Dasar Hukum Qunut Subuh
Masalah hukum qunut subuh terus menjadi perdebatan, antara yang
biasa melalukan qunut subuh dengan yang tidak pernah melakukannya.
Keduanya memberikan alasan dengan dalil-dalil yang diyakini
kebenarannya.
Berikut ini kami sampaikan rangkuman dan kutifan dalil dan alasan
yang melaksanakan qunut subuh… Semoga bisa memberikan pencerahan.
Dan dari riwayat Imam Ahmad dan Ad-Daruquthuny sepeti itu juga dari
bentuk yang berbeda dengan tambahan: Sedangkan pada shalat shubuh, maka
beliau tetap melakukan qunut hingga beliau meninggal dunia.
Juga ada hadits lainnya lewat Abu Hurairah ra.
Juga ada hadits lainnya lewat Abu Hurairah ra.
Dari Abi Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bila bangun dari
ruku’-nya pada shalat shubuh di rakaat kedua, beliau mengangkat kedua
tanggannya dan berdoa: Allahummahdini fii man hadait…dan seterusnya.”
(HR Al-Hakim dan dishahihkan)
Juga ada hadits terdapat pada Kitab Hadits Sunan Albaihaqi :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- يُعَلِّمُنَا دُعَاءً نَدْعُو بِهِ فِى الْقُنُوتِ مِنْ
صَلاَةِ الصُّبْحِ
اللَّهُمَّ اهْدِنَا فِيمَنْ هَدَيْتَ ، وَعَافِنَا فِيمَنْ عَافَيْتَ ،
وَتَوَلَّنَا فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ ، وَبَارِكْ لَنَا فِيمَا أَعْطَيْتَ ،
وَقِنَا شَرَّ مَا قَضَيْتَ ، إِنَّكَ تَقْضِى وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ ،
إِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ ».
{ت} وَرَوَاهُ مَخْلَدُ بْنُ يَزِيدَ الْحَرَّانِىُّ عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ
فَذَكَرَ رِوَايَةَ بُرَيْدٍ مُرْسَلَةً فِى تَعْلِيمِ النَّبِىِّ -صلى
الله عليه وسلم- أَحَدَ ابْنَىِ ابْنَتِهِ هَذَا الدُّعَاءَ فِى وِتْرِهِ ،
ثُمَّ قَالَ بُرَيْدٌ سَمِعْتُ ابْنَ الْحَنَفِيَّةِ وَابْنَ عَبَّاسٍ
يَقُولاَنِ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُهَا فِى
قُنُوتِ اللَّيْلِ ، وَكَذَلِكَ رَوَاهُ أَبُو صَفْوَانَ الأَمَوِىُّ عَنِ
ابْنِ جُرَيْجٍ إِلاَّ أَنَّهُ قَالَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ هُرْمُزَ ،
وَقَالَ فِى حَدِيثِ ابْنِ عَبَّاسٍ وَابْنِ الْحَنَفِيَّةِ فِى قُنُوتِ
صَلاَةِ الصُّبْحِ. {ق} فَصَحَّ بِهَذَا كُلِّهِ أَنَّ تَعْلِيمَ هَذَا
الدُّعَاءِ وَقَعَ لِقُنُوتِ صَلاَةِ الصُّبْحِ وَقُنُوتِ الْوِتْرِ ،
وَأَنَّ بُرَيْدًا أَخَذَ الْحَدِيثَ مِنَ الْوَجْهَيْنِ اللَّذَيْنِ
ذَكَرْنَاهُمَا وَبِاللَّهِ التَّوْفِيقُ
Dari Ibnu ‘Abbas R.A. beliau berkata Rasulullooh SAW. mengajarkan kepada kami Do’a Qunut Sholat Subuh sebagai berikut :
اللَّهُمَّ اهْدِنَا فِيمَنْ هَدَيْتَ ، وَعَافِنَا فِيمَنْ عَافَيْتَ ،
وَتَوَلَّنَا فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ ، وَبَارِكْ لَنَا فِيمَا أَعْطَيْتَ ،
وَقِنَا شَرَّ مَا قَضَيْتَ ، إِنَّكَ تَقْضِى وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ ،
إِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ
Dengan adanya beberapa hadits ini, maka para ulama salaf seperti
Asy-Syafi’i, Al-Qasim, Zaid bin Ali dan lainnya mengatakan bahwa
melakukan doa qunut pada shalat shubuh adalah sunnah.
A. Hukum Membaca Qunut Subuh
Di dalam madzab syafii sudah disepakati bahwa membaca doa qunut dalam
shalat subuh pada I’tidal rekaat kedua adalah sunnah ab’ad. Sunnah
Ab’ad artinya diberi pahala bagi yang mengerjakannya dan bagi yang lupa
mengerjakannya disunnahkan menambalnya dengan sujud syahwi.
Tersebut dalam Al majmu’ syarah muhazzab jilid III/504 sebagai berikut :
“Dalam madzab syafei disunnatkan qunut pada waktu shalat subuh baik ketika turun bencana atau tidak. Dengan hukum inilah berpegang mayoritas ulama salaf dan orang-orang yang sesudah mereka. Dan diantara yang berpendapat demikian adalah Abu Bakar as-shidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin affan, Ali bin abi thalib, Ibnu abbas, Barra’ bin Azib – semoga Allah meridhoi mereka semua. Ini diriwayatkan oleh Baihaqi dengan sanad yang shahih. Banyak pula orang tabi’in dan yang sesudah mereka berpendapat demikian. Inilah madzabnya Ibnu Abi Laila, Hasan bin Shalih, Malik dan Daud.”
Dalam kitab al-umm jilid I/205 disebutkan bahwa Imam syafei berkata :
“Tidak ada qunut pada shalat lima waktu selain shalat subuh. Kecuali jika terjadi bencana, maka boleh qunut pada semua shalat jika imam menyukai”.
“Disunnahkan qunut pada I’tidal rekaat kedua dari shalat subuh dan dia adalah “Allahummahdinii fiman hadait….hingga akhirnya”.
Demikian keputusan hukum tentang qunut subuh dalam madzab syafii.
Demikian keputusan hukum tentang qunut subuh dalam madzab syafii.
B. Dalil-Dalil Kesunattan qunut subuh
Berikut ini dikemukakan dalil dalil tentang kesunnatan qunut subuh yang diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Hadits dari Anas ra.
“Bahwa Nabi saw. pernah qunut selama satu bulan sambil mendoakan
kecelakaan atas mereka kemudian Nabi meninggalkannya. Adapun pada shalat
subuh, maka Nabi melakukan qunut hingga beliau meninggal dunia”
Hadits ini diriwayatkan oleh sekelompok huffadz dan mereka juga ikut meriwayatkannya dan mereka juga ikut menshahihkannya. Diantara ulama yang mengakui keshahihan hadis ini adalah Hafidz Abu Abdillah Muhammad ali al-balkhi dan Al-Hakim Abu Abdillah pada beberapa tempat di kitabnya serta imam Baihaqi. Hadits ini juga turut di riwayatkan oleh Darulquthni dari beberapa jalan dengan sanad-sanad yang shahih.
Dikatakan oleh Umar bin Ali Al Bahiliy, dikatakan oleh Khalid bin Yazid, dikatakan Jakfar Arraziy, dari Arrabi’ berkata :
Anas ra ditanya tentang Qunut Nabi saw bahwa apakah betul beliau saw
berqunut sebulan, maka berkata Anas ra : beliau saw selalu terus
berqunut hingga wafat, lalu mereka mengatakan maka Qunut Nabi saw pada
shalat subuh selalu berkesinambungan hingga beliau saw wafat, dan mereka
yg meriwayatkan bahwa Qunut Nabi saw hanya sebulan kemudian berhenti
maka yg dimaksud adalah Qunut setiap shalat untuk mendoakan kehancuran
atas musuh musuh, lalu (setelah sebulan) beliau saw berhenti, namun
Qunut di shalat subuh terus berjalan hingga beliau saw wafat. (Sunan
Imam Baihaqi Alkubra Juz 2 hal 211 Bab Raf’ul yadayn filqunut, Sunan
Imam Baihaqi ALkubra Juz 3 hal 41, Fathul Baari Imam Ibn Rajab
Kitabusshalat Juz 7 hal 178 dan hal 201, Syarh Nawawi Ala shahih Muslim
Bab Dzikr Nida Juz 3 hal 324, dan banyak lagi).
2. Hadits dari Awam Bin Hamzah dimana beliau berkata :
“Aku bertanya kepada Utsman –semoga Allah meridhoinya- tentang qunut
pada Subuh. Beliau berkata : Qunut itu sesudah ruku. Aku bertanya :”
Fatwa siapa?”, Beliau menjawab : “Fatwa Abu Bakar, Umar dan Utsman
Radhiyallahu ‘anhum”.
Hadits ini riwayat imam Baihaqi dan beliau berkata : “Isnadnya Hasan”. Dan Baihaqi juga meriwayatkan hadits ini dari Umar Ra. Dari beberapa jalan.
3. Hadits dari Abdullah bin Ma’qil at-Tabi’i
“Ali Ra. Qunut pada shalat subuh”.
Diriwayatkan oleh Baihaqi dan beliau berkata : “Hadits tentang Ali Ra. Ini shahih lagi masyhur.
Diriwayatkan oleh Baihaqi dan beliau berkata : “Hadits tentang Ali Ra. Ini shahih lagi masyhur.
4. Hadits dari Barra’ Ra. :
“Bahwa Rasulullah Saw. melakukan qunut pada shalat subuh dan maghrib”. (HR. Muslim).
5. Hadits dari Barra’ Ra. :
“Bahwa Rasulullah Saw. melakukan qunut pada shalat subuh”. (HR. Muslim).
Hadits no. 4 diriwayatkan pula oleh Abu Dawud dengan tanpa penyebutan
shalat maghrib. Imam Nawawi dalam Majmu’ II/505 mengatakan : “Tidaklah
mengapa meninggalkan qunut pada shalat maghrib karena qunut bukanlah
sesuatu yang wajib atau karena ijma ulama menunjukan bahwa qunut pada
shalat maghrib sudah mansukh hukumnya”.
6. Hadits dari Abi rofi’
“Umar melakukan qunut pada shalat subuh sesudah ruku’ dan mengangkat
kedua tangannya serta membaca doa dengn bersuara”. (HR Baihaqi dan ia
mengatakan hadis ini shahih).
7. Hadits dari ibnu sirin, beliau berkata :
“Aku berkata kepada anas : Apakah Rasulullah SAW. melakukan qunut pada
waktu subuh? Anas menjawab : Ya, begitu selesai ruku”. (HR. Bukhary
Muslim).
8. Hadits dari Abu hurairah ra. Beliau berkata :
“Rasulullah Saw. jika beliau mengangkat kepalanya dari ruku pada rekaat
kedua shalat subuh beliau mengangkat kedua tangannya lalu berdoa :
“Allahummah dini fii man hadait ….dan seterusnya”. (HR. Hakim dan dia
menshahihkannya).
9. Hadits dari Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra. Beliau berkata:
“Aku diajari oleh rasulullah Saw. beberapa kalimat yang aku ucapkan
pada witir yakni : Allahummah dini fii man hadait ….dan seterusnya” (HR
Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan selain mereka dengan isnad yang shahih)
10. Hadits dari Ibnu Ali bin Thalib ra.
Imam Baihaqi meriwayatkan dari Muhammad bin Hanafiah dan beliau adalah Ibnu Ali bin Thalib ra. Beliau berkata :
“Sesungguhnya doa ini adalah yang dipakai oleh bapakku pada waktu qunut diwaktu shalat subuh” (Al-baihaqi II/209).
“Sesungguhnya doa ini adalah yang dipakai oleh bapakku pada waktu qunut diwaktu shalat subuh” (Al-baihaqi II/209).
11. Hadist doa qunut subuh dari Ibnu Abbas ra. :
Tentang doa qunut subuh ini, Imam baihaqi juga meriwayatkan dari beberapa jalan yakni ibnu abbas dan selainnya:
“Bahwasanya Nabi Saw. mengajarkan doa ini (Allahummah dini fii man hadait ….dan seterusnya) kepada para shahabat agar mereka berdoa dengannya pada waktu qunut di shalat subuh” (Al-baihaqi II/209).
“Bahwasanya Nabi Saw. mengajarkan doa ini (Allahummah dini fii man hadait ….dan seterusnya) kepada para shahabat agar mereka berdoa dengannya pada waktu qunut di shalat subuh” (Al-baihaqi II/209).
Demikianlah Beberapa Dalil yang dipakai para ulama-ulama ahlusunnah
dari madzab syafiiyah berkaitan dengan fatwa mereka tentang qunut subuh.
Dari sini dapat dilihat keshahihan hadis-hadisnya karena dishahihkan oleh Imam-imam hadits ahlusunnah yang terpercaya. Hati-hati
dengan orang-orang khalaf akhir zaman yang lemah hafalan hadisnya
tetapi mengaku ahli hadis dan banyak mengacaukan hadis-hadis seperti
mendoifkan hadis shahih dan sebaliknya.
C. Tempat Qunut Subuh dan nazilah adalah Sesudah ruku rekaat terakhir.
Tersebut dalam Al-majmu Jilid III/506 bahwa : “Tempat qunut itu adalah
sesudah mengangkat kepala dari ruku. Ini adalah ucapan Abu Bakar
as-shidiq, Umar bin Khattab dan Utsman serta Ali ra.hum.
Mengenai Dalil-dalil qunut sesudah ruku :
Mengenai Dalil-dalil qunut sesudah ruku :
1. Hadits dari Abu Hurairah :
“Bahwa Nabi Qunut sesungguhnya sesudah ruku” (HR. Bukhary muslim).
2. Hadits dari ibnu sirin, beliau berkata :
“Aku berkata kepada anas : Apakah Rasulullah SAW. melakukan qunut pada
waktu subuh? Anas menjawab : Ya, begitu selesai ruku”. (HR. Bukhary
Muslim).
3. Hadis dari Anas Ra.
“Bahwa Nabi Saw. melakukan qunut selama satu bulan sesudah ruku pada subuh sambil mendoakan kecelakaan keatas bani ‘ushayyah” (HR. Bukhary Muslim).
4. Hadits Dari Awam Bin hamzah dan Rofi yang sudah disebutkan pada dalil 4 dan 5 tentang kesunnatan qunut subuh.
5. Riwayat Dari Ashim al-ahwal dari Anas Ra. :
“Bahwa Anas Ra. Berfatwa tentang qunut sesudah ruku”.
6. Hadits dari Abu hurairah ra. Beliau berkata :
“Rasulullah Saw. jika beliau mengangkat kepalanya dari ruku pada rekaat
kedua shalat subuh beliau mengangkat kedua tangannya lalu berdoa :
“Allahummah dini fii man hadait ….dan seterusnya”. (HR. Hakim dan dia
menshahihkannya).
7. Hadits Riwayat dari Salim dari Ibnu umar ra.
“Bahwasanya ibnu umar mendengar rasulullah SAW apabila beliau mengangkat
kepalanya dari ruku pada rekaat terakhir shalat subuh, beliau berkata :
“Ya Allah laknatlah sifulan dan si fulan”, sesudah beliau menucapkan
sami’allahu liman hamidah. Maka Allah menurunkan Ayat: “Tidak ada bagimu
sesuatu pun urusan mereka itu atau dari pemberian taubat terhadap
mereka karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang dzalim “
(HR Bukhary).
Terlihat jelas Bahwa pada qunut nazilah maupun qunut subuh, dilakukan setalah ruku. Adapun ada riwayat yang menyatakan sebelum ruku, Imam Baihaqi mengatkan dalam kita Al-majmu :
Terlihat jelas Bahwa pada qunut nazilah maupun qunut subuh, dilakukan setalah ruku. Adapun ada riwayat yang menyatakan sebelum ruku, Imam Baihaqi mengatkan dalam kita Al-majmu :
“Dan orang-orang yang meriwayatkan qunut sesudah ruku lebih banyak
dan lebih kuat menghafal hadis, maka dialah yang lebih utama dan inilah
jalanya para khalifah yang memperoleh petunjuk – radhiyallahu ‘anhum-
pada sebagian besar riwayat mereka, wallahu a’lam”.
D. Jawaban untuk orang-orang yang membantah sunnahnya qunut subuh
1. Ada yang mendatangkan Hadits bahwa Ummu salamah berkata :
“Bahwa Nabi Saw. melarang qunut pada waktu subuh “ (Hadis ini Dhoif).
Jawaban : Hadist ini dhaif karena periwayatan dari Muhammad bin ya’la
dari Anbasah bin Abdurahman dari Abdullah bin Nafi’ dari bapaknya dari
ummu salamah. Berkata darulqutni :”Ketiga-tiga orang itu adalah lemah
dan tidak benar jika Nafi’ mendengar hadis itu dari ummu salamah”.
Tersebut dalam mizanul I’tidal “Muhammad bin Ya’la’ diperkatakan oleh
Imam Bukhary bahwa ia banyak menhilangkan hadis. Abu hatim mengatakan
ianya matruk” (Mizanul I’tidal IV/70).
Anbasah bin Abdurrahman menurut Imam Baihaqi hadisnya matruk. Sedangkan Abdullah adalah orang banyak meriwayatkan hadis mungkar. (Mizanul I’tidal II/422).
Anbasah bin Abdurrahman menurut Imam Baihaqi hadisnya matruk. Sedangkan Abdullah adalah orang banyak meriwayatkan hadis mungkar. (Mizanul I’tidal II/422).
2. Ada yang mengajukan Hadis bahwa Ibnu Abbas ra. Berkata :
“Qunut pada shalat subuh adalah Bid’ah”
Jawaban : Hadis ini dhaif sekali (daoif jiddan) karena imam Baihaqi
meriwayatkannya dari Abu Laila al-kufi dan beliau sendiri mengatakan
bahwa hadis ini tidak shahih karena Abu Laila itu adalah matruk (Orang
yang ditinggalkan haditsnya). Terlebih lagi pada hadits yang lain Ibnu
abbas sendiri mengatakan :
“Bahwasanya Ibnu abbas melakukan qunut subuh”.
“Bahwasanya Ibnu abbas melakukan qunut subuh”.
3. Ada juga yang mengetengahkan riwayat Ibnu mas’ud yang mengatakan :
“Rasulullah tidak pernah qunut didalam shalat apapun”.
Jawaban : Riwayat ini menurut Imam Nawawi dalam Al majmu sangatlah
dhoif karena perawinya terdapat Muhammad bin Jabir as-suhaili yang
ucapannya selalu ditinggalkan oleh ahli hadis. Tersebut dalam mizanul
I’tidal karangan az-zahaby bahwa Muhammad bin jabir as-suahaimi adalah
orang yang dhoif menurut perkataan Ibnu Mu’in dan Imam Nasa’i. Imam
Bukhary mengatakan: “ia tidak kuat”. Imam Ibnu Hatim mengatakan : “Ia
dalam waktu akhirnya menjadi pelupa dan kitabnya telah hilang”. (Mizanul
I’tidal III/492).
Dan juga kita dapat menjawab dengan jawaban terdahulu bahwa orang
yang mengatakan “ada” lebih didahulukan daripada yang mengatakan “tidak
ada” berdasarkan kaidah “Al-mutsbit muqaddam alan naafi”.
4. Ada orang yg berpendapat bahawa Nabi saw melakukan qunut satu bulan saja berdasarkan hadith Anas ra, maksudnya:
“Bahawasanya Nabi saw melakukan qunut selama satu bulan sesudah rukuk sambil mendoakan kecelakaan ke atas beberapa puak Arab kemudian baginda meninggalkannya.” Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Jawaban : Hadith daripada Anas tersebut kita akui sebagi hadith yg
sahih kerana terdapat dlm kitab Bukhari dan Muslim. Akan tetapi yg
menjadi permasalahan sekarang adalah kata:(thumma tarakahu= Kemudian
Nabi meninggalkannya).
Apakah yg ditinggalkan oleh Nabi itu?
Untuk menjawab permasalahan ini lah kita perhatikan baik2 penjelasan Imam Nawawi dlm Al-Majmu’jil.3,hlm.505 maksudnya:
“Adapun jawapan terhadap hadith Anas dan Abi Hurairah r.a dlm ucapannya
dengan (thumma tarakahu) maka maksudnya adalah meninggalkan doa
kecelakaan ke atas orang2 kafir itu dan meninggalkan laknat terhadap
mereka saja. Bukan meninggalkan seluruh qunut atau meninggalkan qunut
pada selain subuh. Pentafsiran seperti ini mesti dilakukan kerana hadith
Anas di dlm ucapannya ’sentiasa Nabi qunut di dlm solat subuh sehingga
beliau meninggal dunia’ adalah sahih lagi jelas maka wajiblah
menggabungkan di antara kedua-duanya.”
“Hanyalah yg ditinggalkan oleh Nabi itu adalah melaknat.” Tambahan lagi pentafsiran spt ini dijelaskan oleh riwayat Abu Hurairah ra yg berbunyi, maksudnya:
“Kemudian Nabi menghentikan doa kecelakaan ke atas mereka.”
Dengan demikian dapatlah dibuat kesimpulan bahawa qunut Nabi yg satu
bulan itu adalah qunut nazilah dan qunut inilah yg ditinggalkan, bukan
qunut pada waktu solat subuh.
5. Ada juga orang-orang yg tidak menyukai qunut mengemukakan dalil hadith Saad bin Thariq yg juga bernama Abu Malik Al-Asja’i, maksudnya:
“Dari Abu Malik Al-Asja’i, beliau berkata: Aku pernah bertanya kpd
bapaku, wahai bapa! sesungguhnya engkau pernah solat di belakang
Rasulullah saw, Abu Bakar, Usman dan Ali bin Abi Thalib di sini di kufah
selama kurang lebih dari lima tahun. Adakah mereka melakukan qunut?.
Dijawab oleh bapanya:”Wahai anakku, itu adalah bid’ah.” Diriwayatkan
oleh Tirmizi.
Jawaban :Kalau benar Saad bin Thariq berkata begini maka sungguh mengherankan kerana hadith2 tentang Nabi dan para Khulafa Rasyidun yg melakukan qunut sangat banyak dan ada di dlm kitab Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Abu Daud, Nasa’i dan Baihaqi.
Oleh itu ucapan Saad bin Thariq tersebut tidaklah diakui dan terpakai di dalam mazhab Syafie dan juga mazhab Maliki.
Hal ini disebabkan oleh kerana beribu-ribu orang telah melihat Nabi melakukan qunut, begitu pula sahabat baginda. Manakala hanya Thariq seorang saja yg mengatakan qunut itu sebagai amalan bid’ah.
Maka dalam masalah ini berlakulah kaedah usul fiqh iaitu:
“Almuthbitu muqaddimun a’la annafi”
Maksudnya: Orang yg menetapkan lebih didahulukan atas orang yg menafikan.
Tambahan lagi orang yg mengatakan ADA jauh lebih banyak daripada orang yg mengatakan TIDAK ADA.
“Almuthbitu muqaddimun a’la annafi”
Maksudnya: Orang yg menetapkan lebih didahulukan atas orang yg menafikan.
Tambahan lagi orang yg mengatakan ADA jauh lebih banyak daripada orang yg mengatakan TIDAK ADA.
Seperti inilah jawapan Imam Nawawi didlm Al-Majmu’ jil.3,hlm.505, maksudnya:
“Dan jawaban kita terhadap hadith Saad bin Thariq adalah bahawa riwayat orang2 yg menetapkan qunut terdapat pada mereka itu tambahan ilmu dan juga mereka lebih banyak. Oleh karena itu wajiblah mendahulukan mereka”
“Dan jawaban kita terhadap hadith Saad bin Thariq adalah bahawa riwayat orang2 yg menetapkan qunut terdapat pada mereka itu tambahan ilmu dan juga mereka lebih banyak. Oleh karena itu wajiblah mendahulukan mereka”
Pensyarah hadith Turmizi yakni Ibnul ‘Arabi juga memberikan komen yang
sama terhadap hadith Saad bin Thariq itu. Beliau mengatakan:”Telah sah
dan tetap bahawa Nabi Muhammad saw melakukan qunut dlm solat subuh,
telah tetap pula bahawa Nabi ada qunut sebelum rukuk atau sesudah rukuk,
telah tetap pula bahawa Nabi ada melakukan qunut nazilah dan para
khalifah di Madinah pun melakukan qunut serta Sayyidina Umar mengatakan
bahawa qunut itu sunat, telah pula diamalkan di Masjid Madinah. Oleh itu
janganlah kamu tengok dan jgn pula ambil perhatian terhadap ucapan yg
lain daripada itu.”
Dgn demikian dapatlah kita fahami ketegasan Imam Uqaili yg mengatakan
bahawa Abu Malik itu jangan diikuti hadithnya dlm masalah
qunut.(Mizanul I’tidal jil.2,hlm.122).
6. Kelompok anti madzab katakan : Dalam hadis-hadis yang disebutkan diatas, qunut bermakna tumaninah/khusu’?
Jawab : Dalam hadis2 yang ada dlm artikel salafytobat smuanya berarti
seperti dalam topik yang dibicarakan “qunut” = berdoa pada waktu
berdiri (setelah ruku)… qunut dalam hadis-hadis tersebut bukan berati
tumaninah atau ruku.!!!
Mengenai hadis “qunut” yang bermakna tumaninah/khusu/dsb
Mengenai hadis “qunut” yang bermakna tumaninah/khusu/dsb
Diriwayatkan dari Jabir Ra. katanya Rasulullah saw. bersabda :
afdlalu shshalah thuululqunuut artinya : “shalah yg paling baik ialah
yang paling panjang qunutnya “ Dalam menjelaskan ayat alqur’an : “Dan
berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dalam keadaan “qanitiin”
(al-baqarah 238) (HR Ibnu abi syaibah, muslim, tirmidzi, Ibnu Majah
seperti dalam kitan Duurul mantsur).
Mujtahid Rah. maksud qanitiin disini termasuklah ruku, khusyu, rekaat yang panjang/lama berdiri, mata tunduk kebawah, takut kepada Allah swt.
Mujtahid Rah. maksud qanitiin disini termasuklah ruku, khusyu, rekaat yang panjang/lama berdiri, mata tunduk kebawah, takut kepada Allah swt.
Makna qanitiin juga berarti diam atau senyap. Sebelum turun ayat ini ,
masih dibolehkan berbicara dalam shalat, melihat keatas, kebawah,
kesana-kemari, dsb…(lihat hadist bukhary muslim). Setelah turun ayat
ini, perkara-perkara tersebut tidak dibolehkan. (Duurul mantsur)
E. Pendapat Imam Madzab tentang qunut
1. Madzab Hanafi :
Disunatkan qunut pada shalat witir dan tempatnya sebelum ruku. Adapun
qunut pada shalat subuh tidak disunatkan. Sedangkan qunut Nazilah
disunatkan tetapi ada shalat jahriyah saja.
2. Madzab Maliki :
Disunnatkan qunut pada shalat subuh dan tempatnya yang lebih utama
adalah sebelum ruku, tetapi boleh juga dilakukan setelah ruku. Adapun
qunut selain subuh yakni qunut witir dan Nazilah, maka keduanya
dimakruhkan.
3. Madzab Syafii
Disunnatkan qunut pada waktu subuh dan tempatnya sesudah ruku. Begitu
juga disunnatkan qunut nazilah dan qunut witir pada pertengahan bulan
ramadhan.
4. Madzab Hambali
Disunnatkan qunut pada shalat witir dan tempatnya sesudah ruku. Adapun
qunut subuh tidak disunnahkan. Sedangkan qunut nazilah disunatkan dan
dilakukan diwaktu subuh saja.
Semoga kita dijadikan oleh Allah asbab hidayah bagi kita dan ummat seluruh alam.
August 29, 2006
Doa Qunut Nazilah
Doa Qunut Nazilah dibaca ketika kaum
muslimin terkena bencana, ancaman, penganiayaan, penindasan musuh-musuh
Allah dan musuh kaum Muslimin.
Seperti dikisahkan dalam Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW pernah melakukan qunut selama satu bulan untuk mendoakan pembunuh-pembunuh para sahabatnya di Bir Al-Maunah.
Dari Abu Hurairah RA : "Sesungguhnya bila ingin mendoakan seseorang, Nabi Muhammad SAW membacakan qunut sesudah ruku'. [Hr. Bukhari dan Ahmad bin Hambal]
Doa Qunut Nazilah dibaca setiap sholat fardhu jahriyah (mahzab Hanafi), sedangkan selain mahzab Hanafi, Doa Qunut Nazilah dibaca setiap kali sholat fardhu.
Mari kita bacakan doa ini untuk saudara-saudara kita kaum muslimin dimana saja berada, khususnya yang sedang terkena ancaman, penganiayaan dan penindasan musuh-musuh Allah.
Alloohummaghfir lilmu'miniina wal mu'minaat Wal muslimiina wal muslimaat Wa allif baina quluubihim Wa ashlih dzaata bainahum Wanshur 'Alaa 'Aduwwika wa'aduwwihim Allohummal'in kafarota ahlil kitaabil ladziina Yukadzibuuna rusulaka wayuqottiluuna auliyaa aka Alloohumma khollif baina kalimaatihim Wazalzil Aqdaamahum Wa anzilbihim ba'sakalladzii layuroddu 'anil qaumil mujrimiin Bismillaahirrahmaanirrahiim Allohumma innaanasta'iinuka.
Ertinya: "Ya Allah ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat. Ya Allah, jinakkan, satu padukan hati orang-orang muslimin, perbaikilah keadaan mereka. Tolonglah kaum muslimin utuk melawan musuh-musuh-Mu dan musuh-musuh mereka.
Ya Allah, laknatlah orang-orang kafir yang mendustakan para Rasul-Mu dan membunuh para kekasih-Mu. Ya Allah cerai-beraikan kesatuan kata mereka. Hancur leburkan kekuatan mereka, Dan turunkanlah bencana-Mu yang tiada tertolak lagi untuk orang-orang yang penuh dengan dosa, Dengan menyebut nama-Mu ya Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon perlindungan kepada-Mu".
DEFINISI QUNUT NAZILAH
Qunut secara terminologi adalah seperti yang dikatakan oleh Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah:
"Suatu doa di dalam sholat pada tempat yang khusus dalam keadaan berdiri." [Fathul Bari 2/490]
Dan Nazilah ertinya malapetaka atau musibah yang turun menimpa kaum muslimin dalam bentuk gempa, banjir, pembantaian, penganiayaan dan lain sebagainya.
Qunut nazilah adalah suatu hal yang disyariatkan dan amat disunnahkan ketika terjadi musibah. Sunnah qunut nazilah ini merupakan pendapat para ulama dari madzhab Hanafiyyah, Malikiyyah, Syafi'iyyah, Hanbaliyyah dan lain-lainnya.
Imam Syafi'i rahimahullah berkata:
"Apabila turun musibah kepada kaum muslimin disyariatkan membaca qunut nazilah pada seluruh sholat wajib." [Syarhus Sunnah karya Al-Baghawi 2/279]
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata:
"Apabila turun bencana kepada kaum muslimin, hendaknya imam melakukan qunut dan diaminkan oleh orang yang dibelakangnya." [Al-Mughni 1/450]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:
Di kalangan ulama ada tiga pendapat tentang qunut. Yang paling benar dari tiga pendapat tersebut, qunut disunnahkan ketika ada keperluan.” [Taudhih Al-Ahkam]
Pendapat-pendapat di atas tentunya berlandaskan hadis-hadis yang sohih mutawatir seperti hadis Anas bin Malik RA riwayat Bukhari-Muslim yang menjelaskan pelaksanaan qunut nazilah oleh Rasulullahu SAW selama sebulan pada peristiwa pembantaian 60 sahabat penghafal Al-Quran, juga hadis Abu Hurairah RA riwayat Bukhari-Muslim.
LAMANYA QUNUT NAZILAH
Dalam hadis Anas bin Malik riwayat Bukhari-Muslim, juga hadis Ibnu Abbas riwayat Abu Dawud dengan sanad hasan dan lain-lainnya, menunjukkan bahwa Nabi SAW pada peristiwa pembantaian 60 sahabat penghafal Al-Quran berqunut selama sebulan.
Namun hal ini tidaklah menunjukkan bahwa pelaksanaan Qunut Nazilah hanya terbatas selama sebulan, kerana dalam hadis Abi Hurairah RA riwayat Bukhari-Muslim, juga hadis Baro bin Azib, Hifaf bin Ima' riwayat Muslim serta hadis Anas bin Malik riwayat Ibnu Khuzaimah dan hadis-hadis lainnya menjelaskan dalam bentuk umum dan tidak menunjukkan batasan sebulan.
Maka dapat dibuat kesimpulan bahawa qunut nazilah tetap dilaksanakan sampai musibah tersebut diangkat dari kaum muslimin. Dan ini merupakan fatwa dari Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad hafidzohullah.
WAKTU QUNUT NAZILAH
Dari hadis-hadis yang menjelaskan tentang qunut nazilah dapat dibuat kesimpulan bahawa petunjuk Nabi SAW dalam pelaksanaan qunut, yaitu beliau melakukan qunut nazilah pada seluruh sholat-sholat wajib dan beliau lebih memprioritaskan pelaksanaannya pada sholat Maghrib dan Subuh. Akan tetapi beliau tidak melakukan qunut setiap hari pada seluruh sholat lima waktu sekaligus. Ini merupakan fatwa dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Qunut nazilah dapat dilaksanakan sebelum ruku' atau setelah ruku' di dalam sholat tersebut. Akan tetapi pelaksanaannya setelah ruku' lebih banyak dilakukan oleh Rasulullah SAW. Dua cara ini dicontohkan oleh Rasullah SAW dalam hadis-hadis beliau yang mulia.
[Sumber: http://www.kampungnet.com.sg/]Seperti dikisahkan dalam Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW pernah melakukan qunut selama satu bulan untuk mendoakan pembunuh-pembunuh para sahabatnya di Bir Al-Maunah.
Dari Abu Hurairah RA : "Sesungguhnya bila ingin mendoakan seseorang, Nabi Muhammad SAW membacakan qunut sesudah ruku'. [Hr. Bukhari dan Ahmad bin Hambal]
Doa Qunut Nazilah dibaca setiap sholat fardhu jahriyah (mahzab Hanafi), sedangkan selain mahzab Hanafi, Doa Qunut Nazilah dibaca setiap kali sholat fardhu.
Mari kita bacakan doa ini untuk saudara-saudara kita kaum muslimin dimana saja berada, khususnya yang sedang terkena ancaman, penganiayaan dan penindasan musuh-musuh Allah.
Doa Qunut Nazilah
Alloohummaghfir lilmu'miniina wal mu'minaat Wal muslimiina wal muslimaat Wa allif baina quluubihim Wa ashlih dzaata bainahum Wanshur 'Alaa 'Aduwwika wa'aduwwihim Allohummal'in kafarota ahlil kitaabil ladziina Yukadzibuuna rusulaka wayuqottiluuna auliyaa aka Alloohumma khollif baina kalimaatihim Wazalzil Aqdaamahum Wa anzilbihim ba'sakalladzii layuroddu 'anil qaumil mujrimiin Bismillaahirrahmaanirrahiim Allohumma innaanasta'iinuka.
Ertinya: "Ya Allah ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat. Ya Allah, jinakkan, satu padukan hati orang-orang muslimin, perbaikilah keadaan mereka. Tolonglah kaum muslimin utuk melawan musuh-musuh-Mu dan musuh-musuh mereka.
Ya Allah, laknatlah orang-orang kafir yang mendustakan para Rasul-Mu dan membunuh para kekasih-Mu. Ya Allah cerai-beraikan kesatuan kata mereka. Hancur leburkan kekuatan mereka, Dan turunkanlah bencana-Mu yang tiada tertolak lagi untuk orang-orang yang penuh dengan dosa, Dengan menyebut nama-Mu ya Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon perlindungan kepada-Mu".
DEFINISI QUNUT NAZILAH
Qunut secara terminologi adalah seperti yang dikatakan oleh Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah:
"Suatu doa di dalam sholat pada tempat yang khusus dalam keadaan berdiri." [Fathul Bari 2/490]
Dan Nazilah ertinya malapetaka atau musibah yang turun menimpa kaum muslimin dalam bentuk gempa, banjir, pembantaian, penganiayaan dan lain sebagainya.
Qunut nazilah adalah suatu hal yang disyariatkan dan amat disunnahkan ketika terjadi musibah. Sunnah qunut nazilah ini merupakan pendapat para ulama dari madzhab Hanafiyyah, Malikiyyah, Syafi'iyyah, Hanbaliyyah dan lain-lainnya.
Imam Syafi'i rahimahullah berkata:
"Apabila turun musibah kepada kaum muslimin disyariatkan membaca qunut nazilah pada seluruh sholat wajib." [Syarhus Sunnah karya Al-Baghawi 2/279]
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata:
"Apabila turun bencana kepada kaum muslimin, hendaknya imam melakukan qunut dan diaminkan oleh orang yang dibelakangnya." [Al-Mughni 1/450]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:
Di kalangan ulama ada tiga pendapat tentang qunut. Yang paling benar dari tiga pendapat tersebut, qunut disunnahkan ketika ada keperluan.” [Taudhih Al-Ahkam]
Pendapat-pendapat di atas tentunya berlandaskan hadis-hadis yang sohih mutawatir seperti hadis Anas bin Malik RA riwayat Bukhari-Muslim yang menjelaskan pelaksanaan qunut nazilah oleh Rasulullahu SAW selama sebulan pada peristiwa pembantaian 60 sahabat penghafal Al-Quran, juga hadis Abu Hurairah RA riwayat Bukhari-Muslim.
LAMANYA QUNUT NAZILAH
Dalam hadis Anas bin Malik riwayat Bukhari-Muslim, juga hadis Ibnu Abbas riwayat Abu Dawud dengan sanad hasan dan lain-lainnya, menunjukkan bahwa Nabi SAW pada peristiwa pembantaian 60 sahabat penghafal Al-Quran berqunut selama sebulan.
Namun hal ini tidaklah menunjukkan bahwa pelaksanaan Qunut Nazilah hanya terbatas selama sebulan, kerana dalam hadis Abi Hurairah RA riwayat Bukhari-Muslim, juga hadis Baro bin Azib, Hifaf bin Ima' riwayat Muslim serta hadis Anas bin Malik riwayat Ibnu Khuzaimah dan hadis-hadis lainnya menjelaskan dalam bentuk umum dan tidak menunjukkan batasan sebulan.
Maka dapat dibuat kesimpulan bahawa qunut nazilah tetap dilaksanakan sampai musibah tersebut diangkat dari kaum muslimin. Dan ini merupakan fatwa dari Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad hafidzohullah.
WAKTU QUNUT NAZILAH
Dari hadis-hadis yang menjelaskan tentang qunut nazilah dapat dibuat kesimpulan bahawa petunjuk Nabi SAW dalam pelaksanaan qunut, yaitu beliau melakukan qunut nazilah pada seluruh sholat-sholat wajib dan beliau lebih memprioritaskan pelaksanaannya pada sholat Maghrib dan Subuh. Akan tetapi beliau tidak melakukan qunut setiap hari pada seluruh sholat lima waktu sekaligus. Ini merupakan fatwa dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Qunut nazilah dapat dilaksanakan sebelum ruku' atau setelah ruku' di dalam sholat tersebut. Akan tetapi pelaksanaannya setelah ruku' lebih banyak dilakukan oleh Rasulullah SAW. Dua cara ini dicontohkan oleh Rasullah SAW dalam hadis-hadis beliau yang mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar