Mengapa Surat at-Taubah tidak Diawali Basmalah?
Surat at-Taubah tidak Diawali Basmalah
Mengapa di awal surat at-taubah tidak ada basmalah?
Jawaban:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Ada dua versi penjelasan, mengapa di surat at-Taubah tidak diawali dengan bacaan basmalah.
Pertama, tidak adanya basmalah di awal surat at-Taubah adalah ijtihad sahabat terkait urutan al-Quran yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para sahabat menyimpulkan dari beliau, yang kemudian menjadi acuan penulisan dalam mushaf Utsmani.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma menanyakan hal ini kepada Utsman radhiyallahu ‘anhu,
مَا
حَمَلَكُمْ أَنْ عَمَدْتُمْ إِلَى الأَنْفَالِ وَهِىَ مِنَ الْمَثَانِى
وَإِلَى بَرَاءَةَ وَهِىَ مِنَ الْمِئِينَ فَقَرَنْتُمْ بَيْنَهُمَا وَلَمْ
تَكْتُبُوا بَيْنَهُمَا سَطْرَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
وَوَضَعْتُمُوهُمَا فِى السَّبْعِ الطُّوَلِ مَا حَمَلَكُمْ عَلَى ذَلِكَ
Apa
yang menyebabkan anda memposisikan surat al-Anfal disambung dengan
surat at-Taubah, sementara anda tidak menuliskan kalimat basmalah
diantara keduanya. Dan anda letakkan di 7 deret surat yang panjang. Apa
alasan anda?
Jawab Utsman,
كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مِمَّا يَأْتِى عَلَيْهِ الزَّمَانُ وَهُوَ
تَنْزِلُ عَلَيْهِ السُّوَرُ ذَوَاتُ الْعَدَدِ فَكَانَ إِذَا نَزَلَ
عَلَيْهِ الشَّىْءُ دَعَا بَعْضَ مَنْ كَانَ يَكْتُبُ فَيَقُولُ ضَعُوا
هَؤُلاَءِ الآيَاتِ فِى السُّورَةِ الَّتِى يُذْكَرُ فِيهَا كَذَا وَكَذَا
وَإِذَا نَزَلَتْ عَلَيْهِ الآيَةُ فَيَقُولُ ضَعُوا هَذِهِ الآيَةَ فِى
السُّورَةِ الَّتِى يُذْكَرُ فِيهَا كَذَا وَكَذَا
Selama masa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapatkan wahyu, turun
surat-surat yang ayatnya banyak. Ketika turun kepada beliau sebagian
ayat, maka beliau akan memanggil sahabat pencatat al-Quran, lalu beliau
perintahkan, “Letakkan ayat-ayat ini di surat ini.” Ketika turun ayat
lain lagi, beliau perintahkan, “Letakkan ayat ini di surat ini.”
Utsman melanjutkan,
وَكَانَتِ
الأَنْفَالُ مِنْ أَوَائِلِ مَا أُنْزِلَتْ بِالْمَدِينَةِ وَكَانَتْ
بَرَاءَةُ مِنْ آخِرِ الْقُرْآنِ وَكَانَتْ قِصَّتُهَا شَبِيهَةً
بِقِصَّتِهَا فَظَنَنْتُ أَنَّهَا مِنْهَا فَقُبِضَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- وَلَمْ يُبَيِّنْ لَنَا أَنَّهَا مِنْهَا
Sementara
surat al-Anfal termasuk surat yang pertama turun di Madinah. Sedangkan
surat at-Taubah, turun di akhir masa. Padahal isi at-Taubah mirip dengan
surat al-Anfal. Sehingga kami (para sahabat) menduga bahwa surat
at-Taubah adalah bagian dari surat al-Anfal. Hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, beliau tidak menjelaskan kepada kami, bahwa at-Taubah itu bagian dari al-Anfal.
Lalu Utsman menegaskan,
فَمِنْ
أَجْلِ ذَلِكَ قَرَنْتُ بَيْنَهُمَا وَلَمْ أَكْتُبْ بَيْنَهُمَا سَطْرَ
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ فَوَضَعْتُهَا فِى السَّبْعِ
الطُّوَلِ
Karena alasan ini, saya urutkan al-Taubah setelah
al-Anfal, dan tidak kami beri pemisah dengan tulisan
bismillahirrahmanirrahim, dan aku posisikan di tujuh surat yang panjang. (HR. Ahmad 407, Turmudzi 3366, Abu Daud 786, dan dihasankan at-Turmudzi dan ad-Dzahabi)
Alasan sahabat Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu ini,
seolah menjelaskan latar belakang, mengapa di awal surat at-Taubah
tidak tertulis basmalah. Yang sejatinya, ini merupakan hasil pemahaman
sahabat terhadap al-Quran yang mereka dapatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kedua, tidak adanya basamalah di awal at-Taubah, karena beda konten basmalah dengan at-Taubah.
لِـمَ لَمْ تَكْتُبْ فِي بَرَاءَة بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم ؟
Mengapa anda tidak menulis bismillahirrahmanirrahim di awal surat at-Taubah?
Jawab Ali bin Abi Thalib,
لِأَنَّ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم أَمَانٌ ، وَبَرَاءَة نَزَلَت بِالسَّيْفِ ، لَيْسَ فِيهَا أَمَانٌ
Karena bismillahirrahmanirrahim isinya
damai, sementara surat at-Taubah turun dengan membawa syariat perang,
di sana tidak ada damai. (HR. Hakim dalam al-Mustadrak 3273)
Ibnu Abbas pernah bertanya kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu,
لِـمَ لَمْ تَكْتُبْ فِي بَرَاءَة بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم ؟
Mengapa anda tidak menulis bismillahirrahmanirrahim di awal surat at-Taubah?
Jawab Ali bin Abi Thalib,
لِأَنَّ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم أَمَانٌ ، وَبَرَاءَة نَزَلَت بِالسَّيْفِ ، لَيْسَ فِيهَا أَمَانٌ
Karena bismillahirrahmanirrahim isinya
damai, sementara surat at-Taubah turun dengan membawa syariat perang,
di sana tidak ada damai. (HR. Hakim dalam al-Mustadrak 3273)
Penjelasan sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu
adalah penjelasan mengenai hikmah tidak adanya basamalah di surat
at-Taubah. Beliau menilik makna dari basmalah dan makna dari surat
at-Taubah. Basmalah, kalimat yang berisi rahmat Allah, memberikan
kedamaian, keamanan. Sementara surat at-Taubah merupakan pengumuman bagi
orang musyrikin, bahwa Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa
sallam memusuhi mereka dan menantang perang mereka.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Surat At Taubah Tanpa Diawali Bismillah, Ini Penjelasannya
http://aritunsa.com/surat-at-taubah-tanpa-diawali-bismillah/
Setiap surat di dalam Alquran diawali
dengan basmalah. Jika Anda sudah sering membaca Alquran pasti mengetahui
bahwa ada satu surah yang tidak didahului dengan bismillah. Surat
tersebut adalah surat At Taubah, silakan cek Alquran Anda pada surat At
Taubah untuk melihat kebenarannya.
Hal itu tentu menjadi pertanyaan banyak
orang awam, kenapa surat tersebut dibedakan dengan surat lain. Apakah
ada keistimewaannya tersendiri atau ada alasan lain kenapa tanpa
bismillah. Ternyata ada alasan yang menjelaskan surat At Taubah tanpa
diawali bismillah.
Perlu diketahui bahwa mushaf Alquran
yang sekarang Anda baca dan umat muslim di seluruh dunia baca merupakan
mushaf yang telah disatukan oleh khalifah Usman bin Affan. Mushaf ini
akhirnya disebut mushaf usmani. Sebab pada masa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam Alquran belum terbukukan menjadi satu.
Merupakan Ijtihad para Sahabat
Mengenai urutan surah dalam Alquran dibuat oleh para sahabat berdasarkan apa yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian mengenai basmalah pada surat At Taubah, pernah ditanyakan oleh Ibnu Abbas kepada Usman bin Affan radhiyallahu’anhum.
Apa
yang menyebabkan Anda memposisikan surat Al Anfal disambung dengan
surat At Taubah, sementara Anda tidak menuliskan kalimat basmalah
diantara keduanya. Dan Anda letakkan di 7 deret surat yang panjang. Apa
alasan anda?
Ustman menjelaskan:
Selama masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mendapatkan wahyu, turun surat-surat yang ayatnya banyak. Ketika turun
kepada beliau sebagian ayat, maka beliau akan memanggil sahabat pencatat
Al Quran, lalu beliau perintahkan, “Letakkan ayat-ayat ini di surat ini.” Ketika turun ayat lain lagi, beliau perintahkan, “Letakkan ayat ini di surat ini.”
Sementara surat Al Anfal termasuk surat
yang pertama turun di Madinah. Sedangkan surat At Taubah, turun di akhir
masa. Padahal isi At Taubah mirip dengan surat Al Anfal. Sehingga kami
(para sahabat) menduga bahwa surat At Taubah adalah bagian dari surat
Al Anfal. Hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, beliau tidak menjelaskan kepada kami, bahwa At Taubah itu bagian dari Al Anfal.
Karena alasan ini, saya urutkan At Taubah setelah al Anfal, dan tidak kami beri pemisah dengan tulisan bismillahirrahmanirrahim, dan aku posisikan di tujuh surat yang panjang. [HR. Ahmad 407, Turmudzi 3366, Abu Daud 786][/infobox]
Bertentangan Makna Antara Keduanya
Kesimpulannya, surat At Taubah dan Al
Anfal (surat sebelum At Taubah) mempunyai isi mirip sehingga para
sahabat berijtihad bahwa At Taubah adalah bagian dari Al Anfal. Sebab
tidak ada penjelasan dari Rasulullah mengenai kedua surat ini hingga
beliau wafat.
Ada versi kedua alasan kenapa surat at Taubah tanpa diawali bismillah berdasarkan Khalifah Ali bin Abu Thalib radhiyallahu’anhu yang pernah ditanya oleh sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu bahwa keduanya bertentangan makna.
Bismillah berisi tentang rahmat Allah subhanahu wa ta’ala dan kedamaian, sedangkan surat At Taubah menunjukkan kebencian Allah dan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap orang-orang musyrikin yang menantang perang.
“Karena bismillahirrahmanirrahim isinya damai, sementara surat at-Taubah turun dengan membawa syariat perang, di sana tidak ada damai.” [HR. Hakim 3273]
Demikian penjelasan kenapa surat Al
Anfal dan At Taubah tidak dipisah dengan bismillah sebagaimana pada
surat-surat lain dalam Alquran.
Selasa, 11 Sya'ban 1437 H / 22 Oktober 2013 19:56 wib
16.734 views
Negara Brunei Darussalam Melaksanakan Hukum Syariah Islam
Brunei Darussalam (voa-islam.com) Barangkali Sultan Brunai Mohamad Bolkiah yang pernah mendatangkan penyanyai terkenal Amerika Michael Jackson ke negara saat ulang tahun anaknya, kini sudah mulai sadar.Dengan kekayaan yang tak terhingga dan melimpah dari hasil minyak itu, tetapi kehidupan negeri kecil itu semakin terancam, akibat kekayaan dan kehidupan modern, dan berkembang biaknya kejahatan dan kemaksiatan.
Sultan Bolkiah yang memiliki istana yang sangat megah, dan penuh dengan b erbagai ornamen, dan memiliki kamar yang lebih dari tuju puluh, dan berbagai mobil mewah itu, tak tahan melihat kehidupan rakyatnya yang semakin rapuh.
Di mana kemaksiatan terus berkembang biak. Penyakit sosial yang menghempa negaranya, kemudian Sultan Bokiah menyebabkannya memilih menegakkan hukum Syariah Islam.
Brunei yang berpenduduk tidak sampai 500 ribu jiwa itu, mengumumkan secara resmi, bahwa Sultan Mohamad Bolkiah bertekad menegakkan hukum Syariah Islam tahun depan (2014).
Sultan Bolkiah yang memimpin kesultanan Brunai itu, hari Selasa (22/10/2013), mengumumkan dan bertekad menegakkan hukum Syariah Islam, secara penuh termasuk rajam sampai mati bagi para pelaku zinah dan hukuman cambuk bagi mereka yang kedapatan minum alkohol .
"Hukum Syariah Islam akan ditegakkan sejak dari April 2014", tegas Hassanal Bolkiah, pemimpin negara yang berdaulat sejak tahun l967.
"Hal ini karena kebutuhan kita bahwa Allah yang Mahakuasa , dalam segala kemurahan hatinya telah menciptakan hukum bagi kita. Sehingga kita bisa memanfaatkan mereka untuk mendapatkan keadilan", kata Sultan yang merangkap jabatan perdana menteri .
Banyak kejahatan baru yang menghancurkan masyarakat dan akan berdampak terhadap negara, dan syariah hakim pengadilan akan memiliki diskresi atas hukuman yang maksimum atas semua kejahatan yang juga dapat mencakup hukum potong tangan bagi pencuri.
Kerajaan kecil , yang memiliki pendapatan per kapita tertinggi - Asia Tenggara setelah Singapura , telah mempersiapkan untuk memperkenalkan hukum pidana syariah selama bertahun-tahun. Di masa lalu , sultan telah mengatakan bahwa hukum pidana syariah harus dibentuk untuk bekerja bersama hukum perdata negara lebih menonjol .
Brunei, yang bertetangga dua negara Malaysia, berada di pulau Kalimantan dan memiliki penduduk lebih dari 400.000 jiwa, memberlakukan ajaran Islam lebih tegas dibanding Malaysia dan Indonesia.
Negara-negara mayoritas Muslim lain di Asia Tenggara, kebanyakan mereka masih ragu, dan cenderung phobi, dan bahkan mengadopsi hukum sekuler yang menjadi warisan panjajah. Justru negara-negara Brunei itu, banyak yang mengeliminir nilai-nilai Islam, dan menggantikan dengan aturan dan hukum jahiliyah.
Seperti Indonesia yang sampai hari ini masih menggunakan pidana yang bersumber dari penjajah Belanda. Karena itu, negara-negara Muslim di Asia Tenggara mengalami kekacauan karena tidak mempraktekkan hukum Syariah.
Ini terbukti dengan tingkat kejahatan yang tinggi di seluruh negara-negara Asia Tenggara. Tak heran kalau negara Indonesia sekarang ini diamuk oleh bencana korupsi yang sudah merasuk ke tulangsumsum rakyatnya. Karena tak menegakkan Syariah Islam. Bahakn nyaris tenggelam.
Selanjutnya, di Brunei Darussalam penjualan alkohol dilarang dan penginjilan (kristenisasi) oleh agama lain dilarang keras. Di Indonesia setiap hari orang bebas minum minuman keras, dan bahkan banyak yang mati. Sementara itu, orang-orang kristen merajalela mengkristenkan orang Islam.
Sultan menambahkan bahwa kebijakan pemerintah Brunei secara keseluruhan tidak akan terpengaruh oleh asing. Asing tidak akan dapat mempengaruhi negaranya. Brunei akan meneggakan Syariah Islam. Barat suka atau tidak suka. Brunei Darussalam sebagai negara berdaulat berhak menentukan nasibnya dan masa depannya sendiri. Ahlan wa sahlan. Wallahu'alam.
Selasa, 11 Sya'ban 1437 H / 22 Oktober 2013 19:56 wib
16.734 views
Negara Brunei Darussalam Melaksanakan Hukum Syariah Islam
Brunei Darussalam (voa-islam.com) Barangkali Sultan Brunai Mohamad Bolkiah yang pernah mendatangkan penyanyai terkenal Amerika Michael Jackson ke negara saat ulang tahun anaknya, kini sudah mulai sadar.Dengan kekayaan yang tak terhingga dan melimpah dari hasil minyak itu, tetapi kehidupan negeri kecil itu semakin terancam, akibat kekayaan dan kehidupan modern, dan berkembang biaknya kejahatan dan kemaksiatan.
Sultan Bolkiah yang memiliki istana yang sangat megah, dan penuh dengan b erbagai ornamen, dan memiliki kamar yang lebih dari tuju puluh, dan berbagai mobil mewah itu, tak tahan melihat kehidupan rakyatnya yang semakin rapuh.
Di mana kemaksiatan terus berkembang biak. Penyakit sosial yang menghempa negaranya, kemudian Sultan Bokiah menyebabkannya memilih menegakkan hukum Syariah Islam.
Brunei yang berpenduduk tidak sampai 500 ribu jiwa itu, mengumumkan secara resmi, bahwa Sultan Mohamad Bolkiah bertekad menegakkan hukum Syariah Islam tahun depan (2014).
Sultan Bolkiah yang memimpin kesultanan Brunai itu, hari Selasa (22/10/2013), mengumumkan dan bertekad menegakkan hukum Syariah Islam, secara penuh termasuk rajam sampai mati bagi para pelaku zinah dan hukuman cambuk bagi mereka yang kedapatan minum alkohol .
"Hukum Syariah Islam akan ditegakkan sejak dari April 2014", tegas Hassanal Bolkiah, pemimpin negara yang berdaulat sejak tahun l967.
"Hal ini karena kebutuhan kita bahwa Allah yang Mahakuasa , dalam segala kemurahan hatinya telah menciptakan hukum bagi kita. Sehingga kita bisa memanfaatkan mereka untuk mendapatkan keadilan", kata Sultan yang merangkap jabatan perdana menteri .
Banyak kejahatan baru yang menghancurkan masyarakat dan akan berdampak terhadap negara, dan syariah hakim pengadilan akan memiliki diskresi atas hukuman yang maksimum atas semua kejahatan yang juga dapat mencakup hukum potong tangan bagi pencuri.
Kerajaan kecil , yang memiliki pendapatan per kapita tertinggi - Asia Tenggara setelah Singapura , telah mempersiapkan untuk memperkenalkan hukum pidana syariah selama bertahun-tahun. Di masa lalu , sultan telah mengatakan bahwa hukum pidana syariah harus dibentuk untuk bekerja bersama hukum perdata negara lebih menonjol .
Brunei, yang bertetangga dua negara Malaysia, berada di pulau Kalimantan dan memiliki penduduk lebih dari 400.000 jiwa, memberlakukan ajaran Islam lebih tegas dibanding Malaysia dan Indonesia.
Negara-negara mayoritas Muslim lain di Asia Tenggara, kebanyakan mereka masih ragu, dan cenderung phobi, dan bahkan mengadopsi hukum sekuler yang menjadi warisan panjajah. Justru negara-negara Brunei itu, banyak yang mengeliminir nilai-nilai Islam, dan menggantikan dengan aturan dan hukum jahiliyah.
Seperti Indonesia yang sampai hari ini masih menggunakan pidana yang bersumber dari penjajah Belanda. Karena itu, negara-negara Muslim di Asia Tenggara mengalami kekacauan karena tidak mempraktekkan hukum Syariah.
Ini terbukti dengan tingkat kejahatan yang tinggi di seluruh negara-negara Asia Tenggara. Tak heran kalau negara Indonesia sekarang ini diamuk oleh bencana korupsi yang sudah merasuk ke tulangsumsum rakyatnya. Karena tak menegakkan Syariah Islam. Bahakn nyaris tenggelam.
Selanjutnya, di Brunei Darussalam penjualan alkohol dilarang dan penginjilan (kristenisasi) oleh agama lain dilarang keras. Di Indonesia setiap hari orang bebas minum minuman keras, dan bahkan banyak yang mati. Sementara itu, orang-orang kristen merajalela mengkristenkan orang Islam.
Sultan menambahkan bahwa kebijakan pemerintah Brunei secara keseluruhan tidak akan terpengaruh oleh asing. Asing tidak akan dapat mempengaruhi negaranya. Brunei akan meneggakan Syariah Islam. Barat suka atau tidak suka. Brunei Darussalam sebagai negara berdaulat berhak menentukan nasibnya dan masa depannya sendiri. Ahlan wa sahlan. Wallahu'alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar