Imam Ali Berselisih Dengan Abu Bakar Dalam Masalah Fadak
https://secondprince.wordpress.com/2008/07/03/imam-ali-berselisih-dengan-abu-bakar-dalam-masalah-fadak/
Posted on Juli 3, 2008 by secondprince
Ah maafkan kalau saya masih membahas ini. Sebenarnya sih saya jadi tertarik membahas ini setelah terprovokasi oleh seseorang membaca tulisan dari situs hakekat.com yang berujudul Imam Ali Bertaqlid Buta Kepada Abu Bakar As Shiddiq.
Tulisan yang dengan terpaksa saya katakan keliru besar. Bukannya mau
membela siapa-siapa, baik Syiah ataupun Sunni sebenarnya saya cuma mau
melakukan koreksi terhadap tulisan yang mendistorsi sejarah karena
terlalu nyata kebencian pada Syiah. Kalau menurut saya sih distorsi Ini
adalah Sejarah Versi Salafy Wahabi.
Awalnya sih berkesan mau membantah Syiah
dan membela Sunni tetapi sangat disayangkan sang penulis di situs itu
tidak mendasarkan penulisannya pada Metode yang valid. jadi bahkan
beliau malah membantah kabar shahih di sisi Sunni sendiri dengan dalih
membantah Syiah. Salah kaprah dong Mas, dan untuk Mas Penulis saya
katakan
Maaf tidak pantas anda mewakili nama Ahlus Sunnah jika anda tidak menghiraukan kabar yang Shahih dalam kitab hadis yang shahih. Jangan mengklaim sesuatu hanya berdasar pada prasangka dan dugaan semata. Ah yang terakhir maafkan jika ada kata-kata saya yang kurang berkenan.
Langsung saja ya, Mas penulis anda menuliskan
Bukannya ikut membela Fatimah -putri baginda Nabi SAW- Ali malah membela keputusan Abubakar yang dituduh syi’ah menzhalimi Fatimah, sebenarnya siapa yang zhalim? Abubakar yang melaksanakan wasiat Nabi SAW atau syi’ah yang menggugat imamnya yang maksum?
Masalah siapa yang zalim itu bukan urusan
saya, tetapi pernyataan anda bahwa Imam Ali membela keputusan Abu Bakar
jelas sekali tidak benar. Karena hadis yang shahih telah menjelaskan
sebaliknya. nanti saya tuliskan hadisnya Mas……..yang sabar ya
Kemudian Mas berkata
Sebuah pertanyaan penting, jika memang tanah Fadak itu adalah benar milik Fatimah, apakah kepemilikan itu gugur setelah Fatimah wafat? Tentunya tidak, artinya ahli waris dari Fatimah yaitu Ali, Hasan, Husein dan Ummi Kultsum tetap berhak mewarisi harta Fatimah. Begitu juga ahli waris Nabi bukan hanya Fatimah, melainkan juga Abbas pamannya.
Nah Mas saya acungkan jempol dengan anda, siiiip benar sekali Mas. Seandainya saja Mas tidak melanjutkan dengan kata-kata
Sejarah tidak pernah mencatat adanya upaya dari Abbas paman Nabi utnuk menuntut harta warisan seperti yang dilakukan oleh Fatimah. Selama ini syi’ah selalu melakukan black campaign terhadap Abubakar yang dituduh menghalangi Fatimah untuk mendapatkan warisannya.
Ah Mas sayang sekali, anda salah besar.
Sayyidina Abbas telah menuntut hal yang sama seperti yang dilakukan
Sayyidah Fatimah AS dalam masalah Fadak. Hal ini tercatat dengan jelas
dalam kitab Shahih Bukhari, berikut saya kutip hadis tersebut dari Kitab Mukhtasar Shahih Bukhari oleh Syaikh Nashiruddin Al Albani jilid 3 hal 608 dengan no hadis 1345
terbitan Pustaka Azzam Cetakan pertama 2007 dengan penerjemah :Muhammad
Faisal dan Thahirin Suparta. Nah ini kitab Ringkasan Syaikh kita yang
Mulia Syaikh Al Albani
Dari Aisyah, Ummul Mukminah RA, ia berkata “Sesungguhnya Fatimah AS binti Rasulullah SAW meminta kepada Abu Bakar sesudah wafat Rasulullah SAW supaya membagikan kepadanya harta warisan bagiannya dari harta yang ditinggalkan Rasulullah SAW dari harta fa’i yang dianugerahkan oleh Allah kepada Beliau.[Dalam riwayat lain :kamu meminta harta Nabi SAW yang berada di Madinah dan Fadak dan yang tersisa dari seperlima Khaibar 4/120] Abu Bakar lalu berkata kepadanya, [Dalam riwayat lain :Sesungguhnya Fatimah dan Abbas datang kepada Abu Bakar meminta dibagikan warisan untuk mereka berdua apa yang ditinggalkan Rasulullah SAW, saat itu mereka berdua meminta dibagi tanah dari Fadak dan saham keduanya dari tanah (Khaibar) lalu pada keduanya berkata 7/3] Abu Bakar “Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda “Harta Kami tidaklah diwarisi ,Harta yang kami tinggalkan adalah sedekah [Sesungguhnya keluarga Muhammad hanya makan dari harta ini, [maksudnya adalah harta Allah- Mereka tidak boleh menambah jatah makan] Abu Bakar berkata “Aku tidak akan biarkan satu urusan yang aku lihat Rasulullah SAW melakukannya kecuali aku akan melakukannya] Lalu Fatimah binti Rasulullah SAW marah kemudian ia senantiasa mendiamkan Abu Bakar [Ia tidak mau berbicara dengannya]. Pendiaman itu berlangsung hingga ia wafat dan ia hidup selama 6 bulan sesudah Rasulullah SAW. Ketika Fatimah meninggal dunia, suaminya Ali RA yang menguburkannya pada malam hari dan tidak memberitahukan kepada Abu Bakar. Kemudian Ia menshalatinya.
Subhanallah sungguh anda telah membuat kekeliruan yang besar dengan berkata Sejarah
tidak pernah mencatat adanya upaya dari Abbas paman Nabi utnuk menuntut
harta warisan seperti yang dilakukan oleh Fatimah. Shahih Bukhari ternyata luput dari pengamatan anda. Sangat disayangkan
Mari kita teruskan perkataan Mas
Tetapi alangkah terkejutnya ketika kita membaca riwayat-riwayat dari kitab Syi’ah sendiri yang memuat pernyataan para imam syi’ah -yang tidak pernah keliru- yang setuju dengan keputusan Abubakar. Seakan-akan para imam syi’ah begitu saja bertaklid buta pada Abubakar As Shiddiq.
Ah Mungkin Mas memang pintar kalau bicara
soal Syiah. Dalam hal ini saya cuma bilang abstain aja deh. Saya gak
yakin deh kalau Mas yang bilang. Masalahnya soal hadis Sunni sendiri Mas
bisa keliru apalagi soal hadis mahzab lain. Maaf Mas kalau saya
terpaksa meragukan anda. Afwan, afwan btw saya nggak terkejut lho
Ah Mas alangkah beraninya Mas berkata
Sampai hari ini syi’ah masih terus menangisi tragedi Fatimah yang dihalangi oleh Abubakar dari mengambil harta warisan, tapi ternyata Ali setuju dengan keputusan Abubakar. Apakah Ali setuju dengan keputusan Abubakar yang menyakiti Fatimah? Ataukah keputusan Abubakar adalah tepat karena didukung oleh pernyataan dari imam maksum? Karena Imam maksum tidak pernah salah.
Aduh Mas, lagi-lagi Mas keliru besar.
imam Ali justru berselisih dengan Abu Bakar dalam masalah ini. Apakah
ini juga bisa luput dari pandangan Mas. Ok lah saya kasih tahu, hal ini
saya dapatkan dari kitab Shahih Bukhari, berikut saya kutip hadis
tersebut yang merupakan lanjutan dari hadis sebelumnya yaitu dari Kitab Mukhtasar Shahih Bukhari oleh Syaikh Nashiruddin Al Albani jilid 3 hal 608 dengan no hadis 1345
terbitan Pustaka Azzam Cetakan pertama 2007 dengan penerjemah :Muhammad
Faisal dan Thahirin Suparta. Seperti yang saya katakan ini kitab
Ringkasan Syaikh kita yang Mulia Syaikh Al Albani
Dan Ali masih terkenang dengan kehidupan Fatimah daripada kebanyakan manusia. Dia tidak terlalu memperhatikan orang-orang hingga ia tidak langsung berdamai dengan Abu Bakar dan lantas berbaiat. Ia tidak berbaiat pada bulan itu. Kemudian Ali mengirim utusannya kepada Abu Bakar dan mengatakan “hendaklah engkau datang kemari tanpa seorangpun yang menyertaimu”. Hal ini karena ia tidak suka Umar ikut hadir. Umar berkata “Tidak Demi Allah Aku tidak akan menyertaimu”. Lalu Abu Bakar menemui mereka. Kemudian Ali berkata “Aku telah mengetahui keutamaan dan apa yang telah Allah berikan kepadamu dan aku tidak hasut terhadap anugerah yang Allah berikan kepadamu. Namun kamu mempunyai pemikiran tersendiri terhadap suatu masalah padahal kami melihat ada bagian bagi kami karena kekerabatan kami dengan Rasulullah SAW. Hal ini membuat air mata Abu Bakar berlinang dan ketika Abu Bakar berkata “Demi Dzat yang jiwaku dalam genggaman tanganNya, Kerabat Rasulullah SAW lebih aku sukai untuk terjalin dibanding kerabatku sendiri. Adapun pertentangan yang terjadi antara aku dan kalian karena harta ini tidak ada tujuan lain kecuali kebaikan, bagiku sungguh aku tidak akan melihat sesuatu yang Rasulullah SAW melakukannya kecuali aku melakukannya. Lalu Ali berkata “Setelah matahari condong adalah waktumu utnuk dibaiat”.
Sungguh jelas bagi saya tetapi entah bagi
anda wahai Mas Penulis, hadis diatas adalah bukti nyata bahwa sampai
sayyidah Fatimah AS wafat Imam Ali tetap berpendirian berbeda dengan Abu
Bakar RA. Pandangan Abu Bakar dinilai oleh Imam Ali sebagai pemikiran
tersendiri yang berbeda dengan pandangan yang diyakini oleh Imam Ali,
Sayyidah Fatimah AS, Sayyidina Abbas(kerabat Rasulullah SAW).
Sayang sekali saya justru tidak peduli dengan kata-kata anda
Salah seorang ulama syi’ah bernama Al Murtadho Alamul Huda –saudara kandung As Syarif Ar Radhiy, penyusun kitab Nahjul Balaghah- menyatakan: saat Ali menjabat khalifah, ada orang mengusulkan agar Ali mengambil kembali tanah fadak, lalu dia berkata: saya malu pada Allah untuk merubah apa yang diputuskan oleh Abubakar dan diteruskan oleh Umar. Bisa dilihat dalam kitab As Syafi hal 213.
Kitab As Syafi? ah apa pula itu saya
tidak pernah baca. Apakah anda membacanya wahai Mas Penulis. Kalau iya
tolong katakan pada saya apakah riwayat itu shahih. Anda
tidakmencantumkan sanadnya dan dengan sangat menyesal riwayat itu belum
bisa dipercaya jika belum ada sanadnya
Atau kata-kata anda yang cukup mengherankan saya
Ketika Abu Ja’far Muhammad bin Ali yang juga dijuluki Al Baqir -Imam Syi’ah yang kelima- saat ditanya oleh Katsir An Nawwal yang bertanya: semoga Allah menjadikan aku sebagai tebusanmu, apakah Abubakar dan Umar mengambil hak kalian? Tidak, demi Allah yang menurunkan Al Qur’an pada hambanya untuk menjadi peringatan bagi penjuru alam, mereka berdua tidak menzhalimi kami meskipun seberat biji sawi, Katsir bertanya lagi: semoga aku dijadikan tebusanmu, apakah aku harus mencintai mereka? Imam Al Baqir menjawab: iya, celakalah kamu, cintailah mereka di dunia dan akherat, dan apa yang terjadi padamu karena itu aalah menjadi tanggunganku.Bisa dilihat di Syarah Nahjul Balaghah jilid 4 hal 84.
Ah lagi-lagi anda tidakmencantumkan sanadnya Mas. Sangat disayangkan Mas, lagipula bukankah Kitab Nahjul Balaghah berisi
perkataan Imam Ali. Lalu mengapa anda bisa menukil perkataan Imam Baqir
dalam kitab yang memuat perkataan Imam Ali. Sungguh saya yang bodoh ini
tidak mengerti. Dan saya akan menghaturkan terimakasih jika Mas mau
sedikit meluangkan waktunya untuk memberi wejangan kepada saya.
Kemudian Mas terus membuang-buang waktu dengan menulis
Begitu juga Majlisi yang biasanya bersikap keras terhadap sahabat Nabi terpaksa mengatakan: ketika Abubakar melihat kemarahan Fatimah dia mengatakan: aku tidak mengingkari keutamaanmu dan kedekatanmu pada Rasulullah SAW, aku melarangmu mengambil tanah fadak hanya karena melaksanakan perintah Rasulullah, sungguh Allah menjadi saksi bahwa aku mendengar Rasulullah bersabda: kami para Nabi tidak mewarisi, kami hanya meninggalkan Al Qur’an, hikmah dan ilmu, aku memutuskan ini dengan kesepakatan kaum muslimin dan bukan keputusanku sendiri, jika kamu menginginkan harta maka ambillah hartaku sesukamu karena kamu adalah kesayangan ayahmu dan ibu yang baik bagi anak-anakmu, tidak ada yang bisa mengingkari keutamaanmu. Bisa dilihat dalam kitab Haqqul Yaqin, hal 201-202.
Wah saya yang polos ini baru tahu ada
kitab Haqqul Yaqin, ya iyalah bagaimana saya bisa tahu kalau kitab itu
adalah kitab Syiah. Tetapi lagi-lagi Mas tidak mencantumkan sanad
riwayat tersebut dan Mas juga tidak menyebutkan apakah riwayat itu benar
diakui shahih oleh Majlisi. Bukannya Mas sendiri yang bilang kalau kitab Syiah itu banyak hadis dhaifnya. Nah saya jadi ragu Mas jangan-jangan riwayat ini dhaif astaghfirullah saya berprasangka
Mari kita lanjutkan, dan saya juga mulai capek
Abubakar mengatakan pada Fatimah: kamu akan mendapat bagian seperti ayahmu, Rasulullah SAW mengambil dari Fadak untuk kehidupan sehari-hari, dan membagikan lainnya serta mengambil untuk bekal berjihad, aku akan berbuat seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, Fatimah pun rela akan hal itu dan berjanji akan menerimanya.
Syarah Nahjul Balaghah, Ibnul Maitsam Al Bahrani jilid 5 hal 107, Cet. Teheran
Oooh rupanya Syarh Nahjul Balaghah Ibnul
Maitsam, ah tumben yang ini disebutkan cetakannya. baca sendiri kan.
Nah tolong kasih tahu saya riwayat itu shahih tidak. Masalahnya
lagi-lagi Mas tidak mencantumkan sanadnya
Sama seperti yang diriwayatkan oleh Ibnul Maitsam, Al Danbali dan Ibnu Abil Hadid:Bahwa Abubakar mengambil hasil Fadak dan menyerahkannya pada ahlul bait secukup kehidupan mereka, begitu juga Umar, Utsman dan Ali
.
Bisa dilihat di kitab Syarah Nahjul Balaghah karangan Ibnu Maitsam dan Ibnu Abil Hadid, juga Durah An Najafiyah hal 332.
Iden aja deh, males saya mengulang-ngulang kata-kata yang sama
Oh iya Mas kesimpulan Mas yang ini
Ternyata imam maksum mengakui keputusan Abubakar dalam amsalah fadak, walaupun demikian syi’ah tetap saja menangisi Fatimah yang konon dizhalimi oleh Abubakar. Tetapi yang aneh, imam Ali -yang konon maksum- bukannya ikut membantu Fatimah merebut harta miliknya tetapi malah menyetujui keputusan Abubakar.
Sudah jelas salah besar Mas. Justru dalam
kitab Shahih Bukhari yang saya baca telah membuktikan kekeliruan Mas.
Dan semua riwayat Syiah yang Mas katakan tidak ada artinya memangnya saya Syiah karena tidak ada sanadnya dan tidak jelas kedudukan hadisnya. Jadi terima yang shahih aja deh Mas
Begitu juga dengan kata-kata Mas
Keputusan Abubakar yang dianggap syi’ah sebagai keputusan yang keliru dan kezhaliman malah didukung oleh imam maksum. Berarti imam maksum ikut berperan serta menzhalimi Fatimah. Tetapi syi’ah tidak pernah marah pada imam maksum, yang dijadikan objek kemarahan hanyalah Abubakar.Abubakar benar dalam keputusannya, dengan bukti dukungan imam maksum atas keputusannya itu. Jika imam maksum melakukan kesalahan maka dia tidak maksum lagi.
Semuanya cuma asumsi semata dan yah
asumsi tidak bisa mengalahkan hadis yang shahih, benar tidak Mas? Begitu
yang telah diajarkan Syaikh-syaikh Kita Ahlul Hadis yang mulia
Akhir kata Mas Penulis
Tetapi -seperti biasanya- kenyataan ini ditutup rapat-rapat oleh syi’ah, sehingga barangkali anda hanya bisa menemukannya di situs ini. Syi’ah selalu menuduh Bani Umayah memalsukan sejarah, padahal syi’ah selalu mengikuti jejak mereka yang dituduh memalsu sejarah.
Saya tidak tahu apa bani Umayyah atau
Syiah yang memalsukan sejarah. Yang saya tahu Mas penulis sendiri telah
memalsukan sejarah dengan kata-kata Sejarah tidak pernah mencatat
adanya upaya dari Abbas paman Nabi utnuk menuntut harta warisan seperti
yang dilakukan oleh Fatimah. Bukankah nyata sekali pemalsuan sejarah yang Mas lakukan. Hadis Shahih Mas dustakan hanya karena Syiahphobia. Wassalam
Salam Damai
Catatan : saran saya buat Mas
Penulis, mari kita sama-sama belajar dan kalau mengutip riwayat Syiah
lebih baik cantumkan sanadnya dan sertakan pendapat Ulama Syiah yang
menshahihkan riwayat tersebut. Bukannya Mas sendiri yang bilang riwayat
Syiah banyak yang dhaif. Saya mau belajar dari Mas tapi saya mau
belajar yang shahih-shahih aja
447 Tanggapan
- @Bagir
Salam
Yup,asli cirebon..mungkin antum punya informasi ttg jamaah ahlulbait di cirebon,coz ana g tw ya2san ahlulbait di crbn…
Klo bs antum krm imel ke ana dl y,mgkn bs tukar info lwt imel…
Antum kenal dgn Aljufri yg di Wonosobo?tmen ana yg di wonosobo namanya abdurrahman aljufri,tp ayahnya ana g tahu namanya…pengasuh ponpes Al-Husein di wonosobo (klo g salah loh,afwan ana g tahu nama ponpes lengkapnya)
Salam
-
Salam
@ Arif
ntar lewat email aja ya mas..ntar klo disini bisa dijitakin SP…hehehehe…
-
Sebenarnya saya sangat hormat dan kagum terhadap semua sahabat. Tapi setelah saya kaji dan bandingkan saya harus mengakui bahwa reputasi imam Ali jauh diatas rata rata sahabat lainnya termasuk dua sahabat terkemuka yaitu Abubakar dan Umar. Imam Ali mempunyai karya Nahjul Balaghoh yang sangat agung dan mencengangkan ungkapan ungkapannya. Dimanakah karya para sahabat termasuk Abubakar dan Umar meskipun mereka semua bersatu yang mampu menandingi Nahjul Balaghoh.
Imam Ali adalah pendekar tak tertandingi di semua medan pertempuran, bahkan di laga perang Badar separo musuh tewas di tangan Imam Ali, termasuk Abu jahal dan umayyah. Lalu pernahkah Abubakar atau Umar yang katanya paling sangar itu membunuh kafir tidak usah banyak banyak satu kafir saja di medan perang mana ?
Dg segala hormat saya minta teman teman yg mempunyai riwayat shohih bahwa Umar pernah membunuh seorang kafir, tolong sampaikan pada saya, supaya kepercayaan saya pada sahabat Umar bisa pulih seperti semula. Jangan cuma menyebar mitos Umar paling ditakuti tapi nol di medan perang yg sesungguhnya. salam
-
Salam..
Umar membunuh orang kafir..? yg jadi pertanyaan (nambahin Endang Bratajaya)..ada ga riwayat shahih yng mencatat Umar membunuh PAHLAWAN2 KAFIR..????
Umar terkenal tukang gertak ..!
Wassalam
- Assalamu’alaikum,mas SP, kok susah banget ya ane posting di sini? selalu discarded? why?Wassalamu’alaikum
-
Salam
@Bims
Soalan ini hanya di tuju kepada Mas Bims shj..
Mas Bims… Apa pandangan kamu tentang Abu Thalib bin Abd.Muthalib?
Apakah kamu setuju…. Ada yang mengkhabarkan (hadis) bahawa seksa neraka yang paling ringan ditanggungi Abu Thalib adalah DIPAKAIKAN TEROMPAH DARI NERAKA?
waSalam
-
@fatamorgana
Salam
kalau ngikut perasaan sih sebenarnya ana ga tega kalau paman Nabi yg selalu membela Nabi akhirnya mendapat siksa di neraka walaupun yg paling ringan… demikian juga perasaan Nabi ketika mengetahui pamannya mati dalam keadaan su’ul khatimah…
Tetapi jika ternyata hadits tersebut terbukti berdasar ilmu hadits memang bener shahih dari Nabi sendiri bahwa pamannya adalah masuk neraka, mau ga mau ya kita harus sami’na wa atho’na… iya ga? ya memang kebenaran itu kadang pahit…
mestinya antum tanyakan ke mas SP mengenai hadits tsb… apakah hadits tsb shahih apa dhaif…silahkan dianalisis…
Wasalam
-
to Arif
Salam
Mengenai keutamaan Imam Ali pada dasarnya tdk ada yg mengingkari… Tentang hadits Ghadir Kum, banyak interpretasi mengenainya…tentang tragedi karbala, ada juga yang berpendapat bahwa pembunuh Imam Hussein adalah syi’ah kufah…. Di 33:33, ternyata yg dimaksud ahlul bait adlh istri-istri Nabi…Wallahu A’lam
-
@bagir Salamanda wrote:
Terus kenapa jika kami berargumen menggunakan Hadis Shahih dari kitabb sunni malah kadang disangkal..???
Sebenarnya interpretasi kalian thd hadits2 tsb yg disangkal…terima kasih lingk-nya, ana sdh baca… setahu ana memang dibolehkan kalo kita meminang seorang gadis untuk melihat terlebih dahulu., dan itu bukan berarti merendahkan…
lepas dari hal di atas, Ummu Kultsum dan Umar telah menikah dan mempunyai dua anak yg hal tsb tercatat di kitab sunni maupun syi’ah…
pertanyaan, apakah Imam Ali yang terkenal keberaniannya bisa begitu lemah dihadapan Umar sehingga merelakan putrinya dinikahi oleh musuhnya? bukankah lebih baik dianggap sebaliknya… memang Umar dan Ali adalah 2 orang sahabat karib seiman dan seperjuangan… kalo antum baca riwayat mengenai Ummu Kultsum yang menolong seorang wanita yang melahirkan atas permintaan sumainya (Umar) maka akan terlihat begitu harmonisnya pasangan tersebut dan tidak ada kesan keterpaksaan dlm pernikahan mrk…anda mengatakan:
Maaf mas, ga ada ulma syiah bilang Al KAfi BERISI riwayat2 dhaif..tetapi dibilang : TIDAK SEMUA RIWAYAT DALAM AL KAFI ADALAH SHAHIH…Lha terus bagaimana antum menentukan riwayat di Al Kafi bahwa yang ini shahih dan yang itu dhaif / maudhu’?@Endang Bratajaya Sahabat dan Ahlul Bait Nabi adalah bukan lakon seperti di dunia persilatan… mereka mempunyai andil masing2… mereka telah ditakdirkan oleh Allah menemani rasul-Nya untuk membesarkan agama-Nya… ibarat Islam adalah Pohon maka mereka adalah akarnya…(nyontek komen si soegi di blog sebelah ) sehingga jika saat ini ada usaha pendiskreditan/pembunuhan karakter terhadap Ahlul Bait dan Shahabat Nabi, maka sebenarnya saat ini sedang ada usaha pencabutan Islam dari akar-nya… anda bisa bayangkan jika hal ini dibiarkan.. akan jadi bagaimanakah Islam ini nantinya…
Wallahu A’lam
Peace…
-
salam
@bims
saya baru tahu ada syiah kufah..siapa mereka2 itu?mohon penjelasan anda mas..karena jika anda ngomong gt brarti anda punya data yg bisa dipercaya..
-
@ Arif
Salam
Ana copaz in aja ya…Syiah Kufah pembunuh-pembunuh sebenar Imam Hussein.Apabila kelihatan dua kenyataan sejarah berkenaan dengan Yazid yang saling bercanggah, bagaimanakah cara untuk mengkompromikannya? Bagi Ahlus Sunnah Wal Jamaah sepatutnya tidak melupakan catatan sejarah di dalam kitab paling sahih di sisi mereka selepas Al-Quran di mana Imam Bukhari mengemukakan satu riwayat daripada Ibnu Abi Nu’min bahawa dia berkata, “Aku mendengar Ibnu Umar r.a. ditanya oleh seseorang (penduduk Iraq) tentang seorang yang memakai ihram lalu dia membunuh lalat (apakah dendanya)? Lantas Ibnu Umar r.a. menjawab, penduduk Iraq bertanyakan tentang (denda) membunuh lalat? Sedangkan mereka telah membunuh anak lelaki kepada anak perempuan (cucu) Rasulullah s.a.w.”. (Sahih Al-Bukhari, Kitabul Manaqib jilid 1 hal. 531).Bukankah jelas di dalam riwayat ini Ibnu Umar r.a. mengisyaratkan bahawa pembunuh cucu Rasulullah s.a.w. itu adalah penduduk Kufah? Jadi mana-mana riwayat yang bertepatan dengan isyarat di dalam riwayat sahih ini maka ia menjadi penguat kepada riwayat tersebut dan sebaliknya mana-mana riwayat yang bertentangan dengan riwayat yang sahih maka ia tidak boleh diterima lagi.Kerana itu ulama Ahlus Sunnah ada di antaranya dengan jelas mengatakan bahawa pembunuh Sayyidina Husain r.a. yang sebenarnya bukanlah Yazid. Antaranya Imam Al-Ghazali di dalam kitabnya Ihya’ Ulumiddin mengatakan, “Sesungguhnya tidak terbukti sama sekali bahawa Yazid yang membunuh Husain r.a. Kerana itu tidak harus untuk dikatakan bahawa beliaulah yang membunuh Husain r.a. ataupun yang memerintahkannya, apatah lagi untuk melaknatnya kerana tidak harus menisbahkan seseorang muslim kepada suatu dosa besar tanpa sebarang kepastian”. (Ihya’ Ulumiddin jilid 3 hal 134)
Ibnus Solah mengatakan, “Tidak sahih di sisi kita bahawa Yazid telah memerintahkan supaya Husain r.a. dibunuh”. (Fatawa Wa Masaail Ibnus Solah jilid 1 hal 216).Ibnu Hajar sendiri selepas mengemukakan hadis berkenaan tentera yang mula-mula merentasi lautan berkata, “Imam Muhallab berkata, Hadis ini menunjukkan kedudukan yang mulia untuk Mu’awiyah r.a. kerana dialah orang yang mula-mula berperang merentasi lautan dan juga kedudukan mulia anaknya Yazid kerana dialah orang yang mula-mula memerangi Bandar Qaisar”. (Fathul Bari jilid 6 hal. 114)Bahkan Imam Ibnu Kathir selepas mengemukakan riwayat-riwayat sejarah tersebut telah membuat komentar dengan katanya,” Syi’ah Rafidhah telah melakukan banyak pembohongan dan membawa khabar-khabar yang tidak benar sama sekali di dalam cerita-cerita kesyahidan Husain r.a.. Kisah-kisah yang telah dikemukakan sudahpun memadai. Kalaulah tidak kerana imam-imam sejarah seperti Ibnu Jarir At-Thabari dan lain-lain menyebutkannya tentu sekali saya juga tidak akan mengemukakannya. Kebanyakannya adalah melalui riwayat Abu Mikhnaf Lut bin Yahya sedangkan dia adalah seorang Syi’ah dan dia adalah seorang yang lemah dalam periwayatan menurut tokoh-tokoh sejarah. (Al-Bidayah Wan Nihayah jilid 8 hal. 220)Bagi golongan Syi’ah pula sepatutnya tidak lupa untuk mengkaji catatan ulama-ulama muktabar di dalam kitab-kitab utama pegangan mereka. Umpamanya di dalam Al-Ihtijaj ‘Ala Ahlil Lajaj, Ahmad bin Ali bin Abi Talib At-Thabarsi menulis bahawa Imam Ali Zainal Abidin anak Sayyidina Husain r.a. yang ikut serta dalam rombongan Husain r.a. ke Kufah telah berkata kepada penduduk Kufah, “Wahai manusia (orang-orang Kufah)! Dengan Nama Allah aku bersumpah untuk bertanya kamu, ceritakanlah! Tidakkah kamu sedar bahawasanya kamu mengutuskan surat kepada ayahku (menjemputnya datang), kemudian kamu menipunya? Bukankah kamu telah memberikan perjanjian taat setia kamu kepadanya? Kemudian kamu membunuhnya, membiarkannya dihina. Celakalah kamu kerana amalan buruk yang telah kamu lakukan untuk dirimu”.(Al-Ihtijaj juz 2 hal. 306)Pada halaman sebelumnya At-Thabarsi mengemukakan kata-kata Fatimah As-Shughra anak perempuan Sayyidina Husain r.a. kepada penduduk Kufah, “Wahai Penduduk Kufah, wahai pembelot dan pengkhianat! Kami adalah Ahlul Bait yang Allah Ta’ala menguji kami dengan kamu dan menguji kamu dengan kami,” seterusnya selepas memuji-muji kedudukan Ahlul Bait beliau berkata lagi, “Kamu telah membunuh kami dan merampas harta benda kami sebagaimana kamu telah membunuh datuk kami Ali r.a.. Pedang-pedang kamu sentiasa menitiskan darah-darah kami Ahlul Bait”.(Al-Ihtijaj juz 2 hal 302).Mulla Baqir Al-Majlisi yang diberikan gelaran Khatimatul Muhaddithin (penyudah kepada ahli-ahli hadis) di sisi Syi’ah menukilkan kata-kata Sayyidina Husain r.a. kepada Syi’ah Kufah yang telah bersiap untuk bertempur dengan beliau,”Wahai orang-orang Kufah! Semoga kamu dilaknat sebagaimana dilaknat maksud- maksud jahatmu. Wahai orang-orang yang curang, zalim dan pengkhianat! Kamu telah menjemput kami untuk membela kamu di waktu kesempitan tetapi bila kami datang untuk memimpin dan membela kamu dengan menaruh kepercayaan kepadamu maka sekarang kamu hunuskan pedang dendammu kepada kami dan kamu membantu musuh-musuh dalam menentang kami”.(Jilaau Al’ Uyun,hal 391).Di dalam kitab A’yanus Syi’ah pengarangnya Sayyid Muhsin Al-Amin mengatakan bahawa “seramai dua puluh ribu penduduk Iraq telah berbai’ah kepada Husain kemudian mereka mengkhianatinya lalu memberontak terhadapnya dalam keadaan bai’ah masih lagi berada di tengkuk-tengkuk mereka dan membunuhnya”.(A’yanus Syi’ah jilid 1 hal 34).Dan banyak lagi kitab-kitab Syi’ah menukilkan perkara yang sama seperti Al-Irsyad Syeikh Mufid hal. 234, I’lamul Wara hal. 242, Kasyful Ghummah jilid 2 hal 18 dan lain-lain lagi.Berdasarkan kepada segala fakta yang dikemukakan di atas dapatlah disimpulkan bahawa segala cerita berkenaan kezaliman Yazid dan tenteranya tidak lebih daripada dongengan yang datangnya dari kilang-kilang Syi’ah terutamanya Abu Mikhnaf Lut bin Yahya. Kerana itulah tidak akan ditemui riwayat-riwayat tersebut di dalam mana-mana kitab bertaraf sahih di sisi Ahli Sunnah Wal Jamaah. Riwayat sahih yang ada sebagaimana yang telah dikemukakan sebelum ini begitu jelas bertentangan dengan apa yang terdapat di dalam kitab-kitab sejarah. Bahkan kalau dikaji apa yang terdapat di dalam kitab-kitab Syi’ah yang merupakan rujukan utama mereka seperti Al-Ihtijaj, Al-Irsyad dan lain-lain akan didapati perkara sebaliknya iaitu pembunuh Husain yang sebenar adalah penduduk Kufah yang terkenal sebagai golongan Syi’ah.Wallahu A’lam -
@Bims
Salam
Saya kutipkan pula tentang Imam Husain as ketika akan berangkat menuju Karbala dari artikel Kang Jalal :
Ketika Imam Husain as bersiap-siap untuk berangkat, Ummu Salamah datang. Dengan airmata berlinang, ia memohon, “Janganlah engkau dukakan daku dengan kepergianmu ke Iraq. Aku telah mendengar kakekmu Rasulullah saw bersabda, “Anakku al-Husain akan terbunuh di bumi ke Iraq, di bumi yang dikenal dengan nama Karbala.” Masih kusimpan tanahmu dalam botol yang diberikan Nabi kepadaku.” Imam Husain berkata, “Ya ummah, aku tahu aku akan terbunuh, terbantai karena kezaliman dan permusuhan. Allah telah berkenan memperlihatkan kepadaku keluargaku dan sahabatku yang dihalau; anak-anakku yang disembelih, ditawan dan dibelenggu. Mereka minta pertolongan tetapi tidak mereka dapatkan pertolongan.”“Ajaib!Lalu mengapa engkau pergi padahal engkau akan terbunuh?,” ujar Ummu Salamah. Imam Husain menjawab, “Ya Ummah, jika aku tidak berangkat hari ini, aku akan berangkat esok. Jika tidak esok, esoknya lagi. Demi Allah, kematian tidak dapat dihindari. Sungguh, aku tahu hari ketika aku terbunuh, detik- detik ketika aku terbunuh, dan kuburan yang di situ aku dikebumikan. Aku mengetahuinya seperti mengetahuimu. Aku melihatnya seperti melihatmu. Jika engkau mau, akan kuperlihatkan padamu tempat pembaringanku dan tempat sahabat- sahabatku.” Ummu Salamah memohonnya. Ia memperlihatkan kepadanya turbah (tanah) sahabat-sahabatnya dan memberikan sebagian untuk Ummu Salamah. Dipesankannya agar ia menyimpannya dalam botol lagi. Bila ia melihatnya bersimbah darah, yakinlah bahwa Husain terbunuh. Pada hari kesepuluh Muharram, sesudah Zhuhur ia melihat kedua botol itu, dan keduanya telah berubah menjadi genangan darah.Peristiwa yang saya kutip dari Maqtal al-Husain, tulisan Abd al-Razzaq al-Musawi ini, diriwayatkan oleh banyak muhaddits. Tak seorang pun mempersoalkan keabsahannya.Tetapi banyak orang bertanya, seperti Ummul Mukminin ra, mengapa Imam Husain pergi juga padahal ia telah mengetahui bahwa ia akan terbunuh. Sebagian malah menolak hadis itu hanya dengan alasan: tidak mungkin Imam Husain menjatuhkan dirinya dalam kebinasaan. Bukankah Tuhan berfirman,“Janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan.” (Al-Baqarah 195)Izinkan saya bertanya: Apa yang dimaksud dengan kebinasaan? Apakah setiap kematian dianggap kebinasaan? Apakah setiap kehidupan keberuntungan? Ketika Nero membakar Roma, ia tertawa menyaksikan ratusan ribu orang yang terpanggang hangus. Apakah Nero beruntung dan rakyat yang mati semua binasa? Hitler bersenang-senang di istananya, ketika jutaan manusia dijebloskan ke kamar gas dan dibunuh dengan gas beracun. Apakah Hitler beruntung dan rakyat yang tertindas itu celaka? Vlad The Impaler, raja Kristen dari Rumania, melemparkan tawanan Turki yang Muslim ke sebuah lembah yang dipenuhi dengan tombak-tombak, yang bagian tajamnya diarahkan ke atas. Kaum Muslimin itu tertusuk puluhan tombak dan mati karena kehabisan darah. Apakah kaum Muslim itu binasa dan raja Rumania ituberuntung? Kejadian seperti itu berulang terus dalam sejarah umat manusia: Pengungsi Palestina yang dibunuh tentara Israel di Sabra dan Shatilla, Muslim Bosnia yang dibantai Kristen Serbia, pejuang Muslim Kasymir yang didrel serdadu Hindu dari India, Muslim Ambon yang dijagal oleh saudara-saudaranya yang berbeda agama.Bila kita mengukur kebinasaan dari kekalahan dalam pertempuran, kelemahan dalam perbekalan, atau kekurangan dalam dukungan, ucapkanlah salam perpisahan kepada Islam. Kebinasaan dan keberuntungan tidak terletak pada kematian dan kehidupan; tetapi pada tujuan yang menyertai keduanya. Imam Ali, yang digelari George Jordac sebagai Suara Keadilan Insani, memberikan kriteria tegas:AI-Hayat fi mawtikum qahirin; wal mawt.fi hayatikum maqhurin.Kehidupan itu dalam kematianmu yang menaklukkan dan kematian itu dalam kehidupanmu yang ditaklukkan. Dalam peribahasa melayu, lebih baik mati berkalang tanah daripada hidup bercermin bangkai.Mati untuk menegakkan kalimah Allah adalah kebaikan yang di atasnya tidak ada yang lebih baik menyaksikan lagi. Hidup mewah dengan mencampakkan syariat adalah kehinaan yang di bawahnya tidak ada yang lebih hina lagi. Imam Husain berkata dalam khotbahnya, ” Aku tidak melihat kematian selain kebahagiaan; dan aku tidak melihat kehidupan bersama orang yang zalim selain kehinaan.” Ketika Allah SWT berfirman …” Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling takwa.” Dia meletakkan kehormatan dan kemuliaan pada ketakwaan. Harta menjadi mulia bila berada di tangan orang yang beragama, yang memperoleh dan mengeluarkan harta itu sesuai dengan tuntunan syariat. Harta menjadi fitnah yang mencelakakan bila dipegang oleh orang yeng mencari dan membelanjakannya dengan cara yang haram. Kekuasaan menjadi mahkota yang mulia bila dipergunakan untuk menegakkan keadilan dan menumbangkan kezaliman. Kekuasaan menjadi godaan yang menjerumuskan bila dijalankan untuk menyengsarakan rakyat dan memperkaya diri dan golongan. (Rasululllah saw bersabda, Jika para penguasamu adalah orang-orang yang baik di antara kalian; jika orang-orang kayamu adalah orang-orang dermawan di antara kalian; jika urusanmu selalu dimusyawaratkan di antara kamu, maka punggung dunia lebih baik bagimu dari perutnya. Jika para penguasamu adalah orang-orang buruk di antara kamu; jika orang-orang kayamu orang-orang yang bakhil; dan urusan diserahkan pada isteri-isterimu, maka perut bumi lebih baik bagimu dari punggungnya.”Zaman buruk yang digambarkan Nabi adalah zaman Imam Husain. Pada masanya, Bani Umayyah menegakkan kekuasaan dengan mengalirkan darah orang yang tidak bersalah, menumpuk kekayaan dengan merampas hak orang-orang kecil, dan menyebarkan ideologi “Might is right” yang berkuasa adalah yang benar. la “membayar’ para ulama untuk melegitimasikan kekuasaannya dan menghamun-maki orang-orang yang berpegang teguh pada kebenaran. Agama diberi makna sesuai dengan kehendak penguasa. Lewat mesin propaganda waktu itu antara lain, khotbah-khotbah Jumat dan majlis- majlis pengajian ajaran keluarga Rasulullah saw (pasangan al-Qur’an) dianggap sebagai Islam yang sesat, dan fatwa keluarga Akilat al-Kabad, Hindun, sebagai Islam yang benar.Simaklah ucapan Imam Ali as. ketika ulah Bani Umayyah: “Ingatlah bahwa bencana yang buruk bagi Anda di mata saya ialah bencana Bani Umayyah, karena bencana itu buta dan menciptakan kegelapan pula. Melandanya umum tetapi akibat buruknya adalah bagi orang-orang tertentu. Orang yang tetap berpandangan cerah didalamnya akan tertimpa kesedihan, dan orang yang tetap buta didalamnya akan menjahui kesedihan itu. Demi Allah, Anda akan mendapatkan Bani Umayyah sesudah saya adalah orang yang terburuk bagi Anda, seperti unta betina tua pembangkang yang menggigit dengan mulutnya, memukul dengan kaki depannya, menendang dengan kaki belakangnya, dan menolak untuk diperahi susunya. Mereka akan tetap menguasai Anda sehingga mereka hanya akan meninggalkan di antara Anda orang-orang yang bermanfaat bagi mereka atau orang-orang yang tidak merugikan mereka. Petaka mereka akan berlanjut hingga permintaan tolong Anda pada mereka seperti permintaan tolong oleh budak pada tuannya atau pengikut pada pemimpinnya. Bencana mereka akan menimpa Anda seperti ketakutan bermata jahat dan perpecahan jahiliah di mana tak kan terlihat menara yang petunjuk atau suatu tanda (keselamatan). Kami Ahlul Bait bebas dari kejahatan dan kami tidak termasuk kalangan orang yang akan melahirkannnya.” (Puncak Kefasihan, Khotbah 92)Apa yang dikuatirkan Imam Ali betul-betul terjadi pada zaman Imam Husain. Muawiyyah mati meninggalkan Yazid sebagai penguasa.Dalam hadis ia mendapat julukan “bocah bodoh.” Abdullah bin Hanzhalah (yang jasadnya dimandikan para malaikat), melaporkan perilaku Yazid, ketika bersama delegasi Madinah kembali dari Syam: “Wahai manusia, kami baru saja kembali dari seorang lelaki yang meninggalkan shalat, minum minuman keras, menikahi ibu dan saudara kandung, bermain bersama monyet dan anjing. Jika kita tidak melepaskan baiat kepadanya, aku takut kita akan dilempari batu dari langit.” Ibnu Khaldun, sosiolog Islam itu, dengan tegas menyatakan bahwa para ulama Muslimin telah sepakat (ijmak) berkenaan dengan kefasikan dan kemaksiatan Yazid.Orang dengan kualitas seperti itu, yang mencemoohkan agama dengan syair-syairnya diangkat sebagai penguasa Islam. la memaksa semua orang untuk berbaiat kepadanya. Di Madinah, di kota Rasulullah yang mulia, Marwan bin al-Hakam memaksa Imam Husain untuk berbait kepadanya. Ia juga mengancam untuk membunuh cucu Nabi itu jika menolaknya. Imam Husain berkata, “Yazid manusia yang fasik, pendosa, pembunuh orang yang tidak bersalah, yang menyebarkan kefasikan dan kemakslatan. Orang sepertiku tidak mungkin berbaiat kepada orang seperti dia! Dan Imam Husain memilih kematian ketimbang tunduk kepada kezaliman. Dengan darahnya di Karbala, ia meletakkan tonggak sebuah mazhab yang meletakkan kehormatan, bukan pada kekuatan fisik dan kekuasaan, tetapi pada pengorbanan untuk agama yang memihak keadilan. Baginya, kemenangan sejati diperoleh ketika benih kemaslahatan umat tumbuh subur dari siraman darah dan air matanya. Bila Yesus, menurut pandangan Kristiani, mati untuk menebus dosa umat manusia, Imam Husain gugur untuk meletakkan nilai kemanusiaan di atas nilai-nilai kekuasaan, keturunan, kekayaan dan kepandaian.Kematiannya menghidupkan kembali Islam Muhammadi yang asli, yang memasukkan Salman orang Persl dalam kelompok Ahli Bait karena ketakwaannya dan mengeluarkan Abu Lahab, keluarga dekat Nabi, dari kelompok Ahli Bait karena keingkarannya.Ketika ia meninggalkan Madinah, ia menulis surat wasiat kepada saudaranya Muhammad bin Hanafiyyah: ” Aku keluar bukan karena kesombongan dan kepongahan, bukan juga untuk berbuat kerusuhan dan kezaliman. Aku keluar untuk menimbulkan perbaikan dalam tubuh umat kakekku Muhammad saw. Aku ingin melakukan amar makruf nahi mungkar. Aku ingin mengikuti perjalanan hidup kakekku dan ayahku Ali bin Abi Thalib. Jika orang menerimaku dengan penerimaan kebenaran maka Allah lebih utama untuk dipatuhi kebenaman- Nya. Barangsiapa yang menolakku, aku akan bersabar sampai Allah memutuskan kebenaran antara aku dan mereka. Dialah sebaik-baiknya hakim.”Lebih dari seribu tahun sesudah itu, seorang perempuan tua dan peneliti yang tekun berbicara di depan para pejabat Jerman, termasuk presiden dan anggota parlemen di sebuah istana di Berlin, memperingatkan para penguasa Dunia Barat untuk tidak mengajari orang Islam memperjuangkan hak asasi manusla. Sejarah Islam adalah perjuangan panjang untuk menentang tirani dan otokrasi. Dengan suara yang serak karena ketuaan, ia menglsahkan pengorbanan Imam Husain di Karbala. Inilah contoh utama pengorbanan besar untuk menegakkan pemerintahan yang adil dan beradab.Perempuan itu namanya Annemarie Schimmel.Jauh di sebelah timur, di bumi Indonesia, kita menangis pada hari Asyura, bukan karena menyesali nasib. Kita menangis untuk memasukkan arwah kita dalam barisan Imam Husain. Kata Imam Hasan al-Askari, “Bukan golongan kami yang tidak menderita karena derita kami dan tidak bergembira karena kegembiraan kami” Kita menangis duka karena para imam yang berduka. Dan mereka hanya berduka karena redupnya cahaya kebenaran dan berkobamya api penindasan. Duhai, alangkah bahagianya bila kami bergabung bersamamu, ya Aba Abdillah.Kami penuhi panggilanmu, labbaik wahai Penyeru Allah. Jika badan dan lidah kami tidak dapat memenuhi panggilanmu ketika engkau mencari pertolongan, hati kami, pendengaran kami dan penglihatan kami telah menjawab seruanmu.Salam -
@bims
Salam
Bani Umayyah menegakkan kekuasaan dengan mengalirkan darah orang yang tidak bersalah, menumpuk kekayaan dengan merampas hak orang-orang kecil, dan menyebarkan ideologi “Might is right” yang berkuasa adalah yang benar. Perlu digarisbawahi disini
Yang menjadi pertanyaan, pada saat itu yang memegang kekuasaan adalah Yazid dari Bani Umayyah…Bukankah sudah hal yang umum bahwa setiap orang yang berkuasa adalah orang yang selalu benar saat memegang kekuasaannya? Setelah kejatuhannya, baru ketahuan kejelekan2 penguasa itu (berdasarkan kesaksian orang2 yang pernah dizaliminya diwaktu mereka berkuasa)…
Btw hanya Umar bin Abdul Aziz dari bani Umayyah yang mencintai Ahlulbait,dizaman kekuasaannya beliau menghapuskan pelaknatan thdp Imam Ali bin Abi Thalib as dan mengembalikan tanah Fadak kepada ahlulbait, diwakilkan oleh Imam ke-5 Imam Muhammad Al-Baqir…
Sedangkan dizaman Bani Abbasiyyah hanya Al-Muntasir yang menghormati Ahlulbait..beliau menggantikan ayahandanya sejak 248 H. Dia merupakan salah seorang penguasa yang sangat memusuhi kebejatan ayahnya (al-Mutawakkil). dan sangat menghormati Ahlul Bait Rasulullah saww. Walau hanya berkuasa selama 6 bulan. Beliau telah banyak berlaku baik dan lemah lembut kepada Bani Hasyim serta tidak pernah meneror apalagi membunuhnya, bahkan tanah Fadak dikembalikan kepada Ahlul Bait sebagai pemilik yang sah. Enam bulan setelah berkuasa, beliau wafat dan digantikan oleh al-Musta’in yang bejat.
salam… -
Salam,
Afwan, ada yang kurang….
yang digarisbawahi disini adalah Might is Right -
Salam..
@ Bimsantum bilang
“Sebenarnya interpretasi kalian thd hadits2 tsb yg
disangkal…”====Ana ga ngerti mksd antum.trs antum bilang :“setahu ana memang dibolehkan kalo kita meminang seorang gadis untuk melihat terlebih dahulu., dan itu bukan berarti merendahkan…”ana jawab :yang bilang ga blh mlht siapa ? ana ga bilang gitu, dan setau ana, ana ga ngebahas itu dech…apa mungkin ana lupa ya,,? tlng kasi tau mas kalo ana prnh bilang itu.Tapiii..Kalo antum baca artikelnya antum bakal tau GA ADA RASA HORMAT SAMA SEKALI DLM RIWAYAT2 TSB..!saran saya mas, baca dl artikel nya dan PAHAMI.antum bilang :“lepas dari hal di atas, Ummu Kultsum dan Umar telah menikah dan mempunyai dua anak yg hal tsb tercatat di kitab sunni maupun syi’ah…”ana jawab :antum belum baca artikel trsbt yg ana sarankan utk antum download…baca sampai selesai mas..karena semua udah terjawab disitu, DAN JELAS BANGET.salam. -
@ bimsanda bilang ke arif:Mengenai keutamaan Imam Ali pada dasarnya tdk ada yg mengingkari… Tentang hadits Ghadir Kum, banyak interpretasi mengenainya…—anda kbyakan bilang “byk interpetasinya”…lucu bgt apalagi Hadis Ghadir Khum..perawinya aja bukan satu dua orang…antum bilang :tentang tragedi karbala, ada juga yang berpendapat bahwa pembunuh Imam Hussein adalah syi’ah kufah….
—-
Syiah kufah..? hehehe…pendapat wahabi ..ana sarankan juga antum pelajri Tragedi tsb sampai dg pemberontakan Al Mukhtar..!—–Di 33:33, ternyata yg dimaksud ahlul bait adlh istri-istri Nabi…Contoh yg gampang jika pgn tau hadis itu lemah apa tidak, salah satunya (dr cnth ayat 33:33 diatas), ada riwayat mjlskn Ahlul Bait adl isytri2 Nabi..kalo antum pelajari HADIS KISA ,dimana Ayat itu trn, dirmh siapa, ada siapa saja, trs apa yg dikatakan Nabi ketika Istrinya mau masuk Kisa dan dijawab ” ttplah ditempatmu…dll”, siapa saksi kuncinya..dll yg semua ada dikitab SUNI sendiri , apalagi kitab Syiah..!—-
Jujur ya mas, ana males dialog sesuatu yg udah sering dibahas..apalagi diblog2 sprti ini ud byk jwbnya..cm muter2..bolak-balik doang.wassalam. -
Dan tambahan mas,,,“Aku mendengar Ibnu Umar r.a. ditanya oleh seseorang (penduduk Iraq) tentang seorang yang memakai ihram lalu dia membunuh lalat (apakah dendanya)? Lantas Ibnu Umar r.a. menjawab, penduduk Iraq bertanyakan tentang (denda) membunuh lalat? Sedangkan mereka telah membunuh anak lelaki kepada anak perempuan (cucu) Rasulullah s.a.w.”.—–
Mana ada kata “syiah Kufah”..?jadi kalo org kufah semua Syiah Ali (Ahlul Bait)..??trs pengikutnya Yazid disbt apa..?Pembunuh Imam Ali, Ibn Muljam, disebut apa..??Pengkhianat Hadis Ghadir Khum yg bilang… “selamat…selamat..anda pemimpin kami………” tp kedepannya mengkianati disbt apa..??—
Muawiyah sama Yazid ko dibela maaas…mas….ente mau ikut pikiran Syaikhul MUNAFIKUN IBN TAIMIYAH..? -
Kalau yang dimaksud penduduk Kuffah adalah Gubernur Kuffah saat itu, yaitu Ubaidillah Ibnu Ziyad bersama para kaki tangannya : Syimr bin Dzil Jausyan, Umar bin Saad bin Abi Waqash, dll., maka benar seperti kata Ibnu Umar : merekalah yang membunuh cucu Rasulullah.Kalau Yazid ? Dia mah Mbahnya pembunuh !!!
-
@Arif
salam
Yang jelas mengenai siapa pembunuh Imam Hussain ternyata masih dalam perdebatan dan saya sudah bawakan artikel berdasarkan riwayatnya, baik yang tercatat di kitab rujukan sunni maupun syi’ah… sehingga lebih bijak jika dianalisis terlebih dahulu sebelum kita menuduh atau melaknat tokoh-tokoh tertentu… iya kalau benar… kalau ternyata salah? kita akan gigit jari ntar di “sana”.dan di atas itu baru sebagian saja lho yang saya nukilkan… ada lagi yang lainnya…Maka pelurusan sejarah umat ini adalah kebutuhan yang sangat mendesak… karena sejarah yang telah terdistorsi kenyataannya telah banyak memakan korban… he.. he.. he.. bener ga?@Bagir
——–
SalamSaya sudah download artikel tsb, intinya mereka menafikan riwayat pernikahan Umar dan Ummu Kultsum binti Ali… tetapi satu point yang saya pegang bahwa hal tsb telah tercantum baik di kitab sunni maupun syi’ah, walaupun sebagian dari kalangan syi’ah menafikannya, tetapi sebagian yang lain telah menetapkannya… so 2:1 lebih kuat yang menetapkan saya kira daripada yang menafikan riwayat2 tersebut silahkan dianalisis kembali…
———Antum wrote :
anda kbyakan bilang “byk interpetasinya”…lucu bgt apalagi Hadis Ghadir Khum..perawinya aja bukan satu dua orang…Iya memang banyak thuruq-nya… setahu saya interpretasi sunni terhadap hadits tersebut berbeda dengan syi’ah, bahwa hadits tsb: “Man Kuntu Maulahu Fa Aliyyun Maulahu”. Itu tidak ada hubungannya dengan penunjukan Imam Ali sebagai Khalifah sesudah Rasulullah wafat. Tapi sebagai pemimpin rombongan ke Yaman yang harus dicintai dan ditaati semua perintahnya.
———Anda mengatakan:
tentang tragedi karbala, ada juga yang berpendapat bahwa pembunuh Imam Hussein adalah syi’ah kufah….
—-
Syiah kufah..? hehehe…pendapat wahabi ..Itu baru satu pendapat lho mas mengenai Tragedi Karbala… bahkan ada yang berpendapat (bukan wahabi kyknya) bahwa tragedi karbala adalah fiktif…yang sebenarnya Imam Hussain di bunuh di kediaman beliau di Kufah, karena sebenarnya beliau adalah Gubernur Kufah waktu itu… tentunya pendapat ini dengan seonggok dalil juga… he he he pusing kan… tapi artikel yang di atas itu harap dianalisis dulu… ingat pesan mas SP : “Ambillah Hikmah Yang Ada Di Dalamnya Tanpa Perlu Melihat Apa Dan Siapa Pemilik Pendapat Tersebut” eh bukan dink ” Pemilik Blog Ini” ——–Anda Wrote:
Contoh yg gampang jika pgn tau hadis itu lemah apa tidak, salah satunya (dr cnth ayat 33:33 diatas), ada riwayat mjlskn Ahlul Bait adl isytri2 Nabi..kalo antum pelajari HADIS KISA ,dimana Ayat itu trn, dirmh siapa, ada siapa saja, trs apa yg dikatakan Nabi ketika Istrinya mau masuk Kisa dan dijawab ” ttplah ditempatmu…dll”, siapa saksi kuncinya..dll yg semua ada dikitab SUNI sendiri , apalagi kitab Syiah..!Sebenarnya dah pernah dimuat masalah ini oleh SP, tapi mungkin saya agak berbeda dg beliau, pertama bahwa yang dibicarakan ayat 33:33 tsb memang istri-istri Nabi jelas sekali konteksnya… bukan hanya sekedar urutan yang tidak berhubungan, tetapi sebaliknya sangat berhubungan sekali… yang pada awal ayat dibuka dengan kalimat:
يَانِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ…….
Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain.… (al-Ahzaab: 32)
Kemudian diakhiri pada ayat berikutnya dengan kalimat:
إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الأحزاب: 32-33الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا.
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (al-Ahzaab: 33)Kedua mengenai hadits Kisa’, disebutkan dalam Tuhfatul Ahwazi Syarh Jami’ Tirmidzi bahwasanya tidak dimasukkannya Ummu Salamah dalam selimut bersama mereka, karena adanya Ali bin Abi Thalib (dan beliau bukan mahramnya), bukan berarti dia tidak termasuk ahlul bait. (Tuhfatul Ahwazi Syarh Jami’ Tirmidzi, Juz 9 hal. 48), antum bayangin aja orang yang bukan mahramnya dimasukkan ke dalam satu selimut…ya ga boleh lah…
——–Bagir wrote:
Muawiyah sama Yazid ko dibela maaas…mas….ente mau ikut pikiran Syaikhul MUNAFIKUN IBN TAIMIYAH..?He… he… bukan membela… tetapi meluruskan… takutnya kita sudah menuduh dan melaknat seseorang, eh ternyata tuduhan kita salah kan berabe… iya ga? Makanya ini gunanya blog ini “Analisis Pencari Kebenaran” maklum terlalu banyak korban akibat penipuan sejarah ——–Kian Santang Wrote:
Kalau yang dimaksud penduduk Kuffah adalah Gubernur Kuffah saat itu, yaitu Ubaidillah Ibnu Ziyad bersama para kaki tangannya : Syimr bin Dzil Jausyan, Umar bin Saad bin Abi Waqash, dll., maka benar seperti kata Ibnu Umar : merekalah yang membunuh cucu Rasulullah.
Kalau Yazid ? Dia mah Mbahnya pembunuh !!!Jelas sekali, yang dimaksud penduduk/syi’ah Kuffah adalah orang-orang yang mengaku syi’ah/pendukung Imam Hussain, yang sebelumnya mereka telah mengirim ribuan surat kepada Imam Hussain agar beliau mau datang ke Kuffah untuk dibai’at dan ternyata sampai di sana beliau malah dikhianati dan di bunuh… mohon dibaca lagi artikel di atas…Wallahu A’lamPeace… -
Salam
@ bims
Antum bilang :
“Saya sudah download artikel tsb, intinya mereka menafikan riwayat pernikahan Umar dan Ummu Kultsum binti Ali… tetapi satu point yang saya pegang bahwa hal tsb telah tercantum baik di kitab sunni maupun syi’ah, walaupun sebagian dari kalangan syi’ah menafikannya, tetapi sebagian yang lain telah menetapkannya… so 2:1 lebih kuat yang menetapkan saya kira daripada yang menafikan riwayat2 tersebut silahkan dianalisis kembali…”
——
Antum sdh download tp ga baca mas, kalo antum baca semua antum tau semuanya.
O iya mas, Yg antum pegang dari kitab suni dan syiah yg mana , sebutkan ya, ana tunggu,..
O iya jgn lupa siapa ulama syiah yg MENETAPKANNYA (spt yg antum bilang) dan besrta teksnya dg refnya yach…khan pegangan antum kt nya..
Antum bilang :
”Iya memang banyak thuruq-nya… setahu saya interpretasi sunni terhadap hadits tersebut berbeda dengan syi’ah, bahwa hadits tsb: “Man Kuntu Maulahu Fa Aliyyun Maulahu”. Itu tidak ada hubungannya dengan penunjukan Imam Ali sebagai Khalifah sesudah Rasulullah wafat. Tapi sebagai pemimpin rombongan ke Yaman yang harus dicintai dan ditaati semua perintahnya.”
———
Ooo jadi maslh ”Man kuntu…” tho…heheheh,….makanya belajar lagi mas..(hehe, mulai terbuka kedoknya…kedok apa ya..? kidding mas)
Dari pada ana tls2 ulang hal kuno yg udah dibahas ulama2 yg lbh pinter, mending antum pelajari dibawah ini : http://musadiqmarhaban.wordpress.com/2007/07/16/ahlulbait-dalam-al-qu%E2%80%99an/
atau buat tambahan : https://secondprince.wordpress.com/2007/10/11/jawaban-untuk-saudara-ja%E2%80%99far-tentang-imamah-hadis-al-ghadir/
Anda mengatakan:
tentang tragedi karbala, ada juga yang berpendapat bahwa pembunuh Imam Hussein adalah syi’ah kufah….
—-
Ana jawab :
Syiah kufah..? hehehe…pendapat wahabi ..
Trs antum jwb :
Itu baru satu pendapat lho mas mengenai Tragedi Karbala… bahkan ada yang berpendapat (bukan wahabi kyknya) bahwa tragedi karbala adalah fiktif…yang sebenarnya Imam Hussain di bunuh di kediaman beliau di Kufah, karena sebenarnya beliau adalah Gubernur Kufah waktu itu… tentunya pendapat ini dengan seonggok dalil juga… he he he pusing kan… tapi artikel yang di atas itu harap dianalisis dulu… ingat pesan mas SP : “Ambillah Hikmah Yang Ada Di Dalamnya Tanpa Perlu Melihat Apa Dan Siapa Pemilik Pendapat Tersebut” eh bukan dink ” Pemilik Blog Ini”
——–
Ana jwb lg yach :
Makanya ana bilng khan pendapat, faktanya udah ada…hehehe… tertulis disemua kitab2 suni dan syi’i maknaya klo mo ikut pendapat wahabi ya monggo,..
”….bahkan ada yang berpendapat (bukan wahabi kyknya) bahwa tragedi karbala adalah fiktif…”
Hehehe…ketawa aja ah sama pendapat yg ini…hehehehhe..kbykn pendapat mas, ga ada dalilnya…hehehehe…
—–
Antum bilang :
Sebenarnya dah pernah dimuat masalah ini oleh SP, tapi mungkin saya agak berbeda dg beliau, pertama bahwa yang dibicarakan ayat 33:33 tsb memang istri-istri Nabi jelas sekali konteksnya… bukan hanya sekedar urutan yang tidak berhubungan, tetapi sebaliknya sangat berhubungan sekali… yang pada awal ayat dibuka dengan kalimat:
يَانِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ…….
Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain.… (al-Ahzaab: 32)
Kemudian diakhiri pada ayat berikutnya dengan kalimat:
الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا.الأحزاب: 32-33إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (al-Ahzaab: 33)
Kedua mengenai hadits Kisa’, disebutkan dalam Tuhfatul Ahwazi Syarh Jami’ Tirmidzi bahwasanya tidak dimasukkannya Ummu Salamah dalam selimut bersama mereka, karena adanya Ali bin Abi Thalib (dan beliau bukan mahramnya), bukan berarti dia tidak termasuk ahlul bait. (Tuhfatul Ahwazi Syarh Jami’ Tirmidzi, Juz 9 hal. 48), antum bayangin aja orang yang bukan mahramnya dimasukkan ke dalam satu selimut…ya ga boleh lah…
——–
Wah..wah krn bukan mahramnya..? lucu banget alesannya..mas..cm masuk bukan ngapa2in didlmnya mas, cm diselimuti mas…!
“….Kemudian beliau mengerudungi mereka dengan kain seraya beliau berdoa : “Ya Allah mereka ini ahlulbaitku maka hilangkanlah dari mereka keraguan dan sucikan mereka sesuci-sucinya”. Ummu Salamah berkata: “Dan aku BERSAMA mereka wahai Nabi Allah?” Beliau bersabda: “Engkau tetap di tempatmu, engkau dalam kebaikan”. (Al-Turmudzi 2:209, 308 ; Musykilu l`Atsar 1:335; Usudu l`Ghabah 2:12; Tafsir Ibni Jarir Al-Thabari 22: 6-7).”
Setelah Nabi bilang dan berdoa ”…mereka Ahlul Baitku……..(smp sls).” Ummu salamah tanya ” Aku bersama mereka…….?”
Jadi mksdnya apa beliau termasuk Ahlul Bait…itu jelas bgt..!
Antum peljari dari link diatas aja lbh jls..
Dari ana bilang :
Muawiyah sama Yazid ko dibela maaas…mas….ente mau ikut pikiran Syaikhul MUNAFIKUN IBN TAIMIYAH..?
Antum jawab :
He… he… bukan membela… tetapi meluruskan… takutnya kita sudah menuduh dan melaknat seseorang, eh ternyata tuduhan kita salah kan berabe… iya ga? Makanya ini gunanya blog ini “Analisis Pencari Kebenaran” maklum terlalu banyak korban akibat penipuan sejarah
——–
Ana jwb lg nih mas :
Hehehe..mas…mas..lucu ajah…yg udah lurus ga usah dibenggkokkan lagi mas…hihihi..
Yang udah lurus dibengkokkan sama Ibn Tai-Miyah lwt “Fadho’il Muawiyah wa Yazid” (Keutamaan Muawiyah dan Yazid)…hehehe…
Cb baca nukilan dibwah ini :
Padahal, Dzahabi menukil pendapat Ahmad bin Hanbal yang mengatakan “Tiada satupun riwayat yang berkaitan dengan keutamaan Muawiyah masuk kategori riwayat sahih”.
An Nasa’i penulis As Sunan yang termasuk dari enam buku standar Ahlusunnah datang ke kota Damaskus, ibu kota kerajaan Dinasti Umayyah. Ketika itu, penduduk Damaskus meminta darinya riwayat-riwayat tentang keutamaan Muawiyah. Mendengar permintaan tersebut an-Nasa’i mengatakan:
“Saya tidak mengetahui keutamaannya, kecuali ada satu riwayat dari Rasulullah saww tentang dia, beliau bersabda: “Semoga Allah tidak akan pernah mengenyangkan perutmu”.
Selain itu Hasan al-Basri pernah mengatakan:
“Ada beberapa hal yang terdapat pada diri Muawiyah, dimana setiap satu dari sekian hal tersebut menyebabkan ia disiksa; meng-ghoshob (merampas) kekhalifahan dengan kekerasan dan pedang, mengangkat anaknya (Yazid) sang pemabuk sebagai pengganti dirinya dalam menduduki kursi kekhilafahan, memakai baju sutera, menari, Ziyad dianggap sebagai anak, sedang Hijr bin ‘Adi dan pengikutnya dizalimi hingga mati”.
—
Cm contoh…masih banyak..ntar ana tulis sdri aja sm rujukannya (maklum nie smbl kerja…jd wktunya ga luas..heheh) Ulama2 yg sepakat yazid dn bapknya pantasnya dilaknat..!, KECUALI Ibn Taimiyah n CS nya yg getol bgt belain Muawiyah n Yazid…heheheh…mau ikut mereka mas..? monggo..
-
O iya mas cm tambahan :
Anas bin Malik berkata: “Rasulullah saw pernah melewati pintu rumah Fatimah as SELAMA ENAM BULAN, apabila beliau hendak keluar untuk shalat subuh, beliau berkata, ‘Salat wahai Ahlulbait! Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan keraguan darimu wahai Ahlulbait dan mensucikanmu sesuci-sucinya“. ( Al-Turmudzi 2:29).
ketinggalan..hehehe…bc mas…” RUMAH FATHIMAH”…jls khan siapa yg didlm rumah Fathimah…hehehe..
- “Abu Umar narrates on the authority of Zubayr Bakri, ‘Umar asked for the hand of Ali’s daughter, who replied that she was too young. ‘Umar asked twice more. ‘Ali said ‘I shall send the girl to you, if you like her than say ‘I accept”. ‘Ali then sent the girl with a cloth and told her to say [to ‘Umar] ‘This is the scarf that I was talking about’. She conveyed these words to ‘Umar, who said ‘Tell your father that I accept’. Umar then touched the girl’s calf. She exclaimed ‘You have done this to me? If it hadn’t been for the fact that you are Khalifa of the Muslims I would have broken your nose’. The girl went home and repeated the episode to her father, stating ‘You sent me to a foul man’, with that ‘Ali said ‘He is your husband’.”
arabnya di :
—–
We read in Zakhair Al-Aqba, Page 169
“Umar asked ‘Ali that he be permitted to marry Umme Kalthum binte Fatima (as), to which Ali replied that he had to consult some people before giving Umar an answer. ‘Ali gathered his and Fatima’s children and told them about it (the proposal). They all agreed. ‘Ali (as) asked that Umme Kalthum, who was still a milk fed baby, go to Umar and tell him that the request had been granted. When Umme Kalthum went to Umar and delivered the message, he grabbed her, hugged her and said, ‘I had asked her father for consent to marry you and he has agreed”.
—
Tanggapin mas… apa perlu dipreteli disin, ayo bahas sama saya mas..ok..
-
Salam…
Ibnu Taimyah buat buku tentang Keutamaan Muawiyah dan Yazid?Saya belum baca nih…Pasti kalau saya baca yang ada cuma ngakak doank, g ada yang lain…coz smua isinya palsu,hehehe…Inget lagi Might is Right, yang berkuasa yang benar, pastilah saat kekuasaan Muawiyah dan Yazid mereka yang paling benar…RAsul saw bersabda: Semoga Allah tidak akan mengenyangkan perutnya (Muawiyah)…
-
Salam
Saya jadi ingat,setelah Imam Husain as dipenggal kepalanya, Yazid bin Muawiyah sujud syukur…Kalau dari logika saya, orang yang sujud syukur berarti telah puas dan bersyukur dengan apa yang telah dicapainya…Yazid sujud syukur atas syahidnya imam Husain as…Ibnu Taimiyah jelas2 pembenci Imam Ali as, keutamaan Imam Ali as dilecehkan ataupun dikaburkan oleh Ibnu Taimiyah…Seperti yang Mas Bagir kutip: “Tidak akan mencintai Ali kecuali orang yang beriman, dan tidak ada yang membenci Ali kecuali orang munafik” saya setuju sepenuhnya…Ijinkan saya untuk melaknat siapa2 yang telah merampas hak Ahlulbait Nabi dari yang pertama sampai yang terakhir…
-
Tapi sblmnya kita preteli disini artikel tsb dr awal smpai akhir ttg tulisan antum :
“…tetapi satu point yang saya pegang bahwa hal tsb telah tercantum baik di kitab sunni maupun syi’ah, walaupun sebagian dari kalangan syi’ah menafikannya, tetapi sebagian yang lain telah menetapkannya…”
—-
Yg ana minta siapa yg MENETAPKAN (menetapkan dg mensahihkan sm ga ya, klo menetpakan sbg sahih br lain lg… )…beserta rujukan lgkap teksnya..ok..
Jadi yg dibhs ga muter2..ana ingt tulisan Dhea Navy, “mslh satu blm sls ditambh lg..klo jls mengingakri..” ana jg agak lp..intinya itulah…hehehe…dan antum kbykn nukil yg ga jls…hehehe…cm pendapat mas…hihihi
Ud ah, mau krja dl…klo ntar komentr ana lama berarti ana libur..! hehehehe…puyeng kerja mulu..
Wassalam semuanya..!
-
@Bagir & Arif
Terima kasih tanggapannya…
Saran saya “open your mind” jangan terkunci pada satu sisi saja… yang kita bicarakan adalah peristiwa2 yang terjadi 1000 tahunan yg lalu… sangat jauh jaraknya dengan kita saat ini… jangankan yang 1000 tahun, yg berjarak 50 tahunan dengan generasi kita saat ini saja seperti sejarah orba dengan Soehartonya bisa terdistorsi… contoh sejarah supersemar, serangan umum 1 Maret 1949 dll.. yg masih menjadi polemik… so janganlah kita jadi korban sejarah yang terdistorsi…
Itu dulu aja tanggapan sementara saya… mau kerja juga nich….
Wallahu A’lam
Peace…
-
@Bims
“Saran saya “open your mind” jangan terkunci pada satu sisi saja…”
—-
Thax mas….tapi bukannya antum yg pertama menitikberatkan pada Nasab..?? lalu melebar kemana2..??hehehe…
makanya satu2 ms…ayo kita bahas ucapan antum :
“….intinya mereka menafikan riwayat pernikahan Umar dan Ummu Kultsum binti Ali… tetapi satu point yang saya pegang bahwa hal tsb telah tercantum baik di kitab sunni maupun syi’ah, walaupun sebagian dari kalangan syi’ah menafikannya, tetapi sebagian yang lain telah menetapkannya…”
—
Naaah…Makanya ana blang (ana minta) :
“siapa yg MENETAPKAN (menetapkan dg mensahihkan sm ga ya, klo menetpakan sbg sahih br lain lg… )…beserta rujukan lgkap teksnya..ok.. ”
——
“contoh sejarah supersemar, serangan umum 1 Maret 1949 dll.. yg masih menjadi polemik…”
—-
Hanifa prnh bilg itu ya karena catatan2 sejarah yg dipaparkan..tp ga nyambung..hehehe…knp?
Mas sejarah Islam bukan sejarah Pak Harto…yang mencatat dan mensyarah tulisan sejarah Pak harto (khususnya Supersemar) siapa..? Umat Islam..?? Penyusun Bukhari..? Penyusun Syarh Nahjul Balaghah..? atau ulama siapa ajah lah yg nyusun2 riwayat2 Islam tsb..
—
“…so janganlah kita jadi korban sejarah yang terdistorsi…”
—–
So pasti dunk…khan saya udah bilang :
“…yg udah lurus jgn dibengkokan lg…” hehehehe
-
Salam
@ Ressay
Ana aja mumet ngikutin mas Bims..yg dibahas kesana-kesini ga fokus (cm awal krn nasab) smp ana bilang :
“Jadi yg dibhs ga muter2..ana ingt tulisan Dhea Navy, “mslh satu blm sls ditambh lg..klo jls mengingakri..”
Sblm antum ngerasa muter2, ana udah ngerasa ga fokus sm skli dlm dialog..
antum bilang ..
“Saran saya sebagai orang awam ini, mbok ya diskusi dengan fokus dan menggunakan bahasa yang santun.”
—
Mas, makanya waktu antum tanya ke ana knp ga bikin Blog, ana jwb ga mampu, ya ini slh satunya..Ana bukan org yg santun, ajuh dr semua..Maaf..maaf..maaf..
Bihaqqi Muhammad wa Alihi Thohirin
wassalam
-
@bagir
Salam
Antum wrote:
O iya mas, Yg antum pegang dari kitab suni dan syiah yg mana , sebutkan ya, ana tunggu,..
O iya jgn lupa siapa ulama syiah yg MENETAPKANNYA (spt yg antum bilang) dan besrta teksnya dg refnya yach…khan pegangan antum kt nya..
Saya Jawab :
Bukhari telah memberitakan dari Tsa’labah bin Abu Malik ra. bahwa Umar bin Al-Khatthab ra. telah membagi-bagikan kain antara kaum wanita, dan ada sisa sepotong kain yang agak baik sedikit, maka berkata orang-orang yang di sisi Khalifah Umar ra.: Wahai Amirul Mukminin! Kain potong yang lebih ini berikanlah kepada cucunda Rasulullah SAW yang menjadi isterimu – maksudnya Ummu Kultsum binti Ali ra. Tetapi mereka dijawab oleh Khalifah Umar ra.: Ummu Sulaith lebih berhak darinya (Ummu Kultsum), dan Ummu Sulaith seorang wanita Anshar, di antara yang membaiat Rasulullah SAW. Tambah Umar ra. lagi: Karena dia pernah memberi kita minum pada hari peperangan Uhud. (Kanzul Ummal 7:97)
Kalau membaca bantahan Answering Ansar terhadap riwayat di atas sungguh terlalu dipaksakan, kalau orang yang dekat dengan Umar dari cucu perempuan Rasul adalah bukan istri Umar, terus apanya Umar donk? Masa Umar bisa dekat atau akrab dengan seorang perempuan yang bukan mahram? Terus bagaimana mereka bisa mengharuskan bahwa kata “undh” adalah tidak boleh diartikan istri? Sekali lagi maaf, usaha mereka untuk menafikan hadits di atas terlalu dipaksakan…
Dari referensi Syi’ah selain yang telah disebutkan oleh situs tsb:
Imam Shafiyuddin Muhammad bin Tajuddin (yang dikenal dengan Ibnu ath-Thaqthaqi Al Hasani; wafat 709 H) bergelar pakar sejarah dan imam. Di dalam kitabnya yang dihadiahkan kepada Ashiluddin Hasan bin Nashiruddin ath-Thusi, teman dekat si “Hulagu”, Ia memberi nama kitab tersebut dengan namanya. Di dalamnya menjelaskan putri-putri Amirul Mukminin Ali ra. Dalam penjelasannya, ia menyebutkan: “Dan Ummu Kultsum, ibunya adalah Fathimah binti Rasulullah. Ia dinikahi Umar bin Khathab dan melahirkan putra bernama Zaid. Sepeninggal Umar Ummu Kultsum menikah dengan Abdullah bin Ja’far (pada halaman 58).”
———
Antum wrote :
Ooo jadi maslh ”Man kuntu…” tho…heheheh,….makanya belajar lagi mas..
Saya Jawab:
Mengenai “Man Kuntu Maulahu Fa Aliyyun Maulahu”, sekali lagi banyak interpretasi yang beredar mas… jadi bukan yang itu saja… masih bisa didiskusikan kok…
———
Antum wrote:
Makanya ana bilng khan pendapat, faktanya udah ada…hehehe… tertulis disemua kitab2 suni dan syi’i maknaya klo mo ikut pendapat wahabi ya monggo,..
Saya Jawab:
Silahkan di cek lagi artikel di atas… sudahkah mas baca informasi2 mengenai siapa pembunuh2 Imam Hussein sebenarnya menurut kitab mu’tabar sunni dan syi’ah pada artikel di atas… menurut antum gimana? Apakah masih berkeras jg bahwa itu pendapat wahabi…
——–
Antum wrote :
Wah..wah krn bukan mahramnya..? lucu banget alesannya..mas..cm masuk bukan ngapa2in didlmnya mas, cm diselimuti mas…!
Saya Jawab:
Bagi antum mungkin lucu tetapi bagi Rasul itu adalah bukan hal yang lucu, kalau anda pernah tinggal di negara-negara Arab yang menerapkan syari’at, anda akan lihat di bus umum saja ada tempat khusus bagi wanita untuk menghindari ikhtilat..
Coba antum baca hadits2 Kisa’ berkali-kali, mudah2an antum akan mengerti… dan o iya ayat tersebut turun di rumah Ummu Salamah lho mas menurut hadits riwayat Tirmizi…
——
Antum wrote:
Hehehe..mas…mas..lucu ajah…yg udah lurus ga usah dibenggkokkan lagi mas…hihihi..
Yang udah lurus dibengkokkan sama Ibn Tai-Miyah lwt “Fadho’il Muawiyah wa Yazid” (Keutamaan Muawiyah dan Yazid)…hehehe…
Saya Jawab:
Artikel yg saya nukilkan di atas adalah mengenai siapakah pembunuh Imam Hussain sebenarnya bukan membahas keutamaan Mu’awiyah wa Yazid mas… mengetahui pembunuh sebenarnya sang imam bukan berarti membela si tertuduh lho mas, tapi utk mendapatkan kebenaran… kyknya yang melebarkan pembahasan bukan saya aja lho…masalah keutamaan mrk bisa kita bahas nanti, kalo mas mau…dan coba mas cek lagi artikel di atas, apakah ada nama Ibnu Taimiyah disebut-sebut di sana? Kalo ga ada… wah berarti mas terlalu apriori dg beliau nich… memang ada masalah apa mas dengan beliau?
——
Antum wrote:
Anas bin Malik berkata: “Rasulullah saw pernah melewati pintu rumah Fatimah as SELAMA ENAM BULAN, apabila beliau hendak keluar untuk shalat subuh, beliau berkata, ‘Salat wahai Ahlulbait! Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan keraguan darimu wahai Ahlulbait dan mensucikanmu sesuci-sucinya“. ( Al-Turmudzi 2:29).
ketinggalan..hehehe…bc mas…” RUMAH FATHIMAH”…jls khan siapa yg didlm rumah Fathimah…hehehe..
Saya Jawab:
Imam Muslim meriwayatkan bahawa Zaid bin Arqam di tanya,
“Adakah isteri-isterinya (Rasulullah s.a.w.) termasuk Ahlul Bait ?” Zaid menjawab: “isteri-isterinya adalah termasuk Ahlul Bait…”
Imam Bukhari meriwayatkan Rasulullah s.a.w. pergi ke bilik Aisyah lalu memberi salam:
“Assalammu’alaikum Ahlul baiti wa rahmatullah”
Kalau anda berkeluarga siapakah yang menjadi ahlul bait anda mas?
——
Mengenai Pinangan Umar ra kepada Ummu Kultsum, apanya yang perlu ditanggapi mas? Mengenai riwayat 1 yg anda bawakan, sekali lagi, melihat betis, leher, kepala gadis yang dipinang adalah dibolehkan dan hal itu bukanlah penghinaan atau tidak hormat kepada si gadis… kalaupun Ummu Kultsum bicara agak kasar kepada Umar, hal itu bisa jadi karena usianya yang masih muda dan baru pertama kali dipinang…justru pertanyaannya mengapa Imam Ali seorang yang dikenal seorang pemberani begitu saja merelakan anak gadisnya untuk dinikahi Umar? riwayat 2 saya tidak tahu status kesahihannya demikian juga riwayat 1, apakah anda bisa menerangkannya kepada saya mas?…
Wallahu A’lam
Peace…
-
@Arif
Salam
Antum wrote:
Ibnu Taimyah buat buku tentang Keutamaan Muawiyah dan Yazid?Saya belum baca nih…Pasti kalau saya baca yang ada cuma ngakak doank, g ada yang lain…coz smua isinya palsu,hehehe
Saya Jawab:
Silahkan cek lagi artikel yang saya bawakan di atas, apakah menyebut-nyebut nama Ibnu Taimiyah?
——–
Antum wrote:
Saya jadi ingat,setelah Imam Husain as dipenggal kepalanya, Yazid bin Muawiyah sujud syukur…
Saya Jawab:
Mohon disebutkan riwayatnya mas?
@ressay
syukron, nasehatnya
Peace…
Wassalam.
-
Salam Eid al-Mubaraq
Andai Abu Thalib diberi syafaat. Maka, syafaatnya diterima ALLAH Ta’ala.
Pembela NAbi s.a.w.w. Benar-benar yang sanggup mati dari mereka yang berdua yang telah ditinggalkan oleh Nabi sa.w.w.
waSalam
-
Salam
@ Bims,
Minal Aidzin Wal Faizin…
Anda menulis :
Bukhari telah memberitakan dari Tsa’labah bin Abu Malik ra. bahwa Umar bin Al-Khatthab ra. telah membagi-bagikan kain antara kaum wanita, dan ada sisa sepotong kain yang agak baik sedikit, maka berkata orang-orang yang di sisi Khalifah Umar ra.: Wahai Amirul Mukminin! Kain potong yang lebih ini berikanlah kepada cucunda Rasulullah SAW yang menjadi isterimu – maksudnya Ummu Kultsum binti Ali ra. Tetapi mereka dijawab oleh Khalifah Umar ra.: Ummu Sulaith lebih berhak darinya (Ummu Kultsum), dan Ummu Sulaith seorang wanita Anshar, di antara yang membaiat Rasulullah SAW. Tambah Umar ra. lagi: Karena dia pernah memberi kita minum pada hari peperangan Uhud. (Kanzul Ummal 7:97)
Jawab :
Tulisan (riwayat) diatas banyak ditemukan disitus2 (hampir semuanya sama , mgkin yg punya blog pada copas2an…hehehe) , salah satunya (tapi ga tau juga sih anda baca lgsg atau copas) dr : http://azharjaafar.blogspot.com/2008/08/sahabiyah-dalam-medan-jihad.html
atau yg lainnya….
Anda tulis :
Kalau membaca bantahan Answering Ansar terhadap riwayat di atas sungguh terlalu dipaksakan, kalau orang yang dekat dengan Umar dari cucu perempuan Rasul adalah bukan istri Umar, terus apanya Umar donk? Masa Umar bisa dekat atau akrab dengan seorang perempuan yang bukan mahram? Terus bagaimana mereka bisa mengharuskan bahwa kata “undh” adalah tidak boleh diartikan istri? Sekali lagi maaf, usaha mereka untuk menafikan hadits di atas terlalu dipaksakan…
Jawab : ga ada yg dipaksakan mas..
Bgtu juga anda anda tulis :
Imam Shafiyuddin Muhammad bin Tajuddin (yang dikenal dengan Ibnu ath-Thaqthaqi Al Hasani; wafat 709 H) bergelar pakar sejarah dan imam. Di dalam kitabnya yang dihadiahkan kepada Ashiluddin Hasan bin Nashiruddin ath-Thusi, teman dekat si “Hulagu”, Ia memberi nama kitab tersebut dengan namanya. Di dalamnya menjelaskan putri-putri Amirul Mukminin Ali ra. Dalam penjelasannya, ia menyebutkan: “Dan Ummu Kultsum, ibunya adalah Fathimah binti Rasulullah. Ia dinikahi Umar bin Khathab dan melahirkan putra bernama Zaid. Sepeninggal Umar Ummu Kultsum menikah dengan Abdullah bin Ja’far (pada halaman 58).”
anda mgkin copas dari blog wahabi dibwh ini :
http://ainuamri.wordpress.com/2007/12/03/saling-berkasih-sayang-antara-ahlul-bayt-nabi-saw-dengan-segenap-sahabat-radhiyallahu-anhum/
tapi ntar juga kebuka semua ko mas, jwbnnya jg ada, tp sabar mas, satu2..ok
Malah saya kaget anda tulis ini :
Mengenai Pinangan Umar ra kepada Ummu Kultsum, apanya yang perlu ditanggapi mas? Mengenai riwayat 1 yg anda bawakan, sekali lagi, melihat betis, leher, kepala gadis yang dipinang adalah dibolehkan dan hal itu bukanlah penghinaan atau tidak hormat kepada si gadis… (wah..wah…hebat ya mas) kalaupun Ummu Kultsum bicara agak kasar kepada Umar, hal itu bisa jadi karena usianya yang masih muda dan baru pertama kali dipinang…
jawab :
Ooo jadi bgtu ya cara nya, blh ya melihat betis perempuan bukan muhrim,memeluk, mencium??.itu MENURUT ANDA…
Mas.. riwayatnya mereka BELUM NIKAH ketika umar menjamah betisnya..!
Anda jg tulis :
“….justru pertanyaannya mengapa Imam Ali seorang yang dikenal seorang pemberani begitu saja merelakan anak gadisnya untuk dinikahi Umar?…dst..” (lihat bgmn proses pernikahannya mnrt riwayat tsb mas)
Jawab :
Jika riwayat PROSES pernkahannya aja ga Sahaih (bahkan ga masuk akal sama sekali dan sangat2 dekil) bgmn orang bisa mempercayai pernikahan itu ada..??
Maas SP saya minta maaf, agar lebih jelas saya tuliskan disini poin2nya aja, apa yg ada dalam Artikel tsb….maaf…
(dari artikel tsb)
Narasi Pertama :
Abu Umar meriwayatkan menurut Zubayr Bakri, Umar meminta persetujuan (melamar) putri Ali, yang dijawab olehnya bahwa dia terlalu muda. Umar memintanya lebih dari dua kali. ‘Ali berkata ”’Aku akan mengutus anak perempuan kepada anda, jika anda suka pdnya katakan ‘Aku menerima”. ‘Ali lalu mengutus anak perempuannya dengan sebuah kain (syal) dan mengatakan kepadanya untuk berkata (kepada Umar) ”Ini adalah selendang / syal yang telah aku bicarakan tentangnya. Dia menyampaikan kata-kata tsb kpd Umar, lalu (umar) berkata ‘Katakan kepada ayahmu bahwa aku menerimanya’. Umar lalu menjamah betis anak perempuan itu. Dia berseru ‘Apa yang kau lakukan kepada saya? Jika bukan karena kau Khalifah Muslim aku pasti akan mematahkan hidungmu.!” Anak perempuan itu kembali kerumahnya dan mengatakan kejadian (yg ia alami) kepada Ayahnya, ”Anda mengutus aku kepada seorang manusia yag licik”, Ali berkata ”Ia adalah suami anda.”
Dalam Al Isaba Vlme 4 halamn 492, ada perbedaaan sedikit :
”Jika bukan karena kau Khalifah dari Muslim aku pasti akan meludahi wajahmu.!”
”Ila Shaykh Suw’” yang berarti ”anda mengutus aku kepada seorang Suw’”.
Di Dalam bahasa Arab kata ”Suw” adalah suatu perkataan yg bersifat menghina. The Hans Wehr Dictionary Modern Written Arabic (edisi ketiga) halaman 436 tercatat “Suw” berarti :
“buruk, Jahat (iblis), licik, jahat” hal tersebut diterapkan dalam konteks dimana anak perempuan yang masih kecil dijamah oleh Umar, teks tsb menyatakan bahwa Ummi Kulthum memandang Umar sebagai seorang yg sesat, paedophile atau penganiaya anak-anak (kalau menurut saya “ tukang cabul terhadap anak dibawah umur” kalo melihat riwayat tsb lho..)
Narasi Kedua :
Al Istiab Volume 4 page 467 :
” Umar meminta persetujuan Ali untuk Ummi Kalthum. ‘Ali menjawab bahwa dia terlalu muda. ‘Umar berkata ‘Nikahkan dia kepadaku dan lakukan sebagaimana yang aku katakan karena aku ingin mencapai kedudukkan tersebut yang tidak ada orang lain telah mencapainya. ‘Ali lalu berkata, ‘Aku akan mengutus Ummi Kulthum kepada anda. Jika kau suka kepadanya aku akan menikahkannya kepadamu.’ Ali lalu mengutus anak perempuan dengan ssebuah kain dan mengatakan kepada nya untuk berkata (kepada Umar) ‘Ini adalah selendang (syal) yang aku bicarakan tentangnya’. Dia menyampaikan kata-kata ini kepada Umar, yang (lalu) berkata ‘Katakan kepada ayah mu bahwa aku menerima’. Umar lalu menjamah betis anak perempuan itu. Dia berseru, ‘Kau lakukan hal ini kepada saya (mksdnya menjamah betisnya..!) ? Jika bukan karena kau adalah Khalifah Muslim aku pasti telah mematahkan hidungmu!’. Anak perempuan itu kembali kerumah dan menceritakan peristiwa itu kepada ayah nya, dan (ia) berkata ‘Anda mengutus aku kepada seorang manusia yang jahat (licik)’, dengan (pernyataan itu) Ali berkata ‘Ia adalah suami anda’. Umar lalu menghadiri suatu pertemuan Muhajirin dan berkata ‘Beri aku selamat ‘. Mereka berkata ‘Mengapa?’ Ia berkata ‘Aku telah menikah dengan Ummi Kalthum binti Ali’.
Narasi Ketiga :
Dalam Zakhair Al-Aqba, hal 169
“Umar bertanya kepada Ali apakah ia diizinkan untuk menikahi Ummi Kulthum binti Fatimah (as), kepadanya Ali menjawab bahwa ia harus membicarakannya kepada beberapa orang sebelum memberi Umar sebuah jawaban. Ali berkumpul bersama anak-anak Fatima dan mengatakan kepada mereka tentang hal tersebut (lamaran). Mereka semua menyetujui. Ali (as) meminta agar Ummi Kulthum, yang masih menyusu, pergi ke Umar dan mengatakan kepadanya bahwa permintaannya dikabulkan. Ketika Ummi Kulthum pergi ke Umar dan membawa pesan (mksdnya dr ayahnya) ia menariknya, memluknya dan berkata, ‘Aku telah minta kpd ayahnya untuk diizinkan menikahimu dan ia telah menyetujuinya”.
Beginikah cara ulama “Ahlul Sunnah” memberikan rasa hormat kepada putri agung Rasulullah (saww) ?? Apakah anak perempuan Abu Bakar, Umar atau Utsman menikah dengan cara seperti ini ?? Apakah dg cara ini wanita-wanita dari keluarga Afriki ( atau anda juga) mendapatkan jodoh utk anaknya?? Ahlul bayt (as) adalah pancaraan cahaya dari kesucian, dg sikap kesederhanaan dan menggunakan tirai (penutup/hijab), lalu (apakah) mereka mengutus putri2 mereka tanpa pengantar kepada seorang calon suami yang dapat melakukan apapun juga utk menyenangkan diri mereka sendiri…??
Apakah seorang ayah yang terhormat memperlakukan putrinya seperti sebuah produk yang mana seorang peminang (mkdnya penawar, jika itu sebuah produk) dapat menjamahnya (menyentuhnya), menguji, mengembalikan dan lalu membuat suatu keputusan (beli apa ga ya…hehehe)?
Apakah dg cara itu Imam Ali (as) akan menikahkan putrinya? Di dalam pernikahan hanya dengan persetujuan thd sebuah lamaran tidaklah mencukupi, upacara Nikah (mksdnya khutbah nikah jg ada dan prose lainnya) perlu dibaca dan kedua pihak itu harus menerima satu sama lain, tidak dilaksanakan dengan mengirim anak putrinya kepada calon pengantin laki-laki yang lalu tanpa nikah memeluk anak gadis ts…! (bahkan menjamah betisnya…! )
Narasi Ke 4 :
Tarikh Khamis Volume 2 hal 384 ‘Dhikr” Umm Kalthum’ dan Zakhair Al-Aqba, hal 168 :
“Umar bertanya kpd Ali untuk meminang putrinya, Ummi Kulthum untuk dinikahi. ‘Ali menjawab bahwa dia belum cukup usianya (dari kedewasaan). Umar menjawab, ‘Demi Allah, Ini tidak benar. Anda tidak menghendaki untuk menikahkan aku. Jika dia dibawah umur, utus dia kepada saya’. Dengan demikian Ali memberi putrinya Ummi Kulthum sebuah pakaian dan menyuruhnya pergi kepada Umar dan mengatakan kepadanya bahwa ayahnya ingin tahu untuk apa pakaian itu. Ketika dia datang kepda Umar dan memberinya pesan, ia merebut (mengambil) tangannya dan secara paksa menarik ke arahnya. Ummi Kulthum meminta agr tangnnya dilpeaskan, atas yg Umar lakukan, dan (umar) berkata, ‘Kau adalah seorang dewasa dengan akhlak yang bagus. Pergi dan katakan kepada ayahmu bahwa kau sangat cantik dan kau bukanlah seperti yg ia katakan (mksdnya msh kcl). Dengan itu Ali menikahkan dengan Ummi Kulthum kepada Umar.”
Kisah berikutnya adalah riwayat yang sama luar biasa dekilnya (tidak dpt dipercaya).
Narasi Ke 5 :
Dalam Tarikh Baghdad Volume 6 Halaman 182 :
”Umar meminta putri Ali (agar dinikahkan ke umar mksdnya). Ali memerintahkannya (putrinya) untuk mengurus dirinya. Ia mengutusnya ke Umar, orang yang telah menjamah betisnya, menciuminya, dan berkata ‘katakan kepada ayahmu bahwa aku bahagia.’ Sampai ia kembali, dia berkata kepada ayahnya, ‘Ia mencium aku, menjamah betisku dan mengatakan kepadaku untuk menyampaikan kepada anda bahwa ia telah bahagia’”
Tanggapan :
Allah (swt) Maha Tahu niat2 kita. Kita telah dipaksa untuk mengutip ”kotoran” ini oleh para Nasibi. Kami tidaklah bangga dg pencatatan dongeng-dongeng yang dekil. Tetapi kita ingin menunjuk kenyataan yang sebenarnya kepada musuh kami yang telah menuduh Syiah adalah ”makhluk Saba’tis” (sebuah fitnah yang dibuat yaitu Syiah dibentuk oleh seorang Yahudi Abdullah bin Saba) dan mereka sebenarnya adalah orang2 yg tidak menghormati Ahlul Bayt (as). Ini adalah dongeng-dongeng yang dekil, yang jelas dibuat-buat,catatan dari pena2 ulama2 dari Ahlul Sunnah waal Jamaah. Ini kisah-kisah yang sesat yang melukiskan ‘Umar sebagai seorang paedophile (“penganiaya” anak dibawah umur) membuktikan bahwa ulama2 Nasibi berdusta dg mulut mereka sendiri sebagaimana kepercayaan mereka bahwa syiah dibentuk oleh seorang yg disebut Abdullah bin Saba sama halnya kisah yang dibuat tentang sebuah nafsu seorang paedophile yang telah dikutip di atas. Sebagai tambahan mereka membuktikan (bahwa) keberadaan dari sebuah riwayat tsb sangat berkaitan dengan kebencian yang hina dlm islam “suni” terhadap Ahlul Bait. Bentuk kebencian yang hina ini ditemukan di dalam seperempat Wahabi didunia islam. Orang-orang suni yang mempunyai harga diri akan sangat dikejutkan oleh ketidakhormatan yang ditunjukkan Nasibi Wahabi kepada Ahlul Bait (as). Kebetulan, mereka juga mempunyai, dan mungkin tanpa disadari, dengan menunjukkan Umar sebagai seorang paedophile (Penganiaya/cabul thd anak2)
Secara berurutan riwayat2 seperti itu mungkin telah dibuat kedua-duanya untuk mencemarkan nama baik kehormatan Ahlul Bait, dan untuk membenarkan paedophilia (yg mana itu menjadi bagian dari “Sunnah Umar” ) sebagai islam tertentu dr kelompok Nasibi yg telah mengizinkannya untuk para pengikut mereka menuruti sejarah. Pada jaman ini hal itu lebih terkenal termasuk para anggota keluarga Kerajaan Saudi, namun juga telah mencakup para Nasibi lainnya didalam sejarah.
—-
Ini hanyalah bagian kecil dari hasil cetakan yang dibaca yang mana Afriki “pinjamkan” kepada kita. Jika kita menerima riwayat ini , lalu kita akan membenarkan bahwa Imam Ali (as) dengan senang hati mengirimkan putrinya yg masih muda, yang belum menikah ke rumah seorang manusia yang lebih tua yang memutuskan untuk menganiayanya (mengingat dalam riwayat tersebut banyak perbuatan2 cabul dilakukan umar. pen). Orang ini adalah Umar, orang sesat pertama menurut riwayat-riwayat Nasibi ini.
Ya, ada orang sesat didalam jawatan yang tinggi dibanyak Negara, skandal sex memalukan dibuat dan menjadi berita setiap saat..apakah kita percaya bahwa kesesatan seperti itu sedang berlangsung dan jg dilakukan oleh Khalifah Umar?
sejarah mengajarkan kpd kita betapa busuknya para politikus-politikus, dugaan ini mungkin telah menjadi berharga jika tidak untuk fakta anak perempuan yang sangat muda yg sampai ayahnya mengatkan dia belum cukup usia untuk menikah .
Bagaimana sebuah lamaran pernikahan diselenggarakan?
Dapatkah Afriki ( orang yang disanggah oleh Answering Ansar) mengatakan kepada kita tentang orang tua islam akan mengizinkan [membiarkan) seorang peminang yang potensial (calon suami) untuk ”berbuat ramah” terhadap putri mereka di dalam cara tsb?
(namun) Di sini seorang Ayah muslim menurut dugaannya mengrim (mengutus) anak gadisnya ke rumah seorang peminang yang mana (peminang tsb) mencium dan menjamah betisnyanya (Istiab) dan menarik lengannyanya (Khamees / Baghdad)..!! Kedua tindakan Umar tersebut adalah HARAM selama ia (ummi Kulstum) belum dinikahi olehnya..!!
Mengapa ayahnya, (yaitu) Imam Ali (as), tidak menemani putrinya? Apakah ini tidak diperkenalkan (diajarkan) dan dipraktekkan dlm hukum Islam..?? Dan setelah perlakuan jorok dari si peminang, (yaitu) Umar, masih diterimakah oleh (calon) ayah mertua utk bisa menjadi suami putri nya..??
Kita mungkin yakin tidak menjadi masalah jika kemerosotan itu terjadi pada keluarga muslim, tidak ada yang mau bertahan pada laporan yang dekil sejenis ini – namun Ulama Marwani Nasibi ini menujukan ”kekotoran” ini (menimpa) kepada cucu perempuan Rasulullah (saww)..! Kebencian dari mereka thd Ahlul Bait benar-benar merupakan sejenis penyakit. Itu menunjukkan hal yang besar, dalam kenyataannya, mengenai pikiran mereka yang benar2 sakit dan sesat.
(pada artikel Tsb, ditulis jg kutipan dri Sawaiqh al Muhriqa hal 280 dan Asaaf al Ghaniin hal 162 dg sdkt perbedaan)
—
Selagi mengisahkan “kotoran” ini yang kami mohon maaf kepada Sayyidah Fatimah as, tetapi para Nasibi ini telah meninggalkan(memberikan) kepada kita tanpa adanya pilihan yang lain untuk mengutip sampah ini dari buku mereka…acuan-acuan (referensi) yang ditempatkan untuk menurunkan kedudukan empat khalifah mereka sebagai pemimpin yang telah mereka tetapkan.
Nasibi ini mengutip acuan-acuan tersebut sebagai bukti dari “kebaikan-kebaikan” Umar yang pada kenyataannya kebanyakan semua itu malah menghancurkannya (umar), mempresentasikan dia (umar) sebagai orang tua yang sakit dan sesat. Tindakan-tindakan yang ia dakwakan dilakukan yang tidak pantas dilakukan seorangpun demi kesenangannya. Namun inilah “penghormatan” mereka kepada putri Imam Ali (as). Kita yakin bahwa Yahudi tidak pernah melakukan jenis kepalsuan (kebohongan) seperti ini kepada ibu Musa (as) ataupun dilakukan orang-orang Kristen yang berhubungan dengan Hadhrat Maryam (as).! Namun riwayat-riwayat yang sakit tersebut telah ditunjukkan oleh mereka yang disebut Ansar (penolong) Agama (mengingat artikel tsb adalah jawaban untuk http://www.Ansar.org yg mengutip riwayat-riwayat tersebut. ). Kebohongan-kebohongan ini bukanlah bagian dari sebagian orang “menyiapkan” komplotan Yahudi tidak pula mereka yg menulis Ibn Saba yang fiktif.
Ini adalah tulisan ”Ahlul Sunnah” yang mengklaim (mengatakan) Imam itu Ali (as) mempersiapkan putrinya dan lalu mengutusnya sendirian kepada Umar yaitu orang yang telah menempatkan anak perempuan tersebut dalam pangkuannya dan menciuminya..! Apakah syariah mengizinkan seorang manusia untuk menempatkan seorang anak perempuan yang bukan muhrimnya ataupun yang telah mencapai masa puber dalam pangkuannya dan lalu menciumnya?
Apakah “Ahlul Sunnah” siap untuk menerima bahwa Khalifah yang dipandang Islam Suni telah memeluk dan menciumi seorang anak perempuan non-muhrim..? Apakah perilaku figur yang oleh Ahlul Sunnah dianggap sebagai Khalifah sudah pantas pada tempatnya sebagai seorang pemimpin..? atau itu adalah contoh dari seorang yang fasiq / khalifah yang membelot ? Tanggung jawab itu ada pada para Nasibi untuk membela Umar. Itulah mereka yang menerima pernikahan ini terjadi. (Dan) Inilah kami yang menolaknya sebagaimana halnya sejauh ini kami mensifati riwayat-riwayat tersebut dibuat oleh ”kekeruhan” Nasibi untuk menghina (melecehkan) islam yang benar.
Narasi Ke 6
Tabaqat, ibn Sa’d Volm 8 hal 464 “Dhikr” Umm Kalthum :
Umar meminta persetujuan Imam Ali untuk menikahi Ummi Kulthum (as), kepadanya Ali menjawab, “Hai amirul mukminin, dia (Ummi Kulthum) anak yang masih menyusu. Kepadanya Umar menjawab, “Demi Allah! (itu) tidak benar. Anda sedang mencari-cari untuk menghindari aku”. Dengan sebab itu Ali memerintahkan agar Ummi Kulthum mandi dan lalu memakai sehelai selendang. Ali mengatakan kepadanya untuk pergi kepada Khalifah, “Salamku untuknya dan tanyalah kepadanya jika ia menyukai selendang ini, ia dapat menyimpannya, jika tidak, ia harus mengembalikannya”. Ketika dia datang kepada Umar, ia berkata, “Semoga Allah memberkati anda dan ayah anda, aku suka”. Karenanya Ummi Kulthum kembali kepada ayahnya dan mengatakan kepada ayahnya bahwa Umar tidak membuka selendang hanya melihat aku. Ali menikahkannya dengan Umar dan mereka telah memiliki seorang anak bernama Zayd.
Lagi-lagi, apakah seorang ayah menikahkan anaknya dengan cara seperti ini. Memakaikan pakaian (supaya membuat tampilannya menarik) dan lalu mengutusnya ke rumah calon suaminya? Beginikah “Mulllah-mullah” Nasibi menikahkan putri-putri atau saudari-saudari mereka? Jika demikian, mungkin Mullah Umar telah mengutus salah satu putrinya untuk melihat ‘Usama bin Ladin yang menikah dengannya! Dalam hal ini, ‘Usama bin Ladin juga salah satu orang yang sesat. Kami perlu menekankan kepada Nasibi ini tindakan mengirim para putrid mereka kepada kandidat calon suami adalah Sunnah dari Umar bukan Sunnah dari Ahlul bayt (as) !. (nie Answering Ansar yg ngomong lhoooo….)
Sahih Bukhari, Volume 5, Hadis Nomor 352 bab Nikah : (riwayat bgmn proses pernikahan Hafsa)
” Umar bin Al-Khattab berkata, ‘Ketika Hafsa binti ‘Umar menjadi seorang janda setelah kematian (suaminya) Khunais bin Hudhafa As-Sahmi yang tadinya adalah salah satu [dari] sahabat Nabi, dan ia meninggal di Madinah. Aku pergi ke Uthman bin Affan dan memperkenalkan Hafsa (untuk dinikahkan) kepada nya. Ia berkata, ‘Aku akan memikirkan kembali.’ Aku menantikan beberapa hari, dan lalu ia menemui aku dan berkata, ‘Tampaknya tidaklah mungkin untukku menikah sekarang.’ ‘Umar lebih lanjut berkata, ‘Aku menjumpai Abu Bakar As-Siddiq dan berkata kepadanya, ‘Jika kau mau, aku akan menikahkan putriku Hafsa kepadamu.’ Abu Bakar diam dan tidak mengatakan apapun dengan sebuah jawaban kepada saya. Aku menjadi lebih marah dengannya dibanding dengan Uthman. Aku menantikan beberapa hari dan lalu Rasul Allah meminta peresetujuannya (“….I waited for a few days and then Allah’s Apostle asked for her hand… and I gave her in marriage to him” ,maksudnya adalah bahwa Rasul saww meminta persetujuan Hafsa. pen), dan aku menikahkan (Hafsa) kepadanya (Rasul)’. “
BAWA PULANG PESAN INI KEPADA PARA NASIBI (kata artikel tsb):
Jika anda yakin bahwa ummi kulthum (as) binti Ali (as ) menikah dengan Umar kau harus menerima bahwa umar juga seorang yang sesat. Tidak ada “jika” atau “tapi” dalam hal ini. Inilah riwayat-riwayat yang kalian kutip untuk menjadi dasar kepercayaan anda didalam pernikahan dan juga mengkatagorikan sebuah metode dalam hal meminang, berkomitmen bahwa tindakan umar tersebut mencap dia sebagai seorang yang sesat..! Kami Tidak percaya pernikahan tersebut pernah terjadi. (ada lanjutannya mgenai sanggahan riwayat2 suni tsb…sabaaar…)
Insya Allah berlanjut dg bab2 lain artikel tsb, jika yg lain mengizinkan, terutama pemilik blog ini…sementara ini dl.
Mohon maaf kpd Mas Sp dan yang lainnya krn kepanjangan.. Maaf..maaf..
wassalam
-
@bagir
Minal Aidzin wal faidzin
Antum wrote:
Tulisan (riwayat) diatas banyak ditemukan disitus2 (hampir semuanya sama , mgkin yg punya blog pada copas2an…hehehe) , salah satunya (tapi ga tau juga sih anda baca lgsg atau copas) dr :
saya jawab:
He he lha kalau boleh tau anda di atas itu lg ngapain? walaupun bukan copas tetapi anda nerjemahin plek dari satu situs… ya sami mawon tho mas…
Silahkan anda teruskan menterjemahkan tulisan answering ansar (kalau perlu semua), terus terang saja bantahan dr situs tsb hanya akal-akalan yg justru terlihat terlalu dipaksakan dlam upaya mereka untuk menafikan peristiwa pernikahan Umar dan Ummu Kultsum binti Ali yang tercatat baik di referensi sunni dan di referensi syi’ah (bahkan tercatat di kutubul arba’ah) tapi saya cukup menunjukkan saja respon/bantahan tuntas thd answering ansar di bawah ini dan juga pengakuan ulama syi’ah mengenai pernikahan Umar dan Ummu Kultsum binti Ali : http://www.ahlelbayt.com/articles/sahabah/rebuttal
http://www.ahlelbayt.com/mistaken-identity
http://www.al-islam.org/Organizations/Aalimnetwork/msg00166.html
silahkan dibaca-baca selagi ada kalo ada waktu mau sih nerjemahin… tapi maaf kyknya utk saat ini waktu blm memungkinkan…
Peace…
-
@ Bims
He he lha kalau boleh tau anda di atas itu lg ngapain? walaupun bukan copas tetapi anda nerjemahin plek dari satu situs… ya sami mawon tho mas…
ana jawab ;
khan ud ana bilang ana terjemahin biar semua baca, lagian ana terjemahin dr situs yag ada link kitabnya…heheheh
anda tulis :
terus terang saja bantahan dr situs tsb hanya akal-akalan yg justru terlihat terlalu dipaksakan dlam upaya mereka untuk menafikan peristiwa pernikahan Umar dan Ummu Kultsum binti Ali yang tercatat baik di referensi sunni dan di referensi syi’ah (bahkan tercatat di kutubul arba’ah)
Ana jawab..:
Akal-akalan..?? hehehe..mas…ga usah asal ngom yg jelas begitu adanya..dan anada tinggal pake akal anda…tp akal sehat…jd bisa nerima..yg jls semua tgl baca n tgl pk akal masing2…gitu aja ko repot…heheheh
-
saudara bagir,
teruskan usaha anda
saya mendapat manfaat darinya
syukron
-
Salam
@ Zalu
Bihaqqi Muhammad Wa aalihi Thohirin.
Insya Allah..
Wassalam
-
Ass. Wr. Wb.
Kpd sahabat yg ada di forum diskusi ini, sy ingin menambahkan bahwa nasab atau hubungan kekerabatan tidak bisa dihubungkan dengan ahlak seseorang. Banyak fenomena didlm Al-Qur’an dan Hadist diantaranya: seorang Fir’aun mempunyai istri Asyiah yg dlm hadist termasuk bidadari surga, Seruan Nabi Nuh As kpd anak dan istrinya yg tidak dipatuhi, kisah Nabi Yusuf As yg dikhianati oleh saudara-saudaranya sendiri, yg menjadi musuh Rasulullah Saw banyak diantaranya spt Abu Jahal, Abu Sofyan, Abu Lahab dll msh ada hub kekerabatan dgn Rasul Saw. Dan masih banyak lagi fenomena-fenomena yg semisal dng itu. Jadi kita hrs menyikapinya setiap perbedaan tidak berdasarkan mahzab/golongan saja, tapi berdasarkan Al Qur’an dan Hadist. Fungsi Al Qur’an adalah pembeda antara yg hak dgn yg batil, ini berlaku dlm setiap zaman, dari mulai diturunkannya Al Qur’an sampai sekarang ini. Tidak semua sahabat itu adil, ini dapat dibuktikan oleh ayat-ayat Al Qur’an : ada ayat munafikun, kafirun, fasikun dan ….
Wass. Wr. Wb.
-
@atasku
Logika anda bisa dibalik kok, antum yakin ga kalau Rasulullah itu ma’sum? yakin ga kalau beliau selalu dijaga oleh Allah dalam segala tindakannya… apakah mungkin beliau keliru mengambil sahabat seperti Abu Bakar, Umar, Utsman dll? bahkan beliau menjalin hubungan kekerabatan dengan mereka, 2 org diantaranya adalah mertua beliau dan satu adalah menantu beliau… demikian juga ahlul bait yg diyakini oleh satu golongan adalah ma’sum, apakah mgkin mrk salah dalam menjalin kekerabatan? logika anda di atas bisa dijalankan, tetapi tidak untuk semua kasus kan? tidak bisa digeneralisir, jd hrs case by case… spt abu lahab, abu jahal dll sebelum beliau diangkat mjd Rasul-pun mrk adalah kerabat beliau… tetapi di sini kasusnya lain… dalam kasus ini beliau yg punya hak untuk menentukan menjalin kekerabatan dengan seseorang (dan saat itu beliau sudah diangkat menjadi Rasul), beliau meminang Aisyah dan Hafshah yg mrpkan anak dari Abu Bakar dan Umar, jika memang dua orang tsb bukan mrpkan orang2 yg baik & utama tentu beliau tidak memilih anak2 dr mrk dan beliau berhak utk memilih yg lainnya, demikian jg dlm hal memilih menantu, bahkan beliau menikahkan dua putri beliau kepada Utsman… nah jika anda menuduh Rasulullah bahwa beliau salah dalam mengambil keputusan… trs dimana letak kema’suman beliau? hal ini berlaku juga terhadap Ahlul Bait. Ali berhak utk menolak pinangan Umar dg tegas jika memang Umar adalah bukan pribadi yg baik… apalagi Imam Ali terkenal akan keberanian dan ketegasannya… coba antum renungkan…
Antum wrote:
Jadi kita hrs menyikapinya setiap perbedaan tidak berdasarkan mahzab/golongan saja, tapi berdasarkan Al Qur’an dan Hadist. Fungsi Al Qur’an adalah pembeda antara yg hak dgn yg batil, ini berlaku dlm setiap zaman, dari mulai diturunkannya Al Qur’an sampai sekarang ini. Tidak semua sahabat itu adil, ini dapat dibuktikan oleh ayat-ayat Al Qur’an : ada ayat munafikun, kafirun, fasikun dan ….
Saya Jawab:
saya setuju dg antum, justru dari Al-Qur’an lah kita mendapatkan ayat2 tentang persaksian keutamaan generasi awal Islam tsb, begitu byk dech… sedangkan antum hrs tau definisi sahabat… kalo munafikun, kafirun dan fasikun ya jelas dan pasti bukan termasuk sahabat Rasul…
Peace…
-
@bims
Ass. Wb. Wb.
Jelas Rasul Saw maksum, berarti mengenai hadist Gadhir Khum ngga mungkin salah dong, krn diperkuat oleh QS Al Maidah : 67 dan sebelumnya QS Al Maidah : 3, yg hadir waktu itu 100rb orang lebih termasuk para sahabat. Yg intinya pengangkatan Imam Ali As sebagai maula/khalifah kaum muslimin. Setelah Rasul Saw wafat, para sahabat dan bbrp kaum Ansor dan Muhajirin tanpa dihadiri oleh Ahlul Bayt Nabi Saw, mengadakan pemilihan dgn sistim syuro, dgn mengabaikan nas Al Qur’an dan Hadist tsb. Nah disinilah orang klo sdh mengabaikan nas-nas tsb, orang itu dpt dikatakan spt apa yg Al Qur’an katakan : munafikun, kafirun, fasikun, musyrikun. Klo mengenai perjodohan itu rahasia Allah Swt dan Rasul Saw tdk mengetahui bahwa stlh wafat, para sahabat dan kerabatnya banyak yg berpaling, bahkan istrinya sendiri memerangi Imam Ali As, yg dlm hadist dikatakan gudangnya ilmu dan banyak lagi keutamaan-keutamaan Imam Ali As. Demikian yg sy maksudkan dlm Al Qur’an banyak fenomena sejarah para Nabi dikhianati oleh kerabatnya sendiri dan para pengikutnya, bahkan ada yg dibunuh. Hal tsb sy katakan berlaku dalam setiap zaman tanpa memandang sahabat dan kerabat.
Wass. Wr. Wb.
-
@atasku
Salam
Hadits Gadhir Kum memang tidak salah, ayat2 Al-Qur’an pun tidak ada satupun yang salah, tetapi yg perlu dicek kembali adalah interpretasi kita thd hadits & ayat2 tsb… apakah memang spt itu? dan kejadian lbh dr 1000 th yang lalu di Saqifah pun perlu kita cek kembali, jika memang Abu Bakar, Umar dan Utsman telah melanggar Al-Qur’an dan Hadits dalam hal khilafah, tentu Imam Ali yg dikenal tegas dlm membela agama ini tidak akan tinggal diam, tetapi kenapa justru beliau malah akhirnya turut membaiat dan mendukung 3 pemimpin tsb dlm masing2 masa pemerintahan mrk… sedangkan Imam Ali dalam kitab2 yg sahih tidak pernah memvonis mereka adalah munafikun, kafirun, fasikun ato musyrikun… mengapa kita yg terpisahkan lebih dr 1000 th dr peristiwa tsb begitu Pedhenya menjadi hakim antar mereka dan menjatuhkan vonis seperti itu?? mohon direnungkan kembali…
Apakah anggapan spt ini bukan berarti menzerokan dakwah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam sebagai seorang Murabbi yang agung? bahwa usaha beliau telah gagal total? padahal di dalam Al-Qur’an Allah telah menjanjikan kekhilafahan thd kaum muslimin (An-Nur:55) dan janji tsb telah terwujud di Jaman mereka para sahabat… dan hal tsb telah tercatat di tinta emas sejarah…terus terang saya ga habis pikir dg mindset orang2 yg berusaha menghilangkan masa keemasan yg begitu nyata dg begitu saja…
Wassalam
-
@bims
Ass. Wr. Wb.
Diantaranya terkena ayat munafikun, kafirun, musyrikin, fasikun. Itu kata Al Qur’an, bukan menurut sy. Apabila ada orang mengabaikan Al Qur’an dan Hadist tinggal memilih aja terkena ayat yg mana? krn perkembangan Islam waktu itu masih sangatlah muda, sehingga Imam Ali As berdiam diri, sedangkan pergerakan umat sdh terlanjur memilih khalifah Abubakar Ra, jadi Imam Ali As berdiam diri karena untuk menjaga ukhuwah Islam, jangan sampai terjadi perpecahan yg menjadikan Islam menjadi lemah kembali, sementara dilingkungan sekitarnya banyak pihak yg siap meruntuhkan Islam : Yahudi, Nasrani, kaum munafikin, musyrikin dll. Klo dilihat pada jaman sekarang ini negara mana yg konsisten menjaga Syariat Islam utk melawan musuh-musuh Islam tsb, walaupun telah dipisahkan 1000 thn lebih, tetapi perjuangan mereka berlandaskan perang Badar, syahidnya Imam Husein As di Karbala, walaupun minoritas tetapi mereka berpegang teguh kpd hadist Ghadir Khum dan Tsaqalain, tidak kebarat maupun ketimur, tidak terpengaruh oleh berubahnya jaman, sedangkan yg mayoritas ?
Wass. Wr. Wb.
-
Salam-alaikum
Khutbah Rasul saww di Ghadir Khum (reffrensisunni syiah) tersebutkan nama2 pemimpin yg diperintahkan untuk diikuti.
http://islamalternatif.net/iph/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=142
Silahkan klik link dibawah ini juga (download file word tanggapan Muh Anis):
melayu.husayniya.org/index2.php?option=com_docman&task=doc_view&gid=8&Itemid=43 –
ada juga tanggapan Imam Ali ttg Hak2nya.
kita baca dirumah masing2 biar jelas.
wassalam
-
Copy link dibawah ini di menu browser anda, mgkin sebagian yg disini sudah membacanya :
melayu.husayniya.org/index2.php?option=com_docman&task=doc_view&gid=8&Itemid=43 –
-
Ass. Wr. Wb.
Trmaksh kpd mas Bagir yg meberi info mengenai hadist Ghadir Khum, sy telah selesai membacanya, semoga Allah Swt dan RasulNya melipatgandakan amalnya, amin.
Wass. Wr. Wb.
-
@SP
Salam wa rahmah
Waduh suatu kehormatan nich buat saya, pemilik blog berkenan menanggapi langsung komentar saya…
Antum wrote:
Contohnya nih
Nabi Ya’qub memiliki banyak anak, dan mereka justru mencelakakan Nabi Yusuf saudara mereka sendiri. Apakah dengan logika Mas, maka Nabi Ya’qub menjadi tidak ma’sum karena tidak bisa mendidik anak. Jadi sangat tidak tepat menurut saya Mas
Saya jawab:
Sebenarnya pada prinsipnya saya setuju bahwa hubungan kekeluargaan dg Nabi tidaklah menjamin mereka adl baik spt Nabi dan tentunya bukan berarti nabi tidak ma’sum jika didikan / dakwahnya pada keluarga / kerabatnya tdk berhasil (berarti ini juga berlaku kpd ahlul bait Nabi, bahwa mereka adl manusia biasa dan tdk ma’sum krn mrk bukan Nabi) tetapi kan tidak bisa digeneralisir tho mas, case by case lah…bahkan spt anak Nabi Zakaria yaitu Nabi Yahya adlh seorang Nabi juga, Ahlul Bait Nabi Muhammad SAW juga baik2 kok…dan di forum ini ada yg secara tdk lgsung menuduh sahabat utama spt Abu Bakar, Umar dan Utsman adalah termasuk dlm ayat Kafirun, Fasikun dan Munafikun… ini adalah tuduhan yg sgt serius & ekstrim sy kira, yg jelas mrk tidak bisa disamakan dg anak2 Nabi Ya’qub, ato dg abu Lahab cs…krn terlalu banyak ayat Al-Qur’an maupun hadits yg menyebut keutamaan mrk…ingatlah generasi awal itu sebenarnya satu umat yg bersatu, kalo ga, Islam tdk akan bisa menguasai dunia saat itu… justru sy sgt sedih dg adanya dikotomi Ahlul Bait dan Sahabat spt saat ini…maaf kalo sy katakan ini adl dikotomi yg tidak sehat warisan musuh2 yg membenci generasi awal Islam yg berusaha memecah belah umat Islam…
Baiklah saya ingatkan kembali bahwa bahasan kita di thread ini berhubungan dg sahabat Nabi yg utama seperti Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali (yg termasuk ahlul bait), yg kebetulan (eh sengaja dink) mrk saling menjalin kekerabatan dengan Nabi dan Ahlul Bait beliau, yg hal itu merupakan bukti akan harmonisnya hubungan mrk sebenarnya, tentunya bukan berarti tanpa ada perbedaan pendapat diantara mrk, yg hal tsb adl hal yg sgt wajar, dan tdk menjadikan mrk saling benci ato bermusuhan, nah yang saya sorot adl kita skrg ini yg hidup terpisahkan dg mrk lebih dr 1000 th mencoba membesar-besarkan perbedaan pendapat diantara mrk dan mengarahkannya ke dlm bentuk permusuhan yg abadi… kmdn diantara kita ada yg mencoba mjd hakim perselisihan dintara mrk para leluhur kita dg alasan mengkritisi dsb… pdhal apa yg kita lakukan belum tentu benar bahkan inilah yg menyebabkan perpecahan di kalangan umat Islam saat ini…
Antum wrote:
Mereka memang baik, tetapi tidak ada jaminan bahwa mereka akan selalu benar. Sama seperti kebanyakan manusia lainnya, Aisyah Hafsah Abu Bakar dan Umar juga bisa melakukan kesalahan
Saya jawab:
Saya setuju mas, saya pun tdk pernah menganggap para sahabat secara individu tdk pernah berbuat salah, sy kira sunni jg berkeyakinan demikian, dan tentunya hal ini berlaku jg utk ahlul bait… walaupun ada ayat 33:33 (terlepas dr definisi ahlul bait itu sndri yg msh berpolemik), tetapi di ayat tsb tdk menunjukkan kema’suman ahlul bait justru mrk dituntut utk beramal agar mrk bisa dibersihkan oleh Allah sebersih-bersihnya. Sebagaimana Rasulullah pernah berkata kepada Fatimah “Beramallah wahai Fatimah, kerana aku tidak dapat berbuat apapun di sisi Allah bagi pihak diri kamu” Sedangkan Ijma’ umat di masa sahabat dan ahlul bait (krn sy berpandangan mrk sebenarnya adlah satu umat tdk terpecah spt gambaran kita saat ini) bisa dijadikan hujjah, mengapa? Krn mrk prnh hidup bersama Nabi dan Nabi pun pernah bersabda “Umatku tidak akan berkumpul dalam kesesatan” yg sy tangkap adl umat Islam di masa itu.
Antum wrote:
Ada banyak memang tetapi anehnya sebagian orang justru memperluas dalil tersebut kemana-mana. Contohnya nih, ayat Al Qur’an menyebutkan keutamaan mereka tetapi tidak menyebutkan bahwa mereka akan selalu benar dan tidak bisa salah. Tetapi sebagian orang berdalil seolah-olah dengan dalil tersebut maka para Sahabat itu suci dari salah dan dosa.
Saya jawab:
Sekali lg prinsip saya selain Rasul itu tidaklah ma’sum, sahabat maupun ahlul bait bisa berbuat salah. Dan mengenai dalil2 ttg keutamaan sahabat maupun ahlul bait tdklah menyebabkan mrk seolah-olah suci dari salah dan dosa, tetapi tentunya kita umat akhir zaman ini perlu bercermin terlebih dulu sblm memposisikan diri mjd hakim diantara mrk saya kira…
Antum wrote:
Masalahnya Mas ayat-ayat Al Quran yang anda maksud itu apa memang sesuai dengan definisi sahabat yang anda maksud. Saya mau tanya nih, siapa yang pertama kali mendefinisikan Sahabat. Apakah definisi itu muncul dari zaman Rasulullah SAW ketika ayat2 Al Quran tersebut diturunkan atau justru setelah itu.
Saya jawab:
Al-Qur’an lah yg pertama kali mendefinikan mengenai sahabat spt : Al-Fath:29, Al-Hasyr:9, At-Taubah:100 dll dan jelas sekali berbeda ketika Al-Qur’an berbicara tentang kafirun, munafikun, musyrikun dan fasikun…dan ingat yg dibicarakan al-Qur’an mengenai sahabat yg mendapat ampunan dan ridha dr Allah adlh kumpulan besar dari kalangan muhajirin dan anshar bukan hanya segelintir orang… nah jika ada yg menganggap sepeninggal Rasul hampir seluruh sahabat telah menjadi kafir, munafik, fasik dan musyrik kecuali segelintir orang saja, apakah Allah telah salah memberi keridhaan-Nya kepada mereka? Atau apa seharusnya ayat2 tsb dinasakh saja? Demikian juga disebutkan dlm hadits tentang sahabat2 Nabi.
Sedangkan ulama2 selanjutnya mendefinisikan sahabat berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits.
Antum wrote:
Mengenai orang kafir maka itu jelas tetapi kalau orang fasiq dan munafik, apa benar Mas tahu semuanya atau apa benar Ulama yang datang setelah zaman Rasul SAW mengetahui semua orang munafik yang ada pada zaman Rasul SAW sehingga dengan itu mereka bisa memilah-milah yang ini yang munafik dan yang ini Sahabat Nabi SAW.
Saya jawab:
Baik, karena yg kita bicarakan saat ini adl Abu Bakar, Umar, dan Utsman, jika mrk termasuk munafikun atau fasikun apakah Allah tidak memberitahukan kepada beliau tentang mereka? Bukankah pada masa itu orang munafik telah diberitahukan oleh Allah kepada Rasulullah, sehingga Rasulullah mengetahui siapa2 yg munafik dan siapa yg bukan…terus bgmana dg hadits 10 org yg dikhabarkan Nabi masuk syurga? Bukankah nama2 di atas adalah diantaranya? jika contoh semacam Abu Bakar adalah seorang munafik yg menyembunyikan kekafirannya, mengapa Nabi menyuruh Abu Bakar memimpin shalat ketika beliau sakit, menemani beliau berduaan saja ketika berhijrah, padahal jika memang Abu Bakar adl seorang munafik maka itu adalah saat yg tepat buat dia utk membunuh Nabi…
Mohon perhatikan firman Allah berikut ini:
Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). (QS. 48:18)
Serta harta rampasan yang banyak yang dapat mereka ambil. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. 48:19)
Ayat di atas membahas para sahabat yang bersama Nabi dalam peristiwa baiat di hudaibiyah, jumlah mereka sekitar 1500 orang. Allah telah ridha pada mereka padahal mereka masih hidup di dunia. (ingat Abu Bakar dan Umar termasuk mereka yang berbaiat) Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka, Mereka para sahabat yang dianggap “gembel” oleh raja persia, dan akhirnya kerajaan persia dikubur oleh para sahabat untuk selamanya, ternyata diridhai oleh Rabb mereka.
Justru dg ketidaktahuan kita, seharusnya kita tidak melemparkan ayat munafikun dan fasikun begitu saja ke mereka…
Wallahu A’lam
Peace…
-
@asep
Salam
Antum wrote:
Diantaranya terkena ayat munafikun, kafirun, musyrikin, fasikun. Itu kata Al Qur’an, bukan menurut sy. Apabila ada orang mengabaikan Al Qur’an dan Hadist tinggal memilih aja terkena ayat yg mana?
Saya jawab:
Iya itu memang menurut Al-Qur’an, tetapi interpretasinya menurut anda… mohon dibaca lagi dech Al-Qur’annya tetapi jgn lupa baca ayat yg lain juga ya…
Antum wrote:
krn perkembangan Islam waktu itu masih sangatlah muda, sehingga Imam Ali As berdiam diri, sedangkan pergerakan umat sdh terlanjur memilih khalifah Abubakar Ra, jadi Imam Ali As berdiam diri karena untuk menjaga ukhuwah Islam, jangan sampai terjadi perpecahan yg menjadikan Islam menjadi lemah kembali, sementara dilingkungan sekitarnya banyak pihak yg siap meruntuhkan Islam : Yahudi, Nasrani, kaum munafikin, musyrikin dll.
Saya jawab:
Anda dapat darimana keterangan tsb? Bisa dinukilkan ga? Atau itu menurut anda saja? Kalaupun memang demikian mengapa di masa pemerintahan Umar dan selanjutnya Utsman beliau juga tetap bersikap demikian? Mengapa antum ga mengikuti saja apa yang telah ditauladani oleh Imam Ali untuk menjaga persatuan umat?
Wasalam
Beliaulah ksatria terkutuk !!!…….tapi hatinya manis loooo (sori saya sok tau ya). Mas sp keep on extreme mas, sile ja’
Jangan naif ahh..:), emang semua org yg bikin web site or blog punya tujuan yg sama dg SP?. Kan tdk sedikit yg tujuannya utk menyebarkan doktrin, apa yg diharapkan dr penyebaran doktrin?. Kalau cm berbeda pemikiran tp punya tujuan yg sama utk menemukan kebenaran tentu suatu saat akan ketemu di satu titik.
Peace..peace..
Inti-nya kalo analisa saya sih, Money Talks..dari dulu Money Talks..jangankan anak-nya Sahabat, orang anak sendiri aja atau saudara kandung sendiri aja bisa ribut gara2 duit (walaupun saya ngga muna..duit itu penting )..
fatimah azzahra as meminta tanah fadak itu mrpkn hak beliau..knpa abu bakar tdk memenuhi prmntaan fatimah azzahra as?karna jika fatimah brhsl mndptkan hakx,maka stlh itu fatimah akan dgn mudah menuntut hak suamix kepada abu bakar untk mengembalikan kepemimpinan umat kepada amirul mukminin sejati,yaitu imam ali bin abi thalib as..tetapi kenyataan pahitlah yg ditrima fatimah azzahra as..itulah duka trbsr fatimah hingga akhr hayatx..bukankah fatimah adalah penghulu wanita surga?abu bakar tw itu,tp koq fatimah te2p disakiti dgn tdk mmbri fadak kepada beliau y?dan juga pd saat prstiwa idul ghadir yaitu pengangkatan imam ali as sbg pengganti rasulullah saw,smua shbt rasul hadir,tak trkecuali abu bakar dan umar..bukankah rasul brsbda bhwa ali adalah dariku,dan aku dr ali,siapa yg menyakiti ali brarti tlh menyakitiku?skrg imam ali as yg disakiti oleh abu bakar dan umar,dgn merampas hak imam ali as tsb..rasulullah saw pun menjelang ajalx disakiti oleh umar..ketika itu rasul meminta kertas dan pena,tetapi umar melarangx dan umar blg rasul sedang mengigau..apa itu adab yg baik trhdp ahlulbait?sy sndr brpkr,jika ada org menjelang ajalx,apa blh melarang org itu menitipkan wasiat?saya malu sekali jika hrs berbuat demikian..
@mba hilda
udah dpt buku dua pusaka nabi saw?
kok di hakekat.com saya ga bisa kasih komentar kayak gini ya? biar enak diskusinya gitu. hehehe
Ya iyalah,… Hakekat.com(BERAN) *maaf keterusan nulisnya,,,,* ga akan kasih ruang buat komentar. itu kan salah satu ciri2 kelompok PENAKUT, TUKANG FITNAH, dan PEMBENCI AHLUL BAIT.
Semoga makin banyak saudara-saudara kita yang sadar, dan bisa berfikir mana yang terpercaya dan mana yang cuma situs PEMBOHONG !!!.
@ SP,
Jangan pernah bosen ngebantai Hakekat.com yah. saya ngedoain biar mas selalu sehat, butuh suplemen tambahan kah ??
memang Syiahphobia tetap pada KETAKUTANnya. KETAKUTAN dari peristiwa Karbala,
KETAKUTAN hingga mengarang riwayat yang lebih mirip dongeng untuk menutupi kebenaran, KETAKUTAN terbebas dari Doktrin,
KETAKUTAN tidak bijaksana hingga selalu menilai semuanya baik, tapi malah cenderung menuduh yang benar itu Extreme !!!
Hingga KETAKUTAN ngasih ruang komentar bagi blogsnya..
Perbedaan pendapat diantara orang-orang terdekat Rasulullah Shalallahu ‘Alihi Wasallam baik di kalangan sahabat maupun ahlul baitnya adalah hal yang wajar, hanya dalam perkara ijtihad, tidak sampai mereka saling benci dan bermusuhan seperti yang antum dan pengikut syi’ah gambarkan… buktinya adalah sangat nyata, kalau antum perhatikan anak-anak keturunan mereka, baik dari Pihak Ali + Fathimah ra dan Abu Bakar ra, keturunan mereka tetap saling menjalin hubungan yang baik bahkan sampai tahap menikahkan anak-anak mereka…
Ana yakin antum semua tahu siapakah Imam Ja’far Ash Shadiq, siapakah ibu beliau? Ibu beliau adalah Farwah bintu Qasim bin Muhammad bin Abubakar Ash-Shiddiq. Sedangkan ibu dari Farwah adalah Asma bintu Abdurrahman bin Abubakar Ash-Shiddiq. Oleh karena itu, beliau (Al-Imam Ja’far Ash-Shodiq) pernah berkata, “Abubakar (Ash-Shiddiq) telah melahirkanku dua kali.” Mengapa imam Ja’far menyebut nama Abu Bakar, dan tidak menyebut Muhammad bin Abu Bakar? Memang, beliau terang-terangan menyebut nama Abu Bakar karena sebagian orang Syiah mengingkari keutamaan beliau. Sedang putra beliau Muhammad bin Abu Bakar, Syiah sepakat atas keutamaannya. Sekarang bagaimana menurut Antum, dengan siapa seorang Imam syiah berbangga? Beliau berbangga dengan seorang yang dituduh sebagai perampas Tanah Fadak milik leluhur beliau??? Bukalah mata kalian wahai saudaraku… apakah ini ahistories??? Kalau antum tidak percaya dengan kitab-kitab Ahlussunnah silahkan antum buka sendiri di kitab-kitab rujukan Syiah seperti “‘Umdatu ath-Thaalibiin”; hal. 95; edisi Dahran. Juga “Al Kaafi”; juz 1; hal. 472.
Suatu hal yang nyata bahwa sepeninggal para Khulafa’ur Rasyidin, keluarga dan anak-anak keturunan mereka tetap menjalin hubungan baik, bahkan menjalin ikatan yang kuat diantara mereka yaitu berupa pernikahan, sehingga fakta mengatakan bahwa Imam Ja’far Ash Shadiq dan keturunannya disamping adalah keturunan dari Ali bin abi Thalib ra dari pihak ayah, juga sekaligus keturunan Abu Bakar ra dari pihak ibu… pertanyaannya adalah jika memang antara Abu Bakar ra dan Fathimah ra terjadi perselisihan (yang gambarannya di besar-besarkan oleh Syi’ah), mengapa keturunan mereka tetap melanjutkan hubungan baik? bahkan sampai ke jenjang pernikahan??…
maka kesimpulannya adalah bahwa :
1. Perselisihan diantara para shahabat itu adalah dalam perkara ijtihad dan tidak sampai kepada rasa saling benci dan permusuhan diantara mereka sebagaimana yang digambarkan oleh syi’ah…renungkanlah…
2. Sebagian Imam yang 12 adalah juga tidak lepas dari darah keturunan Abu Bakar ra…
Apakah antum akan menyelisihi Imam antum sendiri dalam menyikapi Abu Bakar Ash Shidiq ra?
Wallahu A’lam
Peace…
Wassalamu’alaikum
Sebagaimana Rasulullah yg diutus hanya memberi peringatan dan membawa berita gembira, maka ahlul bayt pun tidak berani melebihi yang menjadi kewajiban mereka. Sekali lagi janga berfikir dg akhlak kita yg masih dangkal. Kita berasumsi jika hak kita direbut maka kita tidak peduli dg kepentingan2 lain maka kita akan memperjuangkan dengan cara apapun.
Saudara2 ku, jika ahlul bayt menyuarakan hak2 mereka, maka itu bukanlah hadir dari amarah dan keinginan untuk berkuasa. Allah dan Rasul menunjuka mereka sebagai penerus/emimpin setelah Rasul bukanlah dg tujuan sekedar memberi kekuasaan kepada mereka. Allah dan Rasul menentukan mereka sebagai pemimpin setelah Rasul adalah dg tujuan untuk kepentingan kita semua. Agar kita umat islam selamat. Sehingga sudahlah jelas ahlul bayt menyuarakan hak2 mereka dengan berat hati agar umat ini patuh/taat kepada Allah & Rasul sehingga selamat dunia akhirat.
Dan ketika umat islam krn kedengkiannya memilih untuk ingkar, maka tidak banyak yang ahlul bayt lakukan kecuali mendo’akan kita semua agar mendapat petunjuk dan hidayah.
Semoga bisa menjadi pertimbangan dalam mengenali pribadi ahlul bayt, sehingga tidak terjebak dalam cara pikir yg salah.
Wassalam
salam al-Mubaraq
@ Bims
“Apakah antum akan menyelisihi Imam antum sendiri dalam menyikapi Abu Bakar Ash Shidiq ra?”
Baca al Kafi semua dan Bihar juga mas (semua)
(males ngukang2 di blog)
Cuma saran..
PEACE
Wassalam
Yg diatas mksdnya “males ngulang2 diblog”
PEACE
@Bagir,
Menurut pendapat ana, lahirnya Imam Ja’far Ash Shadiq dari keturunan Ali dan Abu Bakar Ra adalah bukti yang paling otentik yang pernah ada bahwa diantara keluarga mereka (Ali dan Abu Bakar ra) sudah tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal…
kalaupun ada perselisihan diantara mereka sebelumnya, maka itu sudah diselesaikan secara baik dan “case closed” sehingga kita sebagai pengikut ahlul bait yang terpisahkan dengan mereka lebih dari 1000 tahun tidak perlu lagi mengungkit-ungkit lagi….sebagaimana anak keturunan mereka saling menjalin hubungan dengan erat… apakah mungkin semisal Imam Ja’far akan menghujat kakek beliau sendiri?… renungkanlah wahai saudaraku…
seandainya ada tulisan2 ulama yang menulis mengenai sikap ahlul bait yang berlawanan dengan bukti otentik tersebut, maka itulah yang patut dipertanyakan…
Wallahu A’lam
Peace…
Wassalamu’alaikum
@ bims
Sesuai yg antum bilang :
“Menurut pendapat ana, lahirnya Imam Ja’far Ash Shadiq dari keturunan Ali dan Abu Bakar Ra adalah bukti yang paling otentik yang pernah ada bahwa diantara keluarga mereka (Ali dan Abu Bakar ra) sudah tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal…”
ana jawab :
Ya namanya juga PENDAPAT antum, ya ga pa2..
“kalaupun ada perselisihan diantara mereka sebelumnya, maka itu sudah diselesaikan secara baik dan “case closed” sehingga kita sebagai pengikut ahlul bait yang terpisahkan dengan mereka lebih dari 1000 tahun tidak perlu lagi mengungkit-ungkit lagi…”
Ana jawab :
Yang ana tau dan ana baca sendiri juga, ucapan antum : “maka itu sudah diselesaikan secara baik dan “case closed” ….ana belum dapat buktinya telah diselesaikan dg baik…btw, antum sendiri jg mungkin tau masalah2 apa sih..
terus :
“apakah mungkin semisal Imam Ja’far akan menghujat kakek beliau sendiri?… renungkanlah wahai saudaraku…”
terima kasih akhi..saya merenung dan saya ingat ucapan terakhir SAYYIDATUNISA’IL-ALAMIN FATHIMAH AZ ZAHRA as (yang keridhaannya adalah keridhaan Rasul saww dan murkanya adalah murka Rasul saww) yang tercatat dikitab2 sunni maupun syi’i…(mungkin antum jg uda tau ko apa yg diucap Fathimah as)
Maaf mas sudah banyak dibahas hal diatas di sini..sekali lagi ana males ngulang2..tp terima kasih mengingatkan ana untuk merenung..ana jadi ingat ucapan Sayyidah Fathimah as..sukron..!
Wassalam
yang jelas Syiah dan Suni ditempat ana ga ribet, yang bikin ribet yg ga tau apa2 dan wahabi2 yg suka nyebar benih kebencian tapi dari belakang, ga pernah berani didepan lgsng, dan ga ada taqiyah ditempat ana (maaf bilang ini, krn orang yg asal ngom sll bilang syiah bisa berbaur karena taqiyah yg oleh sebagian orang taqiyah disamakan dg kemunafikan)
beda adl wajar asal ada bukti.
@bagir,
bagir wrote:
Yang ana tau dan ana baca sendiri juga, ucapan antum : “maka itu sudah diselesaikan secara baik dan “case closed” ….ana belum dapat buktinya telah diselesaikan dg baik…btw, antum sendiri jg mungkin tau masalah2 apa sih..
Bukti bahwa “case closed” adalah adanya Imam Ja’far di dunia ini yang terlahir dari dua keturunan Sahabat utama Nabi… pernikahan antara Imam Muhammad Al Baqir dan Ummu Farwah… nasab adalah bukti yang otentik ya akhi… orang mau bilang apa saja tentang 2 keluarga tersebut… pada kenyataannya akhirnya mereka bersatu dalam suatu mahligai pernikahan yang mulia dan melahirkan keturunan imam-imam berikutnya yang mulia…
Marilah berfikir jernih ya akhi… ana yakin antum juga punya keluarga, jika sekarang ini antum belum berkeluarga dan akan dinikahkan dengan anak keturunan keluarga yang bermusuh bebuyutan dengan keluarga antum… pasti orang tua antum akan berfikir 1000 kali ya ga… tetapi jika sebaliknya maka pernikahan itu akan berjalan dengan penuh cinta kasih antara sesama keluarga…
Mengenai kasus tanah fadak yang tertera di shahih bukhari, ana pun tidak mengingkarinya… tetapi yang menjadi masalah adalah interpretasi kita mengenai kasus tersebut… marah dalam bentuk apakah yang dilakukan oleh sayyidah Fatimah? karena Rasul pun pernah marah, Sahabat pun pernah marah, ada saatnya kan kemarahan seseorang akan redam? apalagi untuk seorang Fatimah Az Zahra…apalagi jika antum membaca Hakekat.com dan literatur2 yang lain, ternyata ada banyak interpretasi mengenai hadits ini… dan bahkan sebagaimana yang dikutip oleh yang mulia pemilik blog ini bahwa akhirnya walaupun sedikit ada saling berargumentasi antara Ali dan Abu Bakar… “case closed” nya ada pada baiat Ali ra kepada Abu Bakar ra dan dukungan beliau selama pemerintahan Abu Bakar Ash Shiddiq.
Tetapi sekali lagi pendapat ana… bukti yang paling otentik persatuan dua keluarga sahabat tersebut saat ini adalah nasab Imam Ja’far Ash Shadiq yang sampai kepada Abu bakar Ash Shiddiq ra… yang hal tersebut sepakat antara syi’ah dan sunni.
Justru dengan “positive tinking” yang kita kembangkan terhadap para pendahulu umat inilah yang akan membuat kita bersatu dan ga ribet diantara kita…
Wallahu A’lam
Peace…
Wassalamu’alaikum
@ Bims..
” nasab adalah bukti yang otentik ya akhi… orang mau “bilang apa saja tentang 2 keluarga tersebut… …….”
Mas, antum coba cari tau siapa Muhammad bin Abu Bakar dan bgmna dia bersikap terhadap ayahnya..penentangan2nya atas kekhalifahannya, jadi antum jgn asal ngom ” Nasab adalah bukti otentik”…
Contoh yang gampang ajah mas…Umar bin Abdul Aziz (dari dinasti Umayyah) nasab nya kacau, tp satu2nya yang bersikap adil teradap Ahlul Bait cm dia..! Tapi apakah itu berarti semua BANI Umayyah baik ke Ahlul Bait dan sebaliknya ..? jwbnya TIDAK .
Terus antum bilang :
“Mengenai kasus tanah fadak yang tertera di shahih bukhari, ana pun tidak mengingkarinya… tetapi yang menjadi masalah adalah interpretasi kita mengenai kasus tersebut… marah dalam bentuk apakah yang dilakukan oleh sayyidah Fatimah?
ana jawab :
Makanya antum cari tau dl sampai tuntas..dan kenapa juga Fathimah as marah karena “sebuah” Fadak…sepenting apakah itu..?
Terus ucapan antum :
“apalagi jika antum membaca Hakekat.com dan literatur2 yang lain, ternyata ada banyak interpretasi mengenai hadits ini… dan bahkan sebagaimana yang dikutip oleh yang mulia pemilik blog ini bahwa akhirnya walaupun sedikit ada saling berargumentasi antara Ali dan Abu Bakar… “case closed” nya ada pada baiat Ali ra kepada Abu Bakar ra dan dukungan beliau selama pemerintahan Abu Bakar Ash Shiddiq.”
saya jawab :
Waduh mas…ana baru tau ternyata ente sebagian (mgkin ambil / cari) di Hakekat.com…antum tanya ajah sama semua bloger disini bgmn Hakekat.com…ana bilang “KUNO MAS”… dan semuanya cuma mbulet ga karu2an.
Antum kasi saran ana cari literatur (sy hargai bgt mas) dan ga ada slhnya ana jg ksi saran : baca Al KAfi (jgn nukil mas, pa lagi dari HAKEKAT…) baca Bihar Al Anwar, atau Al Amali, atau antum cari lgsung aja dr sumbernya…oke
Antum bilang :
“Tetapi sekali lagi pendapat ana… bukti yang paling otentik persatuan dua keluarga sahabat tersebut saat ini adalah nasab Imam Ja’far Ash Shadiq yang sampai kepada Abu bakar Ash Shiddiq ra… yang hal tersebut sepakat antara syi’ah dan sunni.”
Ana jawab :
Ana sdh bilang, pendapat antum, ya ga pa2..khan pendapat..iya khan..No Problemo buat ana . Hehe..
Masalh “bukti otentik” krn Nasab…udah ana jawab diatas…sekali lagi antum cari tau Sejarah Muhammad bin Abubakar..dan bgmn dia sebagai SYIAH ALI..!
ada pertanyaan : “APAKAH KESALAHAN ORANG TUA JUGA KESALAHAN ANAK..?”
Atau : ”
APAKAH KEADILAN ANAK JUGA KEADILAN ORANG TUANYA (atau sebaliknya)..??”
(itu cm contoh, ga perlu dijawab…heheheh)
Wassalam
Nasab tidak menjadi bukti otentik yag Mas bilang. Perbuatan seseorang tidak lantas itu mejadi kesalahan bagi keluarganya. hanya mereka yang berpikiran sederhana yang ikut-ikutan membawa keluarganya dalam perselisihan.
Banyak sekali contohnya dimulai dari Qabil putra Nabi Adam AS, Istri Nabi Luth, Putra Nabi Nuh AS, Ayahnya Nabi Ibrhim AS dan apa anda tahu kalau ada putri Nabi Muhammaad SAW yang pernah menjadi istri orang kafir, dll
Apa yang dilakukan Abu Bakar RA, itu tidak menjadi tanggung jawab anaknya, cucunya atau keturunannya karena yang namanya dosa atau kesalahan itu tidak diwariskan. Lagipula Ahlul Bait adalah manusia mulia yang bisa membedakan siapa yang sebenarnya salah dan siapa yang benar. Jadi Imam Ja’far sebagai keturunan Abu Bakar bukanlah bukti bahwa Abu bakar selalu benar. Dan perlu diingatkan baik-baik Mas kita tidak bicara soal benci-membenci tapi soal bersikap tentang kebenaran. Semoga anda bisa mengerti itu.
@ bims
antum bilang :
“Marilah berfikir jernih ya akhi… ana yakin antum juga punya keluarga, jika sekarang ini antum belum berkeluarga dan akan dinikahkan dengan anak keturunan keluarga yang bermusuh bebuyutan dengan keluarga antum… pasti orang tua antum akan berfikir 1000 kali ya ga… tetapi jika sebaliknya maka pernikahan itu akan berjalan dengan penuh cinta kasih antara sesama keluarga…”
ana jawab :
gmn ya..ko muter mas..? heheh… Ngapain juga keluarga ana harus mikir 1000 x sdgkan dia mau menikahkan ana dg anak keturunan musuh buyut ana..??? nah loh.. ya dari pada repot mikir ya ga usah ada niat nikahkan aja…heheheh
lagian antum jangan spt “Pesulap” lah, pake ngeramal pikiran ortu ana…heheheh…kidding mas…
dan lagi anda salah besar.. klrga ana ga mikir spt itu mas.
” Inna akromakum indallahi atqokum”
sekali lagi mas…kesalahan bapak belum tentu kesalahan anak, dosa bapak belum tentu dosa anak, cucu, cicit, dst
jadi ga ada urusan bapaknya bandit anaknya soleh atau solehah…pribadi yg dilihat….klo memang ternyata anak yg harus dinikahi adalah ank Solehah knp di tolak..??
Syukron atas komen2 dr antum sekalian
@bagir, J Algar, fatamorgana
sebenarnya point yang ingin ana sampaikan adalah bahwa anak keturunan Ali maupun Abu Bakar sudah melebur jadi satu, sehingga dengan peleburan itu maka segala permasalahan yang mengganjal tentunya sudah terselesaikan diantara mereka… hal ini bisa dilihat di beberapa riwayat yang menunjukkan pembelaan Imam Ja’far terhadap kakeknya Abu Bakar terhadap celaan orang kepadanya…
Pertanyaannya mengapa kita yang terpisahkan lebih dari 1000 tahun dengan para pelaku sejarah tersebut mengungkitnya lagi… sedangkan seperti permasalahan fadak tersebut sebenarnya sudah sangat jelas… hanya perbedaan ijtihad… Fatimah az-Zahrah r.a merasa berhak atas hak tanah fadak yang diberikan oleh Rasul, sedangkan Khalifah Abu Bakar tidak mau melanggar apa yang sudah ditetapkan oleh Rasul sebelumnya yang telah diketahuinya secara pasti bahwa Beliau Saw tidak meninggalkan harta apapun kecuali untuk diserahkan kepada umatnya….(sehingga masalah benar atau salah diantara keduanya masih bisa dilihat dari berbagai sisi bukan hanya satu sisi saja) dan hal itupun juga terekam dalam shahih bukhari… dan endingnya pun juga terekam… sedangkan kita saat ini jadi saksi pun tidak… mengapa kita yang saat kejadian tsb tidak hadir, dengan pedenya ikut menjadi hakim diantara mereka (dengan segala interpretasi kita) …seberapa kapasitas kita dibandingkan mereka (orang-orang yang dipilih oleh Allah dekat dengan rasul-Nya) yang dampaknya adalah negative thinking tanpa ilmu terhadap salah satu diantara mereka (ini nyata… anda lihat komen2 mengenai Abu Bakar) parahnya lagi sebagian dari kita memasukkannya dalam keyakinan sehingga langsung memvonis bahwa yang ini benar, yang itu salah dan telah melakukan DOSA???…bahkan mengembangkannya lagi masalah tersebut ke conspiracy theory …
Sekali lagi, peristiwa yang terjadi antara Khalifah Abu Bakar dengan Fatimah r.a, beberapa waktu sesudah wafatnya Rasul tidak bisa kita tinjau dari satu sisi dan mengabaikan sisi yang lainnya, kita semua tahu siapa Fatimah az-Zahrah ra, menyakitinya sama halnya dengan menyakiti pribadi Muhammad Saw, duka Fatimah adalah duka Rasulullah. Beliau termasuk salah satu dari wanita-wanita mulia yang disebutkan oleh Nabi Saw berada dalam keanggunan syurga.
Tapi kita juga tahu siapa Khalifah Abu Bakar, dia termasuk generasi awal yang menegakkan Islam bersama-sama dengan Nabi Muhammad Saw, merasakan pahit getirnya perjalanan Islam, berdua melakukan perjalanan dimalam Hijrah bersama sang Nabi, keluar dari kepungan para musuh yang berusaha membunuh mereka sampai digua Tsur. Satu-satunya pemimpin sholat seluruh sahabat yang ditunjuk langsung oleh Nabi disaat-saat menjelang wafatnya.
Ingatlah.. selain Rasul, semua manusia adalah tidak ma’sum termasuk keluarga dan sahabat beliau…
Mengapa kita tidak coba rubah mindset kita untuk berkhusnudzon (positive thinking) saja berdasar bukti yang ada bahwa mereka telah menyelesaikan masalah yang terjadi lebih dari 1000 tahun yang lalu dengan baik dan saling penuh pengertian?, jika seandainya kita salah dalam hal ini, kita telah berkhusnudzon dan ana kira lebih selamat… tetapi sebaliknya jika menghujat salah satu diantara keduanya dan ternyata salah… maka kita akan dimintai pertanggungjawaban di “sana” kelak. Terserah silahkan pilih yang mana…
Wallahu A’lam
Peace…
Wassalamu’alaikum
kalau kawan-kawan semua jeli, terdapat landasan berpikir yang saling bertolak belakang antara secondprince dengan bims.
Jika kedua landasan berpikir ini tidak dipertemukan terlebih dahulu untuk diverifikasi kebenarannya, maka selamanya diskusi ini ndak akan pernah ada ujung yang menggembirakan, yaitu terkuaknya kebenaran.
Jadi inget ma tulisannya ustadz muhsin labib tentang Logika Mayor dan Logika Minor. Kita pakai Logika Mayor saja.
http://muhsinlabib.wordpress.com/2008/02/01/jeruk/
@ Bims
“seberapa kapasitas kita dibandingkan mereka (orang-orang yang dipilih oleh Allah dekat dengan rasul-Nya) yang dampaknya adalah negative thinking tanpa ilmu terhadap salah satu diantara mereka (ini nyata… anda lihat komen2 mengenai Abu Bakar) parahnya lagi sebagian dari kita memasukkannya dalam keyakinan sehingga langsung memvonis bahwa yang ini benar, yang itu salah dan telah melakukan DOSA???
——–sampai : ” ingatlah.. selain Rasul, semua manusia adalah tidak ma’sum termasuk keluarga dan sahabat beliau…”
—–…………………………………
Maaf mas, saya bukan orang alim, tapi saya sarankan antum untuk mencari tau dari kitab2 kami (jgn cuma nukil)…dan justru kami berpositive thinking..klo kami ga berpositiv thinking akhirnya malah keblinger dg sejarah2 palsu…maaf biukan sok tau..tapi benran ana sarankan antum belajr lagi ttg syiah dan sunni, n kalo mau jg pelajari wahabi, antum bahkan tau semua…masa masalah maksum aja hrs diulang2..wah otak bisa cupet kalo cuma muter disitu mas..semua udh sering dibahas..ok
maaf, bukan sok menggurui..
tambahan..ttg pernytaan Imam Ja’far, saya sdh bilang baca Al KAfi dan Biahr mas, jgnn cuma nukil2, cr jg di Al Amali, atau apalah..
Afwan
wassalam
salam
saya mau komentar
bahwa ketika terjadi perselisihan antara sayidah fatimah as dgn khalifah abu bakar ttg fadak,fatimah as memperlihatkan kepada khalifah abu bakar dokumen yang ditulis lgsng oleh rasulullah saw,bhwa didlm dokumen itu,fadak adalah hak untk fatimah as dan kedua pemuda surga,imam hasan as dan imam husain as..
ketika khaibar tlh ditaklukkan,rasul bersabda kpd imam ali :wahai ali,bangkit dan bawa panji ini! kemudian imam ali mmbw panji itu ke fadak,dan dgn org2 fadak,ia membuat prjanjian bahwa ia akan menjamin kslmtn mereka sbg ganti dari kebun2 mereka.dgn dmkian,kebun fadak menjadi khusus milik rasul saw. jibril kemudian mndatangi nabi dan berkata: Allah memerintahkanmu untk memberikan keluarga dekatmu hak-hak mereka. nabi bertanya, wahai jibril,siapakah keluarga dekatku dan apa hak mereka? jibril mnjwb, fatimah; oleh karna itu,beri ia kebun2 fadak dan segala isinya yg merupakan kepunyaan Allah dan rasulNya. rasul kemudian memanggil fatimah dan nabi menulis sebuah dokumen untk tujuan itu,yang fatimah bawa kepada khalifah Abu Bakar stlh wafatnya nabi..
ketika imam mahdi afs muncul stlh lama gaib,imam mahdi afs akan mengambil alih fadak sepenuhnya dr kerajaan saud..
salam
Nah…mas Arif nongol..ana lupa mau tanya email antum…klo blh tau kasi ke ana yach…sp tau klo ada wktu ke jogja ana mampir..Thx yach
Wassalam
@Ressay
Thx infonya…
@Bagir, Arif
Terima kasih saran antum untuk mempelajari kitab-kitab syi’ah seperti Al-Kafi, Biharul Anwar dll…
mas Bagir saya cukup lama mengamati dialog antara sunni dan syi’ah dengan segala argumentasi mereka yang sebenarnya adalah lagu lama… yang diperdebatkan ya itu-itu saja… tetapi ada beberapa perubahan akhir-akhir ini, contoh biasanya sunni menyerang keyakinan syi’ah mengenai keaslian Al-Qur’an dengan menggunakan kitab2 syiah sendiri (Sunni tidak ada yang percaya kitab syi’ah) spt Al-Kafi, Bihar dll, tetapi saat ini sebagian syi’ah utk membantah hal ini mengatakan bahwa Syi’ah mengakui keaslian Al-Qur’an yang ada sekarang ini dan mengatakan bahwa menurut ulama syi’ah sendiri kitab Al-Kafi tidak semuanya shahih isinya, bahkan ada yang mengatakan bahwa di syi’ah tidak ada kitab yang dianggap shahih selain Al-Qur’an berbeda dengan sunni yang menganggap bukhari – muslim adalah kitab shahih selain Al-Qur’an. ana tidak tahu apakah perkataan tersebut mewakili keseluruhan syi’ah atau tidak, ataukah hanya taqiyah saja.. dan biasanya syiah menyerang balik dengan menggunakan hadits2 sunni (yang tidak populer) mengenai tahrif Al-Qur’an (walaupun sebenarnya ternyata sebagian yang dinukil hanyalah perbedaan qira’ah belaka).
Syi’ah pun tidak percaya terhadap hadits-hadits sunni, tetapi mereka biasa mengambil hadits-hadits sunni yang berkecocokan dengan paham mereka untuk menyerang sunni seperti : hadits tsaqolain, hadits wilayah, hadits fadak dll sedangkan yang lain mereka tidak akan percaya… tetapi bedanya, jika memang hadits yang dibawakan oleh syi’ah tsb adalah terbukti shahih, mereka (sunni) tidak akan mengatakan bahwa hadits tersebut dhaif atau palsu dan jika yang diambil dari shahih bukhari atau muslim, hal tsb tidak mengurangi kedudukan shahih bukhari atau muslim di mata sunni… paling-paling sunni akan membantah syiah mengenai interpretasi hadits tersebut berdasarkan hadits-hadits yang lain. (mungkin pemilik blog ini lebih tahu banyak tentang masalah hadits)
Nah ana tidak tahu bagaimana keyakinan antum.. akhi Bagir dan Arif mengenai kitab Al-Kafi, Bihar, Amali dll…, kalau anda mengikuti pendapat sebagian ulama syi’ah bahwa kitab semisal Al-Kafi adalah berisi riwayat2 yang tidak shahih, bagaimana cara antum membangun keyakinan antum berdasarkan kitab tersebut dan kemudian menganggap bahwa sejarah telah dipalsukan?
Semua hal di atas adalah kontroversi antar dua kelompok dari sejak zaman baheula dan menurut mas Ressay adalah logika-logika minor saja (maaf jika ana salah mengartikannya ya mas)
Lepas dari kontroversi tersebut, yang ana sampaikan di atas mengenai silsilah Imam Ja’far adalah hal yang telah masyhur dan disepakati oleh sunni maupun syi’ah…mengapa ini yang tidak dijadikan landasan untuk menilai hubungan antara ahlul bait dan sahabat yang sebenarnya?
Kemudian ada juga riwayat mengenai pernikahan Umar bin Khattab ra dengan Ummu Kultsum binti Ali bin Abi Thalib ra dan melahirkan anak yang bernama Zaid dan Ruqayyah, yang ternyata riwayat tersebut tercatat juga di kitab rujukan syi’ah, Nah, apakah mungkin seandainya memang Imam Ali ra dan keluarga bermusuhan dengan Umar ra, dia akan merelakan putrinya dinikahi oleh Umar ra?? Mengapa fakta-fakta sejarah seperti ini yang tidak kita jadikan landasan dalam menilai hubungan antara ahlul bait dan sahabat yang sebenarnya pada waktu itu?
Wallahu A’lam
Peace…
Wassalamu’alaikum
waSalam
salam
imel ana daox_marixo@yahoo.com..kynya ana yg prl bljr bnyk ahlulbait dr antum..btw kmntr antum ttg achmad aljufri ditopik lain diblog 2ndprince keras jg..karna memang setahu ana yg marganya aljufri y pengikut ahlulbait..ana kenal n tahu ahlulbait jg dr teman yg marganya aljufri..afwan, ana skrg udah g diyk,sudah blk ke cirebon..
salam
sbnrnya bnyk yg bwt sy ykn ahlulbait..bbrp keyakinan saya didasarkan pada 1.sabda rasul saw:siapa yg menyakiti ali berarti menyakitiku,sabda yg sama jg ditujukan rasul saw untk fatimah,hasan n husein..pernah bbrp wkt saad bin abi waqqosh mencela imam ali,kemudian mndngr sabda rasul diatas,stlh kjdian itu saad tdk prnh mencela imam ali.. 2. ali pintu kota ilmu 3.pengangkatan ali di ghadir khum 4.karbala,syhdnya imam husein yg dibantai tentara yazid bin muawiyah laknatulah alaih 5.surat 33:33 6.dialog antara rabi yahudi dgn abu bakar,tp syngnya abu bakar g mampu jwb prtnyan rabi tsb,yahudi ini blg klo prtnyan tsb hny bs dijwb oleh washi (pemegang wasiat) rasul saw. untk menyelamatkan islam dr bahaya yahudi ini,kemudian salman al farisi memanggil imam ali untk menjawabnya,dan prtnyan yahudi td bs djwb smua oleh imam ali,dr prmslhn ini,yahudi b ilang kepada imam ali:”sesungguhnya anda benar2 washi rasul saw” n mengakui bahwa imam ali adalah benar2 washi rasul saw,n akhrnya yahudi ini menjadi seorang muslim 7.plat kapal nabi nuh as,dlm doa nabi nuh as di plat tsb untk kslmtn kapalnya,beliau bertawassul kepada rasul saw,imam ali as,sydh fatimah as,imam hasan as n imam husein as..n plat itu tersimpan di sebuah museum di rusia,klo sy pny ksmptn,sy akan kunjungi museum itu untk melihat doa nabi nuh as di plat tsb 8.perang siffin,dimana imam ali ada dlm kbnrn,muawiyah dlm kesesatan n msh bnyk lg..
salam
ttg buku2 yg anda sebut diatas,sy blm prnh lht buku tsb,tp mgkn sy dpt sebagian isi buku tsb dr bbrp artikel di internet..mgkn trmsk dr blog ini..buku2 n kitab dr ahlulbait senantiasa dibakar n dimusnahkan oleh kerajaan bani umayyah n bani abbasiyah,sejarah tlh mengungkapkan keburukan 2 dinasti ini..tnyt propaganda 2 dinasti ini hebat untk mereduksi keutamaan ahlulbait nabi saw..terutama yg brhbngn dgn ahlulbait nabi yg bermuara pd imam ali,dinasti ini tdk mau kerajaannya hancur karna keutamaan ahlulbait,sehingga mereka berani membunuh imam ali,meracuni imam hasan,membantai imam husain,meracuni imam ali bin husain,imam al baqir,imam ash shadiq,imam al kadzim,imam arridha,imam jawad,imam al hadi,imam al askari n trakhr kelak mereka jg akan meracuni imam mahdi..kesemua itu mereka lakukan untk menghilangkan jejak ahlulbait yg lurus..bagaimanapun jg cahaya kebenaran tak akan prnh redup..bagai awan yg menghalangi matahari,namun cahaya matahari te2p bs menembus awan tsb..
@ Bims
anda bilang :
“….dan biasanya syiah menyerang balik dengan menggunakan hadits2 sunni (yang tidak populer) mengenai tahrif Al-Qur’an (walaupun sebenarnya ternyata sebagian yang dinukil hanyalah perbedaan qira’ah belaka).”
——
Maaf mas mungkin ga populer buat antum, tapi ulama suni sendiri banyak yang mensahihkan…bukan maksud ga mau diskusi disini, sekali lagi hal tersebut LAGU LAMA.
Mau lebih jelas silahkan klik :
http://jakfari.wordpress.com/2008/05/01/tokoh-tokoh-ulama-ahlusunnah-yang-meyakini-terjadinya-tahrif-3/
—————-
Anda tulis :
“Syi’ah pun tidak percaya terhadap hadits-hadits sunni, tetapi mereka biasa mengambil hadits-hadits sunni yang berkecocokan dengan paham mereka untuk menyerang sunni seperti : hadits tsaqolain, hadits wilayah, hadits fadak dll sedangkan yang lain mereka tidak akan percaya… tetapi bedanya, jika memang hadits yang dibawakan oleh syi’ah tsb adalah terbukti shahih, mereka (sunni) tidak akan mengatakan bahwa hadits tersebut dhaif atau palsu dan jika yang diambil dari shahih bukhari atau muslim, hal tsb tidak mengurangi kedudukan shahih bukhari atau muslim di mata sunni… paling-paling sunni akan membantah syiah mengenai interpretasi hadits tersebut berdasarkan hadits-hadits yang lain. (mungkin pemilik blog ini lebih tahu banyak tentang masalah hadits)”
——
Tuduhan anda tidak berdasar sama sekali…
Mas, akal yang sehat akan menrima jika berdiskusi harus menggunakan dalil yang disetuji oleh kedua pihak .
Terus kenapa jika kami berargumen menggunakan Hadis Shahih dari kitabb sunni malah kadang disangkal..???
dan lucunya sebagian dari “oknum” sunni tidak mau menerima hadis yang diriwayatkan oleh Syiah (maksud ana dari kitab2 syiah, dan ana bilang sebagian oknum suni)…
Lebih2 wahabi yang bisa2nya mendaifkan sebagian hadis2 keutamaan Imam Ali..!
Anda tulis :
“Kemudian ada juga riwayat mengenai pernikahan Umar bin Khattab ra dengan Ummu Kultsum binti Ali bin Abi Thalib ra dan melahirkan anak yang bernama Zaid dan Ruqayyah, yang ternyata riwayat tersebut tercatat juga di kitab rujukan syi’ah, Nah, apakah mungkin seandainya memang Imam Ali ra dan keluarga bermusuhan dengan Umar ra, dia akan merelakan putrinya dinikahi oleh Umar ra?? Mengapa fakta-fakta sejarah seperti ini yang tidak kita jadikan landasan dalam menilai hubungan antara ahlul bait dan sahabat yang sebenarnya pada waktu itu?”
—–
Duh maaas, cuma wahabi yang brpgang dengan riwayat terebut… ! , kcuali memang anda mau sejalan dengan pikiraan mereka…ya monggo…INI JUGA LAGU LAMA MAS…LAMA BANGETSSS….
silahkn anda download filenya, semua jelas disitu, tggal baca : (lihat kiri atas, ad 2 file, file pdf dan zip, download dua2nya klo mau lbh jelas)
http://www.answering-ansar.org/answers/umme_kulthum/en/index.php
wassalam
Tambahan mas, antum bilang :
“…kalau anda mengikuti pendapat sebagian ulama syi’ah bahwa kitab semisal Al-Kafi adalah berisi riwayat2 yang tidak shahih..”
—-
Maaf mas, ga ada ulma syiah bilang Al KAfi BERISI riwayat2 dhaif..tetapi dibilang : TIDAK SEMUA RIWAYAT DALAM AL KAFI ADALAH SHAHIH…
dan cuma sunni yang mengkalim shahih bukhari adalah palng shahih setelah al Qur’an, dan semua riwayatnya shahih..! (ini sebagian sunni jg lhooo yg ngom gitu…).
@ Arif
Udah di cirebon toh, ana pikir antum asli Jogja..ya ga pa2lah..kpn2 Insya Allah bisa ketemu kalo ada waktu pas lewat cirebon..
Thx emailnya ya mas…
Wassalam