Biografi Margono Djojohadikusumo - Pendiri Bank BNI
https://biografitokohinspiratif.blogspot.com/2018/03/biografi-margono-djojohadikusumo.html
Negara Indonesia merupakan salah satu
negara yang dipenuhi oleh orang-orang hebat dan para pahlawan yang cukup
berpengaruh dibidangnya baik dari kalangan politik, militer maupun
pendidikan. Salah satu tokoh yang cukup dikenal di Indonesia berkat jasa-jasa dan perannya di berbagai bidang yang digelutinya adalah Margono Djojohadikusumo.
Di kalangan muda seperti saat ini memang tokoh ini kurang begitu dikenal, namun jika cucu beliau pasti sudah banyak yang mengenalnya karena cukup familier. Margono Djojohadikusumo adalah kakek dari tokoh pendiri Partai Gerindra yakni Prabowo Subianto yang pernah mencalonkan diri menjadi Presiden Republik Indonesia.
RM. Margono merupakan tokoh politik dan pejuang yang sifat dan perjuangannya layak diteladani oleh generasi muda penerus bangsa. Begitu banyak hasil perjuangan yang beliau rintis semasa hidupnya salah satunya yang bisa kita nikmati hingga sekarang adalah kemudahan pelayanan di bidang perbankan dari Bank BNI.
Tentunya perjuangan RM. Margono tidak hanya sampai di situ, namun lebih banyak dari itu. Lantas bagaimana sepak terjang Margono Djojohadikusumo lainnya selama hidupnya hingga menutup mata? Untuk lebih jelasnya simak informasi lebih jelas dalam biografi RM. Margono berikut.
Di kalangan muda seperti saat ini memang tokoh ini kurang begitu dikenal, namun jika cucu beliau pasti sudah banyak yang mengenalnya karena cukup familier. Margono Djojohadikusumo adalah kakek dari tokoh pendiri Partai Gerindra yakni Prabowo Subianto yang pernah mencalonkan diri menjadi Presiden Republik Indonesia.
RM. Margono merupakan tokoh politik dan pejuang yang sifat dan perjuangannya layak diteladani oleh generasi muda penerus bangsa. Begitu banyak hasil perjuangan yang beliau rintis semasa hidupnya salah satunya yang bisa kita nikmati hingga sekarang adalah kemudahan pelayanan di bidang perbankan dari Bank BNI.
Tentunya perjuangan RM. Margono tidak hanya sampai di situ, namun lebih banyak dari itu. Lantas bagaimana sepak terjang Margono Djojohadikusumo lainnya selama hidupnya hingga menutup mata? Untuk lebih jelasnya simak informasi lebih jelas dalam biografi RM. Margono berikut.
Informasi pribadi Margono Djojohadikusumo
Margono Djojohadikusumo merupakan cucu buyut Panglima Banyakwide
atau Raden Tumenggung Banyakwide yang menjadi anak dari asisten Wedana
Banyumas serta pengikut dari Pangeran Diponegoro yang setia.
Pendiri dari salah satu bank terbesar di Nusantara yakni Bank Negara Indonesia (BNI) ini pernah bersekolah di ELS (Europeesche Legere School) Banyumas. ELS Banyumas tersebut merupakan Sekolah Dasar di Banyumas yang berada pada jaman kolonial Belanda dari 1900 hingga 1907.
Pendiri dari salah satu bank terbesar di Nusantara yakni Bank Negara Indonesia (BNI) ini pernah bersekolah di ELS (Europeesche Legere School) Banyumas. ELS Banyumas tersebut merupakan Sekolah Dasar di Banyumas yang berada pada jaman kolonial Belanda dari 1900 hingga 1907.
Pendiri Bank BNI |
Margono Djojohadikusumo terlahir tanggal 16 Mei 1894 di kota Banyumas,
Jawa Tengah, Negara Hindia Belanda. Kemudian beliau meninggal dunia pada
usia 84 tahun pada tanggal 25 Juli 1978 di Jakarta, Indonesia. Bapak
Margono Djojohadikusumo yang beragama islam tersebut memiliki istri
seorang bernama Siti Katoemi Wirodihardjo.
Margono Djojohadikusumo adalah orangtua dari Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo yakni sang Begawan Ekonomi Indonesia, serta ayahanda dari 2 orang remaja yang meninggal ketika pecahnya Pertempuran Lengkong di Serpong pada tahun 1946 yakni: Taruna Soejono Djojohadikusumo (16 tahun) dan Kapten Anumerta Soebianto Djojohadikusumo (21 tahun).
Kejadian gugurnya kedua putra RM. Margono pada usia remaja tersebut merupakan kesedihan terbesarnya. Kemudian kedua nama anaknya yang meninggal tersebut dikenang melalui nama sang cucunya yakni mantan Pangkostrad dan Danjen Kopassus serta politikus Prabowo Subianto dan Hashim Sujono yang berprofesi sebagai seorang pengusaha.
Saat Soemitro tidak lagi sejalan dengan Bung Karno dalam hal PRRI maka sang ayah ternyata ikut sependapat dengan sang anak. Lalu mereka sekeluarga pindah ke Kuala Lumpur dan menetap di sana selama beberapa tahun. Meski begitu pada bukunya berjudul Kenangan Tiga Zaman yang aslinya berjudul Herinneringen uit Drie Tijdperken, Bung Karno ternyata tetap digambarkan sebagai sosok Pahlawan.
Margono Djojohadikusumo adalah orangtua dari Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo yakni sang Begawan Ekonomi Indonesia, serta ayahanda dari 2 orang remaja yang meninggal ketika pecahnya Pertempuran Lengkong di Serpong pada tahun 1946 yakni: Taruna Soejono Djojohadikusumo (16 tahun) dan Kapten Anumerta Soebianto Djojohadikusumo (21 tahun).
Kejadian gugurnya kedua putra RM. Margono pada usia remaja tersebut merupakan kesedihan terbesarnya. Kemudian kedua nama anaknya yang meninggal tersebut dikenang melalui nama sang cucunya yakni mantan Pangkostrad dan Danjen Kopassus serta politikus Prabowo Subianto dan Hashim Sujono yang berprofesi sebagai seorang pengusaha.
Saat Soemitro tidak lagi sejalan dengan Bung Karno dalam hal PRRI maka sang ayah ternyata ikut sependapat dengan sang anak. Lalu mereka sekeluarga pindah ke Kuala Lumpur dan menetap di sana selama beberapa tahun. Meski begitu pada bukunya berjudul Kenangan Tiga Zaman yang aslinya berjudul Herinneringen uit Drie Tijdperken, Bung Karno ternyata tetap digambarkan sebagai sosok Pahlawan.
Margono Djodjohadikusumo |
Sepak terjang Margono Djojohadikusumo semasa hidupnya
Semasa hidupnya, Margono Djojohadikusumo cukup berdedikasi dan menjadi tokoh yang cukup berpengaruh di masanya. Hal ini terbukti dari berbagai perannya dalam berbagai organisasi bahkan mendirikan sebuah bank yang saat ini cukup terkenal serta pesat perkembangannya. Adapun sepak terjang Margono Djojohadikusumo selama hidupnya antara lain:
1. Hak angket
Hak angket dalam sejarah ketatanegaraan republik Indonesia, digunakan pertama kali oleh DPR sekitar tahun 1950-an. Hal ini bermula dari usul resolusi dari RM. Margono Djojohadikusumo supaya DPR atas upaya memperoleh devisa serta cara menggunakan devisa untuk mengadakan Hak Angket.
Kemudian dibentuklah panitia angket dengan anggota sebanyak 13 orang dimana Margono ditunjuk sebagai ketua. Panitia angket ini berperan dalam menyelidiki untung serta rugi dalam mempertahankan devisen-regime sesuai Undang-Undang Pengawasan Devisen pada 1940 berikut perubahan-perubahannya.
2. Ketua Dewan Pertimbangan Agung Sementara
Satu hari usai Bung Karno dan Bung Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden dilantik, kemudian dibentuklah DPS atau Dewan Pertimbangan Agung Sementara dan Kabinet Presidentil. Kemudian Margono Djojohadikusumo ditunjuk untuk menjadi Ketua DPAS pertama.
Beliau menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Agung Sementara ke-1 dengan masa jabatan dari tanggal 25 September 1945 hingga 6 November 1945. Kemudian setelah lengser, beliau digantikan oleh Raden Aria Adipati Wiranatakoesoema V.
3. Direktur Utama Bank BNI
Selaku Ketua DPAS, kemudian Margono Djojohadikusumo mengusulkan untuk membentuk sebuah Bank Sirkulasi atau Bank Sentral sebagaimana yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Kemudian Soekarno dan Hatta menyampaikan mandat untuk Margono supaya menggagas sekaligus melaksanakan persiapan dalam membentuk Bank Sirkulasi (Bank Sentral) Indonesia yakni di bulan September tepatnya pada tanggal 16 tahun 1945.
Sidang Dewan Menteri RI pada tahun 1945 tepatnya tanggal 19 September menetapkan untuk dibentuknya bank Negara yang berperan sebagai Bank Sentral atau Sirkulasi. Akhirnya terbitlah Perpu No. 2 tahun 1946 pada tanggal 15 Juli 1946 yakni terkait didirikannya BNI serta Margono Djojohadikusumo ditunjuk sebagai Dirut Bank BNI (Bank Negara Indonesia).
Selama beliau menjabat sebagai Direktur Utama Bank BNI, status hukum dari Bank BNI naik menjadi Persero yakni pada tahun 1970.
Bibliografi dari Margono Djojohadikusumo
Tidak hanya piawai dalam sepak terjang di dunia politik, Margono Djojohadikusumo juga menelurkan karyanya pada buku-buku hasil tulisannya. Buku-buku hasil karya bapak Margono tersebut antara lain:
1. Sriwibawa, Sugiarta (1994), “100 tahun Margono Djojohadikusumo”, Jakarta: Pustaka Aksara
2. Djojohadikusumo, Margono (1969). “Reminiscenses from three historical periods a family tradition put in writing”, Jakarta: Indira
3. Djojohadikusumo, Margono (1975), “Catatan-catatan dari lembaran kertas yang kumal DR. E.F.E Douwes Dekker (DR. Danudirja Setiabudi), seorang yang tak gentar menjunjung tinggi suatu cita-cita hidup kemerdekaan politik Indonesia”, Jakarta: Bulan Bintang
4. Djojohadikusumo, Margono (1946), “Kenang-kenangan dari tiga zaman”, Jakarta: Indira
5. Djojohadikusumo, Margono (1941), “Tien jaren cooperatie-voorlichting vanwege de overhead 1930-1940”, Batavia: Volkslectuur
Mengenal Margono Djojohadikusumo beserta leluhur Prabowo Subianto lainnya
RM. Margono Djojohadikusumo yang merupakan kakek dari Prabowo Subianto ini merupakan salah satu generasi muda nasionalis. Beliau merupakan nasionalis muda angkatan di bawah Dr. Cipto Mangunkusumo, Tirto Adi Suryo, seorang Indo-Belanda Dauwes Dekker (Danu Dirja Setiabudi) dan Ki Hadjar Dewantara.
Margono tercatat sebagai putra dari Lembah Serayu yang pada tanggal 29 April tahun 1945 diangkat menjadi anggota BPUPKI, sehingga turut serta ketika proses penggodogan Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia.
Saat Bung Karno selaku Presiden dan Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden membentuk Kabinet Presidentil ke-1. RM. Margono didaulat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Agung Sementara atau DPAS.
Ketika Kabinet Syarir telah terbentuk, RM. Margono memberikan usul supaya NKRI membentuk sebuah bank sirkulasi. Usul tersebut kemudian disetujui dan akhirnya BNI terbentuk dimana RM. Margono diangkat sebagai Direktur Utama.
Ayah RM. Margono merupakan seorang Wedana Banyumas yang berhasil menyelesaikan pendidikannya di ELS. Sepertinya beliau merupakan seorang autodidak yang begitu cerdas sehingga dapat meraih puncak dari jenjang karir yang begitu tinggi.
Kemungkinan besar Margono telah mengenal Syahrir cukup lama melalui Pendidikan Nasionalis Indonesia) Baru atau PNI-Baru yakni sebuah partai kader yang cukup aktif menyumbangkan kursus-kursus di bidang kebangsaan, ekonomi dan politik.
PNI-Baru dipelopori serta didirikan oleh Syahrir dan Bung Hatta, sesudah Partai Nasionalis Indonesia atau PNI yang didirikan oleh Soekarno membubarkan diri berkat inisiatif dari Mr. Sartono. Alasan Mr. Sartono membubarkan PNI gagasan Soekarno adalah akibat Bung Karno ditahan di Penjara Sukamiskin sebagai pertimbangan mendasar guna membubarkan partai dengan haluan radikal tersebut.
Setelah Syahrir dan Hatta ditangkap dan kemudian dibuang oleh Belanda ke Digul serta dipindahkan ke Banda, PNI-Baru akhirnya juga bubar. Namun Syahrir-Hatta juga sempat membentuk jaringan kader yang cukup luas di seluruh penjuru Tanah Air secara khusus di Pulau Jawa yakni di wilayah Banyumas.
Kader-kader Syahrir dalam PNI-Baru tersebutlah kelak yang menjadi inti dari Partai Sosialis yang dipimpin Syahrir. Sepertinya Margono Djojohadikusumo yang terpilih menjadi anggota BPUPKI ialah melalui pengaruh Syahrir dan Hatta yang telah dikenalnya ketika pelatihan kaderisasi PNI-Baru.
Kedepannya sang putra yakni Sumitro akan menjadi kader partai sosialis yang menjadi kesayangan Syahrir yang begitu spesial akibat bakat dan talentanya yang luar biasa di bidang ekonomi. Memang ada yang menarik jika kita menelusuri rekam jejak para tokoh-tokoh sosialis. Rata-rata mereka merupakan tokoh autodidak yang ulet, rajin dan tekun termasuk Syahrir sendiri.
Syahrir tidak pernah menyelesaikan bangku kuliahnya, namun beliau merupakan seorang autodidak yang cukup tangguh. Begitupun para anak didiknya yang berhasil menjadi tokoh publik, misalnya: Sujatmoko, Sugondo Djojopuspito, Rosihan Anwar, Muchtar Lubis dll. Bahkan cucu RM. Margono yakni Prabowo juga mewarisi tradisi para tokoh sosialis yang juga banyak dikenalnya.
Dalam budaya autodidak sebagaimana kalangan para tokoh sosialis generasi pemula, bapak Soeharto bukanlah tokoh sosialis tapi sepertinya terinspirasi oleh mereka yang merintis karir lewat budaya autodidak. Pandangan yang sekuler terhadap agama namun tidak anti agama juga merupakan ciri yang menonjol lainnya dari para tokoh Partai Sosialis generasi awal.
Mereka adalah sosok kosmopolitan namun tetap seorang nasionalis serta suka melakukan perkawinan lintas kebangsaan dan agama, namun tetap setia terhadap agama leluhurnya yakni Islam. Syahrir menikahi seorang perempuan berkebangsaan Belanda, begitupun Takdir Ali Syahbana, Dr. Cipto Mangunkusumo bahkan ayah Prabowo yakni Sumitro.
Bisa jadi akibat menjadi menantu bapak Soeharto, Prabowo memiliki sikap yang lebih menonjol sebagai seorang nasionalis yang religius dibanding ciri-ciri seorang nasionalis. Darah pejuang dan bakat intelektual yang terlihat pada Margono Djojohadikusumo yakni saat beliau menata dunia perbankan di Indonesia.
Beliau merupakan tokoh dibalik pendirian Bank Negara Indonesia (BNI). 3 orang putra beliau yang juga mempunyai bakat pejuang dan intelektual yakni Subianto, Sumitro serta Sujono. Putra sulung Margono Djojohadikusumo yakni Sumitro merupakan sosok yang mempunyai bakat intelektual yang begitu luar biasa.
Dengan alasan tersebut Margono Djojohadikusumo mengarahkan pendidikan Sumitro supaya dapat mengembangkan bakat intelektualnya yakni dengan mengirimkannya untuk sekolah di universitas terbaik di wilayah Eropa. Sedang Putra kedua dan ketiga yakni Subianto dan Sujono sepertinya memang mewarisi darah pejuang yang berasal dari para leluhurnya.
Kedua orang tersebut memutuskan untuk masuk Akademi Militer Tangerang yang berdiri pada bulan November tahun 1945 dibawah komando yang dipimpin Mayor Daan Mogot. Pada tanggal 25 Januari tahun 1946 perang mempertahankan kemerdekaan meletus di beberapa wilayah.
Mayor Wibowo dan Mayor Daan Mogot yang didampingi Letnan Satu Subianto memimpin sebanyak 70 siswa Akademi Militer Tangerang untuk menuju Lengkong. Akhirnya pertempuran sengit namun tidak seimbangpun terjadi. Ketika pertempuran tersebut 32 orang siswa Akademi Militer Tangerang tersebut gugur.
Siswa yang gugur sebagai kusuma bangsa tersebut termasuk juga Lettu Subianto (21 tahun), Taruna Sujono (16 tahun) serta Mayor Daan Mogot. Dua orang pertama merupakan putra kedua dan ketiga dari RM. Margono Djojohadikusumo yang juga paman Prabowo dan adik Sumitro. Yang jelas Prabowo belum lahir ketika pamannya tersebut gugur sebagai kusuma bangsa.
Prabowo baru terlahir tahun 1951 atau lima tahun kemudian. Margono Djojohadikusumo dari Sumitro memiliki 4 orang cucu yakni Marjani Ekowati Le Maistre, Biantiningsih Miderawati, Hashim Sujono dan Prabowo Subianto. Nama dari putra Margono Djojohadikusumo yang gugur ketika remaja tersebut diabadikan untuk melengkapi 2 nama cucu putranya yakni Hashim dan Prabowo.
Margono Djojohadikusumo Meninggal Dunia
Margono Djojohadikusumo meninggal dunia di Jakarta pada 25 Juli 1978 serta disemayamkan di pemakaman keluarga yang terdapat di Dawuhan, kota Banyumas, Jawa Tengah. Pada waktu itu Bung Hatta ikut melepas jenazah beliau di Taman Matraman Jakarta menuju pemakaman keluarga di Banyumas, lokasi dimana para leluhurnya disemayamkan.
Pendiri Pusat Bank Indonesia yang diganti namanya pada tahun 1946 menjadi Bank Negara Indonesia ini merupakan seseorang yang telah berusia lanjut namun senantiasa sehat wal afiat. Baru pada tahun 1978 tersebut kesehatannya terlihat menurun. Bahkan 2 hari sebelum meninggal, bapak Margono masih melakukan transaksi dagang untuk salah satu perusahaan miliknya.
Pada hari Selasa tanggal 25 Juli 1978 pagi, beliau pergi ke kamar mandi. Ternyata di tempat tersebut beliau terkena serangan jantung. Karena kulit hitam dan perawakannya yang kecil, almarhum kerap menyebut dirinya sebagai een klein Negertje atau si negro kecil.
Beliau adalah seorang putra bangsawan dari turunan ke-13 Adipati Mrapat. Meski beliau masih termasuk keturunan bangsawan, namun almarhum merupakan bangsawan yang berjiwa kerakyatan. Berdasarkan pernyataan Subagijo IN, beliau senantiasa berbahasa kromo inggil kepada siapa saja yang dapat berbahasa Jawa.
Penghargaan yang diraih Margono Djojohadikusumo
Segala hal yang telah beliau lakukan selama hidupnya memang patut untuk diberikan penghormatan dan penghargaan. Sebagai bangsa yang bermartabat, mengenang jasa pahlawan menjadi salah satu upaya untuk meneladani sekaligus berupaya melanjutkan perjuangannya.
Untuk menghargai segala peran dan jasa yang pernah dilakukan beliau, Margono Djojohadikusumo mendapat penghargaan berupa:
1. Nama R.M Margono Djojohadikusumo diabadikan sebagai sebuah nama jalan di ruas Jakarta
2. Gedung R.M Margono Djojohadikusumo yang terdapat di Universitas Gajah Mada Yogyakarta diberikan nama sesuai dengan nama beliau
3. Kisah beliau semasa hidup menjadi inspirasi pada pembuatan film yang bertajuk Merah Putih
Margono Djojohadikusumo adalah sosok pahlawan dari kalangan bangsawan yang santun dan berbakat. Begitu banyak hasil karya dan perjuangan Margono Djojohadikusumo yang harus dijaga dan diteladani terutama para pemuda generasi penerus bangsa. Beliau bisa menjadi inspirasi banyak orang untuk menjadi pribadi yang tekun, ulet dan penyabar ketika masa-masa perjuangan.
Sejarah Lengkap Bank Nasional Indonesia (BNI) 46
https://dompetsehat.com/blog/sejarah-bank-bni-lengkap/
dompetsehat.com
– “Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan masyarakat, bangsa dan
Negara Republik Indonesia, selama 71 tahun usia BNI sejak didirikan
pertama kali pada tanggal 5 Juli 1946, BNI terus tumbuh dan berkembang
bersama Negeri, mengawal pembangunan di berbagai sektor industri, sesuai
dengan tagline BNI Melayani Negeri, Kebanggaan Bangsa”
Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara
Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh
Pemerintah Indonesia.
Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional.
Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa, dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri.
Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini melandasi pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha nasional.
Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai ‘BNI 46’. Penggunaan nama panggilan yang lebih mudah diingat – ‘Bank BNI’ – ditetapkan bersamaan dengan perubahaan identitas perusahaan tahun 1988.
Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996.
Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan lingkungan, sosial-budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan identitas perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi dan komitmen BNI terhadap perbaikan kualitas kinerja secara terus-menerus.
Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai digunakan untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, setelah keberhasilan mengarungi masa-masa yang sulit. Sebutan ‘Bank BNI’ dipersingkat menjadi ‘BNI’, sedangkan tahun pendirian – ’46’ – digunakan dalam logo perusahaan untuk meneguhkan kebanggaan sebagai bank nasional pertama yang lahir pada era Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pada akhir tahun 2012, Pemerintah Republik Indonesia memegang 60% saham BNI, sementara sisanya 40% dimiliki oleh pemegang saham publik baik individu maupun institusi, domestik dan asing.
Saat ini, BNI adalah bank terbesar ke-4 di Indonesia berdasarkan total aset, total kredit maupun total dana pihak ketiga. BNI menawarkan layanan jasa keuangan terpadu kepada nasabah, didukung oleh perusahaan anak: Bank BNI Syariah, BNI Multi Finance, BNI Securities dan BNI Life Insurance.
Pada akhir tahun 2012, BNI memiliki total asset sebesar Rp333,3 triliun dan mempekerjakan lebih dari 24.861 karyawan. Untuk melayani nasabahnya, BNI mengoperasikan jaringan layanan yang luas mencakup 1.585 outlet domestik dan 5 cabang luar negeri di New York, London, Tokyo, Hong Kong dan Singapura, 8.227 unit ATM milik sendiri, 42.000 EDC serta fasilitas Internet banking dan SMS banking. BNI selalu berusaha untuk menjadi bank pilihan yang menyediakan layanan prima dan solusi bernilai tambah kepada seluruh nasabah.
Berangkat dari semangat perjuangan yang berakar pada sejarahnya, BNI bertekad untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi negeri, serta senantiasa menjadi kebanggaan negara.
Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional.
Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa, dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri.
Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini melandasi pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha nasional.
Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai ‘BNI 46’. Penggunaan nama panggilan yang lebih mudah diingat – ‘Bank BNI’ – ditetapkan bersamaan dengan perubahaan identitas perusahaan tahun 1988.
Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996.
Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan lingkungan, sosial-budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan identitas perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi dan komitmen BNI terhadap perbaikan kualitas kinerja secara terus-menerus.
Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai digunakan untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, setelah keberhasilan mengarungi masa-masa yang sulit. Sebutan ‘Bank BNI’ dipersingkat menjadi ‘BNI’, sedangkan tahun pendirian – ’46’ – digunakan dalam logo perusahaan untuk meneguhkan kebanggaan sebagai bank nasional pertama yang lahir pada era Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pada akhir tahun 2012, Pemerintah Republik Indonesia memegang 60% saham BNI, sementara sisanya 40% dimiliki oleh pemegang saham publik baik individu maupun institusi, domestik dan asing.
Saat ini, BNI adalah bank terbesar ke-4 di Indonesia berdasarkan total aset, total kredit maupun total dana pihak ketiga. BNI menawarkan layanan jasa keuangan terpadu kepada nasabah, didukung oleh perusahaan anak: Bank BNI Syariah, BNI Multi Finance, BNI Securities dan BNI Life Insurance.
Pada akhir tahun 2012, BNI memiliki total asset sebesar Rp333,3 triliun dan mempekerjakan lebih dari 24.861 karyawan. Untuk melayani nasabahnya, BNI mengoperasikan jaringan layanan yang luas mencakup 1.585 outlet domestik dan 5 cabang luar negeri di New York, London, Tokyo, Hong Kong dan Singapura, 8.227 unit ATM milik sendiri, 42.000 EDC serta fasilitas Internet banking dan SMS banking. BNI selalu berusaha untuk menjadi bank pilihan yang menyediakan layanan prima dan solusi bernilai tambah kepada seluruh nasabah.
Berangkat dari semangat perjuangan yang berakar pada sejarahnya, BNI bertekad untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi negeri, serta senantiasa menjadi kebanggaan negara.
Daftar anggota BPUPKI-PPKI
(Dialihkan dari Daftar Anggota BPUPKI-PPKI)
Daftar Anggota BPUPKI-PPKI adalah nama-nama tokoh yang mengambil bagian dalam persiapan kemerdekaan Indonesia dan tergabung ke dalam Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
Daftar isi
Dokuritsu Junbi Cosakai
Dokuritu Junbi Cosakai atau yang sering dikenal dengan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) adalah sebuah Badan yang dibentuk oleh Pemerintah Angkatan Darat XVI Jepang yang berkedudukan di Jakarta (selengkapnya baca artikel BPUPKI) ini beranggotakan 67 orang,terdiri dari 60 orang yang dianggap tokoh dari Indonesia dan 7 orang anggota Jepang dan keturunan Indonesia lainnya tanpa hak suara. Pada sidang yang kedua (10 Juli-17 Juli) Pemerintah Jepang menambah 6 orang anggota bangsa Indonesia.Daftar Anggota BPUPKI
Nomor | Nama anggota dalam EYD | Nama anggota dalam ejaan asli | Tempat kelahiran | Tanggal kelahiran | Pekerjaan/Jabatan | Keterangan lainnya | |
---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | Abdul Kaffar | Kaffar, Abdoel | Sampang, Jatim | 14-05-1913 | Bekas Kapten Mantan Barisan Madura | - | |
2 | Abdul Kahar Muzakir | Moezakir, Abdoel Kahar | Gading, Yogyakarta | 16-04-1907 | Peg Kantor Kooti Zimu Kyoku Yogya bag Ekonomi | - | |
3 | Agus Muhsin Dasaad | Dasaad, Agoes Moechsin | Sulu, Filipina | 25-08-1905 | Pemimpin NV Pabrik Tenun, Wa Ketua Jakarta Tokubetu Si Sangi Kai | - | |
4 | AR Baswedan | Baswedan, AR. | Surabaya | 11-09-1908 | Angg Tyuuoo Sangi In | Angg KNIP 1946 | |
5 *) | Bandoro Pangeran Hario Purubojo | Poeroebojo, Bandoro Pangeran Hario | Yogyakarta | 25-06-1906 | Pembesar Kawedanan Kori Kraton Yogyakarta, Angg Tyuuoo Sangi In | - | |
6 *) #) | Bendoro Kanjeng Pangeran Ario Suryohamijoyo. | Soerjohamidjojo, Bendoro Kanjeng Pangeran Ario | Solo | 13-10-1905 | Ajudan Sri Susuhunan Surakarta | - | |
7 | Bendoro Pangeran Hario Bintoro | Bintoro', Bendoro Pangeran Hario | Yogyakarta | 02-08-1914 | Pejabat di Kesultanan Yogyakarta | - | |
8 *) | Dr. Kanjeng Raden Tumenggung Rajiman Wedyodiningrat | Wedyodiningrat, Radjiman, Kanjeng Raden Tumenggung, Dr | Yogyakarta | 21-04-1879 | Angg Tyuuoo Sangi In, Pertanian di Bulak Ngalaran Walikukun Kab Ngawi | - | |
9 | Dr. Raden Buntaran Martoatmojo | Martoatmodjo, Boentaran, Raden, Dr. | Loano, Purworejo | 11-01-1896 | Ka RSU Negeri Semarang, Wa Ketua Syuu Hookoo Kai Semarang dan Tyuuoo Sangi In | Men Kes I | |
10 | Dr. Raden Suleiman Effendi Kusumaatmaja | Koesoemaatmadja, Soleiman Effendi, Raden. Dr. | Purwakarta | 08-09-1898 | Ketua Tihoo Hooin Semarang, Kendal, Semarang Ken Kooto Hooin Kinmu | Ketua MA I | |
11 | Dr. Samsi Sastrawidagda | Sastrawidagda, Samsi, Dr. | Solo | 13-03-1894 | Ka Kantor Partikelir Tatausaha dan Pajak Surabaya, Angg Tyuuoo Sangi In | Men Keu I | |
12 | Dr. Sukiman Wiryosanjoyo | Wirjosandjojo, Soekiman, Dr. | Sewor, Solo | 19-06-1896 | Dokter Partikelir di Yogyakarta | - | |
13 | Drs. Kanjeng Raden Mas Hario Sosrodiningrat | Sosrodiningrat, Kanjeng Raden Mas Hario, Drs. | Solo | 01-12-1902 | Solo Kooti Soomuu Tyookan | - | |
14 | Drs. Muhammad Hatta | Hatta, Mohammad, Drs. | Bukit Tinggi, Sumbar | 12-08-1902 | Angg Tyuuoo Sangi In, Wa Ketua Hookoo Kaigi Jawa Hookookai | Wakil Presiden I | |
15 | K. H. A Ahmad Sanusi | Sanoesi, A. A., Kiai Haji | Cantayan, Sukabumi | 18-09-1888 | Angg Bogor Syuu Sangi Kai | - | |
16 *) | Haji Abdul Wahid Hasyim | Hasjim, Abdoel Wachid, Haji. | Jombang | 12-02-1913 | Berniaga, Penasehat Kantor Penyelidikan Surabaya. | - | |
17 | Haji Agus Salim | Salim, Agoes, Haji. | Koto Gadang, IV Koto, Agam, Sumbar | 08-10-1884 | N/A | - | |
18 #) | Ir. Pangeran Muhammad Nur | Noor, Mohammad, Pangeran, Ir. | Martapura, Banjarmasin | 24-07-1901 | Pemimpin Kantor Pengairan Bondowoso | Gubernur Kalimantan I | |
19 | Ir. Raden Ashar Sutejo Munandar | Moenandar, Ashar Soetedjo, Raden, Ir. | Siluwak Sawangan Batang | 30-04-1914 | Ingenieur Seibu Jawa Denki Zidyoo Koosya Bogor [versi: Suisin Taityoo Ngawi] | - | |
20 | Ir. Raden Mas Panji Surahman Cokroadisuryo | Tjokroadisoerjo, Soerachman, Raden Mas Panji, Ir. | Wonosobo | 30-08-1894 | Pem Kantor Pusat Kerajinan dan Jawata Tera | Men Kemakmuran I | |
21 | Ir. Raden Ruseno Suryohadikusumo | Soerjohadikoesoemo, Rooseno, Raden, Ir. | Madiun | 08-08-1908 | Ingenieur, Pem distrik II Pengairan Jatim Kediri, Angg Tyuuoo Sangi In, Wa Penasehat Syuu Sangi Kai Kediri | - | |
22 *) | Ir. Sukarno. | Soekarno, Ir. | Surabaya | 06-06-1901 | Penasehat Tyuuoo Sangi In, Sango Soomubu Jakarta | Presiden I | |
23 | K.H. Abdul Halim Majalengka (Muhammad Syatari) | Halim, Abdul (Mohammad Sjatari), K.H. | Majalengka | 17-06-1887 | Penasehat Perikatan Umat Islam Majalengka, Angg Tyuuoo Sangi In Jakarta. | - | |
24 | Kanjeng Raden Mas Tumenggung Ario Wuryaningrat. | Woerjaningrat, Kanjeng Raden Mas Toemenggoeng Ario. | Solo | 12-03-1885 | Bupati Nayoko Kaprah Tengan di Kraton Solo | - | |
25 *) | Ki Bagus Hadikusumo | Hadikoesoemo, Bagoes, Ki | Yogyakarta | xx-xx-1890 | Angg Tyuuoo Sangi In, Ketua Muhammadiyah. | - | |
26 *) | Ki Hajar Dewantara | Dewantara, Hajar, Ki | Paku Alaman, Yogyakarta | 08-05-1889 | Angg Tyuuoo Sangi In Soomu Jawa Hookookai Yogyakarta. | Menteri P&K I | |
27 #) | Kiai Haji Abdul Fatah Hasan | Hasan, Abdul Fatah, Kiai Haji. | Bojonegaro, Cilegon atau Menes (Banten Selatan) (?) | xx-xx-1912 | Angg Banten Syuu Sangi Kai. | - | |
28 | Kiai Haji Mas Mansoer. | Mansoer, Mas, Kiai Haji. | Surabaya | 25-06-1896 | Kamon Shuumubu, Masyumi Jakarta. | - | |
29 | Kiai Haji Masjkur. | Masjkoer, Kiai Haji. | Singasari Malang | 30-12-1902 | Tokoh NU | - | |
30 | Liem Koen Hian | Liem, Koen Hian. | Banjarmasin | xx-xx-1896 | N/A | Pindah kewarga-negaraan | |
31 | Mas Aris. | Aris, Mas. | Karanganyar, Kebumen | 02-01-1901 | Ketua Pati Syuu Sangi Kai, Angg Tyuuoo Sangi In. | - | |
32 | Mas Sutarjo Kartohadikusumo | Kartohadikoesoemo, Soetardjo. Mas | Kunduran, Blora | 22-10-1892 | Syuutyookan Jakarta. | Gubernur Jabar I | |
33 | Mr. A.A. Maramis | Maramis, A. A., Mr. | Manado | 20-06-1897 | Advokat Jakarta. | Meneg Kabinet I | |
34 | Mr. Kanjeng Raden Mas Tumenggung Wongsonagoro. | Wongsonagoro, Kanjeng Raden Mas Toemenggoeng, Mr. | Solo | 20-04-1897 | Bupati Sragen | Residen | |
35 #) | Mr. Mas Besar Martokusumo. | Martokoesoemo, Mas Besar, Mr. | Brebes | 08-07-1893 | Walikota Tegal | - | |
36 | Mr. Mas Susanto Tirtoprojo | Tirtoprodjo, Soesanto, Mas, Mr. | Solo | 03-03-1900 | Madiun Sityoo | - | |
37 | Mr. Muhammad Yamin | Yamin, Muhammad, Mr. | Sawahlunto, Sumbar | 23-08-1903 | Penasehat Sendenbu-sendenka (Sanyoo-Sendenbu) | - | |
38 *) | Mr. Raden Ahmad Subarjo | Soebardjo, Ahmad, Raden, Mr. | Krawang | 23-03-1897 | Pem bag Informasi Gunseikanbu cabang I Jakarta | Men LN I
|
|
39 | Mr. Raden Hindromartono, | Hindromartono, Raden, Mr. | Gunem, Rembang | 31-12-1908 | Shokuin Naimobu Roodo Kyoku | - | |
40 | Mr. Raden Mas Sartono. | Sartono, Raden Mas. Mr. | Wonogiri | 05-08-1900 | Advokat, Angg Tyuuoo Sangi In | Men Neg Kabinet I | |
41 | Mr. Raden Panji Singgih. | Singgih, Raden Panji, Mr. | Malang | 17-10-1894 | - | ||
42 | Mr. Raden Syamsudin | Sjamsoedin, Raden, Mr. | Sukabumi | 01-01-1908 | Ketua Gerakan 3A | Walikota Sukabumi I | |
43 | Mr. Raden Suwandi. | Soewandi, Raden, Mr. | Ngawi | 31-10-1898 | Sanyo Bunkyoo Kyoku | - | |
44 | Mr. Raden, Sastromulyono. | Sastromoeljono, Raden, Mr. | Kudus | 16-10-1898 | Hakim Kootoo Hooin dan Tihoo Hooin Jakarta Tangerang | - | |
45 *) | Mr. Yohanes Latuharhary | Latuharhary, Johanes. Mr. | Saparua, Ambon | 06-07-1900 | Peg. Somubu Jakarta | Gubernur Maluku I | |
46 | Ny. Mr. Raden Ayu Maria Ulfah Santoso | Santoso, Maria Ulfah, Raden Ayu, Mr. | Semarang | 18-08-1911 | Peg Syhobu Jakarta | Men Sos 1946 | |
47 | Ny. Raden Nganten Siti Sukaptinah Sunaryo Mangunpuspito | Mangoenpoespito, Siti Soekaptinah Soenarjo, Raden Nganten | Yogyakarta | 28-12-1907 | Kabag Wanita Kantor Pus Jawa Hookoo Kai Jakarta | - | |
48 | Oey Tiang Tjoei | Oey, Tiang Tjoei. | Jakarta | xx-xx-1893 | Angg Tyuuoo Sangi In, Presiden Hua Chiao Tong Hui | - | |
49 | Oey Tjong Hauw | Oey, Tjong Hauw. | Semarang | xx-xx-1904 | Angg Tyuuoo Sangi In | - | |
50 | P.F. Dahler | Dahler, P.F. | Semarang | 21-02-1883 | N/A | - | |
51 | Parada Harahap | Harahap, Parada | Pargarutan, Sumut | 15-12-1899 | Direktur Percetakan dan Harian Sinar Baru Semarang | Gelar Maharaja Goenoeng Moeda | |
52 *) | Prof. Dr. Mr. Raden Supomo. | Soepomo, Raden, Prof. Mr. Dr. | Sukoharjo, Solo | 22-01-1903 | Pem. Hooki Kyoku, Angg Saikoo Hooin | Men Keh I | |
53 | Prof. Dr. Pangeran Ario Husein Jayadiningrat | Djajadiningrat, Husein, Pangeran Ario, Prof. Dr. | Kramat Watu, Serang | 08-12-1886 | Syumubutyoo, Angg Tyuuoo Sangi In Jakarta. | - | |
54 | Prof. Dr. Raden Jenal Asikin Wijaya Kusuma | Koesoema, Djenal Asikin Widjaja, Raden. Prof. Dr. | Mononjaya, Tasikmalaya | 07-06-1891 | Wa Pemimpin RSU Negeri, Guru Tinggi Ika Dai Gaku Jakarta | - | |
55 *) | Raden Abdul Kadir | Kadir, Abdul, Raden | Binjai, Sumut | 06-06-1906 | Opsir PETA | - | |
56 | Raden Abdulrahim Pratalykrama | Pratalykrama, Abdoelrahim, Raden | Sumenep, Jatim | 10-06-1898 | Wa Residen Kediri | Residen Kediri | |
57 | Raden Abikusno Cokrosuyoso | Tjokrosoejoso, Abikoesno, Raden | Ponorogo | 16-06-1897 | Architectparticulir, Ketua bag Umum kantor pusat Jawa Hookoo Kai | Men PU I | |
58 | Raden Adipati Ario Purbonegoro Sumitro Kolopaking | Kolopaking, Poerbonegoro, Soemitro, Raden Adipati Ario. | Papringan, Banyumas | 14-06-1887 | Bupati Banjarnegara | - | |
59 *) | Raden Adipati Wiranatakoesoema V. | Wiranatakoesoema, Raden Adipati. | Bandung | 08-08-1888 | Bupati Bandung | Men Dagri I | |
60 #) | Raden Asikin Natanegara | Natanegara, Asikin, Raden | Bogor | 23-12-1902 | Ikyu Keishi pada Keimubu | - | |
61 | Raden Mas Margono Joyohadikusumo | Djojohadikoesoemo, Margono, Raden Mas. | Purbolinggo | 16-05-1894 | Penulis Koperasi Kantor Pusat Koperasi Perdagangan Dagri Jakarta | Pendiri BNI 46 | |
62 | Raden Mas Tumenggung Ario Suryo | Soerjo, Raden Mas Toemenggoeng Ario | Magetan | 09-07-1895 | Residen Bojonegoro | Gubernur Jatim I | |
63 *) | Raden Oto Iskandardinata | Iskandardinata, Oto, Raden | Bojongsoang, Kab Bandung | 31-03-1897 | Angg Tyuuoo Sangi In, Zissenkyokutyoo Jawa Hookookai Jakarta | Meneg Kabinet I | |
64 *) ++) | Raden Panji Suroso | Soeroso, Raden Pandji | Porong, Sidoarjo | 03-11-1893 | Wa Ketua Syuu Hookoo Kai Malang | Gubernur Jateng I | |
65 | Raden Ruslan Wongsokusumo | Wongsokoesoemo, Roeslan, Raden | Tanah Merah, Sampang, Madura | 15-10-1901 | Wa Ketua Perseroan Tanggungan Jiwa Bumiputera Jatim, Pembantu kantor cab Asia Raya dan Jawa Shimbun | - | |
66 | Raden Sudirman | Soedirman, Raden | Semarang | 24-12-1890 | Wa Ketua Syuu Hookoo Kai dan Penasehat Surabaya Syuu Sangi Kai | Residen Surabaya | |
67 | Raden Sukarjo Wiryopranoto | Wirjopranoto, Soekardjo, Raden | Kasugihan, Cilacap | 05-06-1903 | Pem Surat Kabar Aria Raya | Jurubicara Negara | |
68 | Tan Eng Hoa | Tan, Eng Hoa | Semarang | xx-xx-1907 | N/A | - | |
69 | Itibangase Yosio | Ichibangase Yosio | N/A | N/A | N/A | - | |
70 ^) [1] | Matuura Mitukiyo | Mitukiyo, Matuura | N/A | N/A | Boo-e ki Kenkyushotyoo | - | |
71 ^)[1] | Miyano Syoozoo | Syoozoo, Miyano | N/A | N/A | Tianbutyoo | - | |
72 ^)[1] | Tanaka Minoru | Minoru, Tanaka | N/A | N/A | Kenkoku Gakuintyoo | - | |
73 ^)[1] | Tokonami Tokuzi | Tokuzi, Tokonami | N/A | N/A | Nainubutyoo | - | |
74 ^)[1] | Itagaki Masumitu | Masumitu ,Itagaki | N/A | N/A | Ika Daigo Kutyoo | - | |
75^)[1] | Masuda Toyohiko | Toyohiko, Masuda | N/A | N/A | Jawa Shinbun Hensyukutyoo | - | |
76 ^)[1] | Ide Teitiroo | Teitiroo, Ide | N/A | N/A | Eks Anggota Panitia Adat dan Tata Negara | - |
Catatan bagian ini:
- Tanda *) menunjukkan anggota tersebut juga menjadi anggota PPKI.
- Tanda #) menunjukkan anggota tersebut adalah tambahan yang mulai bersidang pada 10 Juli 1945.
- Tanda +) dan ++) berturut-turut menujukkan anggota tersebut adalah Ketua dan Ketua Muda (Wakil Ketua) BPUPKI.
- Tanda ^) menujukkan anggota tersebut adalah anggota istimewa bangsa Jepang (tanpa hak suara[?]).
Dokuritu Zyunbi Iin Kai
Dokuritu Zyunbi Iin Kai atau yang sering dikenal dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) adalah sebuah Panitia yang dibentuk oleh Pemerintah Angkatan Darat XVI Jepang yang berkedudukan di Jakarta (selengkapnya baca artikel PPKI) ini beranggotakan 21 orang bangsa Indonesia sebagai anggota biasa dan tanpa bangsa Jepang sebagai anggota luar biasa. Pada sidang 18 Agustus 1945 Sukarno sebagai ketua PPKI, dengan sepengetahuan dan persetujuan pemerintah [Militer Jepang (?)] (lihat keterangan di bawah), menambah 6 orang anggota bangsa Indonesia.Daftar Anggota PPKI
Nomor | Nama anggota dalam EYD | Nama anggota dalam ejaan asli | Tempat kelahiran | Tanggal kelahiran | Pekerjaan/Jabatan | Keterangan lainnya |
---|---|---|---|---|---|---|
1 | Anang Abdul Hamidan | Hamidhan, Anang Abdul. | Rantau, Kalsel | 25-02-1909 | Penanggung jawab Kalimantan Raya kemudian Borneo Shimbun | - |
2 | Andi Pangeran Pettarani. | Pettarani, Pangeran, Andi. | Gowa, Sulsel | 14-04-1903 | Bontonompo (Gowa) dan Arung Macege (Bone) | - |
3 *) | Bandoro Pangeran Hario Purubojo. | Poeroebojo, Bandoro Pangeran Hario. | Yogyakarta | 25-06-1906 | Pembesar Kawedanan Kori Kraton Yogyakarta, Angg Tyuuoo Sangi In | - |
4 *) | Bendoro Kanjeng Pangeran Ario Suryohamijoyo. | Soerjohamidjojo, Bendoro Kanjeng Pangeran Ario. | Solo | 13-10-1905 | Ajudan Sri Susuhunan Surakarta | - |
5 | Dr. G.S.S.J. Ratulangie. | Ratulangie, G.S.S.J., Dr. | Tondano, Minahasa | 05-11-1890 | Peg Kantor Chosasitu Jakarta dan Makasar (Sw) | Gubernur Sulawesi I |
6 *) | Dr. Kanjeng Raden Tumenggung Rajiman Wedyodiningrat. | Wedyodiningrat, Radjiman, Kanjeng Raden Tumenggung, Dr. | Yogyakarta | 21-04-1879 | Angg Tyuuoo Sangi In, Pertanian di Bulak Ngalaran Walikukun Kab Ngawi | - |
7 | Dr. M. Amir. | Amir, M, Dr. | Talawi, Sawahlunto, Sumbar | 27-01-1900 | Dokter Pribadi Sultan Langkat Tanjungpura Sumut | Men Neg |
8 *) ++) | Drs. Muhammad Hatta. | Hatta, Mohammad, Drs. | Bukit Tinggi, Sumbar | 12-08-1902 | Angg Tyuuoo Sangi In, Wa Ketua Hookoo Kaigi Jawa Hookookai. | Wakil Presiden I |
9 | Drs. Yap Tjwan Bing | Yap, Tjwan Bing, Drs. | Solo | 31-10-1910 | Pengelola Apotek Suniaraya | - |
10 *) | Haji Abdul Wahid Hasyim. | Hasjim, Abdoel Wachid, Haji. | Jombang | 12-02-1913 | Berniaga, Penasehat Kantor Penyelidikan Surabaya. | - |
11 | Haji Teuku Mohammad Hasan | Hasan, Moehammad, Teuku, Hadji. | Pidie, Aceh | 04-04-1906 | Peg Kantor Gubernur Medan | Gubernur Sumatera I |
12 *) +) | Ir. Sukarno. | Soekarno, Ir. | Surabaya | 06-06-1901 | Penasehat Tyuuoo Sangi In, Sango Soomubu Jakarta | Presiden I |
13 *) | Ki Bagus Hadikusumo. | Hadikoesoemo, Bagoes, Ki. | Yogyakarta | xx-xx-1890 | Angg Tyuuoo Sangi In, Ketua Muhammadiyah. | - |
14 *) #) | Ki Hajar Dewantara. | Dewantara, Hajar, Ki. | Paku Alaman, Yogyakarta | 08-05-1889 | Angg Tyuuoo Sangi In Soomu Jawa Hookookai Yogyakarta. | Menteri P&K I |
15 *) | Mas Sutarjo Kartohadikusumo. | Kartohadikoesoemo, Soetardjo. Mas. | Kunduran, Blora | 22-10-1892 | Syuutyookan Jakarta. | Gubernur Jabar I |
16 | Mr. Abdul Abbas. | Abbas, Abdul, Mr. | Diskie, Binjai, Sumut | 11-08-1906 | Angg Tyuuoo Sangi In Sumatera | Residen Lampung I |
17 | Mr. I Gusti Ketut Puja. | Pudja, I Gusti Ketut, Mr | Singaraja, Bali | 19-05-1908 | Giyozei Komon (Sunda Minseibu) | Gubernur Sunda Kecil I |
18 *) #) | Mr. Raden Ahmad Subarjo. | Soebardjo, Ahmad, Raden, Mr. | Krawang | 23-03-1897 | Pem bag Informasi Gunseikanbu cabang I Jakarta | Men LN I |
19 #) | Mr. Raden Iwa Kusuma Sumantri. | Soemantri, Iwa Koesoema, Raden, Mr. | Ciamis | 31-05-1899 | Bekas hakim Keizei Hooin Makassar | - |
20 #) | Mr. Raden Kasman Singodimejo | Singodimedjo, Kasman, Raden, Mr. | Kalirejo, Purworejo | 25-02-1908 | Dai Dantyoo PETA Jakarta | Ketua BKR, Ketua KNIP, Jaksa Agung |
21 *) | Mr. Yohanes Latuharhary. | Latuharhary, Johanes. Mr. | Saparua, Ambon | 06-07-1900 | Peg. Somubu Jakarta. | Gubernur Maluku I |
22 #) | Muhammad Ibnu Sayuti Melik. | Melik, Mohammad Ibnu Sayuti. | Yogyakarta | 25-11-1908 | Pemred Surat Kabar Sinar Baru Semarang | - |
23 *) | Prof. Dr. Mr. Raden Supomo. | Soepomo, Raden, Prof. Mr. Dr. | Sukoharjo, Solo | 22-01-1903 | Pem. Hooki Kyoku, Angg Saikoo Hooin | Men Keh I |
24 *) | Raden Abdul Kadir. | Kadir, Abdul, Raden. | Binjai, Sumut | 06-06-1906 | Opsir PETA. | - |
25 *) #) | Raden Adipati Wiranatakusuma. | Wiranatakoesoema, Raden Adipati. | Bandung | 08-08-1888 | Bupati Bandung | Men Dagri I |
26 *) | Raden Oto Iskandardinata. | Iskandardinata, Oto, Raden. | Bojongsoang, Kab Bandung | 31-03-1897 | Angg Tyuuoo Sangi In, Zissenkyokutyoo Jawa Hookookai Jakarta. | Meneg Kabinet I |
27 *) | Raden Panji Suroso. | Soeroso, Raden Pandji. | Porong, Sidoarjo | 03-11-1893 | Wa Ketua Syuu Hookoo Kai Malang | Gubernur Jateng I |
Catatan bagian ini:
- Tanda *) menunjukkan anggota tersebut juga menjadi anggota BPUPKI
- Tanda #) menunjukkan anggota tersebut adalah tambahan (sepengetahuan dan mendapat persetujuan pemerintah [Jepang?] lihat Risalah hal 327 [edisi II] dan 445 [edisi III])
- Tanda +) dan ++) berturut-turut menujukkan anggota tersebut adalah Ketua dan Wakil Ketua PPKI
Keterangan dan Pertanggung jawaban
- Data bersumber pada Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI 28 Mei-22 Agustus Edisi ke-3 (Saafroedin et. al. [Ed], 1995) dan Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI 28 Mei-19 Agustus Edisi ke-2 Cetakan ke-4 (Saafroedin et. al. [Ed], 1993);selanjutnya disebut Risalah.
- Nama anggota dalam ejaan asli merupakan nama yang tertulis pada Biodata Anggota BPUPKI dan PPKI (buku bagian terakhir dan tanpa halaman), kecuali untuk anggota yang berkebangsaan Jepang diambilkan dari Sidang 11 Juli 1945 hal 201-204 Risalah edisi III dan hal 166-170 Risalah edisi II (lihat poin atas).
- Nama anggota dalam EYD adalah nama yang ejaannya disesuaikan dengan EYD dan disusun ulang, sebagian menyesuaikan dengan berbagai halaman pada Risalah, dan sebagian merupakan usaha penyusun sendiri. Penyusunan/pengurutan Anggota BPUPKI dan PPKI berdasarkan pada kolom ini.
- Untuk nama cetak tebal (bold) merupakan nama keluarga/marga (family name) atau nama yang dianggap nama keluarga/marga (family name).
- Untuk nama cetak miring (italic) merupakan gelar akademis, kebangsawanan, keagamaan, maupun gelar yang lain.
- Tempat tanggal lahir sebagian diperjelas dengan menunjukkan lingkungan Provinsi sekarang (2007)
- Tanggal lahir dan bulan lahir xx belum diketahui
- Pekerjaan/Jabatan adalah pekerjaan anggota pada tahun 1944/1945 (saat menjabat sebagai anggota BPUPKI dan atau PPKI)
- N/A (Not Available) pada Kolom Nama, Tempat dan Tanggal Lahir serta Pekerjaan adalah belum terdapat data.
- Anggota BPUPKI pada sidang I (28 Mei – 1 Juni 1945) berjumlah 62 orang bangsa Indonesia dan 8 orang anggota Luar Biasa (Istimewa) Berkebangsaan Jepang (lihat di atas). Pada sidang ke II (10-17 Juli 1945) keanggotaan ditambah 6 orang bangsa Indonesia (lihat Risalah edisi III: xxv-xxvii, 86, 371-372 dan Risalah edisi II: 74).
- Anggota PPKI pada saat pembentukannya (7 Agustus 1945) berjumlah 21 orang bangsa Indonesia. Pada 18 Agustus 1945 ditambah 6 orang dengan sepengetahuan dan persetujuan Pemerintah [Jepang(?)] (Risalah edisi III: 445 dan Risalah edisi II, 1993: 327)
Referensi
Bacaan terkait
- Saafroedin Bahar et. al. (Ed). (1993) Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 29 Mei 1945 – 19 Agustus 1945. Edisi II. Cetakan 4. Jakarta: Sekretariat Negara RI.
- __________________ (1995) Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 28 Mei 1945 – 22 Agustus 1945. Edisi III Jakarta: Sekretariat Negara RI.
|