Tinjauan Tafsir At Taubah Ayat 100 : Sahabat Nabi Yang Berhijrah Bukan Karena Allah
Posted on September 27, 2011 by secondprince
https://secondprince.wordpress.com/2011/09/27/tinjauan-tafsir-at-taubah-ayat-100-sahabat-nabi-yang-berhijrah-bukan-karena-allah/
Tinjauan Tafsir At Taubah ayat 100 : Sahabat Nabi Yang Berhijrah Bukan Karena Allah
Ada salah satu ayat Al Qur’an yang sering
dicatut kaum nashibi untuk memuliakan para sahabat yaitu At Taubah ayat
100. Ayat tersebut memang membicarakan keutamaan sahabat muhajirin dan
anshar serta yang mengikuti mereka dengan baik. Tulisan ini hanya ingin
menunjukkan kekeliruan sebagian nashibi yang mengira ayat ini tertuju
untuk semua muhajirin dan anshar.
وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Orang-orang terdahulu lagi yang
pertama-tama dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha pada mereka dan merekapun
ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di
dalamnya itulah kemenangan yang besar [QS At Taubah : 100]
Muhajirin dalam ayat ini adalah mereka
yang berhijrah dengan mengharap ridha Allah dan bukan karena hal lain.
Anshar dalam ayat ini adalah mereka dari kalangan kaum Anshar yang
dengan ridha menyambut Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] bukan
sebagian kaum Anshar yang munafik. Sering kaum awam nashibi mengartikan
bahwa muhajirin dan anshar dalam ayat ini adalah mutlak untuk semua
mereka. Hal ini jelas tidak bisa diterima, para sahabat sendiri mengakui
ada orang munafik diantara kaum Anshar maka apakah mereka juga termasuk
dalam ayat ini. Sudah jelas tidak.
حدثنا عبد الله قال حدثني أبي قثنا اسود بن عامر قثنا إسرائيل عن الأعمش عن أبي صالح عن أبي سعيد الخدري قال إنما كنا نعرف منافقي الأنصار ببغضهم عليا
Telah menceritakan kepada kami
Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku Ayahku yang berkata
telah menceritakan kepada kami Aswad bin Amir yang berkata telah
menceritakan kepada kami Israil dari Al A’masy dari Abi Shalih dari Abu
Sa’id Al Khudri yang berkata “Sesungguhnya kami mengenal orang-orang munafik dari kalangan Anshar melalui kebencian mereka terhadap Ali” [Fadhail Shahabah no 979 dengan sanad shahih]
Begitu juga ternyata ada diantara kaum Muhajirin yang berhijrah bukan
karena Allah SWT dan Rasul-Nya melainkan demi kepentingan dunia.حدثنا محمد بن علي الصائغ ثنا سعيد بن منصور ثنا أبو معاوية عن الأعمش عن شقيق قال قال عبد الله من هاجر يبتغي شيئا فهو له قال : هاجر رجل ليتزوج امرأة يقال لها أم قيس وكان يسمى مهاجر أم قيس
Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin ‘Aliy As Shaigh yang berkata telah menceritakan kepada kami
Sa’id bin Manshur yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu
Mu’awiyah dari A’masy dari Syaqiq yang berkata ‘Abdullah berkata “siapa
yang berhijrah demi mendapatkan sesuatu maka itulah yang ada untuknya.
Ia berkata “seorang laki-laki hijrah demi menikahi seorang wanita yaitu
Ummu Qais maka kami menamakannya Muhajir Ummu Qais” [Mu’jam Al Kabir Ath Thabraniy 9/103 no 8540]
Riwayat Thabrani sanadnya shahih
diriwayatkan oleh para perawi tsiqat. Syaikh Thabrani Muhammad bin ‘Ali
Ash Shaaigh adalah seorang imam yang tsiqat
- Muhammad bin Ali Ash Shaaigh adalah muhaddis imam yang tsiqat sebagaimana disebutkan Adz Dzahabi [As Siyar 13/428 no 212]
- Sa’id bin Manshur adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ahmad berkata “termasuk orang yang memiliki keutamaan dan shaduq”. Ibnu Khirasy dan Ibnu Numair menyatakan tsiqat. Abu Hatim menyatakan tsiqat dan termasuk orang yang mutqin dan tsabit. Ibnu Hibban memasukkan dalam Ats Tsiqat. Ibnu Qani’ berkata “tsiqat tsabit”. Al Khalili berkata “tsiqat muttafaq ‘alaih” [At Tahdzib juz 4 no 148]
- Abu Muawiyah Ad Dharir yaitu Muhammad bin Khazim At Tamimi seorang perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat [At Taqrib 2/70].
- Sulaiman bin Mihran Al A’masy perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Al Ijli dan Nasa’i berkata “tsiqat tsabit”. Ibnu Ma’in berkata “tsiqat”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. [At Tahdzib juz 4 no 386]. Ibnu Hajar menyebutkannya sebagai mudallis martabat kedua yang ‘an anahnya dijadikan hujjah dalam kitab shahih [Thabaqat Al Mudallisin no 55]. Riwayat ‘an anahnya dari para syaikh-nya seperti Ibrahim, Abu Wail dan Abu Shalih dianggap muttashil [bersambung] seperti yang dikatakan Adz Dzahabi [Mizan Al Itidal 2/224 no 3517].
- Syaqiq bin Salamah Abu Wa’il Al Kufiy adalah Mukhadhramun yang tsiqat perawi kutubus sittah. Ibnu Ma’in, Waki’, Ibnu Sa’ad dan Ibnu Hibban menyatakan ia tsiqat. [At Tahdzib juz 4 no 619]. Ibnu Hajar menyatakan “tsiqat” [At Taqrib 1/421]
Ummu Qais termasuk dalam golongan
muhajirin awal maka laki-laki yang menyusulnya hijrah dengan berniat
menikahi Ummu Qais juga termasuk dalam muhajirin awal.
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ أُمَّ قَيْسٍ بِنْتَ مِحْصَنٍ الْأَسَدِيَّةَ أَسَدَ خُزَيْمَةَ وَكَانَتْ مِنْ الْمُهَاجِرَاتِ الْأُوَلِ اللَّاتِي بَايَعْنَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Telah menceritakan kepada kami Abul
Yaman yang berkata telah mengabarkan kepada kami Syu’aib dari Az Zuhri
yang berkata telah mengabarkan kepadaku Ubaidillah bin ‘Abdullah bahwa Ummu Qais binti Mihshan Al Asadiyyah singa khuzaimah ia termasuk muhajirin awal dan berbaiat kepada Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] [Shahih Bukhari 7/127 no 5715]
Setiap amal perbuatan tergantung pada
niatnya, jika niatnya karena Allah SWT dan Rasul-Nya maka ia akan
mendapatkan keutamaan tetapi jika niatnya demi menikahi wanita atau
dunia maka baginya adalah apa yang ia niatkan sebagaimana sabda
Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ قَالَ سَمِعْتُ يَحْيَى بْنَ سَعِيدٍ يَقُولُ أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَإِنَّمَا لِامْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Telah menceritakan kepada kami
Qutaibah bin Sa’id yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdul
Wahab yang berkata aku mendengar Yahya bin Sa’id yang mengatakan telah
mengabarkan kepadaku Muhammad bin Ibrahim bahwa ia mendengar ‘Alqamah
bin Waqqaash Al Laitsiy yang mengatakan aku mendengar Umar bin Khaththab
radiallahu ‘anhu berkata aku mendengar Rasulullah [shallallahu ‘alaihi
wasallam] berkata “Sesungguhnya semua amal
perbuatan tergantung niatnya dan setiap orang mendapatkan sesuai dengan
apa yang ia niatkan. Barang siapa yang berhijrah karena Allah dan
Rasul-Nya maka hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya barang siapa
hijrahnya karena dunia yang ingin diraihnya atau wanita yang ingin
dinikahi maka hijrahnya sekedar mendapatkan apa yang ia niatkan atasnya [Shahih Bukhari 8/140 no 6689]
Riwayat-riwayat shahih di atas
menunjukkan betapa lemahnya akal nashibi dalam berhujjah. Mereka sering
melakukan bias dalam berhujjah. Terkait tafsir Al Qur’an At Taubah ayat
100 di atas biasnya adalah generalisasi dengan hanya memandang title “muhajirin” dan title “anshar”
padahal hakikatnya ayat tersebut tidak untuk semua orang yang bertitel
Muhajirin dan Anshar melainkan untuk Muhajirin dan Anshar yang dengan
sungguh-sungguh membela Allah SWT dan Rasul-Nya. Salam Damai
Benarkah Yazid bin Mu’awiyah Tidak Terlibat Dalam Pembunuhan Husain bin Aliy?
Posted on Februari 28, 2014 by secondprince
https://secondprince.wordpress.com/2014/02/28/benarkah-yazid-bin-muawiyah-tidak-terlibat-dalam-pembunuhan-husain-bin-aliy/
Benarkah Yazid bin Mu’awiyah Tidak Terlibat Dalam Pembunuhan Husain bin Aliy?
Salah satu syubhat nashibiy dalam merendahkan Syi’ah adalah mereka menuduh bahwa sebenarnya kaum Syi’ah yang membunuh Imam Husain bin Aliy [‘alaihis salaam] dan di sisi lain mereka membela Yazid bin Mu’awiyah dan mengatakan bahwa ia tidak memerintahkan dan tidak terlibat atas pembunuhan tersebut.
Perkataan nashibiy tersebut kalau dipikirkan dengan baik akan menimbulkan banyak kerancuan, diantaranya adalah
- Dalam riwayat shahih memang disebutkan bahwa sebagian sahabat seperti Ibnu Umar mencela penduduk Iraq Kufah atas pembunuhan Imam Husain. Riwayat-riwayat seperti ini yang dijadikan hujjah oleh nashibiy untuk menyatakan bahwa kaum Syi’ah adalah pembunuh Husain, menurut pandangan mereka, siapa lagi penduduk Kufah kalau bukan Syi’ah?. Jadi yang dimaksudkan para nashibiy bahwa Syi’ah membunuh Imam Husain adalah sebagian penduduk Kuufah yang terlibat dalam pembunuhan Imam Husain dan keluarganya. Tentu tidak bisa dipukul rata bahwa semua penduduk Kuufah adalah pembunuh Husain. Betapa banyak orang-orang Kufah yang tsiqat di masa Imam Husain tersebut dan mungkin tidak ikut terlibat maka apakah dengan seenaknya bisa dikatakan mereka pembunuh Imam Husain hanya karena mereka tinggal di Kuufah?.
- Sebenarnya pihak yang lebih patut bertanggung jawab adalah para petinggi yang memerintahkan pembantaian tersebut yaitu Yazid atau yang memimpin serangan tersebut seperti Ubaidillah bin Ziyaad dan Umar bin Sa’ad. Sebagian penduduk kufah tidak akan terlibat jika tidak ada yang mempengaruhi, memaksa, mengancam atau memerintahkan mereka
- Pengertian Syi’ah pada masa tersebut tidaklah sama dengan Syi’ah sekarang yang dikatakan nashibiy sebagai rafidhah, Syi’ah di masa tersebut lebih tepat diartikan bertasyayyu’ dan tidak mesti berpaham rafidhah. Dan kalau kita melihat kitab Rijal maka makna Syi’ah seperti ini mencakup juga tabiin kufah yang tsiqat di sisi ahlus sunnah pada masa Husain bin Aliy dan sebagian ulama ahlus sunnah di masa setelahnya. Contoh para ulama ahlus sunnah yang mendapat predikat seperti ini misalnya Sulaiman bin Mihran Al A’masyiy, Syarik, Abdurrazaq, dan lain-lain.
- Kita tidak akan menemukan dalam kitab Syi’ah Imamiyah orang-orang seperti A’masyiy, Syarik, dan Abdurrazaq sebagai orang-orang yang mereka jadikan pegangan dalam kitab mereka tetapi kita dapat menemukan dalam kitab ahlus sunnah bahwa mereka walaupun dituduh Syi’ah tetapi hadis-hadis mereka tetap menjadi pegangan ahlus sunnah. Sekarang silakan para nashibiy tersebut memiikirkan dengan baik ketika mereka menyatakan kaum Syi’ah yang membunuh Imam Husain, maka itu Syi’ah yang bagaimana?. Syi’ah yang jadi pegangan ahlus sunnah atau Syi’ah yang jadi pegangan Syi’ah Imamiyah.
Jadi hakikat sebenarnya pembunuh Imam
Husain adalah Ubaidillah bin Ziyad dan Umar bin Sa’ad bersama pasukan
mereka yang menghadang Imam Husain di Karbala. Dalam pasukan tersebut
terdapat mereka orang-orang Kufah yang memang setia dengan pemerintahan
Yazid bin Mu’awiyah dan terdapat pula sebagian penduduk Kuufah yang
terlibat karena pengaruh, atau ancaman dari Ubaidillah bin Ziyad. Dan
tentu Yazid bin Mu’awiyah sebagai khalifah pada saat itu yang
memerintahkan penyerangan kepada Imam Husain adalah orang yang paling
patut untuk dikatakan sebagai pembunuh Imam Husain [‘alaihis salaam].
Walaupun begitu, sudah seharusnya
penduduk Kufah yang tidak terlibat dalam pembunuhan tersebut bergabung
dengan Imam Husain dan membela Beliau bersama keluarganya. Bukankah
mereka mengetahui bahwa akan ada pasukan yang dikerahkan untuk
menghadang Imam Husain maka tidak ada tindakan yang benar pada saat itu
kecuali bergabung dengan Imam Husain dan keluarganya.
.
Kemudian mengenai pembelaan nashibiy
bahwa Yazid bin Mu’awiyah tidak terlibat atas pembunuhan Imam Husain
maka memang kita temukan ada ulama yang menyatakan demikian seperti Ibnu
Taimiyyah tetapi sebagian ulama lain telah menegaskan bahwa Yazid bin
Mu’awiyah adalah pihak yang bertanggung jawab atas pembunuhan Imam
Husain, diantara yang berpendapat demikian adalah Ibnu Katsiir, Ibnu
Jauziy, Adz Dzahabiy, As Suyuthiy, Ibnu Hazm dan selainnya.
قلت ولما فعل يزيد بأهل المدينة ما فعل وقتل الحسين وأخوته وآله وشرب يزيد الخمر وارتكب أشياء منكرة بغضه الناس وخرج عليه غير واحد ولم يبارك الله في عمره
[Adz Dzahabiy] aku katakan “dan ketika Yazid melakukan terhadap penduduk Madinah apa yang telah ia lakukan, membunuh Husain, saudaranya dan keluarganya,
Yazid meminum khamar, dan melakukan berbagai perbuatan mungkar,
orang-orang jadi membencinya, menyimpang darinya lebih dari sekali dan
Allah SWT tidak memberikan barakah dalam hidupnya” [Tarikh Al Islam Adz
Dzahabiy 2/65]
As Suyuthiy dalam Tarikh Al Khulafaa’ setelah menyebutkan kisah pembunuhan Imam Husain, ia berkata
لعن الله قاتله و ابن زياد معه و يزيد
Laknat Allah atas yang membunuhnya, Ibnu Ziyaad dan Yaziid [Tarikh Al Khulafaa’ 1/182]
Ibnu Katsiir dalam kitabnya Bidayah Wan Nihayah pernah berkata
وقد أخطأ يزيد خطأ فاحشا في قوله لمسلم بن عقبة أن يبيح المدينة ثلاثة أيام، وهذا خطأ كبير فاحش، مع ما انضم إلى ذلك من قتل خلق من الصحابة وأبنائهم، وقد تقدم أنه قتلالحسين وأصحابه على يدي عبيد الله بن زياد
Dan sungguh Yazid telah berbuat
kesalahan dengan kesalahan yang begitu keji, ia memerintahkan kepada
Muslim bin ‘Uqbah untuk menyerang Madinah selama tiga hari, dan ini
kesalahan yang besar dan keji, bersamaan dengan itu banyak sahabat dan
anak-anak mereka terbunuh, dan telah disebutkan sebelumnya bahwa ia telah membunuh Husain dan para sahabatnya melalui tangan Ubaidillah bin Ziyaad [Al Bidayah Wan Nihayah 8/243]
.
.
.
Terdapat riwayat yang menunjukkan bahwa
Yazid terlibat dalam pembunuhan Imam Husain sehingga kepala Imam Husain
dibawa Ubaidillah bin Ziyaad kepada Yazid dan Yazid menusuk kepala Imam
Husain tersebut
قال ابن أبي الدنيا وثنا أبو الوليد ، قال
ثنا خالد بن يزيد بن أسد قال ثنا عمار الدهني عن أبي جعفر قال وضع رأس
الحسين بين يدي يزيد وعنده أبو برزة، فجعل يزيد ينكت بالقضيب على فيه ،
ويقول نفلقن هاماً…فقال له أبو برزة : ارفع قضيبك فوالله لربما رأيت فاه
رسول الله صلى الله عليه وسلم على فيه يلثمه
قال ابن ابي الدنيا وثنا سلمة بن شبيب قال ثنا الحميدي عن سفيان قال سمعت
سالم بن أبي حفصة يقول قال الحسن جعل يزيد بن معاوية يطعن بالقضيب موضع في
رسول الله صلى الله عليه وسلم
Ibnu Abi Dunyaa berkata telah
menceritakan kepada kami Abul Waliid yang berkata telah menceritakan
kepada kami Khalid bin Yaziid bin Asad yang berkata telah menceritakan
kepada kami ‘Ammar Ad Duhniy dari Abu Ja’far yang berkata Kepala Husain diletakkan dihadapan Yazid dan disisinya ada Abu Barzah, maka Yazid menusuknya dengan tongkat
seraya berkata “telah terpotong kepala…” maka Abu Barzah berkata
“angkat tongkatmu, demi Allah aku telah melihat Rasulullah [shallallahu
‘alaihi wasallam] menciumnya”
Ibnu Abi Dunyaa berkata dan telah
menceritakan kepada kami Salamah bin Syabiib yang berkata telah
menceritakan kepada kami Al Humaidiy dari Sufyaan yang berkata aku
mendengar Salim bin Abi Hafshah mengatakan Al Hasan berkata “Yazid bin Mu’awiyah menusuk dengan tongkat [kepala Husain] pada tempat Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] [menciumnya]…[Ar Rad ‘Ala Al Muta’ashib Ibnu Jauziy hal 58]
Sanad dari Ibnu Jauziy sampai ke Ibnu Abi Dunyaa, telah disebutkan dalam riwayat sebelumnya yaitu sebagai berikut
أخبرنا محمد بن ناصر ، قال : أخبرنا جعفر بن أحمد بن السراج ، قال : أخبرنا أبو طاهر محمد بن علي العلاف ، قال : أخبرنا أبو الحسين ابن أخي ميمي ، قال : ثنا الحسين بن صفوان ، قال : ثنا عبد الله بن محمد بن أبي الدنيا القرشي
Telah mengabarkan kepada kami
Muhammad bin Naashr yang berkata telah mengabarkan kepada kami Ja’far
bin Ahmad bin As Siraaj yang berkata telah mengabarkan kepada kami Abu
Thaahir Muhammad bin Aliy Al ‘Alaaf yang berkata telah mengabarkan
kepada kami Abu Husain bin Akhiy Miimiy yang berkata telah menceritakan
kepada kami Husain bin Shafwaan yang berkata telah menceritakan kepada
kami ‘Abdullah bin Muhammad bin Abi Dunyaa Al Qurasyiy… [Ar Rad ‘Ala Al
Muta’ashib Ibnu Jauziy hal 57]
Sanad Ibnu Jauziy sampai ke Ibnu Abi Dunyaa adalah jayyid [baik] berikut keterangan mengenai para perawinya
- Muhammad bin Naashir, dikenal dengan Ibnu Naashir seorang imam muhaddis mufiid Iraaq. Ibnu Jauziy berkata “syaikh kami yang tsiqat hafizh dhabit termasuk ahlus sunnah” [As Siyaar Adz Dzahabiy 20/265]
- Ja’far bin Ahmad As Siraaj seorang syaikh imam muhaddis musnad, Abu Bakar bin Arabiy berkata “tsiqat”. Ibnu Naashir berkata “tsiqat ma’mun” [As Siyaar Adz Dzahabiy 19/228]
- Abu Thahir Muhammad bin Aliy yang dikenal Ibnu Al ‘Alaaf seorang imam yang alim, Al Khatib berkata “aku menulis darinya dan ia shaduq” [As Siyaar Adz Dzahabiy 17/608]
- Abu Husain Muhammad bin ‘Abdullah bin Husain Al Baghdadiy yang dikenal Ibnu Akhiy Miimiy syaikh shaduq musnad seorang yang tsiqat [As Siyaar Adz Dzahabiy 16/565]
- Husain bin Shafwan Abu Aliy seorang syaikh muhaddis tsiqat [As Siyaar Adz Dzahabiy 15/442]
- Abdullah bin Muhammad bin ‘Ubaid yang dikenal Ibnu Abi Dunyaa seorang yang shaduq hafizh [Taqrib At Tahdzib 1/321 no 3591]
Kami menukil dua sanad dari Ibnu Abi
Dunyaa yang disebutkan Ibnu Jauziy, keduanya mengandung kelemahan tetapi
saling menguatkan sehingga kedudukannya menjadi hasan.
.
.
Sanad pertama yaitu dari Ibnu Abi Dunyaa
dari Abu Walid dari Khalid bin Yazid bin Asad dari ‘Ammar Ad Duhniy dari
Abu Ja’far, berikut keterangan para perawinya
- Abul Walid adalah Ahmad bin Janab Al Mashiishiy termasuk perawi Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i. Telah meriwayatkan darinya Muslim, Abu Zur’ah, Ahmad bin Hanbal dan anaknya [dimana mereka dikenal hanya meriwayatkan dari perawi tsiqat]. Shalih Al Jazariy berkata “shaduq”. Al Hakim berkata “tsiqat”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Abu Hatim meriwayatkan darinya dan berkata “shaduq” [Tahdzib At Tahdzib juz 1 no 25]
- Khalid bin Yazid bin Asad anak dari pemimpin Iraq, ia seorang ahli hadis dan ma’rifat, tidak mutqin, tafarrud dengan riwayat-riwayat mungkar. Al Uqailiy berkata “tidak memiliki mutaba’ah hadisnya”. Abu Hatim berkata “tidak kuat”. Ibnu Adiy mengatakan hadis-hadisnya tidak memiliki mutaba’ah dan ia seorang yang dhaif tetapi ditulis hadisnya [As Siyaar Adz Dzahabiy 9/410]
- ‘Ammar bin Muawiyah Ad Duhniy termasuk perawi Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah . Telah meriwayatkan darinya Syu’bah yang berarti ia tsiqat dalam pandangan Syu’bah. Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma’in, Abu Hatim dan Nasa’i menyatakan tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 7 no 662].
- Abu Ja’far Al Baqir, Muhammad bin Aliy bin Husain seorang yang tsiqat dan memiliki keutamaan [Taqrib At Tahdzib 1/497 no 6151]. Ia seorang Sayyid Imam, lahir pada tahun 56 H [As Siyaar Adz Dzahabiy]
Para perawinya tsiqat kecuali Khalid bin
Yazid ia seorang yang dhaif tetapi bisa dijadikan i’tibar dan Abu Ja’far
Al Baqir lahir tahun 56 H sedangkan peristiwa Yazid menusuk kepala Imam
Husain terjadi pada tahun 61 H maka pada saat itu usia Beliau 5 tahun
sudah memasuki usia tamyiz dan besar kemungkinan pada saat itu Beliau
bersama ayahnya Aliy bin Husain dan keluarganya yang selamat digiring
Ubaidillah untuk menghadap Yazid.
Sanad kedua yaitu Ibnu Abi Dunyaa dari
Salamah bin Syabiib dari Al Humaidiy dari Sufyaan dari Salim bin Abil
Hafshah dari Hasan Al Bashriy, berikut keterangan para perawinya
- Salamah bin Syabiib termasuk perawi Muslim, Abu Dawud, Nasa’i, Tirmidzi, Ibnu Majah seorang yang tsiqat [Taqrib At Tahdzib 1/247 no 2494]
- Al Humaidiy Abdullah bin Zubair bin ‘Iisa Al Quurasyiy termasuk perawi Bukhariy dan Muslim seorang yang tsiqat hafizh faqih sahabat Ibnu Uyainah [Taqrib At Tahdzib 1/303 no 3320]
- Sufyan bin Uyainah perawi kutubus sittah seorang tsiqat hafizh faqiih imam hujjah, berubah hafalan diakhir umurnya, dituduh melakukan tadlis tetapi hanya dari perawi tsiqat [Taqrib At Tahdzib 1/245 no 2451]
- Salim bin Abil Hafshah termasuk perawi Bukhariy dalam Adabul Mufrad dan Tirmidzi seorang yang shaduq dalam hadis hanya saja ia berlebihan dalam syi’ahnya [Taqrib At Tahdzib 1/226 no 2171]. Terdapat perselisihan mengenai Salim bin Abi Hafshah, Ahmad bin Hanbal berkata “aku kira tidak ada masalah dalam hadisnya”. Yahya bin Ma’in berkata “tsiqat”. ‘Amru bin Aliy menyatakan ia dhaif berlebihan dalam tasyayyu’. Abu Hatim berkata “ditulis hadinya tetapi tidak bisa dijadikan hujjah”. Al Ijliy berkata “tsiqat”. Abu Ahmad Al Hakim berkata “tidak kuat di sisi para ulama”. Ibnu Hibban berkata “sering terbalik dalam kabar dan keliru dalam riwayat”. Ibnu Adiy berkata “sesungguhnya aib atasnya hanyalah ia ghuluw dalam syi’ahnya adapun hadis-hadisnya aku harap tidak ada masalah padanya” [Tahdzib At Tahdzib juz 3 no 800]
- Hasan bin Abi Hasan Al Bashriy termasuk perawi kutubus sittah seorang yang tsiqat faqiih fadhl masyhur banyak melakukan irsal dan tadlis [Taqrib At Tahdzib 1/160 no 1227]
Para perawi sanad kedua semuanya tsiqat
kecuali Salim bin Abi Hafshah, ia diperselisihkan kedudukannya tetapi
sanad ini bersama-sama sanad yang pertama kedudukannya saling
menguatkanmaka derajatnya menjadi hasan.
Riwayat Ibnu Abi Dunyaa di atas dikuatkan pula oleh riwayat Ibnu Sa’ad berikut
أخبرنا كثير بن هشام قال حدثنا جعفر ابن برقان قال حدثنا يزيد بن أبي زياد قال لما أتي يزيد بن معاوية برأس الحسين بن علي جعل ينكت بمخصرة معه سنه
Telah mengabarkan kepada kami Katsiir
bin Hisyaam yang berkata telah menceritakan kepada kami Ja’far bin
Burqaan yang berkata telah menceritakan kepada kami Yaziid bin Abi
Ziyaad yang berkata ketika didatangkan kepada Yazid bin Mu’awiyah kepala Husain bin Aliy ia menusuknya dengan tongkat yang ia bawa…[Thabaqat Ibnu Sa’ad 6/448]
Riwayat ini para perawinya tsiqat kecuali
Yazid bin Abi Ziyaad, ia seorang yang diperselisihkan kedudukannya dan
yang rajih ia seorang yang dhaif tetapi bisa dijadikan i’tibar.
- Katsiir bin Hisyaam termasuk perawi Bukhariy dalam Adabul Mufrad, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah. Yahya bin Ma’in berkata “tsiqat”. Al Ijliy berkata “tsiqat shaduq”. Abu Dawud berkata “tsiqat”. Abu Hatim berkata “ditulis hadisnya”. Nasa’i berkata “tidak ada masalah padanya”. Ibnu Sa’ad berkata “tsiqat shaduq” [Tahdzib At Tahdzib juz 8 no 771]
- Ja’far bin Burqaan termasuk perawi Bukhariy dalam Adabul Mufrad, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah. Ahmad bin Hanbal berkata “jika meriwayatkan dari selain Az Zuhriy maka tidak ada masalah dalam hadisnya tetapi jika meriwayatkan dari Az Zuhriy maka sering keliru”. Yahya bin Ma’in berkata “tsiqat dan dhaif dalam riwayat Az Zuhriy”. Ibnu Numair berkata “tsiqat dan hadis-hadisnya dari Az Zuhriy mudhtharib”. Ibnu Sa’ad berkata “tsiqat shaduq”. Abu Nu’aim, Marwan bin Muhammad dan Ibnu Uyainah menyatakan ia tsiqat. Nasa’i berkata “tidak kuat dalam riwayat Az Zuhriy dan tidak ada masalah dalam riwayat selainnya” [Tahdzib At Tahdzib juz 2 no 131]
- Yazid bin Abi Ziyaad Al Qurasyiy termasuk perawi Bukhariy dalam At Ta’liq, Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, Nasa’i, dan Ibnu Majah. Ahmad bin Hanbal berkata “tidak hafizh”. Yahya bin Ma’in berkata “tidak kuat”. Al Ijliy berkata “ja’iz al hadits”. Abu Zur’ah berkata “layyin ditulis hadisnya tetapi tidak dijadikan hujjah”. Abu Hatim berkata “tidak kuat”. Abu Dawud berkata “tidak diketahui satu orangpun yang meninggalkan hadisnya tetapi selainnya lebih disukai daripadanya”. Ibnu Adiy berkata “syi’ah Kufah dhaif ditulis hadisnya”. Jarir berkata dari Yazid bahwa ketika Husain terbunuh aku berumur 14 atau 15 tahun”. Ibnu Hibban berkata “shaduq kecuali ketika tua jelek dan berubah hafalannya”. Abu Ahmad Al Hakim berkata “tidak kuat di sisi para ulama”. Ibnu Syahin memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Ahmad bin Shalih Al Mishriy berkata “tsiqat dan tidak membuatku heran perkataan yang membicarakannya”. An Nasa’iy berkata “tidak kuat” [Tahdzib At Tahdzib juz 11 no 531]
Kemudian dikuatkan lagi oleh riwayat Dhahhaak bin Utsman Al Hazaamiy sebagaimana yang disebutkan Ath Thabraniy berikut
حدثنا علي بن عبد العزيز ثنا الزبير بن بكار حدثني محمد بن الضحاك بن عثمان الحزامي عن أبيه قال خرج الحسين بن علي رضي الله عنهما إلى الكوفة ساخطا لولاية يزيد بن معاوية فكتب يزيد بن معاوية إلى عبيد الله بن زياد وهو واليه على العراق إنه قد بلغني أن حسينا قد سار إلى الكوفة وقد ابتلى به زمانك من بين الأزمان وبلدك من بين البلدان وابتليت به من بين العمال وعندها يعتق أو يعود عبدا كما يعتبد العبيد فقتله عبيد الله بن زياد وبعث برأسه إليه فلما وضع بين يديه تمثل بقول الحسين بن الحمامنفلق هاما من رجال أحبة … إلينا وهم كانو أعق وأظلما
Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy
bin ‘Abdul Aziz yang berkata telah menceritakan kepada kami Zubair bin
Bakaar yang berkata telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Dhahhaak
bin ‘Utsman Al Hazaamiiy dari Ayahnya yang berkata Husain bin Aliy
[radiallahu ‘anhum] pergi menuju Kufah dalam keadaan marah terhadap
kepemimpinan Yazid bin Mu’awiyah. Maka Yazid bin Mu’awiyah menulis
kepada ‘Ubaidillah bin Ziyaad dan ia adalah wali-nya atas Irak
“bahwasanya telah sampai kepadaku Husain melakukan perjalanan menuju
Kufah dan sungguh itu akan menjadi bencana bagi zamanmu dibanding
zaman-zaman lainnya dan negrimu dibanding negri-negri lainnya dan akan
menimpamu dibanding perbuatan lainnya, dan dengannya engkau akan
terbebas atau akan kembali menjadi budak seperti halnya perbudakan para
budak, maka Ubaidillah bin Ziyad membunuhnya [Husain] dan mengirimkan kepalanya kepada Yazid,
ketika [Kepala Husain] diletakkan di hadapannya maka ia berujar dengan
perkataan Husain bin Hamaam “telah terpotong kepala orang yang
dicintai…kepada kami mereka durhaka dan zalim” [Mu’jam Al Kabir Ath
Thabraniy 3/115 no 2846]
Para perawi sanad Thabraniy tsiqat dan shaduq. berikut keterangan mengenai para perawinya
- Aliy bin ‘Abdul Aziiz, Abul Hasan Al Baghawiy, Ibnu Abi Hatim menyatakan ia shaduq [Al Jarh Wat Ta’dil 6/196 no 1076]. Daruquthniy berkata tentangnya “tsiqat ma’mun” [Su’alat Hamzah As Sahmiy no 389]
- Zubair bin Bakaar termasuk perawi Ibnu Majah, seorang Qadhiy Madinah yang tsiqat [Taqrib At Tahdzib 1/214 no 1991]
- Muhammad bin Dhahhaak bin Utsman Al Hazaamiy disebutkan Ibnu Hibban dalam Ats Tsiqat dan telah meriwayatkan darinya Ibrahim bin Mundzir dan penduduk Madinah [Ats Tsiqat 9/59 no 15174]. Ibnu Abi Hatim menyebutkan biografinya tanpa jarh dan ta’dil dan menyebutkan bahwa telah meriwayatkan darinya Yaqub bin Humaid Al Madaniy [Al Jarh Wat Ta’dil 7/290 no 1576]. Jadi telah meriwayatkan darinya perawi yang tsiqat dan shaduq yaitu Ibrahim bin Mundzir [shaduq] [Taqrib At Tahdzib 1/94 no 253], Yaqub bin Humaid [shaduq yahim] [Taqrib At Tahdzib 1/607 no 7815] dan Zubair bin Bakaar [tsiqat] [Taqrib At Tahdzib 1/214 no 1991].
- Dhahhaak bin Utsman Al Hazaamiy termasuk perawi Muslim, Abu Dawud, Nasa’i, Tirmidzi, Ibnu Majah. Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma’in, Mush’ab Az Zubairiy dan Abu Dawud menyatakan tsiqat. Abu Zur’ah berkata “tidak kuat”. Abu Hatim berkata “ditulis hadisnya tetapi tidak dijadikan hujjah dan dia shaduq”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Ibnu Sa’ad berkata “tsabit”. Ibnu Bukair berkata “tsiqat”. Ibnu Numair berkata “tidak ada masalah padanya”. Ali bin Madiniy berkata “tsiqat”. Ibnu ‘Abdil Barr berkata “banyak melakukan kesalahan tidak menjadi hujjah” [Tahdzib At Tahdzib juz 4 no 787].
Riwayat Ath Thabraniy ini memiliki cacat
yaitu Dhahhaak bin Utsman Al Hazaamiy disebutkan bahwa ia wafat tahun
153 H [Tahdzib At Tahdzib juz 4 no 787] sedangkan kisah Yazid tersebut
terjadi pada tahun 61 H. Maka terdapat jarak 92 tahun , tidak diketahui
kapan lahirnya Dhahhaak bin Utsman dan jika berdasarkan usia pada
umumnya maka ia lahir di atas tahun 61 H. Oleh karena itu riwayat
Thabraniy tersebut dhaif karena sanadnya terputus, tetapi bisa dijadikan
i’tibar.
.
.
Secara ringkas ada empat riwayat yang
membuktikan bahwa kepala Imam Husain dibawa kehadapan Yazid dan tiga
riwayat menyebutkan bahwa Yazid menusuk kepala Imam Husain dengan
tongkat
- Riwayat Abu Ja’far Al Baqir lemah karena Khalid bin Yazid bin Asad seorang yang dhaif tetapi bisa dijadikan i’tibar
- Riwayat Hasan Al Bashriy lemah karena Salim bin Abi Hafshah diperselisihkan kedudukannya tetapi bisa dijadikan i’tibar
- Riwayat Yazid bin Abi Ziyaad lemah karena Yazid bin Abi Ziyaad diperselisihkan kedudukannya tetapi bisa dijadikan i’tibar
- Riwayat Dhahhaak bin Utsman Al Hazaamiy lemah karena sanadnya terputus dan bisa dijadikan i’tibar.
Keempat riwayat tersebut saling
menguatkan maka kedudukannya menjadi hasan. Kepala Imam Husain memang
dibawa ke hadapan Yazid dan Yazid menusuknya dengan tongkat.
Jika ada yang berdalih bahwa
riwayat-riwayat di atas tidak menunjukkan bahwa Yazid memerintahkan
Ubaidillah bin Ziyaad untuk membunuh Imam Husain. Maka jawabannya adalah
sebagai berikut, jika para nashibiy tersebut menginginkan riwayat
shahih dengan lafaz jelas perintah Yazid kepada Ubaidillah bin Ziyaad
maka kami katakan dengan jujur kami tidak menemukannya. Tetapi anehnya
para nashibiy itu menyatakan bahwa riwayat paling shahih mengenai
peristiwa karbala dan siapa pembunuh Imam Husain adalah riwayat Shahih
Bukhariy berikut
حدثني محمد بن الحسين بن إبراهيم قال حدثني حسين بن محمد حدثنا جرير عن محمد عن أنس بن مالك رضي الله عنهأتي عبيد الله بن زياد برأس الحسين بن علي عليه السلام فجعل في طست فجعل ينكث وقال في حسنه شيئا فقال أنس كان أشبههم برسول الله صلى الله عليه و سلم وكان مخصوبا بالوسمة
Telah menceritakan kepadaku Muhammad
bin Husain bin Ibrahiim yang berkata telah menceritakan kepadaku Husain
bin Muhammad yang berkata telah menceritakan kepada kami Jariir dari
Muhammad dari Anas bin Malik [radiallahu ‘anhu] “didatangkan kepada Ubaidillah bin Ziyaad kepala Husain bin Aliy [‘alaihis salaam] maka ia meletakkannya di bejana dan menusuknya,
seraya berkata tentang ketampanannya. Maka Anas berkata “Husain adalah
orang yang paling mirip dengan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]
dan saat itu rambutnya disemir dengan wasmah [Shahih Bukhariy 5/26 no
3748]
Apakah dalam riwayat shahih Bukhariy di
atas terdapat lafaz Ubaidillah bin Ziyad memerintahkan membunuh Imam
Husain?. Tidak ada lafaz seperti itu tetapi para nashibiy memahami
riwayat ini sebagai bukti paling shahih bahwa yang bertanggung-jawab
atas pembunuhan Imam Husain adalah Ubaidillah bin Ziyaad.
Riwayat seperti ini sudah cukup bagi
mereka yang ingin mencari kebenaran. Dihadapkannya kepala Imam Husain
kepada Ubaidillah bin Ziyaad dan bagaimana cara Ubaidillah memperlakukan
kepala Imam Husain tersebut menjadi bukti cukup bahwa ia
bertanggung-jawab atas pembunuhan Imam Husain [‘alaihis salaam]
Dan riwayat Bukhariy di atas tidak
bertentangan dengan riwayat-riwayat yang kami bahas sebelumnya,
melainkan saling melengkapi. Setelah dihadapkan ke Ubaidillah maka ia
mengirimkan kepala Imam Husain tersebut kepada Yazid dan Yazid-pun
memperlakukan kepala Imam Husain tersebut dengan keji maka hal ini
menjadi bukti bahwa Yazid bin Mu’awiyah juga bertanggung-jawab atas
pembunuhan Imam Husain [‘alaihis salaam].
Pandangan kami adalah sebagaimana
pandangan para ulama seperti Ibnu Hazm, Ibnu Katsiir, Adz Dzahabiy, Ibnu
Jauziy dan As Suyuthiy bahwa Yazid bin Mu’awiyah termasuk pihak yang
bertanggungjawab terhadap pembunuhan Imam Husain [‘alaihis salaam]. Dan
pandangan ini memang memiliki bukti kuat dari berbagai riwayat dan
tarikh, diantaranya telah kami bawakan di atas.
.
.
Para nashibiy biasanya suka mencela
Syi’ah sambil mengutip kitab-kitab Syi’ah yang menyatakan bahwa mereka
yang membunuh Imam Husain [‘alaihis salaam] adalah kaum Syi’ah sendiri.
Seperti yang kami jelaskan sebelumnya bahwa Syi’ah yang dimaksud adalah
penduduk Kufah yang mengaku setia kepada Imam Husain tetapi pada
akhirnya malah berkhianat atau berlepas diri dari Imam Husain. Hal ini
diakui dalam mazhab Syi’ah sebagaimana nampak dalam literatur mereka,
tetapi walaupun begitu mereka tidak menafikan bahwa orang yang paling
bertanggung-jawab untuk pembunuhan Imam Husain [‘alaihis salaam] adalah
Yazid bin Mu’awiyah yang memerintahkan Ubaidillah bin Ziyaad kemudian
Ubaidillah bin Ziyaad mempengaruhi, memerintahkan dan mengancam sebagian
penduduk Kufah, sehingga sebagian mereka berkhianat dan sebagian lagi
berlepas diri atau mungkin walaupun tidak ikut tetap tidak berani untuk
menentangnya.
Terdapat riwayat shahih di sisi mazhab
Syi’ah yang membuktikan bahwa Yazid bin Mu’awiyah adalah orang yang
bertanggung-jawab atas pembunuhan Imam Husain [‘alaihis salaam]
ابن محبوب، عن عبد الله بن سنان قال سمعت أبا عبد الله (عليه السلام) يقولثلاث هن فخر المؤمن وزينه في الدنيا والآخرة: الصلاة في آخر الليل ويأسه مما في أيدي الناس وولايته الامام من آل محمد (صلى الله عليه وآله) قال: وثلاثة هم شرار الخلق ابتلى بهم خيار الخلق: أبو سفيان أحدهم قاتل رسول الله (صلى الله عليه وآله) وعاداه ومعاوية قاتل عليا (عليه السلام) وعاداه ويزيد بن معاوية لعنه الله قاتل الحسين بن علي (عليهما السلام) وعاداه حتى قتله
Ibnu Mahbuub dari ‘Abdullah bin
Sinaan yang berkata aku mendengar Aba ‘Abdullah [‘alaihis salaam]
mengatakan Ada tiga hal yang menjadi kebanggan seorang mukmin dan
menjadi keindahan baginya dalam kehidupan dunia dan akhirat yaitu Shalat
di akhir malam, tidak mengharapnya ia terhadap apa yang ada di tangan
orang-orang, dan wilayah Imam dari keluarga Muhammad [shallallahu
‘alaihi wasallam]. Beliau berkata “dan ada tiga orang makhluk yang
paling buruk telah menyakiti makhluk yang paling baik yaitu Abu Sufyan
yang memerangi Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan
memusuhinya, Mu’awiyah yang memerangi Aliy [‘alaihis salaam] dan
memusuhinya, dan Yazid bin Mu’awiyah laknat Allah atasnya, yang memerangi Husain bin Aliy [‘alaihis salaam] dan memusuhinya sampai membunuhnya [Al Kafiy Al Kulainiy 8/234]
Riwayat Al Kulainiy di atas sanadnya
shahih, sanad Al Kulainiy sampai Hasan bin Mahbuub telah disebutkan
dalam riwayat sebelumnya yaitu dari Aliy bin Ibrahim dari Ayahnya [Al
Kafiy Al Kulainiy 8/233]. Jadi sanad lengkap riwayat di atas adalah Aliy
bin Ibrahim dari Ayahnya dari Hasan bin Mahbuub dari ‘Abdullah bin
Sinaan
- Aliy bin Ibrahim bin Haasyim Al Qummiy adalah seorang yang tsiqat dalam hadis, tsabit, mu’tamad, shahih mazhabnya [Rijal An Najasyiy hal 260 no 680]
- Ibrahim bin Haasyim Al Qummiy seorang yang tsiqat jaliil. Ibnu Thawus pernah menyatakan hadis yang dalam sanadnya ada Ibrahim bin Haasyim bahwa para perawinya disepakati tsiqat [Al Mustadrakat Ilm Rijal Al Hadis, Asy Syahruudiy 1/222]
- Hasan bin Mahbuub As Saraad seorang penduduk kufah yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 354]
- ‘Abdullah bin Sinaan seorang yang tsiqat jaliil tidak ada celaan sedikitpun terhadapnya, ia meriwayatkan dari Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] [Rijal An Najasyiy hal 214 no 558]
Kami menukil riwayat di atas hanya ingin
menunjukkan bahwa di sisi mazhab Syi’ah pandangan bahwa Yazid bin
Mu’awiyah yang membunuh Imam Husain [‘alaihis salaam] adalah pandangan
yang shahih.
.
.
Kesimpulan :
Dalam pandangan mazhab Ahlus sunnah dan dalam pandangan mazhab Syi’ah
telah tsabit bahwa Yazid bin Mu’awiyah adalah orang yang
bertanggung-jawab atas pembunuhan Imam Husain bin Aliy [‘alaihis
salaam].
Kedustaan Al Amiry : Bukti Nyata Bahwa Syi’ah Adalah Pembunuh Husain?.
Posted on Oktober 28, 2015 by secondprince
https://secondprince.wordpress.com/2015/10/28/kedustaan-al-amiry-bukti-nyata-bahwa-syiah-adalah-pembunuh-husain/
Kedustaan Al Amiry : Bukti Nyata Bahwa Syi’ah Adalah Pembunuh Husain?.
Orang ini memang “agak lucu” dan mohon maaf kalau kata-kata “pendusta” sangat cocok disematkan kepadanya. Menuduh orang-orang Syi’ah bersandiwara ketika menangisi Imam Husain [‘alaihis salaam] adalah kedustaan. Kami
tidak tahu apa dasarnya tuduhan orang ini, adapun tulisan ngawurnya itu
benar-benar salah sambung kalau ditujukan kepada mazhab Syi’ah yang ada
sekarang.
Tidak dipungkiri bahwa dalam mazhab
Syi’ah terdapat riwayat [terlepas dari kedudukannya apakah dhaif ataukah
shahih] dimana ahlul bait mengecam orang-orang yang mengaku Syi’ah
mereka. Seperti dalam kasus yang menimpa Imam Husain [‘alaihis salaam]
yaitu terdapat orang-orang Syi’ah Kufah yang menulis surat kepada Imam
Husain [‘alaihis salaam] kemudian orang-orang ini malah meninggalkan
Beliau atau malah ikut menyakiti Beliau.
Pertanyaan penting yang harus dijawab
disini adalah “Syi’ah Kufah” yang dimaksud itu sebenarnya Syi’ah yang
bagaimana?. Pertanyaan ini yang tidak pernah terpikirkan oleh
orang-orang seperti Al Amiry. Apa itu Syi’ah yang dikenal sekarang
sebagai Syi’ah Imamiyah atau Syi’ah yang dikenal karena kecenderungan
kepada Imam Aliy?. Sebelum Al Amiry sok memfitnah mazhab lain, ada
baiknya ia banyak membaca kitab mazhab ahlus sunnah.
.
.
.
Salah satu dari orang-orang yang
dikatakan Syi’ah Kufah yang menulis surat kepada Imam Husain [‘alaihis
salaam] adalah Sulaiman bin Shurad Al Khuzaa’iy dan dia adalah sahabat
Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] bahkan meriwayatkan hadis dalam
kutubus sittah. Ibnu Sa’d ketika menuliskan biografinya mengatakan
.
.
وشهد مع علي بن أبي طالب عليه السلام الجمل وصفين كان فيمن كتب الى الحسين بن علي أن يقدم الكوفة فلما قدمها أمسك عنه ولم يقاتل معه
Dan dia bersama ‘Aliy bin Abi Thalib [‘alaihis salaam] pada perang Jamal dan perang Shiffiin, dia termasuk diantara orang yang menulis surat kepada Husain bin ‘Aliy agar datang ke Kufah, maka ketika Beliau datang ia menahan darinya dan tidak berperang bersamanya…[Thabaqat Ibnu Sa’d 5/196 no 855]
Ibnu Hajar menyebutkan dalam kitabnya
Tahdziib At Tahdziib bahwa Sulaiman bin Shurad adalah sahabat Nabi dan
termasuk perawi kutubus sittah [Shahih Bukhariy, Shahih Muslim, Sunan
Abu Dawud, Sunan Nasa’iy, Sunan Ibnu Majah, Sunan Tirmidzi].
.
.
سليمان بن صرد بن الجون بن أبي الجون بن منقذ بن ربيعة بن أصرم بن حرام الخزاعي أبو مطرف الكوفي له صحبة روى عن النبي صلى الله عليه وسلم وعن أبي بن كعب وعلي بن أبي طالب والحسن بن علي وجبير بن مطعم وعنه أبو إسحاق السبيعي ويحيى بن معمر وعدي بن ثابت وعبد الله بن يسار الجهني وأبو الضحى وغيرهم قال بن عبد البركان خيرا فاضلا وكان اسمه في الجاهلية يسارً افسماه النبي صلى الله عليه وسلم سليمان سكن الكوفة وكان له سن عالية وشرف في قومه وشهد مع علي صفين وكان فيمن كتب إلى الحسين يسأله القدوم إلى الكوفة فلما قدمها ترك القتال معه فلما قتل قدم سليمان هو والمسيب بن نجبة الفزاري وجميع من خذله وقالوا ما لنا توبة إلا أن نقتل أنفسنا في الطلب بدمه
Sulaiman bin Shurad bin Al Jawniy bin
Abil Jawni bin Munqidz bin Rabii’ah bin Ashram bin Haraam Al Khuzaa’iy
Abuu Muthrif Al Kuufiy seorang sahabat Nabi. Ia meriwayatkan dari Nabi
[shallallahu ‘alaihi wasallam], Ubai bin Ka’ab, ‘Aliy bin Abi Thalib,
Hasan bin ‘Aliy dan Jubair bin Muth’im. Telah meriwayatkan darinya Abu
Ishaaq As Sabii’iy, Yahya bin Ma’mar, ‘Adiy bin Tsaabit, ‘Abdullah bin
Yasaar Al Juhaaniy, Abu Dhuha dan selain mereka. Ibnu ‘Abdill Barr
berkata “ia seorang yang memiliki kebaikan dan keutamaan, namanya di
masa jahiliah adalah Yasaar kemudian Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]
menamakannya Sulaiman, ia tinggal di Kuufah, dia memiliki kedudukan
yang tinggi dan mulia di tengah kaumnya, ia ikut bersama ‘Aliy dalam
perang Shiffiin dan ia termasuk diantara
yang menulis surat kepada Husain memintanya datang ke kuufah kemudian
ketika [Husain] datang maka ia meninggalkan berperang bersamanya. Ketika
[Husain] terbunuh, datanglah Sulaiman, Musayyab bin Najabah Al Fazaariy
dan sekumpulan orang-orang yang menelantarkannya [Husain] dan mereka
berkata “tidak ada bagi kita taubat kecuali bahwa kita terbunuh dalam
menuntut balas atas darahnya [Husain]” …[Tahdziib At Tahdziib Ibnu Hajar 3/36-37 no 3013]
.
.
.
Siapakah Musayyab bin Najabah Al Fazaariy
yang disebutkan Ibnu ‘Abdil Barr [sebagaimana dinukil Ibnu Hajar]?. Dia
adalah salah satu perawi hadis kitab Sunan Tirmidzi sebagaimana
disebutkan Ibnu Hajar dalam kitabnya Tahdziib At Tahdziib
.
.
المسيب بن نجبة كوفي روى عن حذيفة وعلي وعنه أبو إسحاق السبيعي وأبو إدريس المرهبي قال أبو حاتم عن أبيه يقال إنه خرج مع سليمان بن صرد في طلب دم الحسين بن علي فقتلا سنة خمس وستين
Al Musayyab bin Najabah Al Kuufiy
meriwayatkan dari Hudzaifah dan ‘Aliy, telah meriwayatkan darinya Abuu
Ishaaq As Sabii’iy, Abuu Idriis Al Murhibiy. Abu Hatim berkata dari
ayahnya dikatakan bahwa ia keluar bersama Sulaiman bin Shurad untuk menuntut darah Husain bin ‘Aliy maka keduanya terbunuh tahun 65 H [Tahdziib At Tahdziib Ibnu Hajar 6/280 no 7889]
Ibnu Hibban memasukkan Musayyab bin
Najabah Al Fazaariy dalam kitabnya Ats Tsiqat [Ats Tsiqat Ibnu Hibbaan
5/437] dan Ibnu Hibban dalam kitab Masyaahiir ‘Ulamaa’ Al Amshaar
berkata
.
.
المسيب بن نجبة الفزاري من جلة الكوفيين قتله عبيد الله بن زياد يوم الخازر سنة سبع وستين
Al Musayyab bin Najabah Al Fazaariy
termasuk diantara orang-orang Kufah yang mulia, Ubaidillah bin Ziyaad
membunuhnya di hari Khaazar tahun 67 H [Masyaahiir ‘Ulamaa’ Al Amshaar
hal 134 no 819]
Sulaiman bin Shurad Al Khuzaa’iy dan Al
Musayyab bin Najabah Al Kuufiy dikenal sebagai Syi’ah ‘Aliy. Adz
Dzahabiy menyebutkan hal ini dalam kitabny Tarikh Al Islaam
.
.
وقد كان سليمان بن صرد الخزاعي، والمسيب بن نجبة الفزاري وهما من شيعة علي ومن كبار أصحابه خرجا في ربيع الآخر يطلبون بدم الحسين
Dan sungguh Sulaiman bin Shurad Al
Khuzaa’iy dan Musayyab bin Najabah Al Fazaariy keduanya termasuk Syi’ah
‘Aliy dan termasuk sahabat utamanya, keduanya keluar pada bulan Rabii’ul
Akhir untuk menuntut darah Husain…[Tarikh Al Islam Adz Dzahabiy 2/602]
Perhatikanlah sekali lagi, Syi’ah kufah
yang dimaksud menulis surat kepada Imam Husain [‘alaihis salaam]
ternyata termasuk di dalamnya sahabat Nabi dan tabiin yang mulia di sisi
ahlus sunnah bahkan hadis-hadisnya ada diambil dalam kitab hadis ahlus
sunnah. Hal ini menguatkan bahwa makna Syi’ah yang dimaksud pada masa
itu juga mencakup ahlus sunnah yang mencintai dan berpihak kepada ‘Aliy
bin Abi Thalib [‘alaihis salaam].
.
Selanjutnya mari kita lihat kutipan Al
Amiry dari kitab Al Irsyad dimana ia menyebutkan bahwa Syabats bin
Rib’iy termasuk orang Syi’ah yang mengundang Imam Husain tetapi setelah
itu malah ingin membunuh Imam Husain [‘alaihis salaam]. Al Amiry menukil
.
.
Siapakah Syabats bin Rib’iy di sisi kitab ahlus sunnah?. Al Ijliy memasukkannya dalam kitab Ma’rifat Ats Tsiqat dan mengatakan
.
.
شبث بن ربعي من تميم هو كان أول من أعان على قتل عثمان رضي الله عن عثمان وهو أول من حرر الحرورية واعان على قتل الحسين بن علي
Syabats bin Rib’iy dari Tamiim, ia
adalah orang pertama yang membantu dalam pembunuhan Utsman [radiallahu
‘anhu], dan orang pertama yang melepaskan [dari] Al Haruuriyah dan membantu dalam pembunuhan Husain bin ‘Aliy [Ma’rifat Ats Tsiqat Al Ijliy 1/448 no 714]
Ibnu Hajar menyebutkan bahwa ia termasuk
salah satu perawi hadis dalam kitab Sunan Abu Dawud [Tahdziib At
Tahdziib 3/131 no 3203]. Diantara ulama yang memujinya adalah Ibnu
Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat seraya berkata “yukhti’u” [Ats
Tsiqat Ibnu Hibban 4/371]. Kemudian Ibnu Abi Hatim berkata
.
.
شبث بن ربعى روى عن على وحذيفة روى عنه محمد بن كعب وسليمان التيمى سمعت ابى يقول ذلك وسألته عنه فقال: حديثه مستقيم لا اعلم به بأسا، والذى روى انس عنه يقال ليس هو هذا
Syabats bin Rib’iy meriwayatkan dari
‘Aliy dan Hudzaifah, telah meriwayatkan darinya Muhammad bin Ka’ab dan
Sulaiman At Taimiy. Aku mendengar ayahku mengatakan hal itu. Dan aku
bertanya kepadanya tentangnya maka ia berkata “hadisnya lurus tidak ada masalah padanya,
ia adalah orang yang Anas telah meriwayatkan darinya, dan dikatakan
bukan orang ini. [Al Jarh Wat Ta’dil Ibnu Abi Hatim 4/388 no 1695]
.
Agak aneh memang kalau kita melihat orang
yang terlibat dalam pembunuhan Imam Husain [‘alaihis salaam] masih
dinyatakan oleh ulama tertentu dengan ta’dil atau bahkan tsiqat. Umar
bin S’ad yang sudah dikenal sebagai pemimpin pasukan yang membunuh Imam
Husain [‘alaihis salaam] tetap dinyatakan tsiqat oleh Al Ijliy. Al Ijliy
berkata
.
.
عمر بن سعد بن أبي وقاص مدني ثقة كان يروي عن أبيه أحاديث وروى الناس عنه وهو الذي قتل الحسين قلت كان أمير الجيش ولم يباشر قتله
‘Umar bin Sa’d bin Abi Waqaash orang madinah yang tsiqat, ia meriwayatkan dari ayahnya hadis-hadis dan orang-orang telah meriwayatkan darinya, ia adalah orang yang membunuh Husain.
[Al Haitsamiy] aku berkata “ia pemimpin pasukan dan tidak secara
langsung membunuhnya” [Ma’rifat Ats Tsiqat 2/166-167 no 1343].
Lafaz “aku berkata” di atas berasal dari
perkataan Al Haitsamiy [salah seorang penyusun kitab Ma’rifat Ats Tsiqat
Al Ijliy]. Hal ini ditegaskan dalam catatan kaki kitab Ma’rifat Ats
Tsiqat tahqiq Abdul Aliim Al Bastawiy.
Ibnu Hajar menyebutkan bahwa ‘Umar bin
Sa’d termasuk perawi hadis kitab Sunan Nasa’iy dan menyatakan tentangnya
bahwa ia seorang yang shaduq. [Taqriib At Tahdziib Ibnu Hajar no 4937].
.
.
Sejauh ini terlihat jelas bahwa
orang-orang yang dikatakan Al Amiriy sebagai Syi’ah Kufah yang menulis
surat kepada Imam Husain [‘alaihis salaam] dan orang yang terlibat dalam
pembunuhan Imam Husain [‘alaihis salaam] ternyata adalah orang-orang
yang hadisnya ternukil dalam kitab hadis ahlus sunnah bahkan ternukil
sebagian ulama ahlus sunnah yang memujinya. Seharusnya sebelum Al Amiry
membuat tuduhan dusta atas orang-orang Syi’ah [yang menangisi apa yang
terjadi pada Imam Husain] hendaknya ia meneliti kitab-kitab ahlus
sunnah. Jangan seperti orang yang mencela baju saudaranya lusuh padahal
bajunya sendiri compang camping robek sana robek sini.
.
.
.
Tidak ada sedikitpun niat kami untuk
menyudutkan mazhab Ahlus Sunnah apalagi menuduh mazhab Ahlus Sunnah
sebagai pembunuh Imam Husain [‘alaihis salaam]. Maaf kami tidak akan
merendahkan akal kami seperti Al Amiry [dan orang-orang sejenisnya].
Dalam pandangan kami, Orang-orang yang
membunuh Imam Husain [‘alaihis salaam] dan terlibat di dalamnya adalah
orang-orang tercela yang akan dihukum oleh Allah SWT tidak peduli apapun
pengakuan mazhab mereka. Adapun mereka yang menelantarkan Imam Husain
[‘alaihis salaam] dan tidak menolongnya pada saat itu maka
perhitungannya kembali kepada Allah SWT [walaupun begitu kami tetap
menyalahkan sikap mereka]. Tidak ada gunanya menisbatkan orang-orang
tersebut dengan mazhab Syi’ah ataupun Ahlus Sunnah. Bagaimana mungkin
suatu mazhab bisa disalahkan dengan perilaku segelintir pengikut mazhab
tersebut yang menyimpang.
Kami yakin apapun mazhabnya baik Syi’ah
maupun Ahlus Sunnah pasti akan bersedih dan menangisi apa yang menimpa
Imam Husain [‘alaihis salaam]. Dan hanya orang-orang rendah yang menuduh
mereka yang menangisi Imam Husain [‘alaihis salaam] tersebut dengan
tuduhan bersandiwara.
Ketika orang-orang Syi’ah mengenang Imam
Husain [‘alaihis salaam] dan mengambil hikmah dari perjuangan Imam
Husain [‘alaihis salaam] maka muncul orang-orang [seperti Al Amiry] yang
memanfaatkan momen tersebut untuk mencela orang-orang Syi’ah. Alangkah
memalukannya mereka ini, mereka yang hatinya dipenuhi penyakit tetapi
merasa dirinya telah berjihad untuk agama Allah SWT. Cukuplah kami
katakan bahwa kami berlepas diri dari orang-orang seperti mereka dan
kami berlindung kepada Allah SWT dari keburukan yang ditimbulkan
orang-orang seperti mereka.
.
Sedikit Catatan
Kisah dan perjuangan Imam Husain
[‘alaihis salaam] mengandung hikmah yang sangat bermanfaat bagi umat
islam sepanjang masa. Berikut sedikit nilai-nilai luhur yang kami
dapatkan ketika merenungkan perjuangan Imam Husain [‘alaihis salaam].
- Kezaliman itu bisa dilakukan oleh orang mazhab manapun dan persatuan itu bisa terjadi antar orang-orang mazhab manapun. Modal awal persatuan itu cuma satu yaitu kemanusiaan dan ketika orang-orang mulai mengikis kemanusiaannya maka kezaliman akan muncul sedikit demi sedikit sampai akhirnya menjadi kezaliman terbesar ketika kemanusiaan itu benar-benar hilang.
- Cinta kepada Ahlul Bait itu bukan sekedar pengakuan di mulut, tidak penting pengakuan bermazhab ini atau sebutan bermazhab itu. Cinta itu dari hati yang merasuk ke seluruh tubuh sehingga terpancar dalam perkataan dan perbuatan.
- Celakalah orang-orang yang berjuang mengatasnamakan agama tetapi hati mereka kosong dari cinta kepada sesama. Agama itu menyempurnakan kemanusiaan manusia bukan menghancurkannya.
- Kekuatan suatu perjuangan tidak dilihat dari keunggulan fisik tetapi terlihat dari “atas apa perjuangan itu berdiri” dan bagaimana perjuangan itu melahirkan kekuatan bagi siapapun yang berada di sisinya menembus batas ruang dan waktu.
- Orang-orang yang memiliki kekuasaan dan kekuatan serta mereka yang terbuai di dalamnya tidak lebih dari orang lemah yang mudah terjatuh dalam kezaliman ketika mereka mulai menganggap rendah kemanusiaan dengan alasan apapun [bahkan mengatasnamakan agama].
- Manusia adalah manusia sebelum mereka beragama. Maka perlakukan manusia sebagai manusia sebelum memperlakukannya sebagai orang yang beragama. Bayi dan anak kecil adalah manusia sebelum mereka sadar akan agama mereka. Orang beragama yang tidak memperlakukan manusia sebagai manusia sungguh telah kehilangan kemanusiaannya. Maka jangan heran dalam kisah perjuangan sang Imam, bayi dan anak kecil menjadi korban kezaliman. Hal itu menunjukkan bahwa kezaliman bisa muncul dari orang yang mengaku beragama ketika mereka kehilangan kemanusiaan.
- Perhatikanlah dimana berdiri dan perhatikanlah berada di tengah-tengah orang yang zalim atau tidak kemudian ketika berada di ujung jalan ingatlah baik-baik akan kemanusiaan karena kisah perjuangan sang imam mengajarkan bahkan orang yang awalnya berada di sisi kelompok yang zalim bisa berubah haluan ketika ia kembali pada kemanusiannya.
Kami yang lemah ini rasanya tidak sanggup
melihat betapa luasnya arti perjuangan sang Imam dan sangat tidak
sanggup untuk membayangkan penderitaan ketika kezaliman itu terjadi.
Ketika orang-orang yang mengaku beragama sudah kehilangan kemanusiaan
maka umat islam akan menderita disana-sini, berpecah belah dan saling
berperang.
Jangan anggap remeh kemanusiaan bahkan
cahaya Ahlul Bait tidak bisa diterima oleh orang yang kehilangan
kemanusiaannya tetapi ketika sedikit kemanusiaan itu muncul kembali pada
seseorang dan berpadu dengan cinta kepada Ahlul Bait maka cahaya Ahlul
Bait akan menyempurnakannya bagaikan “terlahir kembali”. Mari
bersama-sama berpegang teguh pada apa yang diajarkan dari perjuangan
sang Imam. Mari senantiasa kita jadikan agama untuk menyempurnakan
kemanusiaan.
“Ketika itu Amru bin al-Hajjaj berkata kepada rekan-rekannya: “Perangilah orang-orang yang telah keluar dari agama dan meninggalkan jamaah …” (Lihat, Fii Rihaab Karbalaa’, hal. 60-61)
Bagaimana kalian dapat melupakan pembunuhan terhadap keturunan Sang Penutup para nabi? sumber risalah? pemimpin pemuda penghuni surga? tempat berlindung perang kalian dan pembela kelompok kalian? pusat kesejahteraan kalian, wilayah pangkalan kalian, tempat rujukan untuk kalian mengadu, dan menara hujah kalian sendiri? Betapa buruk apa-apa yang telah kalian upayakan bagi diri kalian sendiri, betapa buruk beban yang akan kalian pikul pada hari kebangkitan kalian. Binasa, binasa, celaka, celaka, sebab upaya telah sia-sia, dan celakalah tangan-tangan manusia, tepukan-tepukan pun merugi. Dan kalian akan kembali dengan menghadap kemurkaan Allah. Kalian akan ditimpa kehinaan dan kenistaan. Celakalah kalian, tidakkah kalian mengerti betapa susah payah Muhammad telah kalian sia-siakan? Betapa janji telah kalian pungkiri? Betapa kehormatan beliau telah kalian cemarkan? Betapa darah beliau telah kalian tumpahkan? Sesungguhnya kalian telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karenanya, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung pun runtuh. Sesungguhnya kalian telah mendatangkan kelusuhan dan ketercabik-cabikan sepenuh bumi dan langit.” (Lihat, al-Ihtijjaaj, II29; Muntahaa al-Aamaal, I:570; Maqtal al-Husen, karya al-Muqarram, hal. 311, dan berikutnya; Fii Rihaab Karbalaa’, hal. 146, dan seterusnya; ‘Alaa Khathi al-Husen hal. 138; Tadhlim az-Zahraa’, 258).
penganut agama wahabi itu ragu2x thd kebenaran agamanya, agamanya tdk akan laku kecuali dengan menjelek-jelekan mazhab yg lain. bahkan ini terjadi diantara mrk. kayaknya penganut wahabi kenak sindrom tertentu yg perlu diobati ke dokter jiwa.
1. Ikut pasukan imam Ali as saat perang jamal
2. Ikut pasukan imam Ali as saat perang siffin
3. Ikut wilayah imam hasan as saat berdamai dngn muawiyah
4. Ikut ke Karbala bersama rombongan imam husen as,
5. orang kuffah yg mau bergabung dengan imam husen as namun diintimidasi pasukan yazid bin muawiyah LA
Syi’ah Harus Bertanggung Jawab atas Pembunuhan Husen Ra.
Seorang penyair tersohor, Farazdaq berpantun berkaitan dengan Husen Ra., tatkala ia ditanya tentang Syi’ah beliau yang hendak dijumpai oleh beliau. Ia menjelaskan: “Hati mereka bersama Anda, sedang pedang beliau melawan An-da