Salam akal sehat....
Welcome Back, Rocky : "Gebrak.. Pasar Gelap Keadilan Terbakar...!!"
Lama hilang, ia muncul lagi semalam di forum ILC. Fans Rocky Gerung girang. Permainan logikanya kembali menghentak kesadaran publik ILC dalam diskusi Kebakaran gedung Kejaksaan Agung. Pengagumnya terpesona, pembencinya terhenyak.
Yang mengagumkan dari seorang Rocky Gerung, dia mampu menghadirkan sudut pandang yang berbeda namun logis. Yg mungkin tak terlintas dalam pikiran publik.
Gedung Kejagung tak perlu direnovasi, katanya. Biarkan ia jadi monumen terbakarnya rasa keadilan oleh pengkhianatan. Agar publik ingat. Agar publik menyadari, bahwa yang terpenting itu bukan tegaknya gedung, tapi tegaknya hukum.
Rocky menganalisis opini publik yang sulit mempercayai keterangan pemerintah. Publik tetap memilih berspekulasi terkait kebakaran Kejaksaan Agung. Ia mengaitkannya dengan biaya influencer, buzzer, kang survei, untuk menutupi ketidakjujuran.
Buzzer itu, Rocky mengibaratkan, seperti sapi gelonggongan. Aslinya sapi kurus yang timbangannya ringan. Sebelum dijual sapi dijejali banyak air untuk menambah berat timbangannya. Beratnya palsu. Di situlah peran buzzer yang menggelonggongkan sapi.
Mengutip pepatah Inggris, Anda bisa saja menuntun kuda ke sungai, tapi tak dapat memaksanya minum. Maksudnya, penguasa dapat menyetir opini publik dengan model sapi gelonggongan. Tapi tak dapat memaksa publik minum dan menelannya.
Saya termasuk yang mengagumi bangunan logika Rocky dalam menganalisis masalah. Sudut pandangnya unik dan tanpa kompromi dengan kekuasaan. Meskipun saya tak selalu setuju dengan opini-opininya. Rocky bukan nabi.
Yang menghentak, dia sebut yang kebakaran itu bukan gedung Kejaksaan Agung, tapi pasar gelap keadilan. Uraiannya pun viral pagi ini di linimasa. Video-vodeonya berseliweran.
Saya tak sempat menontonnya semalam. Ngantuk. Pagi ini saja mengklik videonya.
Sebelumnya saya menduga-duga dan bertanya-tanya sendiri, mungkin api itu lebih besar dari perkara yang berkobar.
Apa yang terbakar?
Bukan semak belukar.
Entahlah harga yang harus dibayar.
Api di permukaan gampang padam. Tapi tidak yang di dalam sekam.
Bukan lantaran kemarau mengeringkan air, lantas orang-orang mencuci tangan pakai api.
Di taman bermainku, pagi ini tanpa api, kecuali untuk sekedar mendidihkan kopi.
Main air basah, main api hangus.
Main mata? Kebakaran...
Sempat terlintas dalam pikiran, berapa barang bukti duit korupsi yang "terbakar"? Tapi seperti kata Rocky, yang terbakar itu bukan gedung, melainkan pasar gelap keadilan.
*No Rocky no party, kata Karni.*
*No Karni no berani, kata Rocky.*
Sangat beda dg yg sekarang..
- Ir Sutami merupakan Menteri Pekerjaan Umum (PU) dan Tenaga Listrik di era Presiden Soekarno hingga Presiden Soeharto. Siapa nyana, Sutami dikenal sebagai menteri 'termiskin' dalam sejarah Indonesia.
Dikenal sebagai sosok yang sangat sederhana, Sutami bukanlah menteri yang berasal dari partai. Dia merupakan seorang insinyur yang kemudian menjabat dalam bidang yang dikuasainya.
Kabinet berganti mulai dari Kabinet Dwikora I, II, Kabinet Ampera, hingga Kabinet Pembangunan, Sutarmi tetap menjabat sebagai menteri yang sama. Bahkan, ketika presidennya berbeda.
Kendati memimpin departemen dengan anggaran besar, Sutami dikenal sebagai menteri 'termiskin' di Indonesia. Berikut 5 fakta Sutami yang dirangkum Lifepal--jaringan Suara.com--, Rabu (29/4/2020):
1. Jauh dari kata mewah
Dalam artikel 'Ir Sutami, Menteri Termiskin Indonesia dengan Karya Fenomenal, Hidup Sederhana hingga Atap Bocor dan Takut ke Rumah Sakit' yang diterbitkan Intisari, Ir Sukami hidup cukup miris meski telah 14 tahun menjadi menteri
Sutami disebut sebagai orang paling sederhana dan menteri termiskin di Indonesia. Kondisi itu memburuk setelah dia tak lagi menjabat sebagai Menteri PU. Dia mengalami kesulitan biaya untuk berobat saat sakit.
Kondisi rumah Sutami saat itu cukup sederhana dan memprihatinkan. Saking sederhananya, atap rumah Sutami banyak yang bocor.
Kondisi itu diungkapkan Staf Ahli Menteri PU, Hendropranoto Suselo dalam Edisi Khusus 20 tahun Majalah Prisma yang diterbitkan LP3ES tahun 1991 di Jakarta.
2. Rumah bocor sampai tak bisa bayar listrik