F-22 Raptor
https://id.wikipedia.org/wiki/F-22_Raptor
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
F-22 mendarat di pangkalan udara Langley.
|
|
Tipe | Pesawat tempur siluman |
---|---|
Produsen | Lockheed Martin Aeronautics Boeing Integrated Defense Systems |
Terbang perdana | 19 November 1990 |
Diperkenalkan | 15 Desember 2005 |
Status | Aktif |
Pengguna utama | Amerika Serikat |
Harga satuan | US$120 juta (2006)[1] |
Varian | X-44 MANTA FB-22 |
F-22 Raptor adalah pesawat tempur siluman buatan Amerika Serikat. Pesawat ini awalnya direncanakan untuk dijadikan pesawat tempur superioritas udara untuk digunakan menghadapi pesawat tempur Uni Soviet, tetapi pesawat ini juga dilengkapi peralatan untuk serangan darat, peperangan elektronik, dan sinyal intelijen. Pesawat ini melalui masa pengembangan yang panjang, versi prototipnya diberi nama YF-22, tiga tahun sebelum secara resmi dipakai diberi nama F/A-22, dan akhirnya diberi nama F-22A ketika resmi mulai dipakai pada Desember 2005. Lockheed Martin Aeronautics
adalah kontraktor utama yang bertanggungjawab memproduksi sebagian
besar badan pesawat, persenjataan, dan perakitan F-22. Kemudian
mitranya, Boeing Integrated Defense Systems memproduksi sayap, peralatan avionik, dan pelatihan pilot dan perawatan.
Daftar isi
Sejarah
Advanced Tactical Fighter (ATF) merupakan kontrak untuk demonstrasi dan program validasi yang dilakukan Angkatan Udara Amerika Serikat untuk mengembangkan sebuah generasi baru pesawat tempur superioritas udara untuk menghadapi ancaman dari luar Amerika Serikat, termasuk dikembangkannya pesawat kelas Su-27 era Soviet.
Pada tahun 1981,
Angkatan Udara Amerika Serikat memetakan syarat-syarat yang harus
dipenuhi sebuah pesawat tempur baru yang direncanakan untuk menggantikan
F-15 Eagle. ATF direncanakan untuk memadukan teknologi modern seperti logam canggih dan material komposit, sistem kontrol mutakhir, sistem penggerak bertenaga tinggi, dan teknologi pesawat siluman.
Proposal untuk kontrak ini diajukan pada tahun 1986, oleh dua tim kontraktor, yaitu Lockheed-Boeing-General Dynamics dan Northrop-McDonnell Douglas, yang terpilih pada Oktober 1986 untuk melalui fase demonstrasi dan validasi selama 50 bulan, yang akhirnya menghasilkan dua prototip, yaitu YF-22 dan YF-23.
Pesawat ini direncanakan untuk menjadi pesawat Amerika Serikat paling canggih pada awal abad ke-21,
karena itu, pesawat ini merupakan pesawat tempur paling mahal, dengan
harga US$120 juta per unit, atau US$361 juta per unit bila ditambahkan
dengan biaya pengembangan.[1] Pada April 2005,
total biaya pengembangan program ini adalah US$70 miliar, menyebabkan
jumlah pesawat yang direncanakan akan dibuat turun menjadi 438, lalu
381, dan sekarang 180, dari rencana awal 750 pesawat.[2] Salah satu faktor penyebab pengurangan ini adalah karena F-35 Lightning II akan memiliki teknologi yang sama dengan F-22, tapi dengan harga satuan yang lebih murah.
YF-22 'Lightning II'
YF-22 merupakan pesawat pengembangan yang menjadi dasar untuk
pembuatan F-22 versi produksi. Namun, ada beberapa perbedaan signifikan
antara keduanya, yaitu perubahan posisi kokpit, perubahan struktur, dan banyak perubahan kecil lainnya.[3]
Kedua pesawat ini sering tertukar pada foto-foto, umumnya pada sudut
pandang yang sulit untuk melihat fitur-fitur tertentu. YF-22 diberikan
julukan Lighting II oleh Lockheed, nama ini bertahan sampai pertengahan 1990-an. Untuk beberapa waktu, pesawat ini juga sempat diberi julukan SuperStar and Rapier.[4] Namun F-35 kemudian secara resmi mendapat nama Lighting II pada 7 Juli 2006.[5]
YF-22 mendapatkan kontrak ATF setelah memenangkan kompetisi terbang mengalahkan YF-23 buatan Northrop-McDonnell Douglas. Pada April 2002, pada saat pengetesan, prototip pertama YF-22 jatuh ketika mendarat di Pangkalan Udara Edwards di California. Sang tes pilot, Tom Morgenfeld, tidak terluka. Penyebab jatuh ini adalah kesalahan pada perangkat lunak.[6]
Produksi
F-22 versi produksi pertama kali dikirim ke Pangkalan Udara Nellis, Nevada, pada tanggal 14 Januari 2003. Pengetesan dan evaluasi terakhir dilakukan pada 27 Oktober 2004.
Pada akhir 2004, sudah ada 51 Raptor yang terkirim, dengan 22 lagi
dipesan pada anggaran fiskal 2004. Kehancuran versi produksi pertama
kali terjadi pada 20 Desember 2004 pada saat lepas landas, sang pilot selamat setelah eject
beberapa saat sebelum jatuh. Investigasi kejatuhan ini menyimpulkan
bahwa interupsi tenaga saat mematikan mesin sebelum lepas landas
menyebabkan kerusakan pada sistem kontrol.[7]
Pergantian nama
Versi produksi pesawat ini diberi nama F-22 Raptor ketika pertama kali dimunculkan pada tanggal 9 April 1997 di Lockheed-Georgia Co., Marietta, Georgia.
Pada September 2002, petinggi Angkatan Udara Amerika Serikat mengubah nama Raptor menjadi F/A-22. Penamaan ini, yang mirip dengan penamaan F/A-18 Hornet Angkatan Laut Amerika Serikat, bertujuan untuk mendorong citra Raptor sebagai pesawat tempur sekaligus pesawat serang darat,
dikarenakan oleh perdebatan yang terjadi di pemerintahan AS tentang
pentingnya pesawat tempur superioritas udara yang sangat mahal. Nama ini
kemudian dikembalikan lagi menjadi F-22 saja pada 12 Desember 2005, dan kemudian pada 15 Desember 2005 F-22A secara resmi mulai dipakai.[8]
Pembelian
Awalnya Angkatan Udara Amerika Serikat berencana memesan 750 ATF, dengan produksi dimulai pada tahun 1994. Pada tahun 1990 Major Aircraft Review mengubah rencana menjadi 648 pesawat udara yang dimulai pada tahun 1996. Tujuan akhirnya berubah lagi pada tahun 1994, menjadi 442 pesawat memasuki masa pakai pada tahun 2003 or 2004. Laporan Kementrian Pertahan pada tahun 1997
mengubah pembelian menjadi 339. Pada tahun 2003, Angkatan Udara
mengatakan bahwa pembatasan pembiayaan kongresional yang ada sekarang
membatasi pembelian menjadi 277. Pada tahun 2006,
Pentagon mengatakan akan membeli 183 pesawat, yang akan menghemat $15
miliar tapi akan menaikkan pembiayaan per pesawat. Rencana ini telah
mendapat persetujuan de facto dari Kongres dalam bentuk rencana
pembelian beberapa tahun, yang masih membuka peluang untuk pemesanan
baru melewati titik tersebut. Lockheed Martin
telah mengatakan bahwa pada FY(Fiscal Year/Tahun Fiskal) 2009 mereka
sudah harus tahu apakah lebih banyak pesawat akan dibeli, untuk
pemesanan barang-barang long-lead.
Pada April 2006, biaya F-22A ditaksir oleh Government Accountability
Office menjadi $361 juta per pesawat. Biaya ini mencerminkan total biaya
program F-22A total program cost, dibagi jumlah jet yang akan dibeli
oleh Angkatan Udara. Sejauh ini, Angkatan Udara telah menginvestasikan
sebanyak $28 miliar dalam riset, pengembangan, dan percobaan Raptor.
Uang itu, yang disebut sebagai "sunk cost,"
telah dibelanjakan dan terpisah dari uang yang digunakan untuk
pengambilan keputusan pada masa depan, termasuk pembelian kopi dari jet
tersebut.
Saat semua 183 jet telah dibeli, $34 miliar akan dibelanjakan untuk
pembelian pesawat udara ini sebenarnya. Ini akan menghasilkan biaya
sekitar $339 juta per pesawat udara berdasarkan biaya total program.
Kenaikan biaya dari satu tambahan F-22 adalah sekitar $120 juta. Jika
Angkatan Udara akan membeli 100 buah tambahan F-22 hari ini, tiap
pesawat akan berharga lebih rendah dari $117 juta dan akan terus jatuh
dengan tambahan pembelian pesawat.[9]
F-22 bukan pesawat paling mahal yang pernah ada; kekhasan itu sepertinya berpulang pada B-2 Spirit
yang secara kasar bernilai $2.2 miliar per unit; walaupun kenaikan
biaya di bawah 1 miliar US Dollar. Untuk lebih adilnya, pemesanan B-2
berubah dari ratusan menjadi beberapa lusin ketika Perang Dingin
berakhir sehingga harga per unitnya melangit. F-22 menggunakan lebih
sedikit bahan penyerap radar daripada B-2 atau F-117 Nighthawk, dengan harapan biaya perawatan yang akan menjadi lebih rendah.
Ciri-ciri
Desain
Konstruksi F-22 39% titanium, 24% komposit, 16% aluminium dan 1%
termoplastik berat. Titanium digunakan untuk rasio tinggi
kekuatan-to-weight di daerah tegangan kritis, termasuk beberapa
bulkheads, dan juga untuk kualitas tahan panas di bagian yang panas dari
pesawat.
Komposit serat karbon telah digunakan untuk frame pesawat, pintu,
spar menengah di sayap, dan untuk panel kulit konstruksi sarang lebah
sandwich.
Kokpit
Kokpit dilengkapi dengan throttle tangan-on dan tongkat kontrol
(HOTAS). Kokpit memiliki enam warna liquid crystal display. Layar
multifungsi proyeksi primer Kaiser Electronics memberikan pandangan
rencana udara dan situasi taktis darat termasuk identitas ancaman,
prioritas ancaman dan informasi pelacakan.
Dua display menyediakan komunikasi, navigasi, identifikasi dan
informasi penerbangan. Tiga menampilkan sekunder menunjukkan ancaman
udara dan darat, toko manajemen dan informasi ancaman udara.
Head-up display (HUD) BAE Systems menunjukkan statusnya sasaran,
status senjata, amplop senjata dan menembak isyarat. Sebuah catatan
kamera video data pada HUD untuk analisis post-misi.
Pergerakan
Mesin turbofan ganda Pratt & Whitney F119-PW-100 F-22 memiliki kemampuan pengarah daya dorong. Pengarah ini bisa mengatur perputaran axis pitch sampai sekitar 20°. Daya dorong maksimum mesin ini masih dirahasiakan, namun diperkirakan sekitar 35.000 lbf (156 kN) per turbofan. Kecepatan maksimum pesawat ini diperkirakan sekitar Mach 1,2 ketika dalam supercruise tanpa senjata eksternal. Dengan afterburner, menurut Lockheed Martin, kecepatannya "lebih dari Mach 2,0" (2.120 km/jam).
F-22 juga bisa bermanuver dengan sangat baik pada kecepatan supersonik maupun subsonik. Penggunaan pengarah daya dorong membuatnya bisa berbelok secara tajam, dan melakukan manuver ekstrem seperti Manuver Herbst, Kobra Pugachev,[10] dan Kulbit. F-22 juga bisa mempertahankan sudut menyerang konstan yang lebih besar dari 60°.[10][11] Ketinggian terbang juga memengaruhi serangan. Dalam latihan militer di Alaska pada Juni 2006,
para pilot F-22 menyebut bahwa kemampuan terbang pada ketinggian yang
lebih tinggi dari pesawat lain merupakan salah satu faktor penentu
kemenangan mutlak F-22 pada latihan tersebut.[12]
Avionik
F-22 menggunakan radar AN/APG-77 AESA yang dirancang untuk operasi superioritas udara
dan serangan darat, yang sulit dideteksi pesawat lawan, menggunakan
apertur aktif, dan dapat melacak beberapa target sekaligus dalam cuaca
apapun. AN/APG-77 mengganti frekuensinya
1.000 kali setiap detik, membuatnya juga sangat sulit dilacak. Radar
ini juga dapat memfokuskan emisi terhadap sensor lawan, membuat pesawat
lawan mengalami gangguan.
Informasi pada radar ini diproses oleh dua prosesor Raytheon, yang masing-masing dapat melakukan 10,5 miliar operasi per detik, dan memiliki memori 300 megabyte. Perangkat lunak pada F-22 terdiri dari 1,7 juta baris koding, yang sebagian besar memproses data yang ditangkap radar.[13] Radar ini memiliki jarak jangkau sekitar 125-150 mil, dan direncanakan untuk dimutakhirkan dengan jarak maksimum sekitar 250 mil.[12]
F-22 juga memiliki beberapa fungsi yang unik untuk pesawat
seukurannya. Antara lain, pesawat ini memiliki kemampuan deteksi dan
identifikasi musuh yang hampir setara dengan RC-135 Rivet Joint.[12] Kemampuan "mini-AWACS" ini membuat F-22 sangat berguna di garis depan. Pesawat ini bisa menandakan target untuk pesawat F-15 dan F-16,
dan bahkan dapat mengetahui pesawat apa yang pesawat kawan sedang
targetkan, jadi bisa membuat agar pesawat kawan tidak mengejar target
yang sama.[10][12]
Bus data yang digunakan pesawat ini diberi nama MIL-STD-1394B, yang dirancang khusus untuk F-22. Sistem bus ini dikembangkan dari sistem komersial FireWire (IEEE-1394),[14] yang diciptakan oleh Apple dan sering ditemukan pada komputer Apple Macintosh. Sistem bus data ini juga akan digunakan pada pesawat tempur F-35 Lightning II.[14]
Persenjataan
Sebuah varian dari meriam M61A2 Vulcan dipasang secara internal atas
asupan udara yang tepat. Sistem penanganan amunisi General Dynamics
linkless memegang 480 putaran amunisi 20mm dan feed pistol pada tingkat
100 putaran per detik.
F-22 memiliki empat cantelan di sayap, masing-masing dinilai untuk
membawa 2.270 kg, yang dapat membawa AIM-120A AMRAAM atau tangki bahan
bakar eksternal. Raptor memiliki tiga teluk senjata internal. Teluk
senjata utama dapat membawa enam rudal AMRAAM AIM-120C atau dua AMRAAM
dan dua £ 1000 GBU-32 serangan mesiu langsung gabungan (JDAM).
Teluk ini dilengkapi dengan peluncur ejeksi vertikal EDO Corp LAU-142
/ A AVEL AMRAAM yang merupakan sistem pneumatik-ejeksi dikendalikan
oleh sistem manajemen. Rudal udara-ke-udara Raytheon AMRAAM adalah semua
cuaca-jarak menengah pendek untuk rudal radar fire-and-forget. Teluk
samping masing-masing dapat dimuat dengan satu Lockheed Martin /
Raytheon AIM-9M atau rudal udara-ke-udara jarak pendek AIM-9X
Sidewinder.
GPS-dipandu, Boeing bom berdiameter kecil (SDB) yang terintegrasi
pada F/A-22 pada Februari 2007. Delapan NaDBS dapat dilakukan dengan dua
rudal AMRAAM.
F-22 dirancang untuk membawa peluru kendali udara ke udara
yang tersimpan secara internal di dalam badan pesawat agar tidak
mengganggu kemampuan silumannya. Peluncuran rudal ini didahului oleh
membukanya katup persenjataan lalu rudal didorong kebawah oleh sistem hidraulik. Pesawat ini juga bisa membawa bom, misalnya Joint Direct Attack Munition (JDAM) dan Small-Diameter Bomb
(SDB) yang lebih baru. Selain penyimpanan internal, pesawat ini juga
dapat membawa persenjataan pada empat titik eksternal, tetapi apabila
ini dipakai akan sangat mengurangi kemampuan siluman, kecepatan, dan
kelincahannya. Untuk senjata cadangan, F-22 membawa meriam otomatis M61A2 Vulcan
20 mm yang tersimpan di bagian kanan pesawat, meriam ini membawa 480
butir peluru, dan akan habis bila ditembakkan secara terus-menerus
selama sekitar lima detik. Meskipun begitu, F-22 dapat menggunakan
meriam ini ketika bertarung tanpa terdeteksi, yang akan dibutuhkan
ketika rudal sudah habis.[10]
Kemampuan siluman
F-22A menawarkan siluman penuh, tidak seperti F-35 yang memiliki
profil radar yang sangat baik dari depan, profil yang kurang tersembunyi
dari sisi, dan profil paling tersembunyi dari seperempat bagian
belakang. Perhatikan bahwa siluman tidak tembus pandang. Ini hanya
memperpendek rentang di mana pesawat terbang dapat dideteksi oleh lawan
di tanah atau di udara, dan membuat kunci radar untuk keterlibatan lebih
sulit untuk mencapai dan menjaga. Tingkat siluman F-22 lebih pendek
rentang yang jauh dari semua posisi musuh, bahkan mereka yang
menggunakan radar VHF baru. Lihat review mengejutkan ini dari Red Flag
"Colonial Flag" 2007, sebagai pilot pertukaran Australia menawarkan
tayangan external link nya:
Saya tidak bisa melihat [sumpah serapah dihapus] hal," kata RAAF Squadron Leader Stephen Chappell, pertukaran F-15 pilot di ke-65 Agresor Squadron. "Ini tidak akan membiarkan saya menempatkan sistem senjata di atasnya, bahkan ketika aku bisa melihatnya secara visual melalui kanopi. [Terbang melawan F-22] mengganggu neraka keluar dari saya.
Perhatikan bahwa pesawat EA-18G telah berhasil membunuh rudal radar
pada F-22 dalam latihan tempur, sehingga bisa dilakukan. Sekali lagi,
siluman tidak tembus pandang. Apa yang dapat dilakukan, adalah membuat
F-22 lawan yang sangat licin, bisa terlibat atau melepaskan diri dari
pertempuran jauh lebih mudah daripada pejuang radar-usia sebelumnya. Itu
sangat penting selama serangan terhadap situs yang paling canggih
anti-pesawat rudal, pesawat AWACS musuh, dan target sulit lainnya.
Mereka skenario high-end akan menjadi bermasalah dalam pesawat yang
memiliki kerentanan-posisi tergantung pada cara, atau menjadi target
yang jauh lebih besar ketika itu terbang menjauh.
Pesawat tempur modern Barat masa kini sudah memakai fitur-fitur yang membuat mereka lebih sulit dideteksi di radar dari pesawat sebelumnya, seperti pemakaian material penyerap radar.
Pada F-22, selain pemakaian material penyerap radar, bentuk dan rupa
F-22 juga dirancang khusus, dan detail lain seperti cantelan pada
pesawat dan helm pilot juga sudah dibuat agar lebih tersembunyi.[15] F-22 juga dirancang untuk mengeluarkan emisi infra-merah yang lebih sulit untuk dilacak oleh peluru kendali "pencari panas".
Namun, F-22 tidak tergantung pada material penyerap radar seperti F-117 Nighthawk. Penggunaan material ini sempat memunculkan masalah karena tidak tahan cuaca buruk.[16] Dan tidak seperti pesawat pengebom siluman B-2 Spirit yang membutuhkan hangar khusus, F-22 dapat diberikan perawatan pada hangar biasa.[16] Selain itu, F-22 juga memiliki sistem yang bernama "Signature Assessment System", yang akan menandakan kapan jejak radar pesawat sudah tinggi, sampai akhirnya membutuhkan pembetulan dan perawatan.[16]
Pemakaian afterburner juga membuat emisi pesawat lebih mudah ditangkap oleh radar,[15] ini diperkirakan adalah alasan mengapa pesawat F-22 difokuskan untuk bisa memiliki kemampuan supercruise.
Super-manuver
Mesin F119 dapat langsung dorong 20 derajat mereka atas atau bawah
menggunakan nozel bergerak, kemampuan yang disebut thrust vectoring.
Bahwa perubahan keterbatasan aerodinamis pesawat, memungkinkan tinggi-g
berubah lebih ketat dan lebih berkelanjutan, manuver kios yang tidak
kios pesawat, dan kemampuan untuk tiba-tiba menunjuk pesawat ke target,
dengan cara yang pesawat lain sulit untuk mencocokkan atau memprediksi.
Pilot Eurofighter Typhoon Jerman telah datang jauh dari latihan
mengungkapkan keyakinan dalam kemampuan mereka untuk manuver dengan
Raptor di dekat "pisau-perkelahian", sehingga F-22 tidak ada duanya.
Karena itu, latihan juga menunjukkan bahwa radar dan pengurangan tanda
tangan inframerah terus mempersulit kehidupan lawan 'dekat, ke titik
menyangkal kunci rudal yang akan bekerja pada pesawat lain.
Eurofighter secara luas dipuji karena penanganan, kekuasaan, manuver,
dan ergonomi, sehingga kesuksesan Luftwaffe bukanlah kejutan lengkap.
Pesawat lain yang muncul untuk mencocokkan kemampuannya, namun, seperti
yang ditunjukkan oleh Inggris Indra Dhanush latihan dengan India. Saat
ini, pesawat SU-30MKA/I/M Rusia dibeli oleh Aljazair, India dan Malaysia
menawarkan desain canard triplane dengan penuh 360 derajat dorong
vectoring nozzles (TVN), dan telah mendapatkan rasa hormat terhadap
kemampuan udara mereka. Lainnya keluarga varian SU-30 seperti SU-35, dan
UAC baru MiG-35, menggunakan teknologi yang sama TVN, seperti yang akan
di-pengembangan tempur siluman Rusia PAK-FA. Eurofighter GmbH adalah
meneliti dan mempromosikan retrofit pilihan thrust-vectoring dari mereka
sendiri, tetapi bahkan belum diuji satu belum.
Perhatikan bahwa Amerika Serikat F-35 Lightning II tidak akan
menawarkan thrust vectoring tempur, mengandalkan hanya pada elektronik
yang mencoba untuk memberikan pesawat 360 derajat menargetkan melalui
sensor DAS EO tertanam dan rudal datalinked.
Radar
Radar AN/APG-77 telah dikembangkan untuk F-22 oleh Sensor Elektronik
dan Sistem Divisi Northrop Grumman dan Sistem Elektronik Raytheon. Radar
menggunakan elektronik dipindai array antena aktif 2.000 pemancar /
menerima modul, yang menyediakan kelincahan, radar rendah penampang dan
bandwidth yang lebar. Pengiriman AN/APG-77 dimulai pada Mei 2005.
Menghidupkan radar bisa menjadi seperti menyalakan senter di lapangan
gelap - dapat dilihat lebih jauh dari pemegang dapat melihat dengan
itu. Radar AN/APG-77 Northrop Grumman menggunakan hard-to-mendeteksi
"frekuensi tangkas" balok yang sangat sulit bagi musuh untuk "melihat".
Radar Aktif elektronik Scanned Array (AESA) menjadi lebih umumpada
pesawat tempur, karena peningkatan kehandalan mereka, kekuatan, dan
fleksibilitas; F-15 sedang dipasang, dan F-35 akan membawa lebih kecil
tetapi mirip AN/APG-81. Kemampuan AESA masa depan juga dapat mencakup
peperangan elektronik dan komunikasi bandwidth tinggi.
Sensor tertanam + Sensor Fusion
Tujuannya adalah untuk memiliki pilot fokus untuk menghadapi musuh,
daripada berurusan dengan pesawat. Sekarang, pesawat tempur memiliki
beberapa sensor dan berbagi informasi link, yang ditunjukkan pada
beberapa menampilkan yang sering memerlukan menekan tombol untuk beralih
kembali dan sebagainya. Prosesor terpadu pusat F-22 (CIP) menawarkan
setara dengan 2 Cray superkomputer, yang digunakan untuk "sensor fusion"
yang bertujuan untuk menempatkan semua informasi pesawat yang terkumpul
menjadi satu tampilan sederhana. Selain itu, keberangkatan radikal
desain embeds sensor pasif untuk berbagai panjang gelombang di sekitar
struktur pesawat. Hal ini sangat meningkatkan kemampuan deteksi pertama,
bahkan dengan radar off; dan kombinasi dengan sensor fusi berarti bahwa
F-22 pilot hampir pasti tahu di mana lawan mereka.
F-35 menggunakan bahkan lebih elektronik internal modern, dan sensor
array yang lebih luas. Termasuk sensor infra merah dan TV yang dapat
digunakan untuk menargetkan kedua musuh udara dan tanah di tingkat yang
sama dengan menargetkan top-end polong dan sistem udara-ke-udara IRST
(Infra-Red Cari dan Track).
Countermeasure atau penanggulangan
Sistem peperangan elektronik pesawat termasuk penerima peringatan
radar dan informasi detektor peluncuran rudal BAE Systems & sistem
peperangan elektronik (IEWS) (sebelumnya Lockheed Martin Sanders).
Komunikasi TRW CNI, navigasi dan sistem identifikasi mencakup
datalink intra-penerbangan, Link joint tactical information distribution
system (JTIDS) dan sistem identifikasi teman atau musuh (IFF).
Boeing bertanggung jawab untuk perangkat lunak misi dan integrasi
avionik. Pesawat ini memiliki inertial reference giroskop laser Northrop
Grumman (dahulu Litton) LTN-100G, global positioning system dan sistem
pendaratan microwave.
Mesin
F-22 ini didukung oleh dua mesin Pratt dan Whitney F119-100. F119-100
adalah bypass rendah setelah pembakaran mesin turbofan menyediakan
dorong 156 kN. F119 adalah mesin pesawat tempur pertama yang dilengkapi
dengan bilah kipas chord berongga lebar yang dipasang di tahap pertama.
Thrust vectoring dikendalikan oleh Hamilton Standard dual redundant
full authority digital engine control (FADEC). FADEC terintegrasi dengan
komputer kontrol penerbangan di sistem manajemen kendaraan BAE Systems.
Supercruise
Kemampuan untuk terbang di atas Mach 1 tanpa menggunakan afterburner.
Sebagian besar pesawat tempur tetap di bawah Mach 1 untuk sebagian
besar hidup layanan mereka - termasuk dalam pertempuran - karena berapa
banyak bahan bakar yang dikonsumsi. 2 mesin Raptor Pratt & Whitney
F119 menawarkan dorong masing-masing £ 35.000, memberikan kemampuan
jelajah F-22 dengan kecepatan Mach 1.5 + tanpa menggunakan afterburner
menenggak bahan bakar.
Keuntungan termasuk rudal dan bom yang terbang jauh ketika
diluncurkan pada kecepatan supersonik, patroli udara lagi pertempuran
jarak dengan lebih banyak waktu yang dihabiskan di atas target,
kemampuan untuk terlibat dan melepaskan lebih mudah terhadap
non-supercruising pesawat tempur musuh, dan sedikit waktu untuk musuh
sekitar bernilai tinggi atau target yang sangat membela untuk menemukan
sebuah masuk F-22. Ketika dikombinasikan dengan diam-diam dan membentang
rentang rudal F-22, itu menjadi sangat sulit bagi musuh untuk
melindungi aset bernilai tinggi seperti pesawat udara AWACS dan kapal
tanker udara.
Untuk saat ini, F-22 adalah satu-satunya pesawat operasional yang
mampu supercruise konsisten sambil membawa beban penuh senjata.
Eurofighter Typhoon datang terdekat, tampil di Mach 1,2 ketika terbang
di 40.000 kaki, dan dipersenjatai dengan hanya 4 MRAAMs bawah bodi mobil
dan 2 ujung sayap rudal SRAAM. Sebagai pejuang seperti Rusia-India
T50/PAK-FA masuk layanan, dan 4 pesawat tempur generasi + mendapatkan
update besar, lebih mungkin menjadi pesawat tempur mampu supercruise
taktis.
Perhatikan bahwa F-35 Lightning II tidak akan supercruise, dan desain
dan aliran udara keterbatasan berarti bahwa ini tidak akan berubah.
Lockheed Martin mengatakan F-35 dirancang untuk percepatan transonik
lebih baik bahwa pejuang top-line saat ini, tetapi hasil tes tampaknya
mendustakan itu, bahkan saat keberlanjutan transonik tetap pertanyaan
taktis utama bagi pelepasan yang cepat.
Spesifikasi (F-22 Raptor)
Data dari USAF,[17] situs Tim F-22 Raptor,[18] dan Aviation Week & Space Technology[12]
Ciri-ciri umum- Kru: 1
- Panjang: 62 kaki 1 in (18,90 m)
- Rentang sayap: 44 kaki 6 in (13,56 m)
- Tinggi: 16 kaki 8 in (5,08 m)
- Luas sayap: 840 kaki² (78,04 m²)
- Airfoil: NACA 64A?05,92 akar, NACA 64A?04,29 ujung
- Berat kosong: 31.670 lb (14.365 kg)
- Berat isi: 55.352 lb (25.107 kg)
- Berat maksimum saat lepas landas: 80.000 lb (36.288 kg)
- Mesin: 2 × Pratt & Whitney F119-PW-100 Turbofan pengarah daya dorong pitch, 35.000 lb (155,7 kN) masing-masing
- Laju maksimum: ≈Mach 2,42 (2.575 km/jam) pada altituda/ketinggian tinggi[19]
- Laju jelajah: Mach 1,72[18] (1.825 km/h) pada altituda/ketinggian tinggi
- Jangkauan feri: 2.000 mi (1.738 nm, 3.219 km)
- Langit-langit batas: 65.000 kaki (19.812 m)
- Laju tanjak: rahasia (tidak diketahui umum)
- Beban sayap: 66 lb/kaki² (322 kg/m²)
- Dorongan/berat: 1,26
- Maximum g-load: −3/+9 g
- Meriam: 1× 20 mm (0,787 in) M61A2 Vulcan gatling gun di pangkal sayap kiri, 480 butir peluru
- Udara ke udara:
- Udara ke darat:
- 2× AIM-120 AMRAAM dan
- 2× AIM-9 Sidewinder dan salah satu:
- 2× 1.000 lb JDAM atau
- 2× Wind Corrected Munitions Dispensers (WCMDs) atau
- 8× 250 lb GBU-39 Small Diameter Bomb
Referensi
- ^ a b "FY 2007 Budget Estimates." Angkatan Udara Amerika Serikat. Februari 2006.
- ^ "Air Force Campaigns to Save Jet Fighter." Wayne, L. The New York Times. 13 Januari 2005.
- ^ "YF-22/F-22A comparison diagram". GlobalSecurity.org.
- ^ Military Aircraft Names
- ^ "Lockheed Martin Joint Strike Fighter Officially Named 'Lightning II.'" Rilis pers pengelola resmi program Joint Strike Fighter. 7 Juli 2006.
- ^ F-22 Timeline
- ^ "F-22 Raptor Flight Test." Pike, J. GlobalSecurity.org.
- ^ "U.S. To Declare F-22 Fighter Operational." Agence France-Presse. 15 Desember 2005.
- ^ "F-22 excels at establishing air dominance." Lopez, C. T. Air Force Print News. 23 June 2006.
- ^ a b c d "Turn and Burn." Fulghum, D. A.; Fabey, M. J. Aviation Week & Space Technology. 8 Januari 2007.
- ^ "F-22 Initial High Angle-of-Attack Flight Results." Peron, L. R. Air Force Flight Test Center. (Abstract)
- ^ a b c d e f "F-22: Unseen and Lethal." Fulghum, D. A.; Fabey, M. J. Aviation Week & Space Technology. 8 Januari 2007. Note: Titled "Raptor Scores in Alaskan Exercise" in online edition.
- ^ "F-22 Avionics." Pike, J. GlobalSecurity.org.
- ^ a b "The Electric Jet." Philips, E. H. Aviation Week & Space Technology. 5 Februari 2007.
- ^ a b "F-22 stealth". globalsecurity.org. Diakses tanggal 21 Februari. Unknown parameter
|accessyear=
ignored (bantuan) - ^ a b c "Away Game." Fulghum, D. A. Aviation Week & Space Technology. 8 Januari 2007.
- ^ "Factsheets: F-22A Raptor". Air Force Link. United States Air Force. 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2005-10-21. Diakses tanggal 18 April. Unknown parameter
|accessyear=
ignored (bantuan) - ^ a b "Flight Test Data". F-22 Raptor Team Website. 2006. Diakses tanggal 18 April. Unknown parameter
|accessyear=
ignored (bantuan) - ^ Angka Mach 2,42 disebutkan oleh pilot Paul Metz. Angkatan Udara AS hanya menyebut "kelas Mach 2"—yang berarti suatu jumlah yang melebihi Mach 2.
Daftar pustaka
- Crosby, Francis. Fighter Aircraft. London: Lorenz Books, 2002. ISBN 0-7548-0990-0.
- Miller, Jay. Lockheed Martin's Skunk Works: The Official History... (updated edition). Leicester, UK: Midland Publishing Ltd., 1995. ISBN 1-85780-037-0.
- Pace, Steve. F-22 Raptor. New York: McGraw-Hill, 1999. ISBN 0-07-134271-0.
- Pace, Steve. X-Fighters: USAF Experimental and Prototype Fighters, XP-59 to YF-23. Oscela, Wisconsin: Motorbooks International, 1991. ISBN 0-87938-540-5.
- Sweetman, Bill. "Fighter EW: The Next Generation." Journal of Electronic Defense, Volume 23, issue 7, July 2000.
- Williams, Mel, ed. Superfighters: The Next Generation of Combat Aircraft. London: AIRtime Publishing Inc., 2002. ISBN 1-880588-53-6.
Lihat pula
Wikimedia Commons memiliki galeri mengenai: |
- Pengembangan yang berhubungan
- Pesawat sebanding dalam peran, konfigurasi, dan era
Pranala luar
- Situs resmi proyek
- F-22 Raptor di situs fighter-planes.com
- F-22 Raptor Laporan Kongres Amerika Serikat, 5 Januari 2005
- Sejarah program F-22
- Wawancara dengan tes pilot F-22, Paul Metz, 1998
- http://www.aircraftcompare.com/ Lockheed Martin F-22 Raptor, Price - Price $ 138 million U.S. * (Financial Year 2013), Fuel Economy - 0.47 km per litre, 1.10 NM per gallon
-
6 Jet Tempur Siluman Terbaik Di Dunia
https://tipsartikeldanpengetahuan.wordpress.com/2013/04/15/6-jet-tempur-siluman-terbaik-di-dunia/
1. F-22 Raptor (AS)
F-22 Raptor adalah pesawat tempur siluman buatan Amerika Serikat. Pesawat ini awalnya direncanakan untuk dijadikan pesawat tempur superioritas udara untuk digunakan menghadapi pesawat tempur Uni Soviet, tetapi pesawat ini juga dilengkapi peralatan untuk serangan darat, peperangan elektronik dan sinyal intelijen. Pesawat ini melalui masa pengembangan yang panjang, versi prototipnya diberi nama YF-22, tiga tahun sebelum secara resmi dipakai diberi namaF/A-22 dan akhirnya diberi nama F-22A ketika resmi mulai dipakai pada Desember 2005.Lockheed Martin Aeronautics adalah kontraktor utama yang bertanggungjawab memproduksi sebagian besar badan pesawat, persenjataan dan perakitan F-22. Kemudian mitranya, Boeing Integrated Defense Systems memproduksi sayap, peralatan avionik dan pelatihan pilot dan perawatan.F-22 dirancang untuk membawa peluru kendali udara ke udara yang tersimpan secara internal di dalam badan pesawat agar tidak mengganggu kemampuan silumannya. Peluncuran rudal ini didahului oleh membukanya katup persenjataan lalu rudal didorong kebawah oleh sistem hidraulik.
Pesawat ini juga bisa membawa bom, misalnya Joint Direct Attack Munition (JDAM) dan Small-Diameter Bomb (SDB) yang lebih baru. Selain penyimpanan internal, pesawat ini juga dapat membawa persenjataan pada empat titik eksternal, tetapi apabila ini dipakai akan sangat mengurangi kemampuan siluman, kecepatan dan kelincahannya.Untuk senjata cadangan, F-22 membawa meriam otomatis M61A2 Vulcan 20 mm yang tersimpan di bagian kanan pesawat, meriam ini membawa 480 butir peluru dan akan habis bila ditembakkan secara terus-menerus selama sekitar lima detik. Meskipun begitu, F-22 dapat menggunakan meriam ini ketika bertarung tanpa terdeteksi, yang akan dibutuhkan ketika rudal sudah habis.Pesawat tempur modern Barat masa kini sudah memakai fitur-fitur yang membuat mereka lebih sulit dideteksi di radar dari pesawat sebelumnya, seperti pemakaian material penyerap radar. Pada F-22 selain pemakaian material penyerap radar, bentuk dan rupa F-22 juga dirancang khusus dan detail lain seperti cantelan pada pesawat dan helm pilot juga sudah dibuat agar lebih tersembunyi. F-22 juga dirancang untuk mengeluarkan emisi infra-merah yang lebih sulit untuk dilacak oleh peluru kendali “pencari panas”.
Namun F-22 tidak tergantung pada material penyerap radar seperti F-117 Nighthawk. Penggunaan material ini sempat memunculkan masalah karena tidak tahan cuaca buruk. Tidak seperti pesawat pengebom siluman B-2 Spirit yang membutuhkan hangar khusus, F-22 dapat diberikan perawatan pada hangar biasa. Selain itu F-22 juga memiliki sistem yang bernama “Signature Assessment System“, yang akan menandakan kapan jejak radar pesawat sudah tinggi, sampai akhirnya membutuhkan pembetulan dan perawatan.
Pemakaian afterburner juga membuat emisi pesawat lebih mudah ditangkap oleh radar, ini diperkirakan adalah alasan mengapa pesawat F-22 difokuskan untuk bisa memiliki kemampuan supercruise.2. F-35 Lighthing II (AS)
F-35 Lightning II atau Joint Strike Fighter adalah pesawat tempur generasi ke 5, produksi kerjasama Lockheed Martin, Northrop Grumman dan BAE Systems. Pesawat super canggih ini mempunyai kapabilitas “Stealth”, tidak akan terlihat di radar lawan. Jumlah persenjataan dan amunisi yang bisa dibawanya pun lebih bayak dibanding pesawat-pesawat tempur generasi sebelumnya, seperti F-16 dan F-18.F-35 Lightning II adalah pesawat canggih yang mampu mengelak dari radar lawan. Pesawat ini merupakan hasil pengembangan dari pesawat X-35 dalam program Joint Strike Fighter. Pesawat ini adalah pesawat tempur berkursi tunggal, bermesin tunggal yang dapat melakukan banyak fungsi, antara lain pertempuran udara ke udara (dogfight), dukungan udara jarak dekat, serangan ke permukaan dan pengeboman taktis.F-35 Lightning JSF bentuknya seperti pesawat jet tempur modern, tetapi yang membuat jet ini khusus adalah perangkat lunak dan kemampuan mengumpulkan data intelijen.JSF juga merupakan pesawat mata-mata di angkasa. Pesawat ini dapat mengumpulkan informasi dari angkasa luar, darat, pesawat lain dan kemudian mengirimkannya ke para komandan di darat. Pilot mempunyai “mata dewa” saat perang. Dengan menekan sebuah tombol, maka sebuah kamera yang berada di bawah akan mulai bekerja, yang berfungsi untuk melihat keseluruhan pesawat.Saat terbang jet ini mengetahui cara melayang lebih baik daripada pilot Harrier terbaik. Pilot tidak disibukkan dengan mengemudi sehingga lebih dapat memusatkan perhatian berperang.Pengembangan pesawat ini dibiayai oleh Amerika Serikat, Britania Raya dan beberapa negara lainnya. Pesawat demonstrasi, pertama kali terbang pada tahun 2000 dan pesawat versi produksi pertama kali terbang pada 15 Desember 2006. Steve Long adalah pilot RAF pertama yang mengemudi jet satu kursi tersebut.3. Chengdu J-20 (Cina)Chengdu J-20 adalah pesawat tempur siluman pertama buatan China kira kira setahun lalu dilaporkan telah menjalani uji kecepatan di Chengdu Aircraft Design Institute Airport, China. Dalam laporan tersebut menyebutkan bahwa uji coba tersebut dilakukan pada 29 Desember 2010. Pesawat tempur dengan teknologi stealth (siluman) ini memiliki ukuran yang lebih besar dari pada yang diperkirakan sebelumnya oleh para pengamat militer dari luar negeri.Uji coba yang dilakukan oleh J-20 sekaligus mematahkan anggapan Menteri Pertahanan AS, Robert Gate, bahwa China tidak akan mampu membuat pesawat tempur siluman setidaknya hingga tahun 2020. Keyakinan ini juga yang membuat Gate mengusulkan untuk menghentikan produksi F-22 Raptor.Mengenai Chengdu J-20 ini sudah dipublikasikan oleh pihak militer China pada sebuah wawancara TV pada bulan November 2009. Dalam wawancara tersebut Jenderal He Weirong, pejabat pada AU China, mengatakan bahwa mereka akan melakukan uji coba terbang pesawat siluman tersebut antara tahun 2010 dan 2011. Dan diharapkan Chengdu J-20 sudah bisa dioperasikan paling lambat pada tahun 2019.Pesawat J-20 adalah pesawat berawak (pilot) tunggal dengan mesin ganda. Ukurannya lebih besar dan lebih berat jika dibandingkan dengan dua pesawat siluman milik Rusia dan AS, F-22 Raptor dan Sukhoi T-50. Spesifikasinya belum diketahui tapi setidaknya pesawat siluman milik China ini memiliki panjang 75 kaki.Awal pengembangan proyek jet tempur siluman China dikabarkan telah dimulai pada dasawarsa 1990-an. Kantor US Office of Naval Intelligence (ONI) melaporkan bahwa sebuah jet tempur canggih dengan mesin ganda sedang dibangun di Shenyang Aircraft Corporation (SAC) pada tahun 1998.Sebuah pesawat yang dikenal dengan nama J-12 dan pada tahun 2002, Shenyang Aircraft Corporation (SAC) telah dipilih untuk penelitian dan pengembangan pesawat-pesawat tempur yang dibutuhkan China pada abad 21. Salah satunya adalah pesawat yang dikenal dengan nama XXJ atau Chengdu J-20. Pesawat tempur yang diproyeksikan untuk dua orang awak serta memiliki kelas dan kemampuan yang sama dengan F-22 Raptor milik AS. Laporan dari China pada tahun 2002 mengatakan bahwa mereka secara rahasia sedang mengembangkan beberapa desain pesawat tempur yang akan menjadi tandingan bagi jet tempur siluman F-22 Raptor dan F-35 JSF.4. Sukhoi PAK FA T-50 (Rusia)
Sukhoi T-50 PAK FA adalah jet tempur generasi kelima yang dikembangkan oleh Sukhoi OKB untuk Angkatan Udara Rusia. Pembuat pesawat tempur ini direncanakan untuk menggantikan jet tempur Mig-29 Fulcrum dan Su-27 Flanker pada sistem pertahanan udara Rusia. Selain itu Sukhoi T-50 juga dijadikan sebagai dasar untuk proyek Sukhoi HAL FGFA yang bertujuan mengembangkan jet tempur untuk kebutuhan Angkatan Udara India.Sukhoi T-50 sengaja dirancang untuk menandingi jet tempur siluman F-22 Raptor dan F-35 Lightning II milik AS. Penerbangan perdana Sukhoi T-50 dilakukan pada tanggal 29 Januari 2010. Kemudian disusul dengan penerbangan kedua pada tanggal 12 Februari 2010. Dan hingga pada tanggal 31 Agustus 2010, PAK FA Sukhoi T-50 sudah 17 kali melakukan penerbangan.Mikhail PogosyanDirektur Sukhoi, Mikhail Pogosyan, telah memproyeksikan pemasaran 1.000 unit Sukhoi T-50 PAK FA dalam waktu empat dekade ke depan. Pembuatan jet tempur siluman ini akan dilakukan berdasarkan kerja sama Rusia dengan India. Kedua negara tersebut masing-masing akan memiliki 200 unit Sukhoi T-50, sedangkan 600 unit berikutnya akan dijual kepada negara-negara lain. Pada tahap pertama Angkatan Udara India akan memperoleh 50 unit pesawat versi satu crew (versi Rusia) sebelum pengembangan Sukhoi T-50 dengan 2 crew yang akan dikembangkan pada proyek FGFA. Sedangkan Departemen Pertahanan Rusia akan membeli 10 unit pada produksi tahap pertama di tahun 2012, kemudian disusul pembelian 60 unit pada tahun 2016.Sementara itu Ruslan Pukhov, Direktur Pusat Analisis Strategi dan Teknologi Sukhoi, telah memproyeksikan bahwa Vietnam akan menjadi negara kedua setelah Rusia dan India yang akan membeli produk Sukhoi T-50 PAK FA ini. Jet tempur ini diharapkan memiliki masa operasional sekitar 30 hingga 35 tahun.Radar kompleks PAK FA SH121 memiliki tiga radar X-Band AESA yang terpasang pada bagian depan dan sisi pesawat. Kemudian didukung juga oleh radar L-Band yang terpasang pada permukaan sayap yang terbukti telah meningkatkan efektivitas terhadap target VLO yang dioptimalkan pada frekuensi X-Band. Pesawat tempur ini juga memiliki IRST IR / search optik dan sistem pelacakan. Sementara itu Hindustan Aeronautics Ltd dikabarkan akan menyediakan sistem navigasi dan sistem komputer misi.Persenjataan tidak dipasang pada prototipe yang telah menjalani uji penerbangan. Tapi kemungkinan besar Sukhoi T-50 PAK FA akan dilengkapi dengan senapan GSh-301 yang memiliki kaliber 30 mm. Untuk persenjataan rudal, kemungkinan akan digunakan rudal jenis Izdeliye 810, K74, K30, KH38M, dan KH58 USHK. Bom yang diangkut adalah bom berpandu yang memiliki bobot dari 250 kg hingga 1.500 kg.5. Mitsubishi ATD-X Shinsin (Jepang)
Mitsubishi ATD-X Shinsin Jepang adalah jet tempur generasi kelima yang menggunakan teknologi siluman canggih. Dikembangkan oleh Kementrian Pertahanan Jepang, untuk pengembangan tehnik dilakukan oleh Technical Research and Development Institute (TRDI). Kontraktor utama proyek ini adalah Mitsubishi Heavy Industries. Pesawat ini akan menjadi pesawat tempur siluman pertama yang dibuat oleh jepang. Nama ATD-X adalah kronim dari “Advanced Technology Demonstrator – X“. Pesawat ini dalam bahasa jepangnya bernama 心神 (shin-shin) yang berarti “Hati dan Jiwa”. Pesawat ini dijadwalkan terbang untuk pertama kalinya pada tahun 2014. Desain dan bentuk pesawat ini banyak memiliki kemiripan dengan pesawat-pesawat tempur generasi ke empat dan kelima buatan Amerika. Peswat ini banyak miripannya dengan F-22 Raptor.6. KFX Indonesia Korsel
Untuk saat ini Angkatan Udara AS jelas memiliki keunggulan karena F-22 Raptor mereka sudah siap pakai disamping F-35 yang sudah dalam tahap perampungan. Sekedar informasi, saat ini Indonesia juga bekerjasama dengan Korea Selatan untuk membuat jet tempur siluman masa depan. Proyek Indonesia-Korsel ini memiliki persentase keberhasilan yang cukup tinggi. Untuk saat ini, jet tempur Indonesia Korsel ini disebut dengan KFX.Proyek bilateral ini sudah berjalan dan berlangsung lebih kurang satu setengah tahun. Selama kurun waktu tersebut konsep jet tempur masa datang generasi 4,5 ini telah diurai dan disusun menurut kebutuhan operasional sistem pertahanan Korea dan Indonesia. Program ini dikatakan telah menelan anggaran 8 miliar dolar AS, dimana Indonesia akan menanggung 20 persen sementara sisanya akan dipikul Korea. Dalam perjanjian juga disepakati, Indonesia berhak membeli 50 unit pesawat, sementara Korea Selatan 150 unit. Dan jika pesawat ini dibeli negara lain, kedua pihak akan berbagi royalti.Perancangan front-liner fighter yang bakal beroperasi setelah 2020 ini dipusatkan di KFX/IFX Research Center, Daejeon, 160 km sebelah selatan ibukota Seoul. Di sini telah berkutat dan saling bertukar-pikiran 140 enjinir dari kedua negara, di mana 30 persennya berasal dari Indonesia. KFX/IFX tak lain adalah singkatan dari Korea Fighter Experiment/Indonesia Fighter Experiment. Korea Selatan sendiri ingin Turki ikut bergabung, namun negeri ini mengundurkan diri setelah sebelumnya sempat menyatakan tertarik.Menurut pihak Defence Acquisition Program Administration (DAPA) Korea Selatan, jet-jet tempur baru ini akan menggantikan jajaran F-4 Phantom dan F-5 yang sudah menua. Korea tertarik mengajak Indonesia, karena Indonesia merupakan sahabat yang tak memiliki problem politik dan batas wilayah. Telah mampunya Indonesia membuat sendiri pesawat terbang dan adanya hubungan dagang di antara kedua negara, juga menjadi faktor penentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar