnya [2][124] :
Apa yang terjadi bila kedua bilangan ini dijumlahkan,
[2][124] = 2+1+2+4=9, karena antara Al Baqarah 124, terikat dengan Lukman 13. Angka ini akan dijumlahkan dengan yang diurai pada Surat & Ayat di Lukman.
1. 4 huruf Arab untuk nama Allah, dan 4 huruf Arab untuk nama Muhammad, atau. Merupakan penjelasan tentang ;
2. 4 Ulil Amri Minkum nama awalnya Muhammad dan 4 Ulil Amri Minkum nama awalnya Ali.
e) Perhatikan Bilangan [13], dan bilangan [13] ini, dimaksudkan
– Secara kepercayaan umum adalah angka SIAL.
– Bila digandengkan dengan bilangan [31], menjadi [31][13], lihat klausul VI.b, dapat digambarkan dalam Segitiga “ MIRROR IMAGE”.
– Ini sudah sesuai dengan Firman-Nya (QS.[91]:[8]) : “ Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan ( KEFASIKAN dan KETAKWAANnya).”
– Pada Kitab Mizanul Hikmah Jilid 3, No. 4224 & 4226, halaman 211, yaitu :
1. “ Imam Zainal Abidin as, ‘ Kepatuhan pada para pemimpin (Wali Amr) adalah Kemuliaan Yang Sempurna’ . (No. 4226)”
2. “ Allah Swt. Mewahyukan kepada Nabi Daud as, ‘ Wahai Daud! Aku meletakkan kemuliaan itu pada ketaatan [pada-Ku, namun mereka (manusia) mencarinya dengan berbakti pada raja (zalim) maka mereka tak mendapatkannya (No. 4226) *)’ .”
Note : *) Ini yang dilakukan sebagian besar Umat Islam, yang lebih condong untuk membela Kebenaran yang ada atau diwariskan dari Islam Bani Umayah – Bani Abasiyah. Maka dalam setiap diskusi aku katakan mereka itu adalah orang-orang yang terkena NARKOBA (NAra sumbeR KOtor BA-ni umayah & bani abasayiah), yang sudah akut sejak 1371 tahun Hijriyah yang lalu.
Dalam Segitiga Putih yang Puncaknya menjelang ketas dan nembus Arasy,
akan terisi dengan susunan sebagai berikut :
1. Ali bin Abi Thalib.
2. Hasan bin Ali bin Abi Thalib as.
3. Husein bin Ali bin Abi Thalib as.
1 – terletak pada garis dasar Segitiga, yang tertancap di permukaan bumi.
Dalam Segitiga Hitam sebagai Mirror Image segitiga diatas, puncaknya ke dasar kerak bumi, dengan bangunan yang terisi oleh.
1 – terletak dibawah garis dasar segitiga (under surface of the earth), dengan susunan dari 1 s/d 3, dimana 1 dimulai dari sisi puncaknya, maka dapat tertulis menjadi.
1
3. Khalifah C bin Pulan.
2. Khalifah B bin Pulan.
1. Khalifah A bin Pulan.
Mudah-mudahan yang membaca tulisan ini bisa memahaminya.
Untuk Para Mukmin Sejati, mudah-mudahan bisa memahaminya.
Salam
Abu Haladi
Mendhoifkan seluruh perawi dari Aisyah, syiah cemburu dengan Sayyidah Aisyah :v
JADI TENTANG ASHSHIDDIQ.. TERNYATA BUKAN HANYA KEPADA ABU BAKAR.. TETAPI JUGA KEPADA SYD ALI.. YG SHIDDIQ AKBAR..
MASYAA ALLAH.. DAN ARGUMEN KIYAI SP SANGAT KOMPREHENSIF DAN TERANG.. SERTA DALIL2 YG PAS.. DENGAN SETIAP MASALAH DAN TAFSI2NYA YG SANGAT MASUK AKAL SECARA SEHAT.. DAN TIDAK.. MEMBUAT REKAYASA.. FAHAMAN YG MASIH SANAR.. TETAPI TEGAS DAN JELAS..
ADAPUN YG MSH MEMBANTAHNYA.. KRN MUNGKIN SBG AHLI.. ILMU MASIH JG PENASARAN DENGAN GAMBARAN FAHAMAN YG SELAMA INI MEMANG DMK MASYHUR DIKALANGAN AWAM..
SEMOGA KEBENARAN ADALAH KEBENARAN.. DAN BUKAN UTK TUJUAN LAENNYA..
TERIMAKASIH BP SP..YG SUNGGUH LUAS..DAN REFENSI YG VALID..DAN ILMUNYA LUAR BIASA..