YAHUDI MENGGENGGAM DUNIA
(BAGIAN III)
WILLIAM G. CARR
VI. RAHASIA DI BALIK PERANG DUNIA I
A. Persiapan Perang
Perang Dunia I meletus pada tahun 1914. Selama 4 tahun dunia banjir darah
oleh tumbal peperangan. Peristiwa ini belum pernah terjadi dalam sejarah
panjang ummat manusia, meskipun akan disusul dengan pertumpahan darah
yang lebih mengerikan, yaitu terjadinya Perang Dunia II tahun 1945. Apakah
akan menyusul perang dunia III, yang pasti akan lebih mengerikan? Wallahu
a'lam.
Tidak ada salahnya untuk menyinggung kembali peristiwa yang telah sama-
sama kita maklumi, yang akan mengawali terjadinya Perang Dunia I. Di sana
terjadi perlombaan senjata yang belum pernah disaksikan oleh dunia
sebelumnya. Senjata mematikan telah membanjiri negara di seluruh dunia.
Kegiatan ini tentu mendatangkan uang besar-besaran bagi para pialang perang.
Dunia terbelah menjadi berbagai persekutuan, yang saling menghadapkan
senjata yang mereka miliki satu sama lain. Siapa yang merancang? Tidak lain
mereka itu adalah para sesepuh Yahudi, atau jerat-jerat maut dari balik layar.
Kenyataannya mereka bisa menentukan suhu situasi dunia pada saat itu. Dari
uraian terdahulu kita bisa menyimak, bagaimana para sesepuh Yahudi
mempersiapkan diri untuk menyambut abad ke 20. Mereka telah
mempersiapkan pemerintah negara-negara Erpoa, aliran politik yang
dianutnya, dan angkatan bersenjatanya telah dipersiapkan untuk menimbulkan
terjadinya perang, atau minimal untuk menerima pemikiran tentang perang itu.
Setelah itu, di satu sisi para sesepuh Yahudi membentuk opini umum Eropa
dan dunia pada umumnya. Lalu di sisi lain, mereka menindas pemimpin yang
berani menghadang jalan yang sedang ditempuh oleh Konspirasi. Para tokoh
itu adalah para pembaharu yang berpegang pada undang-undang yang sah di
negaranya, dan memiliki wibawa yang memungkinkan mereka menghalangi
program yang telah dirancang oleh Konspirasi. Apalagi jika tokoh-tokoh itu
secara terbuka menyatakan perang terhadap mereka, dan tidak bisa
digoyahkan dengan propaganda yang menyesatkan. Tokoh-tokoh seperti itulah
yang merupakan ancaman bagi Konspirasi.
Kita akan menyajikan krisis politik yang besar, dan pertikaian sekitar wilayah
jajahan pada awal abad ini, yang membuat kita bingung. Dengan adanya krisis
tersebut, dunia terbelah menjadi berbagai kelompok persekutuan dan blok-blok
yang memporak-porandakan Eropa. Masing-masing pihak siap menyerang
lawannya, seperti yang telah ditulis secara rinci oleh sejarah umum, atau yang
diajarkan di sekolah. Di sini, kita akan mengungkap dari sisi lain, yaitu dari sisi
analitis.
Sekuensi peristiwa demi peristiwa sejarah sendiri telah menjadi jawaban jelas,
yang sebelumnya merupakan teka-teki besar yang terjadi awal abad ini, hingga
80
pecah perang Dunia I. Secara ringkas peristiwa itu telah mengakibatkan hal-hal
berikut :
1) Menghilangnya sejumlah pemimpin besar yang berkepribadian reformis
dari arena percaturan politik Eropa.
2) Dampak kuat yang mewarnai opini umum di Eropa, sehingga menjalar ke
seluruh dunia.
Adapun peristiwa-peristiwa di atas adalah
1) Terbunuhnya Raja Austria tahun 1899.
2) Pembunuhan Omirito, Raja Italia tahun 1900.
3) Pembunuhan William McKinley, Presiden Amerika yang ke 25 tahun 1901,
yang kemudian diganti oleh Theodore Roosevelt dengan bergelar Roosevelt
I.
4) Pembunuhan Prince Sergey, paman Czar sendiri tahun. 1905.
5) Pembunuhan Raja Portugal dan putra mahkotanya tahun 1908.
6) Peristiwa demi peristiwa itu disusul kemudian dengan pembunuhan putra
mahkota kerajaan Austria bersama permaisurinya di kota Sarajevo
Yugoslavia tahun 1914.
Rentetan peristiwa itu sebenarnya mengungkapkan hakikat peristiwa itu
sendiri. Di sini kita bisa menganalisa sepintas tentang peristiwa itu, dan
sekuensi waktu kejadiannya, yang jelas tercium berbau rancangan terselubung,
serta perbedaan lokasi kejadian peristiwa itu secara geografis. Kita tidak akan
ragu lagi, bahwa peristiwa itu bukan terjadi hanya karena faktor kebetulan. Di
sana terdapat ulah tangan-tangan dari balik layar, yang bisa dirasakan dengan
jelas di berbagai tempat.
B. Perang dan Layar Politik
Perdana Menteri Inggris pada saat meletusnya Perang Dunia I adalah Herbert
Henry Asquith. Ia adalah seorang politikus Inggris moderat yang disegani,
lantaran kebijakan politiknya yang ditujukan untuk kepentingan nasional
kerajaan Inggris. Ia terkenal sebagai Perdana Menteri Inggris yang sangat
memusuhi gerakan Zionisme. Oleh sebab itu, Konspirasi bertekad untuk
menumbangkannya, dan menggantinya dengan pasangan tiga serangkai,
terdiri dari tokoh-tokoh loyal kepada organisasi Zionisme. Mereka adalah
David Lloyd George, Arthur Balfour dan Winston Churchill. Namun untuk
menumbangkan pemerintahan Asquith ternyata tidak mudah. Inggris masih
berada dalam keadaan perang, sehingga tidak ada kesempatan yang tepat
untuk mengadakan manuver politik secara wajar. Di samping itu, mengganti
kabinet di saat perang akan menimbulkan benturan keras, dan mencemarkan
opini umum Inggris yang punya semboyan "Do not change your horse during the
war" (jangan mengganti kudamu di saat perang). pihak Konspirasi tidak hanya
bertujuan mengganti Asquith beserta pemerintahannya, melainkan mengganti
badan-badan terpenting dalam struktur negara secara menyeluruh. Ini berarti
menghancurkan struktur lama dan menggantinya dengan struktur baru.
81
Roda Konspirasi berputar pelan penuh kewaspadaan. Gerakan di bawah tanah
diberitahu untuk menghancurkan struktur pemerintahan dan sosial yang ada,
sesuai dengan program yang diinstruksikan oleh Kekuatan Terselubung.
Mereka merintis jalan untuk mengantar Churchill, Balfour dan Lloyd George
menduduki tampuk kekuasaan. Senjata yang mereka pakai adalah sama,
seperti yang dipakai dalam rancangan revolusi Perancis dan Rusia, yaitu
serangan propaganda yang luas, dan skandal gosip serta demoralisasi besar-
besaran. Rencana ini dilaksanakan dengan sangat hati-hati, sesaat setelah
pecahnya perang, agar tidak mengundang perhatian. Seorang agen Konspirasi
yang merupakan salah seorang milyuner Inggris menyewa gedung besar di
suatu daerah pinggiran London. Gedung ini dengan biaya besar diubah
menjadi sebuah klub mewah dan megah yang menimbulkan kesan aristokratik.
Penanggungjawab klub tersebut bisa meyakinkan para pejabat kerajaan, bahwa
klub itu didirikan dengan tujuan mengungkapkan salah satu bentuk
patriotisme, dan sebagai penghargaan yang dipersembahkan kepada para
perwira angkatan bersenjata dari medan tempur, ketika mereka datang ke
London untuk berlibur dan beristirahat. Pemerintah tidak segan lagi memberi
dukungan dan fasilitas atas usaha 'mulia' seperti itu. Akan tetapi, dibalik itu
semua, yang semula dikatakan bahwa anggota klub hanyalah para perwira
tinggi, berkembang menjadi terbatas pada orang-orang penting dengan lebih
dulu disumpah dan diketahui identitas pribadinya, sebagai syarat untuk
menjadi anggota.
Adapun kehidupan yang beredar dalam klub berkisar pada masalah minuman
keras, wanita dan perjudian dengan segala bentuk kemaksiatan bagi kalangan
atas masyarakat Inggris. Para pengelola klub berhasil menjaring sejumlah besar
wanita dan gadis-gadis kelas atas ke dalam klub dengan berbagai cara. Pada
suatu senja di bulan November 1916 terjadi suatu peristiwa yang unik. Seorang
menteri pemerintah Inggris mendapat surat yang isinya memohon, agar ia
berkenan menghadiri sebuah acara yang akan diadakan oleh klub itu. Sang
menteri memenuhi undangan itu dengan mobil khusus. Sopirnya disuruh
menunggu di luar. Seorang penyambut mengantarnya masuk ke dalam, dan
tibalah ia di sebuah ruangan remang-remang. Ia ditinggal sendirian oleh
penyambutnya. Sesaat kemudian datanglah seorang wanita muda dengan
busana sangat minim yang segera menggandeng sang menteri. Betapa terkejut
wanita itu setelah tahu, bahwa yang digandeng itu adalah suaminya sendiri.
Sementara itu, sang menteri juga sangat terkejut dan marah bukan kepalang.
Seorang pengawas klub segera mendatangi sang menteri dan memperlihatkan
daftar hitam mengenai istrinya, bahwa istrinya telah lama bergabung dalam
klub itu. Sang istri pun tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali berusaha menutupi
aib keluarganya dengan meninggalkan tempat itu dengan penuh kecewa. Sang
menteri baru menyadari, bahwa klub itu tidak lain adalah perangkap yang
sengaja dipasang oleh kekuatan terselubung. Daftar hitam itu adalah kumpulan
data milik klub dari anggota pria maupun wanita, usaha terselubung dari
Konspirasi. Tidak jarang hal-hal semacam itu sengaja diangkat dalam media
82
massa, disertai komentar provokatif, sehingga opini umum segera menyebar
luas mengenai kebobrokan kalangan atas di pemerintahan. Sementara itu
Inggris masih terlibat dalam perang besar yang mengorbankan ribuan putra-
putranya.
Pada bulan November 1916 seorang anggota parlemen mengucapkan pidato
dengan mengecam keras dan terbuka masalah klub ini. Ia menuntut agar
pemerintah segera mengambil langkah penyelidikan secara tuntas. Ia mendapat
informasi lengkap tentang kegiatan klub itu dari tiga orang perwira angkatan
darat Inggris, yang sebelumnya pernah mendukung berdirinya klub itu, setelah
mempertimbangkan tujuan baik yang tercantum dalam proposal. Ketiga
perwira tergiur dan akhirnya terperangkap di dalamnya tanpa sadar. Data-data
mengenai belang mereka telah tercatat oleh para pengawas klub. pihak klub
juga berusaha menggali informasi tentang rahasia militer dari ketiga perwira
dengan cara pemerasan. Namun mereka bertiga tetap tidak menyerah setelah
yakin, bahwa klub itu merupakan sarang mata-mata musuh. Selain itu, ketiga
perwira tersebut juga memberitahukan kepada anggota parlemen itu, bahwa di
sana terdapat seorang wanita terkenal dari Australia yang tidak disebutkan
namanya, beserta seorang sopir dari London, sejumlah istri dan gadis-gadis
anak beberapa tokoh politik dan pemerintah, yang terlibat sebagai anggota
klub. pihak pemerintah tidak segera bisa menjernihkan masalah, karena negara
dalam keadaan perang. Apalagi beberapa catatan hitam telah sempat bocor ke
dalam parlemen, dan beberapa surat kabar telah memuat berita hangat tentang
skandal yang melibatkan beberapa tokoh politik, sehingga membentuk opini
umum yang luas. Tidak lama kemudian media massa yang dikuasai oleh
Konspirasi mulai menyerang pemerintah Asquith dan berbagai
kementeriannya, dengan memuat nama mereka yang dilingkari dengan tanda
tanya besar mengarah kepada tuduhan. Pribadi Asquith pun tidak luput dari
serangan tuduhan. Ia dituduh punya hubungan lama dengan beberapa
penguasa Jerman, pada masa sebelum perang, di samping memberi dukungan
kepada Kaisar Jerman Guillaume. Sementara itu, gerakan bawah tanah
menyebar data-data dan dokumen dari daftar hitam tentang kebejatan moral
para tokoh politik dan pemerintahan Asquith yang telah terjaring dalam klub.
Tujuannya tentu saja untuk membentuk opini umum, persis seperti yang terjadi
menjelang revolusi Perancis. Posisi Asquith dan pemerintahannya makin
terjepit. Tak ada jalan lain baginya, kecuali mengundurkan diri bersama
pemerintahan kabinetnya hanya sebulan berselang, setelah berita skandal
moral diangkat ke atas permukaan, tepatnya pada bulan Desember 1916.
Kemudian Asquith digantikan oleh pemerintahan tiga serangkai, yaitu Lloyd
George sebagai perdana menteri, Balfour sebagai menteri luar negeri, dan
Churchill sebagai menteri pertahanan.
Data seperti di atas juga dialami oleh penulis buku ini (Admiral William Guy
Karr), yang ia sendiri adalah salah satu agen rahasia Inggris berpangkat
admiral yang memiliki pengalaman khusus dalam dunia rahasia. Ia
mengatakan :
83
"Aku pernah bertugas dalam berbagai operasi sebagai perwira agen rahasia
selama perang Dunia I. Aku merasa berkewajiban untuk mengatakan hakikat
yang sebenarnya tentang ekor peristiwa menyedihkan yang menimpa ketiga
perwira angkatan bersenjata Inggris tadi. Aku sangat terkejut dan hampir tidak
percaya, ketika aku mendapat sebuah laporan mengenai klub itu dan keterlibatan
ketiga perwira tersebut dalam sebuah pertikaian tajam. Mereka bertiga telah
dicantumkan dalam catatan militer Inggris, bahwa mereka bertiga telah
terbunuh dalam sebuah operasi militer, sedang wanita Australia tadi bersama
sopirnya ditangkap dan ditahan selama masa perang. Ia dikeluarkan setelah
perang usai tanpa diajukan ke pengadilan, dengan dalih berdasarkan undang-
undang darurat perang kerajaan. Anggota parlemen yang telah membeberkan
rahasia skandal itu tiba-tiba menghilang dari arena politik tanpa meninggalkan
alasan sedikit pun. Datanglah giliranku pribadi, setelah aku bisa mengetahui
secara mendalam tentang rahasia itu. Aku ditugaskan oleh pemerintah Lloyd
George dalam operasi militer di kapal selam. Dengan kata lain, aku dimutasikan
dari dinas inteligen ke bidang persenjataan kapal selam pada jajaran angkatan
laut Inggris. Selama operasi, kami kehilangan 33% perwira yang bertugas. Aku
termasuk salah satu orang yang selamat, berkat keajaiban belaka."
Dari pengalaman penulis buku ini sendiri tampak jelas, bagaimana kebijakan
yang ditempuh oleh pemerintahan tiga serangkai di Inggris waktu itu, dalam
usahanya membunuh orang-orang yang dianggap membahayakan kepentingan
kekuasaan terselubung. Sedang kaki-tangan mereka diselamatkan dengan cara
seolah-olah dipenjarakan, untuk mengelabui masyarakat umum, seperti nasib
wanita Australia dan sopirnya itu. Ada dalang yang memainkan wayang tiga
serangkai dari balik layar.
C. Zionisme mencekik Inggris
1. Rahasia di balik masalah Palestina
Setelah Asquith dan pemerintahannya jatuh, Konspirasi bisa menempatkan
Tiga Serangkai Lloyd George, Balfour dan Churchill untuk memerintah Inggris.
Berubahlah perimbangan kekuatan dunia. Amerika tiba-tiba melibatkan diri
dan memihak Inggris dalam perang melawan Jerman pada pertengahan tahun
1917, tiga tahun setelah perang pecah selama masa itu masing-masing pihak
dalam keadaan seimbang. Amerika sebenarnya tidak punya kepentingan apa-
apa dalam perang ini, meskipun negara itu harus mengorbankan ribuan putra
terbaiknya, dan mengeluarkan jutaan dolar. Publik opini Amerika
menunjukkan, bahwa mayoritas penduduknya menolak keterlibatan negaranya
dalam perang itu. Sebenarnya bangsa Amerika masih memandang bangsa
Eropa, khususnya Inggris, dengan mata kebencian dan kewaspadaan. Mereka
belum bisa melupakan perang melawan penjajah Inggris itu. Akan tetapi, di
sana ada faktor baru, yaitu gerakan Zionisme yang sepenuhnya mengendalikan
pemerintah Inggris, dan juga pengaruhnya yang sangat kuat di Amerika. Maka
opini publik Amerika bukanlah satu-satunya pertimbangan yang menentukan
84
kebijakan pemerintahnya. Faktor baru itu didukung oleh adanya berbagai
bentuk hubungan yang dilakukan dari balik layar. Dan yang paling menonjol
adalah hubungan Rothschild dengan menteri luar negeri Inggris Arthur
George Balfour, dan hubungan Balfour bersama Lord Reading dari satu sisi dan
dari sisi lain dengan perusahaan Cohen-Lobe di New York, yang mewakili
kelompok pemilik modal internasional di Amerika. Hubungan terakhir
dilakukan secara resmi, ketika pemerintah Inggris mengutus menteri luar
negerinya Balfour pada 5 April 1917, untuk mengadakan pertemuan dengan
kelompok Cohen-Lobe beserta para wakil perusahaan monopoli yang
tergabung dalam Cohen-Lobe itu. Balfour menyampaikan secara resmi atas
nama pemerintahnya, bahwa pemerintah Inggris akan mendukung proyek
yang mengacu pada terwujudnya Zionisme politik, sebagai imbalan atas
kesediaan mereka mendukung keterlibatan Amerika ke dalam perang memihak
Inggris. Demikianlah kedua belah pihak telah sepakat dan kemudian benar-
benar melaksanakan. Tepat pada tanggal 7 Juni 1917 pasukan Amerika pertama
tiba di Eropa. Sedang Inggris sesuai dengan perjanjian tersebut melaksanakan
langkah bagi terwujudnya Zionisme politik.
2. Deklarasi Balfour
Kita kembali kepada masalah hubungan pertama antara Rothschild dan
Balfour. Tanggal 18 Juli 1917 Lord Rothschild yang mewakili cabang
Rothschild and Brothers menulis surat kepada Balfour yang isinya :
"Sesuai dengan pernyataan yang anda minta, kami menulis surat ini kepada
Anda. Kalau Anda sudah mendapat wewenang tertulis dari pemerintah
baginda Raja yang berisi pemberitahuan tentang pernyataan yang kami
maksudkan kepada pemerintah, dan Anda sendiri menyambut baik tentang
pernyataan itu, kami akan menyampaikannya kepada persatuan Gerakan
Zionisme dalam sebuah pertemuan yang akan diadakan khusus untuk
membicarakan masalah itu."
Ttd.
Lord Rothschild
Adapun bunyi teks pernyataan yang diminta oleh Lord Rothschild, yang telah
disetujui oleh pemerintah kerajaan Inggris adalah yang kelak menjadi deklarasi
Balfour, yang isinya :
1) Pemerintah kerajaan Inggris menyetujui prinsip mengenai berdirinya
sebuah negara nasional bagi bangsa Yahudi di bumi Palestina.
2) Pemerintah kerajaan Inggris akan mengupayakan dengan segala
kepastian yang dimilikinya untuk mendukung tercapainya tujuan ini.
Pemerintah kerajaan Inggris juga akan membicarakan cara dan sarana
yang dibutuhkan oleh organisasi Zionisme untuk mewujudkan tujuan
tersebut.
85
Demikianlah sikap pemerintah kerajaan Inggris di bawah Perdana Menteri
Lloyd George, yang diwakili oleh menteri luar negerinya Arthur George
Balfour, yang bertekuk lutut tanpa syarat kepada arsiteknya. Bahkan
pemerintah Inggris tidak menawar sama sekali persyaratan yang diajukan oleh
Lord Rothschild dan kawan-kawannya dari organisasi Zionis. Bukti lain yang
menunjukkan adanya hubungan pemerintah Lloyd George dengan tokoh-tokoh
Zionis adalah disetujuinya tuntutan mereka yang lain. Yaitu tuntutan untuk
memilih Lord Reading sebagai kepala perutusan ekonomi Inggris di Amerika
Serikat. Padahal, Lord Reading itu tidak lain adalah seorang Yahudi yang
menyamar. Nama aslinya adalah Sir Roefoss Isac, yaitu orang yang tersangkut
skandal Marcony yang terkenal itu, sebelum mendapat gelar Lord. Pemerintah
Inggris memberi gelar itu kepadanya dengan maksud, agar skandal yang telah
menjatuhkan namanya itu akan terkubur dalam ingatan orang. Dan pemerintah
Inggris terpaksa memilihnya untuk menduduki posisi rawan itu, karena
desakan dari Lord Rothschild dan kawannya seperti Sir Herbert Samuel, yang
kelak menjadi komisioner tertinggi Inggris di Palestina, dan Sir Alfred Mond,
yang kelak juga mendapat gelar Lord.
Sementara itu, Lord Reading telah mengadakan pembicaraan rahasia dengan
pemerintah Amerika Serikat mengenai masalah keuangan, yang tidak seorang
pun bisa mengungkap. Hasil dari pembicaraan itu baru bisa dilihat dari
tinjauan kembali tentang struktur Bank Inggris, berdasarkan sistem baru
setelah tahun 1919, yang kemudian muncul hubungan keuangan besar-besaran
antara kedua negara. Di bawah ini adalah kutipan beberapa kalimat dari
sebuah surat yang dikirim oleh Yacob Sheiff, seorang tokoh Yahudi yang
mewakili perusahaan Cohen-Lobe di New York kepada salah seorang
pimpinan organisasi Zionisme bernama Freedman pada bulan September 1917
sebagai berikut :
"Saya benar-benar yakin sekarang, bahwa jaminan yang diberikan oleh Inggris,
Amerika dan Perancis kepada kita telah memungkinkan dimulainya imigrasi
besar-besaran bagi bangsa kita ke tanah Palestina. Jalan akan terbuka kelak
untuk menempatkan jaminan dari negara-negara besar mengenai kemerdekaan
bangsa kita, yaitu ketika bangsa kita di sana telah mencapai jumlah yang cukup
untuk bisa dijadikan alasan bagi tuntutan seperti itu."
Bukti-bukti seperti itu rasanya cukup jelas untuk membuka tirai yang
menutupi, siapa sebenarnya Kekuatan Terselubung yang menguasai perjalanan
sejarah bangsa-bangsa dari balik layar. Itu memperjelas, bahwa Zionisme
bukanlah suatu gerakan yang lahir dari 'rahim kebetulan.' Ia merupakan anak
dari sebuah program jangka panjang, yang dibentuk oleh perkumpulan pemilik
modal internasional dengan tujuan menguasai seluruh dunia dengan
kekayaannya. Berikut ini diketengahkan beberapa data lain yang bisa
melengkapi bukti-bukti yang lalu, yang bisa dijadikan bahan tambahan untuk
meneropong beberapa sisi misterius dari pengaruh Kekuatan Terselubung dan
Zionisme di Inggris.
86
Pada tanggal 28 Januari 1915 Perdana Menteri Asquith menulis dalam buku
hariannya beberapa baris catatan berikut :
"Saya menerima catatan khusus dari Herbert Samuel dengan judul Masa Depan
Palestina. Dia menyangka, bahwa kami mampu menempatkan sebanyak 3
sampai 4 juta bangsa Yahudi Eropa di bumi Palestina. Gagasan semacam ini
bagi kami seperti kumpulan cerita mengenai perang salib baru. Saya
menunjukkan kebencianku terus perang terhadap program dan gagasan yang
akan menambah beban tanggungjawab kami ..... dan seterusnya."
Catatan tersebut menunjukkan bukti kuat mengenai sikap Asquith terhadap
Zionisme dan Konspirasi internasional. Tidak bisa diragukan lagi, bahwa sikap
benci Asquith dan pemerintahannya menyebabkan pihak Konspirasi
mengambil langkah-langkah baru untuk menumbangkan Asquith. Bahkan juga
akan mendongkel sistem pemerintahan Inggris yang ada pada saat itu.
Memang benar, bahwa para pemilik modal sejak lama telah menguasai
beberapa pabrik senjata di Inggris. Pada saat para perancang program
Konspirasi mengumumkan perang terhadap Asquith yang menentang
Zionisme, Inggris tiba-tiba dihadapkan pada krisis dahsyat di bidang produksi
kimia sebagai bahan dasar bagi industri senjata perang dan amunisi. Direktur
produksi bahan kimia di Inggris ketika itu adalah seorang Yahudi bernama Sir
Frederick Nathan. Ia memberikan tender bahan-bahan kimia kepada
perusahaan Browner-Mond dengan kredit besar dari pemerintah sebagai
bantuan. Sedang pemilik perusahaan itu tidak lain adalah dua orang
pengusaha Yahudi terkenal, yaitu Browner dan Mond itu sendiri yang diambil
sebagai nama perusahaannya. Kemudian perusahaan itu membangun pabrik
kimia raksasa di kota Silvertown dengan biaya dari bantuan kredit pemerintah
itu. Ketika pabrik ini mulai memproduksi bahan-bahan kimia, kebutuhan
bahan kimia pemerintah segera bisa diatasi. Pada saat itu media massa yang
kebanyakan telah dikuasai oleh Konspirasi segera menyanjung keberhasilan
Browner dan Mond sebagai patriot yang dibanggakan Inggris. Pada saat negara
sedang dikepung oleh ancaman krisis persenjataan, mereka tampil sebagai juru
selamat. Sedang kecaman pedas dibebankan kepada pemerintah. Tidak lama
kemudian, setelah proyek Silvertown beroperasi, terjadi ledakan dahsyat yang
menghancurkan pabrik tersebut beserta 800 rumah di sekitarnya. Akibatnya,
produksi bahan kimia macet dan kembali pula krisis mengancam pemerintahan
Asquith. Sedang para pahlawan palsu beserta para perancangnya telah selamat
dari kecaman, dan mendapat sanjungan serta pujian.
Sebagai penutup perlu kita ingatkan, bahwa Mond yang bergelar Sir Alfred
Mond itu, yang kemudian menjabat pengawas produksi bahan kimia Inggris,
di samping sebagai wakil pemerintah dalam produksi persenjataan di kerajaan
itu adalah kelak menjadi kepala perwakilan Yahudi di Palestina.
Telah kita ketengahkan peristiwa yang terjadi berturut-turut, hingga jatuhnya
pemerintahan Asquith, yang kemudian digantikan oleh pemerintahan tiga
serangkai, yaitu Lloyd George, Balfour dan Churchill. Kemudian menyusul
87
berbaliknya perimbangan kekuatan dalam Perang Dunia I, setelah Balfour
mengadakan kunjungan ke New York untuk menghubungi para pemilik modal
internasional. Mungkin timbul pertanyaan di benak kita mengenai sebab yang
memaksa menteri luar negeri Inggris harus pergi ke New York untuk
menghubungi mereka. Padahal, kelompok Rothschild punya pusat kegiatan di
London, sebagaimana beberapa kali telah kita singgung. Untuk menjawab
pertanyaan seperti itu, kita bisa melihat Encyclopedia Yahudi mengenai
gerakan Zionisme sebagai berikut :
"Perang Dunia I telah memaksa pusat organisasi Zionisme di Berlin berpindah
ke New York. Seluruh kekuasaan dan wewenang diserahkan kepada Komite
Darurat Zionisme di bawah pimpinan seorang jaksa agung Amerika L.B.
Brandes." Dalam kaitan ini, seorang penulis berkebangsaan Inggris mengatakan
dalam bukunya berjudul Waters Flowing to the East halaman 51 :
"Sejak itu, yaitu perpindahan pusat Zionisme dari Berlin ke Amerika,
pengaruhnya tampak makin bertambah besar dalam kehidupan politik di
Amerika dan Eropa. Perwakilan imigrasi Yahudi telah berubah menjadi
kekuatan yang mampu mengirimkan dana dan informasi penting kepada
kelompok sabotase di setiap negeri di dunia." Kemudian seorang pengamat
Amerika dalam bidang peperangan M. Harrisburger menambahkan dalam
bukunya My Experiences in the First World War halaman 145-146 :
"Perusahaan milik orang Yahudi, Eliyans telah mentransfer uang sebesar
700.000 Franc Perancis pada 16 Maret 1916 kepada The Grand Eastern Lodge
di Paris, dan kepada The Grand Eastern Lodge di Roma sebesar 1 juta Lira Italia
pada tanggal 18 Maret tahun yang sama. Hal ini telah tercatat dalam dokumen
perkumpulan itu. Tidaklah keliru, kalau kita meragukan, bahwa uang sebesar
itu hanya untuk dibagikan kepada orang-orang Yahudi miskin. Jumlah itu
sangat besar waktu itu. Di sana pasti ada tujuan lain."
Kita kembali lagi meneropong peristiwa keji yang mengakibatkan Konspirasi
Zionisme berhasil menguasai Inggris sepenuhnya. Dalam periode ini
digambarkan oleh seorang penulis Inggris A.N. Field dalam bukunya That's all
Things halaman 4 sebagai berikut :
"Demikianlah pengaruh Yahudi tampak jelas setelah Lloyd George memegang
kendali pemerintahan."
Pertemuan pertama yang diadakan oleh komite politik organisasi Zionisme,
setelah Lloyd George memegang kendali kekuasaan dilaksanakan 7 Februari
1917 di kota London. L. Fray dalam bukunya Waters Flowing to the East
halaman 55 mengatakan :
"Pertemuan pertama yang diadakan oleh Komite politik organisasi Zionisme
adalah tanggal 7 Februari 1917 di rumah kediaman Moshe Gaster di London,
dihadiri oleh :
1) Lord Rothschild, kepala Rothschild and Brothers cabang London, dan
James Rothschild putra Edmond De Rothschild, kepala cabang Perancis
88
untuk kelompok Rothschild and Brothers, dan kepala Dewan Pemukiman
Yahudi yang mewakili Rothschild di Palestina.
2) Sir Mark Sykes, yang rumah tinggalnya terletak di distrik Ballingham
Guinness London, yang merupakan pusat gerakan Zionisme di Inggris,
3) Sir Herbert Samuel, yang kelak menjadi komisioner Tinggi Inggris pertama
di Palestina dan koordinator imigrasi Yahudi di wilayah itu.
4) Herbert Pantowich, yang kelak menjadi gubernur jenderal di Palestina.
Dialah orang yang bertanggung jawab dalam bidang hukum dan undang-
undang serta pelaksanaannya di Palestina.
5) Harry Sasheer
6) Joseph Cowen
7) Haim Weisman, seorang ketua Zionisme politik terbesar.
8) Nachom Sokolov, penanggungjawab dalam bidang propaganda yang kelak
menulis buku The History of Zionisme.
Topik utama yang dibahas dalam pertemuan itu adalah strategi yang akan
dipakai sebagai landasan pijak dalam perundingan resmi, yang akan
menentukan perjalanan nasib Palestina, Armenia dan Irak. Seorang politikus
Amerika Jeffrey menambah informasi mengenai pertemuan itu dalam sebuah
komentarnya yang ia sajikan kepada pihak organisasi Zionis di Amerika Serikat
sebagai berikut :
"Saya menyampaikan rincian hasil pertemuan ini kepada organisasi Zionisme di
Amerika. Kemudian sejak itu, mereka mencampuri urusan dalam negeri Inggris,
dan mengarahkan pemerintahan Lloyd George dalam masalah penting yang
menjadi bidangnya."
Selanjutnya kita perlu mengukur, sejauh mana penyusupan Zionisme ke dalam
pemerintahan Inggris pada saat itu diatur. Berikut ini beberapa pengakuan
seorang tokoh Yahudi Samuel Landman yang dibeberkan sendiri kelak dalam
bukunya Yahudi Internasional, diterbitkan di London tahun 1926 sebagai
berikut :
"Setelah persetujuan ditandatangani oleh Sir Mark Sykes dan Haim Weizman serta
Sokolov, mereka sepakat untuk mengirim sepucuk surat kepada jaksa agung Amerika
Serikat L.D. Brandes, yang sekaligus juga kepala Komite Organisasi Zionisme di New
York, untuk memberitahukan, bahwa pemerintah Inggris telah menyetujui untuk
membantu orang-orang Yahudi dalam merebut Palestina dari tangan bangsa Arab.
Imbalannya, persatuan Yahudi internasional bersedia bersekutu dengan Inggris, dan
Zionisme di Amerika bersedia mendesak pemerintah Amerika untuk bergabung dengan
sekutu. Pada saat itu, Amerika belum melibatkan diri dalam perang. Kemudian gerakan
Zionisme di Amerika meniupkan arus kuat untuk mendukung dan menekan
pemerintah Amerika agar terlibat dalam perang memihak Inggris. Ini membuat
kekuatan Inggris menjadi unggul seketika."
"Kami mengirimkan surat serupa kepada jenderal Mac. Donaff, komandan angkatan
darat Inggris. Dr Weizman sejak itu telah menjadi orang yang punya pengaruh besar,
sehingga memungkinkan ia mengadakan hubungan langsung dengan jenderal Mac.
89
Donaff, dan bisa mencampuri urusan militer. Ia berhasil memperoleh hak pembebasan 6
orang pemuda Yahudi dari dinas wajib militer. Padahal, negara masih dalam keadaan
perang. Dr Weizman berhasil memperoleh pembebasan mereka dari dinas wajib militer,
karena alasan yang ada hubungannya dengan kepentingan utama bagi negara."
"Adapun kepentingan utama yang dimaksud tidak lain adalah mendirikan kantor
khusus untuk gerakan Zionisme, langsung di bawah pimpinan Weizman. Sedang ke 6
pemuda itu adalah saya sendiri dan 5 kawan lainnya, di antaranya Harry Sasheer,
seorang anggota Komite politik organisasi Zionisme. Pemerintah baru di bawah
pimpinan Lloyd George, Balfour dan Churchill menganggap organisasi Zionisme
sebagai kawan dan sekutunya. Kantor-kantor perwakilan kita mendapat perlakuan
istimewa dalam pelayanan urusan paspor untuk beberapa orang tertentu, transportasi
dan pendanaan. Sebagai contoh, kami sendiri bisa menguruskan dokumen-dokumen
perjalanan untuk seorang Yahudi berkebangsaan Turki Utsmani, karena ia adalah
kawan kami sendiri. Kementerian dalam negeri Kerajaan Inggris dengan mudah
memberikan berbagai fasilitas, meskipun kerajaan Turki pada saat itu sedang berperang
melawan Inggris. Setiap warga Turki Utsmani dianggap musuh."
Demikianlah sebagai penutup bab ini, kita bertambah yakin, bahwa langkah
pertama dan paling utama yang ditempuh oleh pemerintah tiga serangkai
adalah, bahwa politik negaranya (Inggris) akan mendukung program
Rothschild untuk mendirikan sebuah negara bagi bangsa Yahudi di bumi
Palestina.
90
VII. DI BALIK PANGGUNG PERJANJIAN
VERSAILLES
Dalam sejarah sering terjadi kesalahan besar, adanya perjanjian dan pertemuan
yang sering menimbulkan akibat buruk yang tidak diharapkan oleh berbagai
negara. Sejarah belum pernah menyaksikan akibat yang lebih buruk daripada
yang ditimbulkan oleh Perang Dunia I, yaitu perjanjian Versailles, yang
buntutnya masih dirasakan oleh ummat manusia sampai kini. Perjanjian
Versailles yang menandai berakhirnya Perang Dunia I sebenarnya merupakan
bibit timbulnya Perang Dunia II. Perjanjian ini telah mencoreng wajah dunia
secara keseluruhan. Dunia terkelompok menjadi wilayah jajahan, yang
diistilahkan dengan kawasan-kawasan pengaruh. Perjanjian Versailles juga
melahirkan penjajahan baru dengan istilah yang menyesatkan, seperti
pemerintah perwakilan, perlindungan, pendudukan, pembinaan, kawasan
pengaruh, dan seterusnya. Timbullah berbagai pertikaian, pemberontakan,
krisis macam-macam, yang diakibatkan oleh pengelompokan bangsa dan
negara menjadi berbagai sekutu, yang pada akhirnya menumbuhkan bibit
kekacauan di mana-mana, dan kecemburuan politik tak terhindarkan lagi.
Sebagai akibat dari semua itu, situasi dunia makin buruk, setelah perjanjian
Versailles dilaksanakan. Opini dunia mulai menyadari keburukan isi perjanjian
Versailles itu sedikit demi sedikit. Tokoh politisi dunia dibantu oleh para ahli
strategi terus mengamati perkembangan yang terjadi. Akhirnya mereka
meletakkan tanda tanya besar di seputar perjanjian itu. Oleh sebab itu, kita
akan mencoba mengungkap tabir yang menutupi hakikat yang
melatarbelakangi perjanjian itu, agar kita bisa melihat hal-hal yang selama ini
merupakan teka-teki.
A. Kebencian Muncul di Jerman
Para analis netral memberi komentar tentang perjanjian Versailles, bahwa para
wakil dunia berbudaya sebenarnya tidak menandatangani isi perjanjian yang
berisi penindasan, sebanyak penindasan yang diderita oleh bangsa Jerman,
setelah perjanjian itu diberlakukan. Kebenaran ini terlihat dari sikap bangsa
Jerman terhadap perlakuan yang mereka terima akibat diberlakukannya
perjanjian itu beberapa hari setelah ditandatangani. Akibatnya, bangsa Jerman
naik darah dan dendam, yang kelak berkembang menjadi bahan dasar
pemikiran faham nasionalisme Aryan Jerman. Fenomena kebencian bangsa
Jerman ini kelak melahirkan Hitler dan Nazisme, yang kemudian menyebabkan
pecahnya Perang Dunia II. Kita perlu melihat kembali kerancuan bagaimana
Perang Dunia I berakhir, agar kondisi yang mengelilingi penandatanganan
perjanjian Versailles tanggal 11 November 1918 menjadi jelas.
91
Permintaan untuk mengadakan gencatan senjata oleh komandan tertinggi
angkatan bersenjata Jerman bukan berarti menyerah kalah. Peristiwa ini
menimbulkan perbedaan pendapat yang sangat besar. Pasukan Jerman masih
tetap kuat dan masih maju menghadapi musuh. Permintaan komandan
tertinggi Jerman itu semata-mata disebabkan oleh adanya bahaya yang
mengancam dari dalam negeri Jerman sendiri, yaitu bahaya pemberontakan
Komunis yang timbul di bawah pimpinan seorang wanita Yahudi, Roza
Luxemburg.
Ketika pimpinan pasukan Jerman sedang membicarakan masalah gencatan
senjata dengan sekutu, ada peristiwa besar yang terjadi, yang perlu dicatat.
Gerakan pemberontakan Komunis di bawah pimpinan Roza Luxemburg
berhasil menyusup ke dalam tubuh angkatan bersenjata Jerman, khususnya ke
dalam jajaran angkatan laut, yang selama itu menjadi incaran mereka. Pada
awal tahun 1918 tiba-tiba tersiar desas-desus di kalangan angkatan laut Jerman,
bahwa panglima tertinggi angkatan bersenjata akan mengadakan serbuan
bunuh diri dengan kapal perangnya secara besar-besaran terhadap armada
angkatan laut Amerika, Inggris dan Perancis. Tujuannya ialah untuk
melumpuhkan kapal-kapal sekutu, meskipun untuk itu Jerman akan
kehilangan sebagian besar kapal perangnya. Setelah itu, Jerman akan
mengadakan serangan udara di pantai-pantai Inggris yang tidak terlindung
oleh armada sekutu. Para penyebar kabar burung itu terus melakukan agitasi
kasak-kusuk, dan mengadakan api pembangkangan dengan dalih, bahwa
rencana serbuan gila seperti itu sama saja dengan bunuh diri secara konyol, dan
akan mengakibatkan kehancuran fatal. Desas-desus itu terutama difokuskan
pada bayangan yang mengerikan yang akan terjadi, apabila saat itu pesawat
sekutu menjatuhkan bom-bom kimia paling modern terhadap pasukan Jerman.
Maka nasib pasukan Jerman sudah bisa dibayangkan.
Desas-desus itu mencapai puncaknya, ketika para agitator mengumumkan
secara terbuka dari atas kapal Jerman, tentang satu-satunya jalan untuk
menyelamatkan diri dari nasib yang bakal menimpa, apabila panglima
angkatan bersenjata meneruskan rencana serbuan itu. Pada tanggal 3
November angkatan laut Jerman benar-benar mengeluarkan pernyataan
pembangkangan terhadap panglima tertinggi angkatan bersenjata. Kemudian
disusul oleh pembangkangan unit armada kapal selam pada tanggal 7
November, yang sedang berada dalam perjalanan menuju arah front Barat.
Tiba-tiba tersiar desas-desus yang lain, bahwa mereka sedang berjalan pergi
untuk melarikan diri dari misi serbuan bunuh diri yang didesas-desuskan itu.
Pada saat yang sama di Jerman terjadi kekacauan besar di berbagai pabrik
amunisi dan senjata, yang menyebabkan macetnya produksi. Sejumlah orang
keluar untuk menyebarluaskan tuntutan, agar Jerman menyerah kepada
sekutu. Perkembangan selanjutnya makin bertambah kacau dan keruh,
sehingga Kaisar Jerman terpaksa turun tahta pada tanggal 9 November 1918.
92
Kemudian segera berdiri sebuah pemerintahan Republik Sosialis. Langkah
pertama yang dilakukan adalah menandatangani gencatan senjata, hanya
beberapa hari berselang kemudian, yaitu pada tanggal 11 November 1918.
Akan tetapi, kerusuhan itu tidak juga kunjung reda. Bahkan kali ini banyak
orang bertambah sengit menentang tokoh-tokoh Republik Sosialis. Roza
Luxemburg telah memainkan kartu pentingnya, ketika ia mengajukan
persyaratan kepada pemerintahan Republik Sosialis, untuk melepas angkatan
bersenjata dan menggantikan panglimanya, sebagai imbalan untuk meredakan
kerusuhan. Namun ketika Jerman tidak lagi mengandalkan pasukan regulernya
yang mampu menumpas kerusuhan dan kekacauan, Roza Luxemburg beserta
kelompoknya kembali memihak kaum republik sosialis dan bergabung
kedalamnya. Kemudian mereka mengeluarkan pengumuman tentang revolusi
di kota Berlin pada bulan Januari 1919, dan berhasil merebut kekuasaan
bersama para pendukungnya, yang mayoritas adalah orang Yahudi. Namun
revolusi ini sempat menimbulkan dampak ke luar yang tidak disangka-sangka.
Di Moskow terjadi perpecahan tajam antara dua tokoh revolusi Komunis Rusia,
yaitu Lenin dan Trotsky. Lenin menolak mentah-mentah membantu Roza
Luxemburg, sedang Trotsky bersedia membantu dengan segala kekuatan yang
dimiliki Uni Sovyet Rusia. Penolakan Lenin itu menjadi faktor penentu bagi
perkembangan selanjutnya. Roza dan kawan-kawan Yahudinya menjadi
terisolir. Sementara kaum nasionalis Jerman bangkit untuk menyerang Roza
dan para pendukungnya. Mereka dikejar-kejar, dan terjadilah pembantaian
besar-besaran atas orang Yahudi. Seorang kolonel muda dari angkatan
bersenjata Jerman berhasil menangkap Roza beserta pembantu utamanya Karl
Lickenht. Kemudian mereka berdua ditembak mati. Kebencian terhadap unsur
semitik terus memuncak, karena mereka merupakan biang kerok yang telah
merugikan Jerman dalam perang, dan timbulnya kerusuhan besar setelah itu.
Rumah-rumah yang dihuni oleh orang Yahudi dibakar, dan ratusan ribu orang
Yahudi menemui ajal mereka, akibat dendam mendalam bangsa Jerman
terhadap mereka.
Sejak itu situasi di Jerman membuka pintu bagi fanatisme ras, dan
menghidupkan kembali teori superioritas Aryanisme, atau dengan kata lain
memunculkan Hitler dan Nazismenya. Inilah akibat peran buruk yang
dimainkan oleh pemilik modal Yahudi internasional bagi bangsa Jerman, mulai
dari angkatan lautnya, pabrik senjatanya dan perjanjian Versailles yang sangat
memberatkan Jerman. Lenin sendiri pernah mengatakan, bahwa Roza
Luxemburg adalah orang Yahudi yang bertanggungjawab atas gelombang anti
semitik yang melanda Jerman. Konspirasi sebenarnya menemukan kondisi
yang sesuai untuk menyulut api Perang Dunia II, setelah mereka lebih dulu
merancang dan menciptakan situasi itu. Ini sesuai dengan pernyataan di atas,
bahwa yang bertanggungjawab atas gelombang anti semitik di Eropa, dan
perkembangan situasi yang terus memuncak menuju pertikaian senjata secara
global adalah hasil ulah tangan kotor persekongkolan para pemilik modal
Yahudi internasional sendiri.
93
B. Masalah Palestina
Setelah Konspirasi berhasil mencapai tujuannya di Jerman, sasaran berikutnya
ditujukan kepada bumi Palestina. Mereka mengincar Palestina sebagai impian
lama yang kini hampir tiba di ambang pintu. Sebagaimana telah kita singgung
terdahulu, bumi Palestina akan dijadikan poros bagi program dan titik
pemusatan kegiatan internasional bagi Konspirasi. Hal ini bisa dimaklumi,
karena Palestina adalah pusat terpenting wilayah Timur Tengah dan Timur
Dekat. Secara geografis, Palestina merupakan jalur penghubung antara tiga
benua, yaitu Afrika, Eropa dan Asia. Di samping itu, kekayaan emas hitam
yang terdapat di wilayah itu merupakan kebutuhan dunia dalam jumlah
melimpah. Dengan demikian, politik Zionisme telah meletakkan dua sasaran
yang hendak dicapai untuk menuju ke Palestina, yaitu :
1) Memaksa negara di dunia untuk mengakui negara nasional bagi bangsa
Yahudi di Palestina, yang kemudian akan dijadikan pusat kegiatan
Konspirasi untuk meletakkan memprakarsai Perang Dunia III.
2) Menguasai seluruh sumber kekayaan alam yang terdapat di wilayah itu.
Berikut ini diketengahkan tahapan program kerja yang akan dijadikan landasan
bagi pelaksanaannya. Langkah pertama, mereka mengeluarkan deklarasi
Balfour tahun 1917 yang telah mengikat Inggris, Perancis dan Amerika Serikat
untuk mendukung berdirinya sebuah negara nasional bagi bangsa Yahudi di
bumi Palestina. Untuk melaksanakan hal itu, jenderal Allenby langsung diberi
instruksi untuk memukul mundur pasukan Turki Utsmani keluar dari wilayah
Timur Tengah dan menduduki Yerusalem. Penguasa Inggris sengaja
merahasiakan deklarasi Balfour selama masa operasi militernya, dengan
dukungan pasukan Arab nasional, pengkhianat ummat di bawah bendera
Syarif Hussein, Amir Makkah. Sedang para pemilik modal internasional pada
saat operasi militer Inggris di wilayah Palestina masih berlangsung, telah
mendesak pemerintah Inggris untuk menentukan perwakilan Organisasi
Zionisme di Palestina, dan menentukan anggota politisi Zionis untuk menjadi
anggota perwakilan itu. Tuntutan itu diajukan kepada penguasa militer Inggris
di Palestina, jenderal Crayton, dan segera dikabulkan pada bulan Maret 1915.
Politisi yang menjadi anggota perwakilan itu adalah :
Kolonel Orampsey Rigor, yang kelak menjadi direktur Bank Standard di
Afrika Selatan, yaitu sebuah bank yang menguasai pertambangan emas
dan logam mulia lainnya di Afrika Selatan. Dan dia pula yang
mendukung dana kepada sistem politik Apartheid.
Haim Weizman yang kelak menjadi perdana menteri Israel pertama.
Komite perwakilan Zionisme ini telah berada di Palestina sebelum diadakan
perundingan damai, bahkan sebelum Perang Dunia I usai. Hal ini
dimaksudkan untuk menciptakan momen yang tepat sebelum masalah
Palestina dibicarakan di forum mendatang, yaitu perjanjian Versailles.
Kemudian perundingan damai dimulai, dan para pemilik modal internasional
94
membuka kedok. Tampak jelaslah pengaruh mereka. Kita tidak perlu
memperjelas lagi, tapi cukup dengan menyebutkan beberapa analisa singkat.
Dalam perundingan ini, ketua utusan Amerika adalah Paul Warburg, yang
sebelumnya telah kita sebutkan sebagai wakil pemilik modal internasional di
Amerika Serikat. Ketua utusan Jerman adalah saudara kandung Paul sendiri,
Mark Warburg. Jangan lupa, Mark mewakili negara musuh sekutu yang kalah
perang. Sementara itu, Paul mewakili negara yang menang perang.
Perundingan damai seperti itu lalu menjadi perundingan pemerasan, yang
seluruh keputusan yang berbuntut jahat dan mengakibatkan timbulnya bahaya
itu bisa disetujui. Pada masalah yang berhubungan dengan Palestina, sejumlah
tokoh Zionis Inggris dalam perundingan itu meletakkan rancangan
pemerintahan perwakilan Inggris di wilayah itu, di antaranya adalah :
Profesor Philex Frankfurner, yang kelak menjadi penasihat presiden di
Gedung Putih pada masa pemerintahan Franklin Roosevelt.
Sir Herbert Samuel, komisioner tinggi pertama di Palestina setelah
pendudukan pasukan Inggris.
Lushian Wolf, seorang penasihat pribadi perdana menteri Inggris Lloyd
George.
Ketika perundingan pendahuluan dimulai, penasihat khusus bagi perdana
menteri Perancis Monscour Clemenceau adalah Madell. Nama ini adalah nama
samaran. Nama yang sebenarnya adalah Rothschild, yaitu salah satu anggota
keluarga besar Rothschild. Sedang salah satu penasihat presiden Amerika
Serikat yang menjadi delegasi dalam perundingan itu adalah Mr. Morganthow,
yang putranya kelak memegang kementerian keuangan pada masa
pemerintahan Roosevelt. Telah kita sebutkan, bahwa para pemilik modal
internasional tidak segan-segan mencampakkan topeng mereka. Untuk
membuktikan hal ini, berikut ini dikutipkan beberapa kalimat yang ditulis oleh
Lushian Wolf dalam bukunya yang berjudul Steadies on The Jewish History
halaman 408 :
"Sejumlah nama politisi muncul pada perundingan perdamaian, dan yang
menandatangani perjanjian itu atas nama negara-negara Italia, Perancis dan
India adalah tokoh-tokoh Yahudi yang mewakili negara masing-masing.
Mereka adalah Baron Somito mewakili Italia, Louis Cloudes mewakili Perancis,
dan Edvin Montagio mewakili India. Mereka semua adalah orang Yahudi.
Sebaiknya baik pula untuk kita simak kata-kata beberapa penulis yang tidak
perlu kita beri komentar. Seorang sejarawan Inggris terkenal Harold Nicolon
dalam bukunya "Menciptakan Perdamaian" 1919-1944 (Making Peace 1919-1944)
halaman 44 mengatakan, bahwa Lushian Wolf minta secara pribadi kepadanya,
agar ia mau menunjukkan pendapatnya tentang orang-orang Yahudi yang
harus diberi perlindungan internasional. Dalam waktu yang sama mereka juga
harus diberi hak seperti layaknya warga negara lain, di mana pun mereka
berada.
95
Seorang penulis Perancis George Pateau dalam bukunya yang diberi judul
"Masalah Yahudi" (The Problem of the Jews) halaman 38 mengatakan :
"Tanggungjawab diberikan kepada orang Yahudi yang telah mengelilingi
presiden Amerika Serikat Wilson, perdana menteri Perancis Clemenceau dan
perdana menteri Inggris Lloyd George, dalam menyulap perundingan damai
menjadi perundingan Yahudi." Selanjutnya perlu juga disinggung mengenai
peristiwa yang terjadi pada saat perundingan berlangsung di Paris tahun 1919,
saat presiden Wilson pada mulanya mengajukan pendapatnya yang sangat jitu.
Akan tetapi sayang, tiba-tiba ia mendapat telegram tertanggal 28 Maret 1919
terdiri dari 2000 kata, yang dikirim kepadanya secara pribadi oleh Yacob Sheiff,
wakil pemilik modal internasional di Amerika, yang telah kita sebutkan
berulang kali. Telegram itu berisi gagasan pihak yang diwakili Yacob Sheiff
mengenai 5 masalah internasional, yaitu masalah Palestina, pampasan perang
yang harus dibayar oleh Jerman, masalah Sisilia, Terusan Danring dan wilayah
Sarre (Jerman). Telegram ini telah mempengaruhi pendirian presiden Wilson,
dan membuatnya berubah pendirian, sehingga jalan perundingan dibuatnya
berputar haluan. Duta besar Perancis untuk Inggris, pada waktu itu De San
O'clear melukiskan peristiwa itu dalam bukunya mengenai politik yang kelak
ia tulis, berjudul "Jenewa menuju Perdamaian" (Jeneve Towards Peace)
menyebutkan, bahwa isi teks yang terkandung dalam perjanjian Versailles
berkenaan dengan 5 masalah itu adalah hasil rancangan Yacob Sheiff dan
orang-orang sedarahnya.
Masalah Palestina merupakan agenda pembicaraan yang paling banyak
difokuskan oleh para peserta. Sebelum gerakan Yahudi terselubung selesai
menentukan pemerintahan perwakilan Inggris di Palestina dalam perundingan
damai itu, mereka telah mengalihkan program mengenai point yang lain, yaitu
persiapan untuk merancang pecahnya Perang Dunia II. Maka isi rumusan
perundingan damai yang dibebankan kepada Jerman sangat tidak adil dan
memberatkan. Hal ini merupakan bibit-bibit ketidakpuasan di kalangan bangsa
Jerman yang kelak menimbulkan dendam nasional. Begitulah kenyataan yang
terjadi dalam peristiwa berikutnya.
Konspirasi tidak lupa untuk menoleh kepada usul mengenai pembentukan
Liga Bangsa-Bangsa (Nations League) Yang telah disahkan dalam perjanjian
Versailles. Maka tidak mengherankan kalau forum internasional ini kelak
menjadi ladang subur bagi penanaman berbagai rancangan yang dibuat oleh
Konspirasi, sekaligus menjadi kuda tunggangan bagi para pemilik modal
internasional. Oleh sebab itu, kelak tokoh Zionis kenamaan Nachom Sokolov,
kepala Komite Eksekutif Konferensi Zionisme menjadi berbangga diri dalam
badan internasional ini. Pada tanggal 25 Agustus 1952 ia mengatakan, bahwa
Liga Bangsa-Bangsa adalah hasil buah pikiran orang-orang Yahudi. Pernyataan
ini dikutip secara harfiah oleh kolonel M.H. Seen dari Amerika, dalam bukunya
"Tangan Kotor" (The Filty Hand), yang sengaja ia tulis untuk memperingatkan
bangsa Amerika mengenai bahaya Zionisme. Juga perlu kita perhatikan
pernyataan Weekham Syde, seorang pakar dalam masalah internasional dan
96
pimpinan redaksi harian besar berbahasa Inggris The Tunes. la berkali-kali
menyinggung adanya pengaruh terselubung yang dilakukan oleh para pemilik
modal Yahudi internasional. la menulis buku besar dengan judul "Selama 30
Tahun" (In the past 30 Years). Dalam halaman 301-302 ia mengatakan :
Ketika Winston Churchill mengadakan kunjungan ke tanah Palestina tahun
1921, delegasi Arab datang untuk menyambutnya. Mereka menjelaskan
kepadanya tentang ketidakadilan dan kekejaman langkah-langkah kebijakan
yang ditempuh pemerintah Inggris untuk memenuhi cita-cita Zionisme, yaitu
menguasai bumi Palestina. Mereka mengemukakan, bahwa bangsa Arab telah
mendiami bumi itu sejak ribuan tahun yang silam. Mereka minta agar
Churchill sudi mengusahakan adanya penyelesaian mengenai ketidakadilan
ini. Akan tetapi Churchill menjawab:
"Masalah itu di luar wewenang kekuasaanku, di samping aku sendiri juga tidak
setuju. Bahkan kami yakin, bahwa yang telah digariskan dalam deklarasi Balfour
ini akan lebih baik bagi kemaslahatan dunia, bagi kerajaan Inggris dan bagi
bangsa Arab sendiri. Kami akan tetap mewujudkan rencana itu."
Tidak seorang pun bisa membayangkan, bagaimana perasaan delegasi Arab
yang mendengar jawaban Churchill itu, yang terus terang menunjukkan
keterlibatan Churchill dengan program terselubung Zionisme. Bahkan kami
pribadi (penulis) baru tahu masalah ini setelah tahun 1954, pada saat Churchill
mengadakan kunjungan ke Amerika Serikat dalam suatu pertemuan dengan
Bernard Baruch, seorang Yahudi yang memainkan pecan penting dalam politik
Amerika Serikat dari balik layar selama bertahun-tahun, pada masa
pemerintahan Roosevelt yang menjabat sebagai kepala penasihat presiden di
Gedung Putih. Pada pertemuan itu Churchill menyatakan, bahwa dia adalah
seorang Zionis, dan akan tetap sebagai orang Zionis. Mungkin ketika menjawab
delegasi Arab, Churchill masih teringat ancaman terbuka kepada Inggris, yang
dikeluarkan oleh tokoh Zionis terbesar, Haim Weizman yang dimuat dalam
majalah Gudesha edisi ke 4 tahun 1920, yang bunyinya secara harfiah sebagai
berikut :
"Kami akan tetap hidup berdiam di tanah Palestina, baik Anda mau atau tidak.
Maka langkah yang paling baik untuk Anda lakukan sekarang adalah
mempercepat proses imigrasi bangsa Yahudi ke Palestina atau memperlambat
sedikit. Namun yang paling baik bagi Anda adalah membantu kami supaya
kekuatan kami tidak berbalik menentang Anda. Kami sekarang berada dalam
barisan bersama Anda. Dan Anda semua tahu, bahwa kami punya kekuatan di
setiap penjuru dunia."
Ancaman seperti itu bukan satu-satunya. Dalam konferensi Zionisme yang
diadakan di kota Budapest ibukota Hunggaria tahun 1919, para tokoh Zionis
peserta konferensi mengeluarkan ancaman terbuka kepada dunia. Pernyataan
yang bernada mengancam seperti itu juga datang dari Hain Weizman sendiri.
Ia mengatakan :
97
"Organisasi Zionisme kita akan memainkan perannya dalam mengatur dunia
baru pada masa pasca perang. Kitalah yang menciptakan Liga Bangsa-Bangsa,
dan kita akan berjalan di belakang program yang telah kita buat. Tujuan dan
kepentingan yang kita inginkan telah kita tentukan sebelumnya."
Kami (penulis) menyelesaikan penulisan bab ini tahun 1944, setelah
mempelajari dokumen dan data-data yang sebelumnya kami kumpulkan. Akan
tetapi, setelah 8 tahun kemudian sesuai dengan jabatan kami dalam pemerintah
sebagai perwira inteligen rahasia, kami mendapatkan sebuah dokumen rahasia
berbahaya. Kami merasa wajib untuk menyertakan beberapa bagian dari
dokumen itu dalam bab ini, mengingat masalah ini punya arti tersendiri, yaitu
yang berhubungan dengan konferensi puncak Sidang Darurat Para Pendeta
Yahudi se-Eropa, yang diadakan di Budapest tanggal 22 Januari 1952. Berikut
ini adalah ringkasan dari dokumen tersebut yang mengandung beberapa
paragraf harfiah, yang memungkinkan kami memuatnya, yaitu :
'Laporan dari Eropa tentang konferensi puncak Sidang Darurat Pendeta Yahudi
se-Eropa, pidato rahasia yang disampaikan oleh pendeta tertinggi Yahudi
Emanuel Robinovich tertanggal 12 Januari 1952.
Selamat berbahagia putra-putraku . . .
Kalian telah terpanggil untuk mengadakan pertemuan istimewa ini untuk
mengkaji masalah dan rancangan pokok bagi program kita yang baru, yaitu
program yang berkaitan dengan perang yang akan datang, sebagaimana yang
kalian telah ketahui. Rancangan kita semula membutuhkan tenggang waktu 20
tahun, sehingga kita mendapatkan seluruh keuntungan yang dihasilkan dari
Perang Dunia II. Akan tetapi, beberapa pertimbangan baru mengharuskan
adanya pengurangan jangka waktu 5 tahun lebih dini. Langkah-langkah yang
masih kita lakukan demi tujuan kita, sejak 3000 tahun yang lalu sekarang telah
berada dalam jangkauan tangan kita. Sebentar lagi kita pasti akan bisa memetik
buahnya, dengan syarat kita harus melipat gandakan usaha keras dengan
menggunakan pikiran dan pengalaman apa saja yang kita miliki. Kami bisa
meyakinkan Anda sekalian, bahwa beberapa tahun lagi bangsa kita akan bisa
mengembalikan posisinya di tempat paling atas di dunia. Ini merupakan hak
alami yang telah dirampas semenjak kurun waktu yang sangat panjang. Dan
hal ini akan kembali kepada kita seperti semula, sehingga setiap orang Yahudi
akan menjadi tuan, dan setiap gentile atau non-Yahudi akan menjadi budak ...
(aplaus besar).
Sekarang ini, kami akan menawarkan pemikiran tentang perang mendatang.
Kalian tentu ingat keberhasilan besar mengenai program yang kita laksanakan
sejak tahun 1930. Propaganda besar-besaran yang kita sebarluaskan telah
berhasil meniupkan api kebencian di Jerman terhadap dunia Barat dan
terhadap unsur semitik. Kemudian kita juga meniupkan rasa kebencian bangsa
Barat terhadap bangsa Jerman, yang disebabkan oleh sikap permusuhan
Jerman terhadap unsur semitik. Inilah program pokok yang sekarang sedang
kita laksanakan untuk meniupkan rasa kebencian Timur terhadap Barat, dan di
98
Barat terhadap Timur. Kita akan memerangi bangsa-bangsa yang bersikap
netral untuk memaksa mereka bergabung dengan blok ini atau blok itu. Kita
tidak akan membiarkan seseorang menghalangi jalan yang kita tempuh. Untuk
mencapai tujuan awal dari program ini, kita akan menanamkan orientasi
militerisme dan naluri perang di Amerika. Akan tetapi, rancangan undang-
undang yang kita ajukan kepada kongres Amerika dengan dukungan dari jaksa
agung mengenai wajib militer bagi setiap warga Amerika ternyata ditolak. Kita
mengalami kegagalan sementara. Kita akan mulai usaha baru lagi dengan
bekerja keras, untuk melemparkan tuduhan kepada pihak Uni Sovyet, bahwa
negara itu melakukan kebijakan anti semitik, meskipun terdapat hubungan erat
antara kita dan Komunisme. Kita akan mendukung dengan dana dan pengaruh
bagi organisasi yang membela unsur semitik, khususnya di Amerika. Tujuan
terakhir program ini adalah menciptakan Perang Dunia III, yang akan
mengakibatkan kehancuran total, dan pengaruh yang jauh lebih besar dari
pada seluruh peperangan yang pernah terjadi. Kita akan membuat Israel tetap
netral dalam perang ini, sehingga terhindar dari kehancuran. Setelah itu, Israel
akan menjadi tempat sidang-sidang perundingan, pengawasan dan lain-lain,
yang saat itu akan diserahi tugas untuk mengawasi bangsa-bangsa yang tersisa.
Perang inilah yang akan merupakan pertikaian terakhir dalam sejarah melawan
kaum gentiles. Kita kelak akan membuka kedok yang menutupi wajah identitas
kita yang sebenarnya di hadapan mata dunia.
Ada sebuah pertanyaan diajukan oleh salah seorang pendeta Yahudi. Saya
mohon yang mulia pendeta Robinovich menjawab pertanyaan berikut ini,
'Bagaimanakah nasib agama-agama setelah Perang Dunia III berakhir?' Robinovich
menjawab,
"Di sana tidak akan ada lagi agama setelah Perang Dunia III, dan tidak ada pula tokoh-
tokoh agama. Keberadaan agama dan tokohnya merupakan ancaman bagi kita, karena
agamalah yang mampu membuat ancaman bagi kita untuk menguasai dunia. Kekuatan
jiwa yang ditimbulkan dari iman pemeluk agama akan melahirkan sikap berani untuk
menghadapi kekuatan kita. Akan tetapi, kita akan tetap memelihara sebagian dari ajaran
agama yang bersifat lahiriah saja. Sedang agama Yahudi akan tetap merupakan
pegangan bagi setiap bangsa Yahudi, dengan satu tujuan untuk menjaga tali pengikat
antar-bangsa kita, dan sekaligus sebagai tameng untuk menghalangi orang non-Yahudi
tidak masuk ke dalam barisan kita melalui perkawinan atau lainnya.”
“Untuk mencapai tujuan akhir, bisa saja kita memerlukan cara yang menyedihkan,
seperti pernah kita lakukan pada masa Hitler, yaitu kita sendiri yang mengatur
terjadinya peristiwa penindasan terhadap sebagian bangsa kita sendiri. Dengan kata
lain, kita akan menumbalkan sebagian putra bangsa kita sendiri pada suatu peristiwa
yang akan kita atur dari belakang layar. Kita bisa mendapatkan alasan yang cukup
untuk menarik simpati dan dukungan bangsa Eropa dan Amerika, serta dunia pada
umumnya dari satu sisi. Sedang dari sisi lain, para tokoh militer yang terlibat perang,
seperti pernah kita lakukan dalam pengadilan Nurenburg (Jerman) setelah Perang
Dunia II. Tumbal itu mungkin mencapai ribuan nyawa bangsa kita, dan kita sendiri
yang akan melakukan pembunuhan terhadap mereka, agar kita bisa melemparkan
99
tuduhan terhadap pihak lain. Meskipun tumbal itu besar, namun kita tidak perlu
mengukur besar-kecilnya tumbal demi tujuan kita yang terakhir, yaitu menguasai
dunia. Anda sekalian sekarang melihat kemenangan terakhir dengan jelas, seperti
melihat gajah di pelupuk mata. Kalian akan kembali ke negara masing-masing setelah
konferensi ini untuk mengajak bangsa kita bekerja keras, sehingga akhirnya akan
sampai pada suatu saat, di mana Israel akan membuka hakikat diri yang sebenarnya
kepada dunia, sebagai tempat memancarnya cahaya yang akan menerangi seluruh
jagad."
Sampai di sini Robinovich mengakhiri pidatonya. Komentar tidak diperlukan
lagi. Satu hal yang perlu kita singgung adalah, bahwa kongres itu menguatkan
hasil analisa kita sebelumnya, sehubungan dengan masalah anti semitik dan
Nazisme dan seterusnya, yang bisa meyakinkan kita, bahwa kekuatan di balik
layar yang diatur oleh Zionisme pada hakikatnya adalah kekuatan yang
mengeksploitasi gerakan anti semitik dengan memperalat Hitler dan
Nazismenya. Kekuatan itu pula yang sedang merancang dan mendalangi
untuk menjerumuskan dunia ke dalam Perang Dunia III. Hitler dan Nazisme
bagi orang awam belum banyak dikenal.
Banyak yang tidak memperhatikan adanya tangan-tangan terselubung di balik
peristiwa yang terjadi di Jerman, yaitu ketika para pemilik modal Yahudi
internasional mempersenjatai Nazisme, dan membangun perindustrian Jerman
setelah perjanjian Versailles. Pada saat itu Hitler menggalakkan anti Yahudi. Di
sini timbul pertanyaan, mengapa Stalin dan dunia Barat tutup mulut, ketika
melihat Jerman bangkit dan membangun militernya kembali secara besar-
besaran, yang bisa mengancam dunia Barat dan Rusia? Menurut pengamatan
yang cermat, justru Stalin sendiri telah mengadakan perjanjian kerja-sama
rahasia dengan penguasa militer di Jerman, bahkan sebelum militer berkuasa
untuk melatih dan mempersenjatai angkatan perang Jerman. Dan lagi,
beberapa lembaga keuangan Barat menyalurkan dana-dananya untuk
membiayai pembangunan industri persenjataan Jerman. Tokoh-tokoh Barat
bukan tidak tahu apa yang terjadi di balik layar di Jerman pada waktu itu, dan
kebangkitan kekuatan militernya. Kami (penulis) secara pribadi tahu akan hal
itu dengan yakin, ketika kami menghadiri konferensi perlucutan senjata yang
diadakan di London tahun 1930. Hasil studi analitis mengenai periode 1920-
1938 dalam sejarah modern yang kami lakukan menunjukkan, bahwa pemilik
modal Yahudi internasional telah memusatkan kegiatannya dalam periode ini
untuk meraih tujuan-tujuan sebagai berikut :
1) Menyalakan api Perang Dunia II, sesuai dengan program asli semenjak
dulu. Mereka berhasil.
2) Memerangi pemerintahan dan pergerakan yang memusuhi mereka di
Eropa dengan segala cara dan sarana. Dalam hal ini, mereka juga telah
berhasil dengan gemilang, seperti penyingkiran pemerintahan Asquith
di Inggris pada masa Perang Dunia I.
100
3) Memaksa Inggris, Perancis, kemudian Amerika Serikat untuk
menyetujui berdirinya sebuah negara nasional bagi bangsa Yahudi di
Palestina. Pada masa Perang Dunia I Inggris telah menjanjikan para
pemilik modal Yahudi internasional untuk mendesak Amerika Serikat
lewat organisasi Yahudi di Amerika, agar negara itu terlibat dalam
perang bersama sekutu dengan imbalan, bahwa Inggris akan membela
cita-cita Zionisme. Data-data inteligen angkatan laut menunjukkan,
bahwa peristiwa penyerbuan Jerman terhadap kapal perang Amerika,
Lusiana, kemudian tenggelam adalah sebuah peristiwa yang sengaja
dirancang sebelumnya sebagai preteks agar Amerika Serikat melibatkan
dirinya dalam Perang itu, persis penyerbuan Pearl Harbour oleh
angkatan udara Jepang tahun 1941, sehingga Amerika-Serikat ketika itu
bisa terjun dalam kancah Perang Dunia II.
Adapun naskah asli dalam perjanjian Versailles tentang nasib tanah Palestina di
bawah kekuasaan pendudukan Inggris disebutkan dalam rumusan berikut ...
yaitu untuk mengubah tanah Palestina menjadi sebuah negara nasional bagi
bangsa Yahudi. 'mengubah" menjadi "mendirikan", dengan maksud menutupi
niat buruk bangsa Yahudi sebenarnya di seluruh wilayah itu. Maka rumusan
menjadi sebagai berikut21 :
"His Majesty's government view with favor the establishment in Palestine of a national
home for the Jewish people, and will use their best endeavors to facilitate the
achievement of this object, it being clearly understood that nothing shall be done which
might prejudice the civil and religious rights of existing non-Jewish communities in
Palestine, of the right and political status enjoyed by Jews in any other country."
(Pemerintah baginda raja melihat dengan tatapan belas kasih mengenai
berdirinya sebuah negara nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina, dan akan
mengusahakan dengan segala kemampuan pemerintah kerajaan Baginda untuk
mewujudkan cita-cita ini. Sebagaimana sama-sama dimaklumi, tidak ada
langkah yang akan diambil yang kira-kira bisa menyinggung hak sipil atau
agama bagi masyarakat non-Yahudi yang ada di Palestina, atau hak dan status
politik yang dimiliki oleh Yahudi di negara lain manapun).
Dalam ulasan terdahulu telah kita bicarakan, bagaimana kekuatan Konspirasi
bisa menaklukkan arah politik seluruh negara Eropa pada masa antara Perang
Dunia I dan Perang Dunia II, yaitu politik yang ditandai dengan ketamakan
imperialisme dunia Barat dan pemerasan kekayaan terhadap bangsa lainnya di
Dunia. Begitu pula periode itu ditandai oleh adanya perpecahan blok militer
yang saling berhadapan, hingga pecahnya Perang Dunia II. Oleh karena itu,
kita tidak perlu heran, bahwa tujuan paling utama Konspirasi dari Perang
Dunia itu adalah mendirikan negara yang akan menjadi pusat kegiatan
konspirasi Yahudi terhadap bangsa lain di dunia.
21 Compton Pictured Encyclopedia, Compton & Company Chicago tahun 1959 halaman 80
101
"Kami telah berkali-kali mengatakan, bahwa yang menguasai wajah perjalanan
dunia adalah para pemilik modal Yahudi Internasional. Dan yang
menggerakan khususnya perundingan damai itu adalah Yacob Sheiff dan
kelompok Warburg serta para pemilik modal Yahudi internasional lainnya.
Satu-satunya tujuan yang hendak mereka capai adalah menguasai Eropa,
khususnya Jerman."
C. Stalin dan Yahudi
Stalin dilahirkan di desa Gory, wilayah Georgia Rusia. Ibunya seorang pemeluk
agama Kristen Ortodoks bernama E. Catherina Gelades, dan kakeknya seorang
petani kecil. Ayahnya mula-mula bekerja di ladang, dan kemudian berpindah
profesi sebagai tukang sepatu di kota kecil Adilchanov. Meskipun ibunya
pemeluk agama yang taat, tapi ayahnya peminum minuman keras. Ibunya
terpaksa bekerja keras sebagai pencuci pakaian, agar ia bisa membiayai
anaknya mengenyam pendidikan dan menjadi pendeta. Stalin sendiri adalah
anak yang cerdas di kelas, dan akhirnya ia mendapat bea siswa dari sebuah
seminary di kota Tiflis. Namun Stalin terpaksa tidak bisa meneruskan studinya
karena sering terjadi perdebatan sengit dengan guru-gurunya. Akhirnya ia
diusir dari sekolahnya, setelah 4 tahun belajar di sana. Kemudian ia bergabung
dengan sebuah kelompok yang kala itu telah tersebar luas di seluruh Rusia.
Stalin menikah dengan Catherine Shnaindes dan mendapat seorang putra yang
diberi nama Yasha. Kelak Yasha hidup sebagai seorang mekanik listrik sampai
masa kejayaan ayahnya berakhir. Selain itu, Stalin juga punya seorang istri lain
bernama Nadia Baliova, dikaruniai seorang putra bernama Fasili dan seorang
putri lagi bernama Sevitlana. Fasili kelak menjadi marsekal udara dalam jajaran
angkatan bersenjata Rusia pada masa kejayaan Stalin. Namun sepeninggal
Stalin, Fasili termasuk orang yang disingkirkan dari arena politik oleh Nikiti
Khrouchtchev. Kemudian Fasili menghilang tanpa jejak.
Perkawinan Stalin dengan istri keduanya tidak berumur lama. Sebab, Stalin
jatuh cinta kepada seorang wanita Yahudi jelita bernama Roza Kaganovich,
yang kemudian hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan. Nasib Nadia
(istri pertama) berakhir dengan bunuh diri. Tindakannya yang nekad ini bukan
karena skandal asmara suaminya dengan wanita Yahudi itu, melakukan ia
menderita karena melihat suaminya melakukan kekejaman terhadap musuh
politiknya, yang sebagian besar merupakan saudara seagama Nadia, yaitu
Kristen Ortodoks, yang berbeda dari agama yang dianut oleh wanita Yahudi,
pacar gelap Stalin itu. Adapun Roza Kaganovich tidak lain adalah saudara
kandung Lazar Kaganovich, seorang tokoh Komunis terkemuka pada masa
pemerintahan Stalin, yang menjadi anggota politbiro partai Komunis Rusia, di
samping menjadi kepala pengawas industri berat. Lazer adalah orang yang
paling dekat dengan Stalin, sampai Stalin mati. Setelah Stalin mati,
pemerintahan Khrouchtchev mengadakan pembersihan besar-besaran untuk
mencampakkan sisa-sisa popularitas Stalin dan para pendukungnya dari arena
politik Rusia dengan cara kejam, seperti pernah dilakukan oleh pendahulunya,
102
Stalin terhadap lawan politiknya. Lazer Kaganovich juga berhasil
mengawinkan putranya Mikhail dengan putri Stalin Sevitlana pada tanggal 15
Juli 1951. Padahal, Sevitlana ketika itu masih berstatus istri dari salah seorang
yang konon telah menghilang beberapa hari berselang, tanpa diketahui ke
mana ia pergi. Sedang Stalin sendiri kemudian mengawini Roza, setelah
istrinya mati bunuh diri. Dengan demikian, Stalin telah hidup dalam
lingkungan keluarga Yahudi. Sebab, istrinya adalah Yahudi, menantu laki-
lakinya adalah Yahudi, dan saudara kandung istrinya yang sekaligus sahabat
karib Stalin adalah juga Yahudi. Bukan hanya sampai di sini. Wakil perdana
menteri dalam pemerintahan Stalin yang merangkap menteri luar negeri, yaitu
Molotov juga beristrikan wanita Yahudi. Istri Molotov ini adalah adik kandung
pemilik modal Yahudi internasional di Amerika Sam Carb, yang mewakili
perusahaan impor-ekspor, berpusat di negara bagian Connecticut. Sedang putri
Molotov adalah tunangan putra Stalin sendiri, Fasili.
Demikianlah yang kita lihat. Politbiro akhirnya dipegang oleh tangan-tangan
satu keluarga. Ini merupakan akibat wajar dari filsafat atheisme dalam bentuk
komunisme, yang pada dasarnya merupakan anak yang lahir dari kandungan
kehidupan lingkungan ghetto Yahudi di Eropa Timur. Oleh karena itu, tidaklah
mengherankan kalau kenyataan ini merupakan sisi gelap dari perkembangan
mendasar yang terjadi di Rusia, dan dunia komunisme umumnya, sampai
Stalin meninggal dunia. Perkembangan ini ditandai dengan publikasi tentang
kejahatan Stalin, dan pembantaian kaum tani yang dilakukannya. Mesin
propaganda Komunis sebelumnya telah berusaha menggambarkan, bahwa
kaum tani adalah pendukung terkuat sistem Komunisme. Dan faham
Komunisme masih akan terus berubah dan berkembang di seluruh dunia.
Pada mulanya Stalin adalah sosok yang dilahirkan oleh situasi. la muncul
menjelang pecah revolusi Oktober 1917, pada saat tokoh-tokoh senior masih
terkungkung dalam sel-sel penjara Czar. Pada masa pemerintahan Lenin, Stalin
belum memainkan peran berarti dalam partai Komunis Rusia, kecuali hanya
beberapa saat ketika Lenin dalam keadaan sakit. Stalin maju ke barisan
terdepan setelah terjadi perselisihan tajam antara dia dan Trotsky. Maka sejak
Trotsky bisa disingkirkan, Stalin terus berkuasa sebagai diktator Rusia tanpa
tertandingi sampai matinya. Tahap kenaikan bintang Stalin dalam
kepemimpinan Komunis Rusia dimulai ketika Lenin jatuh sakit bulan Mei 1922,
yaitu ketika sebuah dewan yang terdiri dari Stalin, Zenoviev, Kaminiev,
Trotsky dan Bochorin meneruskan kepemimpinan Komunis Rusia. Kemudian
penyakit Lenin tidak bisa disembuhkan, yang akhirnya menyebabkan
kematiannya. Zenoviev dan Kaminiev merupakan tangan kanan Lenin sejak
awal kekuasaan Lenin, sehingga mereka berdua memandang dirinya sebagai
pewaris yang paling layak untuk meneruskan kepemimpinan Lenin. Trotsky
dalam bukunya yang berjudul Lenin pada halaman 37 dan 48 menyebutkan,
bahwa Zenoviev diperlakukan oleh Stalin seperti budak, sedang Kaminiev
sering dihina. Trotsky memandang Zenoviev dan Kaminiev sebagai saingan
yang mengancam kedudukannya, setelah Lenin meninggal dunia. Sementara
103
itu, Stalin memandang Trotsky dengan pandangan curiga, karena sikapnya
yang meragukan terhadap Stalin.
Zenoviev bagi kalangan atas partai Komunis Rusia dipandang sebagai calon
kuat untuk menggantikan Lenin. Pada kongres partai Komunis ke 12 ia diminta
menyampaikan pidato pembukaan menggantikan Lenin yang sedang sakit.
Lenin sendiri sudah menyatakan tidak mampu menyampaikan pidato
sambutan seperti biasanya. Kesempatan emas ini dimanfaatkan oleh Stalin dan
bukan Zenoviev yang menggantikan Lenin. Setelah sidang ditutup, Stalin
meraih kekuasaan dan kedudukan tinggi atas partai Komunis bersama kawan-
kawannya, hingga pada saat Lenin meninggal dunia tahun 1924. Pada bulan
April 1925 Stalin berhasil menyingkirkan Trotsky dari jabatannya sebagai
komisioner rakyat dalam urusan penahanan atau kementerian penahanan.
Setelah itu, Zenoviev disingkirkan pula dan digantikan oleh Bovadin, Rikov
dan Tomsky. Sedang Zenoviev dan Kaminiev ketika itu bergabung dengan
Trotsky untuk membentuk gerakan oposisi menentang Stalin. Akan tetapi,
langkah ini datangnya terlambat, sehingga mereka mendapat pukulan balik
dari Stalin. Pada bulan Februari 1926 Stalin berhasil menyingkirkan Zenoviev
dari politbiro, kemudian dari kepemimpinan Rusia di Leningrad, dan terakhir
dari kepemimpinan rakyat. Lalu datanglah giliran bagi Kaminiev dan Trotsky
pada bulan Oktober 1926. Mereka berdua disingkirkan dari politbiro oleh
Stalin. Pada tahun berikutnya Stalin benar-benar telah menyingkirkan lawan-
lawan politiknya dari komite sentral partai Komunis Rusia. Tahun 1927 Trotsky
berusaha mengadakan pembangkangan yang terakhir kalinya dengan
melemparkan tuduhan, bahwa Stalin telah menyalahi garis ideologi Marxisme
yang benar, dan menciptakan diktatorisme keluarga di Rusia. Stalin membalas
tuduhan itu dengan tindakan sangat kejam, dengan mengadakan pembersihan
besar-besaran yang menumbalkan ratusan ribu orang mati, dan ribuan lainnya
dibuang ke Siberia. Ini diungkapkan oleh Khrouchtchev di kemudian hari.
Stalin telah melakukan pembersihan terhadap para tokoh Komunis senior
Yahudi dan para tokoh proletar generasi pertama yang mencetuskan revolusi
Komunis. Di antara mereka yang terkenal tindakan Stalin itu yang berupa
penahanan, pembuangan dan hukuman mati adalah Trotsky, Zenoviev,
Kaminiev, Martinov, Zalolich, Martov dan lain-lain. Dengan demikian, secara
langsung Stalin telah bebas dari lingkungan orang-orang Yahudi senior pada
akhir hayatnya, kecuali istrinya Roza Kaganovich dan kakak iparnya Lazar
Kaganovich. Hasil studi analitis menunjukkan, bahwa dalam pembersihan
yang dilakukan Stalin pada akhir masa hidupnya terdapat adanya hubungan
rahasia dengan kekuatan terselubung, yang di dalamnya terdapat para tokoh
senior Yahudi Komunis Rusia. Ini menunjukkan, bahwa kekuatan terselubung
itu tidak mempertimbangkan adanya tumbal orang Yahudi atau bukan, selama
semua itu akan mendatangkan keuntungan materi bagi mereka. Peristiwa demi
peristiwa itu sebenarnya merupakan rancangan untuk membuka jalan
timbulnya perang ekonomi global, dengan menjadikan dunia sebagai arena
pertarungan pada masa sebelum Perang Dunia II. Perang ekonomi itu
104
memberikan bukti nyata, yang menunjukkan adanya hubungan konspirasi
antara Stalin dengan kekuatan terselubung. Tujuan yang hendak dicapai oleh
kekuatan terselubung sejak Perang Dunia I usai adalah :
1) Mempersiapkan pecahnya Perang Dunia II, seperti telah kita bahas.
2) Menguasai sumber kekayaan bangsa-bangsa gentiles, yang merupakan
tujuan mereka sejak dulu.
Jelaslah kiranya, bahwa untuk menopang tujuan pertama, Konspirasi dituntut
untuk mencapai dua faktor utama. Pertama adalah faktor psikologis dengan
membawa dunia dan Eropa kepada perang, dan meniupkan rasa permusuhan
dan kebencian antar-bangsa, seperti telah kita bicarakan terdahulu. Faktor
kedua adalah menciptakan perimbangan antara blok militer yang saling
berhadapan dalam perang. Ini merupakan jalan pokok menuju pecahnya
perang, karena negara sekutu yang keluar sebagai pemenang dalam Perang
Dunia I, yaitu Amerika, Perancis dan Inggris jauh lebih kuat dibanding dengan
Jerman yang kalah perang, dan menderita luka parah luar-dalam. Maka sebagai
pijakan logis untuk mewujudkan perimbangan kekuatan yang ada, lebih dulu
harus mempersenjatai dan membangun Jerman kembali beserta negara yang
akan dijadikan sekutu oleh para pemilik modal Yahudi internasional. Pada saat
yang sama, negara sekutu yang lebih kuat lebih dulu harus dilemahkan pada
tingkat yang diperlukan. Di samping itu, para pemilik modal Yahudi
internasional mencurahkan dananya dalam bidang industri persenjataan, agar
bisa mengalihkan potensi ekonomi negara yang bersangkutan kepada produksi
senjata, sampai pada masa yang diperlukan. Tidak mengherankan kalau setelah
Perang Dunia I, negara Barat yang tergabung dalam sekutu bersama Stalin
menutup mulut atas kebangkitan militer Jerman dan pembangunan kembali
negara itu, sehingga melahirkan Hitler dan Nazismenya. Sebagai kekuatan
besar dan makin kuat, Jerman mampu menaklukkan dan menduduki Swedia
dan Austria, serta beberapa negara Eropa lainnya. Sementara itu, Konspirasi
terus mencurahkan perhatiannya untuk mengeruk keuntungan dari bangsa-
bangsa yang bertikai, sebagai pelaksana dari perang ekonomi global yang
dirancang oleh Konspirasi.
Perang ekonomi global ini dimulai dari tahap percobaan antara tahun 1922
sampai 1925 dengan taktik tradisional. Para pemilik modal Yahudi
internasional membanjiri pasar modal negara-negara yang menang perang dan
negara-negara netral dengan saham, kredit dan investasi secara besar-besaran,
sehingga menimbulkan kenaikan harga barang dan meningkatkan produksi
serta kegiatan bisnis. Setelah itu, dana, saham dan investasi yang ada dalam
bursa internasional tiba-tiba ditarik kembali, sehingga menimbulkan krisis
ekonomi drastis dan dahsyat pada tahun 1925. Nilai mata uang merosot
seketika, Selanjutnya saham yang telah ditarik itu dilempar kembali ke pasar
modal dalam bentuk pinjaman dan transaksi, dan nilai mata uang kembali
normal. Dan para pemilik modal Yahudi internasional meraih keuntungan
besar. Para pemilik modal Yahudi Internasional merasa yakin akan
105
keberhasilan percobaan perang ekonomi tersebut di atas. Dengan berpijak pada
percobaan itu, mereka mengambil langkah penting dalam perang ekonomi
besar tahun 1930, yang mengakibatkan krisis ekonomi yang melanda hampir
seluruh dunia, yang dikenal dalam sejarah dengan sebutan Krisis Ekonomi
Dunia. Perang ekonomi ini bisa terlaksana berkat bantuan Stalin, sesuai dengan
kesepakatan rahasia. Maka jelaslah bukti yang menunjukkan adanya
persekongkolan antara Stalin dengan para pemilik modal Yahudi internasional.
Operasi perang ekonomi ini dimulai dengan penolakan para pemilik modal
memberikan dana kepada perusahaan perkapalan dan pelayaran Amerika dan
Eropa Barat pada umumnya. Sedang perusahaan perkapalan dan pelayaran
Jerman, Jepang dan Italia mendapat dana besar-besaran dan fasilitas dari
mereka. Di tiga negara itu tumbuh industri perkapalan, dan banyak orang
memonopoli dan merajai pelayaran Taut di seluruh dunia. Dan yang menjadi
perhatian khusus bagi para pemilik modal Yahudi internasional adalah kapal-
kapal barang pengangkut peti daging yang dieskan, dan biji-bijian Amerika
dan Eropa Barat menjadi terbengkalai tanpa bisa dioperasikan. Sementara itu,
kapal Jepang, Jerman dan Italia berlayar dengan leluasa mengangkat berbagai
jenis muatan.
Operasi berikutnya adalah lembaga keuangan dan bank-bank besar beserta
cabang-cabangnya menolak untuk memberikan kredit dan pinjaman bagi
pemasaran biji-bijian dan daging yang telah dieskan atau kalengan dan
asuransi produksinya di Amerika dan Eropa pada umumnya. Barang-barang
tersebut menumpuk dalam gudang tanpa bisa dipasarkan. Pada saat yang
sama, di negara yang dibanjiri barang-barang itu oleh para pemilik modal
internasional, harga barang turun drastis. Daging-daging itu berasal dari
Australia dan Argentina, sedang biji-bijian Rusia dijual kepada para pemilik
modal internasional dengan harga sangat murah, sehingga para petani Rusia
dengan sistem kolektif mengalami beban berat, khususnya para petani
Republik Ukraina di Uni Sovyet. Hal inilah yang menimbulkan kerusuhan
berdarah dan bahaya kelaparan yang melanda seluruh wilayah Republik
Ukraina.
Kenyataan di atas merupakan bukti yang kelak secara terbuka diakui sendiri
oleh Nikita Khrouchtchev dalam konferensi umum partai Komunis Rusia,
dimana Nikita dengan sengit menyerang politik Stalin, dan membeberkan
kebijakannya atas penjualan hasil biji-bijian Rusia kepada lembaga keuangan
internasional dengan harga sangat rendah, sehingga para petani Rusia
mengalami kerugian besar dan dilanda kelaparan. Kecuali itu, Nikita juga
berbicara tentang pembantaian yang dilakukan oleh Stalin pada masa
pemerintahannya. Akibatnya, perekonomian Amerika dan Eropa ambruk,
khususnya dibidang produksi pertanian dan peternakan. Barangkali Stalin
mengharapkan pecahnya revolusi Komunis di Eropa Barat yang ditimbulkan
oleh krisis ekonomi perubahan sosial dan gejolak politik. Namun peristiwa
berikutnya menunjukkan kesalahan dan keluguan perhitungan Stalin,
sebagaimana dilukiskan oleh Nikita. Sedang para pemilik modal internasional
106
adalah pihak yang berhasil mencapai tujuannya, yaitu menciptakan krisis
ekonomi global di Amerika, Eropa dan dunia penghasil biji-bijian dan daging.
Dengan demikian, krisis ekonomi, sosial dan politik berkembang mewarnai
kehidupan dunia secara umum. Kredit bank, sertifikat tanah, nota bank dan
lain-lain yang dijadikan jaminan pada lembaga keuangan segera berpindah
tangan kepada para pemilik modal internasional. Semua itu berkat kebijakan
yang ditempuh Stalin dalam konspirasinya bersama mereka.
Selanjutnya kondisi mencekam seperti itu menyebabkan lembaga keuangan
kecil terpaksa gulung tikar, di samping mengakibatkan timbulnya kerusuhan
dan dekadensi moral di mana-mana. Masalah ini tidak menjadi pertimbangan
bagi para pemilik modal selama mereka mendapat keuntungan besar. Stalin
telah berspekulasi dengan permainan berbahaya, dan menghancurkan nilai-
nilai manusiawi di kalangan rakyatnya sendiri.
Untuk mengetahui lebih jelas lagi tentang langkah-langkah setan yang
merancang krisis ekonomi dunia, kita perlu menengok kembali peristiwa
menjelang meledaknya krisis besar ini pada tahun 1929 sampai 1930. Amerika,
Eropa dan negara lain penghasil biji-bijian dan ternak mengalami kelesuan
ekonomi yang sangat parah. Barang hasil produksinya terpaksa tertimbun
dalam gudang, atau terbengkalai dalam kapal, tanpa bisa dikirim ke luar negeri
untuk dipasarkan. Pada saat yang sama bahaya kelaparan melanda berbagai
negara, termasuk negara penghasil biji-bijian dan daging itu sendiri. Sedangkan
Jerman, Jepang dan Italia telah mendapat kesempatan emas untuk mengeruk
keuntungan besar dari krisis ekonomi itu. Kapal mereka bisa leluasa
mengangkut ke pasaran bebas. Orang bisa bebas membeli dan menjual barang-
barang Jepang dengan harga yang bersaing. Dalam waktu relatif singkat ketiga
negara tersebut telah kembali berotot dan bisa membusungkan dadanya di
hadapan bangsa lain di dunia.
Akibat dari krisis besar dunia ini macam-macam. Franklin Roosevelt di
Amerika muncul dengan politiknya yang terkenal itu, yaitu beranjak dari
pengalihan investasi modal nasional Amerika ke dalam bidang industri, dan
membiarkan sebagian tanah pertanian tidak digarap dengan imbalan ganti rugi
yang diberikan kepada para pemiliknya. Roosevelt berhasil dengan rencana
politiknya itu, sehingga ia memenangkan pemilihan umum di Amerika. Krisis
ekonomi yang melanda Amerika bisa diakhiri dari satu sisi. Dari sisi lain,
investasi modal nasional Amerika bisa dialihkan ke dalam industri yang segera
berubah lagi menjadi industri persenjataan perang sejak meletusnya Perang
Dunia II.
Sebagaimana kita lihat, tujuan pokok para pemilik modal internasional adalah,
pertama mewujudkan perimbangan ekonomi antara Eropa dan Amerika di satu
pihak, dan Jerman, Italia dan Jepang di pihak lain. Masing-masing pihak dipacu
untuk mengalihkan industrinya ke bidang produksi persenjataan, untuk
mempersiapkan perang yang benar-benar akan menjadi kenyataan. Sedang
107
tujuan kedua adalah untuk sedapat mungkin menguasai kekayaan lain bangsa.
Hal ini sudah mereka capai.
Krisis besar ini tampak mereda antara tahun 1931-1932, dan muncul lagi tahun
1933. Hal ini terjadi, karena para pemilik modal internasional melemparkan
modalnya secara besar-besaran ke pasaran internasional yang memungkinkan
lahirnya transaksi baru. Pemasaran dan barter barang diborong oleh para
pemilik modal itu dengan harga sangat rendah. Adapun Stalin, ia telah gagal
menyalakan api revolusi Komunis di Eropa Barat. Stalin sendiri akhirnya
mengakui, bahwa ia adalah pihak yang dirugikan dalam persekutuan
rahasianya dengan para pemilik modal internasional. Mungkin inilah yang
menyebabkan timbulnya perselisihan terselubung antara keduanya, yang
tanda-tandanya tampak jelas pada tahun 1936. Dunia saat itu belum menyadari,
bahwa krisis ekonomi besar itu pada hakikatnya adalah awal dari rancangan
menuju Perang Dunia II. Juga tidak banyak orang menyadari, bahwa semua itu
terjadi karena ulah Konspirasi Internasional dengan jerat-jerat perangkap yang
sengaja dipasang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar