Al Quran Dan Hadis Menyatakan Ahlul Bait Selalu Dalam Kebenaran
https://secondprince.wordpress.com/2007/11/25/al-quran-dan-hadis-menyatakan-ahlul-bait-selalu-dalam-kebenaran/
Posted on November 25, 2007 by secondprince
Ahlul Bait adalah Pribadi-pribadi yang selalu berada dalam kebenaran
Mereka mendapat kemuliaan yang begitu
besar yang telah ditetapkan dalam Al Quran dan Hadis. Banyak sekali
isu-isu seputar masalah ini yang membuat orang enggan membahasnya. Yang
saya maksud itu adalah Bagaimana sebenarnya kedudukan Ahlul Bait Rasulullah SAW dalam Islam.
Ada sebagian kelompok yang sangat memuliakan Ahlul Bait, berpedoman
kepada Mereka dan Mengambil Ilmu dari Mereka. Ada juga kelompok yang
lain yang juga memuliakan Ahlul Bait dan mendudukkan mereka layaknya
seperti Sahabat Nabi SAW yang juga memiliki keutamaan yang besar. Ada
perbedaan yang besar diantara kedua kelompok ini.
- Kelompok yang pertama memiliki pandangan bahwa Ahlul Bait adalah pedoman bagi umat islam agar tidak sesat sehingga Mereka adalah Pribadi-pribadi yang ma’sum dan terbebas dari kesalahan. Kelompok yang pertama ini adalah Islam Syiah
- Kelompok yang kedua memiliki pandangan bahwa Ahlul Bait tidak ma’sum walaupun memiliki banyak keutamaan sehingga Mereka juga tidak terbebas dari kesalahan. Kelompok yang kedua ini adalah Islam Sunni.
Tulisan ini adalah Analisis tentang bagaimana sebenarnya kedudukan Ahlul Bait dalam Islam.
Sumber-sumber yang saya pakai sepenuhnya adalah hadis-hadis dalam Kitab
Hadis Sunni. Sebelumnya perlu ditekankan bahwa tulisan ini berusaha
untuk menelaah pandangan manakah yang benar dan sesuai dengan dalil
perihal kedudukan Ahlul Bait Rasulullah SAW. Sebaiknya perlu juga
dijelaskan bahwa pembahasan seputar kemuliaan Ahlul Bait ini tidak perlu
selalu dikaitkan dengan Sunni atau Syiah. Maksudnya bagaimanapun
nantinya pandangan saya tidak perlu dikaitkan dengan apakah saya Sunni atau Syiah karena memang bukan itu inti masalahnya. Cukup lihat dalil atau argumen yang dipakai dan nilailah sendiri benar atau tidak.
.
.
Kemuliaan Ahlul Bait Dalam Al Quran
Al Quran dalam Surah Al Ahzab 33 telah menyatakan kedudukan Ahlul Bait bahwa Mereka adalah Pribadi-pribadi yang disucikan oleh Allah SWT.
Mari kita lihat Al Ahzab ayat 33 yang berbunyi
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta’atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai Ahlul Bait dan mensucikanmu sesuci-sucinya.
Jika kita melihat ayat sebelum dan sesudah ayat ini maka dengan sekilas kita dapat menyimpulkan bahwa Ahlul Bait yang dimaksud itu adalah istri-istri Nabi SAW
karena memang ayat sebelumnya ditujukan pada istri-istri Nabi SAW.
Pemahaman seperti ini dapat dibenarkan jika tidak ada dalil shahih yang
menjelaskan tentang ayat ini. Mari kita bahas.
Kita sepakat bahwa Al Quran diturunkan
secara berangsur-angsur, artinya tidak diturunkan sekaligus dalam bentuk
kitab yang utuh melainkan diturunkan sebagian-sebagian. Untuk
mengetahui kapan ayat-ayat Al Quran diturunkan kita harus merujuk kepada
Asbabun Nuzulnya. Tapi sayangnya tidak semua ayat Al Quran
terdapat asbabun nuzul yang shahih menjelaskan sebab turunnya.
Berdasarkan hal ini maka ayat-ayat dalam al Quran dibagi menjadi
- Ayat Al Quran yang memiliki Asbabun Nuzul atau sebab turunnya. Maksudnya ayat ini turun berkaitan dengan peristiwa atau tujuan tertentu. Hal ini diketahui dengan hadis asbabun nuzul yang shahih.
- Ayat Al Quran yang tidak memiliki Asbabun Nuzul atau sebab turunnya karena memang tidak ada asbabun nuzul yang shahih yang menjelaskan sebab turunnya
Lalu apa kaitannya dengan pembahasan
ini?. Ternyata terdapat asbabun nuzul yang shahih yang menjelaskan
turunnya penggalan terakhir surah Al Ahzab 33 yang lebih dikenal dengan sebutan Ayat Tathhir(ayat penyucian) yaitu penggalan
Innamaa Yuriidullaahu Liyudzhiba ’Ankumurrijsa Ahlalbayti Wayuthahhirakum Tathhiiraa.(QS Al Ahzab 33)
Yang arti atau terjemahannya adalah
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai Ahlul Bait dan mensucikanmu sesuci-sucinya.
Ternyata banyak Hadis-hadis shahih dan jelas yang menyatakan bahwa ayat Innamaa Yuriidullaahu Liyudzhiba ’Ankumurrijsa Ahlalbayti Wayuthahhirakum Tathhiiraa.(QS Al Ahzab 33) turun sendiri terpisah dari ayat sebelum dan sesudahnya. Artinya ayat tersebut tidak terkait dengan ayat sebelum dan sesudahnya yang ditujukan untuk istri-istri Nabi SAW. Ayat tersebut justru ditujukan untuk Pribadi-pribadi yang lain dan bukan istri-istri Nabi SAW. Mungkin ada yang akan berpendapat bahwa yang seperti ini sama halnya dengan Mutilasi ayat, hal ini jelas tidak benar karena ayat yang dimaksud memang ditujukan untuk pribadi tertentu sesuai dengan asbabun nuzulnya.
Sebenarnya Ada dua cara untuk mengetahui siapa yang dituju oleh suatu Ayat dalam Al Quran.- Cara yang pertama adalah dengan melihat ayat sebelum dan ayat sesudah dari ayat yang dimaksud, memahaminya secara keseluruhan dan baru kemudian menarik kesimpulan.
- Cara kedua adalah dengan melihat Asbabun Nuzul dari Ayat tersebut yang terdapat dalam hadis yang shahih tentang turunnya ayat tersebut.
Cara pertama yaitu dengan melihat urutan
ayat, jelas memiliki syarat bahwa ayat-ayat tersebut diturunkan secara
bersamaan atau diturunkan berkaitan dengan individu-individu yang sama.
Dan untuk mengetahui hal ini jelas dengan melihat Asbabun Nuzul ayat
tersebut. Jadi sebenarnya baik cara pertama atau kedua sama-sama
memerlukan asbabun nuzul ayat tersebut. Seandainya terdapat dalil yang
shahih dari asbabun nuzul suatu ayat tentang siapa yang dituju dalam ayat tersebut maka hal ini jelas lebih diutamakan ketimbang melihat urutan ayat baik sebelum maupun sesudahnya. Alasannya adalah ayat-ayat Al Quran tidaklah diturunkan secara bersamaan melainkan diturunkan berangsur-angsur. Oleh karenanya dalil shahih dari Asbabun Nuzul jelas lebih tepat menunjukkan siapa yang dituju dalam ayat tersebut.
Berbeda halnya apabila tidak ditemukan dalil shahih yang menjelaskan Asbabun Nuzul ayat tersebut. Maka dalam hal ini jelas lebih tepat dengan melihat urutan ayat baik sebelum maupun sesudahnya untuk menangkap maksud kepada siapa ayat tersebut ditujukan.
Jadi ini bukan mutilasi ayat tapi memang ayatnya turun sendiri terpisah dari ayat sebelum maupun sesudahnya dan
ditujukan untuk pribadi-pribadi tertentu. Hal ini berdasarkan
hadis-hadis yang menjelaskan Asbabun Nuzul Ayat Tathir, Hadis ini
memiliki derajat yang sahih dan dikeluarkan oleh Ibn Abi Syaibah,
Ahmad, Al Tirmidzi, Al Bazzar, Ibnu Jarir Ath Thabari, Ibnu Hibban, Ibnu
Abi Hatim, Al Hakim, Ath Thabrani, Al Baihaqi dan Al Hafiz Al Hiskani. Berikut adalah hadis riwayat Tirmidzi dalam Sunan Tirmidzi.
Diriwayatkan dari Umar bin Abu Salamah yang berkata, “Ayat berikut ini turun kepada Nabi Muhammad SAW, Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya.(QS Al Ahzab 33). Ayat tersebut turun di rumah Ummu Salamah , lalu Nabi Muhammad SAW memanggil Fathimah, Hasan dan Husain, lalu Rasulullah SAW menutupi mereka dengan kain sedang Ali bin Abi Thalib ada di belakang punggung Nabi SAW .Beliau SAW pun menutupinya dengan kain Kemudian Beliau bersabda” Allahumma( ya Allah ) mereka itu Ahlul BaitKu maka hilangkanlah dosa dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya. Ummu Salamah berkata,” Dan apakah aku beserta mereka wahai Rasulullah SAW? . Beliau bersabda “ engkau mempunyai tempat sendiri dan engkau menuju kebaikan”. (Hadis Sunan Tirmidzi no 3205 dan no 3871 dinyatakan shahih oleh Syaikh Nashiruddin Al Albani dalam Shahih Sunan Tirmidzi).
Dari hadis ini dapat diketahui beberapa hal sebagai berikut
- Bahwa ayat ini turun di rumah Ummu Salamah ra, dan terpisah dari ayat sebelum maupun sesudahnya. Hadis itu menjelaskan bahwa yang turun itu hanya penggalan ayat Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya.
- Ahlul Bait yang dimaksud dijelaskan sendiri oleh Nabi SAW melalui kata-kata Beliau SAW “Ya Allah, mereka adalah Ahlul BaitKu” Pernyataan ini ditujukan pada mereka yang diselimuti kain oleh Rasulullah SAW yaitu Sayyidah Fatimah as, Imam Ali as, Imam Hasan as dan Imam Husain as.
- Ayat ini tidak ditujukan untuk istri-istri Nabi SAW. Buktinya adalah Pertanyaan Ummu Salamah. Pertanyaan Ummu Salamah mengisyaratkan bahwa ayat itu tidak ditujukan untuk istri-istri Nabi SAW, karena jika Ayat yang dimaksud memang turun untuk istri-istri Nabi SAW maka seyogyanya Ummu Salamah tidak perlu bertanya Dan apakah aku beserta mereka wahai Rasulullah SAW?. Bukankah jika ayat tersebut turun mengikuti ayat sebelum maupun sesudahnya maka adalah jelas bagi Ummu Salamah bahwa Beliau ra selaku istri Nabi SAW juga dituju dalam ayat tersebut dan Beliau ra tidak akan bertanya kepada Rasulullah SAW. Adanya pertanyaan dari Ummu Salamah ra menyiratkan bahwa ayat ini benar-benar terpisah dari ayat yang khusus untuk Istri-istri Nabi SAW. Sekali lagi ditekankan kalau memang ayat itu jelas untuk istri-istri Nabi SAW maka Ummu Salamah ra tidak perlu bertanya lagi “Dan apakah aku bersama mereka wahai Nabi Allah?”.
- Penolakan Rasulullah SAW terhadap pertanyaan Ummu Salamah, Beliau SAW bersabda “ engkau mempunyai tempat sendiri dan engkau menuju kebaikan”. Hal ini menunjukkan Ummu Salamah selaku salah satu Istri Nabi SAW tidaklah bersama mereka Ahlul Bait yang dituju oleh ayat ini. Beliau Ummu Salamah ra mempunyai kedudukan tersendiri dan bukanlah Ahlul Bait yang dimaksud dalam ayat ini.
Kesimpulan dari hadis-hadis Asbabun nuzul ayat tathhir adalah Ahlul Bait dalam Al Ahzab 33 itu adalah
- Rasulullah SAW sendiri karena ayat itu turun untuk Beliau berdasarkan kata-kata Ayat berikut ini turun kepada Nabi Muhammad SAW
- Mereka yang diselimuti kain oleh Rasulullah SAW dan dinyatakan bahwa mereka adalah Ahlul Bait Rasulullah SAW yang dimaksud yaitu Sayyidah Fatimah as, Imam Ali as, Imam Hasan as dan Imam Husain as.
Terdapat beberapa ulama ahlus sunnah yang menyatakan bahwa ayat tathiir adalah khusus untuk Ahlul Kisa’ (Rasulullah SAW, Sayyidah Fatimah as, Imam Ali as, Imam Hasan as dan Imam Husain as) yaitu
- Ibnu Jarir Ath Thabari dalam kitab Tafsir Ath Thabary juz I hal 50 ketika menafsirkan ayat ini beliau membatasi cakupan Ahlul Bait itu hanya pada diri Nabi SAW, Ali, Fathimah, Hasan dan Husain dan menyatakan bahwa ayat tersebut hanya untuk Mereka berlima (merujuk pada berbagai riwayat yang dikutip Thabari).
- Abu Ja’far Ath Thahawi dalam kitab Musykil Al Atsar juz I hal 332-339 setelah meriwayatkan berbagai hadis tentang ayat ini beliau menyatakan bahwa ayat tathiir ditujukan untuk Rasulullah SAW, Ali, Fathimah, Hasan dan Husain dan tidak ada lagi orang selain Mereka. Beliau juga menolak anggapan bahwa Ahlul Bait yang dituju oleh ayat ini adalah istri-istri Nabi SAW. Beliau menulis Maka kita mengerti bahwa pernyataan Allah dalam Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya. (Al-Ahzab :33) ditujukan pada orang-orang yang khusus dituju olehNya untuk mengingatkan akan derajat Mereka yang tinggi dan para istri Rasulullah SAW hanyalah yang dituju pada bagian yang sebelumnya dari ayat itu yaitu sebelum ditujukan pada orang-orang tersebut”.
Mungkin
terdapat keraguan sehubungan dengan urutan ayat Al Ahzab 33, kalau
memang ayat tersebut hanya ditujukan untuk Ahlul Kisa’ kenapa ayat ini
terletak diantara ayat-ayat yang membicarakan tentang istri-istri Nabi.
Perlu ditekankan bahwa peletakan susunan ayat-ayat dalam Al Quran adalah
dari Nabi SAW dan juga diketahui bahwa ayat ayat Al Quran diturunkan
berangsur-angsur, pada dasarnya kita tidak akan menyelisihi urutan ayat
kecuali terdapat dalil yang shahih yang menunjukkan bahwa ayat tersebut
turun sendiri dan tidak berkaitan dengan ayat sebelum maupun sesudahnya.
Berikut akan diberikan contoh lain tentang ini, yaitu penggalan Al
Maidah ayat 3
“Pada pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”.
Ayat di atas adalah penggalan Al Maidah ayat 3 yang turun sendiri di arafah berdasarkan Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahih Bukhari no 4606 , Muslim dalam Shahih Muslim, no 3017 tidak terkait dengan ayat sebelum maupun sesudahnya yang berbicara tentang makanan yang halal dan haram.
Dari Thariq bin Syihab, ia berkata, ‘Orang Yahudi berkata kepada Umar, ‘Sesungguhnya kamu membaca ayat yang jika berhubungan kepada kami, maka kami jadikan hari itu sebagai hari besar’. Maka Umar berkata, ‘Sesungguhnya saya lebih mengetahui dimana ayat tersebut turun dan dimanakah Rasulullah SAW ketika ayat tersebut diturunkan kepadanya, yaitu diturunkan pada hari Arafah (9 Dzulhijjah) dan Rasulullah SAW berada di Arafah. Sufyan berkata: “Saya ragu, apakah hari tsb hari Jum’at atau bukan (dan ayat yang dimaksud tersebut) adalah “Pada pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” (H.R.Muslim, kitab At-Tafsir)
.
.
Makna Ayat Tathir
Innamaa Yuriidullaahu Liyudzhiba ’Ankumurrijsa Ahlalbayti Wayuthahhirakum Tathhiiraa.(QS Al Ahzab 33)
Innama
Setelah mengetahui bahwa ayat ini ditujukan untuk ahlul kisa’(Rasulullah
SAW, Sayyidah Fathimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan AS dan Imam Husain
AS) sekarang akan dibahas makna dari ayat tersebut. Ayat ini diawali
dengan kata Innama, dalam bahasa arab kata ini memiliki makna
al hashr atau pembatasan. Dengan demikian lafal ini menunjukkan bahwa
kehendak Allah itu hanya untuk menghilangkan ar rijs dari Ahlul
Bait as dan menyucikan Mereka sesuci-sucinya. Allah SWT tidak
menghendaki hal itu dari selain Ahlul Bait as dan tidak juga menghendaki
hal yang lain untuk Ahlul Bait as.
Yuridullah
Setelah kata Innama diikuti kata yuridullah yang berarti Allah berkehendak, perlu dijelaskan terlebih dahulu bahwa iradah Allah SWT terbagi dua yaitu iradah takwiniyyah dan iradah tasyri’iyyah. Iradah takwiniyyah adalah iradah Allah yang bersifat pasti atau niscaya terjadi, hal ini dapat dilihat dari ayat berikut
“Sesungguhnya perintahNya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadaNya ‘Jadilah ‘maka terjadilah ia”(QS Yasin :82)
“Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apanila Kami menghendakinya,Kami hanya berkata kepadanya ‘Jadilah’maka jadilah ia”(QS An Nahl :40)
“Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki”(QS Hud:107)
Sedangkan yang dimaksud Iradah tasyri’iyah adalah
Iradah Allah SWT yang terkait dengan penetapan hukum syariat bagi
hamba-hambanya agar melaksanakannya dengan ikhtiar mereka sendiri. Dalam
hal ini iradah Allah SWT adalah penetapan syariat adapun pelaksanaannya
oleh hamba adalah salah satu tujuan penetapan syariat itu, oleh
karenanya terkadang tujuan itu terealisasi dan terkadang tidak sesuai
dengan pilihan hamba itu sendiri apakah mematuhi syariat yang telah
ditetapkan Allah SWT atau melanggarnya. Contoh iradah ini dapat dilihat
pada ayat berikut
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah)bulan ramadhan,bulan yang didalamnya diturunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda(antara yang haq dan yang bathil).Karena itu barangsiapa diantara kamu hadir di bulan itu maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka) maka(wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu,pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjukNya yang diberikan kepadamu supaya kamu bersyukur”.(QS Al Baqarah :185).
“Hai orang-orang beriman apabila kamu hendak mengerjakan sholat,maka basuhlah muka dan tanganmu sampai ke siku dan sapulah kepalamu dan kakimusampai dengan kedua mata kaki dan jika kamu junub maka mandilah dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau menyentuh perempuan lalu kamu tidak memperoleh air,maka bertanyamumlah dengan tanah yang baik(bersih) sapulah muka dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmatnya bagimu supaya kamu bersyukur”.(QS Al Maidah : 6)
Iradah dalam Al Baqarah 185 adalah berkaitan dengan syariat Allah tentang puasa dimana aturan-aturan yang ditetapkan Allah itu adalah untuk memudahkan manusia dalam melaksanakannya,sehingga iradah ini akan terwujud pada orang yang berpuasa. Sedangkan yang tidak mau berpuasa jelas tidak ada hubungannya dengan iradah ini. Begitu juga Iradah dalam Al Maidah ayat 6 dimana Allah hendak membersihkan manusia dan menyempurnakan nikmatnya bagi manusia supaya manusia bersyukur, iradah ini jelas terkait dengan syariat wudhu dan tanyamum yang Allah tetapkan oleh karenanya iradah ini akan terwujud bagi orang yang bersuci sebelum sholat dengan wudhu dan tanyamum dan ini tidak berlaku bagi orang yang tidak bersuci baik dengan wudhu atau tanyamum. Dan perlu ditekankan bahwa iradah tasyri’iyah ini ditujukan pada semua umat muslim yang melaksanakan syariat Allah SWT tersebut termasuk dalam hal ini Ahlul Bait as.
Iradah dalam Ayat tathhiir adalah iradah takwiniyah dan bukan iradah tasyri’iyah
artinya tidak terkait dengan syariat tertentu yang Allah tetapkan,
tetapi iradah ini bersifat niscya atau pasti terjadi. Hal ini
berdasarkan alasan-alasan berikut
- Penggunaan lafal Innama yang bermakna hashr atau pembatasan menunjukkan arti bahwa Allah tidak berkehendak untuk menghilangkan rijs dengan bentuk seperti itu kecuali dari Ahlul Bait, atau dengan kata lain kehendak penyucian ini terbatas hanya pada pribadi yang disebut Ahlul Bait dalam ayat ini.
- Berdasarkan asbabun nuzulnya ayat ini seperti dalam hadis riwayat Turmudzi di atas tidak ada penjelasan bahwa iradah ini berkaitan dengan syariat tertentu yang Allah tetapkan.
- Allah memberi penekanan khusus setelah kata kerja liyudzhiba(menghilangkan) dengan firmannya wa yuthahhirakum tathiira. Dan kata kerja kedua ini wa yuthahhirakum(menyucikanmu) dikuatkan dengan mashdar tathiira(sesuci-sucinya)yang mengakhiri ayat tersebut. Penekanan khusus ini merupakan salah satu petunjuk bahwa iradah Allah ini adalah iradah takwiniyah.
Li yudzhiba ‘An kumurrijsa Ahlal bait
Kemudian kalimat selanjutnya adalah li yudzhiba ‘an kumurrijsa ahlal bait . Kalimat tersebut menggunakan kata ‘an bukan min. Dalam bahasa Arab, kata ’an
digunakan untuk sesuatu yang belum mengenai, sementara kata min
digunakan untuk sesuatu yang telah mengenai. Oleh karena itu, kalimat
tersebut memiliki arti untuk menghilangkan rijs dari Ahlul Bait (sebelum rijs tersebut mengenai Ahlul Bait), atau dengan kata lain untuk menghindarkan Ahlul Bait dari rijs. Sehingga jelas sekali, dari kalimat ini terlihat makna kesucian Ahlul Bait dari rijs. Lagipula adalah tidak tepat menisbatkan bahwa sebelumnya mereka Ahlul bait memiliki rijs
kemudian baru Allah menyucikannya karena Ahlul Bait yang disucikan
dalam ayat ini meliputi Imam Hasan dan Imam Husain yang waktu itu masih
kecil dan belum memiliki rijs.
Ar Rijs
Dalam Al Quran terdapat cukup banyak ayat yang menggunakan kata rijs, diantaranya adalah sebagai berikut.
“Sesungguhny,a (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji (rijs) termasuk perbuatan setan” (QS Al Maidah: 90).
“Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis (rijs) dan jauhilah perkataan-perkataan dusta” (QS Al Hajj: 30).
“Dan adapun orang orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat ini bertambah kekafiran (rijs) mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir” (QS At Taubah: 125).
“Maka berpalinglah dari mereka, karena sesungguhnya mereka itu adalah najis (rijs)” (QS At Taubah: 95).
“Dan Allah menimpakan kemurkaan (rijs) kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya” (QS Yunus: 100).
Dari semua ayat-ayat ini dapat ditarik kesimpulan bahwa rijs
adalah segala hal bisa dalam bentuk keyakinan atau perbuatan yang keji,
najis yang tidak diridhai dan menyebabkan kemurkaan Allah SWT.
Asy Syaukani dalam tafsir Fathul Qadir jilid 4 hal 278 menulis,
“… yang dimaksud dengan rijs ialah dosa yang dapat menodai jiwa jiwa yang disebabkan oleh meninggalkan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah dan melakukan apa-apa yang dilarang oleh-Nya. Maka maksud dari kata tersebut ialah seluruh hal yang di dalamnya tidak ada keridhaan Allah SWT”.
Kemudian ia melanjutkan,
“Firman `… dan menyucikan kalian… ‘ maksudnya adalah: `Dan menyucikan kalian dari dosa dan karat (akibat bekas dosa) dengan penyucian yang sempurna.’ Dan dalam peminjaman kata rijs untuk arti dosa, serta penyebutan kata thuhr setelahnya, terdapat isyarat adanya keharusan menjauhinya dan kecaman atas pelakunya”.
Lalu ia menyebutkan sebuah riwayat dari
Ibnu Abbas sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al Hakim, At Turmudzi, Ath
Thabarani, Ibnu Mardawaih, dan Al Baihaqi dalam kitab Ad Dalail jilid 4 hal 280, bahwa Nabi saw. bersabda dengan sabda yang panjang, dan pada akhirnya beliau mengatakan “Aku dan Ahlul BaitKu tersucikan dari dosa-dosa”. (kami telah membahas secara khusus hadis ini di bagaian yang lain)
Ibnu Hajar Al Haitami Al Makki dalam kitab Ash Shawaiq hal 144-145 berkata,
“Ayat ini adalah sumber keutamaan Ahlul Bait, karena ia memuat mutiara keutamaan dan perhatian atas mereka. Allah mengawalinya dengan innama yang berfungsi sebagai pengkhususan kehendakNya untuk menghilangkan hanya dari mereka rijs yang berarti dosa dan keraguan terhadap apa yang seharusnya diimani dan menyucikan mereka dari seluruh akhlak dan keadaan tercela.”
Jalaluddin As Suyuthi dalam kitab Al lklil hal 178 menyebutkan bahwa
kesalahan adalah rijs, oleh karena itu kesalahan tidak mungkin ada pada Ahlul Bait.
Semua penjelasan diatas menyimpulkan
bahwa Ayat tathiir ini memiliki makna bahwa Allah SWT hanya berkehendak
untuk menyucikan Ahlul Bait dari semua bentuk keraguan dan perbuatan
yang tercela termasuk kesalahan yang dapat menyebabkan dosa dan kehendak
ini bersifat takwiniyah atau pasti terjadi. Selain itu penyucian ini
tidak berarti bahwa sebelumnya terdapat rijs tetapi penyucian ini
sebelum semua rijs itu mengenai Ahlul Bait atau dengan kata lain Ahlul
Bait dalam ayat ini adalah pribadi-pribadi yang dijaga dan dihindarkan
oleh Allah SWT dari semua bentuk rijs. Jadi tampak jelas sekali bahwa
ayat ini telah menjelaskan tentang kedudukan yang mulia dari Ahlul Bait
yaitu Rasulullah SAW, Imam Ali as, Sayyidah Fathimah Az Zahra as, Imam
Hasan as dan Imam Husain as. Penyucian ini menetapkan bahwa Mereka
Ahlul Bait senantiasa menjauhkan diri dari dosa-dosa dan senantiasa
berada dalam kebenaran. Oleh karenanya tepat sekali kalau mereka adalah
salah satu dari Tsaqalain selain Al Quran yang dijelaskan Rasulullah SAW
sebagai tempat berpegang dan berpedoman umat islam agar tidak tersesat.
.
.
Kemuliaan Ahlul Bait Dalam Hadis Rasulullah SAW
Rasulullah SAW bersabda. “Kutinggalkan kepadamu dua peninggalan (Ats Tsaqalain), kitab Allah dan Ahlul BaitKu. Sesungguhnya keduanya tak akan berpisah, sampai keduanya kembali kepadaKu di Al Haudh“ (Mustadrak As Shahihain Al Hakim juz III hal 148 Al Hakim menyatakan dalam Al Mustadrak As Shahihain bahwa sanad hadis ini shahih berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim).
Hadis-hadis Shahih dari Rasulullah SAW
menjelaskan bahwa mereka Ahlul Bait AS adalah pedoman bagi umat Islam
selain Al Quranul Karim. Mereka Ahlul Bait senantiasa bersama Al Quran
dan senantiasa bersama kebenaran.
Bahwa Rasulullah SAW bersabda “Wahai manusia sesungguhnya Aku meninggalkan untuk kalian apa yang jika kalian berpegang kepadanya niscaya kalian tidak akan sesat ,Kitab Allah dan Itrati Ahlul BaitKu”.(Hadis riwayat Tirmidzi,Ahmad,Thabrani,Thahawi dan dishahihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albany dalam kitabnya Silsilah Al Hadits Al Shahihah no 1761)
Hadis ini menjelaskan bahwa manusia termasuk sahabat Nabi diharuskan berpegang teguh kepada Al Quran dan Ahlul Bait. Ahlul
Bait yang dimaksud dijelaskan sendiri dalam Hadis Sunan Tirmidzi di
atas atau Hadis Kisa’ yaitu Sayyidah Fathimah AS, Imam Ali AS, Imam
Hasan AS dan Imam Husain AS.
Selain itu ada juga hadis
Hanash Kanani meriwayatkan “aku melihat Abu Dzar memegang pintu ka’bah (baitullah)dan berkata”wahai manusia jika engkau mengenalku aku adalah yang engkau kenal,jika tidak maka aku adalah Abu Dzar.Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda “Ahlul BaitKu seperti perahu Nabi Nuh, barangsiapa menaikinya mereka akan selamat dan barangsiapa yang tidak mengikutinya maka mereka akan tenggelam”.(Hadis riwayat Hakim dalam Mustadrak Ash Shahihain jilid 2 hal 343 dan Al Hakim menyatakan bahwa hadis ini shahih).
Hadis ini menjelaskan bahwa Ahlul Bait
seperti bahtera Nuh dimana yang menaikinya akan selamat dan yang tidak
mengikutinya akan tenggelam. Mereka Ahlul Bait Rasulullah SAW adalah
pemberi petunjuk keselamatan dari perpecahan.
Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda”Bintang-bintang adalah petunjuk keselamatan penghuni bumi dari bahaya tenggelam di tengah lautan.Adapun Ahlul BaitKu adalah petunjuk keselamatan bagi umatKu dari perpecahan.Maka apabila ada kabilah arab yang berlawanan jalan dengan Mereka niscaya akan berpecah belah dan menjadi partai iblis”. (Hadis riwayat Al Hakim dalam Mustadrak Ash Shahihain jilid 3 hal 149, Al Hakim menyatakan bahwa hadis ini shahih sesuai persyaratan Bukhari Muslim).
Begitu besarnya kemuliaan Ahlul Bait
Rasulullah SAW ini membuat mereka jelas tidak bisa dibandingkan dengan
sahabat-sahabat Nabi ra. Tidak benar jika dikatakan bahwa Ahlul Bait
sama halnya sahabat-sahabat Nabi ra sama-sama memiliki keutamaan yang besar karena jelas sekali berdasarkan dalil shahih di atas bahwa Ahlul Bait kedudukannya lebih tinggi karena Mereka adalah tempat rujukan bagi para sahabat Nabi setelah Rasulullah SAW meninggal. Jadi
tidak tepat kalau dikatakan Ahlul Bait juga bisa salah, atau sahabat
Nabi bisa mengajari Ahlul Bait atau Menyalahkan Ahlul Bait. Sekali lagi,
Al Quran dan Hadis di atas sangat jelas menunjukkan bahwa mereka Ahlul
Bait akan selalu bersama kebenaran oleh karenanya Rasulullah SAW
memerintahkan umatnya(termasuk sahabat-sahabat Beliau SAW) untuk
berpegang teguh dengan Mereka Ahlul Bait.
131 Tanggapan
Hadis Al-Ghadir dan Macam-Macam Redaksinya
https://duniaahlulbayt.wordpress.com/2010/09/25/hadis-al-ghadir-dan-macam-macam-redaksinya/
Posted: September 25, 2010 in artikel syiah
من كنت مولاه فعـلي مولاه، اللهمّ وال من والاه وعاد من عاداه
“Barangsiapa yang menjadikan aku pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya. Ya Allah, cintailah orang yang mencintainya, dan musuhi orang yang memusuhinya.”من كنت مولاه فإنّ عليّاً مولاه، اللهمّ عاد من عاداه ووال من والاه
“Barangsiapa yang menjadikan aku pemimpinnya, maka sesungguhnya Ali adalah pemimpinnya. Ya Allah, musuhi orang yang memusuhinya, dan cintai orang yang mencintainya.”Zaid bin Arqam juga mengatakan bahwa Rasulullah saw:
من كنت وليّه فهذا وليّه، اللهمّ وال من والاه وعاد من عاداه
“Sesungguhnya Allah adalah pemimpinku dan aku adalah pemimpin setiap mukmin.” Kemudian beliau memegang tangan Ali (as) seraya bersabda: “Barangsiapa yang menjadikan pemimpinnya, maka ini adalah pemimpinnya. Ya Allah, cintailah orang yang mencintainya, dan musuhi orang yang memusuhinya.”من كنت مولاه فهذا عليّ مولاه
“Barangsiapa yang menjadikan aku pemimpin, maka ini Ali adalah pemimpinnya.”Hadis-hadis tersebut terdapat di dalam:
1. Shahih Muslim, jilid 4/1873, Dar Fikr, Bairut.
2. Shahih Tirmidzi, jilid 5, halaman 297, hadis ke 3797.
3. Sunan Ibnu Majah, jilid 1, halaman 45, hadis ke 121.
4. Musnad Ahmad jilid 5, halaman 501, hadis ke18838, halaman 498, no: 18815, cet Bairut.
5. Musnad Ahmad, jilid 4, halaman 368 dan 372.
6. Musnad Ahmad bin Hamnbal, jilid 1, halaman 88, cet.pertama; jilid 2, halaman 672, dengan sanad yang shahih; jilid 4, halaman 372. cet. Pertama.
7. Khashaish Amirul mu’minin (as), halaman 96, cet Kuwait 1406 H.
8. Fadhilah ash-Shahabah, halaman 15, Dar kutub ilmiyah, Bairut.
9. Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, halaman 533, Dar fikr, Bairut 1398 H.
10. Majma’ az-Zawaid, jilid 9, halaman 104-105, Dar kitab Al-Arabi, Bairut 1402 H.
11. Tarjamah Al-Imam Ali bin Abi Thalib, dalam Tarikh Damsyiq, oleh Ibnu Asakir Asy-Syafi’I, jilid 1, halaman 213, hadis ke: 271,277,278,279,281,460,461 dan 465; jilid 2, halaman 14, hadis ke: 509,510,519,520,524,525,529,530,531,533,534,536,537,538,540,541,542,551,554,555,556,557,563,564,574,575,577,578,579 dan 587,cet. Pertama, Bairut.
12. Majma’uz Zawaid, oleh Al-Haitsami Asy-Syafi’I, jilid 9, halaman: 103,105,106,107 dan 108.
13. Kanzul ‘Ummal jilid 15, halaman: 91,92,120,135,143,147 dan 150, cetakan. Kedua.
14. Khashaish Amirul Mu’minin, oleh An-Nasa’I Asy-Syafi’I, halaman 94,95 dan 50, cet. Al-Haidariyah.
15. Al-Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, halaman 110.
16. Hilyatul Awliya’, oleh Abu Na’Imam Muhammad Al-Baqir (as), jilid 5, halaman 26.
17. Usdul Ghabah, oleh Ibnu Atsir, jilid 5, halaman 369; jilid3, halaman 274; jilid 5, halaman 208.
18. Jami’ul Ushul, oleh Ibnu Atsir, jilid 9, halaman 468.
19. Al-Manaqib, oleh Al-Khawarizmi Al-Hanafi, halaman 79,94 dan 95.
20. Ad-Durrul Mantsur, oleh As-Suyuthi, jilid 5, halaman 182.
21. Nizham Durar As-Samthin, oleh Az-Zarnadi Al-Hanafi, halaman 112.
22. Manaqib Ali bin Abi Thalib, oleh Ibnu Al-Maghazili Asy-Syafi’I, halaman 19, hadis ke: 24,23,30,31,32,34 dan 36.
23. Al-Hawi, oleh As-Suyuthi, jilid 1, halaman 122.
24. Al-jarh wat-Ta’dil, oleh Abi Hatim, jilid 4, halaman 431, cet. Haidar Abad.
25. Yanabi’ul Mawaddah, oleh Al-Qundusi Al-Hanafi, halaman: 31,33,36,37,38,181,187,274.
26. Dzakhairul ‘Uqba, halaman 67.
27. Al-Ishabah, jilid 1, halaman 305,372 dan 567; jilid 2, halaman 257,382,408 dan 509; jilid 3, halaman 542; jilid 4, halaman 80.
28. Al-Aghani, oleh Abil Farj Al-Isfahan, jilid 8, halaman 307.
29. Tarikh Al-Khulafa’, oleh As-Suyuthi Asy-Syafi’I, halaman 169, cet. As-Sa’adah, Mesir; halaman 65, cet Al-Maimaniyah, Mesir.
30. Mashabih As-Sunnah, oleh Al-Baghawi Asy-Syafi’i, jilid 2, halaman 275.
31. Kifayah Ath-Thalib, oleh Al-Kanji Asy-Syafi’I, halaman: 58,60,62 dan 286, cet. Al-Ghira.
32. Al-Imamah was Siyasah, oleh Ibnu Qataibah, jilid 1, halaman 101.
33. Syawahidut Tanzil, oleh Al-Haskani Al-Hanafi, jilid 1, halaman 157, hadis ke: 210,212 dan 213.
34. Sirr Al-‘Alamin, oleh Al-Ghazali, halaman 21.
35. Misykat Al-Mashabih, oleh Al-Umari, jilid 3, halaman 243.
36. Ar-Riyadh An-Nadharah, jilid 2, halaman 222,223 dan 224.
37. At-Tarikh Al-Kabir, oleh Al-Bukhari, jilid 1, halaman 375, cet. Turki.
38. Faraid As-Samthin, jilid 1, halaman 63 dan 66.
39. Ihqaqul Haqq, jilid 6, halaman 228.
40. Al-Bidayah wan-Nihayah, jilid 5, halaman: 211,212,213 dan 214; jilid 7, halaman: 338,348,448 dan 334.
41. Al-Manaqib, oleh Abdullah Asy-Syafi’I, halaman 106.
42. Wafaul Wafa’, oleh Abdullah Asy-Syafi’I, halaman 106.
43. Miftahun Naja, oleh Al-Badkhasyi, halaman 58.
44. Taysirul Wushul, oleh Ibnu Ar-Rabi,, jilid 2, halaman 147.
45. Tarikh Baghdad, oleh Al-Khatib Al-Baghadi, jilid 8, halaman 290.
46. Al-Kina wal- Asma’, oleh Ad-Dawlabi, jilid 1, halaman 160, cet. Haidar Abad.
47. Nizham An-Nazhirin, halaman 39.
48. Al-Jarh wat-Ta’dil, oleh Ibnu Mundzir, jilid 4, halaman 431.
49. Asy-Syadzarat Adz-dzahabiyah, halaman 54.
50. Akhbar Ad-Duwal, oleh Al-Qurmani, halaman 102.
51. Dzakhair Al-Mawarits, oleh An-Nabilis, jilid 1, halaman 213.
52. Kunuzul Haqaiq, oleh Al-Mannawi, huruf Mim, cet. Bulaq.
53. Arjah Al-Mathalib, oleh Syaikh Abidillah Al-Hanafi, halaman: 564,568,570,471,448,581,36 dan 579.
54. Muntakhab min shahih Bukhari wa Muslim, oleh Muhammad bin Utsman Al-Baghdadi, halaman 217.
55. Fathul Bayan, oleh Haasan Khan Al-Hanafi, jilid 7, halaman 251, cet, Bulaq
56. Al-Arba’in, oleh Ibnu Abil Fawaris, halaman 39.
57. Al-I’tiqad ‘Ala Madzhab As-Salaf, oleh Al-Baihaqi, halaman 182.
58. Al-Mu’tashar minal Mukhtashar, jilid 2, halaman 332, cet. Haidar Abad.
59. MawdhihAwhamil Jam’I Wat-Tafriq, oleh Al-Khatib Al-Baghdadi, jilid 1, halaman 91.
60. At-Tahdzib, oleh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani Asy-Syafi’I, jilid 1, halaman 337.
61. Al-Bayan Wat-Ta’rif, oleh Ibnu Hamzah, jilid 2, halaman 230.
62. Al-Adhdad, halaman 25 dan 180.
63. Al-‘Utsmaniyah, oleh Al-Jahizh, halaman 134 dan 144.
64. Mukhtalib Al-Ahadist, oleh Ibnu Qutaibah, halaman 52.
65. An-Nihayah, oleh Ibnu Atsir Al-Jazari, jilid 4, halaman 346, cet. Al-Muniriyah, Mesir.
66. Ar-Riyadh An-Nadharah, oleh Muhibuddin Ath-Thabari Asy-Syafi’i, jilid 2, halaman 244, cet. Al-Kaniji, Mesir.
67. Duwal Al-Islam, jilid 1, halaman 20.
68. Tadzkirah Al-Huffazh, oleh Adz-Dzahabi, jilid 1, halaman 10.
69. Al-Mawaqif, oleh Al-Iji, jilid 2, halaman 611.
70. Syarah Al-Maqashid, oleh At-Taftajani, jilid 2, halaman 219.
71. Muntakhab Kanzul ‘Ummal (catatan pinggir) Musnad Ahmad, jilid 5, halaman 30.
72. Faydhul Qadir, oleh Al-Mannawi Asy-Syafi’I, jilid 1, halaman 57.
73. Atsna Al-Mathalib fi Ahadits Mukhtalif Al-Maratib, halaman 221.
74. Ar-Rawdh Al-Azhar, oleh Al-Qandar Al-Hindi, halaman 94.
75. Al-Jami’ Ash-Shaghir, oleh As-Suyuthi, hadis ke 900.
76. Al-Mu’jam Al-Kabir, oleh Ath-Thabrani, jilid 1, halaman 149 dan 205.
77. Al-Fadhail, oleh Ahmad bin Hambal, hadis ke: 91,822 dan 139.
78. Al-Kamil, oleh Ibnu ‘Adi, jilid 2, halaman 20.
79. Asy-Syaraf Al-Muabbad Li-Ali Muhammad, oleh An-Nabhani Al-Bairuti, halaman 111.
80. Maqashid Ath-Thalib, oleh Al-Barzanji, halaman 11.
81. Al-Fathu Ar-Rabbani, jilid 21, halaman 312.
Perawi hadis Al-Ghadir
1. Muhammad bin Ishaq, shahibus Sirah.
2. Mu’ammar bin Rasyid
3. Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i (Imam Syafi’i).
4. Abdur Razzaq bin Hammam Ash-Shan’ani, guru Bukhari.
5. Said bin Manshur, shahibul Musnad.
6. Ahmad bin Hanbal (Imam Hanbali), shahibul Musnad.
7. Ibnu Majah Al-Qazwini.
8. At-Turmidzi, shahibush Shahih.
9. Abu Bakar Al-Bazzar, shahibul Musnad.
10. An-Nasa’i.
11. Abu Ya’la Al-Mawshili, shahibul Musnad.
12. Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, penulis Tafsir dan Tarikh.
13. Abu Hatim Ibnu Hibban, shahibush Shahih.
14. Abul Qasim Ath-Thabrani, penulis Mu’jam.
15. Abul Hasan Ad-Daruqudni.
16. Al-Hakim An-Naisaburi, shahibul Mustadrak.
17. Ibnu Abd Al-Birr, penulis Al-Isti’ab.
18. Khathib Al-Baghdadi, penulis Tarikh Baghdad.
19. Abu Na’im Al-Isfahani, penulis Hilyatul Awliya’ dan Dalailun Nubuwwah.
20. Abu Bakar Al-Baihaqi, penulis Sunan Al-Kubra.
21. Al-Baghawi, penulis Mashabih As-Sunnah.
22. Jarullah Az-Zamakhsyari, penulis tafsir Al-Kasysyaf.
23. Fakhrur Razi, mufassir.
24. Ibnu Asakir Ad-Damsyiqi, penulis tarikh Damsyiq.
25. Adh-Dhiya’ Al-Muqaddasi, shahibul Mukhtarah.
26. Ibnu Atsir, penulis Usdul Ghabah.
27. Abu Bakar Al-Haitsami, hafizh besar, penulis Majmauz zawaid.
28. Al-Hafizh Al-Muzzi, penulis Tahdzibul kamal.
29. Al-Hafizh Adz-Dzahabi, penulis Talkhish al-Mustadrak.
30. Al-Hafizh Al-Khathib At-Tabrizi, penulis Misykatul Mashabih.
31. Nizhamuddin An-Naisaburi, mufassir terkenal.
32. Ibnu Katsir, mufassir. Mengakui kemutawatiran hadis Al-Ghadir (lihat: Al-Bidayah wan-Nihayah 5/213).
33. Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, penulis syarah Bukhari (Fathul Bari).
34. Al-Ayni Al-Hanafi, penulis Umdatul Qari fi syarh shahih Bukhari.
35. Al-Hafizh Jalaluddin As-Suyuthi.
36. Ibnu Hajar Al-Makki, penulis Ash-Shawaiqul Muhriqah.
37. Syeikh Ali Al-Muttaqi Al-Hindi, penulis Kanzul Ummal.
38. Syeikh Nuruddin Al-Halabi, penulis Sirah Al-Halabi.
39. Syah Waliyullah Ad-Dahlawi, penulis banyak kitab, masyhur dengan julukan Allamah Al-Hindi.
40. Syihabuddin Al-Khafaji, pensyarah Asy-Syifa’ dan penta’liq tafsir Al-Baidhawi.
41. Az-Zubaidi, penulis Tajul ‘Arus.
42. Ahmad Zaini Dahlan, penulis Sirah Ad-Dahlaniyah.
43. Syeikh Muhammad Abduh, mufassir dan pensyarah Nahjul Balaghah.
Kemutawatiran Hadis Al-Ghadir
Hadis Al-Ghadir Kemutawatirannya diakui oleh jalaluddin As-Suyuthi, di dalam:
1. Al-Faraid Al-Mutaksirah fil Akhbar Al-Mutawatirah.
2. Al-Azhar Al-Mutanatsirah fil Akhbar Al-Mutawatirah.
Pernyataan As-Suyuthi tentang kemutawatiran hadis Al-Ghadir ini dikutip oleh:
1. Allamah Al-Mannawi, di dalam At-Taysir fi Syarhi Al-jami’ Ash-Shaghir, jilid 2, halaman 442.
2. Allamah Al-‘Azizi, dalam Syarah Al-Jami’ Ash-Shaghir, jilid 3, halaman 360.
3. Al-Mala Ali Al-Qari Al-Hanafi, di dalam Al-Mirqat Syarhul Misykat, jilid 5, halaman 568.
4. Jamaluddin ‘Athaullah bin Fathlullah Asy-Syirazi, dalam kitabnya Al-Arba’ina; dan rujuk pula: Khulashah Abqat Al-Anwar, jilid 6, halaman 123.
5. Al-Mannawi Asy-Syafi’I, di dalam kitabnya At-Taysir fi-Syarhi Al-Jami’ Ash-Shaghir, jilid 2, halaman 123.
6. Mirza Makhdum bin Mir Abdul Baqi, di dalam An-Nawaqish ‘Ala Ar-Rawafidh; dan rujuk: Khulashah Abqat Al-Anwar, jilid 6, halaman 121.
7. Muhammad bin Ismail Al-Yamani Ash-Shina’ani, di dalam kitab Ar-Rawdhah An-nadiyah. Rujuk: Ihqaqul Haqq, jilid 6, halaman 294; dan Khulashah Abqat Al-Anwar, jilid 6, halaman 127.
8. Muhammad Shadr ‘Alim, dalam kitab Ma’arij Al-‘Ali fi Manaqib Al-Murtadha; silahkan rujuk: Ihqaqul Haqq, jilid 6, halaman 294; dan Khulashah Abqat Al-Anwar, jilid 6, halaman 127.
9. Syaikh Abdullah Asy-Syafi’I, di dalam kitabnya Al-Ar-Ba’in.
10. Syaikh Dhiyauddin Al-Muqbili, di dalam kitabnya Al-Abhats Al-Musaddadah fil Funun Al-Muta’addidah; dan rujuk: Khulashah Abqat Al-Anwar, jilid 6, halaman 125.
11. Ibnu Katsir Ad-Damsyiqi, di dalam Tarikhnya, dalam Tarjamah Muhammad bin Jarir Ath-thabari.
12. Abu Abdillah Al-Hafizh Adz-Dzahabi. Pernyataannya tentang Kemutawatiran hadis Al-ghadir dikutip oleh Ibnu Katsir, dalam Tarikhnya, jilid 5, halaman 213-214.
13. Al-Hafizh Al-Jazari. Ia menyebutkan kemutawatiran Hadis ini dalam kitabnya Asna Al-Mathalib fi Manaqib Ali bin Abi Thalib, halaman 48.
14. Syaikh Hisamuddin Al-Muttaqi, ia menyebukan kemutawatiran hadis ini dalam kitabnya Mukhtashar Qithful Azhar Al-Mutanatsirah.
15. Muhammad Mubin Al-Kahnawi, di dalam kitab Wasilah An-najah fi Fadhail As-Sadat, halaman 104.
Jumlah Sahabat yang bersama Nabi saw di Ghadir Khum
Ulama berbeda pendapat tentang jumlah sahabat yang menyertai Nabi saw di Ghadir Khum:
Sebagian pendapat mengatakan: 90.000 sahabat.
Sebagian pendapat mengatakan: 114.000 sahabat.
Ada yang mengatakan: 120.000 sahabat.
Dan ada juga yang menyatakan: 124.000 sahabat.
Pernyataan tersebut terdapat dalam:
1. Tadzkirah Al-Khawwash, oleh As-Sabth bin Al-Jauzi Al-Hanafi, halaman 30.
2. As-Sirah Al-Halabiyah, jilid 3, halaman 257.
3. As-Sirah An-Nabawiyah oleh Zaini Dahlan (catatan pinggir) As-Sirah Al-Halabiyah, jilid 3, halaman 3.
4. Al-Ghadir, oleh Al-Amini, jilid 1, halaman 9.
Perawi Hadis Al-Ghadir dari kalangan sahabat nabi saw
Seratus sepuluh sahabat Nabi saw yang meriwayatkan hadis Al-Ghadir, mereka adalah:
1. Abu Hurairah, wafat pada tahun 57/58/59 H.Silahkan rujuk : Tarikh Baghdad, oleh Al-Khatib Al-Baghdadi, jilid 8, halaman 290 ; Tahdzibut Tahdzib, jilid 7, halaman 327 ; Al-Manaqib, oleh Al-Khawarizmi, halaman 130 ; Asna Al-Mathalib, halaman 3 ; Ad-Durrul Mantsur, oleh As-Suyuthi, jilid 2, halaman 259 ; Tarikh Al-Khulafa’, halaman 114 ; Kanzul ‘Ummal, oleh Al-Muttaqi Al-Hindi, jilid 6, halaman 153; Al-Isti’ab, oleh Ibnu Abd Al-Birr, jilid 2, halaman 473; Al-Bidayah wan-Nihayah, oleh Ibnu Katsir Ad-Damsyiqi, jilid 5, halaman 214.
2. Abu Layli Al-Anshari, ia terbunuh pada perang shiffin tahun 37 H. Silahkan rujuk: Al-Manaqib, oleh Khawarizmi, halaman 35; Tarikh Al-Khulafa’, halaman 114.
3. Abu Zainab bin ‘Auf Al-Anshari. Silahkan rujuk: Usdul Ghabah, jilid 3, halaman 307/jilid 5, halaman 205; Al-Ishabah, jilid 3, halaman 408.
4. Abu Fudhalah Al-Anshari, terbunuh pada perang shiffin. Silahkan rujuk: Usdul Ghabah, jilid 3, halaman 307/jilid 5, halaman 205; Tarikh Ali Muhammad, oleh Al-Qadhi, halaman 67.
5. Abu Qudamah Al-Anshari. Silahkan rujuk: Usdul Ghabah, jilid 5, halaman 276.
6. Abu ‘Amrah bin ‘Amr bin Muhshin Al-Anshari. Silahkan rujuk: Usdul Ghabah, jilid 3, halaman 307.
7. Abu Al-Haitsami At-Tihan, terbunuh pada perang shiffin; silahkan rujuk: Nakhbul Manaqib, oleh Al-Ju’abi; Maqtal Al-Husain, oleh Al-Khawarizmi.
8. Abu Rafi’ Al-Qibthi. Silahkan rujuk : Maqtal Al-Husain, oleh Al-Khawarizmi.
9. Abu Dzuwaib Khawailid bin Khalid bin Mahrats, wafat pada masa pemerintahan Utsman bin Affan. Silahkan rujuk: Maqtal Al-Husain.
10. Abu Bakar bin Quhafah, wafat tahun 13 H. Silahkan rujuk: An-Nakhbul Manaqib, oleh Abu Bakar Al-Ju’abi; hadis Al-Ghadir, oleh Al-Manshur Ar-Razi; Asna Al-Mathalib, oleh Syamsuddin Al-Jazari, halaman 3.
11. Usamah bin Zaid bin Haritsah, wafat tahun 54 H. Silahkan rujuk: Usdul Ghabah, tentang Hadis Wilayah, jilid 5, halaman 205; Nakhbul Manaqib.
12. Ubay bin Ka’b Al-khazraji, wafat tahun 30/31 H. Silahkan rujuk: Nakhbul Manaqib.
13. As-ad bin Zurarah Al-Anshari. Silahkan rujuk: An-Nakhbu, oleh Abu Bakar Al-Ju’abi; Al-Wilayah, oleh Abu Said Mas’ud As-Sijistani; Asna Ath-Thalib, oleh Syamsuddin Al-Jazari, oleh Ibnu ‘Uqdah.
14. Asma’ binti ‘Amis Al-Khats’amiyah. Rujuk: Kitab Al-Wilayah, oleh Ibnu ‘Uqdah.
15. Ummu Salamah istri Nabi saw. Rujuk: Kitab Al-Wilayah, oleh Ibnu ‘Uqdah; Yanabi’ul Mawaddah, halaman 40. Wasilah Al-Maal, oleh Syaikh Ahmad bin Fadhl bin Muhammad Al-Makki Asy-Syafi’i.
Studi Kritis Hadis Ghadir Khum : Apakah Asbabul Wurud Hadis Karena Ekspedisi Yaman?
https://secondprince.wordpress.com/2014/01/08/studi-kritis-hadis-ghadir-khum-apakah-asbabul-wurud-hadis-karena-ekspedisi-yaman/
Posted on Januari 8, 2014 by secondprince
Studi Kritis Hadis Ghadir Khum : Apakah Asbabul Wurud Hadis Karena Ekspedisi Yaman?
Hadis Ghadir Khum adalah hadis yang
menjadi puncak perselisihan antara Islam Sunni dan Islam Syiah. Hadis
ini telah dijadikan hujjah oleh Syiah sebagai dalil Imamah atau
kepemimpinan Imam Aliy, sedangkan Sunni berpandangan bahwa hadis ini
adalah keutamaan Imam Aliy sebagai seorang sahabat yang dicintai
Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] bukan sebagai bukti Imamah
atau kepemimpinan Imam Aliy.
Sebagian orang mengatakan bahwa asababul
wurud hadis Ghadir Khum adalah terkait dengan ekspedisi Yaman dimana
Imam Aliy yang diutus Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] sebagai
pemimpin ekspedisi tersebut telah mendapat kecaman dari sebagian
sahabat. Untuk meredakan kecaman sahabat terhadap Imam Aliy maka
Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengucapkan hadis Ghadir Khum.
Benarkah demikian? Atau justru pernyataan ini yang berusaha mendistorsi
hadis Ghadir Khum?.
.
.
Faktanya adalah tidak ada riwayat shahih
hadis Ghadir Khum yang menyebutkan bahwa di Ghadir Khum Rasulullah
[shallallahu ‘alaihi wasallam] berbicara soal para sahabat yang mengecam
Imam Aliy saat ekspedisi Yaman.
حدثنا عبد الله قال حدثني
أبي قثنا الفضل بن دكين قال قال بن أبي غنية عن الحكم عن سعيد بن جبير عن
بن عباس عن بريدة قال غزوت مع علي الى اليمن فرأيت منه جفوة فلما قدمت على
رسول الله صلى الله عليه وسلم ذكرت عليا فتنقصته فرأيت وجه رسول الله صلى
الله عليه وسلم يتغير فقال يا بريدة ألست أولى بالمؤمنين من أنفسهم قلت بلى
يا رسول الله فقال من كنت مولاه فعلي مولاه
Telah menceritakan kepada kami
‘Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku Ayahku yang berkata
telah menceritakan kepada kami Fadhl bin Dukain yang berkata telah
menceritakan kepada kami Ibnu Abi Ghaniah dari Al Hakam dari Sa’id bin
Jubair dari Ibnu Abbas dari Buraidah yang berkata “aku berperang bersama
Aliy di Yaman, aku melihat sikap kasar darinya maka ketika aku datang
ke hadapan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam], aku menyebutkan
Aliy dan mencelanya maka aku melihat wajah Rasulullah [shallallahu
‘alaihi wasallam] berubah, Beliau berkata
“wahai Buraidah, bukankah aku lebih berhak atas kaum mukminin lebih dari
diri mereka sendiri” aku berkata “benar wahai Rasulullah”. Beliau
berkata “maka siapa yang menganggap aku sebagai maulanya maka Aliy
adalah maulanya” [Fadha’il Ash Shahabah Ahmad bin Hanbal no 989]
Riwayat di atas sanadnya shahih dan Kisah
Buraidah di atas tidaklah terjadi di Ghadir Khum. Orang yang menyatakan
demikian hanyalah mengada-ada tanpa dalil. Terdapat dalil shahih yang
menunjukkan bahwa kisah di atas terjadi sebelum Haji wada’
حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنِي أَجْلَحُ الْكِنْدِيُّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ بُرَيْدَةَ قَال َبَعَثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْثَيْنِ إِلَى الْيَمَنِ عَلَى أَحَدِهِمَا عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ وَعَلَى الْآخَرِ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيدِ فَقَالَ إِذَا الْتَقَيْتُمْ فَعَلِيٌّ عَلَى النَّاسِ وَإِنْ افْتَرَقْتُمَا فَكُلُّ وَاحِدٍ مِنْكُمَا عَلَى جُنْدِهِ قَالَ فَلَقِينَا بَنِي زَيْدٍ مِنْ أَهْلِ الْيَمَنِ فَاقْتَتَلْنَا فَظَهَرَ الْمُسْلِمُونَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ فَقَتَلْنَا الْمُقَاتِلَةَ وَسَبَيْنَا الذُّرِّيَّةَ فَاصْطَفَى عَلِيٌّ امْرَأَةً مِنْ السَّبْيِ لِنَفْسِهِ قَالَ بُرَيْدَةُ فَكَتَبَ مَعِي خَالِدُ بْنُ الْوَلِيدِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُخْبِرُهُ بِذَلِكَ فَلَمَّا أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَفَعْتُ الْكِتَابَ فَقُرِئَ عَلَيْهِ فَرَأَيْتُ الْغَضَبَ فِي وَجْهِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا مَكَانُ الْعَائِذِ بَعَثْتَنِي مَعَ رَجُلٍ وَأَمَرْتَنِي أَنْ أُطِيعَهُ فَفَعَلْتُ مَا أُرْسِلْتُ بِهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقَعْ فِي عَلِيٍّ فَإِنَّهُ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَهُوَ وَلِيُّكُمْ بَعْدِي وَإِنَّهُ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَهُوَ وَلِيُّكُمْ بَعْدِي
Telah menceritakan kepada kami Ibnu
Numair yang berkata telah menceritakan kepadaku Ajlah Al Kindiy Dari
Abdullah bin Buraidah dari ayahnya Buraidah yang berkata “Rasulullah
SAW mengirim dua utusan ke Yaman, salah satunya dipimpin Ali bin Abi
Thalib dan yang lainnya dipimpin Khalid bin Walid. Beliau SAW
bersabda “bila kalian bertemu maka yang jadi pemimpin adalah Ali dan
bila kalian berpisah maka masing-masing dari kalian memimpin pasukannya.
Buraidah berkata “kami bertemu dengan bani Zaid dari penduduk Yaman
kami berperang dan kaum muslimin menang dari kaum musyrikin. Kami
membunuh banyak orang dan menawan banyak orang kemudian Ali memilih seorang wanita diantara para tawanan untuk dirinya.
Buraidah berkata “Khalid bin Walid mengirim surat kepada Rasulullah SAW
memberitahukan hal itu. Ketika aku datang kepada Rasulullah SAW, aku
serahkan surat itu, surat itu dibacakan lalu aku melihat wajah
Rasulullah SAW yang marah kemudian aku berkata “Wahai Rasulullah SAW,
aku meminta perlindungan kepadamu sebab Engkau sendiri yang mengutusku
bersama seorang laki-laki dan memerintahkan untuk mentaatinya dan aku
hanya melaksanakan tugasku karena diutus. Rasulullah SAW bersabda “Jangan
membenci Ali, karena ia bagian dariKu dan Aku bagian darinya dan Ia
adalah pemimpin kalian sepeninggalKu, ia bagian dariKu dan Aku bagian
darinya dan Ia adalah pemimpin kalian sepeninggalKu. [Musnad Ahmad hadis no 22908 dan sanadnya hasan].
حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا يحيى بن سعيد ثنا عبد الجليل قال انتهيت إلى حلقة فيها أبو مجلز وبن بريدة فقال عبد الله بن بريدة حدثني أبي بريدة قال أبغضت عليا بغضا لم يبغضه أحد قط قال وأحببت رجلا من قريش لم أحبه إلا على بغضه عليا قال فبعث ذلك الرجل على خيل فصحبته ما أصحبه الا على بغضه عليا قال فأصبنا سبيا قال فكتب إلى رسول الله صلى الله عليه و سلم ابعث إلينا من يخمسه قال فبعث إلينا عليا وفي السبي وصيفة هي أفضل من السبي فخمس وقسم فخرج رأسه مغطى فقلنا يا أبا الحسن ما هذا قال ألم تروا إلى الوصيفة التي كانت في السبي فإني قسمت وخمست فصارت في الخمس ثم صارت في أهل بيت النبي صلى الله عليه و سلم ثم صارت في آل على ووقعت بها قال فكتب الرجل إلى نبي الله صلى الله عليه و سلم فقلت ابعثني فبعثني مصدقا قال فجعلت اقرأ الكتاب وأقول صدق قال فأمسك يدي والكتاب وقال أتبغض عليا قال قلت نعم قال فلا تبغضه وان كنت تحبه فازدد له حبا فوالذي نفس محمد بيده لنصيب آل على في الخمس أفضل من وصيفة قال فما كان من الناس أحد بعد قول رسول الله صلى الله عليه و سلم أحب إلى من على قال عبد الله فوالذي لا إله غيره ما بيني وبين النبي صلى الله عليه و سلم في هذا الحديث غير أبي بريدة
Telah menceritakan kepada kami
‘Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku Ayahku yang berkata
telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa’id yang berkata telah
menceritakan kepada kami ‘Abdul Jaliil yang berkata aku datang ke suatu
halaqah [pertemuan] dan disana ada Abu Miljaz dan Ibnu Buraidah. Maka
Abdullah bin Buraidah berkata telah menceritakan kepadaku Ayahku
Buraidah yang berkata Aku pernah membenci Aliy dengan kebencian yang
tidak pernah dimiliki seorangpun, dan aku mencintai seorang Quraisy,
tidaklah aku mencintainya kecuali karena ia juga membenci Aliy.
[Buraidah] berkata “maka orang itu diutus dengan mengendarai kuda dan
aku menemaninya tidak lain karena kebencian kepada Aliy”. Kami pernah
memiliki tawanan maka kami menulis kepada Rasulullah [shallallahu
‘alaihi wasallam] agar mengutus kepada kami orang yang akan membaginya.
[Buraidah] berkata maka Beliau mengutus Aliy kepada kami, diantara
tawanan tersebut terdapat Washiifah ia adalah tawanan yang terbaik. Ali
pun membagi kemudian ia keluar dengan kepala tertutup. Kami berkata
“wahai Abal Hasan apakah ini?”. Ia menjawab “tidakkah kalian lihat
Washifah yang ada di dalam tawanan, aku telah membaginya seperlima dan
kemudian menjadikaanya berada dalam seperlima itu dan menjadikannya
untuk ahlul bait Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan menjadikannya
untuk keluarga Aliy dan aku telah memilikinya”. [Buraidah] berkata “maka
laki-laki tesebut menulis surat kepada Nabi [shallallahu ‘alaihi
wasallam]. Akupun [Buraidah] berkata
“Utuslah aku”. Maka Ia mengutusku sebagai orang yang membenarkan.
[Buraidah] berkata “maka aku pun membacakan surat itu dan mengatakan
bahwa hal itu benar”. [Buraidah] berkata Beliau [Rasulullah] memgang
tanganku dan surat itu dan berkata “apakah engkau membenci Aliy?”. Aku
berkata “ya”. Beliau berkata “janganlah membencinya dan jika engkau
mencintainya maka tambahlah kecintaanmu itu, Demi yang jiwa Muhammad ada
di tangannya sesungguhnya bagian seperlima bagi keluarga Aliy adalah
lebih baik dari Washiifah”. [Buraidah] berkata “setelah Rasulullah
mengatakan hal itu maka tidak ada seorangpun yang paling aku cintai
kecuali Aliy”. Abdullah [bin Buraidah] berkata “Demi yang tidak
Tuhan selainnya tidak ada orang lain antara aku dan Nabi [shallallahu
‘alaihi wasallam] dalam hadis ini kecuali Ayahku Buraidah” [Musnad Ahmad
5/350 no 23017, Syaikh Al Arnauth berkata hadis shahih dan sanadnya
hasan].
Hujjah dalam riwayat Ahmad di atas adalah
Buraidah diutus oleh laki-laki Quraisy dan ia adalah Khalid bin Waliid
untuk membawa surat dan mengadukan perihal tindakan Aliy di Yaman. Jadi
ketika Buraidah menemui Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] Aliy
bin Abi Thalib masih berada di Yaman. Dalam riwayat shahih disebutkan
bahwa Aliy bin Abi Thalib kembali dari Yaman pada saat Nabi [shallallahu
‘alaihi wasallam] menunaikan ibadah Haji wada di Makkah. Dalam hadis
shahih yang panjang tentang haji wada yang diriwayatkan oleh Jabir bin
‘Abdullah, ia berkata
وقدم علي من اليمن ببدن النبي صلى الله عليه و سلم فوجد فاطمة رضي الله عنها ممن حل ولبست ثيابا صبيغا واكتحلت فأنكر ذلك عليها فقالت إن أبي أمرني بهذا
Dan Aliy baru datang dari Yaman
dengan membawa hewan Qurban untuk Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]
maka ia mendapati Fathimah termasuk mereka yang telah berihlal dan
memakai pakaian bercelup dan memakai celak mata, maka ia mengingkari hal
itu atasnya, kemudian Fathimah berkata “sesungguhnya Ayahku yang
memerintahkan hal ini” [Shahih Muslim 2/886 no 1218-147]
.
.
Jika Imam Aliy baru kembali dari Yaman
pada saat Haji wada maka kisah dimana Buraidah datang mengadu kepada
Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] terjadi sebelum Haji Wada’.
Terdapat sebagian sahabat yang kembali dari Yaman terlebih dahulu
sebelum Imam Aliy tiba diantaranya adalah ‘Amru bin Syaasi Al Aslamiy.
وَأَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ وَأَبُو سَعِيدِ بْنُ أَبِي عَمْرٍو قَالا حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الْجَبَّارِ حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ بُكَيْرٍ عَنِ ابْنِ إِسْحَاقَ حَدَّثَنَا أَبَانُ بْنُ صَالِحٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ الأَسْلَمِيِّ عَنْ خَالِهِ عَمْرِو بْنِ شَاسٍ الأَسْلَمِيِّ وَكَانَ مِنْ أَصْحَابِ الْحُدَيْبِيَةِ قَالَ كُنْتُ مَعَ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فِي خَيْلِهِ الَّتِي بَعَثَهُ فِيهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْيَمَنِ فَجَفَانِي عَلِيٌّ بَعْضَ الْجَفَاءِ ، فَوَجَدْتُ فِي نَفْسِي عَلَيْهِ ، فَلَمَّا قَدِمْتُ الْمَدِينَةَ اشْتَكَيْتُهُ فِي مَجَالِسِ الْمَدِينَةِ وَعِنْدَ مَنْ لَقِيتُهُ وَأَقْبَلْتُ يَوْمًا وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسٌ فَلَمَّا رَآنِي أَنْظُرُ إِلَى عَيْنَيْهِ نَظَرَ إِلَيَّ حَتَّى جَلَسْتُ إِلَيْهِ فَلَمَّا جَلَسْتُ قَالَ ” إِنَّهُ وَاللَّهِ يَا عَمْرُو بْنُ شَاسٍ لَقَدْ آذَيْتَنِي ” فَقُلْتُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ أَعُوذُ بِاللَّهِ وَالإِسْلامِ أَنْ أُؤْذِيَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ” مَنْ آذَى عَلِيًّا فَقَدْ آذَانِي
Dan telah mengabarkan kepada kami Abu
Abdullah dan Abu Sa’id bin Abi ‘Amru, keduanya berkata telah
menceritakan kepada kami Abu ‘Abbas Muhammad bin Ya’qub yang berkata
telah menceritakan kepada kami Ahmad bin ‘Abdul Jabbaar yang berkata
telah menceritakan kepada kami Yunus bin Bukair dari Ibnu Ishaaq yang
berkata telah menceritakan kepada kami Aban bin Shaalih dari ‘Abdullah
bin Diinar Al Aslaamiy dari ‘Amru bin Syaasi Al Aslaamiy dan ia termasuk
sahabat yang hadir di Hudaibiyah, ia berkata “aku
pernah bersama Aliy bin Abi Thalib [radiallahu ‘anhu] dalam pasukan
berkuda yang diutus Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] ke Yaman.
Ia bersikap kasar kepadaku sehingga aku marah kepadanya, ketika aku
datang ke Madinah aku mengadukan hal itu dalam setiap perkumpulan di
Madinah dan juga dengan siapa saja yang aku temui. Suatu hari aku
bertemu Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang sedang duduk, ketika
itu aku melihat kedua matanya terus memperhatikanku sampai aku berada di
dekatnya. Ketika aku duduk, Beliau berkata “demi Allah wahai ‘Amru bin
Syaasi sungguh engkau telah menyakitiku”. Maka
aku berkata “Sesungguhnya kita berasal dari Allah dan akan kembali
kepadanya, aku berlindung kepada Allah dan islam dari menyakiti
Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Beliau berkata “siapa yang
menyakiti Aliy maka ia menyakitiku” [Ad Dalaa’il An Nubuwah Baihaqiy 5/394-395]
Riwayat di atas sanadnya hasan dan
menunjukkan bahwa peristiwa dimana sebagian sahabat membicarakan Aliy
dalam perjalanannya ke Yaman berlangsung sebelum Haji wada. Sebagaimana
nampak dalam riwayat di atas bahwa ‘Amru bin Syaasi kembali dari Yaman
dan menemui Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang saat itu
masih berada di Madinah.
Yang ingin kami tunjukkan dari berbagai
riwayat di atas adalah pengaduan sebagian sahabat kepada Rasulullah
[shallallahu ‘alaihi wasallam] perihal Imam Aliy di Yaman itu terjadi
sebelum haji wada. Dan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]
langsung membela Aliy saat itu juga. Tidak ditemukan dalil shahih hadis
Ghadir kum yang menyebutkan bahwa Rasulullah [shallallahu ‘alaihi
wasallam] kembali menyebut-nyebut soal apa yang dilakukan Imam Aliy di
Yaman.
.
.
Jika dikatakan bahwa masih ada segelintir
orang yang membicarakan perihal tindakan Imam Aliy di Yaman ketika Nabi
[shallallahu ‘alaihi wasallam] dan para sahabat sampai di Khum maka
harus ada bukti yang menunjukkan hal itu. Justru kemungkinan ini sangat
jauh sekali karena terdapat hadis shahih yang menunjukkan bahwa
Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkhutbah membela Imam Ali di
hadapan orang-orang dan hadis tersebut diucapkan sebelum hadis Ghadir
Kum.
قال ابن إسحاق : فحدثني عبد الله بن عبد الرحمن بن معمر بن حزم عن سليمان بن محمد بن كعب بن عجرة عن عمته زينب بنت كعب وكانت عند أبي سعيد الخدري ، عن أبي سعيد الخدري قال اشتكى الناس عليا رضوان الله عليه فقام رسول الله صلى الله عليه وسلم فينا خطيبا ، فسمعته يقول أيها الناس لا تشكوا عليا ، فوالله إنه لأخشن في ذات الله أو في سبيل الله من أن يشكى
Ibnu Ishaaq berkata maka telah
menceritakan kepadaku ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman bin Ma’mar bin Hazm
dari Sulaiman bin Muhammad bin Ka’ab bin ‘Ujrah dari bibinya Zainab
binti Ka’ab dan ia pernah di sisi Abu Sa’id Al Khudriy dari Abu Sa’id Al
Khudriy yang berkata “orang-orang
mengeluhkan Aliy radiallahu ‘anhu maka Rasulullah [shallallahu ‘alaihi
wasallam] berdiri diantara kami dan berkhutbah, maka aku mendengarnya
mengatakan “wahai manusia janganlah mengeluhkan tentang Aliy, demi Allah
ia adalah orang yang sangat keras [teguh] dalam urusan Allah atau dalam
perjuangan di jalan Allah dari apa yang kalian keluhkan” [Sirah Ibnu Hisyaam 2/603].
Khutbah Nabi [shallallahu ‘alaihi
wasallam] di atas dinukil oleh Ibnu Ishaaq dan ia mengisyaratkan bahwa
khutbah itu diucapkan oleh Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] di
Makkah pada saat haji wada tepat setelah Imam Ali tiba kembali dari
Yaman. Syaikh Al Albaniy telah menshahihkan hadis riwayat Ibnu Ishaq di
atas dalam kitabnya Silsilah Ahadits Ash Shaahihah no 2479.
Berdasarkan riwayat Ibnu Ishaaq ini maka
jauh sekali kemungkinannya Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]
akan mengucapkan kembali pembelaan terhadap tindakan Imam Aliy di Yaman
pada saat Beliau berada di Ghadir Kum.
.
.
Dalil-dalil shahih menyebutkan bahwa
memang sebagian sahabat mengeluhkan tindakan Imam Aliy di Yaman. Mereka
yang mengeluhkan tindakan Imam Aliy ini terbagi menjadi dua kelompok
- Kelompok pertama adalah mereka yang terlebih dahulu kembali menemui Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dari Yaman sebelum Imam Aliy tiba [yaitu sebelum Haji wada]. Untuk mereka ini Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] langsung membantah mereka dan membela Imam Aliy.
- Kelompok kedua adalah mereka yang tiba dari Yaman atau menemui Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] bersama Imam Aliy yaitu pada saat Haji wada. Untuk mereka ini Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] langsung berkhutbah di hadapan orang-orang untuk membantah mereka, membela Imam Aliy sekaligus menutup jalan timbulnya desas-desus di kalangan para sahabat.
.
.
Jadi perkara keluhan terhadap Imam Aliy
itu sudah beres masalahnya pada saat Haji wada dan tidak ada
kepentingannya harus diucapkan kembali pada saat Ghadir Kum. Lagipula
kalau kita melihat berbagai riwayat shahih hadis Ghadir Kum maka tidak
ada sedikitpun yang menyinggung soal sahabat yang mengeluhkan tindakan
Imam Aliy di Yaman. Berikut hadis Ghadir Kum yang diriwayatkan oleh Imam
Aliy.
حَدَّثَنَا إبْرَاهِيمُ بْنُ مَرْزُوقٍ قَالَ ثنا أَبُو عَامِرٍ الْعَقَدِيُّ قَالَ ثنا كَثِيرُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عُمَرَ بْنِ عَلِيٍّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَلِيٍّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَضَرَ الشَّجَرَةَ بِخُمٍّ فَخَرَجَ آخِذًا بِيَدِ عَلِيٍّ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَلَسْتُمْ تَشْهَدُونَ أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ رَبُّكُمْ ؟ قَالُوا بَلَى قَالَ أَلَسْتُمْ تَشْهَدُونَ أَنَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أَوْلَى بِكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ وَأَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَرَسُولَهُ مَوْلَيَاكُمْ ؟ قَالُوا بَلَى قَالَ فَمَنْ كُنْت مَوْلَاهُ فَإِنَّ هَذَا مَوْلَاهُ أَوْ قَالَ فَإِنَّ عَلِيًّا مَوْلَاهُ شَكَّ ابْنُ مَرْزُوقٍ إنِّي قَدْ تَرَكْت فِيكُمْ مَا إنْ أَخَذْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوا كِتَابَ اللَّهِ بِأَيْدِيكُمْ وَأَهْلَ بَيْتِي
Telah menceritakan kepada kami
Ibrahim bin Marzuq yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu ‘Amir
Al Aqadiy yang berkata telah menceritakan kepadaku Katsir bin Zaid dari
Muhammad bin Umar bin Ali dari Ayahnya dari Ali bahwa Nabi SAW berteduh
di Khum kemudian Beliau keluar sambil memegang tangan Ali. Beliau
berkata “wahai manusia bukankah kalian bersaksi bahwa Allah azza wajalla
adalah Rabb kalian?. Orang-orang berkata “benar”. Bukankah kalian
bersaksi bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih berhak atas kalian lebih dari
diri kalian sendiri dan Allah azza wajalla dan Rasul-Nya adalah mawla
bagi kalian?. Orang-orang berkata “benar”. Beliau SAW berkata “maka barangsiapa yang menjadikan Aku sebagai mawlanya maka dia ini juga sebagai mawlanya” atau [Rasul SAW berkata] “maka Ali sebagai mawlanya” [keraguan ini dari Ibnu Marzuq]. Sungguh
telah Aku tinggalkan bagi kalian yang jika kalian berpegang teguh
kepadanya maka kalian tidak akan tersesat yaitu Kitab Allah yang berada
di tangan kalian dan Ahlul Bait-Ku” [Musykil Al Atsar Ath Thahawi 3/56, sanadnya shahih]”
Hadis Ghadir Khum riwayat Imam Aliy di
atas telah dishahihkan oleh Ibnu Hajar dalam kitabnya Al Mathalib Al
‘Aliyyah no 4043 dan Al Buushiriy dalam Ittihaaful Khairah no 6683.
Tidak ada keterangan sedikitpun yang menyebutkan soal Yaman. Dengan
mengumpulkan semua hadis Ghadir Kum dapat diketahui bahwa hadis Ghadir
Khum berisikan wasiat Nabi berupa peninggalan Ats Tsaqalain yang
merupakan pegangan umat agar tidak tersesat dan penyebutan Imam Aliy
sebagai Maula.
Perhatikan hadis Ghadir Khum riwayat
Muslim [yang hanya menyebutkan soal Ats Tsaqalain] dari Zaid bin Arqam
[radiallahu ‘anhu], ia berkata
قال: قام رسول الله صلى الله عليه وسلم يوما فينا خطيبا. بماء يدعى خما. بين مكة والمدينة. فحمد الله وأثنى عليه. ووعظ وذكر. ثم قال “أما بعد. ألا أيها الناس! فإنما أنا بشر يوشك أن يأتي رسول ربي فأجيب
[Zaid bin Arqam] berkata “Rasulullah
[shallallahu ‘alaihi wasallam] berdiri diantara kami dan berkhutbah di
suatu tempat bernama Khum diantara Mekkah dan Madinah, Beliau memuji
Allah memberikan nasihat dan peringatan, Beliau berkata “wahai
sekalian manusia sesungguhnya aku hanyalah manusia biasa, sebentar lagi
utusan Rabbku akan datang dan ia akan diperkenankan” [Shahih Muslim no 2408]
Nampak dalam riwayat Muslim di atas bahwa
Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkhutbah di Khum karena
ingin berwasiat sehubungan dengan sebentar lagi ia akan segera wafat.
Wasiat tersebut adalah berpegang teguh pada Ats Tsaqalain dan mengangkat
Imam Aliy sebagai Maula bagi kaum mukminin. Jadi hal yang mendorong
Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkhutbah di Khum bukanlah
desas-desus sebagian sahabat yang mengeluhkan Aliy, perkara itu sudah
selesai sebelumnya melainkan karena memang Beliau ingin berwasiat kepada
umatnya.
.
.
Analogi yang pas untuk syubhat nashibi
ini adalah sebagai berikut. Ada seorang guru [syaikh] yang memiliki
banyak murid dan diantara sekian banyak muridnya tersebut terdapat murid
yang bernama Abdullah yang sangat baik perilakunya dan yang paling alim
[berilmu] dibanding yang lain. Syaikh tersebut sangat menyayangi dan
melebihkannya sehingga membuat iri sebagian murid. Suatu ketika ada
sebagian murid yang mengadukan perihal buruk tentang ‘Abdullah kepada
Syaikh tersebut maka Syaikh itu berkata “jangan kalian menyakitinya karena ia adalah bagian dariku dan ia adalah penggantiku sepeninggalku kelak”. Kemudian tidak lama kemudian Syaikh tersebut sakit keras dan sebelum ia wafat ia mengumpulkan semua muridnya dan berwasiat “sesungguhnya Abdullah adalah penggantiku maka berpeganglah kalian dengannya niscaya kalian tidak akan tersesat”.
Kemudian datang salah satu murid idiot
yang berkata sebab perkataan guru tersebut karena kita pernah menyakiti
Abdullah maka maksudnya kita harus mencintainya dan jangan menyakitinya
bukan mengangkatnya sebagai pengganti guru. Padahal siapapun yang
berakal akan paham maksudnya bahwa Abdullah sudah dari jauh-jauh hari
disiapkan oleh gurunya sebagai pengganti sepeninggal gurunya oleh karena
itu ketika ada yang berusaha menyakitinya, gurunya berpesan agar tidak
menyakitinya karena ia nanti akan jadi pengganti gurunya. Tentu saja
perkara jangan menyakiti Abdullah adalah benar dan justru yang menjadi
sebab jangan menyakiti Abdullah karena Abdullah adalah pengganti
gurunya. Jadi wasiat utama guru tersebut adalah mengangkat Abdullah
sebagai pengganti, kemudian perkara mencintai dan jangan menyakiti
Abdullah adalah hal niscaya sebagai konsekuensi Abdullah sebagai
pengganti gurunya. Bukan sebaliknya seperti yang dikatakan murid idiot
itu bahwa yang dimaksud Gurunya adalah jangan menyakiti atau harus
mencintai Abdullah dan tidak perlu mengangkatnya sebagai pengganti.
Apa yang dikatakan murid idiot itu sama
seperti yang dikatakan para nashibi, yaitu berusaha menolak hadis Nabi
dengan dalih asbabul wurud yang dimasukkan seenaknya. Seperti murid
idiot tersebut yang menyimpangkan makna wasiat gurunya yang tidak sesuai
dengan keinginannya begitu pula para Nashibi yang menyimpangkan makna
hadis Ghadir Khum karena tidak sesuai dengan keyakinannya.
.
.
Apa makna Maula dalam hadis Ghadir Khum?.
Tidak dipungkiri bahwa lafaz maula mengandung banyak makna oleh karena
itu makna yang tepat adalah dengan melihat penggunaannya dalam kalimat
hadis tersebut bukan dengan konteks yang diada-adakan sesuai dengan hawa
nafsu sebagian orang. Perhatikan lafaz perkataan Rasulullah
[shallallahu ‘alaihi wasallam] yang menyebutkan soal Maula
قَالَ أَلَسْتُمْ تَشْهَدُونَ أَنَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أَوْلَى بِكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ وَأَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَرَسُولَهُ مَوْلَيَاكُمْ
[Rasulullah] berkata “Bukankah kalian
bersaksi bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih berhak atas kalian dibanding
dari diri kalian sendiri dan Allah azza wajalla dan Rasul-Nya adalah
mawla bagi kalian?”
Lafaz Maula dalam kalimat tersebut terikat dengan kalimat “lebih berhak atas diri kalian dibanding diri kalian sendiri”.
Jadi Maula yang dimaksud adalah Orang yang lebih berhak atas kaum
Muslimin dibanding diri mereka sendiri. Lafaz Maula seperti ini pernah
diungkapkan oleh Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dalam hadis
berikut
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ حَدَّثَنَا فُلَيْحٌ عَنْ هِلَالِ بْنِ عَلِيٍّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي عَمْرَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ مُؤْمِنٍ إِلَّا وَأَنَا أَوْلَى بِهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ اقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ {النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ} فَأَيُّمَا مُؤْمِنٍ مَاتَ وَتَرَكَ مَالًا فَلْيَرِثْهُ عَصَبَتُهُ مَنْ كَانُوا وَمَنْ تَرَكَ دَيْنًا أَوْ ضَيَاعًا فَلْيَأْتِنِي فَأَنَا مَوْلَاهُ
Telah menceritakan kepada kami
‘Abdullah bin Muhammad yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu
‘Aamir yang berkata telah menceritakan kepada kami Fulaih dari Hilaal
bin ‘Aliy dari ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amrah dari Abi Hurairah [radiallahu
‘anhu] bahwa Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “Tidak ada seorang mu’min kecuali aku lebih berhak atasnya dalam dunia dan akhirat, bacalah jika kalian mau “Nabi itu lebih berhak dari orang-orang mukmin dibanding diri mereka sendiri”.
Maka sesungguhnya seorang mukmin jika wafat dan meninggalkan harta maka
itu akan diwariskan kepada ahli warisnya yang terdekat dan barang siapa
yang meninggalkan hutang atau keluarga yang terlantar maka datanglah
kepadaku karena aku adalah Maula-nya [Shahih Bukhari 3/118 no 2399]
Makna kedudukan Nabi [shallallahu ‘alaihi
wasallam] sebagai Maula bagi kaum mu’min adalah bahwa Beliau sebagai
orang yang paling berhak atas mereka lebih dari diri mereka sendiri.
Beliau adalah orang yang mengatur urusan kaum mu’min termasuk melunasi
hutang bagi kaum mu’min yang tidak bisa membayar hutangnya dan mengurus
keluarga yang terlantar. Hal yang demikian itu adalah tugas Nabi
[shallallahu ‘alaihi wasallam] sebagai pemimpin bagi kaum mu’min. Maka makna Maula yang dimaksud disana adalah Pemimpin atau orang yang mengatur urusan kaum mu’min.
Tatkala meninggalakan kamar itu Mughirah berkata kepada Umar “ tetapi anda mengetahui bahwa Rasul telah wafat.” Umar menjawab “ anda bohong, Nabi tidak akan wafat sebelum memusnahkan orang munafiq.” Umar lalu mengancam akan membunuh siapa saja yang menagatakan Rasul telah wafat.
Melihat Umar, Ibn Umm Maktum membacakan ayat Al-Qur’an. “ Muhammad hanyalah seorang Rasul. Sebelumnya telah berlalu Rasul-Rasul. Apabila ia wafat atau terbunuh apakah kamu akan bebalik murtad ? tetapi barang siapa berbalik murtad, sedikit pun tiada ia merugikan Allah SWT. Allah SWT memberikan pahala kepada orang-orang yang bersyukur. (QS.Ali-Imran : 144)
Kemudian setelah Ibn Umm Maktum membacakan ayat kepada Umar, Umar masih terlihat marah-marah, sambil mengancam akan membunuh siapa saja yang mengatakan Rasul telah wafat. Kemudian Salim bin Ubaid pergi kepada Abu Bakar yang tinggal di Sunh, sekitar satu kilometer ke arah barat masjid Nabi. Ia menceritakan apa yang terjadi. Tatkala Abu Bakar tiba, Umar juga masih marah-marah. Setelah itu Umar diam dan menunggu Abu Bakar keluar dari kamar Rasul. Kemudian setelah Abu Bakar keluar dari kamar Rasui, ia mengatakan “barang siapa yang menyembah Allah, sesungguhnya Allah hidup. Tetapi barang siapa menyembah Muhammad, sesungguhnya ia telah wafat.” Setelah itu Abu Bakar membacakan yat yag tadi di bacakan oleh Maktum. Umar lalu bertanya kepada Abu Bakar “ Apakah itunayat Al-Qur’an ? ” Abu Bakar kemudian menjawab “ ya”.
Kembali kepada perangai Umar yang ganjil, yang menperagakan keraguannya tentang wafatnya Rasul, ia menjadi cemas tentang masalah yang menyangkut pengganti Rasul. Ia takut dan cemas apabila orang Anshar dan yang lain (yaitu keluarga Rasul) mengambil kekuasaan, maka ia menciptakan keraguan dan memperagakan sikap enggan menerima kenyataan bahwa Rasul telah wafat, untuk melindungi agama,sambil menunggu kedatangan Abu Bakar. Ada beberapa faktor bahwa peragakan Umar adalah sebuah drama yang tidak rasional. Berikut adalah bukti-bukti yang menunjukkan bahwa Rasul telah wafat. Dan Umar pun mengetahui hal tersebut.
Abu bakar dan Umar menyadari sepenuhnya akan tuntutan Ali bin abi Thalib, yang sepanjang hidup Rasul di anggapa sebagai saudara Rasul dalam pengertian yang luas, yang mana Ali adalah wasyi Rasul, pemimpin setelah Rasul yang kedudukan Imam Ali disisi Rasul bagaikan Harun disisi Musa. Dan kemudian Abu bakar dan Umar menyuruh serombongan sahabat untuk memanggil Imam Ali dan membaiat Abu bakar di masjid. Setelah Imam Ali menolak, Umar menasehati Abu bakar untuk segera bertindak agar tidak terlambat, kemudian Umar mengepung rumah Imam Ali dan Sayyidah Fathimah dengan serombongan orang bersenjata dan mengancam akan membakar rumah itu. Cerita ini diriwayatkan di kitab Tarikh jilid 2 halaman 126.
Umar dan Khalid bin walid mendekat kerumah Fathimah. Umar masuk kedalam rumah, dan Khalid berdiri di dekat pintu. Kemudian Zubair, sepupu Rasul, memegang pedang, Umar berkata kepada Zubair “untuk apa pedang ini” Zubair menjawab “untuk membaiat Ali”. kemudian Umar merampas pedang Zubair dan mematahkannya dan melemparkannya ke batu. Zubair pun dikeluarkan dari rumah dan diserahkan kepada Khalid. Kemudian Umar berkata kepada Imam Ali “Hai Ali baiatlah Abu bakar!” Imam Ali tidak mau membaiat Abu bakar, maka Ali kemudian diseret dandiserahkan kepada Kholid kemudian Imam Ali berkata kepada Umar “engkau sedang memerah susu untuk Abu bakar dan dirimu sendiri, engkau bekerja untuknya hari ini, dan besok dia akan mengangkatmu menjadi penggantinya.”
Maka orang-orang pun berkumpul untuk menonton, dan jalan-jalan madinah pun menjadi ramai. Setelah sayyidah Fathimah melihat apa yang diperbuat oleh Umar, Ia menjerit, sehingga seakan-akan keramaian menjadi sepi sejenak. Fathimah lalu keluar dari pintu dan berseru. “ Hai Abu bakar! Alangkah cepatnya anda menyerang keluarga Rasul. Demi Allah, saya tidak berbicara dengan Umar sampai say menemui Allah. Kalian mengetahui bahwa jenazah Rasul belumlah terkubur dan masih berada di dalam rumah ini. Kalian telah mengambil keputusan antar kalian sendiri, tanpa bermusyawarah dengan kami dan tanpa menghoramati hak-hak kami. Demi Allah aku katakan keluarlah kalian dari sini segera! Maka rombongan itu pun membubarkan diri dan tanpa mendapat bait dari Imam Ali.
Peristiwa Saqifah Bani Saidah
https://duniaahlulbayt.wordpress.com/2010/07/04/peristiwa-saqifah-bani-saidah/
Posted: July 4, 2010 in artikel syiah– Wafatnya Rasul dan amukan Umar.
Rasul wafat di hari senin selepas dhuhur. Pada tanggal 12 Rabiul awal, tahun 11 H. atau tepatnya tanggal 8 juni 632 M. Umar dan Mughirah bin syu’bah di perkenankan masuk ke kamar untuk melihat jenazah Rasul. Kedua orang ini termasuk prajurit dalam pasukan Usamah. Dan Umar membuka tutup wajah Rasul dan mengatakan bahwa Rasul hanya pingsan.Tatkala meninggalakan kamar itu Mughirah berkata kepada Umar “ tetapi anda mengetahui bahwa Rasul telah wafat.” Umar menjawab “ anda bohong, Nabi tidak akan wafat sebelum memusnahkan orang munafiq.” Umar lalu mengancam akan membunuh siapa saja yang menagatakan Rasul telah wafat.
Melihat Umar, Ibn Umm Maktum membacakan ayat Al-Qur’an. “ Muhammad hanyalah seorang Rasul. Sebelumnya telah berlalu Rasul-Rasul. Apabila ia wafat atau terbunuh apakah kamu akan bebalik murtad ? tetapi barang siapa berbalik murtad, sedikit pun tiada ia merugikan Allah SWT. Allah SWT memberikan pahala kepada orang-orang yang bersyukur. (QS.Ali-Imran : 144)
Kemudian setelah Ibn Umm Maktum membacakan ayat kepada Umar, Umar masih terlihat marah-marah, sambil mengancam akan membunuh siapa saja yang mengatakan Rasul telah wafat. Kemudian Salim bin Ubaid pergi kepada Abu Bakar yang tinggal di Sunh, sekitar satu kilometer ke arah barat masjid Nabi. Ia menceritakan apa yang terjadi. Tatkala Abu Bakar tiba, Umar juga masih marah-marah. Setelah itu Umar diam dan menunggu Abu Bakar keluar dari kamar Rasul. Kemudian setelah Abu Bakar keluar dari kamar Rasui, ia mengatakan “barang siapa yang menyembah Allah, sesungguhnya Allah hidup. Tetapi barang siapa menyembah Muhammad, sesungguhnya ia telah wafat.” Setelah itu Abu Bakar membacakan yat yag tadi di bacakan oleh Maktum. Umar lalu bertanya kepada Abu Bakar “ Apakah itunayat Al-Qur’an ? ” Abu Bakar kemudian menjawab “ ya”.
Kembali kepada perangai Umar yang ganjil, yang menperagakan keraguannya tentang wafatnya Rasul, ia menjadi cemas tentang masalah yang menyangkut pengganti Rasul. Ia takut dan cemas apabila orang Anshar dan yang lain (yaitu keluarga Rasul) mengambil kekuasaan, maka ia menciptakan keraguan dan memperagakan sikap enggan menerima kenyataan bahwa Rasul telah wafat, untuk melindungi agama,sambil menunggu kedatangan Abu Bakar. Ada beberapa faktor bahwa peragakan Umar adalah sebuah drama yang tidak rasional. Berikut adalah bukti-bukti yang menunjukkan bahwa Rasul telah wafat. Dan Umar pun mengetahui hal tersebut.
- Pada hari kamis, 4 hari sebelum Rasul wafat. Rasul telah meminta kertas dan tinta untuk mendiktekan wasiatnya,yang kemudian di halang-halangi oleh Umar bin Khotthob.
- Rasul pada akhir hayatnya mendatangi rumah Sayyidah Fatimah dan berbisik kepadanya bahwa akan segera wafat. Dan kemudian Fatimah bersedih mendengar hal itu. Kemudian Rasul berbisik kepada fatimah untuk yang kedualinya “ Engkau adalah anggota Ahlul Bayt yang pertama kali menemui ku. “ kemudian fatimah tersenyum. Ini telah menunjukkan bahwa Rasul segera wafat, mana mungkin Umar tidak mengetahui hal ini.
– Pengepungan Rumah Fatimah.
Perdebatan di Saqifah bani Saidah yang berakhir dengan terpilihnya Abu Bakar berekor panjang. Petang hari itu juga, setelah selesai pembaiatan, rombongan yang dipimpin oleh Abu bakar dan Umar beramai-ramai datang ke masjid Madinah. Dan beberapa puluh meter dari masjid, dirumah Fathimah, Ali dan Abbas sedang mengurus jenazah Rasul. Pada saat itu ada beberapa sahabat yang berada di rumah tersebut. Seperti Abu dzar, Miqdad, Salman, Ammar bin yasir dan lain-lain.Abu bakar dan Umar menyadari sepenuhnya akan tuntutan Ali bin abi Thalib, yang sepanjang hidup Rasul di anggapa sebagai saudara Rasul dalam pengertian yang luas, yang mana Ali adalah wasyi Rasul, pemimpin setelah Rasul yang kedudukan Imam Ali disisi Rasul bagaikan Harun disisi Musa. Dan kemudian Abu bakar dan Umar menyuruh serombongan sahabat untuk memanggil Imam Ali dan membaiat Abu bakar di masjid. Setelah Imam Ali menolak, Umar menasehati Abu bakar untuk segera bertindak agar tidak terlambat, kemudian Umar mengepung rumah Imam Ali dan Sayyidah Fathimah dengan serombongan orang bersenjata dan mengancam akan membakar rumah itu. Cerita ini diriwayatkan di kitab Tarikh jilid 2 halaman 126.
Umar dan Khalid bin walid mendekat kerumah Fathimah. Umar masuk kedalam rumah, dan Khalid berdiri di dekat pintu. Kemudian Zubair, sepupu Rasul, memegang pedang, Umar berkata kepada Zubair “untuk apa pedang ini” Zubair menjawab “untuk membaiat Ali”. kemudian Umar merampas pedang Zubair dan mematahkannya dan melemparkannya ke batu. Zubair pun dikeluarkan dari rumah dan diserahkan kepada Khalid. Kemudian Umar berkata kepada Imam Ali “Hai Ali baiatlah Abu bakar!” Imam Ali tidak mau membaiat Abu bakar, maka Ali kemudian diseret dandiserahkan kepada Kholid kemudian Imam Ali berkata kepada Umar “engkau sedang memerah susu untuk Abu bakar dan dirimu sendiri, engkau bekerja untuknya hari ini, dan besok dia akan mengangkatmu menjadi penggantinya.”
Maka orang-orang pun berkumpul untuk menonton, dan jalan-jalan madinah pun menjadi ramai. Setelah sayyidah Fathimah melihat apa yang diperbuat oleh Umar, Ia menjerit, sehingga seakan-akan keramaian menjadi sepi sejenak. Fathimah lalu keluar dari pintu dan berseru. “ Hai Abu bakar! Alangkah cepatnya anda menyerang keluarga Rasul. Demi Allah, saya tidak berbicara dengan Umar sampai say menemui Allah. Kalian mengetahui bahwa jenazah Rasul belumlah terkubur dan masih berada di dalam rumah ini. Kalian telah mengambil keputusan antar kalian sendiri, tanpa bermusyawarah dengan kami dan tanpa menghoramati hak-hak kami. Demi Allah aku katakan keluarlah kalian dari sini segera! Maka rombongan itu pun membubarkan diri dan tanpa mendapat bait dari Imam Ali.
Rasulullah SAW Tidak Mau Bersaksi Untuk Abu Bakar RA
https://secondprince.wordpress.com/2008/07/28/rasulullah-saw-tidak-mau-bersaksi-untuk-abu-bakar-ra/
Posted on Juli 28, 2008 by secondprince
Rasulullah SAW Tidak Mau Bersaksi Untuk Abu Bakar RA
وحدثني
عن مالك عن أبي النضر مولى عمر بن عبيد الله أنه بلغه ان رسول الله صلى
الله عليه و سلم قال لشهداء أحد هؤلاء اشهد عليهم فقال أبو بكر الصديق
ألسنا يا رسول الله بإخوانهم أسلمنا كما أسلموا وجاهدنا كما جاهدوا فقال
رسول الله صلى الله عليه و سلم بلى ولكن لا أدري ما تحدثون بعدي فبكى أبو
بكر ثم بكى ثم قال أإنا لكائنون بعدك
Yahya menyampaikan kepadaku (hadis)
dari Malik dari Abu’n Nadr mawla Umar bin Ubaidillah bahwa Rasulullah
SAW berkata mengenai para Syuhada Uhud “Aku bersaksi untuk mereka”. Abu
Bakar As Shiddiq berkata “Wahai Rasulullah, Apakah kami bukan
saudara-saudara mereka? Kami masuk Islam sebagaimana mereka masuk islam
dan kami berjihad sebagaimana mereka berjihad”. Rasulullah SAW berkata
“Ya, tapi Aku tidak tahu Apa yang akan kamu lakukan sepeninggalKu”. Abu
Bakar menangis sejadi-jadinya dan berkata ”Apakah kami akan benar-benar
hidup lebih lama daripada Engkau!”. (Hadis Dalam Al Muwatta Imam Malik
Kitab Jihad Bab Para Syuhada di Jalan Allah hadis no 987)
Penjelasan Hadis
Hadis di atas diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Kitabnya Al Muwatta. Dari hadis di atas diketahui bahwa
- Para Syuhada Uhud lebih utama dari Abu Bakar dan sahabat lainnya karena Rasulullah SAW telah memberikan kesaksian kepada Mereka
- Rasulullah SAW tidak memberikan kesaksian kepada Abu Bakar dan sahabat lainnya karena Rasulullah SAW tidak mengetahui apa yang akan mereka perbuat sepeninggal Beliau SAW.
.
.
Sebuah Permasalahan
Sepertinya masalah akan selalu ada jika seseorang menuliskan hadis-hadis yang kontroversial
Ah lupakan itu, masalahnya adalah kira-kira apa yang terpikirkan oleh anda setelah membaca riwayat ini. Saya kasih contoh nih
- Mungkinkah anda teringat akan hadis-hadis tentang Sahabat Nabi yang berpaling setelah Berpulangnya Sang Nabi SAW (jadi teringat tulisan Ressay , cuma teringat aja lho )
- Seorang Sunni Salafy biasanya akan geleng-geleng kepala dan mulai berteriak mengeluarkan berbagai prasangka dan nasehat yang semoga saja baik atau mungkin pembelaan (monggo Mas, silakan atuh)
- Seorang Syiah tidak terlalu terkejut mungkin akan berkata “Sahabat Nabi kan memang macam-macam”. Atau ada respon lain yang saya tidak tahu
- Ada juga mungkin yang beranggapan, gak penting amat sih, hari gini masih bahas yang begituan. Pikirkan yang lebih baik dong yang lebih bermanfaat bagi umat (iya iya Mbak, Om, Tante ntar saya cari bahan lain )
- Atau akan ada yang mendhaifkan hadis tersebut, silakan silakan asal disertakan alasannya biar saya yang bodoh ini belajar lebih banyak lagi.
Selebihnya saya berharap banyak respon dari anda, Apa tanggapan anda seputar hadis ini?
Mari kita diskusi baik-baik dengan santun dan jika saja ada yang beranggapan kalau saya ini tidak berharga (sungguh benar sekali) dan sudah menyimpang dari jalan yang lurus mari tolong luruskan saya
Semoga Allah SWT memberikan rahmat kepada kita semua
Salam damai
.
-
Selama ini, sejak SD kita ternyata telah dijejali pelajaran sejarah agama Islam dgn kisah-kisah tak bertanggungjawab, hadits tanpa sanad dan perawi. Secara sistematis ini terus berlanjut hingga ke tingkat SMU/universitas. Masih terbayang diingatan saya bagaimana hebatnya pribadi para sahabat2 itu. Pribadi pertama bijak & lembut, pribadi kedua berwatak pemberani dan tegas, yang satunya lagi halus dan dermawan. Sungguh hebat! Karena pribadi2 bisa mematri di pikiran dan memori kita. Sayangnya di pelajaran sejarah ini tidak menyinggung sama sekali mengenai kehidupan keluarga ahlulbayt, kecuali Imam Ali yang digolongkan ‘sahabat’. Itu pun sangat tidak berimbang.
Syukurlah dengan keinginan untuk mencari kebenaran, sesuai perkembangan jiwa dan pengetahuan, saya mulai menemukan dasar-dasar kebenaran, dan blog ini makin menguatkan dasar-dasar itu. Thanks. Go ahead SP!
Damai…damai
-
@SP
Saya tdk akan mengomentari Hadis yg mas sodorkan dlm posting ini. Biar Firman Allah dan Hadis Rasul yg mengomentari dan ini mungkin merupakan tulisan saya terpanjang. Dan saya harapkan teman2 yg lain tdk bosan membacanya krn ini adalah KEBENARAN:
I. QS: Al An’am 65 saya kutip firman terakhir: Dia mencampurkan kamu dlm golongan2 dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yg lain”.
Tafsir dan Hadis terhadap ayat tsb:
I.a. Tafsir Lubab at-Ta’wil 2/144:
Dia mencampurkan dlm golongan2 artinya, fitnah dan perselisihan yg terjadi dlm umat Islam hingga terjadi saling berbunuhan.
II. QS Al Anfal 25: Dan peliharalah dirimu dari fitnah yg tdk khusus menimpa orang2 yg zalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras dgn siksaanNya”
Penjelasan atas ayat tersebut diatas:
Ibnu Katsir,as-Suyut dan Syekh M. Abduh dan para mufasir lainnya menukil pernyataan salah seorang shabat besar yg terjatuh dlm fitnah tersebut ia adalah Zubair b Al Awwam. Zubair berkata:”Firman Allah itu benar2 telah menakut nakuti kami dan ketika itu Nabi masih hidup bersama kami. Tdk disangka bahwa ayat itu ditujukan pd kami (Hadis riwayat ibnu Jarir dan Abduh b. Humaid). Dirawayat lain yg diiwayatkan oleh Ahmad, Albazar, Ibnu al-Mundzir, ibnu Murdawaih dan ibnu Asakr: Zubair berkata: “Kami membaca ayat tsb dijaman Rasul, Abubakar, Umar da Utsman dan kami tdk mengira bahwa kami pemilik ayat itu sehingga terjadi pd kami apa yg terjadi”
Al Baghawi berkata : Ayat ini turun utk para sahabat Rasul.
Dari Shahih Bukhari, Kitabul Alam bab Ma Yukrahu al Hirshi ala al Imara 9/79 Rasul bersabda:
“Sesungguhnya kalian akan serakah terhadap kepimpinan dan akan menjadi penyesalan kalian pada hari Kiamat. Maka ia se-baik2 yg memberi susu dan se-jelek2 penyapih..
Menurut Ibnu Hajar dlm Fath al- Bari Syarah Shahih Bukhari kata imarah/kepimpinan yaitu KHILAFAH
Dari Shahih Muslim dgn Syarah Nawawi, Rasul bersabda:” Akan ada sepeninggalku para penguasa, mereka tdk berpetunjuk dgn petunjukku dan tdk bersunah dgn sunahku dan akan berdiri didlmnya orang2 yg hatinya adalah hati setan dlm wujud raga manusia
Riwayat hadis Abu Dawud hadis ke 2958. Rasul bersabda: ” Wahai manusia! Ambillah pemberian selamaia murni pemberian, dan apabila suku Quraisy berebut kekuasaan dan pemberian itu seharga agama seorang dari kalian maka tinggalkan. Para sahabat bertanya : Wahai Rasul , apa yg harus kami lakukan. Rasul menjawab: Jadilah kalian seperti sahabat2 Isa , merekan digantung diatas kayu dan dipotong dgn gergaji. Kematian dlm ketaatan adalah lbh baik dp hidup dlm kemaksiatan . Masih banyak ayat dan Hadis yg menjelaskan perbuatan sahabat, sehingga mendukung pernyataan Rasul terhadap Abubakar mengapa Rasul tdk mau bersaksi utknya.
Mas SP klu ada yg mau membantah hadis tsb, sarankan mereka utk membuka Alqur’an dan Shahih Bukhari dan Muslim. Masih banyak lagi Hadis2 yg menguatkan mengapa Rasul tdk bersaksi utk Abubakar. Wasalam
-
@modopolo
“……dan ini mungkin merupakan tulisan saya terpanjang….”
Iya benar……..
“….krn ini adalah KEBENARAN”
Mana yang dianggap kebenaran:
1. Alquran dan isinya (teks)——– OK
2. Hadits dan perawinya———— Masih perlu verifikasi
3. Tafsir Alquran———————– Belum mewakili kebenaran kecuali dari orang-orang yg kita yakini sebagai wakil kebenaran
4. Tafsir Hadits————————- Apalagi tafsir hadits
Saya berasumsi bahwa KEBENARAN yg dimaksud mas adalah bahwa:
1. Ayat-ayat yg disampaikan BENAR dari Alquran
2. Hadits-hadits yg disampaikan BENAR terdapat dalam Shahih Bukhari/Muslim/Abu dawud, dll
Damai….damai
-
Salam..
saya sih setuju bgt dengan cnth point ke 3 dr SP :
“Seorang Syiah tidak terlalu terkejut mungkin akan berkata “Sahabat Nabi kan memang macam-macam”. ….”
sedangkan jika ada yg mendhaifkanpun, msh byk bukti2 yg lain…yg doyan mabuk jg ada..yg membunuh shbt rasul lainnya sekaligus meniduri istrinya jg ada..jd ga heran lah..
dengan bukti2 sejarah yg ada, jika kita keluarkan maka akan ada yg smkin benci dg syiah, dg bgtu dalil2 dr syiah akan semakin deras keluar, dan akhirnya sejarah palsu akan terbongkar..!
Bihaqqi Muhammad wa Alihi Thahirin
Wassalam
-
Fyuh, ck ck ck hebat para kemeruhisme memostingkan sesuatu yg tidak kuat hukumnya, he heh he knapa ngga langsung aje “di publish” ke khalayak…jangan disini (= internet, red.)….
Mokhal…..
-
semoga kita semua tetap berada di jalan yang lurus
amin!!!!!!!!!!
-
Sekedar ingin tahu, anda membaca kitab ini melalui pembimbing atau otodidak? Kalau lewat pembimbing (guru) maka ada baiknya anda tanya kembali maksudnya bagaimana, apakah sesuai dengan penafsiran anda atau tidak. Apakah Nabi secara ekplisit menolak kesaksian Abu Bakar?
JIka anda belajar secara otodidak drmn kami tahu bahwa penafsiran anda benar? Bagaimana kami tahu kapabilitas anda sbg penafsir kitab AL Muwatta?
Syiah bagi saya hanya sekumpulan orang2 yg frustasii akibat peristiwa Karbala. Saat itu nenek moyang mereka menolak hijrah bersama keluarga Sy. Ali bin Abi Thalib RA. Dan naluri manusia, jika sudah menyesal, maka menyiksa diri sambil berusaha menyalahkan kanan-kiri mencari kambing hitam, mencari sedikit pembenaran agar kesalahan bisa sedikit dimaklumi.
-
@ Joe
Memangnya penulis menafsirkan hadis itu, kayaknya dia cuma mengulang apa yang dinyatakan hadis. Kalau baca hadisnya, maka penjelasan penulis soal hadis itu benar-benar tidak ada masalah. Apa untungnya anda bertanya soal kapabilitas mentafsirkan, memangnya menurut anda siapa yang berhak menafsirkan. Kenapa nggak anda saja yang menampilkan siapa orang yang punya kapabilitas, bisa dibahas disini
Anda bagi saya cuma orang frustasi yang tidak tahu lagi bagaimana menghadapi kebenaran yang Syiah sampaikan. Jadinya nafsu yang berperan mengambil alih dan mulai menuduh sana-sini sambil melakukan pembenaran
-
Saya mau tanya seputar perawi dalam sanad hadis yg dibahas.
Teks Hijaiyyah hadis tsb tidak menyebutkan nama “Yahya” sebagai salah satu perawi dalam sanadnya.
“Wa haddatsani ‘an Malik….” artinya “Dan [dia] meriwayatkan kepada aku dari Malik”.
Tampaknya, “dia” di situ adalah “Yahya”. Nama “Yahya” di situ diketahui dari mana? Apakah dari hadis urutan sebelumnya dalam kitab Al-Muwaththo’? Lalu, “Yahya” di situ apa nama lengkapnya? Gimana kredibilitas dari Yahya bin fulan itu?
Imam Malik mendapatkan hadis dari Yahya bin fulan, Yahya mendapat hadis dari “Malik”. Nah, nama “Malik” yang kedua ini siapa lagi? Di sini, Malik bin siapa, dan gimana kredibilitasnya?
Gimana juga kredibilitas Abu al-Nadhr sbg perawi hadis?
Mohon bantuan infonya. Syukron. Salam ‘alaykum.
-
@Mereka yg menolak Hadis diatas
Anda2 yg menganggap Hadis tsb diatas Shahih. Tolong anda bantah dgn Hadis lain bahwa Abubakar dijamin oleh Allah dan Rasul. Dan jgn menafikkan dgn akal sendiri. Karena kita hanya manusia yg taklik buta. SP menyedorkan Nash maka bantah dgn Nash pula. Apakah anda2 lbh mengetahui dari merka2. Wasalam
-
@Joe
Kita semua emang frustasi mas, frustasi koq ternyata kebenaran baru terungkap sekarang..knapa gak dari dulu..yang didapet cuman doktrin yang menghalangi orang untuk berfikir secara logis..hihihi
Terima kasih mas Modopolo, saya tambah kagum dengan Hawariyyun (12 pengikut setia Isa as), mulai dari yudas, simon petrus, dst dst dst..
Hmmm…Nabi musa as memiliki 12 pengikut setia (para Cohen), Isa as memiliki 12 pengikut setia (Hawariyyun), Rasul saww pun ternyata memiliki 12 pengikut setia yang memegang panji2 beliau (imam Ali as – imam Muhammad al Mahdi as)..
Kebetulan? Saya rasa engga…
-
@SP
Sekalian donk dicari hadits2 lain di perang2 yg lain. Apakah di setiap perang Rasulullah mengungkapkan kesaksian spt tsb, ataukah hanya di Uhud. Jika hanya di Uhud, mk ada hal khusus apa dg Uhud?
Sekalian ya risetnya jgn ditanggungin.
Sedangkan mengenai komentar2 yg tdk setuju dr saudara2 wahaby/salafy itu sih sdh suatu keniscayaan (salut atas konsistensinya, tp sayang knp gak ada dr wahaby/salafy yg membuat buku bantahan/kritik thd Shahih Bukhari, Muslim, dan kritik thd Imam Malik). Alih2 membuat buku/tulisan ilmiah membantah Bukhori cs ehhh malah mencetak buku2 tsb dg edisi salafy (bener gak sihh?).
Wassaalam
-
@truthseeker
Saya rasa truthseeker mempunyai baha yg cukup banyak hadis yg kira2 sama dgn apa yg diposting oleh SP. Jd tolong tambahkan agar mata dan telinga mereka yg anti bisa mengetahui. Itupun klu blm dikhtamullah. Wasalam
-
sebenarnya kredibilitas abu bakar dan umar lah yang patut dipertanyakan. udah sebulan ini sy mengkaji ringkasan shahih muslim dan ternyata kebanyakan keutamaan abu bakar hanya diriwayatkan oleh putrinya sendiri yaitu Aisyah. begitu juga umar hanya oleh abdulaah bin umar.
tampaknya ada kecendrungan mereka memang ingin menurunkan derajat keutamaan ahlul bayt. tapi ada satu hal yang relevan dari hadist diatas adalah hadist mengenai tanah fadak, dimana fatimah meminta hak nya tapi abu bakar & umar menolaknya.
jadi kenapa Rasulullah saaw tidak mau bersaksi untuk abu bakar, ’cause abu bakar telah merampas hak fatimah.
jadi kalo menurut ane nih, hadis keutamaan mengenai para sahabat ini harus dikaji lagi karena saling kontradiksi satu sama lain. yah itu tergantung kepada pribadi masing-masing apakah mau membuka hati dan pikiran nya atau ga?
tujuan dari kajian ini bukanlah untuk memecah ukhuwah islamiyah atau membuat kira ragu, tapi untuk membuka mata hati kita kepada kebenaran.
Rasulullah dalam shahih muslimnya bersabda :”Aku tinggalkan kalian 2 pusaka dimana kalian tidak akan tersesat selamanya, yaitu Kitabullah dan ithrahku (keturunanku). Hadis tsaqalain ini jelas bahwa kita harus kembali kepada Kitabulah dan ithrah Nabi yang lebih memahami Kitabullah dibanding para sahabat tujuannya jelas supaya kita tidak tersesat dan kembali menjalin ukhuwah islamiyah yang selama ini tercerai berai.
-
@abu dina
Apakah ada yg mau menerima kebenaran.? Kebenaran menyatakan bahwa Islam harus ada pemimpin yg ditunjuk Allah melalui Rasulullah. Yakni Ulil Amri yg suci/maksum. Tapi kenyataan banyak yg menolak. Merka lbh senang kita umat Islam tercerai berai, saling menuding, saling menfitnah. Dan mereka yg anti Islam senang keadaan ini. Dan apabila kelihatan Islam akan bersatu, buru2 mereka buat isu/provokasi sehungga lbh berantakan lagi. Wasalam
-
Kebanyakan umat ini hanya ikut-ikutan saja sehingga pada suatu saat menemukan dalil-dalil yang bertentangan dengan apa yang selama ini mereka fahami maka mereka akan cenderung mendhoifkan dalil tersebut padahal kalau dikaji secara mendalam dalil tersebut kuat. Jika seorang pengikut ahlus sunah namun apa yang ada pada kitab mereka sendiri dia tolak, lantas mau memakai dalil dari kitab mana lagi? Sikap apapun yang kita ambil tentu akan membawa konsekwensi sendiri-sendiri untuk itulah maka mari kita jangan berhenti dalam mencari kebenaran. Selamat berjuang !!!
-
salam
@hanifa
yg dimksd dr kalimat itu bhwa sepeninggal rasulullah saw,abu bakar akan berijtihad,tp ijtihadx bnyk yg bertentangan dgn alquran n hadis rasulullah..marilah qt bersama2 berjuang mencari kebenaran saudara2ku..
Assalaamu’alaika yaa baqiyyatullahi fi ardhih..
-
Kontradiksi kah dengan pernyataan Imam Malik rah.a berikut ini ?
Postingan diatas sungguh menrupakan suatu fitnah keji yang dihadapkan kepada Imam Malik rah.a .
Bertaubatlah kalian, wahai para syiah dan liberalis. Sebelum adzab ALLAH datang dan menimpa kalian dunia akhirat.
1. Imam Abu Nu’aim meriwayatkan dari Abdullah al-Anbari, katanya: “Siapa yang merendahkan derajat seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau ia merasa tidak senang, maka ia tidak punya hak untuk dilindungi oleh umat Islam”. Kemudian beliau membaca ayat.
“Artinya : Orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdo’a “Wahai Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau menjadikan kebencian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman”. [Al-Hasyar : 10]
Imam Malik kemudian berkata: “Barangsiapa marah kepada salah seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka ia telah terkena ayat ini”.
2. Imam Abu Nu’aim meriwayatkan dari salah seorang putra az-Zubair, katanya: Kami berada di tempat Malik. Kemudian orang-orang menyebut-nyebut seseorang yang merendahkan martabat sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu Imam Malik membaca ayat:
“Artinya : Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih saying sesame mereka: kamu lihat mereka ruku dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan menjadi tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnyakarena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min)” [Al-Fath : 29]
Imam Malik kemudian berkata: “Barangsiapa mencaci kepada salah seorang sahabat nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ia telah terkena ayat ini”.
3. Qadhi ‘Iyadh meriwayatkan dari Asyhab bin ‘Abdul Aziz, katanya: “Kami berada di tempat Imam Malik, tiba-tiba ada seorang dari golongan Alawiyin datang kepada beliau, sementara orang-orang yang ada di situ sedang mengikuti majlis pengajian Imam Malik. Orang tadi, sambil berdiri bertanya kepada beliau, “wahai Abu Abdillah” panggilan akrab untuk beliau. Imam Malik kemudian mendekati, padahal beliau itu tidak pernah menyambut lebih dari menganggukkan kepala, apabila dipanggil orang. Kemudian orang tadi berkata: “Saya ingin membuat anda menjadi hujjah (bukti kebenaran) antara saya dengan Allah, sebab apabila saya akan menghadap Allah nanti, saya akan ditanya Allah, dan saya akan menjawab: ‘Malik telah mengatakan hal itu’. Imam Malik lalu berkata: Baik, silahkan apa yang hendak anda tanyakan!” Orang tadi brkata: “Siapakah yang peling mulia sesudah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ?” Beliau menjawab: ‘Abu Bakar’. Orang Alawiyin tadi bertanya lagi: ‘Lalu siapa?’ Dijawab’, ‘Umar’. ‘Kemudian siapa lagi?’, Tanya orang tadi. Imam Malik menjawab: ‘Kemudian Khalifah yang terbunuh secara didzalimi, yaitu Utsman.
Kisah tadi membuktikan bagaimana Imam Malik tetap menyayangi pihak Alawiyin maupun para Sahabat Rasul SAW.
Pantaskah fitnah keji seperti di awal postingan atas, di limpahkan kepada Syaikhul Islam yang satu ini ?
Berhati-hati dengan lisan dan tulisanmu
[ Disadur dari kitab I’tiqad Al-A’immah Al-Arba’ah edisi Indonesia Aqidah Imam Empat (Abu Hanifah, Malik, Syafi’i, Ahmad), Bab Aqidah Imam Malik bin Anas Hanifah, oleh Dr. Muhammad Abdurrahman Al-Khumais ]
-
عن عائشة قالت
قال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم في مرضه ادعي لي أبا بكر أباك وأخاك حتى أكتب
كتابا فإني أخاف أن يتمنى متمن ويقول قائل أنا أولى ويأبى الله والمؤمنون إلا أبا بكر
Aisyah r.anha, ia berkata:
Sewaktu Rasulullah saw. sakit, beliau berkata kepadaku: Tolong panggilkan Abu Bakar dan saudara lelakimu sehingga aku dapat menulis surat (wasiat). Sesungguhnya aku merasa khawatir terhadap orang yang ambisius yang mengatakan: Aku adalah orang yang lebih berhak sementara Allah dan orang-orang mukmin enggan kecuali Abu Bakar
(Hadits dalam kitab Sahih Muslim : 4399)
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم بينما رجل يسوق بقرة له قد حمل عليها التفتت إليه البقرة فقالت إني لم أخلق لهذا ولكني إنما خلقت للحرث فقال الناس سبحان الله تعجبا وفزعا أبقرة تكلم فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم فإني أومن به وأبو بكر وعمر قال أبو هريرة قال رسول الله صلى الله عليه وسلم بينا راع في غنمه عدا عليه الذئب فأخذ منها شاة فطلبه الراعي حتى استنقذها منه فالتفت إليه الذئب فقال له من لها يوم السبع يوم ليس لها راع غيري فقال الناس سبحان الله فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم فإني أومن بذلك أنا وأبو بكر وعمر
Rasulullah saw. bersabda: Ketika seorang lelaki sedang menuntun seekor sapi miliknya yang sedang memikul beban, tiba-tiba sapi tersebut menoleh kepadanya dan berkata: Sesungguhnya aku diciptakan bukan untuk ini, melainkan untuk membajak tanah pertanian. Lalu para sahabat berseru: Maha Suci Allah! Karena merasa terheran-heran dan terkejut seekor sapi dapat berbicara. Rasulullah saw. bersabda: Tetapi sesungguhnya aku, Abu Bakar dan Umar mempercayainya. Seterusnya Abu Hurairah ra. mengatakan: Rasulullah saw. bersabda: Ketika seorang penggembala sedang menggembalakan kambing-kambingnya, tiba-tiba ada seekor srigala menerkam dan membawa lari salah satu kambingnya. Lalu penggembala tadi mengejar srigala itu dan berhasil menyelamatkan kambingnya. Tiba-tiba saja srigala menoleh kepadanya dan berkata: Siapakah yang akan melindungi kambing-kambing itu pada hari binatang buas yaitu suatu hari yang tidak terdapat seorang penggembalapun selain aku? Lalu para sahabat kembali berseru: Maha Suci Allah! Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya aku, Abu Bakar dan Umar mempercayainya
(Hadits dalam kitab Sahih Muslim : 4401)
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم جلس على المنبر فقال عبد خيره الله بين أن يؤتيه زهرة الدنيا وبين ما عنده فاختار ما عنده فبكى أبو بكر وبكى فقال فديناك بآبائنا وأمهاتنا قال فكان رسول الله صلى الله عليه وسلم هو المخير وكان أبو بكر أعلمنا به وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن أمن الناس علي في ماله وصحبته أبو بكر ولو كنت متخذا خليلا لاتخذت أبا بكر خليلا ولكن أخوة الإسلام لا تبقين في المسجد خوخة إلا خوخة أبي بكر
Bahwa Rasulullah saw. pada satu hari berada di atas mimbar lalu beliau bersabda: Ada seorang hamba yang diberikan pilihan oleh Allah antara Allah akan memberinya kemewahan dunia atau memberi sesuatu yang ada di sisi-Nya. Ternyata hamba itu memilih sesuatu yang ada di sisi-Nya. Setelah itu Abu Bakar tampak menangis kemudian berkata: Kami bersedia menebus engkau dengan bapak dan ibu kami. Abu Said Al-Khudri ra. mengatakan: Rasulullah saw. lah hamba yang telah diberikan pilihan itu. Dan Abu Bakar sendiri yang memberitahukan hal itu kepada kami. Selanjutnya Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya orang yang paling setia kepadaku baik dalam hartanya maupun dalam persahabatannya adalah Abu Bakar. Kalau saja aku boleh mengangkat seorang khalil (kekasih), niscaya aku akan memilih Abu Bakar sebagai kekasih. Akan tetapi dia adalah saudaraku di dalam Islam. Sungguh tidak akan diciptakan pada mesjid ini sebuah pintu kecil pun kecuali hal itu memang milik Abu Bakar
(Hadits dalam kitab Sahih Muslim : 4390)
Sebagai pelengkap saja
-
salam
@haniifa
pada saat perang badar,rasul saw meminta pndpt dr para shbt,apakah sebaiknya mereka menghadapi org2 quraisy itu atau mundur,dan mereka smua brkata, keptsn ada ditgnmu. jika engkau menghendaki,kami akan menghdpi org2 quraisy itu. artinya pd perang badar,para shbt patuh..dlm prng uhud,rasul saw kmbli mnt pndpt para shbt,dan para shbt mendesak rasul saw untk melakukan pnyrngn trhdp kaum quraisy.tetapi ditgh jln,mereka brubah pkrn dan mnt rasul saw kmbli. rasul menolak dan brkta, tidak pantas bg seorang nabi untk mndr stlh dia memutskan brngkt untk mlbtkan sebuah kelompok dlm prtmpuran. keesokan paginya,rasul saw bgn dan siap untk brperang. rasul memeriksa para pemanah dibwh komando abdullah bin jubair. rasul memperingatkan dan mengingatkan para pemanah akan kwjbn mreka, “takutlah pada Allah dan setialah. bhkan sekalipun kalian mlht kami diserang burung liar,jgn tngglkan t4 kalian sampai aku perintahkan.” di perang uhudlah rasul terluka. bnyk sahabat lari meninggalkan rasul untk mengmbl rampasan perang,demi rmpsn prng,rasul tdk dipedulikan..rasul mlhat sekeliling dan ada ali disisinya. kemudian rasul brtnya, mengapa engkau tdk lari kepada bani ayahmu? ali menjwb,ya rasulullah,aku tak mau kafir stlh mnjd mslim!bagaimanapun,aku akan te2p brsmamu serta menanggung kwjbnmu. jika benar dmkian,rasul brkta, hilangkan keburukan dr org2 ini!ali brgegas menghadang mreka,dan ketika ia memukul org prtma yg dihadapinya,jibril brseru, wahai muhammad,ini sungguh menggembirakan! dia (ali) bagian dariku dan aku bagian darinya,kata rasul. jibril menambahkan, aku juga bagian darimu. dlm prng uhud,70 muslim trbnh..dari uraian prng badar dan uhud,mnrt saya di uhudlah t4 yg tepat untk mengatakan hal itu kepada abu bakar..karna mnrt sejarah sbnrnya,(abu bakar trmsk org yg lari dr perang uhud) ttg abu bakar lari dr prng uhud,dpt dilht di al hakim, al mustadrak,III,hal 37;al muttaqi al hindi,kanz al ummal,VI hal 394;al dhahabi,al talkhis, III,hal 37. semoga dr tlsn diatas dpt mmberi sdkt pnjlsn kepada haniifa. mengenai sejarah perang badar dan uhud,saya mengutipnya dr buku ringkasan sejarah nabi muhammad saw dan putrinya, fatimah azzahra diterbitkan oleh penerbit lentera.salam
-
@arif,
sungguh lancang sekali bagi mereka yang mengatakan bahwa Sayyidina AbuBakar lari dari perang uhud. Akan uhud menajdi kisah seperti berikut, bila abubakar memang melarikan diri ???
Pernah pada suatu hari, Uhud bergoncang di bawah kedua kaki Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang sedang bersama Abu Bakar, Umar bin Khaththab dan Utsman bin Affan, kemudian beliau bersabda kepada Gunung Uhud, “Diamlah engkau hai Uhud -sambil menghentakkan dengan kakinya-, karena di atasmu tidak lain adalah Nabi, Ash-Shiddiq, dan dua orang syahid.” (Rawahul Al Bukhari). Saduran dari kitab Minjahul Islam
Makin parah aja pemikiran para syiah dan liberalis di forum ini
@hanifa,
Sukron juga. Semoga kamu bisa mengambil mana yang benar dan menjauhi mana yang sesat di forum ini.Semoga juga ALLAH dan RasulNYA akan bersama kita. Aaamiin.
BarakaLLAHU fikum, Insha ALLAH
-
@haniifa n muhibbin
salam..oke,itu kan pmkrn kalian koq..g da mslh ttg perbedaan pmkrn kita..
-
@haniifa
salam.
mmh, dihutan belantara y..kondisix sprti apa?pstnya di hutan serba kekurangan y?kan dlm wkt seminggu..selama saya yakin dgn shbt saya itu,saya g akan tngglkan dia,tp kalau shbt saya yg tdk yakin thdp saya gmn?saya tentu tdk tnggl diam menjadi korban dr shbt saya ini..saya prnh jg dicurangi shbt koq..jd mnrt saya definisi shbt ada brmcm2,ada yg munafik (didpn sy ngmng yg baik,di blakang sy dia mengungkapkan keburukan saya) tp ada pula yg prcy brshbt dgn saya..
silakan buka surat Ali imran 152-154 ttg perang uhud, dimana sebagian shbt lari meninggalkan rasul saw. bahkan trmsk (2 khalifah yg awal) lari dr perang uhud. surat at taubah 25 ttg perang hunain, 2 tokoh tsb jg lari dr prng hunain..referensi ahlussunah(perang uhud): 1. hayat muhammad oleh haikal 2. maghazi oleh al waqidi 3. tarikh ibn hisyam
-
Assalamualaikum
oke,,, kalo menurut saya,, maaf saya tidak mempunyai pengetahuan agama sedalam kalian. jadi saya berbicara dari kacamata orang awam.
aq cuma ingin tahu, apakah da manfaatnya meributkan hal yang sudah lalu dan mengungkap aib orang lain ( Abu bakar dan para sahabat)
memang manusia tidak ada yang sempurna namun saya percaya Abu Bakar memang menerima amanah dari Rasul,,
Kalo saya lebih baik kita introspeksi diri,,,
Sunni dan Syiah,, dua kekuatan muslim yang saling berseteru,,,
g bisakah kita melupakan dendam masa lalu dan fanatisme untuk bersama-sama melakukan hal yang produktif yaitu membangun Islam yang bersatu, bukan hal yang dstruktif,,,
trima kasih dan mohon maaf apabila ada salah kata,,
Assalamualaikum
-
Untuk mendapatkan Kebenaran kita harus paksakan ego kita NETRAL dan tdk FANATIK pd ketidak tahuan kita. Kita harus mempelajari pengetahuan lawan kita baru kita tau apa itu kebenaran. Kalau tdk kita tetap dlm kebodohan.
Orang Barat Penganut agama Nasrani mereka banyak masuk Islam bukan karena mereka rajin membaca Injil tetapi karena mereka belajar dari buku2 Islam, terutama Alqu’an.
Orang yg tdk mengetahui dan tidak mengetahui bahwa ia tdk tau = BODOH
Orang yg tdk mengetahui tapi tdk mau tahu bahwa ia tdk mengetahui= SESAT
Orang yg tidak mengetahui tapi sok mengetahui = JAHIL
Orang yg tidak mengetahui dan tahu bahwa ia tdk mengetahui dan mau belajar=PINTAR
Untuk mendapatkan hasil diatas tergantung kita .Wasalam
-
@devino
Judul blok ini ANALISA PENCARI KEBENARAN
Bagaimana kita bisa menganalisa suatu kebenaran tanpa menganalisa sejarah masa lalu dan mempelajari kesalaha2n masa lalu. Mas devino, orang ttdk akan mendapatkan kebenaran klu tdk mengetahui kesalahannya.
Kita tdk hidup dijaman Rasul oleh karena itu kita mempelajari sejarah dan hadis Rasul. Apakah mas yakin bahwa mas sekarang dlm KEBENARAN?
Mas SP mendpt hadis mengenai Abubakar kemudian diposting. Bukan berarti mas SP men-cari2 kesalahan mereka masa lalu, tapi mas SP meminta kita sama2 mempelajari dan mendiskusikan dgn nash yg VALID agar dpt mengetahui apakah benar atau tdk hadis tsb. Klu hanya mengatakan Oo hadis itu tdk shahih yah tunjukan nashnya . Klu ini tdk benar silahkan kita berdiskusi memakai nash utk menafikan hadis diatas. Tapi bkn dgn cara mencaci maki dan menyebarkan fitnah. Atau BERHENTI membicarakan, nda logis mas. Saya sendiri terus terang tdk yakin apakah paham yg saya anut ini benar. Saya hrs banyak belajar dari buku 2 Suny, Wahaby/Salafy, Mu’tazila Syiah dll. Untuk mengetahui sabda beliau mana yg benar2 beliau ucapkan. Klu kita mengkoreksi kesalahan sahabat apakah tdk boleh? Mereka adalah manusia biasa yg bisa membuat kesalahan. Atau mereka maksum tdk pernah membuat kesalahan. Klu para sahabat maksum tolong Nashnya mas. Saya ingin bertanya pd mas. Apabila ternyata yg kita anut sekarang ini salah. Apa akibatnya? Apakah mas akan lepas tanggung jawab dan mengatakan mereka bertanggung jawab. Ingat mas dihadapan Allah nanti masing2 bertanggung jawab atas segala amal perbuatannya. Wasalam
-
*** INGAT DALAM KONTEK BELIAU “LARI” DARI PERANG UHUD ***
“(Ingatlah) ketika kalian lari dan tidak menoleh kepada seorangpun, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawan kalian yang lain, memanggil kalian…” ( Ali Imron 153)
Dalam Siroh Ibn Hisyam, Jilid 4, bab Perang Uhud, Abubakar dan Umar lari dari perang Uhud tersebut.
Al-Anfaal 15-16 menyebutkan bahwa orang yang lari dari perang Allah murka kepada mereka dan menempatkan mereka dalam neraka jahanam..!
“Hai orang-orang yang beriman! Apabila kamu menghadapi pasukan orang-orang kafir sudah menggebu akan menyerangmu, janganlah kamu mundur ke belakang. “
“Barangsiapa yang mundur di saat itu, kecuali mundurnya itu karena siasat perang atau untuk menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, niscaya mereka yang mundur tanpa alasan itu mendapat murka dari Allah dan kelak tempatnya di neraka jahanam, itulah tempat kembali yang amat buruk.”
Abubakar dan Umar kabur untuk apa..?? ngatur siasat..? siasat yang mana..? Bukankah dalam Ali Imran 153 diatas mereka dipanggil Rasul mereka ketika lari,,?! JIKA RASUL YANG MEMANGGIL KENAPA MEREKA GA MENURUTI PERINTAHNYA..?? ABU BAKAR DAN UMAR LEBIH TAU KEADAAN DARI PADA RASUL,,BEGITU..?? katanya mereka itu selalu menuruti perintah Rasul..tp ko ga nurutin ktka dipanggil..??
Ente bisa baca komen Arif diatas siapa yg bersama rasul..! itu dikitab suni.
Ente dan Pak Bin (muhibin) bilang :
“Sungguh lancang sekali bagi mereka yang mengatakan bahwa Sayyidina AbuBakar lari dari perang uhud.
Menurut saya bukan lancang… tapi super konyol yang mengatakan Abu Bakr as Sidiq lari….”
=======
Jadi menurut Pak Bin para perawi suni yang mengatakan abubakar dan umar kabur adalah lancang..! dan Menurut ente mereka itu super konyol…
Bagi ana lancang atau konyol dlm pndgn ente berdua, tapi itulah FAKTA SEJARAH
Saya setuju dengan aburahat :
Orang yg tdk mengetahui dan tidak mengetahui bahwa ia tdk tau = BODOH
Orang yg tdk mengetahui tapi tdk mau tahu bahwa ia tdk mengetahui= SESAT
Orang yg tidak mengetahui tapi sok mengetahui = JAHIL
Orang yg tidak mengetahui dan tahu bahwa ia tdk mengetahui dan mau belajar=PINTAR
-
Ga nyambung bos..tanggapin aja dalil2 tersebut..ini Fakta sejarah islam yg haq bhkan bersumber dr kitab2 sunii sendiri..ntar klo bw dalil kitab syiah ga mau pake, dibawain dalil suni ga mau terima…
Supersemar..? ini bukan sejarah pak Harto bos..! ga nyambung…!
-
@bagir
salam kenal mas bagir
mw tny nih,ente di smrng kan?btw majlis Ahlulbait disna didaerah mana n apa nama majlisnya?ane di yk,ente prnh berkunjung ke rausyanfikr yk g?salam
-
“Abu Bakr as Sidiq menangis karena pasukan pemanah di bukit “Uhud” tidak mematuhi perintah IMAM perang-nya yang de yure dan de fakto didalam Al Qur’an adalah Nabi Muhammad s.a.w sebagai mana yang diwahyukan melalui malaikat JIBRIL dari Allahu subhanahu wa ta’ala.”
Ya keluarkan bukti nya bahwa yg ente ucap itu benar…kitabnya apa..halaman berapa..dll lah..ok..terus tanggapin perawi2 suni yg mengatakan Abubakar dan umar kabur (khan kt ente mereka super konyol)..
apa2 yg diucapakn Rasul semata2wahyu dr Allah…ga perlu dibantah apapun perintahnya…berarti Abubakar punya pikiran yg lebih hebat dari Rasul dong smpai dia py “keputusan” spt itu..? spt ucapan ente : “Abu Bakr as Sidiq menangis tidak mematuhi perintah IMAM perang-nya yang de yure dan de fakto didalam Al Qur’an adalah Nabi Muhammad s.a.w ”
skli lagi sebutkan kitabnya dan periwayatannya untuk menunjang argumen ente,,,ok…pk dalil…jgn cuma pemikiran ente,,,ok bos..
-
@muhibbin
Imam Malik kemudian berkata: “Barangsiapa marah kepada salah seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka ia telah terkena ayat ini”.
1. Harap bedakan Imam Malik meriwayatkan hadits dg pendapat pribadi (penafsiran) beliau.
2. Kenapa di kasus spt ini anda tdk mengelompokkan tafsir ini sbg “pengkultusan”?. Bayangkan marah saja kpd sahabat tdk boleh.
3. Sekali lagi harap menjadi jelas, bhw tdk ada satupun umat Islam boleh mencaci maki sahabat Rasul. Bedanya dmn dg anda? Bhw tiap mazhab punya kriteria sendiri2 ygmn yg masuk sahabat.
4. Menuliskan fakta sejarah, baik maupun buruk tdk dpt dikategorikan sbg mencaci maki.
Wassalam
-
@ Arif
Salam kenal juga…disemarang antum pst udah tau Y. Nurut Staqolain…tp yg jelas bkn ana pengurusnya..
sy belum pernah ke rausyanfikr…tp srg dgr ko..
-
@bagir
salam..maaf,ane blm tw ya2san tsb mas bagir..maklum br skali ke smrng,itu jg g lama di smrng..insya Allah suatu saat kita bs bersilaturahmi..
-
Hahahahaha….lucu boooos…mana kaitannya dengan ayat, dan riwayat yg menyatakan bahwa abubakar kabur..mana booos..?? bikin ketawa ajah neh..
skli lagi sebutkan kitabnya dan periwayatannya untuk menunjang argumen ente,,,ok…PAKE DALiL…jgn cuma PEMIKIRAN ENTE,,,ok bos..
disitu ente cm kbykn nulis “perkiraan saya…bla..bla..bla..”
Hahahahaa…bos doge jugaaa..
-
nih biar pada ga ribet msk ke blog si Nifa…hehehe…ana copas ajeh yg dia mksd dr :
http://haniifa.wordpress.com/2008/01/05/sekelumit-hikmah-di-perang-uhud/
Sekelumit hikmah di perang “Uhud”
Posted by haniifa on January 5, 2008
Salam,
Nabi Muhammad s.a.w selain di teladani, juga banyak hal yang mesti kita pelajari, semisal pada saat “Perang Uhud”.
Dalam perjalanan ke bukit uhud, di Syaikhan beliau bertemu dengan sepasukan tentara yang identitasnya belum dikenal (kumpulan pasukan non muslim = {Yahudi, Nasrani, Musyrik }” tapi pada waktu itu Rasullullah berkata “Janganlah minta pertolongan dalam melawan orang musyrik” sehingga kumpulan pasukan non muslim menjadi {Yahudi dan Nasrani}
Perkiraan saya: Karena Rasullullah sangat yakin akan veteran perang “Badar” maka automatis pasukan yang di medan laga adalah veteran “Badar” sedangkan 10 tentara baru (Muslim) dari Yatsrib + 40 tentara non Muslim ={ Yahudi + Nasrani } atau 50 orang sebagai pasukan “Pemanah” di bukit.
Apa yang bisa kita pelajari dari “perang uhud”
Apakah Nabi Muhammad s.a.w lari dari peperangan ??
Insya Allah, menurut pemaham saya jika bermain catur, kemudian ada posisi yang terancam maka saya akan sekuat tenaga mempertahankan posisi tersebut, (begitu juga para jendral perang).
he.he.he.
Biarlah para sejaratun yang menganalisa ??
Di “perang Uhud” singa padang pasir (Hamzah), diambil Jantungnya oleh “Hindun” ??
Apa korelasinya atas penghianatan {Yahudi dan Nasrani} saat ini ??
Kaum nasrani merayakan hari “Valentine Day” setiap 14 Februari dengan dewa “Amor”nya (anak kecil menarik busur panah) dan ditujukan pada Jantung hati ??
he.he.he.
Sekali lagi biarlah para sejaratun yang menganalisa ??
Wassalam.
=====
Nah itu mksd die…hehehe
-
@ Arif
antum bisa tanya ke Rausyanfikr mngnai Yayaysan tersebut mas…insya Allah kita bisa silaturahmi bareng mas..
-
@Muhibbin
Kisah tadi membuktikan bagaimana Imam Malik tetap menyayangi pihak Alawiyin maupun para Sahabat Rasul SAW.
Dimana mas Muhibbin menunjukkan beliau menyayangi Alawiyyin? (di cerita mas td lhoo..) ..
Pantaskah fitnah keji seperti di awal postingan atas, di limpahkan kepada Syaikhul Islam yang satu ini ?
Lagi2 mas, spt yg sy pernah sampaikan kpd anda, tolong berfikiran jernih dan fokus. Tunjukkan dimana fitnah tsb? Kalau mas tdk bisa menunjukkan mk mas malah yg telah memfitnah (ingat mas fitnah itu berdosa krn fitnahnya sendiri, bukan krn yg difitnah org besar atau manusia biasa).
Sedang menurut pendapat sy tulisan ini merujuk dr buku. Jadi kl salah mk yg salah adalah buku tsb atau tafsir SP (jika ada). Tanpa tafsir pun sdh jelas matan dr hadits tsb.
Pesan saya, mas Muhibbin harap lebih tenang, fokus dan proporsional. Jgn berasumsi forum ini adalah forum caci maki dan salah menyalahkan…
Wassalam
-
Salam
“(Ingatlah) ketika kalian lari dan tidak menoleh kepada seorangpun, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawan kalian yang lain, memanggil kalian…” ( Ali Imron 153)
Dalam Siroh Ibn Hisyam, Jilid 4, bab Perang Uhud, Abubakar dan Umar lari dari perang Uhud tersebut.
apa kaitannya dengan jwbn yg untuk membela abubakar (dg jwbn) :
“Abu Bakr as Sidiq menangis karena pasukan pemanah di bukit “Uhud” tidak mematuhi perintah IMAM perang-nya yang de yure dan de fakto didalam Al Qur’an adalah Nabi Muhammad s.a.w sebagai mana yang diwahyukan melalui malaikat JIBRIL dari Allahu subhanahu wa ta’ala.”
mana dalil dan riwayat yg ana minta
katanya diblog tsb ud dijawab…eee yg ada cm “perkiraan say…bla..bla..bla”
Hehehee..sekarang kaya orang majedub kluarin jawaban :
Akhirnya sepakat bahwa:
———————————–
“Abu Bakr as Sidiq menangis karena pasukan pemanah di bukit “Uhud” tidak mematuhi perintah IMAM perang-nya yang de yure dan de fakto didalam Al Qur’an adalah Nabi Muhammad s.a.w sebagai mana yang diwahyukan melalui malaikat JIBRIL dari Allahu subhanahu wa ta’ala.”
manjedub nih orang…hehehehe
wassalam
-
Salam
Mas Hanif..
yang jelas saya berdoa kita semua dalam Perlindungan-Nya dan Rahmat-Nya.
wassalam
-
Salam
jelas yg lari disitu bukan cuma pasukan pemanah..tapi ada beberapa sahabat lain yg lari dari perang itu..siapa saja shbt itu..? sudah ada jawaban dan argumen bermacam2..jadi tinggal kita pake hati dan akal yg sehat untuk menerima atau tidak.
Wassalam
-
@bagir
salam..oke mas bagir
@all
sy kutipkan ttg artikel brjdl pelat kapal nabi nuh as.
pada bulan juli 1951 sebuah tim yg trdri dari ahli2 rusia melakukan pnlitian di lembah kaat. sprtix mreka trtrk untk menemukan tambang baru didaerah tsb. dalam penelitianx mereka menemukan bbrp ptng kayu didaerah tsb brserakan. mereka mengadakan penggalian dan kemudian mereka sangat trkejut stlh mendapati bahwa ptngn kayu berukuran 14x10inchi tsbt tnyta dlm kndsi jauh lbh baik drpd ptngn kayu yg lain. stlh pnlitian kayu tsb akhrx pd akhr thn 1952, mreka brksmplan bhwa ptngn kayu tsb mrpkn ptngn dr bahtera nabi nuh as yg trdmpr dipnck gnung judy..stlh trbkti bhwa itu mrpkn ptngn kpl nabi nuh as,tmbl prtnyan ttg kalimat yg trtera diplat tsb..mreka mengambl ksmpln bhw bhn kayu tsb sama dgn bhn kayu yg dgnkn membangun kpl nabi nuh as,dan bhwa nabi nuh as tlh meletakkan plat kayu tsb dikapalx demi kslmatan dari kpl tsb dan untk mndpt ridho Allah. terletak ditngh2 plat tsb adalah gambar bentk telapak tangan dimana trukir bbrp kata dari bhs saamaani. bbrpa pakar bahasa,slhsatunya mr. n.f max,pakar bhs kuno dr inggris mentrjemahkan kalimat yg ada di plat tsb menjadi: ‘ya Allah,penolongku!jagalah tanganku dengan kebaikan dan bimbingan dari TubuhMu Yang Suci,yaitu Muhammad,Ali,Fatimah,Shabbar dan Shabbir. karena mereka adalah yg teragung dan termulia. dunia ini diciptakan untk mereka maka tolonglah aku demi nama mereka.’ dalam bhs arab,shabbar dan shabbir menjadi hasan dan husain. n sesungguhnya shabbar dan shabbir itu nama anak dr nabi harun as..bukankah rasul saw brsbda :’wahai Ali,sesungguhnya engkau disisiku bagai kedudukan harun as disisi musa as. namun tdk ada nabi stlhku’.jelas ada kesesuaian dr sbda rasul saw ttg kedudukan Ali dan kedudukan Harun as dgn kata2 diplat nabi nuh as tsb..anak nabi Harun as dan imam Ali as memiliki arti yg sama..ttg plat tsb,bs dilht dipusat penelitian fosil moskow di rusia..jika kita punya wkt untk ke rusia,maka mampir kt4 itu,karena plat kayu tsb akan menguatkan keyakinan kita thdp kedudukan ahlulbait as.
@Mas SP
jika tlsn saya tdk nyambung dgn jdl artikel diatas,silakan dipndhkan ke artikel brpgng teguh kepada ahlulbait..thx..
-
Untuk mencari kebenaran dimulai dng kertguan. Hadis diatas banyak yg meragukan. Mari kita cari kebenaran Sabda Rasul diatas. Apakah ada dasar kebenaran tdk. Klu saya saya pelajari sejarah melalui riwayat dan hadis yg ada. Maka paling tdk hadis Hasan.Wasalam
-
Sahabat memang Oks Banget Deh…Famous banget kalah Rasulnya.
damai…damai…
-
Klo kita sudah di dokrin sejak kecil atas semua kebaikan para sahabat, mana ada yang mo terima bila ada sebuah hadist yang berttentangan dengan apa yang dulu diketahuinya. Jadi sangat wajar bila seseorang tidak bisa terima atas hadist tersebut… kecuali dia beli buku tersebut and membacanya sendiri… itupun tetep aza klo masih tidak terima akan menggugat hadist tersebut dengan berbagai alasan… nggak mungkinlah….. hadistnya perlu dikaji lagilah… dsbgnya…. intinya semua sahabat adil walaupun ada surat almunafikuun……. btw semua kembali ke pikiran dan hati kita.. Apakah bisa menerima hal-hal yang dulu kita tidak ketahui namun sekarang ada yang membuka dan mengupasnya……
peace……………
-
@SP
Wah, wah Mas suka sekali menghina orang ya
Barusan sy buka linknya, kaget jg baru baca skrg ini.
tulisan di atas tidak ada sedikitpun kata-kata saya yang berupa fitnah
Oh iya sekalian nih Mas, fitnah Mas disini Ayat Al Wilayah Turun Untuk Imam Ali
tolong diklarifikasi dong kalau Mas tidak keberatan sih
Caci makinya lumayan kelas tinggi, kayaknya bukan hasil kaarya sendiri, bisa2 ada bantuan dr “Mr I”….
Wassalam
-
@SP
Monggo mas, frustasi dan haus akan kebenaran yang hakiki..saya belajar banyak dari blog nya mas SP..hehehe..
-
@hanifah
Yang lagi ngomong sama situ sapa ya mas? (yang ngajak acungkan jari-nya)
Sok kenal sekali situ sama saya mas? Ngga sependapat koq malahan jadi nyela? kayaknya saya ngga punya masalah pribadi dengan anda deh..
Apakah ini akhir dari sebuah diskusi dengan orang2 yang ngga sepemikiran dengan anda? diakhiri dengan celaan atau hinaan? Duh, saya buang bandwidth mas nanggepin tulisan anda..kalo akhir dari sebuah diskusi dengan anda seperti ini, kasian sekali orang2 yang diskusi dengan anda mas..
Seandainya memang iya saya “tersesat”, adakah orang seperti anda yang “tidak tersesat” sebagai contoh yang harus saya belajar dari-nya dengan sifat anda yang sombong dan kurang sopan? Apakah ini cara terakhir anda yang terlihat “depresi” dan tidak menggunakan akal sehat untuk menarik orang lain mengikuti kepercayaan anda? Ternyata anda tidak secerdas yang saya pikir sebelumnya.
Hati2, iblis itu dulu di surga, diusir dari surga karena kesombongan-nya..
-
@haniifa
Kok mas kebanyakan menghina, men “cela”……..itu akhlak muslim yg mas terima selama ini ?? Semua disini belajar mas, jangan banyak mencaci orang bilang cengeng, depresi, ini itu……gak ada super hebat disini, kalo tidak sependapat hargai aja pendapat orang, kalo dalilnya gak diterima hormati aja…salam
@abu rahat
sehat mas ???
-
Individu Sahabat TIDAK ADA YG MAKSUM, termasuk Abu Bakar ra (apalagi para imam syiah).
Namun Abu Bakar ra adaalah salah satu 10 sahabat yg dijamin masuk syurga oleh Nabi Muhammad saw.
Kasihan sekali para syiah ini selalu berusaha meng-kritik (halusnya mencaci) para sahabat Nabi Muhammad.
Ingat ya…orang-orang yg anda kritik itu sungguh besar jasanya memperjuangkan islam bersama Nabi Muhammad saw.
Coba kalo berani publish tulisan-tulisan anda ini semua di koran nasional. Saya tidak bisa banyangkan reaksi masyarakat Indonesia thd tulisan-tulisan anda.
SYIAH TIDAK LAYAK UNTUK HIDUP DI INDONESIA. Dakwah syiah hanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi dengan berbagai macam kedok. Berani cuman di internet, yg tidak jelas keberadaan orangnya (contohnya: secondprince, truthseeker, dll)
Sementara Dakwah Salaf (yg anda sebut Wahabi) dilakukan secara terbuka, tidak ada yg ditutup tutupi, karena yg disampaikan memang al haq (kebenaran) dari dakwah islam. Mereka berdakwah di radio Rodja, yang lokasinya jelas bisa dilacak, secara rutin berdakwah di Masjid Jakarta Islamic Center, Masjid Raya Bogor, Masjid Kompleks Pemda Tangerang, bahkan di Masjid Polda Metro Jaya,….tidak ada ketakutan sedikitpun…karna kami bukan teroris yg seperti yg sering dituding oleh syiah, hanya karena kami berjenggot, tidak isbal.
Kembali ke sahabat Nabi…, tidak perlu kalian mengkritik mereka…mereka adalah generasi terbaik dari umat ini.
Bahkan semestinya kita mengikuti cara mereka dalam beragama.
-
Salam
@ Mas Hanif
Mas mau tanya nih..kalo seseorang mencela sahabat hukumnya apa mas?
Wassalam
-
Salam
Makasih mas…
o iya mas Point ini :
Kalau yang dimaksud sahabat adalah orang-orang yang berjuang di jalan Allah subhanahu wa ta’ala, maka celaan itu bukan celaan tapi LATIHAN MENTAL dalam menghadapi MUSUH YANG NYATA (baca: point A)”
dalilnya mana mas..?
wassalam
-
Salam…
@ Mas hanif…
“Bagaimana kalau sambil menyelam minum air, artinya coba kaji lebih dalam dalil yang berkaitan… agar sesuai dengan kemampuan mas sendiri.”
justru saya pengen tau dalil dari suni mengenai hal tersebut, khan lucu jg jk seorang mengeluarkan data tanpa bukti mas..gitu loh…
“Masa Kopral harus mengatur strategi melawan musuh yang berpangkat Jendral ?! ”
wah ada2 ajah mas ini..
kalo yang dicaci maki Ahlul Bait gmn mas..? ky nya parah nih mas..gmn mas..?
wassalam
-
Oke ana tmbh dikit..
Kalo yang dicaci maki oleh sahabat adalah Ahlul Bait Rasulullah saww gmn mas..?
itu pertanyaan jelas.
-
Takut yah..?? heheheh…ga usah takut,,,kebongkar juga ko….neeeh…
SUNI PRODUCTION :
Abu Bakar telah mencaci Imam Ali as dan Fatimah as sebagai musang dan ekornya. Abubakar juga mengatakan Imam Ali as seperti Umm al-Thihal (seorang perempuan pelacur dijaman jahiliyah) :
Dalam Syarh Nahjul Balaghah juz 16 halaman 214 dan 215 Ibnu Abi al Hadid mencatat : “Maka tatkala Abu Bakar mendengar khutbahnya (yt khutbah Fathimah as), ia potong pembicaraannya dan langsung naik mimbar seraya berkata ; ‘Wahai manusia, ketahuilah bahwasanya dia (yakni Ali) adalah seekor Tsu’alah (serigala/musang), buktinya adalah ekornya. Dia adalah perancang segala fitnah yang terjadi. Ia dekat dengan kaum yang lemah dan minta bantuan dari kaum wanita, seperti Umm al Thihal, seorang perempuan pelacur yang sangat ia senangi.”
Ini bertentangan dengan Firman Allah dalam Surat al-Ahzab 33 yang menjelaskan kemaksuman Ahlul Bait Nabi..! :
“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bayt dan mensucikan kamu sesuci-sucinya”
(cari tafsir ayat ini, yg turun dirumah Ummu Salamah,…sebutkan dalil Abu Bakar Ahlul Bait..ok)
Imam Ali as dan Fathimah as adalah Ahlul Bait Nabi saww yg telah disucikan..!
Apakah Abu Bakar pura2 tidak tau, apa memang tidak tau atau tidak mau tau dengan hadis ini ? :
Rasulullah saww bersabda : “Kami Ahlul Bayt tidak boleh seorangpun dibandingkan dengan kami.” ( oleh Al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi’ al-Mawaddah, halaman 243)
Kenyataannya, Abu Bakar mengatakan Imam Ali as yg dalam sebagian sabda Rasul dikatakan “ Bahwa Ali (as) bagian dariku…….” dengan sebutan Umm Thihal, seorang pelacur di jaman jahiliyah..!
Padahal, beberapa ulama dari ahlussunah seperti Ahmad bin Hambal dalm Musnad-nya, juz 3 dan Qadhi Iyadh dlm as-syifa’ juz 4, bab pertama dan Ibnu Sa’ad dalam Thabaqat juz 5 halaman 279 dari Suhail bin Abi Shalih bahwa Umar Bin Abdul Aziz berkata : ”Tidak dibunuh seseorang karena mencela orang lain, kecuali mencela Nabi”
Sepintas (jika membaca riawayat dari umar bin abdul aziz diatas), mereka yang mencela sahabat (yang ga munafik tentunya) akan aman dari Azab Allah..okelah….TAPI coba baca Firman Allah dan hadis dibawah ini :
” Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah kami turunkan berupa KETERANGAN-KETERANGAN (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam al-Kitab, mereka itu DILAKNAT ALLAH dan DILAKNAT pula oleh SEMUA MAKHLUK YANG DAPAT MELAKNAT” (al Baqarah 159)
Rasul saww mengatakan alias memberikan KETERANGAN KEPADA PARA SAHABATNYA :
”Ali adalah umat yang paling baik setelahku, dan barang siapa meragukannya, ia adalah orang kafir” (Tarikh Baghdad olh Al Khatib, jilid 7 halaman 421)
” Aku dan Ali berasal dari cahaya yang sama didalam genggaman Allah empat belas ribu tahun sebelum Ia menciptakan Adam. Ketika Allah menciptakan Adam, ia membagi cahaya itu menjadi dua bagian, satunya adalah cahayaku dan satunya adalah cahaya Ali” (Mizan al-I’tidal-nya Al-Dzahabi jilid I halaman 235, Fadha’il al Ashabah-nya ahmad bin Hambal jld 2 halmn 663, dll)
Sebenarnya masih banyak hadis keutamaan Imam Ali as yg di TERANGKAN oleh Rasul saww kepada para sahabatnya..lalu bagaimana dengan abu bakar yang mengatakan Imam Ali as sebagai Tsu’alah (musang) dan Umm Al Thihal..??? apa Abu bakar ga tau Hadis Rasul..? pst dia tau..!
Lalu dengan ucapan tersebut apakah sama saja dg menyamakan Rasul spt yg dia ucapkan kepada Imam Ali as tsb..? bukankah Rasul saww mengatkan bahwa Beliau saww berasal dari satu cahaya..?! Bukankah Ali disisi Rasul adalah sebagaimana Harun disisi Musa (namun yg pst tidak ada Nabi setelah beliau saww)..? Bukankah Ali as adalah pintu kota ilmu nabi..? bukankah Imam Ali as adalah sebauik-baiknya manusia setelah Rasul saww..??
Coba renungkan Hadis dibawah ini :
” Jika engkau ingin melihat keteguhan dalam diri Nabi Nuh, ilmu pengetahuan Nabi Adam, kemurahan Nabi Ibrahim, kecerdasan Nabi Musa dan ketaatan Nabi Isa, lihatlah Ali Bin Abi Thalib” (Syarh Nahjul Balaghah oleh Ibnu Abi al Hadid jlid 2 hlmn. 449)
Jika sifat2 nabi ada didalam diri Imam Ali as, bagaimana mungkin Beliau as disamakan dg musang ?? apalagi dg Umm Thihal..??
Al Alamah Al Kanji al Syafi’i dalam Kifayatul al Thalib bab 10 dari Abdullah bin Abbas : ” Saya menyaksikan bagaimana Rasulullah saww mengatakan sesuatu, kedua telingaku mendengarnya dengan seksama, hatiku penuh perhatian, ketika beliau berkata kepada Ali bin Abi Thalib ; ’Barang siapa mencela engkau, maka ia telah mencela aku. Barang siapa mencelaku, berarti ia telah mencela Allah, dan barang siapa mencela Allah, maka Allah menyeretnya ke dalam lubang api neraka.”
————————————————————
Bagi siapa saja yang mendaifkan hadis2 dan riwayat tersebut diatas, maka silahkan kalian revisi hadis2 dari kitab kalian sendiri..! karena semua itu dari Ulama2 Sunni sendiri..jika kalian mengatakan ”yang memposting riwayat tentang caci mencaci sahabat adalah kafir, konyol, terlalu berani, dll” maka silahkan kalian panggil ulama-ulama suni yang telah meriwayatkannya agar mereka menghapusnya dari kitab2 mereka sehingga semua sahabat adalah ”bersih”..!
Saran ane..ente pake pempers mas, jadi ente ga ngompol n beol dpn komputer…klo ga bisa beli pamper pake kain dibuat popok..ok…hehehehe
Wassalam
-
Mau lagi..?
ntar ada riwayat kata Umar Abu Hurairah Musuh Allah…trs ada juga Aisyah bilang Ustman Kafir…seru dech klo suni productin…heheheh
Sabar maaas…beli pampers dulu gih…siap2 “terompol-ompol” dan Terbeol-beol”…hahahaha
-
@ Hanif
Ketawa,,,? monggooooo, ga ada yg ngelarang…maklum ngadepin anak bau ompol n bau beol yg bisanya cm cengar cengir kaya sapi ompong…heheheh.
-
Hehehe..yang buta itu ente..udah buta, beolan, ngompolan lagi…baca nih :
“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bayt dan mensucikan kamu sesuci-sucinya” al Ahzab 33
cari tafsir ayat ini, yg turun dirumah Ummu Salamah,
…sebutkan dalil Abu Bakar adl Ahlul Bait yg disebutkan dalam Al Ahzab 33 tsb..ok..
Saran ane kali ini, ente ganti dulu pempers yg udh ente pake..udah penuh tuh…hehehehehe…
-
Hahahahahahaha….TERBUKTI BAHWA HANIFA ADALAH ORANG BODOH GA NGERTI APA2…!
Heheheheh…wis sana tanggapin dalil2 sunni dari sunni sendiri…
Mending ana kerja lagi dech…Saran ane kali ini (heheheh) minta duit ke Emak kamu buat beli pampers cadangan….heheheheh
-
Ustman..??? wah seru lg nih Ustman jadi IMAM..?
padahal Aisyah bilang begini :
Banyak sejarawan suni meriwayatkan bahwa Aisyah pernah menemui Ustman dan meminta bagian dari warisan Nabi saww (bertahun2 setelah wafatnya Rasul saww). Ustman tidak memberi Aisyah uang tersebut dengan mengingatkannya bahwa ia (Aisyah) adalah salah satu orang yang memberi kesaksian dengan mendorong Abu Bakar untuk tidak memberikan warisan Fadak kepada Fathimah as. Maka, apabila Fatimah tidak mendapatkan warisan, lalu mengapa ia (Aisyah) mendapatkannya ? Aisyah menjadi marah kepada Ustman dan ia keluar sambil berkata :
“ BUNUH NA’TSAL INI, KARENA IA TELAH MENJADI KAFIR..!” (ada dalam Tarikh, karya ibn Atsir, jilid 3 hal 206…Syarh olh Ibnu Abi al Hadid, jlid 16 hal 220-223.)
Jadi Imam yg ente mksd menurut Aisyah Lhoooo….adalah KAFIR…
Saran ane kali ini (heheheh) kalo emak ente ga py duit, cari kain lap dulu, buat ngepel lantai yg udah ente ompolin….hehehehe
-
Yang Keturunan Ibrahim Itu Rasulullah saww, Bukan Umar, bkn Abu bakar, Bukan Ustman..
Lagian mana tafsir Al Ahzab yg ane minta, yg menyebutkan Abu Bakar adalah Ahlul Bait Rasul..?? mana dalil Sunnah dan Qur’annya..
Udah di lap belum lantai yg ente ompolin…?
Btw, “Imam” Ustman..?versi Umul Mukminin ktnya Usman Kafir tuh.. tanggepin dooong…tentunya dalil yg Haq..ok…heheheh
-
@Haniifa
Terserah dg Asumsi anda…itu semakin terlihat jls kebodohan anda..!
Surah Al-Baqarah 124
Ayat Imamah
“Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji oleh Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu ia (berhasil) melengkapinya. Allah berfirman: “Sungguh aku akan menjadikanmu seorang imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim memohon: “ Juga dari keturunanku!”.
Allah berfirman: “Janjiku ini (imamah) tidak akan dapat digapai oleh orang-orang yang zalim”.
Dalam Tafsir Al-Mizan karya Allamah Thabathaba’i juz 1 hal. 273, diriwayatkan bahwa Imam Ja’far Ash-Shadiq as berkata : “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menerima Nabi Ibrahim as sebagai seorang hamba sebelum Dia mengangkatnya menjadi seorang mabi, mengangkatnya menjadi nabi sebelum Dia memilihnya menjadi rasul, mengangkatnya menjadi rasul sebelum Ia menjadikannya sebagai kekasih-Nya (Khalilullah), dan menjadikannya sebagai khalilullah sebelum mengangkatnya menjadi seorang imam. Dan setelah Allah menganugerahkan semua itu kepadanya, Dia berfirman: “Sungguh Aku telah mengangkatmu menjadi imam bagi seluruh manusia”. Karena imamah itu sangat agung baginya, maka beliau memohon kepada Allah: “Dan dari keturunanku juga!”. Kemudian Allah menjawab: “Janjiku ini (imamah) tidak akan dapat digapai oleh orang-orang yang zalim”. Selanjutnya Imam Ja’far berkata: “Orang yang bodoh tidak akan menjadi imam bagi orang yang bertakwa”.
Allamah Thabathaba’i mengatakan berdasarkan riwayat di atas, yang dimaksud dengan “Kalimat” dalam ayat ini adalah imamah Nabi Ibrahim as, Ishak dan keturunannya yang kemudian ia menyempurnakannya dengan imamah Muhammad SAWW dan para imam Ahlul Bayt as dari keturunan Nabi Ismail as Kemudian Allah memperjelas persoalan ini dengan firman-Nya: “Sungguh Aku akan menjadikan kamu imam bagi seluruh manusia.”
Al-Manaqib,karya Al-Maghazili Asy-Syafi’i, hal. 276.
Naqdhus Shawa’iq,karya Sayid Amir Muhammad Al-Khazhim, hal. 220.
Dala`ilus Shidq,karya Al-Imam Al-Muzhaffar, hal. 140.
Al-Manāqib,karya Syahr-asyub, juz 2, hal. 263.
Tafsir Al-‘Ayyasyi, tentang surat ini.
-
@All
Pesan buat saudara2 yg tdk terbiasa caci maki jangan terpengaruh/terciprat untuk ikut2an caci maki
Sayang kl jadi ajang caci maki….
Pisss…pissss…
Wassalam
-
Hihihihihi…semakin lama semakin terlihat bodohnya anda…kebodohan ente terbongkar dari ente sendiri..biar yg lain baca sendiri dari awal yg kita bicarakan sampai terakhir kluar omgn dr ente :
“SIAPA SESUNGGUHNYA TUKANG FITNAH ITU ?!”
Yang Jelas Allah Jadi Saksi Semua ini..!
Wassalam
-
Allahuma ini as’aluka bihaqqi Rasulillah saww, wa bihaqqi amirul mukminin as, wa bihaqqi sayyidatiin nisa’il alamin, wa bihaqqi hasan wal hussain, wa bihaqqi aimatul athar min auladil Husain..wa bihaqqi Al Hujjah Al Muntadzar ajalallahu farojahu syarif..
-
@haniifa
Mas terlalu banyak kitab baca Wiro Sableng 212. Sesekali baca Al-Ahzab 33
Damai…damai
-
@Sablengg (Gak ada ya??)
Iblis mah sujud sama moyangku sebagai Khalifah pertama Nabi Adam a.s, dan turunan iblis Syaithan dilempari batu sama IMAM-ku yaitu IMAM-nya manusia sekarang Nabi Ibrahim a.s…
HAHAHA, ngaku-nya baca qur’an dan berbagai buku lainnya….sejak kapan iblis mau sujud ke Adam? Kalo di Qur’an yang saya punya dan yang dijual bebas..Karena ketidak patuhan iblis untuk sujud kepada Adam-lah penyebab dia diusir dari Surga….hmmm…
Hebat mas sampean marketing-in blog nya, tapi saya khawatir isinya ngga ada isinya kayak statement diatas..
-
Salam
1. bagaimana cara menguji akal seseorang?
Imam Jafar Shadiq as berkata : “… pada pertengahan pembicaraanmu, bicaralah tentang sesuatu yang tak pernah ada.
Jika dia mengingkari, maka dia seorang yang berakal. namun jika dia membenarkan, berarti dia seorang yang ahmaq (bodoh atau keras kepala)
2. bagaimana cara membedakan orang yang berakal dan yang jahil?
Imam Ali bin Abi Thalib as : “Orang berakal (harus diamati) dengan kelakuannya sedangkan orang jahil (harus diamati) dengan perkataannya.”
3.Bolehkah seseorang bersujud kepada selain Allah?
Imam jafar Shadiq as berkata: tidak!
Beliau ditanya lagi : Lalu mengapa Allah memerintahkan para malaikat bersujud kepada Nabi Adam as?
Imam jafar as menjawab: sesungguhnya yang bersujud atas perintah Allah sama saja bersujud kepada-Nya, karena itu adalah perintah-Nya.
4. Mengapa Allah SWT tidak menciptakan semua makhluk taat pada-Nya?
Imam jafar Shadiq as berkata: kalau mereka tercipta dalam keadaan taat, maka pahala menjadi tidak layak untuk mereka. ketaatan yang bukan karena upaya sendiri tidak memerlukan surga atau neraka.
5. Mengapa Allah tidak menyeragamkan segenap ciptaan-Nya?
Imam Ali ar Ridha as berkata: agar tidak terlintas dalam benak manusia bahwa Dia tidak mampu.
6. bagaimana bisa manusia meyakini keberadaan Tuhan?
imam Ali bin Abi Thalib as berkata: sesungguhnya kotoran unta menunjukkan keberadaan unta, kotoran keledai menunjukkan keberadaan keledai, bekas tapak kaki menunjukkan keberadaan pejalan kaki. lalu, mungkinkah struktur angkasa yang sedemikian halus dan struktur bumi yang demikian kasar tidak menunjukkan keberadaan Yang Maha Indah dan Maha Mengetahui?
7. Mengapa Nabi Muhammad SAW dijuluki al Ummi?
Imam Muhammad al Jawad as berkata: karena beliau termasuk orang Mekkah dan Mekkah adalah Ummahatul Qura (induk semua kota).
Namun banyak yang percaya bahwa Nabi SAW disebut Ummi karena beliau tidak bisa menulis maka Imam jawad as menegaskan : “Mereka bohong. Bagaimana mungkin, sedangkan Allah berfirman dalam kitab-Nya (Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul diantara mereka, yang membaca kan ayat-ayat-Nya kepada mereka mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan hikmah (Al Jumuah:2)) jadi bagaimana beliau mengajarkan sesuatu yang beliau tidak bisa?
salam
-
@Arif
Terima kasih atas pencerahannya. klu msh ada yg ingin mendiskusikan bagus. Cuma hrs pakai kreteria Imam Ali dan Imam Jafar. Wasalam
-
Sebentar, numpang urun rembug mas. Mas second pernah gak menulis biografi abu bakar radhiallahu ‘anhu dan biografi Rasululluh Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,kalo gak salah, Abu Bakar Bertemu nasabnya dengan Nabi pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai.Jika benar berarti apakah Abu Bakar dan Ali ….?Wah jadi bingung aku. Trus masalah warisan fatimah ( yg di tulis di blog ini ) jika itu benar, bukannya hanya merendahkan fatimah saja,sakit kmdian meninggal hanya karna warisan yang tdk di berikan kepadanya, pdhal jelas banyak hadits tentang wajibnya taat kepada pemerintah. meskipun harta kita di rampas juga ada haditsnya kan? Wallahu a’lam.
-
Sungguh mengherankan masih ada orang2 yg menilai tuntutan Saiyidah Fatimah atas Fadak sebagai keserakahan dunia. Menilai atau menempatkan predikat pd seseorang. Pelajari pribadinya dulu serta sejarah kejadian mengapa Saiyidah Fatimah menuntuk tanah Fadak. Baru berkomentar. Pelajari kehidupan beliau, pelajari kedudukan beliau dimata Allah dan Rasul. Pelajari seberapa nilai dunia ini dimata beliau.
@hggronk
Terlalu jauh anda mengambil silsilah Abubakar dan Rasul. Ada yg dekat yakni; Abu Jahal, Abu Lahab, Abu Sofyan semua munafik. Wasalam
-
Abulahat, kalo tahu silsilahe Abu Bakar dan Muhammad coba sampean tulis.Biar aku yang bodho ini tahu silsilah mereka.
-
Tujuannya ya biar gak fokus aja mas.Hehehe.Tujuannya itu biar pd tahu bahwa ahlul bait atau sahabat itu gak ada yang lepas dr kesalahan, baik itu kerabat Rasul atau bukan, ya to mas? Tujuan kedua,kalau tidak ada yang lepas dr kesalahan biar yang komentar gak pada ngotot sampe caci maki sgala,atau membela ahlul bait itu lepas dari kesalahan. Mas second pernah baca atau mendengar tentang tuduhan sebagian orang pada masa kepemimpinan Ali thd Ali yang menurut mereka , Ali tidak berhukum dengan hukum Allah?Bukannya aku ikut menuduh Ali seperti yang mereka tuduhkan lho. Hehehe gak fokus lagi., jd kesalahan itu gak pilih2 mana ahlul bait dan mana yang bukan. Wasalam.
-
@haniifa
“sudilah mas second memaklumi kebodohan saya”
akhirnya…ngaku sendiri…untung gak saya ladenin dari awal. Memang sih biasanya yg “bo??h”, suka mencaci maki karena ketidak tahuannya en gak nyambung, dilihat dari blognya “menurut saya…menurut…” why about “menurut” tanpa ada kajian ilmiah……teruskan caciannya maaaas, gak ikut2
@bagir, aburahat, oky, sp, armand, madopolo, arif dll
udah mas, akhirnya ngaku sendiri tuuh
-
@watonist
Bagaimana mas bisa menentukan hari ini tanpa mengetahui masa lalu. Saya ingin menayakan dlm melksanakan Rukun ke 5 Haji ada dua pendapat:
1. Boleh melaksanakan Haji tamattu
2.Haram melaksanakan Haji Tamattu.
Tolong dijawab yg mana mas laksanakan. Haji hukmnya wajib lho mas. Wasalam
@Hggeronk
Saya bukan penyusun silsilah dan bagi saya sisilah tdk membawakan kita pd kebenaran tetapi kefanatikan. Jd saya tdk mau melihat maupun mepelajari. Sory mas cari sendiri aja deh. Wasalam
-
Salam..
@Arif
‘Tanya Jawab Bersama Rasulullah” memang Ok bgt.. trima kasih telah mengingatkan kita semua..
@Abu Syahzanan dan semua
Ya..akhirnya yg Ahmaq ngaku sendiri..
wassalam
-
@Nggeronk
Tujuannya itu biar pd tahu bahwa ahlul bait atau sahabat itu gak ada yang lepas dr kesalahan, baik itu kerabat Rasul atau bukan, ya to mas?
Wahh..mas nggeronk selama ini salah paham tohh?...
Mas, ahl bayt menjadi maksum bukan krn sekedar keluarga Rasul. Ahlul Bayt menjadi maksum krn dijamin oleh Allah dalam QS: Al Ahzab 33. Kalau mas gak setuju dengan Allah juga gak apa2 koq..
*Kadang saya tidak habis pikir kenapa umat islam tidak bisa menerima ketentuan Allah ini, apakah dengan mengimani ayat tersebut kita harus bayar? harus menyerahkan nyawa?*
“Ya Allah hamba memohon kepada Mu agar Engkau hapuskan kedengkian di dalam diri ini.”
Wassalam
-
@Watonist
btw, mas SP … sampeyan kok seneng banget mbahas yang beginian yah … ?? ya … ya .. mungkin memang bener begitu kejadiannya, tapi buat apa ?? jadinya kok kita ini seolah-olah terlalu terpaku pada masa lalu.
Ikut nimbrung ya mas..:)
Saya malah heran dengan mereka2 yang alergi dengan sejarah. Mempelajari sejarah itu adalah suatu keniscayaan. Saya malah merinding jika membayangkan bahwa hal2 yang seperti ini (perselisihan umat islam) saya dengar atau saya apatkan dari para teolog ataupun mereka yang beragam lain dari kita (ahli sejarah) betapa memalukannya kita sendiri tidak tahu malah. Saya jadi mengerti mengapa ada umat islam yang belajar tentang islam malah di negeri non-islam. Bagaimana anak2 muda kita bisa belajar tentang islam (sejarah) dengan utuh jika disembunyikan?.
Kemudian mas Watonist, belajar sejarah itu dicontohkan oleh Allah sendiri, dimana Allah melengkapi AQ dengan beberapa cerita sejarah, baik yang sejarah/berita yang menyenangkan maupun yang memiriskan hati.
Mempelajari sejarah adalah suatu keniscayaan, tapi juga merupakan realita bahwa tidak semua manusia siap mendengarkan/menerima kebenaran.
Wassalam
-
@watonist
tapi merasa seolah-olah kita bagian dari (yang ikut menjalani) masa lalu dan seolah-olah berhak untk melanjutkan pertikaian dari masa lalu dan seolah-olah kita tahu betul apa dan bagaimana kondisi pada masa itu, tidak … saya tidak setuju.
Maaf mas Watonist saya tidak bisa memastikan bahwa saya mengerti maksud mas, tolong dilanjutkan dengan lebih detil.
atau bahkan merasa seolah-olah tiada nilai-nilai kebenaran selain dari masa lalu, tidak … saya menolak hal seperti itu.
Respon seadanya dari saya denga tulisan tersebut adalah bahwa:
1. Tidak ada niatan untuk melanjutkan pertikaian masa lalu (saya sering berdiskusi masalah sejenis ini dengan yang berbeda pendapat tanpa ada terjadi pertikaian). Krn bukan topik yang menyebabkan pertikaian tapi kapasitas mereka2 yang berdiskusi yang lebih berpengaruh.
2. Karena kita tidak tahu persis apa yang terjadi pada masa lalu, maka kita merasa perlu untuk berdiskusi dan mendapatkan pencerahan dari teman2 yang lain (tentunya pencerahan tersebut harus memenuhi norma/kaidah argumen).
3. Saya tdk paham kalimat: seolah2 tidak ada kebenaran selain dari masa lalu? Jika dihubungkan dengan topik kita.
saya jadi ingat dengan slogan seorang temen diskusi, “history is not about the context, but is about who is telling the story, so what is your story, her story and his story?”, dan saya rasa … pendapatnya itu nggak berlebihan.
Betul saya setuju bahwa ini kalimat yang skeptis, tapi bukan berarti kita harus pesimis kan?.. Karena atas dasar itu pula saya pikir sehingga mas SP menggunakan sumber yang meminimalkan subjektivitas tsb, yaitu dengan menggunakan sumber yang bisa diterima oleh semua pihak.
Kalaupunmas menganggap sumber tsb tetap tidak valid, maka dipersilakan mas menggugatnya. Tapi kalau hanya skeptis dan tidak memberikan solusi tentunya hanya akan mematikan kebenaran.
Wassalam
-
Assalamu’alaikum,
Setelah membaca postingan saudara @ Bagir, maka saya coba-coba mengaitkannya empat khalifahrasulullah, Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali.
Karena, menurut anda bahwa Imamah adalah untuk anak keturunan Ibrahim AS melalui Ismail AS (dan Ishak AS – karena nabiyullah Ibarahim hanya menyebut “anak keturunanku” – tidak membatasi dengan keturunan Ismail saja), maka tidak salah kalau hak keimamahan juga menjadi hak Abu Bakar, Umar, Utsman. Jadi bukan hanya Sayidina Ali bin Abu Tahlib saja. Karena mereka-mereka ini juga keturunan Nabiyullah Ibrahim melalui Nabi Ismail AS.
Silahkan baca Shirah Nabawiyah, baik karangan Al-Mubarakfurry maupun karangan Muhammad Husein Haekal.
Wassalam,
-
@watonist
wah … saya ndak tahu cara menjelaskan yang lebih baik mas
Gpp mas. Palin2 juga lain kali saya ada di posisi mas watonist.
tapi dari yang sering saya lihat, diskusi seperti itu ujung-ujungnya (kebanyakan) jadi fanatisme kelompok
Tidak salah sama sekali mas. Tapi harus jg diingat bhw tidak sedikit yang belajar disini dan mendapat pencerahan (minimal saya…:D ). Dan kt tidak pernah tahu berapa banyak yang membaca/mengikuti tapi tidak ikut berkomentar. Tidak setiap waktu kita bs mendengar analisa2 brilian seperti ini.
tetap saja, meski dengan cara tersebut, yang sampeyan dapat paling mentoknya adalah berupa “kesepakatan”, mungkin kebenaran … mungkin pula bukan.
Hidup adalah pilihan, bisa berada di ranah “mungkin” sudah merupakan previlage koq bagi saya…
hubungannya khusus dengan bahasan tentang sejarah, bukan dengan posting awal.
Maaf saya masih tidak mengerti.
saya rasa masalahnya bukan pada “sumber yang diterima semua pihak”. tapi mereka yang merasa diserang “idolanya”, merasa diserang keyakinannya. toh dari sumber yang sama pun masih bisa muncul penafsiran yang berbeda kan ?!
Tidak harus ada kesepakatan. Semua bebas memilih. Tapi diskusi selalu membawa pada pilihan2 baru, ide2 baru dan pengujian atas apa2 yang kita yakini.
mungkin cara saya berbeda dalam mencari kebenaran, semoga saja kita dapat bertemu di ujung jalan sana
Insyaallah…
Wassalam
-
@watonosit
Kalau sejarah umum/ sejarah masalah dunia no problem mas. Tapi sejarah ini menentukan diri masing2 orang. Apakah ia selamat nanti dihadapan Allah.? Apakah kita tdk mau meneliti hadis Rasul itu benar atau tdk atau kita mengikuti secara membabi buta? Ini soal agama mas jauh bedanya dgn soal dunia. Apabila yg kita persoalkan sejarah dunia. Tdk perlu saya datang keblog ini menghabiskan waktu aja. Karena tdk menghasilkan apa2 pd saya. Tapi krn soal akhirat maka saya hadir utk mennambah ilmu mas. Damai damai. Wasalam.
-
@Abudaniel
Selalu menarik mmg membicarakan issue yg satu ini. Setiap pihak selalu berusaha memunculkan argumen2nya dan menggali sedalam mungkin. Ada banyak versi silsilah Abu Bakar & Umar b Khattab.
Terlepas dr semua itu, jk kita kembali pd Imamah maka kita tidak bisa membalik logika bhw semua yang menjadi keturunan Nabi Ibrahim berhak menjadi Imam (walaupun saya tdk pernah mendengar Imam Abu Bakar, Imam Umar & Imam Utsman). Bahwa Nabi Ibrahim dan keluarga diberi kemuliaan begitu juga keluarga Muhammad SAW itu sesuatu yg semestinya bukan perdebatan lagi (bagi saya dg dalil shalawat yg selalu kita baca).
Kemudian pula, Imamah yg kita bicarakan bukanlah suatu jabatan yg diusung oleh pengikut, Imamah adalah jabatan yg dianugerahkan oleh Tuhan. Sehingga jk kita coba pisahkan kekhalifahan dengan Imamah mk akan sangat jelas bahwa Rasulullah berkali2 menyatakan bhw Imamah ada pada Imam Ali (walaupun sangat keras pihak2 yg menentang mencoba menyembunyikan/memanipulasi informasi ini).
Perkara banyak umat Islam pada saat itu menolak memang sdh bukan rahasia lagi. Dengan itu semkin mudah kita menjelaskan mengapa pada saat duka cita krn Rasul yang “sangat dicintai” baru wafat, koq bisa2nya sekelompok umat islam diam2 berkumpul utk menentukan “penguasa” setelah Rasul. Teori yg manapun tidak bisa menjelaskan kondisi ini.
Saya berusaha keras menjustifikasi peristiwa tsb, namun terlalu banyak kontradiksi yg mengikutinya. Sehingga saya menyerah dan mengambil versi syi’ah yg mudah diterima akal sehat saya. Problemnya adalah umat islam sebagian besar secara fanatik (mengabaikan segala dalil) mencoba berteori lain.
Sungguh saya menanti jawaban yg benar dari hasil penelitian2 yg ada.
Wassalam
-
@Watonist
gini sederhananya … sampeyan pernah bertemu dengan kaum yang sedikit-sedikit bilang “bid’ah” ?? sedikit-sedikit bilang “merujuk ke generasi terdahulu” ?? nah … saya nggak sependapat dengan hal seperti itu.
Ooo..begitu, paham saya terima kasih telah bersabar utk menjelaskan..:)
Say pernah bertemu dengan mereka dan bagi saya salahnya mereka bukan karena mrk merujuk kepada kepada generasi terdahulu, merujuk kepada generasi terdahulu sah2 saja koq (wong semua juga merujuk kepada generasi terdahulu termasuk Syi’ah dan Sunni. Yang jadi masalah:
1. Seolah2 jika sdh merujuk ke salaf maka sudah pasti benar, padahal generasi salaf juga manusia yg bisa salah (kalau ahl bayt dikatakan maksum mrk ribut, tp kalau salaf mrk dikatakan tdk maksum mrk sama ributnya)..
2. Mereka lupa bhw diantara salaf pun terjadi perbedaan (cth yang gamblang: Abu Bakar, Umar & Usman berbeda dengan Rasulullah).
3. Mereka lupa bhw rujukan yg samapun terjadi perbedaan krn berbeda dalam tafsir (AQ maupun Hadits), dan mrk mengklaim tafsir saja yg benar.
4. Rasul saja oleh Allah dinyatakan tdk tahu siapa saja yg masuk dalam Munafikun, apalagi kita, jadi semua berpotensi utk merujuk kepada munafikun.
5. Mereka lupa bahwa Klaim2 bhw diri kita saja yang benar adalah klaim yang biasanya hanya dilakukan oleh sifat “childish” (jadi inga anakt saya kalau sudah klaim jagoan dia yg paling hebat…:) ).
Wassalam
-
@secondprince
Trims atas info perawi dlm sanad hadis yg dibahas.
Saya mengira sebelumnya bhw Al-Muwaththo’ ditulis sendiri oleh Imam Malik sehingga kata ganti “aku” merujuk pada Imam Malik.
Al-Muwaththo’ pertama kali disusun oleh siapa?
Dari terjemahan hadis: “Yahya menyampaikan kepadaku (hadis) dari Malik dari …” Pada kata “kepadaku”, kata ganti “-ku” merujuk ke siapa?
Salam ‘alaykum.
-
@watonist
Kalau meungkit masa lalu utk menimbulkan perpecahan umat/permusuhan saya sama sekali juga tdk setuju. yg selama ini mas melihat komentar saya semua menjurus utk mencari kebenaran dgn mempelajari kejadian masa lalu. Damai damai . Wasalam
-
Salam
Abdullah dan Abi Thalib adalah Putra Abdul Muthalib.
Silsilah Rasul saww dan Imam Ali as (dimulai dari Abdul Muthalib, karena mereka satu kakek) :
Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fahr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Kuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Muthar bin Nazzar bin Ma’ad bin Adnan bin Addin bin Adad bil Alyasa’ bin Al Humais bin Banati bin Salaman bin Qaidar bin ISMAIL bin IBRAHIM
Mereka adalah orang2 beriman tanpa sekalipun menyembah berhala.
“Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji oleh Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu ia (berhasil) melengkapinya. Allah berfirman: “Sungguh aku akan menjadikanmu seorang imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim memohon: “ Juga dari keturunanku!”.
Allah berfirman: “Janjiku ini (imamah) tidak akan dapat digapai oleh orang-orang yang ZALIM”.
Keutamaan Ahlul Bait Rasul saww sudah jelas (Ahlul Bait Rasul saww sendiri siapa saja telah dijelaskan dalam surat Al Ahzab 33, tafsir sunni dan syiah sudah sering dibahas diblog ini), dalil apapun telah ada..bgtu jg yg dijelaskan oleh @ truthseeker, sprti ucapannya :
”Sehingga saya menyerah dan mengambil VERSI SYI’AH YG MUDAH DITERIMA AKAL SEHAT saya. Problemnya adalah umat islam sebagian besar secara fanatik (mengabaikan segala dalil) mencoba berteori lain.”
Memang benar bgtu adanaya..bahkan seorang Sunni bernama Prof. Dr. Abubakar Aceh menyusun buku yang berjudul “SYIAH, RASIONALISME DALAM ISLAM”, telah dicetak lima kali di Indonesia, dari tahun 1972 sampai dengan 1988.
Wassalam
-
Tapi kenapa ya kebanyakan ada yang fanatik buta terhadap salah satu sahabat.
dan sudah jelas sahabat ga maksum…tapi walau buat salah juga ga akan ada di buku sejarah….berbeda dengan Rasul Saw yang maksum, bermuka masam tertulis di Alquran ( bener ga sih tafsirnya…)
Damai..damai semua….
-
@Halwa
ati2..ntar ada yang jawab “bener”
-
salam hanya bagi orang-orang yang diRahmati ALLAH serta mukmin dan mukminat.
Ya haniifa,
Bolehkah kamu jelaskan arti “FADAK” kepada saya?
Artinya sahaja yach….
wasSalam
-
Mungkin sahaja “haniifa” teruja dan takjub apabila ia melihat ayat “haniifa,” ada pada kitab al-Furqan. Rasanya ia adalah PILIHAN.
waspadalah wahai haniifa,
-
salamu’alaika
fadak = pemberian (hadiah)
wa alhamdulillahir rabbil’alamin
Yang tidak clear adalah kamu wahai Haniifa
inna lillahi wa inna lillahi raji’un
-
Kita tidak dapat tahu dengan sendiri. Kita pun tidak hidup sendiri. Di kubur pun tidak akan bersendiri. Tapi kita akan dipersoal sendiri-sendiri.
-
@fatimah az zahra
yup…innalillahi wa inna ilaihi raji’un…….
-
@Abu Syahzanan
Welcome back.
Kemana saja? Sibuk launching blog?…
Wassalam
-
@truthseeker
Biiiisa aj mas, aku lagi di ujung kulon, bawa anak2 outbond sama “tadabur” ala anak metal. Hampir 1 minggu dari rencana 3 minggu, kebetulan bawa laptop pinjeman. Jadi kalo lagi sempet buka laptop, yaaaa nyari ide, masih belajar kok mas, blognya ancur-ancuran ya….sehat aj deh
-
Wahh..seru juga tuhh, bisa disharing donk ceritanya..
Wassalam
-
Kasihan @haniifa… Kasihan @haniifa
Sungguh amat licik sekali. Seolah-olah “haniifa” adalah kepunyaannya tapi ingin mengambil sahamnya lebih dari yang tidak patut.
Aduhai celakalah…
aduhai celakalah…
aduhai celakalah iblis serta syaitan dari jenis manusia dan syaitan dari jenis jin.
wasSalam
-
@All
Ada sekarang orang sok pintar menjelaskan ayat2 kaya ahli tafsir. Mencerita keluarga Nabi seperti ahli sejarah, tetapi didlm berisi penghinaan. Dan selalu mempromosi blognya. Heran saya. Kita dlm blog ini berdiskusi mencari kebenran. Tapi muncul orang secara arogan menghina pribadi2 komentator. Dimana letak etika diskusi? Wasalam
-
SALAM SEJAHTRA BUAT SEMUA,
SAYA VINCENT NAVI DHEATAONA DARI ENDE, NTT, SAYA CUMA NUMPANG LEWAT. SAYA SUKA SEKALI ARTIKEL SEMUA AGAMA DAN SAYA SEDANG MEMBANDINGKAN AGAMA MANA YANG PALING BAIK, BOLEH DIKATAKAN SAYA TERLAHIR HINGGA DEWASA INI (UMUR SAYA 47TAHUN) TANPA AGAMA (SAYA PERCAYA TUHAN ITU ADA). INGIN SEKALI DALAM AKHIR HAYAT SAYA PUNYA AGAMA. OLEH KARENA ITU SAYA SEDANG MELAKUKAN PERBANDINGAN AGAMA. ISLAM TERNYATA SANGAT MENARIK. ISLAM SEPERTINYA SANGAT SEMPURNA. AKAN TETAPI SEPERTI YANG SAYA LIHAT DISINI, TERDAPAT DUA KUTUB YANG SALING MENJATUHKAN (SETIDAKNYA) PEMAHAMAN. SEPERTINYA SAYA HARUS BERPIKIR PANJANG UNTUK ISLAM. AJARAN ISLAM SANGAT BAGUS, AKAN TETAPI UMATNYA SAYA NILAI TIDAK BAGUS. KARENA APA ? DEMOKRASI ATAU MENGELUARKAN PENDAPAT ATAU MEMPERTAHANKAN PEMAHAMAN SERING DITUDING SEBAGAI ALIRAN YANG KAFIR ATAU SESAT, SALING PUKUL DAN MENJATUHKAN. PADAHAL KALAU SAYA LIHAT INTINYA ISLAM ITU, PERCAYA PADA TUHAN (ALLAH), RASUL, KEPADA AL KITAB (ALQURAN), MELAKSANAKAN PUASA, MELAKUKAN HAJI (KALAU TIDAK SALAH RUKUN ISLAM, MAAF). PAHAM YANG TIDAK SESUAI/KELUAR DENGAN RUKUN TERSEBUT ADALAH YANG BUKAN ISLAM (MAAF KALAU SALAH)
SAYA SERING MASUK KE BLOG INI, KEMUDIAN BLOG REESAY, BLOG HANIIFA, BLOG AGAMA LAINNYA. BACA-BACA ARTIKEL DARI BLOG INI (SAUDARA SECOND PRINCE), ARTIKELNYA BAGUS DAN MENARIK, INGIN BERTANYA ATAU BERKOMENTAR SAYA TAKUT DAN BINGUNG, YANG MANA HARUS SAYA IKUTI. BEGITU JUGA KOMENTAR2 DARI ORANG2 YG MASUK PADA BLOG INI, BERISI DAN PINTAR2 JUGA DALAM BERDEBAT. MUNGKIN DALAM AGAMA LAIN TRADISI UNTUK BERDISKUSI ILMIAH SEPERTI INI SANGAT JARANG BAHKAN TIDAK ADA.
SAYA BISA MELIHAT ADA DUA KUTUB.
YANG MEMBELA SIAH + SIAH ASLI (A):
– SDR OKY
– SDR BAGIR
– SDR MADOPOLO
– SDR ABU SYAZANAN
– SDR ABURAHAT
– SDR ARMAND
– SDR TRUTHSEEKER
– SDR REESSAY
– DLL
YANG BERSEBERANGAN DENGAN MEREKA (B):
– SDR HANIIFA
– SDR MUHIBBIN
– SDR ALI
– SDR SEJATI
– DLL (ENTAH SIAPA LAGI…)
SAYA TIDAK MELIHAT ADANYA “KEMIRINGAN” DARI GRUP A DALAM MENGKRITISI, MENGOMENTARI DLL. KARENA MEREKA SEPERTINYA MEMBAWA (YANG DISEBUT) DALIL YG PAS UNTUK BANTAHAN ORANG2 ANTI SIAH. SOPAN DALAM BERKOMENTAR DAN MEMILIKI ETIKA DEBAT/DISKUSI, KALAUPUN MEREKA AGAK SEDIKIT “NYELENEH” ITU HANYA MENGCOUNTER JAWABAN GRUP B. DAN TERKADANG SEPERTINYA ORANG-ORANGNYA TEMPERAMEN JUGA
SEBALIKNYA, SAYA MELIHAT GRUP B, KETIKA BERDEBAT,
– TIDAK MEMILIKI ETIKA BERDEBAT, SEPERTI MEMAKI DAN MENGHINA. PADAHAL YANG SAYA TAHU RASUL ANDA SANGAT BAIK AHLAKNYA. BUKANKAH ANDA SEMUA MENCONTOH RASUL
– KELUAR DARI KONTEKS PERMASALAHAN
– MENAMPIK DALIL YANG SUDAH JELAS
– BERPUTAR-PUTAR UNTUK MENGALIHKAN PERMASALAHAN (BELUM SELESAI MASALAH YANG SATU, TIMBUL MASALAH YANG LAIN)
– MENGELUARKAN KALIMAT YANG SEBENARNYA TIDAK PERLU
– NAFSU DALAM ARTI NAIK PITAM HINGGA MENGUMPAT
– MEMFITNAH
– APA YANG GRUP B UTARAKAN SELALU BERPUTAR, ENTAH UJUNGNYA DIMANA, DAN PANGKALNYA DIMANA
– JIKA ARGUMENTASINYA TERBANTAH ATAU MENTAH, GRUP B INI LANGSUNG MEMBERIKAN TUDINGAN SESAT ATAU KAFIR (MENURUT ANDA SEMUA), ATAU BERGUMAM BERDOA MUDAH-MUDAHAN YANG SESAT INI DIBERI HIDAYAH
– DLL
DALAM HATI SAYA, INIKAH ISLAM YANG SEMPURNA AJARANNYA, AKAN TETAPI UMATNYA SALING MEMAKI. SUDAH BANYAK CONTOH, ISLAM ITU CHAOS & ANARKI. SEKIRANYA TIDAK SESUAI DENGAN GOLONGANNYA LANGSUNG DITUDING SESAT.
UNTUK SEMUA, SAYA MINTA MAAF. BUKAN MAKSUD SAYA MENJELEKKAN ANDA SEMUA ATAU AGAMA ANDA. AKAN TETAPI, BERIKANLAH KEYAKINAN PADA DIRI SAYA, BAHWA SEBENARNYA ISLAM ITU BENAR-BENAR AGAMA YANG PALING BAIK. SAYA INGIN SEKALI ADA YANG BISA MEMBERIKAN PENCERAHAN YANG TERBAIK DAN BENAR. SAYA BINGUNG TERNYATA BENAR ISLAM ITU TERPECAH, DAN SAYA YANG TERTARIK DENGAN AJARANNYA HARUS MEMILIH YANG MANA. ALIRAN MUHAMADIYA, NU, FPI, PKB, SIAH, AHLU SUNAH JAMAH, SUNI ATAU SALAF ?
DEMIKIAN, DAN SAYA MOHON MAAF SUDAH MENGKRITIK ANDA SEMUA.
SALAM SEJAHTRA
-
@HDEA NAVY
Untuk anda mengetahui dan memahami ISLAM yg sebenarnya sesuai dgn apa yg dianjurkan Rasulullah SAW. saya anjurkan anda utk membaca buku2 tapi buku2 yg ditulis dari kelompok Syiah dan Suny. Begitu pula mengenai hadis2 dan tafsir Al Qur’an. Per-tama2 anda hrs netral dan saya yakin anda berada dlm kenetralan sebab anda sedang mencari kebenaran. Sesudah itu anda bs mengetahui Islam yg menjalankan sesuai ajaran Al Qur’an yg mana. Klu anda mengikuti berita2 diblok anda akan melihat hasil orang2 yg fanatik buta. Apabila sdh anda baca baru anda coba berdiskusi diblog ini utk memantapkan keyakinan anda. Mudah2an anda diberi petunjuk oleh Allah SWT sehingga bisa melihat mana yg benar. Amin wasalam
-
Salam hanya bagi orang yang di Rahmati ALLAH serta mukmin dan mukminat.
inna lillahi wa inna lillahi raji’un
@HDEA NAVY
Untuk kamu berlaku adil dan saksama. Sila klik link pada nick atau http://www.duas.org/jkabeer1.htm Hadiah dari ISLAM.
wa alhamdulillahir Rabbil ‘alamin
wasSalam
-
@HDEA NAVY
ANDA PATUT MENGENAL ORANG YANG TAKJUB PADA DIRI SENDIRI. MAKANYA, KAMU AKAN KETAHUI BAHAWA ORANG YANG TAKJUB PADA DIRI SENDIRI ADALAH YANG BINASA. BINASANYA IA ADALAH SEDEMIKIAN RUPA. BUKAN BINASA YANG DIKETAHUI IA SEBAGAI TSUNAMI MELANDA BUMI.
KETAHUILAH TUBUH UMPAMA BUMI YANG PERLU DIJAGA BUKAN DIROSAKKAN.
BILA HATI DAN AKALNYA DILANDA TSUNAMI HANYA ALLAH SWT SAHAJA YG DAPAT MEMPERBAIKINYA.
WASSALAM
-
KEYAKINAN: ALLAH RAJA YANG KITA SEMBAH; ALLAH TUHAN YANG KITA SUJUD PADA-NYA DAN TIDAK MENYEKUTUKAN-NYA DENGAN SEGALA SESUATU YANG LAIN
WELCOME HOME @HDEA NAVY
-
@Hdea Navy
Salam mas vincent, terima kasih atas komentar-nya. Saya pun dulu seperti itu, sampai Allah menyampaikan pesan dengan cara lain. Di salah satu topik dalam blog mas SP, saya pernah menulis..seorang dosen mengatakan kepada saya bahwa dalam melihat sesuatu hal, kita harus melihat sesuatu dari yang pro dan yang kontra-nya…postulat absolut yang kita simpulkan, yang keluar dari suatu pembelajaran TIDAK BISA berasal dari kecondongan kita terhadap suatu pendapat, tanpa mempelajari pendapat yang berlawanan itu.
Dari situ kita bisa mendapatkan garis merah, sehingga kita dapat menyimpulkan sendiri..untuk dapat mempelajari agama, memang mudahnya menjadi “atheis” dalam hal ini tetap menjalankan ibadah ritual harian/mingguan/bulanan seraya memohon petunjuk kepada Allah swt. “Atheis” yang saya maksud disini adalah, tidak membatasi diri kita terhadap doktrin2 tertentu, justru mempelajari ‘the rationale / logic behind the scheme’, mengapa mereka memiliki kepercayaan demikian. Mungkin membantu, mas bisa cari buku Prof. Ahmad Tijani judulnya “akhirnya kutemukan kebenaran”, buku yang luar biasa. Cuman sayangnya ngga sembarang toko buku yang jual..atau “Antologi Islam”, buku ini dijual bebas di Gramedia/Gunung Agung.
Semoga rahmat serta petunjuk Allah swt selalu bersama mas dan kita semua. Salam,
-
wa alhamdulillahir Rabbil’alamin
• ALLAHumma ya ALLAH; Limpahkanlah sholawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad; Janganlah ENGKAU angkat darjatku dimata manusia kecuali ENGKAU juga merendahkan aku dimataku sendiri sebanding dengannya; Janganlah ENGKAU perbarui kebesaran lahiriahku kecuali ENGKAU perbarui juga kerendahan hati dan batiniahku dalam jiwaku sendiri sebanding dengannya.
ALLAHumma ya ALLAH; Janganlah ENGKAU biarkan sesuatu sifat buruk dalam diriku kecuali ENGKAU perbaiki, tidak pula keaiban yang menimpa diriku kecuali ENGKAU perbaiki; Jangan pula ENGKAU biarkan penghormatan orang sementara ada kekuranganku kecuali ENGKAU sempurnakan ia.
ALLAHumma ya ALLAH; Limpahkanlah sholawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad; Berikanlah kepadaku kekuatan untuk melawan orang menzalimiku dan berilah aku kemampuan berbicara melawan orang yang mencari pertengkaran denganku dan berikanlah aku kekuatan untuk mengalahkan orang yang bersikap keras memaksakan
kehendaknya kepadaku; Berikanlah kepadaku siasat untuk menghadapi orang yang berkomplot terhadap diriku dan berilah aku kemampuan melawan orang yang memperlakukan buruk terhadap diriku; Selamatkanlah aku dari orang yang mengancamku, condongkanlah hatiku untuk menaati orang yang berusaha meluruskan tindakanku dan mengikuti petunjuk orang menunjukiku.
ALLAHumma ya ALLAH; Limpahkanlah sholawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad; Janganlah ENGKAU biarkan aku berpaling dari orang yang memberi nasihat kepadaku; Jadikanlah aku membalas orang yang meninggalkanku dengan kebaikan dan membalas dengan kebaikan yang melimpah terhadap orang yang tidak mahu memberi kepadaku; Jadikanlah aku tetap menjaga hubungan silaturrahim dengan orang yang memutuskannya denganku; Jadikanlah aku membalas dengan kata-kata yang baik terhadap orang yang berbicara buruk terhadap diriku; Jadikanlah bersyukur atas kebaikan dan mengabaikan nasib jelek yang menimpaku.
ALLAHumma ya ALLAH; Limpahkanlah sholawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad; Hiasilah diriku dengan perhiasan orang-orang sholeh, pakaikanlah kepadaku perhiasan para Mutaqqin dalam menyebarkan keadilan, menahan amarah, memadamkan kemarahan orang, mempersatukan orang-orang yang berpecah-belah, memperbaiki hubungan keluarga, menyebarkan kearifan, menutupi keaiban, berlembut perangai, suka melindungi yang lemah, bagus dalam perjalanan hidup, husnul khatimah, harum dalam perilaku, berlumba dalam mencapai keutamaan, pemberi kesan utama, tidak membongkar cela orang, memberi kelebihan ataupun kebaikan kepada orang yang sesungguhnya tidak berhak menerimanya, mengatakan kebenaran meskipun berat, menganggap sedikit kebaikan sendiri meskipun banyak dan menganggap banyak keburukan sendiri meskipun sedikit dalam perkataan dan perbuatan; Dan sempurnakanlah itu semua dengan kelestarian dalam ketaatan dan menyertai jama’ah, menolak ahli bid’ah serta pemikiran-pemikiran orang yang mengada-ada.
ALLAHumma ya ALLAH; Limpahkanlah sholawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad; Jadikanlah aku bersegera mendatangi-MU dalam keadaan darurat dan meminta kepada-MU dalam keperluan, bermohon-mohon kepada-MU dalam kemiskinan; Janganlah ENGKAU cuba aku dengan meminta tolong kepada selain ENGKAU manakala mengalami kesukaran ataupun merendahkan diri untuk meminta kepada selain ENGKAU manakala melarat yang kerana itu, aku menjadi berhak ENGKAU abaikan, tidak ENGKAU beri dan ENGKAU tinggalkan wahai Yang Maha Pengasih dan yang mengasihi.
ALLAHumma ya ALLAH; Jadikanlah apa yang dimasukkan oleh syaitan ke dalam hatiku berupa angan-angan, prasangka dan dengki menjadi ingatan akan kebesaran-MU dan tafakur atas kemahakuasaan-MU dan rancangan siasat menghadapi musuh-MU; Dan ubahlah apa yang berani aku ucapkan pada lidahku berupa kata-kata yang keji, rancu, mencerca kehormatan orang, kesaksian palsu, membicarakan keburukan orang yang tiada di tempat ataupun mencela orang yang hadir atau serupa itu menjadi ucapan yang berisi pujian kepada-MU, tenggelam dalam pujaan kepada-MU, terus-menerus mengagungkan-MU dan menghitung pemberian-MU.
ALLAHumma ya ALLAH; Limpahkanlah sholawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad; Janganlah ENGKAU biarkan aku dizalimi orang sementara ENGKAU mampu menolaknya dariku, jangan pula ENGKAU biarkan aku menzalimi orang sementara ENGKAU mampu menahannya dariku; Jangan ENGKAU biarkan aku tersesat sedangkan ENGKAU telah memberi Hidayah kepadaku; Janganlah ENGKAU biarkan aku fakir sedangkan dari-MU-lah keluasan rezekiku; Janganlah ENGKAU biarkan aku menjadi tiran sedangkan dari-MU-lah kekuasaanku.
ALLAHumma ya ALLAH; Jadikanlah aku berbicara dengan petunjuk dan ilhamkanlah kepadaku ketakwaan; Berilah aku taufik kepada apa yang lebih suci dan jadikanlah aku mengerjakan apa yang lebih ENGKAU redhai.
ALLAHumma ya ALLAH; Jadikanlah aku berjalan menempuh jalan yang utama; Jadikanlah aku hidup dan mati dalam agama-MU.
ALLAHumma ya ALLAH; Limpahkanlah sholawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad; Berikanlah aku harta benda melalui penghematan dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang lurus, penunjuk ke jalan yang lurus, termasuk hamba yang sholeh; Anugerahilah aku akhir yang penuh kemenangan, tujuan yang selamat.
ALLAHumma ya ALLAH; Limpahkanlah sholawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad; Cegahlah aku dari keborosan dan berlebih-lebihan; Jagalah aku rezekiku dari kemusnahan dan berikanlah kepadaku jalan petunjuk kepada kebaikan dari apa yang kunafkahkan.
ALLAHumma ya ALLAH; Limpahkanlah sholawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad; Liputilah wajahku dengan kelembutan dan janganlah ENGKAU hinakan wajahku dengan kemelaratan yang akan menyebabkan aku meminta rezeki kepada penerima rezeki-MU dan meminta kepada makhluk-MU yang paling buruk hingga aku tercuba dengan mengagungkan orang yang memberiku serta mencela orang yang tidak memberiku sedangkan ENGKAU adalah PENGUASA pemberian dan pencegahan.
ALLAHumma ya ALLAH; Limpahkanlah sholawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad; Berikanlah aku kesihatan dalam ibadah dan keleluasan dalam kezuhudan, ilmu dalam bekerja dan wara’ dalam semuanya itu.
Sesungguhnya kami milik ALLAH; Kepada-NYA jua kami kembali. Segala puji dan puja hanya bagi ALLAH.
-
UNTUK SEMUA, SAYA UCAPKAN TERIMA KASIH ATAS DUKUNGANNYA. MUDAH-MUDAHAN SAYA MENDAPAT HIDAYAH DARI TUHAN DALAM PENGEMBARAAN ROHANI INI. SEMOGA ISLAM MENJADI PILIHAN AKHIR SAYA.
SALAM SEJAHTERA, TUHAN MEMBERKATI
-
@DHEA-NAVY
Apapun latar belakang anda dg komentar yg begitu menarik saya ucapkan terima kasihsudah bersusah payah utk menganalisa semuanya...
Diturunkannya agama dan Rasul2 adalah bagian dr Keadilan Allah. Krn akal saja tidak cukup membawa kita kpd penyempurnaan diri.
Jika keduanya ditaati (kebenaran/hujjah Akal (internal)dan Kebenaran/hujjah Agama (external) maka Allah menjamin keselamatan dunia akhirat bagi kita/manusia.
Sayangnya, ternyata dg memeluk salah satu agama tidak menjamin pemeluknya sdh pasti mentaati apa2 yg sdh Allah berikan.
Jadi, kalau anda melihat ada penyimpangan perilaku dr seorg pemeluk agama maka sdh bisa dipastikan dia tdk mentaati apa2 yg sdh diajarkan oleh agamanya. Jika dia seorg atheis berperilaku buruk maka sdh bs dipastikan dia tdk mentaati kebenaran2 fitrah yg ada dl dlm dirinya (termasuk akal).
kenapa kita harus memilih agama yg benar?:
1. Karena akal saja tidak sanggup memenangi peperangan/jihad dg nafsu (+ iblis).
2. Karena Akal saja tidak sanggup membawa kita pd kesempurnaan diri.
Wallahualam bis sawab.
Wassalam
-
Salam…
@hildalexander
“Cobalah belajar tertib, kalo ada pertanyaan A ya jawab dalam koridor A”
Pengennya sih begitu…tapi karena kita cm “mengcounter” (pjm istilah sdra DHEA-NAVY)ajah ya “kajauhan” kalo harus pindah2 ke koridor yg lain…hehehe..lagian jika dijabarkan apa yang diposting mas SP diatas, maka pertanyaan akan muncul trs menerus dan akhirnya mjd lbh luas yg dibahas (mlh kadang2 uda ga pd inti nya)..jika kita melihat/membaca sejarah dialog2 antara Suni dan Syiah, satu hal dibahas maka akan “nyrempet” yg lainnya, bgtu seterusnya..cm mslhnya ini di sebuah blog.
Tapi pada intinya saya jg setuju dg komentar anda ko Mba’
Wassalam
-
ustadz Hanifa…
ayat ayat yang jelasin bermuka masam ga jelas tuh.
ada dalil atau asbabun nuzulnya ga atau hadits yang masuk akal serta shohih.
maklum saya masih awam nih….( tapi hati ini ga pernah mengakui bahwa Nabi bermuka masam, terserah apa kata dunia deh)
Piss..piss
-
@dhea-navy
AlhamduliLLAH jika pada akhirnya kamu ingin memeluk agama. Semoga ALLAH ta’ala memberikan jalan yang benar.
Tapi Ane cuma menyarankan,
carilah ilmu agam di tempat yang baner. Mungkin disekitar tempat tinggal kamu ada beberapa ustadz. Kamu bisa konsultasi agama dengan mereka. Terlalu riskan jika mencari kebenaran agama di dunia maya ini, terlebih-lebih di blog ini, yang punya banyak hal-hal melenceng.
Saya juga masih dalam tahap belajar, dan mohon maaf jika kamu mungkin agak kurang berkenan dengan semua statement saya.
BarakaLLAHU fikum Insya ALLAH
-
Salam @ semua,
Maaf kebetulan lewat dan baca artikel diatas, cukup “meriah” komentarnya.
Kalo boleh saya mengutarakan sedikit logika saya dalam hal masalah sahabat.
Menurut saya, apa yang diutarakan oleh SP tentang sahabat bukanlah untuk menghujat atau membuka aib orang atau menuduh hal-hal yang buruk… akan tetapi memang itulah fakta sejarah yang diungkapkan sendiri oleh para perawi hadist shahih yaitu Bukhari & Muslim… (kecuali kita tidak mengakui hadist mereka shahih)
Sekarang tinggal masing yang ada dijaman sekarang untuk menilai…
Damai… Damai itu indah…
-
salam kpd mas SP dan yang lain..
Saya sering berkunjung k blog ini untk baca2 (nylonong aj maaf g prnh izin), dan banyak mendapat ilmu bagi saya yg awam meskipun setiap kitab/ref kitab yg mas SP/yg lain’a tunjukan saya blom pernah melihatnya (hny sbagian.. tu pun terjemahan) bagi saya adlh pengetahuan yg bermanfaat. Trims bwt mas SP&smua
Kpd mas hanifa.. Saya yg awam sulit sX utk mengerti apa yg anda utarakan. Bagi saya yg awam stiap komen anda ga nyambung, atau komen anda khusus bwt yg pinter aj. 8:: ( Sedih jd orng awam..
Wasalam
-
Sebagai orang awam. Pertanyaan saya :
-
Saya sering membicarakan isu ini pada sahabat saya. Uniknya dia selalu mengatakan bahwa “sebaiknya energi kita digunakan untuk berbuat kebaikan, beramal shaleh salah satunya memperkuat ekonomi ummat. Sungguh keseriusan anda beramal shaleh akan menutup pintu anda untuk memperdebatkan hal-hal yang kurang perlu.”
Ada benarnya pendapat sahabat saya tersebut, dan akupun mengikutinya. Alhamdulillah, aku sudah tidak peduli dengan urusan sektarian yang memecah belah. Aku akan makmum pada siapapun ahlul qiblah (lahiriah Islam), masalah hati saya serahkan pada Allah SWT. Musuh telah jelas, mengapa mesti kita hindari dengan mencari musuh yang sebenarnya harus kita rangkul????
-
ikut berpendapat pendek saja…
menurut saya kapabilitas kalian masih pada lemah..
mending pada belajar,mujahadah dulu trus bersihkan hati baru berani pada berargumentasi…
kebanyakan kalian semua pake hawa nafsu..ngerasa paling bener,ngerasa paling bisa berlogika, merasa paling rasional..
akhlaq kaya gt ga di ajarin di dunia islam
-
@alkaff
Apa yang anda sampaikan sebagian memang nasehat yang perlu perenungan. Namun sebagian lagi berisi kesombongan dan sebagian lagi ngawur.
(1) Nasehat;
mending pada belajar,mujahadah dulu trus bersihkan hati
(2) Kesombongan;
menurut saya kapabilitas kalian masih pada lemah..
(3) Ngawur
….baru berani pada berargumentasi…
kebanyakan kalian semua pake hawa nafsu..ngerasa paling bener,ngerasa paling bisa berlogika, merasa paling rasional..
akhlaq kaya gt ga di ajarin di dunia islam
Salam
-
Anda benar.. dan orang syi’ah biasa memakai kata-kata Nabi yg banyak pengertiannya untuk diarahkan menjatuhkan sahabat. Itu sudah kebiasaan syi’ah dari jaman baheula, jadi ndak usah heran mas…
-
@difacookies
Pentakwilan anda jelas keliru, atas beberapa alasan:
1. Anda mentafsirkan kata ‘ya’ oleh Rasul sbg saksi atas jihad Abu Bakar, sedangkan jawaban itu dimulai dgn pertanyaan Abu Bakar, ‘Bukankah kami saudara mereka?’. Maka jawaban ‘ya’ oleh Rasul merujuk kpd pertanyaan ini.
2. Sabda Rasul, ‘Aku tidak tahu apa yang akan kamu lakukan sepeninggalku”, memiliki maksud spt hadis2 berikut:
a. Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW pernah bersabda kepada kaum Anshar: “Suatu hari kalian akan menyaksikan sifat tamak yang dahsyat sepeninggalku. Karena itu bersabarlah sehingga kalian menemui Allah dan Rasul-Nya di telaga haudh.” Anas berkata, “Kami tidak sabar.”
(Shahih Bukhori jil. 2 hal. 135)
b.Ala’ bin Musayyab dari ayahnya pernah berkata: “Aku berjumpa dengan Barra’ bin A’zib ra. Kukatakan padanya, “berbahagialah Anda karena dapat bersahabat dengan Nabi SAWW dan membai’atnya di bawah pohon (bai’ah tahta syajarah). Barra’ menjawab, “wahai putera saudaraku, engkau tidak tahu apa yang telah kami lakukan sepeninggalnya. ”
(Shahih Bukhori jil.3 hal.32.)
c. Bersabda Rasulullah SAWW: “Ketika aku sedang berdiri tiba-tiba datang sekelompok orang yang kukenal. Lalu keluarlah seorang di antara kami dan berkata, “Mari” . Kutanya, “Kemana?” Jawabnya, “Ke neraka, demi Allah”. “Apa kesalahan mereka?” Tanyaku. “Mereka telah murtad setelahmu dan berbalik dari kebenaran, dan kuperhatikan tiada yang tersisa melainkan (sedikit sekali yang) seperti sekelompok unta yang tersisih”, jawabnya
(Shahih Bukhori jil. 4 hal. 94-96,156; jil. 3 hal. 32; Shahih Muslim jil. 7 hal. 66)
d. Rasulullah SAWW bersabda:”Aku akan mendahului kalian di telaga haudh. Siapa yang berlalu dariku dia akan minum dan siapa yang telah minum tidak akan dahaga selama-lamanya. Kelak ada sekelompok orang yang kukenal dan mereka juga mengenalku datang kepadaku; kemudian mereka dipisahkan dariku. Aku akan berkata: sahabatku, sahabatku. Lalu dijawab: engkau tidak tahu apa yang telah mereka lakukan setelah ketiadaanmu. Dan aku pun berkata: Enyahlah, enyahlah mereka yang telah berubah setelah ketiadaanku”.
e. Fatimah juga pernah berkata kepada Abu Bakar dan Umar demikian: “Aku minta persaksian dari Allah kepada kalian berdua, apakah kalian tidak mendengar Rasulullah bersabda, “Keredhaan Fatimah adalah keredhaanku dan kemarahan Fatimah adalah kemarahanku. Siapa yang mencintai puteriku Fatimah, maka dia telah mencintaiku, siapa yang membuat Fatimah rela maka dia telah membuatku rela, siapa yang membuat Fatimah marah maka dia telah membuatku marah.” “Ya, kami telah mendengarnya dari Rasulullah.” Jawab mereka berdua. Lalu Fatimah berkata lagi, “Sungguh, aku minta persaksian Allah dan para malaikat-Nya bahwa kalian berdua telah membuatku marah dan tidak rela. Jika kelak aku berjumpa dengan Rasulullah maka pasti akan kusampaikan keluhanku ini kepadanya.”
(Al-Imamah was Siyasah jil.l hal. 20)
Maka jelaslah mengapa Rasul tidak mahu bersaksi atas Abu Bakar.
Wassalam
-
Yahya menyampaikan kepadaku (hadis) dari Malik dari Abu’n Nadr mawla Umar bin Ubaidillah bahwa Rasulullah SAW berkata mengenai para Syuhada Uhud “Aku bersaksi untuk mereka”. Abu Bakar As Shiddiq berkata “Wahai Rasulullah, Apakah kami bukan saudara-saudara mereka? Kami masuk Islam sebagaimana mereka masuk islam dan kami berjihad sebagaimana mereka berjihad”. Rasulullah SAW berkata “Ya, tapi Aku tidak tahu Apa yang akan kamu lakukan sepeninggalKu”. Abu Bakar menangis sejadi-jadinya dan berkata ”Apakah kami akan benar-benar hidup lebih lama daripada Engkau!”. (Hadis Dalam Al Muwatta Imam Malik Kitab Jihad Bab Para Syuhada di Jalan Allah hadis no 987)
Ini adalah contoh kesalahan memahami hadits, padahal hadits di atas adalah mudah dipahami, poinnya adalah siapa yang terlebih dahulu wafat, Nabi SAW mau menjadi saksi atas syuhada Uhud karena beliau masih hidup ketika para syuhada tsb gugur, sedangkan beliau tidak bersaksi atas Abu Bakar, karena beliau wafat lebih dahulu drpda Abu Bakar. logikanya bagaimana mungkin seseorang yg wafat lebih dahulu menjadi saksi atas perbuatan org yang masih hidup.
Penjelasan Hadis
Hadis di atas diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Kitabnya Al Muwatta. Dari hadis di atas diketahui bahwa
* Para Syuhada Uhud lebih utama dari Abu Bakar dan sahabat lainnya karena Rasulullah SAW telah memberikan kesaksian kepada Mereka
* Rasulullah SAW tidak memberikan kesaksian kepada Abu Bakar dan sahabat lainnya karena Rasulullah SAW tidak mengetahui apa yang akan mereka perbuat sepeninggal Beliau SAW.
Pengertian ini semakin jelas dengan perkataan Abu Bakar yang terakhir “Abu Bakar menangis sejadi-jadinya dan berkata ”Apakah kami akan benar-benar hidup lebih lama daripada Engkau!” (INI POINNYA), kalau orang syi’ah mana kepikiran hal spt ini, bisanya cuman negative thinking aja ama sahabat
-
@sok yau benar
Anda ini memang eoknya luar biasa. Dan memang yidak mengetagui apa2 hanya SOK
Baca firman Allah dibawa ini:
Surah Albaqarah ayat 143. Dan demikian Kami telah menjadikan kamu , umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia
dan Surah Anni’sa ayat 41. Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu.
Dimana seharusnya bersaksi? Dihadapan Allah Rasul akan bersaksi
Jadi kata2 anda logikanya bagaimana mungkin seseorang yg wafat lebih dahulu menjadi saksi atas perbuatan org yang masih hidup.
Berarti LOGIKA yang nda jalan
.
-
@atasku
Dasar ga nyambung
-
@atasku
Bagaimana mungkin anda bisa berpikir nyambung atau tidak. YANG DITULIS SENDIRI AJA NDA MENGERTI. Apalagi Firman Allah, hehehe. Raunya anda hanua KOPAS dan TAKLID pada atasan anda
-
@sok tau banget
sok tahu….jika benar pemahaman anda bahwa Kesaksian Rasulullah Saww itu hanya ditujukan untuk mereka yg lebih dulu wafat, lalu mengapa Abu Bakar bertanya ttg keinginan dirinya seperti para syuhada tesbt kepada Rasul Saww, toh Abu Bakr mestinya lebih paham dari anda bahwa karena berdasarkan logika anda pertanyaan seorang yg masih hidup (dlm hal ini abu bakar) yg ingin diberi kesaksian oleh Rasul akan menjadi Sia-sia …yaa toh.
-
@@@sok tahu banget
Ini adalah contoh kesalahan memahami hadits, padahal hadits di atas adalah mudah dipahami, poinnya adalah siapa yang terlebih dahulu wafat,
wakakaka dasar nashibi, rasulullah SAW sendiri yang bilang poinnya beliau tidak tahu apa yang akan dilakukan abu bakar sepeninggal nabi saaw.
Nabi SAW mau menjadi saksi atas syuhada Uhud karena beliau masih hidup ketika para syuhada tsb gugur, sedangkan beliau tidak bersaksi atas Abu Bakar, karena beliau wafat lebih dahulu drpda Abu Bakar.
wakakak nashibi yang sok tahu banget, pelototi tuh kata-kata abu bakar (Rasulullah SAW berkata mengenai para Syuhada Uhud “Aku bersaksi untuk mereka”. Abu Bakar As Shiddiq berkata “Wahai Rasulullah, Apakah kami bukan saudara-saudara mereka? Kami masuk Islam sebagaimana mereka masuk islam dan kami berjihad sebagaimana mereka berjihad).
abu bakar sendiri tahu nggak kalau ia masih hidup atau ia berasa sudah wafat, ngapain tuh dia mengeluh kepada rasul saaw. abu bakar ingin sekali ikut disaksikan oleh rasulullah saaw seperti syuhada uhud makanya ia mengeluh sambil bilang “bukankah kami saudara mereka(syuhada uhud)?”. kalau memang kesaksian hanya untuk yang sudah wafat kenapa abu bakar masih mau minta kesaksian, atau abu bakar gak sadar kalau ia masih hidup atau sudah wafat, wakakak parah banget logika nashibi
logikanya bagaimana mungkin seseorang yg wafat lebih dahulu menjadi saksi atas perbuatan org yang masih hidup.
berarti abu bakar sendiri gak ngerti logika yang simpel kayak gitu. logika nashibi yang sok tahu emang parah. pasca perang uhud nabi dan abu bakar masih hidup
Pengertian ini semakin jelas dengan perkataan Abu Bakar yang terakhir “Abu Bakar menangis sejadi-jadinya dan berkata ”Apakah kami akan benar-benar hidup lebih lama daripada Engkau!”
wakakak itu tuh nashibi, kata-kata Rasul “aku tidak tahu apa yang kamu perbuat sepeninggalku” mau dikemanakan. arti dari kata tersebut rasul gak mau bersaksi karena tidak tahu bagaimana perbuatan abu bakar nanti ketika rasul telah wafat.
(INI POINNYA), kalau orang syi’ah mana kepikiran hal spt ini, bisanya cuman negative thinking aja ama sahabat
nashibi kayak antum mana ngerti perkataan rasulullah saaw, kerjanya antum kan membela semua kesalahan sahabat bahkan berani mendustakan perkataan rasulullah saaw demi membela sahabat
-
Ass Wr. Wb
Ilmu baru secuil udah bisa berdalil dan berfatwa, udah berapa banyak kitab sirrah nabawiyyah yg dipelajari? udah berapa banyak kitab fiqh yg dipelajari? udah berapa banyak kitab tafsir yg dipelajari? berguru kepada siapa ya…? kalo saya pribadi saya lebih menyandarkan pada syarah pemikiran dari ulama salaf yg memang benar diakui ibadahnya, ketaatannya, waranya, ilmunya, dari siapa dia belajar, apalagi menyangkut persoalan aqidah sehingga kita jelas duduk perkaranya dan hikmahnya, bukan sekedar penjelasan yang bersifat filsafat semata. semua teladan nabi adalah hikmah, so yang kita cari adalah hikmah agar kita bise lebih mendekatkan diri kepada allah. coba bayangkan kalau kita belajar sesuatu yg didapat hanya kebingungan, mestinya yg kita dapat adalah hikmah.
Electro ITB ’05
-
@insan aziz
kt anda:
Ilmu baru secuil udah bisa berdalil dan berfatwa, udah berapa banyak kitab sirrah nabawiyyah yg dipelajari? udah berapa banyak kitab fiqh yg dipelajari? udah berapa banyak kitab tafsir yg dipelajari? berguru kepada siapa ya…?
kt sy:
g perlu tanya begitu mas,silahkan anda patahkan dgn dalil. klu cuma ngomong kosong mending nonton aja
kt anda:
kalo saya pribadi saya lebih menyandarkan pada syarah pemikiran dari ulama salaf
kt sy :
terserah anda
kt anda:
yg memang benar diakui ibadahnya, ketaatannya, waranya, ilmunya, dari siapa dia belajar, apalagi menyangkut persoalan aqidah
kt sy:
disini sdh terbukti ko mereka cuma sprt anda,ngoceh tanpa dalil,fanatik buta n suka menghujat n mengkafirkan orang lain.
kt anda:
sehingga kita jelas duduk perkaranya dan hikmahnya,
kt sy
ya jelas duduk perkaranya bhw salafi wahabi cuma fanatik buta
kt anda:
semua teladan nabi adalah hikmah,
kt sy
ya benar..tdk ada faham seperti wahabisalafi yg paling suka menghina nabi,itu hikmah yg kami dpt
kt anda:
coba bayangkan kalau kita belajar sesuatu yg didapat hanya kebingungan,
kt sy:
gmn tdk bingung klu berdiri dibumi yg ceper
kt anda:
Electro ITB ’05
kt sy:
disini banyak yg jebolan ITB
tp ttp sj mengatakan bhw bumi beredar mengitari matahari
ko anda percy sm bin bazz n kroninya,yg mengatakan sebaliknya?
salam n lepaskan fanatik buta
-
@sok tau banget
Gak nyambung? Mari saya tunjukkan bhw penjelasan dr Mr. chany itu nyambung, hanya anda tidak paham:
anda katakan:
logikanya bagaimana mungkin seseorang yg wafat lebih dahulu menjadi saksi atas perbuatan org yang masih hidup.
nahh, jawabannya adalah bahwa Rasulullah itu menjadi saksi bagi umatnya (baca ayat2 yg dibawakan oleh Mr. chany). Kalau anda belum paham, biar saya tambahkan lagi:
(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.
Saya tebalkan agar mudah bagi anda…
Bagaimana orang yang lebih dulu mati mengetahui/bersaksi atas seluruh umat manusia? Anda tdk paham krn memang anda tdk beriman kpd yang gaib.
Semuanya mudah bagi Allah.
Salam damai
-
@Insan Aziz
Ass Wr. Wb:
alaykum salam
Ilmu baru secuil udah bisa berdalil dan berfatwa, udah berapa banyak kitab sirrah nabawiyyah yg dipelajari? udah berapa banyak kitab fiqh yg dipelajari? udah berapa banyak kitab tafsir yg dipelajari? berguru kepada siapa ya…?
Benar2 khas gaya wahaby, dia pikir semua orang sama bodohnya dengan dia..
Persis dengan cara anak saya yg SD kalau sdh kalah debat.
kalo saya pribadi saya lebih menyandarkan pada syarah pemikiran dari ulama salaf yg memang benar diakui ibadahnya, ketaatannya, waranya, ilmunya, dari siapa dia belajar,
Memangnya ulama2 kalian belajar dari ulama salaf mana? Yang ada khan hanya klaim2 saja. Selain mazhab anda maka semua mazhab belajar dengan sanad yang nyampe ke Rasulullah melalui salafus soleh.
Kalian paling getol klaim salaf, tapi berapa banyak salafus soleh yg kalian katakan musyrik, kafir, sesat dll.
Salah satu ciri mereka yg bersanad kpd salafus soleh adalah mereka harus bermazhab.
Kalau ada yg menguntungkan kalian maka kalian comot kata2 salaf, kalau tidak cocok dg mazhab kalian, maka kalian langkahi mereka.
apalagi menyangkut persoalan aqidah sehingga kita jelas duduk perkaranya dan hikmahnya, bukan sekedar penjelasan yang bersifat filsafat semata. semua teladan nabi adalah hikmah, so yang kita cari adalah hikmah agar kita bise lebih mendekatkan diri kepada allah. coba bayangkan kalau kita belajar sesuatu yg didapat hanya kebingungan, mestinya yg kita dapat adalah hikmah.
Siapa yang bingung?
Yang bingung adalah kalian. Kenapa ?? Karena kalian mencla mencle dan tdk konsisten, comot sana comot sini. Sehingga sdh niscaya kalian akan kebingungan.
Electro ITB ’05
Kenapa emang dg electro ITB?..
Salam damai
-
@chany & Truthseeker08
Coba saya jelaskan yg dimaksud @sok tau banget di atas,
(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.
Lihat dunk, kapankah itu terjadi pada ayat yg anda bawakan? pada hari Kiamat kelak, sedangkan yg dimaksud hadits di atas adalah saat di dunia, Nabi SAW bersaksi atas Syuhada’ Uhud karena beliau saat itu masih hidup dan menyaksikan perbuatan mereka ketika mereka masih hidup hingga menemui syahid, sedangkan kenapa Nabi SAW tidak bersaksi atas Abu Bakar karena beliau tahu bahwa beliau akan wafat duluan sehinga beliau tidak akan bisa mengetahui atau menyaksikan apa yang dilakukan oleh Abu Bakar sepeninggal beliau. Jelaass?
Demikian juga yang terjadi pada Nabi-Nabi yang lain, mereka menjadi saksi ketika mereka masih hidup di dunia dan berada diantara umatnya, tetapi begitu mereka wafat Allah-lah yang menjadi saksi. Sedangkan kesaksian di akherat itu hal yang lain lagi.
baca ayat ini :
مَا قُلۡتُ لَهُمۡ إِلَّا مَآ أَمَرۡتَنِى بِهِۦۤ أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ رَبِّى وَرَبَّكُمۡۚ وَكُنتُ عَلَيۡہِمۡ شَہِيدً۬ا مَّا دُمۡتُ فِيہِمۡۖ فَلَمَّا تَوَفَّيۡتَنِى كُنتَ أَنتَ ٱلرَّقِيبَ عَلَيۡہِمۡۚ وَأَنتَ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ۬ شَہِيدٌ (١١٧)
Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. (Al-Maidah:117).
Makanya saya maklum kalau @sok tau banget bilang ga nyambung.
-
@sok tau banget
lihat kalimat ini
“Abu Bakar As Shiddiq berkata “Wahai Rasulullah, Apakah kami bukan saudara-saudara mereka? Kami masuk Islam sebagaimana mereka masuk islam dan kami berjihad sebagaimana mereka berjihad”.”
anda lihat bhw abubakar menginginkan hal yg sama dgn syuhada uhud.
berarti abubakar mngetahui bhw rosul bisa menjadi saksi bagi yg hidup.
atau abubakar tdk tau n anda lebih tau dr abubakar??
lihatlah kalimat:
Rasulullah SAW berkata “Ya, tapi Aku tidak tahu Apa yang akan kamu lakukan sepeninggalKu”.
and lihat,bhw rosul menolak menjd saksi utk abubakar,dikrnkan rosul tdk tahu apa jdnya abubakar nanti stlh wafat beliau(bhs halus dr penolakan)
adakah kalimat bhw “aku muhammad tdk bisa menjadi saksi bg yg hidup…”????
sesungguhnya rosul tau apa yg akan diperbuat abubakar stlh wafat nya beliau,sehingga beliau menolak.
tp rupanya anda lebih tau dr rosul….
lihat kalimat
Qs;albaqarah143.
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia
banyak lg ayat yg sprt ini toh bukan cuma diakherat n bkn hanya buat yg sdh wafat.
jd ternyata anda lah yg tdk nyampai dlm pemahaman
-
@Aldj
Baik coba diteliti lagi:
Abu Bakar As Shiddiq berkata “Wahai Rasulullah, Apakah kami bukan saudara-saudara mereka? Kami masuk Islam sebagaimana mereka masuk islam dan kami berjihad sebagaimana mereka berjihad”.
Saat Abu Bakar bertanya seperti adalah karena saat itu dia tidak tahu kenapa Nabi tidak bersaksi untuknya dan sahabat yg lain. Dan mari kita lihat jawaban Nabi SAW :
Rasulullah SAW berkata “Ya,
maaf saya potong dulu sampai di sini, artinya bahwa Nabi SAW mengiyakan bahwa memang Abu Bakar saudara-saudara syuhada’ Uhud, Abu Bakar masuk Islam sebagaimana syuhada’ Uhud masuk islam dan Abu Bakar berjihad sebagaimana syuhada’ Uhud berjihad.
Nah kan artinya dalam hal ini Abu Bakar memang setingkat dengan para Syuhada’ Uhud dari jawaban Nabi di atas.
Jawaban Nabi SAW selanjutnya,
tapi Aku tidak tahu Apa yang akan kamu lakukan sepeninggalKu”.
Inilah sebabnya mengapa Nabi SAW tidak bersaksi karena beliau tidak akan tahu atau menyaksikan apa yang akan dilakukan Abu Bakar sepeninggal beliau, karena beliau akan wafat duluan. sedangkan saksi (di dunia) syaratnya harus menyaksikan, semoga penjelasan ini jelas buat anda.
makanya kemudian Abu Bakar menangis, bukan karena masalah persaksian tetapi karena mengetahui Nabi akan wafat lebih dahulu dan dia akan hidup lebih lama drpada Nabi.
Pertanyaan saya anda membenarkan ga hadits ini? jika iya, perhatikan baik-baik perkataan beliau : tapi Aku tidak tahu Apa yang akan kamu lakukan sepeninggalKu
Artinya Nabi SAW sendiri mengakui bahwa setelah beliau wafat beliau tidak bisa mengetahui perbuatan umat yang ditinggalkannya. sedangkan di akhirat kelak Nabi SAW akan diberi pengetahuan oleh Allah, sehingga beliau akan menjadi saksi bagi seluruh manusia, tetapi ingat di akhirat, sedangkan yg dibahas di sini adalah saksi di dunia.
Jika anda tidak membenarkan hadits di atas, berarti tidak ada gunanya anda mengotot menggunakan hadits tsb utk hujjah anda.
Semoga anda paham.
Allahu A’lam Bishowab
-
@sok tau benar
Anda berkata: Lihat dunk, kapankah itu terjadi pada ayat yg anda bawakan? pada hari Kiamat kelak, sedangkan yg dimaksud hadits di atas adalah saat di dunia, Nabi SAW bersaksi atas Syuhada’ Uhud karena beliau saat itu masih hidup dan menyaksikan perbuatan mereka ketika mereka masih hidup hingga menemui syahid,
Berdasarkan anda diatas, maka saya ingin bertanya:
1. Kepada Siapa Rasul akan bersaksi atas Abubakar?
2. Kalau mau nya anda saksinya Rasul semasih
Rasul hidup. Maka Beliau akan menjadi saksi untuk Abukar pada siapa? Pada Umar bin Khattab atau Rasul bangkit lagi dan bersaksi dihadapan Anda dan menyatakan Abubakar orang Mulia. Pakai OTAK kalau berkomentar jangan pakai DENGKUL
-
@chany,
makin ga nyambung aja anda sudahlah mari kita ngabuburit dulu…
-
@sok tau banget
wah anda suka banget berasumsi
kt anda:
Saat Abu Bakar bertanya seperti adalah karena saat itu dia tidak tahu kenapa Nabi tidak bersaksi untuknya dan sahabat yg lain
kt sy:
dr mana anda tau klu abubakar tdk tau?
anda pikir anda lebih tau dr abubakar,?bukan kah sebenarnya abubakar sdh lama bersama2 rosul?
inti dr kalimat itu bknlah bertanya,tp meminta,krn jwbn dr rosul adalah menolak.
jd kalimat tsb salah klu anda katakan abubakar bertanya.
kt anda:
Dan mari kita lihat jawaban Nabi SAW :
rosul saw berkata “Ya
“Nah kan artinya dalam hal ini Abu Bakar memang setingkat dengan para Syuhada’ Uhud dari jawaban Nabi di atas.
kt sy:
heii kmbali anda berasumsi
kt2 “ya” tsb hanya mmbenarkan kt2 abubakar ttg :
“Kami masuk Islam sebagaimana mereka masuk islam dan kami berjihad sebagaimana mereka berjihad”.
klu mau main asumsi mestinya kt2 “YA” adalah utk
“Wahai Rasulullah, Apakah kami bukan saudara-saudara mereka?”
artinya YA kamu bkn saudara2 mereka.
dr penjelasan di atas sama sekali tdk ada korelasinya dgn SETINGKAT dgn para syuhada.
anda terlalu berasumsi.
ttg kalimat;
: “tapi Aku tidak tahu Apa yang akan kamu lakukan sepeninggalKu”
krn anda berasumsi,maka sy berikan dalil yg mirip dgn kalimat tsb
dan spy anda faham apa maksud rosul menolak dgn memberi jwbn sprt itu
yakni:
bkan kah ada riwayat,ketika hari kebangkitan,semua ummat muhammad berkumpul ditelaga rosul(haud),
kemudian ada suara yg mengusir beberapa orang diantara mereka,kemudian rosul berkata “mereka adalah sahabatku!”
kemudian dijawab oleh suara tsb
“engkau tdk tahu apa yg mereka lakukan sepeninggal mu”
bukan kah jelas maksud dr kalimat tsb?
jd sy ikuti kalimat anda
Jika anda tidak membenarkan hadits di atas, berarti tidak ada gunanya anda mengotot menggunakan hadits tsb utk hujjah anda.
salam ngotot n asumsi
-
فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم بلى ولكن لا أدري ما تحدثون بعدي <فبكى أبو بكر ثم بكى ثم قال أإنا لكائنون بعدك
لا أدري ما
Kata ini maknanya apa ya mas @ Sp., sekalian yg lain bisa share…
-
@aldj
klu mau main asumsi mestinya kt2 “YA” adalah utk
cape dech… itu kan krn penterjemahannya aja yg kurang tepat, bisa diterjemahkan seperti ini “Ya Rasul, bukankah kami saudara mereka, Kami masuk Islam sebagaimana mereka masuk islam dan kami berjihad sebagaimana mereka berjihad” dan jawaban Nabi SAW dg بلى atau ya maksudnya membenarkan bahwa Abu Bakar memang saudara mereka dan masuk Islam serta berjihad sebagaimana mereka. Itu sangat jelas dalam bahasa Arab bukan asumsi lho Mas
“Wahai Rasulullah, Apakah kami bukan saudara-saudara mereka?”
artinya YA kamu bkn saudara2 mereka.
“tapi Aku tidak tahu Apa yang akan kamu lakukan sepeninggalKu”
Jadi intinya anda percaya bahwa Nabi SAW tidak mengetahui atau tidak bisa bersaksi apa yang dilakukan sahabatnya sepeninggal beliau (setelah wafat beliau) kan?
-
@sok Tahu..
lah bukannya hadits ini justru menjelaskan dgn sangat jelas mas..
Utk syuhada Rasul sdh dan Mau bersaksi ttg kebenaran mereka dan kesyahidan serta ketaatan mereka
Utk Abu bakar Rasul hanya mengakui bahwa, Abubakar bersaudara, islam dan berjihad bersama dan BELUM terbukti ketaatannya sampai akhir hidupnya, sehingga keluar kalimat dari RASUL
“Ya, tapi Aku tidak tahu Apa yang akan kamu lakukan sepeninggalKu”. Abu Bakar menangis sejadi-jadinya
Rasul memang tdk tahu dan tdk diberitahu apa yg dilakukan sepeninggal beliau
tapi ujung kalimat itu sebenarnya cukup menjelaskan seperti apa situasinya
”. Abu Bakar menangis sejadi-jadinya”
Lagian siapa juga yg mau memberi kesaksian buat Org yg
Lari terbirit brit meninggalkan Rasul di Perang UHUD
Menariknya hadits ini kok mirip dengan
hadits ttg
1. Sahabat nabi yg diusir di Telaga haudh oleh malaikat yah
dengan alasan Kamu tdk tahu apa yg dilakukan mereka sepeninggalan mu
Apakah hadits ini juga menjelaskan ayat At taubah 101 ?
ttg Org2 munfaik disekitar rasul yg Allah tdk beritahu kepadanya?
wallahu ‘alam
-
@STB
Artinya Nabi SAW sendiri mengakui bahwa setelah beliau wafat beliau tidak bisa mengetahui perbuatan umat yang ditinggalkannya. sedangkan di akhirat kelak Nabi SAW akan diberi pengetahuan oleh Allah, sehingga beliau akan menjadi saksi bagi seluruh manusia, tetapi ingat di akhirat, sedangkan yg dibahas di sini adalah saksi di dunia.
Nahh, kalau anda meyakini seperti itu, bahwa Rasul tidk diberi pengetahuan atas apa yang terjadi pada Sy Abu Bakar selagi Beliau hidup, maka pertanyaannya:
1. Bagaimana menjelaskan hadits sahabat2 yang sudah dijamin masuk surga (termasuk SY Abu Bakar)?==> Kalau Rasul sudah tahu Sy Abu Bakar akan masuk surga kenapa Beliau tidak mau bersaksi?
2. Bagaimana menjelaskan menjelaskan bahwa Sy Abu Bakar adalah sahabat yang paling mulia? ==> kalau paling mulia tentunya tidak perlu Rasul ragu untuk bersaksi.
3. Bagaimana menjelaskan bahwa kita harus berpegang teguh pada sahabat? Sedang Rasul sendiri ragu atas mereka (belum menjamin/bersaksi atas mereka?)
4. Bagaimana bisa kita menjelaskan hadits: “Kamu Harus Berpegang Teguh Kepada Sunahku Dan Sunah Para Khulafa’ Rasyidin”
Sedang Rasulullah masih belum mau bersaksi atas mereka?
Dan masih banyak kontradiksi lainnya…
Salam damai.
-
@sok tau benar
Rupanya otak anda udah dicuci dan diisi dengan indoktrinasi.
Perhatikan kata2 anda: “Artinya Nabi SAW sendiri mengakui bahwa setelah beliau wafat beliau tidak bisa mengetahui perbuatan umat yang ditinggalkannya. sedangkan di akhirat kelak Nabi SAW akan diberi pengetahuan oleh Allah, sehingga beliau akan menjadi saksi bagi seluruh manusia, tetapi ingat di akhirat, sedangkan yg dibahas di sini adalah saksi di dunia.
Kemudian perhatikan dialog antar Abubakar dan Rasul sbb:Abu Bakar As Shiddiq berkata “Wahai Rasulullah, Apakah kami bukan saudara-saudara mereka? Kami masuk Islam sebagaimana mereka masuk islam dan kami berjihad sebagaimana mereka berjihad”. Rasulullah SAW berkata “Ya, tapi Aku tidak tahu Apa yang akan kamu lakukan sepeninggalKu”.
Kalau akal anda SEHAT maka dapat disimak.
1.Bahwa Rasul mengatakan,: “Ya Abubakar, mereka yang sudah mati (suhadah) sudah putus AMAL PERBUATAN mereka, Mereka TIDAK MUNGKIN MURTAD,MUSYRIK ATAU MUNAFIK LAGI. Maka aku bersaksi atas perbuatan mereka sebelum mati.
Tapi anda Abubakar, aku tidak mau bersaksi atas perbuatan kamu setelah aku meninggal. Tapi apabila kau meninggal hari ini, maka aku bersaksi sebagaimana perbuatamu selama aku hidup bersamamu.
2.Bagaimana Rasul akan bersaksi dihadapan Allah bahwa Abubakar adalah sahabat yang baik.
Sedangkan “menjadi munafik/musyrik” setelah peninggalan Rasul
3. Oleh karena dihari Pengadilan, pada waktu Rasul mengatakan: Ya Allah mereka adalah sahabat2ku.
Maka Allah bersabda: “Enghau tidak tau apa yang mereka buat (berbalik jadi murtad/mubafik/musyrik) sepeninggalmu,
-
@bob
Lagian siapa juga yg mau memberi kesaksian buat Org yg
maka pernyataan anda di atas bertentangan dengan hadits di atas, bahwa Abu Bakar juga berjihad sebagaimana syuhada’ uhud
Lari terbirit brit meninggalkan Rasul di Perang UHUD
@Truthseeker08
1. Bagaimana menjelaskan hadits sahabat2 yang sudah dijamin masuk surga (termasuk SY Abu Bakar)?==> Kalau Rasul sudah tahu Sy Abu Bakar akan masuk surga kenapa Beliau tidak mau bersaksi?
Mudah mengkompromikannya, pertama kejadian tsb adalah sesaat setelah selesai perang Uhud, mungkin Nabi SAW saat itu sudah mendapat pengetahuan dari Nabi SAW bahwa beliau akan wafat duluan dibanding Abu Bakar dan alasan itu saja yang terlihat pada hadits di atas mengapa Nabi tidak bersaksi untuk Abu Bakar. Seiring berjalannya waktu Nabi SAW mendapatkan pengetahuan dari Allah bahwa beberapa sahabat salah satunya Abu Bakar adalah ahlul jannah, dan itu merupakan persaksian terbaik dari Nabi SAW tentunya atas pengetahuan dari Allah. Coba perhatikan hadits bahwa Abu Bakar adalah sahabat beliau yang paling berjasa dan seandainya dibolehkan beliau ingin mengangkat Abu Bakar sebagai khalil beliau, hal itu diucapkan Nabi SAW di penghujung akhir hayat beliau jauh dari kejadian di Uhud. Semoga anda paham.
2. Bagaimana menjelaskan menjelaskan bahwa Sy Abu Bakar adalah sahabat yang paling mulia? ==> kalau paling mulia tentunya tidak perlu Rasul ragu untuk bersaksi.
3. Bagaimana menjelaskan bahwa kita harus berpegang teguh pada sahabat? Sedang Rasul sendiri ragu atas mereka (belum menjamin/bersaksi atas mereka?)
4. Bagaimana bisa kita menjelaskan hadits:
“Kamu Harus Berpegang Teguh Kepada Sunahku Dan Sunah Para Khulafa’ Rasyidin”
Sedang Rasulullah masih belum mau bersaksi atas mereka?
@chany
Bisa lebih jelas apa yg anda maksudkan
-
mungkin ??
-
@aok tay benar
Jelasnya Rasulullah tidak mau bersaksi untuk Abubakar selama dia masih hidup bersama Rasulullah SAW
-
@sok tau banget
wah…wah… smakin parah sj..rulisan anda cuma asumsi. anda tdk melihat fakta.
tp sy maklium,anda cuma fanatik buta,
kt anda:
Jadi intinya anda percaya bahwa Nabi SAW tidak mengetahui atau tidak bisa bersaksi apa yang dilakukan sahabatnya sepeninggal beliau (setelah wafat beliau) kan?
kt sy:
he..he,,he,, pertayaan aneh..bkn nya rosul telah bersaksi ttg para syahid di uhud,artinya beliau bisa bersaksi n beliau mengetahui.
tp khusus abubakar beliau menolak,coba anda perhatikan hadits ttg telaga haudh,ko sama kata2 rosul dgn kata2 malaikat?? apa abubakar kira2 termasuk yg di usir??
sy cuma nanya sdikit n jujur.apa tdk ada secuil dihati anda bhw penjelasan2 mereka yg kontra dgn anda ada nilai2 kebenaran?
-
@chany
bukannya sudah dijelaskan alasannya mengapa Nabi SAW tdk bersaksi utk Abu Bakar, coba baca lagi pelan2, kemana aja anda?
@Aldj
he..he,,he,, pertayaan aneh..bkn nya rosul telah bersaksi ttg para syahid di uhud,artinya beliau bisa bersaksi n beliau mengetahui.
Ternyata anda juga sama dg Chany, bukankah sudah dijelaskan di atas?
he..he,,he,, pertayaan aneh..bkn nya rosul telah bersaksi ttg para syahid di uhud,artinya beliau bisa bersaksi n beliau mengetahui.
Ya karena Rasulullah SAW masih hidup ketika mereka menemui syahid mereka. Ingat mereka lebih dahulu wafat drpada Nabi SAW.
tp khusus abubakar beliau menolak,coba anda perhatikan hadits ttg telaga haudh,ko sama kata2 rosul dgn kata2 malaikat?? apa abubakar kira2 termasuk yg di usir??
Nabi SAW hanya mengatakan tidak tahu apa yang dilakukan Abu Bakar sepeninggal beliau, itu saja, ga ada yg lain, justru anda yg sedang berasumsi. Apakah jika beliau tidak tahu apa yg terjadi setelah wafat beliau, berarti Abu Bakar termasuk orang yg terusir? ini adalah kesimpulan yg amat parah dan men-generalisir.
Sedangkan anda tidak mau memperhatikan hadits-hadits Nabi SAW tentang kesaksian beliau atas keutamaan Abu Bakar yang cukup banyak, mau dikemanakan semua itu? apakah anda hanya cukup bersandar pada hadits di atas yg sudah sangat jelas maksudnya yg ternyata jauh dari pikiran negatif anda? justru anda yg saya lihat terindoktrinasi dengan sangat parah
untuk hadits2 yg selalu anda singung silahkan merujuk di link ini:
http://alfanarku.wordpress.com/2009/11/07/sahabat-nabi-akan-diusir-dari-telaga-haudh/
-
@sok tau banget
spy lebih fokus,sy ambil kata2 anda yg ini sj
kt anda:
Nabi SAW hanya mengatakan tidak tahu apa yang dilakukan Abu Bakar sepeninggal beliau, itu saja, ga ada yg lain, justru anda yg sedang berasumsi. Apakah jika beliau tidak tahu apa yg terjadi setelah wafat beliau, berarti Abu Bakar termasuk orang yg terusir? ini adalah kesimpulan yg amat parah dan men-generalisir.
kt sy:
apakah anda mengakui dalil bhw abubakar lari pd wkt perang tsb?
mungkin anda tdk mengakuinya krn fanatik anda.
utk itu sy memberikan dalil yg ANDA SUKAI.sprt yg disampaikan truthseekers yaitu:
1.abubakar dijamin masuk surga,knp rosul menolak
2.abubakar sahabat paling utama knp rosul menolak
3.abubakar termasuk orang yg pertama masuk islam sehingga allah ridho,tp kenapa rosul menolak.
bknkah semestinya rosul tau?tp knp rosul menolak bersaksi?
apakah anda tdk melihat dgn jelas kekacauan dr kefanatikan anda?
berikutnya knp anda tdk melihat hadits ttg sahabat yg terusir ditelaga haudh?
jika anda melepas kefanatikan anda,orang awam pun akan melihat,bhw perkara hadits2 ttg keutamaan abubakar bisa kita pertanyakan kebenarannya
krn jelas bhw apabila abubakar manusia utama bada rosul,mestinya rosul tdk ragu utk bersaksi trhdp abubakar.
-
apakah anda mengakui dalil bhw abubakar lari pd wkt perang tsb?
justru hadits di atas yang menolak tuduhan anda tsb, Nabi SAW membenarkan bahwa Abu Bakar juga berjihad sebagaimana syuhada’ uhud, silahkan baca lagi.
untuk yang lain sudah saya jawab ketika menjawab pertanyaan truthseeker di atas.
Justru yang saya lihat kekacauan dr anda & chany dlm berhujjah.
Silahkan lihat link yg saya kasih ke anda
-
@sok tau banget
wah klu penjelasan anda ke truthseekers,jelas ngawur.krn 1.anda pake istilah mungkin(asumsi lg.???)
2.ayat ttg sahabat yg prtama2 islam kan sebelum perang uhud
3.allah ridho kpd abubakar(?) jg sebelum perang uhud
mestinya klu ayat2 tsb termasuk abubakar maka tdk ada halangan buat rosul utk bersaksi trhdp abubakar.
kt anda:
Silahkan lihat link yg saya kasih ke anda
kt sy:
silahkan aja yg punya link anda ajak diskusi disini
gmn tuh menurut anda ttg ucapan rosul (penolakanpersaksian)yg sama persis dgn ucapan malaikat ditlaga haudh?
-
@sok tau banget
tambahan
kt anda:
ustru hadits di atas yang menolak tuduhan anda tsb, Nabi SAW membenarkan bahwa Abu Bakar juga berjihad sebagaimana syuhada’ uhud, silahkan baca lagi.
kt sy:
justru krn abubakar lari dr perang tsb maka rosul menolak utk bersaksi trhdp diri abubakar.
n itu bukan tuduhan saya,larinya abubakar adalah fakta sejarah
n silahkan anda baca ayat quran ttg akibat dr mereka yg lari dr peperangan.
tp sprt yg sdh sy katakan anda akan menolak fakta tsb,walau riwayat itu shahih.
krn anda fanatik sehingga anda buta
-
@sok tahu banget
anda menganggap org yg sdh berperang/berjihad di sebuah peperangan maka mutlak dia akan menjadi ahli jannah…?
padahal banyak kisah ttg ini yg menjelaskan bahwa ini tdk mememiliki relasi langsung alias keniscayaan.
kalo jihad motivasinya pengen ghanimah, pengen Tenar,pengen di senengi cewe2. dst maka ini jelas tdk akan pernah mendapat kesaksian Rasulullah saaw
-
@Aldj,
wah klu penjelasan anda ke truthseekers,jelas ngawur.krn 1.anda pake istilah mungkin(asumsi lg.???)
1. Ya namanya mengkompromikan hadits ga ada masalah jika saya pakai kata mungkin, drpda ngawur spt anda sebenarnya sy cuma mengikuti sj logika yg digunakan oleh anda & lainnya, walaupun logika2 tsb jauh dr apa yg dimaksud oleh hadits di atas
2.ayat ttg sahabat yg prtama2 islam kan sebelum perang uhud
2. Buktikan kalau ayat tsb turun sblom perang Uhud, Lagian hadits di atas sbgmana sudah sy jelaskan berulangkali berhubungan dg syuhada’ Uhud yg menemui syahid (menemui kesaksian) dan Nabi SAW ikut pula menjadi saksi atas mereka yg sudah menemui syahid dikala Nabi masih hidup saat itu, sedangkan Abu Bakar dan sahabat lain kan masih hidup? dan Nabi SAW pun tidak akan bisa menjadi saksi saat Abu Bakar meninggal, karena beliau mengetahui akan wafat duluan. Dan itu yg dipahami oleh Abu Bakar (atau anda merasa lebih paham drpd Abu Bakar dlm hal ini?), shg beliau menangis bukan krn Nabi tdk bersaksi atas beliau tetapi krn mengetahui Nabi SAW akan wafat duluan. simple saya kira pemahaman ini mengapa mjd dipersulit sih hanya krn negative thinking anda thd Abu Bakar? ga ada hubungannya dg kesaksian spt yg anda maksud. Seandainya pun anda memaksakan, saya minta anda bandingkan Ayat AlQur’an dan Hadits2 yg banyak tentang kesaksian thd Abu Bakar dibandingkan dg 1 hadits di atas, lebih kuat mana? ini kita blom bicara soal takrij hadits lho br bicara matannya saja.
ustru krn abubakar lari dr perang tsb maka rosul menolak utk bersaksi trhdp diri abubakar.
Sekarang ada dua pilihan buat anda,
n itu bukan tuduhan saya,larinya abubakar adalah fakta sejarah
n silahkan anda baca ayat quran ttg akibat dr mereka yg lari dr peperangan.
tp sprt yg sdh sy katakan anda akan menolak fakta tsb,walau riwayat itu shahih.
krn anda fanatik sehingga anda buta
1. Anda meyakini kebenaran hadits di atas, artinya anda meyakini bahwa Abu Bakar juga turut berjihad bersama syuhada’ Uhud dan tidak lari sbgmna apa yg Nabi SAW benarkan bahwa Abu Bakar juga berjihad sbgmana Syuhada’ Uhud.
atau
2. Anda lebih memilih riwayat yg ga jelas bahwa Abu Bakar lari dari perang Uhud, maka konsekuensinya anda tidak meyakini hadits di atas, jika ini yg anda pilih maka tidak ada gunanya anda menggunakan hadits di atas sbg hujjah anda saat ini.
Hayoo pilih yg mana?
-
@sok tahu banget
Kalo Lari itu artinya
Ikut berperang pada awalnya, kemudian kabur saat kondisi sdng terjepit,
dimana inkosistensinya…maka nya disebut Ngabur…
bukan Menolak/bersembunyi…
-
salam…
ikut tukar pikiran ya….
@sp
1. Yang membedakan drajat para syuhada dan abu bakar dalam hadis tersebut adalah para syuhada “mati dalam pertempuran”/syahid, sementara Abu bakar tidak.
Rasulullah bersaksi untuk para syuhada, maka tidak aneh jika Rasul tidak ingin bersaksi untuk Abu bakar. jika abu bakar syahid seperti para syuhada tersebut, pastilah abu bakar masuk dalam persaksian Rasulullah.
2. Rasul membenarkan bahwa Abu bakar adalah saudara mereka(syuhada), masuk islam dan berjihab seperti mereka, tetapi Rasul meragukan kelakuan abu bakar sepeninggalnya
3. pernyataan Rasul yang mengatakan “aku tidak tahu apa yang akan kamu lakukan sepeninggalku” di tanggapi oleh abu bakar sebagai isyarat umur Rasulullah yang lebih pendek ketimbang dirinya dan sahabat yang lain.
4. tolong koreksiannya
-
Menurut saya sangat jelas poin yg terkandung dalam hadis yg diangkat mas SP sbg topik tulisannya, yakni:
1. Nabi saw tidak bersedia bersaksi untuk Abu Bakar sebagaimana Nabi saw bersaksi untuk para syuhada Uhud karena Nabi saw tidak tahu apa yang dilakukan Abu Bakar sepeninggal Nabi.
2. Ketidaksediaan Nabi saw bersaksi untuk Abu Bakar menunjukkan bahwa Abu Bakar tidaklah lebih utama dari sahabat2 yg lain.
Tentang kesaksian Nabi, dapat kita perbandingkan bagaimana kesaksian Nabi saw utk Ammar Bin Yasir yg menunjukkan keutamaannya sebagai ahli jannah, “Kasihan Ammar, ia akan dibunuh oleh sekelompok pembangkang. Ia (Ammar) mengajak ke surga sedangkan mereka (kelompok pembangkang) mengajak ke neraka”. Sejarah membuktikan kebenaran lisan suci Nabi saw, Ammar dibunuh oleh kelompok pembangkang yg dipimpin Muawiyah pada perang Shiffin dalam pemberontakan Muawiyah thd khalifah yg sah Imam Ali as.
Atau kesaksian Nabi saw utk Imam Hasan as dan Imam Husein as tentang keutamannya sbg pemimpin pemuda surga, “Dua cucuku ini adalah penghulu pemuda surga”.
Ada pula kesaksian Nabi saw tentang “keutamaan” Muawiyah yg Nabi bersabda bahwa Muawiyah akan mati tidak berada dalam agama Islam.
Saya menyimpulkan bahwa Nabi saw bersedia bersaksi untuk orang yg benar2 baik spt Imam Ali as, Imam Hasan as, Imam Husein as, Ammar bin Yasir,
para syuhada Uhud dll, dan Nabi juga bersaksi untuk orang yg benar2 buruk spt Muawiyah misalnya.
Dan Abu Bakar? Nampaknya beliau tdk termasuk dalam kedua kategori di atas. Yah biasa2 sajalah, punya andil tapi juga punya kesalahan. Semoga
saja beliau tdk termasuk dalam kategori sahabat2 Nabi yg diusir dari telaga haudh sebagaimana yg tersebutkan dalam salah satu hadis Nabi.
-
@chika
Kalo yg benar2 baik maka disebut sebagai Mukmin
Kalo yg benar2 buruk disebut sebagai Kafir
Kalau yg tengah2 disebutnya apa donk ?
Contoh wanita2 Beriman dlm Quran Aisyah dan Maryam,Ibu nabi musa as
Contoh wanita2 Kafir adalah Istri Nabi luth
Kalau yg disurat AT tahrim itu contoh wanitaa yg Apaan ?
-
manusia, siapapun, termasuk para sahabat, baik Abubakar, Umar, ustman, terkecuali mereka yg telah tersucikan oleh Allah Azzawazalla, seperti yg diterangkan dlm Alquran.Alahzab:33 (yakni para nabi dan Rasulullah dan Para Ahlulbaytnya), baik yg sudah masuk Islam terdahulu, ikut berjihad dg NAbi SAww, penilaian akhirnya adalah bagaimana mereka ketika masa2 menjelang wafatnya..istiqomah pd kesetiaan ajaran Nabi Saw atau malah melakukan pengkhianatan thdp Ajaran dan Perintah2 Nabi Saw …?
banyak dr para sahabat terdahulu, masuk islam terdahulu, ikut berjuang/berjihad bersama nabi Saw, namun pada akhirnya amalan pahala kebajikan mereka terhapus musnah begitu saja dikarenakan perubahan iman mereka pd akhir hayatnya…rusak susu sebelanga karena nila setitik.
-
@SP
Apakah sikap Rasulullah terhadap para pejuang perang Uhud dapat juga dipastikan akan sama terhadap para pejuang perang Badar ? Mohon penjelasannya…..salam.
-
Para syuhada yang mendahului Rasulullah, Rasullullah menjadi saksi untuk mereka. Bahkan Fatimah Az Zahra sendiri oleh Rasulullah saw belum dapat menjaminnya.
apakah itu relevan?
coba pahami lagi mas..masak ahlu bait gak bisa salah? rasanya berlebihan.. itu ayat ttg keutamaan saja…
apa maksudnya relevan?
jelas sekali kok
kalau begitu yang benar gimana
jangan pakai rasanya? agama itu gak pakai rasa merasa tapi pakai dalil
jangan jadikan prasangka sebagai hujjah
Lagi pula coba jelaskan keutamaan seperti apa yang anda maksud
Jadi maaf, Mas dulu yang pahami tulisan saya dengan baik baru komentar
Kalau sudah dan masih tetap tidak setuju, nah tunjukkan yang mana yang benar menurut anda
Bisa dibahas kok.
Lebih baik dari sekedar merasa-rasa.
Maaf jangan jadikan prasangka anda sebagai hujjah, kan tulisan saya cuma memaparkan dalil
kalau ada yang salah lebih baik tunjukkan
jangan komen yang nggak jelas
Kalau anda membaca dengan baik
maka yang mensucikan itu adalah Allah SWT dalam Al Quran
jadi gak ada artinya ucapan anda karena anda sok menilai
Padahal Allah SWT lebih tahu siapa ahlul bait
Maaf Mas komen anda itu gak perlu dikait-kaitkan dengan Syiah
seolah setiap yang bicara dan memuliakan Ahlul Bait dianggap Syiah
Salam
apa lagi nihhhhhhh, bingung aku, bahas apaan dong,
kata anda
maka yang mensucikan itu adalah Allah SWT dalam Al Quran
jadi gak ada artinya ucapan anda karena anda sok menilai
Padahal Allah SWT lebih tahu siapa ahlul bait
jawab saya apa ini terjemahan yang tidak butuh penafsiran atau terjemahan yang butuh penafsiran ?????
bandingkan dengan
ayat ini mas
AYAT TASYBIH ( tau kan )
Sebagaimana makna Istiwa, yg sebagian kaum muslimin sesat sangat gemar membahasnya dan mengatakan bahwa Allah itu bersemayam di Arsy, dengan menafsirkan kalimat ”ISTIWA” dengan makna ”BERSEMAYAM atau ADA DI SUATU TEMPAT” , entah darimana pula mereka menemukan makna kalimat Istawa adalah semayam, padahal tak mungkin kita katakan bahwa Allah itu bersemayam disuatu tempat, karena bertentangan dengan ayat ayat dan Nash hadits lain, bila kita mengatakan Allah ada di Arsy, maka dimana Allah sebelum Arsy itu ada?, dan berarti Allah membutuhkan ruang, berarti berwujud seperti makhluk, sedangkan dalam hadits qudsiy disebutkan Allah swt turun kelangit yg terendah saat sepertiga malam terakhir, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Muslim hadits no.758, sedangkan kita memahami bahwa waktu di permukaan bumi terus bergilir,
coba klo kita gak pake penafsiran ????? apa jadinya penafsiran kita ini ????
kata anda
Maaf Mas komen anda itu gak perlu dikait-kaitkan dengan Syiah
seolah setiap yang bicara dan memuliakan Ahlul Bait dianggap Syiah
jawab saya
memang benar, saya lohhh punya guru keturunan ahlul bait, tapi gak ada tuh salah satunya pernah meriwayatkan bahwa Sahabat Utama ( Abubakar, Umar, Utsman,Ali ) saling hidup tidak harmonis
Maaf ya kalau tidak mengerti
Tulisan saya di atas jelas kok
kalau memang ada yang tidak benar saya bersedia ditunjukkan kesalahannya
Silakan tunjukkan
Atau penafsiran yang mana yang benar menurut anda
Saya maklum kok, bahkan Hadis Tsaqalain yang begitu jelas saja, saya dan anda beda memahaminya
Ah iya, saya kan mengundang anda membahas Hadis Tsaqalain dalam tulisan-tulisan saya tentang Hadis Tsaqalain, Silakan Mas saya tunggu lho
Mas ini kenapa punya kebiasaan komentar gak ke fokus isi tulisannya tapi merambat yang lain-lain
Jangan berpikir secara analogis, gak selalu valid kok
Karena perandaian itu kan relatif tiap orang
Nah bahas saja langsung tulisannya
Gak perlu diumbar-umbar terus, saya udah tahu kok
Sayangnya ilmu kan tidak terbatas pada apa yang ada pada guru anda
Salam
aku gak merembet, tapi cuma cari pembanding, biar gak hanya satu pemahaman aja mas, klo menafsirkan kitab janganlah hanya bermodalkan terjemahan mas, baca riwayatnya, itu yang saya rangkum dalam pemahaman ayat TASYBIH,
memang ilmu itu tidak terbatas, wong Ilmu itu milik Allah, mahluk paling durhaka saja memiliki ilmu untuk menjerumuskan anak Adam, ilmu memang tidak terbatas kepada seseorang, tetapi jikalau pendapat seseorang itu bertentangan dengan pendapat orang banyak yang benar maka …………………….
ok saya lagi mikir, masalah ( seingat saya bukan hadist tsaqalain ) tapi hadist bukhari ok saya akan cari tulisan sampean dulu
Ilmu tanpa sanad …………………. boong mas
sanan dalam ilmu itu penting mas
Terimaksih masukannya
Sebelum melakukan pembahasan saya sudah mempelajari bagaimana pendapat dan penafsiran yang lain
Rasanya yang perlu dihilangkan itu persepsi kalau terjemahan selalu tidak benar. Seharusnya jika anda berpikir ada masalah pada terjemahannya maka andalah yang harus tunjukkan. Kalau cuma berkata seperti ini kan kesannya cuma menggertak atau menakutin orang, kayak kata-kata “hati-hati lho ntar salah”.
Anda juga kenapa tidak memeriksa analogi anda sendiri
Ayat Tasybih memang jelas mutasyabih tetapi kalau tulisan saya di atas apa buktinya itu ayat mutasyabih wah bukannya itu ayat muhkamat, jelas sekali
intinya yang benar kan,
masalahnya benar atau tidak gak mesti sejalan dengan pendapat orang banyak
Untuk menilai yang mana yang benar selalu dengan dalil kan, jadi gak ada masalah
Silakan berpikir dan mencari
wah hebat katamu, aku salut. pas seperti kitab sucimu ya, siapapun yang membantu Nabi adalah kebaikan dan kebenaran , bagitu kah ?????? hebat. akhirnya kita kepakat barang siapa yang membantu perjuangan Nabi dari 0 s/d sekarang adalah kebaikan dan kebenaran ………… tak terima mas
saya semakin bingung melihat komentar2 yang seperti ini. maksudnya apa, ya?
apakah anda ingin mengatakan bahwa ahlul bait itu “infallible” atau “inerrant”? apakah dengan demikian mereka menjadi “teks” yang paling legal dan “autoritatif” setelah al-Qur’an dan Nabi untuk memahami Kebenaran? apakah ini sebentuk ekstensifikasi dari infallibilitas al-Qur’an dalam pengertian bahwa “the true Islam” adalah penafsiran dan jalan pikiran/persepsi ahlul bait? sekalipun iya, para penafsir teks ahlul bait pun belum tentu “infallible” dan luput dari konteks di mana mereka hidup. untuk diskusi iseng bolehlah, tetapi kesimpulan anda bahwa ahlul bait “tidak bisa salah” itu gak relevan dan gak signifikan. tentunya tafsir anda hanyalah salah satu dari beragam penafsiran dari ayat yang anda bahas. gak usah bawa2 Allah-lah. intinya di kata “rijs”. menurut gue sih, cakupan pengertian yang anda maksud atas kata tersebut, meski mengutip ayat lain dan hadist, terlalu berlebihan. kata yang sama dalam dua kalimat yang berbeda tidak selalu memiliki muatan semantik yang sama juga.
Maaf, Mas kurang menyimak kata-kata saya
“Membantu Nabi SAW adalah kebaikan dan kebenaran”
Beda kan dengan yang Mas maksud, baca pelan-pelan deh
@rhuseinh
sama Mas
@gentole
saya sudah katakan bahwa Ahlul Bait selalu dalam kebenaran karena Mereka adalah sumber rujukan agar tidak sesat, begitu yang dikatakan Rasulullah SAW
Benar, dan saya tidak keberatan dengan itu. Begitulah yang dikatakan Rasulullah SAW Mas
Islam yang benar adalah Yang taat pada Allah SWT dan RasulNya Mas
begitu juga Al Quran, walaupun pasti Al Quran sendiri bersifat pasti benar tetap banyak sekali penfasiran yang muncul. Dan banyaknya penafsiran itu sendiri tidak berpengaruh papub pada kelayakan Al Quran sebagai sumber rujukan.
Gak iseng kok, saya tidak memasukkan tulisan ini dalam kategori iseng. Maaf gak relevan dan gak signifikan itu berdasarkan apa. Saya membahas ini berdasarkan dalil Mas
Kata-kata anda jelas tertuju pada semua bentuk tafsir,termasuk yang benar. Jadi yang seharusnya adalah menelaah tafsir mana yang benar atau lebih benar.
Bagaimana bisa tidak dibawa, Ayatnya sendiri jelas kok kalau Allah SWT yang menyucikan
kalau menurut anda begitu ya terserah, tetapi ayat dan hadis yang bawa saya cukup relevan
soal muatan semantik, sayangnya kata yang sama juga bisa memiliki muatan semantik yang sama
daripada meributkan kemungkinan, coba Mas tunjukkan kata rijs di ayat tersebut bagaimana muatan semantiknya, menurut Mas tentu. Salam
klo selalu dalam kebenaran jadi tidak pernah melakukan kesalahan ????????
gitu ta ……………………..
ini saya mau kembalikan kepada tsaqalain lohhhh, klo sampean mbulet …………
hadist yang di sarikan albanni mengatakan bahwa bunda Fatima marah, dan tidak menyapa sahabat umar selama 6 bulan, nah masak perbuatan Bunda Fatimah bertentangan dengan apa yang disampaikan abahnya ( tentang larangan tidak bertegur sapa lebih dari tiga hari ) apa pantas marah selama 6 bulan ………….. nah ini yang saya maksut dengan makna mas ………, saya setuju marah itu sifat, dan bukan pemarah, tapi menyandarkan 6 bulan tidak bertegur sapa itu yang saya agak bingung, katanya selalu dalam kebenaran, tapi kenapa masih ngotot diartikan 6 bulan tidak bertegur sapa …………………… gak usah bingung mas ngomong sama saya ………. wong sampean kan orang pintar
@ rhuseinh
gak perlu bingung, coba pikir pake …………. biar jelas ok
waduh harus pake dalil yah kalo ngomong di sini? hehehehe…serem nih kalo udah disekak “mana dalilnya?” oke, gue bukan muhaditsin dan menganggap studi rijalul hadist itu sedikit menggelikan: can we judge people’s hearts and minds? anyway, your argument is far from convincing and it maybe pointless.
kata ahlul bait atau “people of the house” itu istilah umum. nabi dan al-Qur’an menggunakannya dalam berbagai konteks yang berbeda, bisa ahlul bait khusus hajrat ali-fatimah, ahlul bait dalam pengertian istri2 nabi dan ahlul bait yang juga termasuk sahabat, misalnya salman. kalo diliat dari narasi (bangunan tema) ayat yang dimaksud, kata ahlul bait itu termasuk istri2 nabi dan penggunaan kata “kum” tidak berarti menafikan istri2 nabi, karena kata ganti “kum” bisa meliputi fenimin-maskulin. pemahaman itu jauh lebih koheren kalo kita liat berdasarkan narasi al-Qur’an yang disetujui sebagai sebuah kanon yang “paling benar”. riwayat yang anda kutip itu juga masih harus ditafsirkan secara implisit dan, gue bukannya inkaru sunnah, tetapi tidak cukup kuat untuk “memenggal” kalimat di ayat itu, dan memaknainya dalam konteks yang sangat berbeda. infallibilitas teks al-Qur’an aja gue mash ragu, apalagi hadist yang anda kutip. hehehe sori…so “rijs” dalam ayat itu muatan semantiknya, mengutip Yusuf Ali, adalah “abomination”, “repugnance”, “loathing”, “revulsion”, “abhorrence”, “detestation”, “disgust.”
ahlul bait infallible? bahkan muhammad itu gak “infallible”, maksudnya beliau masih manusia biasa yang bisa salah dan dikoreksi oleh Tuhan melalui wahyu yang dibawa jibril. bahkan nabi daud pernah berzinah dan memunuh, nabi yunus dan nabi ayub pun begitu: pernah salah dan dikoreksi oleh Tuhan. penalaran di atas jauh lebih pasti dan koheren, ketimbang takwil dan pertalian makna yang rapuh antara ayat yang lo kutip dengan ayat2 lain dan riwayat umar bin abu salamah. terlalu “elusive” untuk dijadikan dogma…sama kaya umat nasrani yang menerjemahkan Yesus sebagai Logos/Firman yang mendaging, dan dengan demikian ia ilahi dan Mary itu “immaculate”. kata infallible, inerrant, immaculate, gak pernah salah dan suci/tak ternoda itu terlalu abstrak untuk dimengerti, apalagi dijadikan pondasi epistemologi suatu agama. it’s just way too far man…
gak relevan dan signifikan? sekalipun kesimpulan anda benar, itu tidak merubah apa2. sumber pengetahuan untuk memahami Kebenaran tidak bisa dibatasi oleh apapun, baik oleh ahlul bait dan sahabat sekalipun. well, bahkan al-Qur’an sekalipun. dunia saat ini adalah jejaring makna yang saling bertautan. ahlul bait gudang ilmu, tapi aisah, meski tabiatnya begitu, juga banyak ilmu. ja’far shidiq dan at-Tabari punya kontribusinya masing2. lo juga secondprince…hehehe. anyway, mengutip hadist orang sunni untuk mengklaim infallibility ahlul bait itu juga ridiculous karena garis perawi riwayat itu bukan orang2 yang “infallible”. BAGAIMANA MUNGKIN MENGKLAIM KEMAKSUMAN SESORANG BERDASARKAN LAPORAN ORANG-ORANG YANG “BISA AJA SALAH”?
eh sori. gue cuma komentar dan gue orang awam, gak tau banyak soal syi’ah maupun sunni. gue juga gak melihat pemisahan itu satu masalah, secara teologis maupun politis. gue gak bermaksud offending elo dan pendapat gue mungkin aja ngawur banget, dan lo mungkin yang bener. hehehehe…makumlah sumber gue internet, bukan kitab-kitab di al-azhar atau qum.
salam
ah kenapa sih pake nama ini, Nah Mas mari mikirnya begini
Dalam posisi saya, Sayyidah Fatimah jelas benar dalam masalah Fadak, kemarahannya menunjukkan bahwa beliau berbeda pendapat dengan Abu Bakar RA.
Dalam hal ini menurut saya Abu Bakar RA keliru dan seharusnya dia menyerahkan fadak kepada Sayyidah Fatimah apalagi setelah beliau RA tahu Sayyidah Fatimah marah. Bukankah beliau RA juga mendengar hadis kemarahan sayyidah Fatimah adalah kemarahan Rasulullah SAW. Paling tidak Abu Bakar RA seharusnya bertanya kepada Sayyidah Fatimah bagaimana sebenarnya hadis yang dia bawa itu
Sayangnya Abu Bakar RA tidak melakukan itu semua, beliau tetap bersikukuh pada pandangannya
Oleh karena itu Sayyidah Fatimah juga tetap bersikukuh pada pandangannya
Seandainya Sayyidah Fatimah berdamai dengan Abu Bakar RA dalam masalah ini maka itu menunjukkan Sayyidah Fatimah setuju dengan keputusan Abu Bakar
Kenyataannya Sayyidah Fatimah tetap tidak setuju dengan keputusan Abu Bakar RA
jadi sikap Sayyidah Fatimah menunjukkan pendiriannya
Dalam hal ini sekali lagi Abu Bakar RA lah yang sebaiknya menyerahkan Fadak kepada Sayyidah Fatimah untuk meredakan Sikap Sayyidah Fatimah AS itu
Sebenarnya ada yang menarik dari asumsi anda itu. Adalah tidak mungkin Sayyidah Fatimah tidak mengetahui hadis yang soal marah 3 hari, itu menurut anda kan
Tapi sayangnya anda malah setuju bahwa Sayyidah fatimah tidak mengetahui hadis yang dibawa Abu Bakar RA
Aneh, kalau menurut saya
Bagi saya jelas bahwa jika Sayyidah Fatimah RA adalah salah satu Tsaqalain maka selayaknya Abu Bakar RA merujuk kepada Beliau AS dalam msalah Fadak
Jadi Mas marah dalam kebenaran itu akan berlangsung terus sampai kebenaran itu ditegakkan, artinya tidak berdamai dengan kesalahan sampai kesalahan itu dikoreksi
Setidaknya itu pandangan saya
Salam
@gentole
Kalau soal ngomong sih bebas disini, tetapi kalau mau berbenturan tesis dan antitesis saya pikir sih perlu dengan dalil. Soal Rijal hadis, itu tergantung dengan persepsi. kalau bagi anda menggelikan
maka ya begitulah agama ditegakkan dengan cara yang menggelikan
Sepertinya Mas terjebak dengan kepastian dan metode
Metode memungkinkan kita memilah dan memandang sesuatu dengan cara yang lebih baik. Singkatnya sih itu jalan untuk mencari kepastian
Tidak ada yang pasti di dunia ini, itu tergantung persepsi anda soal kepastian.
Nah Mas, pernyataan anda ini itu berasal dari mana? apakah anda pernah membaca Ayatnya atau hadisnya. saya rasa begitu kan
Dalam hal ini saya sepakat, konteksnya bisa beda makanya saya merujuk kepada riwayat yang menerangkannya kata Ahlul bait dalam ayat ini
Saya setuju kalau tidak ada riwayat shahih yang menjelaskan bahwa ayat yang dimaksud turun sendiri
Jika anda tetap berpegang pada koherensi ayat dan mengabaikan banyak hadis yang menjelaskan ayat ini maka itu akan menjadi rancu sekali.
Pernyataan tidak cukup kuat jelas sekali dipengaruhi prakonsepsi anda bahwa ayat itu turun berurutan
sayangnya hadis shahih lah yang menyatakan ayat tersebut turun sendiri
saya ingin Mas bahas poin ini saja dari tulisan saya
Kalau yang begini sih saya heran dengan apa yang anda yakini
dari awal kan anda sepertinya berhujjah dengan ayat Al Quran dan hadis soal sahabat Salman RA
Kalau anda sendiri ragu maka anda meragukan sesuatu dengan dasar yang meragukan juga.
Begitukah? atau saya salah persepsi
Sayangnya saya tidak sependapat dengan ini, coba Mas tunjukkan apa dasar Mas soal ini. Para Nabi jelas dijaga oleh Allah SWT(coba Mas tunjukkan satu-satu dasar atau dalil yang menunjukkan kesalahan Nabi Muhammad SAW, Nabi Daud, Nabi Yunus, dan Nabi Ayub). Konsep keterjagaan itu yang saya sebut Selalu dalam kebenaran
Sayangnya bagi saya penalaran itu tidak pasti atau rapuh karena maaf anda juga tidak mencantumkan dari mana anda mengetahui itu.
Jadi ya bagi saya apa yang anda katakan juga dogma
Bedanya anda belum menampilkan dasar yang kuat untuk dogma yan ganda sampaikan
Konsep manusia sempurna atau yang selalu dalam kebenaran jelas merupakan fondasi kuat dalam epistemologi agama
Karena begitulah selayaknya sumber rujukan
jika suatu rujukan mengandung kesalahan maka kesalahan itu akan dirujuk oleh yang merujuk dan dipandang sebagai kebenaran
Lagipula saya tidak keberatan dengan kesucian Nabi Isa AS, Beliau sebagai seorang Nabi jelas dijaga oleh Allah SWT.
Disini terjadi sedikit misinterpretasi, saya tidak pernah membatasi sumber kebenaran
Karena kebenaran bisa diambil dari mana saja
Yang saya tekankan ada sumber kebenaran yang layak dijadikan rujukan dan dijadikan pegangan dalam agama Islam
Saya tidak menafikan itu, tetapi satu hal anda tidak bisa menyamakan mereka semua, Ilmu bisa diambil dari mana saja asalkan benar tetapi sebuah ketetapan sumber rujukan tetap tidak bisa diragukan
Pembicaraan ini adalah soal metode, Mas begini saya bahkan bisa memuntahkan semua apa yang anda yakini pada klaim yang Mas sebutkan
bagaimana bisa kita meyakini apa yang ada dalam agama berdasarkan laporan dari orang-orang yang bisa salah?bahkan Mas meragukan Nabi SAW sendiri
maaf kalau saya salah persepsi
Sekali lagi yang terakhir itu jelas bukan masalah pada tulisan saya saja, tetapi masalah bagi tulisan siapapun soal agama Islam bahkan mungkin keyakinan Mas sendiri
Btw, saya gak baca kitab-kitab Al Azhar dan Qum
Salam
anda bilang:
“Sepertinya Mas terjebak dengan kepastian dan metode
Metode memungkinkan kita memilah dan memandang sesuatu dengan cara yang lebih baik.”
iyah, makanya saya kritik metode anda. metode yang bermasalah melahirkan kesimpulan yang bermasalah juga. oke, saya tidak ingin membahas kelemahan metode hadist di sini, apalagi sebagaimana diimani oleh pengikut salafy: yakni bahwa tidak mungkin orang rame3 berbohong ketika melaporkan sesuatu. (persepsi salafy itu tampaknya, ini persepsi saya loh, juga anda imani sebagai absolut). metode saya dua: rasionalisme dan hermeneutika.
anda bilang:
Nah Mas, pernyataan anda ini itu berasal dari mana?
hehehe dari hadist2 yang diupload di internet. yah memang susah untuk diverifikasi. saya hanya melihatnya masih sebagai fakta bahasa, belum sebagai fakta historis. saya mencantumkan itu memberi ruang yang lebih luas pada penafsiran kata “ahlul bait” dalam ayat yang kita bahas. meninjam teori falsifikasi karl popper, “kalo anda menemukan angsa hitam, berarti pernyataan anda bahwa bebek itu hanya dan semuanya berwarna putih salah.”
kalo anda menggunakan analisa ilmu linguistik mazhab strukturalis, kata “ahlul bait” pada masa nabi itu dimengerti sebagai “anggota keluarga (bisa lewat darah atau karena tinggal serumah atau karena penghormatan).” it’s a common word. oke, menurut anda, hadist dari ummu salama, mengkhususkannya.
oke katakanlah hadist itu sahih dan faktual, meskipun sahih muslim menyandarkan hadist itu pada aishah yang menurut pandangan kaum shiah adalah pembohong dan karena itu hadist juga bermasalah. hehehe…tapi emang imam ahmad meriwayatkannya lewat ummu salama, dan hadist itu menjadi lumayan “reliable” karena ummu salama terlibat dan saksi mata. tetapi, kenapa ali bin abi thalib tidak meriwayatkannya? bukankah riwayat yang sangat penting karena menyangkut “sumber rujukan paling otoritatif” setelah al-Qur’an.
terlepas dari kesahihan hadist itu (God knows the truth), kerancuan penggunaan hadist ini adalah hadist ini mensubordinasikan ayat yang kita bahas. tanpa hadist itu, kata ahlul bait di ayat itu sangat bersifat umum, sama sekali tidak menyebut hajratul ali. saya tidak mengatakan bahwa ayat itu turun berurutan, tetapi penempatan ayat2 itu secara berurutan dalam al-Qur’an itu diasumsikan sebagai “divinely” ordained. ada maksud kenapa penggalan firman itu ditempatkan narasi al-Ahzab 32-33. apakah dengan demikian penempatan firman Tuhan dalam 36 jus, 114 surat dan 6000 sekian ayat itu “asal-asalan?” hadist itu, dan pemahaman anda, membuat narasi al-ahzab 32-33 menjadi “meaningless” and gak guna. mana yang lebih rancu?
pengertian “rijs” itu baik dari ayat yang dibahas dan hadist ummu salama itu lebih bersifat kesucian secara moral ketimbang intelektual. ahlul bait bisa melakukan fallacy dalam berpikir. pemahaman ini lebih rasional dan juga lebih “sound” juga secara hermeneutis.
soal nabi bisa salah. oke jangan debatin pernyataan gue yang ini yah. nabi bermuka masam dan ditegur, nabi pernah bilang salman kalo ahli kitab masuk neraka, dan diturunkan ayat yang mengatakan “shabiin, yahudi, nasrani” juga bisa mendapatkan pahala dari allah, nabi pernah meragukan aisah. daud berzinah dengan queen of sheeba dan membunuh suaminya, ayub pernah meragukan tuhan ketika dikasih ujian..duh nanti ini diverifikasi lagi sumbernya.
menjadikan ahlul baik sebagai sumber dan memuliakan mereka itu okelah. tapi mengatakan mereka tak bisa salah dan maksum itu way too far man. soal nabi isa beda konteksnya. dibahas di lain tempat aja.
skeptisisme itu keyakinan dan masalah saya. rasionalisme (sejarah dan ilmu bahasa) serta hermeneutika adalah metode saya mengatasi skepitisisme itu. saya hanya ingin menekankan rapuhnya asumsi-asumsi yang anda pegang dan kesimpulan anda yang terlalu prematur, sangat prematur dan rapuh, untuk SEORANG ANALIS KEBENARAN. reigion is not a fairytale.
wallahu a’lam bi ash-shawwaab
Salam.
eh, bung, sori yah tulisannya berantakan. nulisnya buru2 tadi.
setahu saya selain aspek leksikal dan konteks, hermeneutika juga tidak mengesampingkan aspek historis/kultural. terlepas dari kritik anda mengenai metode dan penarikan kesimpulan penulis yang ‘prematur’, saya rasa akan lebih menarik lagi jika anda mengajukan hujjah sesuai apa yang anda anggap benar menurut menurut metode anda, rasionalisme dan hermeneutika.
eh, kalau tidak salah hermeneutika juga memandang penting subjek (penyampai/penerjemah/penafsir) selain juga objek (teks/alqur’an/hadits)? tentunya
saya susun lagi pertanyaan anda tersebut menjadi pernyataan: adalah tidak masuk akal jika suatu riwayat yang sedemikian pentingnya justru tidak diriwayatkan oleh ali bin abi thalib sendiri.. apa benar itu yang anda maksudkan?
akan sulit membahas sesuatu jika anda membatasi orang untuk tidak mendebat pernyataan anda. apa yang anda sebutkan di atas bisa dibahas/didebat walaupun menurut saya permasalahan tersebut bisa menjadi beberapa pokok bahasan tersendiri yang bisa menjadi diskusi yang tak kalah menariknya.
saya jadi kurang paham mengenai tujuan anda menyampaikan itu di sini jika anda sendiri memandang itu tidak perlu didebat.
apa tidak sebaiknya kita konsentrasi kepada hal-hal seperti maksud redaksi/susunan alqur’an dan fallacy menggunakan hadits untuk menjelaskan/memisahkan suatu ayat dari ayat sebelum dan sesudahnya serta makna kata ‘rijs’ yang dipandang berbeda oleh anda dan penulis yang mengakibatkan berbedanya pandangan anda dan penulis mengenai infallibility ahlulbayt?
bukankah itu yang ingin anda koreksi dari tulisan ini?
akan semakin membingungkan jika anda membantah sesuatu dengan mengemukakan apa yang anda tidak yakini sebagai kebenaran.
eh, al-qur’an kok gue tulis 36 jus? hahaha…maklum jarang baca qur’an. eh kalo tidak keberatan, saya hendak mengomentari pernyataan anda bahwa, “Tidak benar jika dikatakan bahwa Ahlul Bait sama halnya sahabat-sahabat Nabi ra sama-sama memiliki keutamaan yang besar karena jelas sekali berdasarkan dalil shahih di atas bahwa Ahlul Bait kedudukannya lebih tinggi karena Mereka adalah tempat rujukan bagi para sahabat Nabi setelah Rasulullah SAW meninggal.” Jadi tidak tepat kalau dikatakan Ahlul Bait juga bisa salah, atau sahabat Nabi bisa mengajari Ahlul Bait atau Menyalahkan Ahlul Bait.
saya akan gunakan pendekatan teologis
anda pasti mengenal istilah “theodicy”, yakni asas keadilan Tuhan. Kalo berbicara teologi, Tuhan harus adil karena ia sumber Kebenaran, sementara Keadilan adalah juga Kebenaran. Dalam sejarah pewahyuan, Nabi2 tidak semuanya tegar, pintar dalam segala hal dan “selalu benar.” Benar nabi dijaga, tetapi nabi juga manusia yang tidak tau dan dibuat tahu. Mereka salah dan mereka dikoreksi, mereka ragu dan mereka diyakinkan dan dibujuk, mereka takut dan mereka ditenangkan. “lanufariku baina ahadim mirusulih,” kata l-Qur’an yang saya pahami sebagai ajaran agar kita tidak membeda2kan di antara para nabi, siapa yang lebih utama dan siapa yang tidak. ADIL bukan?
nabi2 memang memiliki kelebihan dalam pengertian bahwa mereka dibimbing untuk tetap dalam kebenaran. kita lihat keluhan/keputusasaan ayub: “Aku telah bosan hidup, aku hendak melampiaskan keluhanku, aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku.” nabi ayub, tentu, adalah prototip manusia universal. dalam sirah nabawi, bisa kita lihat muhammad tidak akan bisa bertahan (ia tertekan, ia tergesa-gesa) tanpa jibril yang membawa Firman untuk membimbing dan menguatkan hatinya ketika ia berada dalam situasi sulit saat berhadapan dgn orang2 kafir mekkah. yunus pun putus asa setelah gagal menyeru kaumnya dan ditelan ikan paus sebagai teguran dr Tuhan. lihat adam dan hawa yang tergoda oleh setan dan diusir dari “jannah”!! bahkan yesus yang adalah kristus/yang diurapi/yang disucikan Tuhan sebagai Firman/Injil/Gospel yang mendaging dalam tubuh yesus dari nazaret hanyalah manusia biasa yang bisa marah (di bait allah) dan bahkan putus asa ketika ia mengatakan, “eli, eli lama sabakhtani!!” di kayu salib (maafkan pemahaman saya tentang penyaliban). konsep taubat/repentance dan istigfar, yang dilakukan oleh rasul untuk dicontoh umat manusia, jelas membantah teori manusia itu bisa maksum/infallible. [anda bisa google internet atau buka al-Kitab dan al-Qur’an untuk mencari dalil2 dari cerita2 kenabian yang saya sebutkan, atau baca buku terbaru/terakhir Karen Armstrong tentang Muhammad (2006), terlalu populer yah?]
umat manusia termasuk para nabi punya hakikat yang sama: bisa salah, baik secara moral maupun intelektual. para nabi berbeda karena ia selalu dibimbing melalui wahyu. apakah setelah Muhammad ada lagi manusia yang dibimbing oleh wahyu? apakah hajratul ali selalu dibimbing oleh Tuhan atau lebih mulia dari nabi-nabi karena selalu terjaga dan Selalu Berada Dalam Kebenaran? kalo nabi2 saja membutuhkan pewahyuan untuk tetap berada dalam Kebenaran dalam Bertindak dan Berpikir, mengapa ahlul bait tidak? pernyataan anda bahwa “tidak tepat kalau dikatakan Ahlul Bait juga bisa salah, atau sahabat Nabi bisa mengajari Ahlul Bait atau Menyalahkan Ahlul Bait” mengandaikan suatu kenyataan/pemahaman yang SULIT dicari pendasarannya secara teologis.
ahlul bait layak/harus dihormati dan dicintai tetapi mereka mempunyai kedudukan yang sama dengan para sahabat dan juga kita di hadapan Tuhan, karena hakikat-Nya mengharuskan ia begitu: MAHA ADIL. ajaran al-Qur’an selalu bicara yang terbaik/termulia/terutama adalah mereka yang bertaqwa atau yang berilmu. al-Qur’an selalu merujuk pada himpunan yang disifati, bukan kelompok secara definit. sekalinya ada “ism jamid”, paling dalam ayat “anni fadholtukum alal alamin” yang membedakan Bangsa Israel dari bangsa lain, itupun tidak dalam artian bahwa Bani Israel itu “INFALLIBLE.”
Secara teologis, Tuhan dan Firman-Nya itu tak tercerap oleh pikiran manusia dan INFALLIBLE, selalu benar dan tak berubah. nabi-nabi dan kitab/mushaf2 yang disebut “suci” hanyalah “ayaat” atau “tanda-tanda” dari Tuhan. teks-teks Islam yang ada saat ini, termasuk hadist (yang banyak yang tidak masuk akal, irrelevant dan bertentangan dengan semangat humanisme) dan Mushaf Utsmani, itu bisa dikritik kesahihannya melalui nalar sejarah dan hermeneutis. the Qur’an and the Universe are the Books of Signs.
anda kritis, tapi jangan ceroboh mas. keterpakuan anda pada teks dan literalisme model salafy sebagai metode untuk menopang klaim2 anda tentang kemaksuman hajratul ali dan imam2 syiah itu sebuah blunder. apalagi anda bilang, “Ayatnya sendiri jelas kok kalau Allah SWT yang menyucikan.” kalimat itu membuat seolah tafsir yang berbeda dengan anda seperti “mendebat Allah”. itu juga blunder dalam pencarian kebenaran, karena terdengar sangat dogmatik.
wallahu a’lam bi ash-shawwaab
salam
eh boleh kok didebat. aku takutnya pembahasannya jadi melebar aja kalo didebat juga. hermeneutika memberi tempat paling mulia pada penafsir (subyek), lebih dari teks (al-Qur’an) dan pengarang (Allah?) dalam pengertian bahwa historisitas (kosakata, pengetahuan dan pengalaman hidup) penafsir adalah faktor terpenting yang memungkinkan kita untuk memahami sebuah teks. tanpa kepala (otak) anda, mushaf usmani hanya kertas bertinta yang enak dijadiin bantal. eh, gue sebenernya udah ngejelasin itu. gue emang gak terpaku pada dalil. dalil2 gue pake biar diskusinya nyambung aja.
sepertinya secondprince sedang “merayakan tahun baru” makanya belum online lagi. hati2 mas secondprince nanti dicap kafir sama orang islam lainnya. (eh, bukannya emang udah dibilang kafir, ya?)
@gentole
sebetulnya banyak yang ingin saya tanyakan/bantah dari komentar2 anda sebelumnya. sayangnya kita sepakat bahwa hal2 tersebut bisa melebarkan pembahasan dari topik awal. saya coba saja dari hal2 yang masih saya rasa relevan dengan topik ini.
saya mengungkit masalah kedudukan penyampai/penerjemah/penafsir dan aspek historis/kultural hermeneutika di sini disebabkan kegelian anda terhadap studi rijalul hadits dan komentar anda mengenai hadits yang tidak/belum(?) anda pandang sebagai fakta historis.
saya juga mencoba memahami rasionalisme anda mengenai kenapa ali bin abi thalib tidak meriwayatkannya? bukankah ini riwayat yang sangat penting karena menyangkut “sumber rujukan paling otoritatif” setelah al-Qur’an?
emang rame bgt yah takfir di blog ini? second, gue tertarik diskusi ini. jadi gue tambah komen. hehe sori panjang. saya sangat menghargai bila anda berkenan dan punya waktu “membantainya”, anda tampaknya mumpuni sekali ilmu hadistnya.
oke, kta buat lebih rigid dan gue kaitin dengan “masalah pribadi gue” atas reliabilitas hadist dan tafsir bil matsur sebagai satu2nya metode paling sahih tuk memahami al-qur’an. sori kalo ngawur n khilaf, sumber gue secondhand (internet) bukan kitab2nya langsung.
premis-premis second
1)ada ayat tathir yang mengatakan ahlul bait bebas dari rijs.
2)riwayat dari ummu salama bilang kata ahlul bait tersebut terbatas pada ahlul kisa’.
3)rijs artinya bebas dari dosa/kesalahan (morallly, intelectually).
kesimpulan
ali, fatimah, hasan, husein bebas dosa ato infallible, dan karena itu ahlul bait menjadi satu-satunya pintu paling otoritatif untuk memahami Sunah dan al-Qur’an.
kritik gue buat premis-premisnya second.
premis (1): oke…no problem.
premis (2): ini bermasalah.
hadist dan sunnah tidak pernah dikanonisasikan seperti al-qur’an (yang tunggal/monolitik dalam keredaksiannya, with a few notes we can discuss later). proses pengumpulan hadist tidak sistematik or politically and colectively endorsed, semuanya adalah produk dari ambisi pribadi jenius-jenius Muslim (yg tidak infallible..:D) sekitar 200 tahun setelah nabi wafat. riwayat2 ditransmisikan secara oral, sehingga sulit untuk diverifikasi apakah redaksi/matan hadist yang diriwayatkan perawi pertama dan terakhir itu tetap sama. satu riwayat redaksinya bisa beda2, even contradictory. memverifikasi hadist berdasarkan kategori ketersambungan sanad dan jumlah perawi bukan jaminan kesalahan dan “dusta” telah terhindarkan. apalagi berdasarkan penilaian perangai seseorang: itu absurd dan problematis, karena sifat manusia tak selalu benar, tak selalu salah. pendapat gue, MENUNDUKKAN MAKNA AL-QUR’AN YANG MONOLITIK PADA HADIST YANG “DIVERSIFIED AND QUESTIONABLE” ITU BERESIKO BANGET.
ulama suni bilang hadist yang second kutip itu sahih. tapi dari matan hadist itu cuma ummu salama, nabi dan ahlul bait yang disebutkan, sehingga orang-orang yang bisa dipastikan sebagai saksi mata cuma ummu salama dan ahlul bait. maaf bila aku ngerror ya bung second dan mohon koreksi. menurut MUHAMMAD BIN YAHYA NINOWY (ini ulama suni, entah siapa :D), hadist itu diriwayatkan oleh Imam Muslim in his Saheeh 2424, 4/1883 by way of Aisha, and by Imam At-tirmithiy in his Saheeh #3787, 5/663 by way of amro bin abi salama, and by Imam Ahmad in his “musnad” 6/292,298,304 by way of urn salama [ini ummu salamah bukan sih?], and by Imam Tabarani 3/54, and by Imam Al Hakem 3/147, and by Imam Ibn Habban 15/433 and by Imam Al Bayhaqi 2/152, and by many others.)
Sahih Muslim mengutip Aisha, sunan tirmizi mengutip Amr bin abi salama sementara imam ahmad mengutip urn salama (ini sIapa yah? salah ketik ummu salama bukan?). tidak ada satupun dari mereka bisa yang bisa dipastikan berada (saksi mata) di rumah ummu salama ketika ayat tatir itu turun.
lagipula, apakah Aishah memahami ayat itu seperti second juga memahaminya? apakah nabi tidak mejelaskannya seperti apa yang dikatakan second, suci dalam arti Selalu dalam kebenaran? mengapa aisyah (bila dicurigai oleh ulama syiah) tetap meriwayatkannya? apa yang membuat sahabat khilaf? dan mengapa ali tidak meriwayatkannya juga bila ayat itu penting karena terkait otoritas kedua setelah al-qur’an? dan yang terburuk adalah, mengapa Tuhan tiba-tiba mengatakan saya “hendak menyucikan kalian…” tanpa alasan yang jelas? for what? what’s the basis? what’s the purpose? what’s the logic? what’s the historical context of the event that occured in ummum salama’s house? asbabun nuzul dimengerti dalam pengertian sebab-akibat/tanya-jawab antara sejarah dan “Divine Guidance”, misalnya riwayat pertanyaan salman tentang mantan2 teman dan gurunya yang kristiani dan keabsahan amal2 ahli kitab yg hanif (al-baqoroh 62).
premis kedua second INKOHEREN. mengembalikan pemaknaannya pada struktur narasi al-qur’an ITU LEBIH RASIONAL.
premis 3: bermasalah banget
kata “din’ dalam al-qur’an diartikan secara berbeda dalam ayat2 yang berbeda. anda2 pasti tahulah spektrum pemaknaan kata “din.” begitu juga dengan kata “al-kitab”, kadang maksudnya Taurat, kadang maksudnya al-Qur’an. kata rijs dalam ayat2 yang second kutip QS Al Maidah: 90, QS Al Hajj: 30, QS At Taubah: 125, QS At Taubah: 95, QS Yunus: 100 itu menunjukkan bahwa kata “rijs” memiliki muatan semantik yang berbeda dalam konteks dan ruang wacana yang berbeda.
saya gak ngerti maksudnya menghighlight kutipan jalaluddin suyuthi apa yah? itukan pendapat ulama yang bisa dikritisi.
terakhir, bila dikembalikan pada redaksi narasi ayat al-ahzab dan bahkan pada matan hadist [kalo ternyata faktual] yang second kutip tuk menerangkan turunnya ayat itu, kata “rijs” dalam kedua teks tersebut means simply abomination/abhorrence…
so, menurut gue, ahlul bait tidak “senantiasa berada dalam kebenaran” ketika berpikir atau mengambil keputusan politik atau administrasi maupun intelektual, bahkan ketika berselisih dengan abu bakar. God will judge later about that regrettable incident. All we know that sahabat dan ahlul bait bisa saling memberi nasehat dan saling belajar…this conclusion is more logical and compatible with the nature of God the Infallible.
Wah saya juga berpegang pada Rasionalisme dan Hermeneutika, sepertinya kita beda dalam penerapannya
Sayangnya bagi saya, saya gak keberatan dengan metode hadis. Lagipula Mas kalau soal persepsi, itu kan selalu ada bagi setiap orang dan gak mesti sama
Seyogianya sikap anda terhadap tulisan saya adalah juga menganggapnya sebagai fakta bahasa juga kan
kalau boleh tahu bagaimana anda menentukan sesuatu itu menjadi fakta historis, cuma dengan perasaan kah? atau ada metode khusus
Kan udah dibilang saya dari awal tidakmenafikan makna semantik kata itu
tetapi sebuah kata tidak mesti sekaligus mencakup semua makna semantik yang dimilikinya
soal Popper, ah Mas analoginya begini kan bisa
Kalau di rumah saya semua angsanya berwarna putih. ada tidaknya bebek hitam di dunia ini tidak mempengaruhi kalau semua bebek di rumah saya warnanya putih.
Kalau dalam kajian hermeneutika, yang begini bisa saja tetapi soal valid tidaknya tetap bisa dipertanyakan
Sepertinya anda cuma tahu hadis Ummu Salamah dan Aisyah saja ya, ada lagi kok sahabat lain yang meriwayatkan
Hadis Shahih Muslim riwayat Aisyah jelas mendukung riwayat Ummu Salamah. Soal pandangan Syiah, rasanya adalah lebih tepat kalau Mas memastikan apa benar Aisyah dinyatakan pembohong oleh Syiah. Dan bagi saya itu juga gak ada kaitan langsung dengan hadis yang dimaksud
Soal riwayat Ali bin Thalib, sayangnya anda menganggap ketidkathuan anda sebagai ketidaktahuan orang lain juga. Sehingga anda dengan mudahnya berkata hadis itu tidak diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib, coba saja cari Mas?
Dasar anda soal siapa yang meriwayatkan juga rancu, bukankah dari awal kita setuju kalau kebenaran bisa diambil dari mana saja.
Kalau dilihat-lihat semua keutamaan Sahabat termasuk Imam Ali tidak semuanya diriwayatkan sendiri tetapi juga diriwayatkan oleh orang lain yang menyaksikan atau mendengarnya
Bahkan jika Imam Ali sendiri tidak meriwayatkannya, maka itu tidak menjadi penolakan akan kesaksian Ummu Salamah RA.
ah iya, Hanya Tuhan Yang Tahu
Tapi setiap pendekatan dalam mencapai kebenaran itu diperlukan, jika tidak maka setiap orang bisa bicara seenaknya
Bagi saya hal ini tidak rancu, karena dari awal saya sudah memahami kalau ayat al Quran tidak mesti diturunkan sekaligus secara berurutan
Sekali lagi terdapat dalil shahih yang berkata demikian dan saya terima. Yang seperti ini tidak hanya pada ayat yang dibahas tetapi juga terdpat pada ayat lain misalnya Al maidah ayat 3 itu Mas
Dengan hadis itu menjadi jelas siapa ahlul bait yang dimaksud
soal penempatan, saya tetap berpendapat bahwa penempatan ayat itu adalah petunjuk dari Rasulullah SAW
Jadi bagi saya tidak asal-asalan
Sayangnya Mas coba baca narasi al ahzab ayat 32 dan 33 tanpa memasukkan ayat yang kita bahas, rasanya tetap bisa dimengerti jadi gak meaningless
dan maaf tidak rancu kalau menurut saya
Baca saja surah Al Maidah ayat 3 dan 4, sama kok
Soal ketidaktahuan mengapa ayat itu ditempatan disini ayat ini ditempatkan di situ, itu maaf tidak menjadi masalah
Ada metode untuk memahami ayat Al Quran, salah satunya dengan hadis
Lagipula permasalahan urutan baru timbul justru setelah ayat itu diturunkan
ketika ayat itu diturunkan tidak ada masalah soal urutan ayat
Ketika saya membahas penafsiran kata rijs saya menempatkan diri pada metode menafsirkannya dengan ayat Al Quran lain, hadis Nabi dan penafsiran ahli tafsir dan kesimpulan saya kesucian yang dimaksud adalah dari semua bentuk rijs, bukan hanya salah satu bentuk rijs.
soal lebih rasional maaf saya tidak mengerti berdasarkan apa. Bagi saya sumber rujukan agar tidak sesat lebih masuk akal untuk selalu benar. Seperti kata saya, jika mereka melakukan kesalahan maka kesalahan ini akan dirujuk oleh yang merujuk sebagai kebenaran.
Anda membenturkan sesuatu dengan pandangan anda yang mungkin anda yakini, tetapi sayangnya orang lain belum tentu sama pandangannya dengan anda. Kalau memang tidak usah dibahas ya saya sih ok ok saja
Oleh karena itu maka saya menyimpulkan bahwa pandangan yang anda tampilkan itu termasuk dalam kategori persepsi anda yang layak dipertanyakan juga
Saya sih lebih suka memakai kata selalu dalam kebenaran
Lebih relevan penggunaannya terkait dengan kedudukan ahlul bait sebagai sumber rujukan
Ah ya saya lihat itu, terserah anda Mas
Tapi rasionalisme dan hermenutika hanyalah panduan dasar, soal aplikasi maka tiap orang layak dipertanyakan
Silakan saja mempersepsi, itu terserah anda
Mari saya tunjukkan pandangan saya soal metodologi anda
Dari awal anda tidak sepaham dengan saya, soal rijs misalnya anda memperdebatkan arti kata itu
ketika saya tanya bagaimana pandangan anda, anda menjawab berdasarkan pendapat Abdullah Yusuf Ali atau mungkin pandangan anda sendiri
Bagi saya yang seperti itu tidak bermakna apa-apa, karena saya pun merujuk pada banyak pandangan. Maksud saya apa dasarnya anda mengedepankan pandangan yang anda bawa dan membantah pandangan yang saya bawa, kalau ternyata sumber rujukan anda juga tidak lain pendapat orang juga
Jadi jika kesimpulan saya prematur soal rijs maka kesimpulan anda juga sama atau amalah lebih prematur
Kemudian anda menolak pandangan saya dengan menyatakan bahwa para Nabi saja tidak ma’sum dan bisa salah.
Dari awal saja saya dan anda jelas beda persepsi
saya menggunakan kata Selalu dalam kebenaran, karena kata itu lebih tepat penggunannya terkait sebagai sumber rujukan
Bagi saya sumber rujukan selalu benar, baik itu para Nabi atau orang-orang yang dikehendaki Allah SWT
ketika Allah SWT mengangkat seseorang sebagai sumber rujukan, maka itu menunjukkan keterjagaan orang tersebut dan kedudukannya yang senantiasa dalam kebenaran. Hal ini masuk akal menurut saya
Nah konsep itu tidak masalah bagi saya bahkan penting, dan anda tidak sependapat dengan mengedepankan bahwa orang yang menyampaikan kabar itu saja bisa salah
Saya tidak menafikan ini, dan ini tidak hanya masalah bagi saya tetapi juga masalah bagi anda juga danyang lainnya
Anda misalnya membawa pandangan soal ketidak maksuman para Nabi, yang maaf kalau menurut saya itu berdasarkan kabar juga yang diriwayatkan oleh orang-orang yang bisa salah(menurut kata anda)
Tetapi sepertinya anda membantah pandangan saya dengan dasar bahkan Nabi saja tidak ma’sum.
bagi saya bantahan anda tidak bermakna apa-apa karena premis-premis yang anda gunakan tidak lebih kedudukannya dari premis yang saya bawa
Yaitu semuanya diriwayatkan oleh orang-orang yang bisa salah
Jadi pandangan saya prematur dalam pandangan anda karena pandangan anda sendiri prematur
Pembahasan ini menarik kalau menurut saya, dan lebih baik lebih ditekankan terlebih dahulu pada metode
Secara rasional
Untuk mengetahui kabar-kabar masa lalu atau fakta historis, kita tidakmungkin menyaksikan sendiri
tetapi berpedoman pada riwayat yang mengabarkannya
Penerimaan terhadap validitas suatu riwayat jelas membutuhkan metode
Secara hermeneutika
Riwayat itu bisa ditafsirkan macam-macam. Oleh karena itu pendekatan untuk menganalisis setiap interpretasi untuk mengetahui interpretasi yang benar atau lebih benar jelas membutuhkan metode juga
Maaf kalau terlalu panjang
Salam
Ah ya pandangan yang menarik juga sejauh ini belum ada yang layak saya kritisi
agak belepotan sedikit
masih ada dua komentar saya yang belum anda komentari, terkait asas asas keadilan Tuhan dan hakikat manusia, termasuk para nabi. mohon maaf bila belepotan dan kepanjangan.
———————————————————————-
Ketika saya membahas penafsiran kata rijs saya menempatkan diri pada metode menafsirkannya dengan ayat Al Quran lain, hadis Nabi dan penafsiran ahli tafsir dan kesimpulan saya kesucian yang dimaksud adalah dari semua bentuk rijs, bukan hanya salah satu bentuk rijs.
soal lebih rasional maaf saya tidak mengerti berdasarkan apa.
——————————————————————–
nah tafsir bil matsur anda yang saya kritisi karena kesimpulannya bisa berbenturan dengan gagasan-gagasan besar dalam al-Qur’an itu sendiri, misalnya Keadilan Tuhan. maksud saya adalah secara rasional asas Keadilan Tuhan dan semangat dasar kitab suci tentang Hari Penghakiman dan kesetaraan umat manusia di hadapan Tuhan itu tidak kompatible dengan pemahaman anda bahwa “rijs” yang dimaksud dalam ayat yang kita bahas itu meliputi semua jenis “rijs”, termasuk pengetahuan yang salah atau logika yang sesat, dan bisa diartikan sebagai maksum/infallible.
sulit bagiku untuk menentukan apakah hadist ummu salamah itu faktual atau tidak karena aku gak punya ilmu alatnya dan juga akses ke sumber2nya. sebagai orang kantoran (yang libur2 ke kantor.:D), saya tak akan mampu mencari cacat hadist itu. tapi yang jelas, overall, saya tak menganggap kaidah hadist itu “reliable”.
—————————————
kalau boleh tahu bagaimana anda menentukan sesuatu itu menjadi fakta historis, cuma dengan perasaan kah? atau ada metode khusus
—————————————
wah, penjelasan ini bisa panjang. singkatnya, ilmu sejarah mengenal kritik internal, kritik eksternal dan juga hermeneutika untuk sumber-sumber primer (saksi sejarah) dalam bentuk teks atau peninggalan arekeologis. para mudawwin tak ada satupun yang merupakan saksi sejarah, sementara sejarahwan masih memperdebatkan status sejarah lisan/oral sebagai sumber primer. 200 tahun lama loh, karena itu sahih muslim dan kawan2 itu tidak bisa dianggap sumber sejarah. anything could happen in 200 years. hehehe…:D
mohon pencerahannya
salam
Dalam hal ini saya jelas tidak sependapat dengan anda, Kenabian sangat terkait dengan Sumber rujukan bagi manusia sehingga dalam hakikatnya mereka akan selalu benar, sebuah rujukan yang mengandung kesalahan maka akan dirujuk sebagai kebenaran oleh yang merujuk. Yang seperti ini jelas bertentangan dengan Kenabian sebagai sumber kebenaran bagi manusia
Soal keadilan Tuhan itu tidak menjadi masalah dengan konsep Pembedaan kedudukan di antara manusia
Coba lihat ayat Al Baqarah 253
Atau Al Isra 55
.
Beda dengan apa yang anda sampaikan
Soal kasus yang anda sampaikan, maka terdapat dua kemungkinan
1. Riwayat itu sendiri bisa dipertanyakan
2. Jika riwayat itu benar maka artinya tidak bertentangan dengan kelayakan Nabi sebagai sumber rujukan
Para Nabi memang sama seperti halnya manusia yang lain, mereka juga bisa marah dan tidak suka
Jelas sekali kalau perdebatan ini adalah seputar kata ma’sum, padahal saya sendiri menggunakan kata selalu dalam kebenaran karena kata ini lebih menyiratkan Kelayakan Nabi sebagai sumber rujukan yang menyampaikan kebenaran dari Tuhan
Dari sisi ini Mereka tidak mungkin salah karena mereka akan selalu dijaga Allah SWT sehingga risalah yang disampaikan selalu benar
Allah SWT jelas tidak menghendaki utusannya menyampaikan kesalahan
Karena para Nabi dibimbing oleh wahyu maka Mereka akan selalu dalam kebenaran
.
Wahyu jelas terputus setelah Kenabian Nabi Muhammad SAW
Ahlul Bait sebagai pribadi yang selalu benar karena Allah SWT melalui lisan Rasulnya menyatakan bahwa Ahlul Bait akan selalu bersama Al Quran dan Ahlul Bait adalah tempat berpegang bagi manusia agar tidak sesat
Dalam KItab Al Mustadrak As Shahihain,, Al Hakim membawakan hadis bahwa Imam Ali akan selalu bersama Al Quran dan Al Quran akan selalu bersama Imam Ali
dan juga hadis Imam Ali selalu bersama kebenaran dan kebenaran selalu bersama Imam Ali
Kedua hadis ini dinyatakan shahih oleh Al Hakim dalam kitab Al Mustadrak
Kenapa mesti memusingkan masalah wahyu, Ahlul Bait mendapatkan ilmunya dari Rasulullah SAW. Jadi tidakmasalah kalau mereka tidak mendapat wahyu
Kemuliaan para Nabi adalah kemuliaan para Nabi
kemuliaan Ahlul Bait adalah kemuliaan Ahlul Bait
Baik siapapunyang ditetapkan oleh Allah SWT sebagai sumber rujukan maka dia akan selalu dalam kebenaran
Justru dalam teologis perlu adanya pribadi yang menjadi sumber rujukan agar tidak sesat
Menyatakan bahwa sang sumber rujukan sendiri bisa salah
maka itu menimbulkan kerancuan dalam proses merujuk
Karena setiap orang akan berlagak menilai dan berkata
“ah para Nabi kan juga bisa salah”
jadi belum tentu benar
Pada akhirnya kerancuan ini akan menimbulkan konsepsi bahwa kebenaran itu akan selalu relatif dan tidak ada yang namanya kebenaran mutlak
Bagi saya kebenaran memang relatif tetapi yang mutlak tetap saja ada,
Anda sudah keliru dalam masalah Keadilan Tuhan
Allah SWT sendiri melebihkan sebagian diantara para Nabi
Allah SWT adalah Maha Tahu, Allah SWT mengetahui siapa diantara hambanya yang paling bertakwa dan paling berilmu, oleh karena itu Allah menetapkan kemuliaan Mereka
Tidak ada sedikitpun masalah dalam Keadilan Tuhan disini
Sayangnya Nalar sejarah dan Hermeneutis sendiri tidak lepas dari kritik
Semuanya ini akan kembali pada masalah Metode
Oleh karenanya pembahasan soal metode akan menjadi penting
Inti masalah ini adalah manusia selalu berbeda persepsinya , nah oleh karenanya Telaah terhadap persepsi itu manjadi sangat penting
Jika tidak maka setiap orang bebas mempersepsi dan menyatakan benar persepsinya atau menyatakan keliru persepsi orang lain
Sudah jelas bahwa sikap kita terhadap suatu riwayat adalah berpegang pada zahir atau teks riwayat tersebut sampai ada petunjuk lain yang mengharuskan kita memalingkannya pada makna lain
Dalam hal ini anda jelas tidak kritis, saya menyatakan bahwa Ahlul Bait selalu dalam kebenaran
tetapi anda malah berbicara soal kemaksuman dan imam-imam Syiah
Tahukah anda kalau itu tidak sama?
Awalnya anda bilang gak usah bawa-bawa Allah SWT
maka saya jawab mana mungkin karena ayatnya jelas menyatakan Allah SWT menyucikan
kata-kata anda seolah tafsir yang berbeda dengan anda seperti “mendebat Allah” itu adalah maaf , persepsi anda sendiri
Saya sendiri tidak pernah berpikiran seperti itu
Sudah jelas kalau Allah SWT menyucikan di ayat tersebut,, teksnya sendiri yang sangat jelas
Dari awal perbedaan kita adalah mengenai siapa yang disucikan dan apa makna kesucian itu
Salam
hi hi hi hi hi hi kepanjangan ya ………………….. makanya yang sabar, mana blognya almiraz ????????
wah susah nih diskusinya. intinya memang di kata “rijs”. saya tidak menemukan argumentasi yang kuat untuk mengartikan rijs sebagai “selalu dalam kebenaran”. saya sudah menguraikan metode saya dan kritik saya. kamu masih menyalahpahami saya juga. mungkin lain kali dilanjutkan.
soal kesetaraan nabi2, saya berpegang pada ayat ini: “Katakanlah (hai orang-orang mu’min): “Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” ” (Al Baqarah: 136)
sikap mukmin harusnya begitu, tidak mebeda-bedakan nabi, dan tentu tak membeda2kan pengikut muhammad. saya memahami ayat yang anda kutip dengan cara yang berbeda. tapi diskusi bakal terlalu melebar. al-qur’an itu bukan buku sejarah (tapi korpus sastrawi, hukum dan teologi)dan digunakan untuk dijadikan pelajaran, jadi autentisitas (katakanlah, metode “sanad” yang anda yakini) menjadi tidak relevan. beda dengan hadist, klaim hadist selalu, “saya mendengar rasullullah…” yang mengandaikan pertanyaan, “apakah benar rasul mengatakan itu?”
anyway, nice talking to you.
salam
wah gak tahu
@gentole
Kalau soal ayat Al Baqarah yang anda kutip jelas bahwa kita tidak membeda-bedakan bahwa mereka sama-sama menerima kebenaran dari Allah SWT dan mesti kita imani
Sedangkan kedudukan para Nabi sendiri maka Allah lah yang menentukannya
Silakan berbeda pandangan
Salam
ah ini tanggapan buat komen soal premis-premis
Tanggapan Saya Tentang Premis Kedua :
Maaf, saya rasa pernyataan ini juga perlu diperjelas, Dari dulu umat islam berpedoman dengan Al Quran dan Hadis. Bedanya pembukuan Al Quran memang lebih awal dibanding pembukuan Hadis
Kalau dinyatakan produk buatan dalam arti mereka menuliskan dan membukukan hadis yang diriwayatkan maka saya sependapat, tetapi kalau yang dimaksud adalah membuat sendiri hadis tersebut jelas saya tidak sependapat. Sayangnya proses pengumpulan hadis juga tidak hanya bersifat politik, bahkan hal ini bisa dianggap kebutuhan pada saat itu karena banyaknya orang-orang yang meriwayatkan hadis seenaknya. Jadi runutnya begini, hadis sebagiannya sudah ditulis pada masa-masa awal dan sebagiannya dihafalkan oleh para Sahabat . Kemudian hal ini diteruskan kepada tabiin, sebagian mereka menuliskannya dan sebagian tetap menghafalkannya. Begitu seterusnya sampai kepada Ulama-ulama hadis yang akhirnya membukukan hadis-hadis yang diriwayatkan.
Hal ini jelas masuk dalam kajian matan hadis. Dalam metode hadis verifikasi redaksi matan hadis itu dinilai melalui kemampuan hafalan para perawinya dan dapat juga dilihat dari hadis lain dengan matan sama yang diriwayatkan melalui jalur perawi yang berbeda. Jika terjadi perbedaan matan maka hal itu akan dinilai apakah signifikan atau tidak.
Nah disinilah yang saya maksud anda terjebak pada kepastian, dalam hal ini anda sudah tidak lagi berpegang pada metode tetapi Cuma sekedar skeptis.
Ketersambungan sanad adalah Salah satu langkah awal untuk menentukan bagaimana suatu kabar masa lalu bisa sampai ke masa kini.
Dalam hal ini terdapat kemungkinan bahwa kabar yang disampaikan keliru atau dusta, oleh karena itu pendekatan lain diperlukan untuk mengatasi masalah ini. Yaitu dengan menilai kedudukan para perawi dalam sanad tersebut baik hafalannya atau ketsiqahannya.
Metode penilaian kedudukan para perawi ini dikenal Metode Jarh Wat Ta’dil. Anda berkata penilaian perangai seseorang itu absurd karena sifat manusia tidak selalu benar dan tidak selalu salah. Hal ini benar tetapi pendekatan Jarh Wat Ta’dil pada awalnya memiliki prinsip
Jika perawi tersebut hafalannya kuat dan dikenal tsiqah atau dapat dipercaya maka hadis yang diriwayatkannya dapat diterima. Ini adalah konsep percaya yang beralasan. Ada kemungkinan keliru memang, tetapi prinsipnya adalah selagi tidak ada keraguan yang menunjukkan kekeliruan tersebut maka tidak beralasan untuk membuat keraguan.
Jika perawi tersebut bermasalah baik segi hafalannya dan ketsiqahannya atau dalam artian tidak bisa dipercaya maka hadis yang disampaikannya tidak layak diterima. Memang perawi ini bisa saja menmyampaikan hal yang benar tetapi prinsipnya adalah lebih baik tidak menerima hadis yang diriwayatkan sampai ada hal lain yang dapat menguatkan atau mendukung hadis perawi tersebut.
Pendekatan ini lebih bersifat metodis, dalam arti jika anda menetapkan suatu ukuran bahwa kepastian sifat manusia tidak bisa diketahui maka sudah pasti metode ini bisa diragukan. Tetapi menetapkan standar seperti itu juga absurd dan problematic karena tidak ada satupun metode yang bisa memastikan bagaimana sifat manusia apalagi manusia-manusia masa lalu. Oleh karena itu pendekatan yang memungkinkan dengan Jarh wat Ta’dil itu lebih layak digunakan.
Dalam hal ini Penafsiran Al Quran berdasarkan hadis adalah relevan dan sesuai dengan prinsip Taat kepada Allah SWT dan RasulNya. Menurut saya penafsiran tanpa metode adalah jelas jauh lebih beresiko
Ah ya benar, awalnya memang seperti itu. Tetapi tahukah anda bahwa Mereka yang menyaksikan hal ini bisa menceritakan kepada sahabat yang lain. Bahkan dalam riwayat lain Rasulullah SAW berulang-ulang menekankan bahwa ayat yang dimaksud diperuntukkan bagi Ahlul bait yang saya bicarakan
Hadis yang dimaksud jelas diriwayatkan oleh banyak sahabat yaitu Ummu Salamah RA, Aisyah RA, Saad bin Abi Waqqash RA, Ibnu Abbas RA, Abu Said al Khudri RA, Anas bin Malik RA, Umar bin Abu Salamah RA, Imam Ali AS, Imam Hasan AS, Sayyidah Fatimah AS, Bara’ bin Azib RA, Jabir bin Abdullah RA, Watsilah bin Al Aqsa RA, Abdullah bin Ja’far RA dan Abul Hamra RA.
Nah cukup dengan riwayat Ummu Salamah dalam Musnad Ahmad, Syawahid Tanzil Al Hakin Al Hiskani, dan juga dalam Sunan Tirmidzi, itu kalau anda memang memerlukan kesaksian langsung. Dalam hal ini riwayat sahabat lain jelas relevan karena mereka bisa saja mendengar sendiri dari Rasulullah SAW atau Ummu Salamah atau bahkan Ahlul Bait. Riwayat Umar bin Abu Salamah RA juga bisa diterima karena beliau adalah anak dari Ummu Salamah RA.
Pertanyaan ini tidak perlu, Untuk memahami ayat tersebut kita dapat melihat ayat itu sendiri. Lagipula saya bisa bertanya apakah Aisyah tidak memahami ayat itu seperti itu, lalu seperti apa?
Benarkah begitu, Rasulullah SAW telah menyatakan bahwa Ahlul bait adalah pedoman bagi manusia agar tidak sesat dan petunjuk keselamatan bagi manusia, coba lihat lagi hadis-hadis yang saya bawa di atas. Sumber pedoman yang selalu bersama Al Quran dan tidak terpisah dari al Quran jelas bersifat selalu dalam kebenaran.
Ya gak ada hubungannya Mas, beliau meriwayatkannya karena beliau mengetahui persitiwa itu
Ah saya rasa anda khilaf, hadis ini juga diriwayatkan oleh banyak sahabat termasuk Imam Ali , dalam Kitab Syawahid At Tanzil karya Al Hakim al Hiskani
Seandainya pun anda tidak tahu hikmahnya, itu tidak menafikan bahwa peristiwa itu benar-benar terjadi. Bagi saya Ahlul bait ditetapkan oleh Allah SWT melalui Rasulullah SAW sebagai sumber rujukan bagi manusia agar tidak sesat. Hal ini disampaikan melalui wasiat Rasulullah SAW dalam hadis Tsaqalain. Penetapan penyucian adalah perlu sebagai penetapan bahwa mereka sebagai sumber rujukan yang selalu dalam kebenaran
Benar, tetapi asbabun nuzul juga dimengerti sebagai penjelasan kepada siapa sebuah ayat ditujukan
Inkoheren jika ayat tersebut memang diturunkan sekaligus secara berurutan. Saya setuju jika tidak ada hadis shahih yang menyatakan bahwa ayat tersebut turun sendiri. Adanya hadis shahih tentang asbabun nuzul ayat yang menentukan kepada siapa ayat tersebut dituju jelas menunjukkan bahwa yang lebih rasional adalah berpegang pada pernyataan Rasulullah SAW sendiri dalam hadis tersebut yang secara langsung menjelaskan siapa Ahlul Bait yang dimaksud
Tanggapan Premis Ketiga
Makna kata dalam sebuah ayat dilihat dari struktur kalimat yang digunakan, kadang itu bisa berarti salah satu makna yang dicakupnya atau bisa juga berarti seluruh makna yang dicakupnya. Al Alusi dalam Tafsir Ruhul Ma’ani menjelaskan bahwa kata Rijs pada ayat tersebut diawali huruf alif lam yang bermakna istiqraq atau bermakna umum artinya itu mencakup segala bentuk rijs.
Saya juga mengutip pernyataan asy Syaukani dan Ibnu Hajar bahwa Rijs bermakna dosa. Dalam persepsi saya kesalahan juga menyebabkan dosa. Setiap pendapat Ulama memang layak dikritisi, silakan mengkritisi. Yang jelas pernyataan anda dan kutipan dari Abdullah Yusuf Ali itu juga layak dikritisi.
Mengembalikan pada redaksi narasi ayat jelas bertentangan dengan hadis-hadis shahih yang menjelaskan bahwa ayat tersebut ditujukan pada pribadi-pribadi yang lain atau bukan istri-istri Nabi SAW. Dalam hal ini metodologi saya berbeda dengan anda
Bagi saya, saya lebih berpegang pada dalil bahwa Ahlul Bait adalah sumber rujukan bagi sahabat Nabi selepas wafatnya Rasulullah SAW. Oleh karena itu para sahabat lebih layak merujuk kepada Ahlul Bait dan bukan sebaliknya. Perselisihan Ahlul Bait dengan sahabat selalu saya sikapi dengan pandangan bahwa kebenaran selalu ada pada Ahlul Bait.
Salam
untuk mas JU mencintai ahlul bait bukan berarti syiah, tetapi mengatakan ahlul bait itu ma’sum seperti halnya para Nabi, menganggap salah sahabat, atau mengkafirkan sahabat itu baru rafidah …………………( syiah )
@ second
terlalu panjang om, mana almiraz …………. ????
Iya lah Mas, Ahlul Bait juga sumber rujukan bagi umat Islam
Shalat Jumat itu wajib
Shalat dijamak itu ada aturan dan sunahnya
Meratap di hari Karbala, itu tergantung caranya,kalau cuma merenungi dan bersedih di hari itu untuk mengenang Imam Husein ya tentu saja boleh
Salam
@burit
wah kan udah dibilang saya gak tahu
oke, you win. gue perlu banyak baca lagi nih. informasi elo lebih banyak soal hadist, gak imbang banget ama gue. (ngeles nih gue…hahaha)
loh, jadi ini dari kemarin2 mau cari pemenangnya, ya? kirain pingin diskusi aja. seharusnya nggak usah pake win/lose gitu lah. kan kita sama2 mau mencari kebenaran.
kalau saya sendiri sih sedang mencoba memahami apa yang disampaikan oleh penulis maupun yang memberi komentar. pemahaman agama saya masih jauh dari cukup.
it’s just a joke. tapi winning or loosing a debate itu ada manfaatnya juga loh. rishi2 Hindu itu selalu berdebat untuk mencari kebenaran: yang kalah adalah mereka yang giliran ngomong: speechless. yah, intinya sportif aja. hahaha…anyway, tentu saya belum kalah. saya cuma merasa butuh sumber (teks)lebih banyak, karena diskusinya sangat “dalil-minded’. saya sudah lama tidak berdikusi seperti itu. maklum aja mas, diskusikan harus adil juga. saya juga masih belajar kok sambil kerja. untung ada internet dan mas second yang mau ngeblog. tentu, pendapat secondprince masih bisa dikritisi.
mas gantole dalam diskusi ini tidak ada yang kalah atau menang. Tanggapan anda cukup menggelitik dan menantang. Yang saya tahu kalangan Ahlul Bait sangat terbuka untuk suatu diskusi atau bahkan perdebatan yang bertujuan mencari kebenaran.
Mengenai masalah keberatan anda “menundukkan” Surat 33 : 33 kepada hadis riwayat Ummu Salamah yah sah-sah saja. Anda juga sangat meragukan kevalidan hadis karena baik yang melaporkan perkataan/perbuatan Nabi maupun yang meriwayatkannya adalah manusia biasa yang bisa salah.
Sebenarnya dalam masalah hubungan Quran dan Hadis tidak ada istilah “tunduk menunduk”. Yang ada hanyalah bahwa posisi hadis Ummu Salamah adalah bersifat menjelaskan dan merinci kandungan Surat 33 : 33. Ini bukan berarti ayat tunduk kepada hadis.
Suatu hadis dinyatakan valid bukan hanya karena telah lulus verifikasi para ahli hadis, tetapi juga apabila maknanya tidak bertentangan dengan AlQuran. Ini dari segi pendekatan naqli. Kalau masih ragu juga maka kita verifikasi dengan dalil aqli.
Apakah masuk akal seorang Nabi bisa lupa dan berbuat salah ? Bagaimana kalau ada manipulasi ayat dan bagaimana umat manusia mau yakin apabila Nabi/Rasul yang diutus-Nya sering berbuat salah ?
Secara aqliah kalau AlQuran diyakini benar-benar berisi firman Allah Yang Maha Suci, maka sang penyampai dalam hal ini Nabi Muhammad saaw juga harus pribadi yang maksum mutlak. Bagaimana mungkin ayat2 yang benar dan suci keluar dari pribadi yang tidak maksum ?
Selanjutnya apakah syariat yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad tidak perlu dijaga oleh orang2 yang juga memiliki kemaksuman ? Kalau jawabannya tidak perlu, maka saya ingin mengatakan : pantes aja amburadul sepanjang zaman ! semua orang menjadi mujtahid !
terima kasih buat komentar hangatnya. sekali lagi, it’s just an expression. akukan “menantang” second, terus aku merasa butuh sumber2 lagi. jadinya izin aku keluar dari ring. hehehe…btw, saya kira persepsi kita tentang maksum/infallible itu berbeda. menurut saya hanya Tuhan yang Infallible. saya malah suka banyak mujathid, jadi banyak pilihan.
Jadi banyak yang bisa dipikirin
Salam semua
Soal kemaksuman ahli bait, Ok, mungkin pihak Sunni tidak akan sekeras menentang dibandingkan apabila membaca literatur syiah yang menjelek-jelekkan sahabat…kapan-kapan ada baiknya sdr. Second membahas hadist syiah tentang surat Umar ke Muawiyah yang membuat merinding bila saya membacanya…tetapi saya menghibur diri bahwa sebagai seorang sunni tidak akan mempercayai isi hadits tsb ( ada dalam Biharul Anwar???)..maaf ya melenceng dari topik pembicaraan.
serasa lebih menantang daripada membaca seratus buku
*merasa tercerahkan*
Wah kalau soal hadis syiah, mungkin lebih baik Mas tanya sama orang yang Syiah, takut salah ntar
@burit
Bener Mas
@Imam
Ikutan juga gapapa
@bersatu
saya suka baca komik
Sering sy berdiskusi dg teman2 jg masalah ma’sumnya ahl bayt. Selalu pertanyaan terakhir ke diri sy sendiri adalah: kenapa mrk menolak ahl bayt itu ma’sum dr segala macam dalil, apakah dalil naqli (Al-Qur’an & Hadits, baik tafsir syi’ah maupun sunni sama dlm hal ini) maupun dalil aqli. Yg sy lihat ujung2nya adalah :
1.Krn mrk tdk bs membayangkan ada manusia yg ma’sum.
2. Krn dengki.
Dalil naqli (sdh dijelaskan oleh SP diatas:
1. Al Ahzab 33, sangat2 jelas bhw ahl bayt sdh disucikan koq msh diragukan dg alasan salah tafsir dll. Pake tafsir syi’ah, pake tafsir sunni sama saja…ccckk..ccckkk, apakah bukan dikatakan ini sbg hati yg sdh mengeras?.
2. Hadits, walaupun sdh diterima oleh semua yg disini shahihnya, tp msh jg cb dipelintir, disangkal dg cr tdk logis. Kurang apalg saudara2 bhw ahl bayt ditetapkan sbg hujjah bersama Al-Qur’an dlm membimbing umat islam sampai akhir jaman.
Dalil aqli:
Kita hrs merenungkan hikmah dr hadits ini & jk kt pelajari sejarah hadits ini mk kt akan tau betapa penting posisi hadits ini. Allah SWT memerintahkan Rasulullah secara khusus menyampaikannya, waktunya khusus, tempatnya khusus, dan dipastikan bhw yg mendengar hadits ini berjumlah banyak shg menghilangkan kemungkinan putus sanadnya. Bhkn diwajibkan yg hadir utk menyampaikan kepd yg tdk hadir.
Kenapa begitu penting??, krn hadits ini menentukan hidup umat islam pasca Rasulullah.
Ada bbrp hal yg hrs kt perhatikan dr hadits tsaqalain:
1. Bhw ada nubuwah bhw umat islam akan tersesat, kecuali berpegang kepd 2 hal. Artinya jika kt tdk berpegang kepd keduanya mk dipastikan tersesat.
2. Al-Qur’an & Ittrati ahl bayt tdk pernah terpisahkan.
3. Mestinya muncul pertanyaan knp bukan Al-Qur’an & sunnah/hadits? Sebetulnya bagi umat terdahulu susah utk menjawab, tp bagi kt yg sdh melaui semuanya akan sngt jelas. Yaitu bhw yg dijamin oleh Allah SWT akan terjaga adalah Al-Qur’an & Ahl Bayt.
4. Bukannya Al-Qur’an & hadits/sunnah, krn ternyata apa2 yg sdh Rasulullah contohkan dan katakan tdk terjaga kemurniannya (banyak yg memalsukan). Dan ternyata jg bhw secara otomatis hadits/sunnah Rasul yg murni bs tetap dijaga oleh ittrati ahl bayt. Bayangkan saja kitab hadits yg dianggap shahih pun ternyata penuh dg kontradiksi antar ahdits2 itu sendiri ataupun dg Al-Qur’an.
5. Tidak ada lg pertanyaan: Al-Qur’an yg mana maupun ahl bayt yg mn. Tp jika merujuk ke buku hadits pasti akan terjadi keributan dan perbedaan.
6. Al-Baqarah ayat 2, jelas2 memberitakan bhw, hanya Al-Qur’an lah kitab yg tdk ada keraguan di dlmnya. Artinya apa?, bhw semua kitab yg pernah ada di dunia ini selain Al-Qur’an pasti ada keraguan di dlmnya.
7. Kenyataan bhw islam terpecah belah adalah krn adanya perbedaan tafsir maupun ijtihad, baik dlm menafsirkan Al-Qur’an ataupun hadits. Namun jika umat islam mentaati hadits tsaqalain tentunya hal tsb tdk akan terjadi. Krn ada mrk ittrati ahl bayt yg menjadi tempat bertanya, pemberi fatwa dan penafsir yg legal yg dijamin oleh Allah.
8. Kalau kita diperintahkan berpegang kepd sesuatu yg menjamin kt tdk tersesat, apakah sesuatu itu bisa saja salah??.
9. Jika malaikat yg kita akui suci dan selalu taat kepd Allah tp bs mempertanyakan (protes kecil) knp Allah menciptakan manusia/Adam dan kita tetap nyatakan mrk suci dan taat. Knp ada yg meributkan kesucian Jiddah Fatimah (yg jelas2 Allah telah sucikan) hanya gara2 marah krn haknya direbut. Begitu naifkah kt menafsirkan hadits2 Rasul. Apa yg “bara” akan katakan jika tetangga sy muslim membunuh anak istri sy, apakah sy hrs memanfaat 3 hari utk segera menghukum mrk, krn selewat 3 hari sy sdh hrs senyum2 dg mrk??, dan krn mrk tetangga sy mk sy terlarang membenci /memusuhi mrk??. Apakah kt tdk diperintahkan marah jika ada kebatilan di sekitar kita?. Pertanyaannya adalah: apakah perbuatan Sayidina Abu Bakar salah atau benar?. Jika salah, sikap apa kira2 yg hrs dilakukan Jiddah Fatimah & umat islam lainnya?.
10. Kenapa ittrati ahl bayt, knp bukan cukup ahl bayt? Hikamh apa yg bs kt ambil?. Jelas bhw Al-Qur’an terjaga sepanjang jaman, dan utk menjelaskan Al-Qur’an ini tentu dibutuhkan manusia2 suci yg jg ada sepanjang jaman (keturunan Rasullah tdk akan terputus). Dan sesuai dg ayat Al-Qur’an: “Dan tidaklah menyentuh (memahami) Al-Qur’an ini kecuali orang2 yg suci”. Ada yg memahami hanya dg jgn menyentuh lembar2 Al-Qur’an jika belum berwudhu.
Wassalam
Wah panjang juga Mas
terus banyak tanda tanyanya
saya bingung mau jawab yang mana
Tetapi pembedaan anda tentang itrati Ahlul Bait dan Ahlul Bait itu memang layak dibahas
Salam
alhamdulillah, saya pecinta ahlul bait om, dan guru saya mengalir dara datuknya yaitu Nabi SAW, tapi tidak seorangpun yang mempunyai pikiran bunda suci fatimah itu marah karena harta fadak, sekalilagi bukan marah karena harta fadak, dan masalah fadah sudah ditutup dengan pnenjelasan oleh Imam Nawawi bahwa
hal itu diteruskan hingga dimasa Khalifah Ali bin Abi Thalib kw pun demikian, tidak dirubah, maka jika Abubakar ra salah dalam hal ini atau Umar ra, mestilah Utsman ra mengubahnya, atau mestilah Ali bin Abi Thalib kw mengubahnya, dan berkata Imam Nawawi pada halaman yg sama, mengenai dikuburkannya Fathimah ra dimalam hari maka hal itu merupakan hal yg diperbolehkan. (Syarah Nawawi Ala shahih Muslim Bab Jihad wassayr).
nah sekaliber imam nawawi, ibnu hajar saja pendapat kesemuanya tertolak oleh SP, nah anda bisa menoleh ke belakang, siapa beliau beliau itu. masalah diatas sudah terjadi perbedaan, dan saya tetap memegang bahwa perbedaan itu lumrah, wong ada sendiri memakai hadist yang kitab suci dan ahlul bait, dan klo ada orang yang mengatakan kitab suci dan hadist nabi dikatakan salah, nah dari pemahaman yang sempit ini ( yang katanya berdasar dari yang mempunyai sumber saja ) ada tidak bisa menengahi perpecahan, karena bersikukuh mengatakan bahwa dasit yang pertama paling benar, dan yang kedua yang salah.
kata anda ” Jika malaikat yg kita akui suci dan selalu taat kepd Allah tp bs mempertanyakan (protes kecil) knp Allah menciptakan manusia/Adam dan kita tetap nyatakan mrk suci dan taat. Knp ada yg meributkan kesucian Jiddah Fatimah (yg jelas2 Allah telah sucikan) hanya gara2 marah krn haknya direbut. Begitu naifkah kt menafsirkan hadits2 Rasul. ” ketololan nyata. nah ini yang dikatakan banyak orang pintar baca teks. apa terus anda akan bilang bahwa nabi adam berdosa sampai sampai turun kebumi ??????????? ini nabi yang sifatnya adalah ma’sum tidak ada dosa sekecilpun, banyak kok isid ari kitab suci yang mengatakannya, terus pemahaman kita apa akan sama bahwa Nabi bisa saja berdosa ?????? CAM KAN ITU
saya tidak menafikkan kesucian dari bunda fatimah, tetapi bukan terus diartikan dan bisa melebihi derajat Nabi, dengan mengatakan ma’sum. nah sekali lagi ini kedangkalan pemikiran yang keliru antara disucikan , dan benar benar suci, kedudukan bunda fatimah memang tinggi, tetapi semua ada patokannya, masak disamakan dengan kedudukan ayah handanya yang ma’sum
Herannya lihat orang seperti anda ini, padahal semua yang anda katakan itu sudah dibahas oleh saudara secondprince. Kalau melihat penjelasan beliau dan penjelasan anda, wah bisa dibilang penjelasan beliau jauh lebih berkualitas dari kedegilan anda
Bicara saja gak bisa kalau gak pakai analogi, seolah-olah anda kekurangan bahasa untuk menyatakan argumen anda. Makanya gunakan akal jangan cuma nafsu semata
Wah panjang juga Mas
terus banyak tanda tanyanya
saya bingung mau jawab yang mana
Kalau pendek kuatir “bersatu” yg memanjangkannya
Dan gak perlu dijawab kali yaa, krn lbh hanya sebagai gaya bahasa aja koq..
Tetapi pembedaan anda tentang itrati Ahlul Bait dan Ahlul Bait itu memang layak dibahas
Oiyaa, saya sendiri menganggap itu penting. Rasulullah tdk serampangan dlm menggunakan kata/kalimat. Beliau seorg jenius, beliau teliti.. Sangat penting utk menangkap hikamh dr knp intratti ahl bayt bukannya ahl bayt.
Kl SP berminat utk mengkajinya, sy dr depan minta nanti disharingkan ke sy yaa hasilnya.
“alhamdulillah, saya pecinta ahlul bait om, dan guru saya mengalir dara datuknya yaitu Nabi SAW”
Kalimat ini sdh terlalu sering anda ulang2. Sy malah mendapat kesan bhw anda sendiri ragu apakah anda pencinta ahl bayt.
Dan tdk logika yg menerima bhw jika lisan kt mengatakan cinta mk itulah adanya.
Dan tdk logika yg menerima bhw hanya krn om/guru ahl bayt mk anda otomatis menjadi pecinta ahl bayt. Namun diluar itu semua kt tdk sdg membuktikan apakah anda mencintai ahl bayt atau tdk ( tolong agak fokus).
“tidak seorangpun yang mempunyai pikiran bunda suci fatimah itu marah karena harta fadak, sekalilagi bukan marah karena harta fadak,”
Anda sadar tdk bhw kalimat anda ini gagal total, tolong anda tafsirkan hadits shahih Bukhori yg disampaikan oleh SP dg jujur lhoo, jgn krn ada tendensi ingin mencetak karakter semua benar. Dan jelas bagi yg lain (tdk bagi anda) bhw SP sdg menyampaikan apa yg dipercaya/dishahihkan oleh Bukhori. Jelas bhw Bukhori menulis bhw Jiddah Fathimah marah, Bukhori jelas mengatakan 6 bulan. Kalau anda ingin membersihkan Jiddah Fathimah dr hal tsb, berarti anda hrs mengambil konsekuensi bhw hadits itu batil/dhaif, kl anda memilih begitu berarti anda hrs berani mengatakan bhw shahih Bukhori tdk layak lg disandangkan pd kitab shahih Bukhori. Masalahnya sy sdh tahu bhw anda akan mengelak dr semua konsekuensi yg “menyulitkan” anda td. Knp bs begitu? krn anda sdh terjebak dlm doktrin2, yg anda sebetulnya menjerit krn muncul begitu banyak kontradiksi yg anda hrs memeprmalukan diri anda sendiri utk mempertahankan kontradiksi2 tsb.
“maka jika Abubakar ra salah dalam hal ini atau Umar ra, mestilah Utsman ra mengubahnya, atau mestilah Ali bin Abi Thalib kw mengubahnya,
Coba anda telaah lagi, tdk ada logika yg mengharuskan seperti itu koq. Coba kt lihat alur logikanya:
1. Apakah jika Sayidina Umar, Usman dan Imam Ali tdk mengungkit masalah itu berarti masalah itu dianggap tdk ada?, tdk bisa kan. Krn banyak hal yg kt tdk bs pastikan, krn bs saja marahnya jiddah Fathimah bukan krn Fadaknya tp krn sbgm semua org marah jika didzalimi.
2. Kita setuju bhw sejarah (bukhori) mencatat issue itu ada (sy perlu ketegasan anda bhw anda setuju atau tdk, tp jgn muter2 shg kt tdk tahu pendapat anda), namun kt menebak2/meraba2 penyebabnya: SP dan teman2 lainnya tdk pernah berasumsi bhw Jiddah Fatimah menuntut krn serakah, hanya anda seorg yg berprasangka buruk mengira2 bhw SP ingin mengatakan tsb.
3. Jika saya marah kepd si fulan, berarti anak saya akan marah pd si fulan, mk anak saya pasti marah pd si fulan. Dan jika anak sy tdk marah pd si fulan mk berarti saya tdk pernah marah pd si fulan (cerita ttg sy marah pd si fulan adalah tdk benar, apakah begini alur logika anda?. Oyaa, sy tdk sdg berasumsi logika itulah yg sdg terjadi pd kasus Fadak. Jgn anda melebar dg cth ini. Knp tdk bisa? krn sy tdk tahu persis hakikat dr kemarahan dr Jiddah Fathimah, dan sy tdk tahu apakah Imam Ali dan Imam2 selanjutnya tdk marah ataupun tdk mengklaim ttg Fadak.
4. Apakah anda tdk bs melihat logika yg jelas: atas dasar apa Umar b Abd Aziz mengembalikan tanah Fadak?. Kl anda menolak sejarah itu anda hrs ungkapkan dimana salahnya.
Wassalam
Maaf jika terkadang saya menstate/mengklaim maksud/tujuan anda pd tulisan tsb, sebetulnya yg ingin saya katakan adalah persepsi saya ttg tulisan, syukur2 sesuai yg anda mksd…hehe.
Oyaa,sbg salah satu contoh ketelitian dan kejeniusan dan bijak dan jauhnya Rasulullah memandang, kt bs lihat dr salah satu hadits beliau saw:
“sholatlah kalian seperti kalian melihat saya sholat”.
beliau saw tdk menyatakan:
“sholatlah kalian seperti aku sholat”.
Bagi sy, kehati2an belaiu memilih kata2 mempunyai hikamh yg sangat2 besar, yg sebetulnya bhkn kalau kita gali akan bs menyelesaikan banyak permasalahan umat islam skrg ini.
Mudah2an bs membuat SP tertarik mendalami dan mengupasnya shg kt bs kebagian hasil perenungannya..:mrgreen:
Salam.
Jangan yang aneh-aneh. Ntar malah dilaknat sama ahlul bayt Rasul sendiri lho ^_^
Jgn sok ngomong klu tdk mengerti mengenai maksum.. Dan mengapa Ahlulbait harus maksum. Baca dulu Alqur’an klu ente bisa baca Alqur’an. Bgm Allah mempersiapkan mereka sbg pelanjut Rasul.
Jangan mendustakan apa yang dinyatakan oleh Allah dan RasulNya, hanya karena tidak sesuai dengan mahzab Mas Anda sepertinya tidak membaca denganbaik tulisan saya
jadi ya sayang sekali komentarnya
Sang Rasul yang saya yakini tidak pernah melaknat umatnya sendiri, jadi berhati-hatilah dalam berbicara Mas Salam
@abu rahat
memang Mas alangkah baiknya kalau kita bisa diskusi dengan mereka yang terbuka dengan pandangan orang lain. Gak sembarang main laknat-laknatan gitu
kan ngeri ya nggak?
Saya mau nanya mas. Mudah2an mas mau menjawabnya tanpa caci maki.
(1) Lebih maksum mana antara Baginda Nabi dan Abubakar?
(2) Coba berikan contohnya bahwa Baginda Nabi pernah lupa, pernah bersikap jelek seperti manusia biasa, dll
(3) Coba berikan contohnya bahwa Abubakar pernah lalai, salah atau lainnya/
Saya tunggu mas jawabannya
Damai…damai
Untunglah dalam Agama Islam tidak ada anjuran melaknat sesama Muslim
Terserah ente kalo ente merasa Ane ngga bisa baca Qur’an. Yang tau kan hanya ALLAH ta’ala. Asal ente tau, Ana berkata begitu setelah kmaren Ane konsultasi sama habib Ane sendiri, setelah beliau membaca beberapa artikel di blog ini.
Kembali lagi, kalo ente merasa lebih jago ilmunya dari habib Ane, ya.. silahkan disesatkan oleh kebodohan ente sendiri ^_^
Btw, aburahat = bapak yang suka asik2 <==== artinya kan memang ente cuma bisa mikir mana yang asik aja bagi ente ^_^
@2ndprince wa almirza,
Hehehe…
Coba antum lihat redaksi dan sanad hadits tersebut. Kalo mau taqiyyah, mbok pake cara yang halusan dikit, biar ngga jelas kebohongannya ^_^
Btw,
Hati2 sama laknat Rasul SAW, karena berani memutarbalikan perkataan Rasul dan memfitnah ahlul bayt Beliau sendiri. Karena kata2 Rasul sebelum wafat juga “ummati…ummati…” dan bukan “ahlal bayti…ahlal bayti…”
^_^
@armand,
Mungkin kamu belum membaa sepenuhnya tulisan saya yang sebelumnya. Kalo udah baca, pasti ngga nanya pertanyaan yang sia2 kayak begitu ^_^ Tidak ada pribadi maksum, selain RasuluLLAH SAW sendiri.
Jadi…….
Baik ahlul bayt Rasul sendiri maupun sahabat2 beliau juga belum ada yang mencapai tahap maksum.
Moga bisa mengerti dan terselamatkan dari fitnah orang2 jahil ^_^
Bagi mas mungkin sia-sia. Tapi bagi saya tidak. Karena saya ingin tau seperti apa anggapan manhaj mas thd pribadi Rasul dan pribadi Sahabat. Anggap saja belum tau mengenai hal tsb.
Baiklah, kalau pertanyaan tsb agak sulit dijawab. Saya ganti pertanyaannya;
(1) Menurut mas, pernahkah Rasul saw lupa rakaat dalam shalat?
(2) Pernahkah Rasul saw ditegur oleh Umar bin Khattab dalam strategi peperangan?
(3) Adakah Rasul saw bermuka masam?
(4) Pernah mendengarkah mas riwayat kelemahan dan kesalahan Abubakar seperti riwayat kelemahan dan kekeliruan peristiwa Rasul saw?
Menurut mas, apa arti maksum?
Jika mas masih ingin mengelak dari pertanyaan di atas, sebaiknya mas menghentikan niat mas untuk berdiskusi di blog ini.
Damai….damai
Saya yang nulis masa’ saya nggak ngelihat Mas. Jadi coba tunjukkan bagian mana yang harus saya lihat
Sayangnya sejauh ini saya menikmati diskusi dengan banyak orang, tetapi gak perlu lah pakai menuduh saya berbohong atau apa. Tuduhan begitu gak pernah bernilai sedikitpun sebagai hujjah. Argumentum Ad Hominem
btw, saya memang nggak sedang taqiyyah kok
Saya tidak memfitnah karena saya benar-benar menuliskan nash dari Al Quran dan hadis serta dipahami dengan benar. Saya sarankan agar Mas berhati-hati agar tidak mendustakan Al Quran dan Hadis shahih, seandainya tidak sesuai dengan keyakinan anda maka diamkan saja dulu gak perlu didustakan, sangat berbahaya
Saya tidak memfitnah kok, saya menyampaikan perkataan Rasulullah SAW tentang Ahlul Baitnya. Jadi tuduhan fitnah itu Mas tujukan pada siapa ya, kenapa ya tidak bisa kalau nggaka tuduh menuduh. Sayang sekali
Saya tidak menafikan Rasulullah SAW berkata ummati, ummati tetapi keliru besar jika anda berkata Rasulullah SAW tidak berkata Ahlul Baiti, gak pernah baca hadis Tsaqalain ya?. Mas Gak kenal Ahlul Bait sih tetapi mudah sekali menuduh orang lain memfitnah, wah saya heran lho dengan mereka yang belajar dari para Habib tetapi tetap sama saja dengan kaum Pokoknya. Maafkan kalau saya sedikit menyinggung
Salam
“fal yaqul khairan au liyasmuth” kan? da juga pribahasa yg mengatakan “mulutmu harimaumu”, ada juga “al fithnatu ashaddu minal qatli”. Intinya, sy cuman mo ngingetin, agar kita semua (tmsk sy) utk slalu hati2 menjaga lidah (kita (tmsk habib skalipun) kan gak maksum *lirik2 yg d atas* )
Terkadang, Lidah kadang lebih cepat dari rasio kita, jgn sampai qta menyesal nanti2 dg menzalimi/memfitnah saudara sendiri. Bukankah diskusi (& berbagi ilmu dg sodara2 yg laen) lebih mengasikkan tanpa celaan & cap2/tuduhan2 trtentu? ^-^
Saya rasa mas SP tidak bermaksud memaksa kita semua utk percaya isi blog-nya, smua tserah qta dlm mnyikapi. boleh sependapat boleh juga enggak. Katanya Al baqarah “Laa ikraha fiddin”, agama aja gak suka maksa2 org buat pcaya, knapa SP bisa “sberkuasa” ituh?
Kalo ada yg salah dlm artikel ini, marilah saling mengingatkan (ingat kandungan surah Al Ashr kan?)
dg cara yg lebih enak/properly tentunya ben sejuk dihati & gak ganggu mata yg bacanyah..
Saya percaya mas muhib pandai & tartil bacaan qur’annya, bgtu juga kepandaian habib antum ^-^ karna antum muslim kan? Dan kewajiban umat adalah memahami dg baik ajaran yg dibawa Rasulnya, yg salah satu jalannya adl memahami kandungan Al Qur’an-Hadits (qudsy maupun nabawi). Jadi pahamilah, saya kira kawan2 tidak sungguh2 bermaksud menuduh antum demikian kok
“laa yu’minu ahadukum hatta yuhibbu li akhihi maa yuhibbu linafsih” wassalamu’alaikum.
WELEH3…. AHLU BAIT BERARTI BUSUK…KAYAK LUMPUR… DAN BLM BERSIH,KOTOR,JIJIK PENUH… MAKANYA MAU DI BERSIHKAN DI SUCIKAN………… TRUZ KNAPAAAAA ORANG22 KOK MENYANJUNG MEREKA…KAN MEREKA KOTOR…JIJIK….
jon, kalau dibersihkan berart sdh bersih. tapi yg tetap kotor yg JIJIK. Masa orang yg sdh mandi disamakan dgn selama hidup nda pernah mandi? Atau rupanya anda lbh senang tdk dibersihkan tetap penuh kotor yg busuk. Kasihan kasihan nda ada yg mau mendekati anda.
Nyantai aja nggak bisa ya Mas
sayang sekali, kasihan
Biasa aja kali…
@Mas Bien,
setelah baca blog ini Habib ente komentar nya apa ?
bisa ga dishare, kali aja ada masukan buat kita semua. kalo Habib ente cuma bilang ini salah tanpa dalil bisa-bisa mas Bien mengkultuskan kalo Habib ente selalu dalam kebenaran.
Rasulullah SAW bersabda “Wahai manusia sesungguhnya Aku meninggalkan untuk kalian apa yang jika kalian berpegang kepadanya niscaya kalian tidak akan sesat ,Kitab Allah dan Itrati Ahlul BaitKu”.(Hadis riwayat Tirmidzi,Ahmad,Thabrani,Thahawi dan dishahihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albany dalam kitabnya Silsilah Al Hadits Al Shahihah no 1761
Dari hadis tersebut sudah jelas bahwa Ahlul Bait adalah ma’sum, makanya dapat menjadi sumber rujukan.
Coba mas Bien dan para Syiahphobia cermati, apa yang sering dituduhkan bahwa Ahlul bait telah memperkenalkan ajaran menyimpang mengenai waktu berbuka puasa, mut’ah, tata sholat dan lain-lainnya… bukankah itu semua ada dalam Al-Quran ? dan semua ada dalam kitab-kita Ahlus sunnah. Ahlul Bait tidak pernah merubah apa yang telah diajarkan Rasulullah SAWW, dengan pemikiran-pemikiran mereka pribadi, tidak pernah mengharamkan sesuatu yang dihalalkan oleh Nabi begitu juga sebaliknya. dan itulah bukti bahwa Ahlul Bait as adalah manusia terpilih dan sumber rujukan kebenaran.
Semoga Allah senantiasa memberikan kesejahteraan kepada RasulNYA dan para Imam yang mulia dari keturunannya….
salam damai.
Dari tulisan Anda: Al-Syawkani menyebutkan riwayat dari Ibnu Abbas sebagaimana yg diriwayatkan oleh Al Hakim, At Turmudzi, Ath Thabarani, Ibnu Mardawaih, dan Al Baihaqi dalam kitab Ad Dalail jilid 4 hal 280, bahwa Nabi saw. bersabda … “Aku dan Ahlul BaitKu tersucikan dari dosa-dosa”.
Mohon bantuan tambahan info berupa letak hadis tsb dlm kitab hadis yg disusun Al-Hakim, Tirmidzi, Al-Thabrani, & Ibnu Mardawayh? Atau bisakah saya dikirimi teks hadis beserta sanadnya (via email)? Terima kasih sebelumnya. Salam ‘alaykum.
Saya terkeliru dari perpekstif ahlusunnah kerna ada tukilan hadis thaqalyn dari kitab mereka menukilkan Al quran dan Sunnahku di lain hadis pula Al quran dan ahlulbaytku. Amat kotradik.
Saya yakin Imam Bukhari adalah pencinta ahlulbayt a.s. dan berpegang pada wilayah Ali a.s. Makanya,banyak di antara hadis-hadis beliau sering kontradik secara tak langsung mengajar umat Islam berfikir secara kritikus dan dengan menganalisa tuk mencari kebenaran yang jurusnya akan kembali kepada kebenaran ahlulbayt a.s.
Ada lanjutannya lagi……setelah turunnya ayat Al Ahzab 33, maka nabi setiap melewati rumah Ali saat mau sholat subuh, maka Nabi berseru di depan pintu rumah Ali : Sholat…sholat…bukan kah Allah menjaga ke suci an keluraga mu…..
Jadikanlah Ahl Bait sebagai panutan, pedoman, suri tauladan. Bukan hanya se kedar memuji, atau me nyebut2 namanya, atau mengenang riwata hidupnya, melainkan kongkritnya adalah sbb :
1. Kerjakan apa yg dilakukakan Ahl Bait dan jangan kerjakan apa2 yg tak dikerjakan Ahl Bait.
2. Ikutlah cara beribadah dan cara bersikap Ahl Bait, (termasuk sikap Ahl Bait thd sahabat2 nabi Abubakar, Umar, Usman).
3. Ikutlah nasihat2 dan petunjuk2 yg telah digariskan oleh Ahl Bait.
Di Era berkuasanya Abubakar, Usman, Umar, sebagai khalifah, Imam Ali tak pernah melakukan fatwa agar tak mengakui ke khalifahan 3 sahabat tsb, tak pernah meng ajak orang2 utk membuta kelompok Jamaah terpisah yg tak mengakui kepemimnpinan 3 khalifah tsb. Maka janganlah mengerjakan apa2 yg tak dikerjakan Ali yaitu sibuk propaganda bahwa ke khalifan Abubakar, Umar, Usman tak sah. Ini melanggar tsqalain.
Ali Ra dan Ahl Bait memberi nama anak2 nya dengan nama2 para sahabat Abubakar, Umar, Usman, artinya tersirat bahwa Ali/Ahl Bait me mulyakan para sahabat tsb. Maka jika kita mempedomani Ahl Bait yg selalu BENAR, maka ikutlah…memulyakan para sahabat tsb.
Kalau di Nahjul Balaghah ada tuh Khutbah Imam Ali tidak mengakui kekhalifahan ketiga khalifah. mau bilang palsu ya silakan, toh dengan mudah klaim-klaim anda bisa dibilang palsu
Penyerangan ke rumah Ahlul Bait adalah pelanggaran nyata terhadap hadis Tsaqalain. Mau berdalih apa lagi Mas?
yah dongengan lama yang sudah dibahas
Kita sepakat kok memuliakan sahabat, tetapi sahabat itu bisa melakukan kesalahan dan pelanggaran jadi mereka bukan pedoman bagi umat agar tidak tersesat. Pedoman bagi umat islam adalah Ahlul Bait
Anda amat percaya dengan Said Syarif Radhi, penulis Nahjul balagah di abad 5 H. Sedang saya nggak beitu percaya kredibilitasnya, sebagaimana terhadap Kulayni, Saduq, Tusi, Mufid, Majlisi. Bagaiman jika kita bahas mereka satu persatu…apakah mereka layak sebagai penyampai hadis ?
Para sahabat seperti Abubakar, Umar, Usman. Ali, mungkin pernah berselisih, namun nilailah mereka pada saat akhir, dimana mereka kompak2 saja, bahkan Ali Ra mau menerima nama anak pemberian Umar bin Hattab, ini tersirat persahabatan diantara mereka.
“Empat golongan akan mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat: orang yang menolong Ahlul Baytku, orang yang memenuhi kebutuhan mereka saat mereka butuh, orang yang mencintai mereka dengan hati dan lisannya, dan orang yang membela mereka dengan tangannya”.
Wassalam…
Maaf ya bukannya anda tuh yang percaya, soalnya anda mengaku mengutip dari Nahjul Balaghah soal Imam Ali sebagai panglima perang. Hee gak nyadar ya Mas, bangun Mas
Saya percaya hanya 5% saja thd kitab2 yg di tulis Kulayni, Saduq, Mufid, Tusi,m Majlisi, dan Sarif Radhi dan turunannya. Selain mereka tak pernah bertemu langsung Ahl Bait, saya pun tak begitu percaya kredibiitasnya. Adapun hadis2 yg saya kutib dari mereka hanya sebagai ‘PENAKLUK” pendapat anda saja.
Maka saya usul agar di bahas tokoh2 pembentuk dan penyampai ajaran Syiah yg sekarang di amalkan oleh umatnya, apakah tokoh2 tsb kredibel dalam mewnyampaikan hadis
btw buktinya yang anda kutip cuma omong kosong, anda maaf tidak bisa memahami apa yang anda baca. Nyata-nyata di tulisan itu Umar yang mau berangkat, Imam Ali cuma ngasih saran saja. Nah kok bisa sampean menarik kesimpulan kalau yang jadi panglima perang Imam Ali. jujur deh saya terlalu menilai tinggi anda, ok diskusi kita cukupkan sampai anda menunjukkan riwayat teks Imam Ali sebagai panglima perang, kalau gak bisa mending diam aja deh
@SP… Apakah Judul Kitab-kitab di bawah ini wujud atau masih wujud??
Syarh Nahj al-Balâghah, Ibn Abil Hadid, Mesir, 20 jilid.
Syarh Nahj al-Balâghah, Ibn Maitsam al-Bahram, Iran, 5 jilid.
Syarh Nahj al-Balâghah, al-Khu’i, lihat Minhâj al-Barâ’ah.
Syarh Nahj al-Balâghah, Muhammad ‘Abduh.
A’lam Nahj al-Balâghah, ‘Ali ibn Nashir
Ad-Durrah an-Najafiyyah fi Syarh Nahjul Balâghah al-Haidariyyah, al-Mirza Ibrahim ad-Dunbuli al-Khu’i, Iran.
Minhâj al-Barâ’ah fi Syarh Nahjul Balâghah, al-Hajj Mirza HabTbullah al-Khu’i, Iran, 22 jilid.
Salam al-Mubaraq
Tumben anda mau menampilkan riwayat (paling juga copas di blog Salafy), tapi mana buktinya sampai sekarang kok ngga ada tampilannya hahaha…
artikel ini sengaja saya angkat keatas utk memperingati Hari yg sangat mulia ini
allahumma sholli ‘ala muhammad wa ali muhammad
Hanya RasuluLLAH Saw merupakan pribadi yang makshum (selalu dalam kebenaran).
Yang lain ALLAH Ta’ala yang lebih mengetahui
Rasulullah SAW mengatakan kalau Ahlul bait adalah pedoman dan pegangan bagi umat islam dan tentu saja mereka selalu dalam kebenaran. Percuma kok anda sok berkata “hanya Rasulullah” faktanya perkataan anda sendiri bertentangan dengan apa yang Rasulullah SAW katakan.
Lebih baik, kita ambil saja isi ayat berikut :
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS.68 : 4 )
yang intinya bahwa cuma Rasul yang makshum dijamin dalam kalamuLLAH, yang lain belum tentu. Kalau melihat judul dan isi artikel ente, seakan Ahlul Bayt Rasul juga makshum (a.k.a selalu benar) ???
rafidhah banget cara berpikirnya
Soal Rasul bilang ikutin siapa sepeninggal beliau SAW, bukan hanya Ahlul Bayt yang disuruh ikutin, para Sahabat Beliau juga. Mungkin beberapa hadits yang saya post di masalah Abu bakar dan Umar r.a bisa menjadi rujukan Jangan suka memisahkan antara Ahlul bayt dan para Sahabat r.anhum. Mereka sama2 shalafus shalih dan perlu kita ikutin jalannya.
Dieditlah judul sama isi artikel ini, hiperbolanya ituloh yang ngga nahan
terserah anda mau bilang apa, yang bilang Ahlul Bait sebagai pedoman bagi umat islam ya Nabi SAW sendiri. Yang menyeru para sahabat agar mereka berpegang teguh kepada Al Qur’an dan Ahlul Bait ya Rasulullah SAW sendiri. Mau menurut Rasul SAW silakan dan mau menentang Rasul SAW ya terserah anda. Saran saya gak perlu deh komentar seperti orang yang gak ngerti tulisan, itu semua bukan kata-kata saya tetapi hadis Rasulullah SAW yang shahih. Anda mau bilang perkataan itu rafidhah banget kek, mau bilang batil atau maudhu’ ya terserah sampean. Kalau lisan anda tidak bisa dijaga terhadap apa yang dikatakan Rasulullah SAW, maka apalagi terhadap saya. saran saya ke laut saja kalau mau nyepam
Firman Allah dalam
Quran Surah Annisa’ ayat 59 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
yaa ayyuhaa alladziina aamanuu athii’uu allaaha wa-athii’uu alrrasuula waulii al-amri minkum fa-in tanaaza’tum fii syay-in farudduuhu ilaa allaahi waalrrasuuli in kuntum tu/minuuna biallaahi waalyawmi al-aakhiri dzaalika khayrun wa-ahsanu ta/wiilaan .
[4:59] Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Bagaiamana menafsirkan ayat tsb menurut anda. Wasalam
Pada kenyataannya toh tdk ada riwayat2 yg buruk mengenai ahlulbayt dan menurunkan martabat mrk apalagi yg menentang apa-apa yg sdh ditetapkan oleh Allah swt & Nabi-Nya. Bahkan riwayat2 yg sampai ke kita menunjukkan bagaimana ketinggian derajat, pengetahuan dan pribadi mrk. Sehingga sungguh tdk ada yg aneh jika mrk berada dalam maqam yg suci, yg jauh berbeda dgn manusia lain dan sahabat2 Nabi saw. Hingga jaman setelah ahlulbayt pun kita msh bisa mendengar & menyaksikan bagaimana ketinggian ilmu dan pribadi dari para wali dzuriat2 ahlulbayt.
Jika AlFaqih Muqaddam dan para wali turunannya Alhabib Abdurahman Assaqaf, Alhabib Abubakar Syakran, Alhabib Abdullah Alhadad, dll yg tak terhitung jumlahnya kita anggap sebagai manusia-manusia suci dan luar biasa, dan kita selalu bertawassul kepada mrk mengharapkan bantuan dan syafaat mrk, lantas bagaimana dengan leluhur mereka Imam Husein, Imam Hasan, Sayyidatina Fatimah dan Imam Ali?
Sehingga jika dikatakan bahwa ahlulbayt selalu dalam kebenaran, apanya yg aneh? Apanya yg tidak masuk akal? Mengapa kalian menjadi risih dan canggung?
Salam
TAPI!! TAPI lo ya, kesalahan nabi tidak dalam masalah akidah..
jadi ma’sum ini bukan tanpa kesalahan tapi terjaga dari kesalahan..
saya setuju kalo kita meletakkan ahlul bait seperti surah Al Ahzab 33, diperkuat sama hadist
Hadis Al Hakim berasal dari Zaid bin Arqam r.a.,
Mereka (ahlul bait) adalah keturunanku, dicipta dari darah dagingku dan dikurniai pengertian serta pengetahuanku. Celakalah orang dari umatku yang mendustakan keutamaan mereka dan memutuskan hubungan denganku melalui (pemutusan hubungan dengan) mereka. Kepada orang-orang seperti ini, Allah SWT tidak akan menurunkan syafaatku (pertolonganku)
yg shiah jgn menganggap ketika kami mengagungkan ahlul bait maka pemahaman kami mengenai ahlul bait sama dengan kalian.
– ane emg jahal makanya abu jahal, tpi ane berani ngakuin ane jahal krna ane emg ane ingin belajar ilmu sebanyak2nya-
ni salam yg bener kyk grupnya lia aminudin saja
Anda mengatakan Rasul pernah berbuat salah atas dasar surah abasa. Coba anda beritahukan pada saya tafsiran ayat yang menurut anda Rasul pernah berbuat salah.
Saya melihat dalam beberapa tafsir Alqur’an tdk terdapat satu ayatpun yang menunjukkan Rasul berbuat kesalahan? Mungkin Qur’an milik anda berbeda tafsirnya
jelas sekali anda termasuk orang yg fanatik trhdp sahabat(?) tp tega melecehkan rosul.
klu anda faham bhs,maka anda akan mengerti.
coba anda bedakan kata DIA n KAMU,
malaikat jibril sbg pembawa wahyu ber bicara kpd siapa ketika mengatakan DIA?
tentu jibril berbicara ke rosul,maka kata2 DIA adalah di tujukan ke orang ke 3,
sedang kemudian ada kata2 KAMU maka jibril berkata kpd rosul,sbg orang ke 2
jd yg ditegur jelas bukan lah rosul,tp sahabat(?) yg membawa bangsawan kafir Qureys lah yg kena damprat.!
blum lagi ayat2 quran yg memuji ahlak rosul
seperti khalaqul azim,insanul qamil,utswatun khasanah.
klu anda msh sj menafikan ayat2 allah,maka bacalah ayat quran yg ditujukan ke orang2 aprt anda
QS alkahfi 103-106
103. Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”
104. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.
105. Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia[896], maka hapuslah amalan- amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat
106. Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok.
sebelum terlambat,semoga anda bisa merenung,n taubatan nashuha
krn anda telah mendustakan ayat2 allah n memperolok rosul.
Sampeyan begitu gampangnya mengeluarkan statement bahwa Rasul melakukan kesalahan?
Sy mau tanya, menurut sampeyan adakah riwayat yg menunjukkan kesalahan sahabat Nabi saw, Abubakar, Umar & Utsman? Pernahkah mrk berbuat dosa?
NB. Makna jahal/jahil bukan sekesar bodoh, namun jg mengandung pengertian sok tau, sombong dan tdk mau menerima nasehat/kebenaran yg sampai kepadanya. Adakah sampeyan spt itu?
Salam
1. QS. 11:73: Para Malaikat itu berkata: “Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan kebrkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah”.
Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, maka makna ‘ahlulbait’ adalah isteri dari Nabi Ibrahim.
2. QS. 28:12: Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusukan(nya) sebelum itu; maka berkatalah Saudara Musa: ‘Maukahkamu aku tunjukkan kepadamu ‘ahlulbait’ yang akan memeliharanya untukmu, dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?
Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, maka makna ‘ahlulbait’ adalah Ibu Nabi Musa As. atau ya Saudara Nabi Musa As.
3. QS. 33:33: “…Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu ‘ahlulbait’ dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”.
Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya QS. 33: 28, 30 dan 32, maka makna ahlulbait adalah para isteri Nabi Muhammad SAW. Sedangkan sesudah ayar 33 yakni QS. 33:34, 37 dan 40 penggambaran ahlulbaitnya mencakup keluarga besar Nabi Muhammad SAW. isteri plus anak-anak beliau.
Coba baca catatan kaki dari kitab: Al Quran dan Terjemahannya, maka ahlulbaik yaitu KELUARGA RUMAHTANGGA RASULULLAH Berarti kel Saidina Muhammad SAW yg seharusnya, kedua orang tua beliau, tapai keduanya belum Muslim dan sudah meninggal, diri saidina Muhammad SAW sendiri, atau saudara kandungnya (tapi beliau anak tunggal), isteri-isterinya, anak-anaknya baik laki-laki maupun perempuan, sayangnya anak beliau yang lelaki tak ada yang sampai besar, tidak meninggalkan anak keturunan.
Keturunan Bunda Fatimah, Hasan, Husein dan lainnya yg perempuan ya tidak lagi masuk ahlul bait krn. nasabnya Saidina Ali bin Abi Thalib. Krn Al Quran hanya mengenal nasab dari laki-laki kecuali Isa bin Maryam (QS. 33:4-5)
Selamat bergabung. Selamat memulai dari nol lagi..
Tidak usah menebak2, mengira2 dan berandai2. Rasulullah sudah memberikan tuntunan:
Hati2 dalam berhujah. Catatan kaki koq dipakai sebagai dalil…
Jangan meracau. Baca lagi sejarah, hadits dan AQ dengan baik.
Masih banyak lagi.
Salam damai
Izin copas ya mas secondprince. ulasan dan penjabaran yg sangat luarbiasa. intinya adalah Kupas Tuntas.
Jazakallah….
Tulisan dlm blog di atas telah cukup menjelaskan posisi Ahlul Bait Nabi Muhammad Saw sesuai dgn penggunaan ilmu balaghah bahasa arab. Al Qur`an adalah petunjuk (hudan) dan memberikan penjelasan (bayyinah) atas petunjuk (hudan) itu dan pembeda (furqon). Jelas dan detail pembahasan siapa yg dimaksud Ahlul Bait Nabi Muhammad Saw dengan memperhatikan kata ganti orang yg digunakan serta penjelasan dari bbrp hadits shohih yg byk diriwayatkan dlm kitab-2 hadits ulama sunni.
dgn sgl hormat perkenankan saya menyimpan Link ini “diperpustakaan” saya. Terima kasih.
kutip @gentole
————————————————————-
soal kesetaraan nabi2, saya berpegang pada ayat ini: “Katakanlah (hai orang-orang mu’min): “Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” ” (Al Baqarah: 136)
—————————————————————–
Ayat diatas menjelaskan tidak boleh membeda-bedakan mereka dalam hal peran dan fungsi para Nabi/Rasul dalam konteks ketaatannya/tunduk patuh, jadi para Nabi/Rasul itu adalah sama untuk dita’ati, dalam rangka tunduk patuh kepada-Nya.
Tapi kalau ayat dibawah ini terkait dengan maqom spiritual mereka (Nabi/Rasul) atau kedekatan mereka dengan Allah SWT; bahwa jelas derajat diantara mereka berbeda-beda.
Oleh karena itu telah disepakati oleh seluruh mazab Islam diantara sekian banyaknya Nabi/Rasul yang diutus-Nya, terdapat beberapa Rasul Ulul Azmi.
“Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa mujizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.”
Atau Al Isra 55
“Sungguh telah Kami utamakan sebagian Nabi-Nabi itu atas sebagian yang lain.”
Kemudian Beliau bersabda” Allahumma( ya Allah ) mereka itu Ahlul BaitKu maka hilangkanlah dosa dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya.
ini jelas berisi doa, memohon agar Alloh menghilangkan dosa dan mensucikan ahlul bait dari Rosululoh, hal ini sama persis dengan apabila seorang tua mendoakan anaknya, jadi sama sekali bukan menunjukkan kalau Ahlul bait ma’sum
“hal ini sama persis dengan apabila seorang tua mendoakan anaknya”,
silahkan anda berdoa sprt rosul berdoa utk anak ataw keluarga anda agar mereka disucikan se-suci2 nya.
klu nanti ada malaikat jibril dtg n membawa ayat yg mengabulkan doa anda,maka tdk salah klu anda katakan doa rosul sama persis dgn doa anda
klu rosul sih sdh ada jawabannya yaitu al ahzab 33
…..bukan menunjukkan kalau Ahlul bait ma’sum
aldj, on Agustus 11, 2011 at 10:49 am said:
klu rosul sih sdh ada jawabannya yaitu al ahzab 33
Saya:
Mari kita cermati dengan seksama. Apa arti ma’sum ?
Supaya tidak terjebak, telusuri dari kata dasarnya. Ma’sum itu apa kata dasarnya ? Lalu translasikan kata dasar itu ke dalam b.ind.
HAYO…..yang ngerti bahasa maju…..
Pada Surat Al-Ahzab 33 bunyinya : YUTHOHHIROKUM. Ini ada kaitannya dengan thoharoh. Nah…..ma’sum dan thoharoh adalah dua kalimat bahasa Arab yang berbeda arti.
Coba deh…..diteliti lagi.
,maaf sdkit kasar dgn kata (bodoh),,,heheheheheh
knp ketika Nabi wafat,,,,,,abu bakar & umar meninggalkan beliau,padahal jls” beliau blm sempat d kuburkan,,,,,
yg jd pertanyaan,,,,,kalo bisa orang sunni yg jawab……MAAF SDKIT BERTANYA,,,,,,,,,
1. pantaskah,,,,,,,??????
2.apa krn sebuah kekuasaan hingga mrka bgt terburu” meninggalkan seorang manusia suci,,,,,,
3.ato mungkin mreka takut k khalifaan jatuh k tangan Ali as,,
boss gw boleh tau ga, siape aje sich keturunan hasan yang menjadi imam nyang ma’sum?
nanya boleh kan?
Rasulullah
Sayyidah Fatimah
Sayyidina ALI
Sayyina AL-Hasan
Sayyina AL-Husein
Rasulullah=Sunnah==>jadi sangat mustahil kalau Syiah Meninggalkan SUNAH.karena Syiah berpedoman pada ”AHLUL BAIT” ini yang tidak banyak orang mengerti tentang SYIAH.
Lebih parah lagi mereka (di luar) syiah menuduh syiah punya kita lain selain selain al-qur’an,sekali lagi..keyakinan tidak harus diperdebatkan,tapi harus diyakini dan dilaksanakan,
SUNNI tidak sholat ==>masuk neraka.
SYIAH tidak sholat==>masuk neraka.
marilah kita amalkan,kita yakini,dan kita terapkan dari apa-apa yang kita yakini.
“hal ini sama persis dengan apabila seorang tua mendoakan anaknya”,
silahkan anda berdoa sampai MENCRET,utk anak ataw keluarga anda agar mereka disucikan se-suci2 nya.
klu nanti ada malaikat jibril dtg n membawa ayat yg mengabulkan doa anda,maka bagi info buat kami supaya kami dan lain nya bisa ikut proses pencucian masalbareng anda dan keluarga.
terima kasih sebelumnya