Minggu, 18 November 2018

Aktay juga menyayangkan sikap Saudi yang dianggapnya telah mengeksekusi Khashoggi tanpa sebuah kejahatan. Sebab, yang dilakukannya hanyalah menentang kerajaan tanpa ada menggerakan pemberontakan. Jamal juga keberatan dengan cara Saudi yang melakukan sejumlah penangkapan dalam campur tangannya soal Yaman. Meski awalnya ia mendukung campur tangan itu, namun penangkapan tersebut bagi Khashoggi malah akan memperburuk kekerasan hak azasi manusia di negara itu dan memperdalam konflik, bukan menyelesaikanny

Sejumlah Alasan Mengapa Saudi Bunuh Khashoggi 

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20181025081724-120-341259/sejumlah-alasan-mengapa-saudi-bunuh-khashoggi

Tim , CNN Indonesia | Kamis, 25/10/2018 08:26 WIB
Sejumlah Alasan Mengapa Saudi Bunuh Khashoggi  
Wartawan Arab Saudi Jamal Khashoggi (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
 
Jakarta, CNN Indonesia -- Sosiolog Turki Yasin Aktay, mengemukakan sejumlah alasan yang mungkin menjadi penyebab wartawan Jamal Khashoggi jadi target pembunuhan di konsulat Arab Saudi.

Aktay yang juga menjadi penasihat partai berkuasa Turki, Partai Keadilan dan Pembangun (AK) itu menyebut bahwa pemerintah Riyadh menganggap wartawan Washington Post itu berpotensi untuk mengorganisasikan oposisi. Meski demikian, ia tak pernah menganggap dirinya akan melakukan hal itu.

"Dari mana kecurigaan ini berasal?" tanya Aktay yang juga dikenal sebagai teman Khashoggi ini, kepada Anadolu, Rabu (24/10).


"Saya kira kecurigaan ini dibangun dari keparanoidan, kekuasaan, ketakutan pemerintah, dan kepengecutan."

Khashoggi berasal dari keluarga yang terpandang. Kakeknya adalah seorang Turki, Muhammed Halit Kasikci. Sehingga keluarga itu merupakan satu dari ribuan warga Saudi keturunan Turki. Nama Khashoggi sendiri dalam bahasa Turki berarti pembuat sendok dan dieja sebagai 'Kasikci'. Dalam satu setengah tahun terakhir, Khashoggi tinggal di Washington D.C sebagai kolumnis untuk Washington Post.

Ia pun kerap terbang ke Istanbul untuk mengikuti pertemuan dengan para ahli dan akademisi untuk mendiskusikan solusi terhadap ketidaknyamanan atas dunia Islam belakangan ini.

"Istanbul adalah pusat komunitas Islam yang penting. Kebanyakan pertemuan Islam dunia saat ini diadakan di Istanbul," lanjut politisi itu.

"Ia diundang ke pertemuan ini nyaris tiap bulan. Dalam pertemuan dengan peserta yang berbeda-beda, dia adalah salah satu yang pertama diingat untuk diundang.

 
Jamal Khashoggi kerap diajak menjadi pembicara dan diundang ke acara diskusi terkait dunia Islam (Middle East Monitor/Handout via REUTERS)
Terinspirasi 'Arab Spring'

Harapan Khashoggi tumbuh seiring dengan bertiupnya angin demokrasi dan kebebasan di era Arab Spring pada 2011. Ia menulis artikel dan memberikan pidato tentang era baru di Mesir, Libia, dan Yaman. Menurutnya dunia Islam bisa mengatasi segala persoalannya lewat demokrasi. Terobosan demokrasi dan pembangunan ekonomi di Turki membuatnya tertarik. Ia menyebut bahwa Truki bisa menjadi contoh bagi dunia muslim.

"Tentu ia sadar bahwa tidak ada model yang bisa ditransfer mentah-mentah begitu saja, tapi inspirasi dan pengaruh Turki akan menggema disana. Sebagai contoh, saat terjadi Arab Spring, ia yakin melihat analogi itu tengah berkembang."
Tapi harapan Khashoggi tersendat di negara-negara di mana pemerintah Saudi terlibat.

"Selama periode Arab Spring, ia mengambil sikap menentang negaranya sendiri. Ide-ide oposisi ini tidak mengubahnya menjadi seorang pria yang bisa dibungkam," kata Aktay.

Lebih lanjut Aktay, Khashoggi kecewa dengan sikap Saudi yang dianggap memberi kontribusi negatif untuk gerakan Arab Spring. Pemerintah Saudi lantas melihat wartawan ini sebagai oposisi.

"Tapi ini baru terjadi dalam satu setengah tahun terakhir. Sebelum itu, dia memiliki hubungan yang cukup baik [dengan otoritas Saudi]," paparnya.

Aktay pun menegaskan bahwa Khashoggi tidak hendak menggulingkan kekuasaan kerajaan Saudi saat ini.

"Ia tidak mencari alternatif. Maksudku, dia tidak mencari dinasti atau raja baru. Namun ia ingin negaranya untuk menjadi kerajaan yang lebih demokratis dan pengaturan yang lebih baik seperti Inggris," tandasnya.

Sebelumnya, rekan Khashoggi di Amerika Serikat, Ali Al-Ahmed, juga sempat mengemukakan hal serupa. Bahwa wartawan itu hanya menginginkan kerajaan Saudi agar menerima dan mengembangkan diskusi. Bukan menekan mereka dengan penangkapan dan pengejaran.

Meski demikian, Al-Ahmed, penentang Saudi yang menjalankan studi di Washington, DC, sendiri mengaku dirinya berpihak pada mereka yang menginginkan perombakan total kerajaan monarki itu menjadi negara demokratis.


Percaya pada Saudi

 
Kasus ini dianggap bisa menodai kepercayaan publik terhadap kantor konsulat (Yasin AKGUL / AFP)
 
Aktay juga menggarisbawahi bahwa Khashoggi memiliki kepercayaan besar terhadap negaranya dan Turki. Ia yakin bahwa Saudi tidak akan melakukan kekejaman terhadap warganya sendiri, apalagi di gedung konsulatnya sendiri.

"Dia terlalu yakin bahwa insiden semacam (pembunuhan) itu tidak akan terjadi di Turki. Dia tahu bahwa tidak akan ada penculikan semacam itu di Turki, yang memiliki negara hukum dan di mana kekuatan polisi dan kemampuan mereka benar-benar baik. Dan tentu saja, itu adalah konsulat. Dia sangat percaya seperti seorang manusia biasa. Kepercayaan diri ini merusak."

Aktay pun menambahkan bahwa insiden ini sangat mengerikan. Sebab, menurutnya hal ini bisa mengurangi kepercayaan seseorang terhadap konsulat. Apalagi setiap orang di luar negeri pada titik tertentu harus tetap berkunjung ke konsulat negara mereka.
 
"Jika konsulat ini berubah menjadi tempat di mana orang dengan mudah melakukan pembunuhan dan menutupinya, maka orang akan kehilangan kepercayaan mereka," tandasnya.

Aktay juga menyayangkan sikap Saudi yang dianggapnya telah mengeksekusi Khashoggi tanpa sebuah kejahatan. Sebab, yang dilakukannya hanyalah menentang kerajaan tanpa ada menggerakan pemberontakan.

Jamal juga keberatan dengan cara Saudi yang melakukan sejumlah penangkapan dalam campur tangannya soal Yaman. Meski awalnya ia mendukung campur tangan itu, namun penangkapan tersebut bagi Khashoggi malah akan memperburuk kekerasan hak azasi manusia di negara itu dan memperdalam konflik, bukan menyelesaikannya. (eks/eks)




Mengapa Jurnalis Jamal Khashoggi Dibunuh?

https://akurat.co/news/id-360034-read-mengapa-jurnalis-jamal-khashoggi-dibunuh 
Image
Protes atas kematian jurnalis Arab Saudi Jamal Kashoggi terus dilakukan aktivis. Para aktivis mengaitkan kematian Jamal dengan putra mahkota Mohammad bin Salman. Semasa hidupnya Kashoggi kerap menulis kritik terhadap kebijakan putra mahkota yang dikenal dengan sebutan MBS. | REUTERS/Leah Millis

AKURAT.CO, Kasus hilangnya Jamal Khashoggi kini perlahan mulai terjawab. Jurnalis Washington Post tersebut terakhir kali terlihat memasuki gedung Konsulat Arab Saudi di Turki pada 2 Oktober lalu. Sejak saat itu, Khashoggi tidak pernah terlihat kembali. Ia dikabarkan dibunuh di dalam gedung Konsulat Arab Saudi dengan cara dimutilasi, eksekusi tersebut dilakukan oleh 15 orang yang merupakan tim elit Arab Saudi serta dokter ahli otopsi.
Kasus pembunuhan Khashoggi kini membuat mata dunia tertuju pada Kerajaan Arab Saudi. Beberapa pejabat dan pengusaha bahkan menangguhkan urusan baik kunjungan maupun bisnis mereka dengan Arab Saudi. Media-media juga dikabarkan memboikot apapun yang berkaitan dengan Arab Saudi. Namun, ada satu pertanyaan besar yang belum terjawab yakni, mengapa Arab Saudi begitu ingin menyingkirkan Jamal Khashoggi?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka kita harus melihat ke belakang bagaimana perjalanan Khashoggi sebagai jurnalis. Jamal Khashoggi adalah jurnalis berkebangsaan Arab Saudi yang dikenal vokal dan kritis mengkritik pemerintah Arab Saudi.
baca juga:
Akhir tahun 2016 lalu, pemerintah Arab Saudi mencekal dan melarangnya menulis setelah ia mengkritik Amerika Serikat lewat tulisannya. Dirinya kemudian memutuskan untuk pindah ke Amerika Serikat agar dapat kembali menulis. Di negeri Paman Sam ia bekerja untuk Washington Post. Ia resmi pindah ke Amerika Serikat pada Juni 2017.
Dalam wawancara dengan Lembaga Jurnalisme Kolombia, ia mengeluhkan pencekalan terhadap dirinya.
"Saya adalah orang yang sangat menganut prinsip kebebasan pers. Terlepas dari segala keterbatasan yang saya miliki, saya selalu melakukan hal yang lebih, saya ingin memiliki lebih banyak ruang," ungkapnya.
"Saya merasa sangat terhina ketika pihak kerajaan menelepon dan melarang saya untuk menulis. Di Amerika kebebasan itu diberikan," tambahnya.
Peengkritik Pemerintahan Arab Saudi, Jamal Khashoggi, berbicara di sebuah acara yang diselenggarakan oleh Middle East Monitor di London Inggris, 29 September 2018. Middle East Monitor/Handout via REUTERS
Sikap kritis Khashoggi tidak hanya ditunjukkan melalui jawaban wawancara tersebut. Kebebasan yang ia dapatkan di Amerika Serikat ia gunakan sebagai senjata untuk lebih gencar mengkritik pemerintah Arab Saudi.
Salah satunya adalah tulisan berjudul, "Arab Saudi Belum Pernah Serepresif Ini, Kini Tak Tertahankan" di mana ia mengatakan bahwa reformasi Arab Saudi tidak selaras antara apa yang digaungkan dengan kenyataan yang terjadi.
"Dengan naiknya Putra Mahkota Mohammed bin Salman ke tampuk kekuasaan, dia menjanjikan reformasi ekonomi dan sosial. Dia berjanji akan membuat negara kita lebih terbuka dan toleran. Namun yang saya lihat adalah besarnya gelombang penangkapan (orang-orang yang mengkritik pemerintah)," tulisnya dalam artikel tersebut.
Tak berhenti di situ, saat ramai kabar tentang pemenjaraan dua aktivis perempuan Arab Saudi yakni Samar Badawi dan Nasima Al-Sadah, Khashoggi adalah orang yang menerjemahkan tulisan kritis milik New York Times dari bahasa Inggris ke Bahasa Arab.
Seorang ahli forensik polisi Turki tiba di konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki 17 Oktober 2018. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menginvestigasi kasus hilangnya jurnalis Jamal Khashoggi sejak 2 oktober 2018 setelah memasuki Konjen Arab Saudi di Istanbul. REUTERS/Huseyin Aldemir
Sikap kritis Khashoggi bukanlah satu-satunya penyebab ia dibunuh. Khashoggi diketahui memiliki koneksi luas tidak hanya di dunia media namun juga di dunia politik, ia bahkan mengenal beberapa pejabat tinggi. Di dunia media, ia pernah bekerja sebagai penasihat media bagi Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat, Pangeran Turki Al-Faisal. Khashoggi juga dikabarkan kerap tampil di televisi sebagai pembicara atau narasumber tentang topik yang berkaitan dengan Arab Saudi. Di samping itu ia memiliki rencana untuk mendirikan stasiun televisi di Turki.
Hubungan Khashoggi dengan Turki dikabarkan cukup erat, bahkan Presiden Recep Tayyip Erdogan menyebutnya sebagai seorang 'teman'. Perlu diketahui bahwa hubungan bilateral Turki dengan Arab Saudi tidak harmonis, sebab kedua negara selalu berada dalam posisi yang berseberangan dalam segala isu di Timur Tengah.
Secara pribadi, Erdogan dikabarkan tidak bersimpatik pada Mohammed bin Salman yang pernah menyebut Turki sebagai salah satu dari 'segitiga setan' di Timur Tengah. Sebutan tersebut disematkan kepada Iran dan kelompok islamis regional. Keberadaan Khashoggi di pihak Turki dianggap berpotensi memberikan peluang kepada mereka untuk merusak kredibilitas dan citra Arab Saudi dan Mohammed bin Salman. Apabila hal tersebut terjadi maka diprediksi hubungan Arab Saudi dan Amerika Serikat sebagai sekutu lama turut terganggu.
Potensi instabilitas Arab Saudi dan hubungan luar negerinya dengan negara-negara lain ditengarai menjadi faktor lain yang membuat Arab Saudi memandang Jamal Khashoggi adalah sosok yang harus disingkirkan.[]

Mengenal Sosok dan Penyebab Jamal Khashoggi Dibunuh

http://news.solopos.com/read/20181025/497/948429/mengena-sosok-dan-alasan-pembunuhan-jamal-khashoggi

 
Jamal Khashoggi (Twitter)
25 Oktober 2018 17:31 WIB Newswire Internasional Share : 
Solopos.com, JAKARTA -- Misteri belum terpecahkan hingga beberapa pekan berlalu sejak Jamal Khashoggi, kolumnis The Washington Post yang memasuki Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018 tetapi tidak pernah terlihat lagi. Bukan hanya soal kronologi pembunuhan yang diduga sangat kejam, tapi juga alasan mengapa Khashoggi dibunuh.
Muncul spekulasi bahwa dia dibunuh oleh sekelompok warga Saudi yang kemudian diakui oleh pihak kerajaan Arab Saudi bahwa bahwa spekulasi tersebut benar. Kenapa dia dibunuh?
Kantor berita asal Turki, Anadolu, menurunkan sebuah laporan yang di antaranya mengutip wawancara dengan Yasin Aktay, sosiolog dan penasihat Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) yang berkuasa di Turki, sekaligus teman Khashoggi. Dalam laporan itu, Yasin menduga sang jurnalis dibunuh karena Riyadh memandangnya sebagai seseorang yang memiliki potensi untuk mengatur oposisi.
Meskipun anggapan ini ditujukan kepadanya, Khashoggi, kata Aktay, tidak pernah menganggap dirinya seperti itu. "Dari mana kecurigaan tentang Khashoggi ini berasal?" tanya Aktay.
"Saya pikir kecurigaan ini berkembang dari paranoia, kekuasaan, ketakutan pemerintah, dan sedikit kecemasan,"
Khashoggi berasal dari keluarga yang mapan. Kakeknya, Muhammed Halit Kasikci, berasal dari Turki, dan menjadikannya satu dari ribuan warga Saudi keturunan Turki. Belakangan dia tinggal di Washington, D.C. selama satu setengah tahun terakhir dan menulis kolom untuk Washington Post.
Khashoggi telah merencanakan untuk menikahi Hatice Cengiz, tunangannya yang menunggunya di luar gedung konsulat Saudi pada hari dia terbunuh. Alasannya mengunjungi konsulat adalah untuk mendapatkan dokumen resmi yang membuktikan bahwa dia telah menceraikan mantan istrinya yang diperlukan untuk pernikahan resmi.
Selain itu, dia juga sering mengunjungi Istanbul untuk menghadiri pertemuan dengan para ahli dan pakar untuk membahas solusi bagi keterpurukan yang diderita dunia Islam. "Istanbul adalah pusat penting komunitas Islam dan dunia. Sebagian besar pertemuan di dunia Islam diadakan di Istanbul sekarang," kata Aktay yang dikutip dalam laporan berjudul Siapa Jamal Khashoggi dan mengapa dia dibunuh?, Kamis (25/10/2018).
“Dia biasanya diundang ke pertemuan ini hampir setiap bulan. Dan pada pertemuan-pertemuan yang dihadiri orang-orang penting ini, dia adalah salah satu yang pertama muncul di benak saya."
Harapan Khashoggi tumbuh mengikuti angin demokrasi dan kebebasan yang bangkit sejak Arab Spring 2011. Dia menulis artikel dan menyampaikan pidato tentang era baru yang akan datang di Mesir, Libya, dan Yaman. Baginya, dunia Islam hanya bisa mengatasi masalah melalui demokrasi.
Terobosan demokratis dan perkembangan ekonomi yang dia lihat di Turki menggugahnya dan mengatakan bahwa Turki bisa berfungsi sebagai teladan bagi dunia Islam. "Dia akan menyatakan bahwa Turki, terutama karena keberhasilannya dalam pembangunan dan demokratisasi, menyajikan model yang baik untuk dunia Arab dan dunia Arab akan dipengaruhi oleh ini dan membuat kemajuan cepat atau lambat," kata Aktay.
"Tentu saja, dia sadar akan fakta bahwa tidak ada contoh yang dapat sepenuhnya ditransfer ke mana pun, tetapi inspirasi dan pengaruh dari Turki ini akan bergema di sana. Misalnya, selama Arab Spring, dia benar-benar melihat bahwa analogi itu muncul."
Tapi harapan Khashoggi, kata Aktay, tersendat di negara-negara di mana pemerintah Arab Saudi terlibat. "Selama periode Arab Spring, dia mengambil sikap menentang negaranya sendiri. Ide-ide oposisi ini tidak mengubahnya menjadi seorang pria yang bisa dibungkam, sungguh," kata Aktay.
“Dia kecewa dengan kontribusi negatif yang dibuat negaranya untuk Arab Spring. Dia dilihat sebagai jurnalis oposisi, tetapi ini adalah gelar yang baru diberikan kepadanya selama satu setengah tahun terakhir. Sebelum itu, dia memiliki hubungan yang cukup baik dengan pemerintah Saudi."
“Dia tidak mencari alternatif. Maksud saya, dia tidak menginginkan dinasti atau raja baru. Dia menginginkan negaranya menjadi kerajaan yang lebih demokratis dan diatur dengan lebih baik seperti Inggris. Itu sebabnya dia memiliki harapan besar terhadap kebijakan reformasi yang dideklarasikan oleh Raja Salman bin Abdul Aziz setelah kematian Raja Abdullah pada 2015. Dia membuat banyak pernyataan yang baik," tambah dia.

Terlalu Percaya

Menurut Aktay, Khashoggi memiliki kepercayaan besar terhadap negaranya. Karena itu, Khashoggi tidak pernah percaya bahwa orang Saudi akan melakukan sesuatu terhadap dirinya. "Dia percaya bahwa saudara setanah airnya tidak akan melakukan kekejaman seperti itu terhadapnya, dia juga mempercayai Turki. Dia terlalu yakin bahwa insiden semacam itu tidak akan terjadi di Turki."
Menurut Aktay, Khashoggi tahu bahwa tidak akan ada penculikan semacam itu di Turki yang merupakan negara hukum dan di mana kekuatan dan kemampuan polisi benar-benar baik.
Tentu saja, tempat itu adalah konsulat, di mana dia memasukinya dengan rasa percaya diri seperti seorang manusia biasa. Namun kepercayaan diri inilah mencelakakannya.
"Ini adalah insiden yang mengerikan. Apa ini berarti seseorang tidak dapat mempercayai konsulat? Setiap orang di luar negeri harus pergi ke konsulat negara mereka pada titik tertentu. Jika konsulat berubah menjadi tempat di mana orang dengan mudah melakukan pembunuhan dan menutupinya, maka orang akan kehilangan kepercayaan mereka."
“Dunia modern dikenal karena hubungan kepercayaannya yang canggih, bukan? Tentu saja, negaranya tidak menuduhnya melakukan kejahatan. Jika penentangannya adalah kejahatan, maka hal itu telah ada selama berabad-abad. Memang benar bahwa dia kadang-kadang menentang negaranya saat Arab Spring, tetapi tidak ada yang bertanya kepadanya, 'Mengapa Anda menentang?'"
Aktay mengatakan bahwa Khashoggi keberatan terhadap sejumlah penangkapan dan intervensi di Yaman yang mengarah kepada pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia. Meski awalnya, Khashoggi sempat mendukung intervensi Arab Saudi di Yaman.
"Menurutnya, kehadiran Saudi di Yaman justru memperdalam konflik, bukannya memecahkannya. Sekarang kita semua berbagi pandangan yang sama," tambah dia.
Berita ini telah terbit di laman resmi Anadolu, www.aa.com.tr, dengan judul Siapa Jamal Khashoggi dan mengapa dia dibunuh?.

Sumber : Anadolu

Keterlibatan Israel dalam pembunuhan Khashoggi

Jumat, 9 November 2018 07:28 Reporter : Pandasurya Wijaya

 
Edward Snowden. ©AFP
Merdeka.com - Pembocor rahasia Badan Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat Edward Snowden kemarin dua hari lalu mengatakan perangkat lunak buatan perusahaan teknologi Israel NSO Group dipakai untuk melacak jurnalsi Jamal Khashoggi yang dibunuh di konsulat Arab Saudi di Istanbul 2 Oktober lalu.
Dilansir dari laman Haaretz, Kamis (8/11), Snowden membeberakan informasi itu dalam acara jumpa pers di Tel Aviv via tautan video.

Kabar soal penggunaan perangkat lunak Israel ini pertama kali dilaporkan oleh lembaga riset asal Kanada, Citizen Lab, bulan lalu. Menurut laporan, perangkat lunak spyware Pegasus buatan NSO dipasang di ponsel Umar Abdulaziz, warga Saudi yang tinggal di pengasingan dan juga rekan dari Khashoggi. Abdulaziz mengatakan dia kerap memakai ponselnya untuk berdiskusi soal politik Saudi dengan Khashoggi dan bersama-sama mengerjakan suatu proyek beberapa bulan sebelum wartawan Saudi itu dibunuh. Abdulaziz mengklaim ponselnya dipantau setiap saat.

"Sebagian dari kalian pasti mendengar soal jurnalis Saudi Jamal Khashoggi," ujar Snowden. "Dia masuk ke konsulat Saudi dan langsung dicekik, bagaimana ini direncanakan? bagaimana ini semua menjadi suatu rangkaian kejadian?"

Saudi, kata Snowden, tahu Khashoggi akan datang ke konsulat karena dia sudah membuat janji tapi bagaimana mereka bisa tahu apa tujuan dia ke konsulat dan bagaimana mereka bisa memutuskan semua itu?

Snowden menyebut Saudi bisa mendapatkan informasi soal Khashoggi dengan memata-matai temannya yang juga tinggal di pengasingan di Kanada.

Jamal Khashoggi 2018 Merdeka.com
"Kenyataannya mereka membobol teman dan kontak Khashoggi memakai perangkat lunak buatan perusahaan Israel. Kita tidak tahu bagaimana jalinan rangkaian kejadian ini persisnya karena perusahaan itu pasti tidak akan berkomentar, tapi ini adalah cerita yang selama ini tidak ditulis," kata Snowden.

Namun perusahaan NSO membantah tudingan semacam Snowden sampaikan itu.

"Perusahaan kami bukan saja tunduk pada undang-undang militer. Kami juga satu-satu perusahaan di dunia yang punya komite etik independen, termasuk para ahli di luar negeri dengan latar belakang hukum dan hubungan internasional. Tujuan komite ini adalah mencegah penyalahgunaan produk kami dan dengan demikian bertentangan dengan apa yang dilaporkan pers. Kami tidak menjual produk kami dan membatasi penggunaannya semaksimal mungkin di sejumlah negara. Tugas kami sehari-hari adalah membantu menolong ribuan orang dari teroris, mafia narkoba, penculik anak, pedofil, dan lainnya," kata pernyataan NSO.

Perangkat lunak Pegasus mampu memantau aktivitas seorang individu hampir tanpa batasan, termasuk mengatur ponsel. Pegasus juga bisa mengumpulkan informasi tentang lokasi ponsel, menyadapnya, merekam pembicaraan dan memotret siapa pun yang terlihat dari ponsel.

Perangkat lunak ini juga bisa memantau, membaca pesan tertulis dan surel di dalam ponsel. Dengan kata lain Pegasus bisa mengakses foto, video, catatan kalender, dan daftar kontak. [pan]
Baca Juga:



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar