Posted on Juli 5, 2009 by secondprince
https://secondprince.wordpress.com/2009/07/05/kedudukan-hadis-“ali-khal
Kedudukan Hadis “Ali Khalifah Setelah Nabi SAW”
Imam Ali AS memiliki kemuliaan yang tinggi dalam Islam. Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa kedudukan Imam Ali AS di sisi Rasulullah SAW sama seperti kedudukan Nabi Harun AS di sisi Nabi Musa AS.
Seharusnya kita sebagai umat Islam menerima dengan baik keutamaan Imam
Ali AS dan mengecam sikap-sikap yang menurunkan atau meragukan keutamaan
Beliau. Berikut akan kami sajikan hadis keutamaan Imam Ali AS yang
mungkin memicu keraguan dari sebagian orang.
Al Hafiz Ibnu Abi Ashim Asy Syaibani dalam Kitabnya As Sunnah hal 519 hadis no 1188 telah meriwayatkan sebagai berikut
ثنا محمد بن المثنى حدثنا يحيى بن حماد عن
أبي عوانة عن يحيى ابن سليم أبي بلج عن عمرو بن ميمون عن ابن عباس قال قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم لعلي أنت مني بمنزلة هارون من موسى إلا أنك
لست نبيا إنه لا ينبغي أن أذهب إلا وأنت خليفتي في كل مؤمن من بعدي
Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Al Mutsanna yang berkata telah menceritakan kepada kami
Yahya bin Hamad dari Abi ‘Awanah dari Yahya bin Sulaim Abi Balj dari
‘Amr bin Maimun dari Ibnu Abbas yang berkata Rasulullah SAW bersabda
kepada Ali “KedudukanMu di sisiKu sama seperti kedudukan Harun di sisi
Musa hanya saja Engkau bukan seorang Nabi. Sesungguhnya tidak sepatutnya
Aku pergi kecuali Engkau sebagai KhalifahKu untuk setiap mukmin setelahKu.
.
.
Kedudukan Hadis
Syaikh Al Albani dalam kitabnya Zhilal Al Jannah Fi Takhrij As Sunnah hal 520 hadis no 1188 memberikan penilaian bahwa hadis ini sanadnya hasan, dimana Beliau menyatakan bahwa semua perawinya tsiqat. Hadis
ini telah diriwayatkan oleh para perawi Bukhari Muslim kecuali Abi Balj
yang dinilai shaduq sehingga Syaikh Al Albani menyatakan hadis tersebut
hasan. Setelah kami melakukan penelitian lebih lanjut maka kami temukan
bahwa hadis ini adalah hadis Shahih dan Yahya bin Sulaim Abi Balj adalah perawi tsiqat. Berikut analisis terhadap para perawinya.
.
.
Analisis Perawi Hadis
Muhammad bin Al Mutsanna
Muhammad bin Al Mutsanna Abu Musa Al Bashri adalah seorang Hafiz yang tsiqat.
Hadisnya telah dijadikan hujjah oleh Bukhari dan Muslim serta Ashabus
Sunan. Beliau telah dinyatakan tsiqat oleh banyak ulama diantaranya Ibnu
Ma’in, Ibnu Hibban, Daruquthni, Al Khatib dan Ibnu Hajar. Dalam At Tahdzib juz 9 no 698 disebutkan
قال عبد الله بن أحمد عن بن معين ثقة وقال أبو سعد الهروي سألت الذهلي عنه فقال حجة وقال صالح بن محمد صدوق اللهجة
Abdullah bin Ahmad berkata dari Ibnu
Ma’in “tsiqah” dan Abu Sa’ad Al Harawi bertanya kepada Adz Dzahili yang
berkata “hujjah” dan Shalih bin Muhammad berkata “shaduq hujjah”.
وقال أبو حاتم صالح الحديث صدوق
Abu Hatim berkata “ hadisnya baik, shaduq (jujur)”
Ibnu Syahin memasukkan Muhammad bin Al Mutsanna dalam kitabnya Tarikh Asma Ats Tsiqat no 1278. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat tsabit dalam Taqrib At Tahdzib 2/129. Adz Dzahabi dalam Al Kasyf no 5134 juga menyatakan Muhammad bin Al Mutsanna tsiqat.
.
.
Yahya bin Hamad
Yahya bin Hamad Al Bashri adalah seorang perawi tsiqat yang dijadikan hujjah oleh Bukhari, Muslim, Abu Daud dalam Nasikh Wa Mansukh, Trimidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah. Disebutkan dalam At Tahdzib juz 11 no 338
قال بن سعد كان ثقة كثير الحديث وقال أبو حاتم ثقة وذكره بن حبان في الثقات
Ibnu Sa’ad berkata “tsiqat dan
memiliki banyak hadis”. Abu Hatim berkata “tsiqat” dan disebutkan oleh
Ibnu Hibban dalam Ats Tsiqat.
Al Ajli dalam Ma’rifat Ats Tsiqat no 1971 menyatakan Yahya bin Hamad tsiqat. Ibnu Hajar dalam At Taqrib 2/300 menyatakan ia tsiqat. Adz Dzahabi dalam Al Kasyf no 6158 juga menyatakannya tsiqat.
.
.
Abu Awanah
Abu Awanah atau Wadhdhah bin Abdullah Al Yasykuri adalah
perawi yang dijadikan hujjah oleh Bukhari Muslim dan Ashabus Sunan, Ia
telah meriwayatkan hadis dari Yahya bin Sulaim Abi Balj dan telah
meriwayatkan darinya Yahya bin Hamad. Abu Awanah telah dinyatakan tsiqah
oleh Al Ajli, Ibnu Sa’ad, Abu Hatim, Ibnu Ma’in dan yang lainnya. Al
Ajli dalam Ma’rifat Ats Tsiqah no 1937 berkata
وضاح أبو عوانة بصرى ثقة مولى يزيد بن عطاء الواسطي
Wadhdhah Abu Awanah orang Bashrah yang tsiqat mawla Yazid bin Atha’ Al Wasithi
Ibnu Syahin memasukkan namanya dalam Tarikh Asma Ats Tsiqat no 1508 dan berkata
قال يحيى بن معين أبو عوانة ثقة واسمه الوضاح
Yahya bin Ma’in berkata “Abu Awanah tsiqat namanya adalah Wadhdhah”
Dalam At Tahdzib juz 11 no 204 disebutkan bahwa Abu Hatim, Abu Zar’ah Ahmad, Ibnu Hibban, Ibnu Sa’ad, Ibnu Abdil Barr menyatakan Abu Awanah tsiqat, Ibnu Kharrasy menyatakan ia shaduq dan Yaqub bin Abi Syaibah menyatakan Abu Awanah seorang Hafiz yang tsabit dan shalih. Ibnu Hajar dalam At Taqrib 2/283 menyatakan Abu Awanah tsiqat tsabit dan Adz Dzahabi dalam Al Kasyf no 6049 juga menyatakan ia tsiqah.
.
.
Yahya bin Sulaim Abi Balj
Yahya bin Sulaim adalah perawi Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu
Majah. Beliau dikenal dengan kunniyah Abu Balj dan ada pula yang
menyebutnya Yahya bin Abi Sulaim. Beliau telah dinyatakan tsiqah oleh
Ibnu Ma’in, Nasa’i, Ibnu Sa’ad dan Daruquthni. Dalam At Tahdzib juz 12 no 184 Ibnu Hajar menyebutkan
وقال بن معين وابن سعد والنسائي والدارقطني ثقة وقال البخاري فيه نظر وقال أبو حاتم صالح الحديث لا بأس به
Ibnu Ma’in, Ibnu Sa’ad, Nasa’i dan
Daruquthni menyatakan ia tsiqat. Bukhari berkata “perlu diteliti lagi”
dan Abu Hatim berkata “hadisnya baik dan tidak ada masalah dengannya”.
Yaqub bin Sufyan Al Fasawi dalam Ma’rifat Wa Tarikh 3/106 menyebutkan tentang Abu Balj
قال يعقوب بن سفيان أبي بلج كوفي لا بأس به
Yaqub bin Sufyan berkata “Abi Balj Al Kufi tidak ada masalah dengannya”
Pernyataan Bukhari “fihi nazhar (perlu diteliti lagi)” terhadap Yahya bin Sulaim Abi Balj tidaklah benar. Kami telah menelusuri karya-karya Bukhari seperti Tarikh As Shaghir dan Tarikh Al Kabir ternyata tidak ada keterangan bahwa Bukhari menyatakan Abu Balj dengan sebutan “fihi nazhar”. Selain itu, Bukhari sendiri tidak memasukkan Abu Balj dalam kitabnya Adh Dhua’fa As Shaghir yang berarti Bukhari tidak menganggapnya cacat. Bukhari menyebutkan biografi Yahya bin Abi Sulaim Abu Balj dalam Tarikh Al Kabir juz 8 no 2996 dan beliau menyebutkan
يحيى بن أبي سليم قال إسحاق نا سويد بن عبد
العزيز وهو كوفي ويقال واسطي أبو بلج الفزاري روى عنه الثوري وهشيم ويقال
يحيى بن أبي الأسود وقال سهل بن حماد نا شعبة قال نا أبو بلج يحيى بن أبي
سليم
Yahya bin Abi Sulaim, Ishaq berkata
telah menceritakan kepada kami Suwaid bin Abdul Aziz “dia orang Kufah
dan dikatakan juga orang Wasith Abu Balj Al Fazari, telah meriwayatkan
darinya Tsawri dan Hasym, ada yang mengatakan Yahya bin Abil Aswad”.
Sahl bin Hamad berkata telah menceritakan kepada kami Syu’bah yang
berkata telah menceritakan kepada kami Abu Balj Yahya bin Abi Sulaim.
Dalam biografi Abu Balj yang disebutkan Bukhari tidak ada pernyataan Bukhari yang menyebutnya cacat apalagi dengan sebutan fihi nazhar bahkan dari keterangan Bukhari dapat diketahui bahwa Syu’bah telah meriwayatkan dari Yahya bin Abu Sulaim Abu Balj. Hal ini berarti Syu’bah menganggap Abu Balj sebagai tsiqah karena telah sangat dikenal bahwa Syu’bah tidak meriwayatkan kecuali dari para perawi tsiqah. Oleh karena itu tidak diragukan lagi kalau Abu Balj seorang yang tsiqat.
.
.
Amr bin Maimun
Amr bin Maimun Al Audi adalah seorang tabiin yang tsiqah termasuk Al
Mukhadramun menemui masa jahiliyah tetapi tidak bertemu dengan Nabi SAW.
Ia meriwayatkan dari Ibnu Abbas RA. Al Ajli dalam Ma’rifat Ats Tsiqah no 1412 berkata
عمرو بن ميمون الأودي كوفي تابعي ثقة
Amr bin Maimun Al Audi Tabiin kufah yang tsiqat.
Ibnu Hajar menyebutkan dalam At Tahdzib juz
8 no 181 bahwa selain Al Ajli, Amr bin Maimun juga dinyatakan tsiqat
oleh Ibnu Ma’in, Nasa’i dan Ibnu Hibban. Ibnu Hajar dalam At Taqrib 1/747 mengatakan kalau Amr bin Maimun adalah mukhadramun yang dikenal tsiqat.
.
.
Kesimpulan
Hadis di atas telah diriwayatkan oleh para perawi tsiqat. Dimana semua perawinya adalah perawi Bukhari dan Muslim kecuali Yahya bin Sulaim Abi Balj dan dia adalah perawi yang tidak diragukan ketsiqahannya. Oleh karena itu hadis tersebut sanadnya Shahih.
.
.
Catatan :
- Semoga Hadis ini bisa didiskusikan dengan sebijak mungkin tanpa hujatan dan tuduhan :)
- Kepada seseorang, silakan dibaca hadiah saya yang tertunda :mrgreen:
-
-
Saya yakin anda pernah membaca sejarah.
Sejarah mengenai penyerangan Abraha ke Makkah.
Pada waktu itu Abdul Muthalib sebagai kuasa untuk menjaga Ka’abah. Disamping raja Abraha mau membawa Ka’bah juga merampas ternak Abdul Muthalib. Abdul Muthalib mendatangi
raja Abraha dan meminta kembali ternaknya. Raja Abraha heran. Ia mengatakan anda menguasai Ka’bah. Mngapa anda tidak melarang saya mengambil Ka’bah, tapi yang anda minta adalah ternak? Supaya anda tahu karena Ka’bah maka saya kesini menyerang Makkah. Kok hanya ternak anda yang anda persoalkan dan bukan Ka’bah.
Abdul Muthalib menjawab : Ka’abah ada Pemiliknya. Biar Dia yang mengurusnya. Tapi ternak adalah milikku maka aku yang mengurusnya.
Jadi bukan Yahudi harus kita hadapi tapi diri kita dulu.
Sudah benarkah kita dalam menjalankan agama yang kita anut? Soal musuh2 Islam kita serahkan pada Allah.
Tetapi dengan adanya musuh2 Islam kita harus mawas diri. Wasalam .
Iya memang itu adalah salah satu keutamaan Imam Ali, memang benar, kecuali 3 khalifah sebelumnya, tidak ada umat Nabi Muhammad yg sebanding dengan Imam Ali dalam hal keutamaan..
He he memang kalau menurut Bukhori urutan org2 yg mempunyai keutamaan setelah Nabi saw diurutkan sesuai periode kekhalifahannya, yaitu Abu Bakar, Umar, Usman, Ali. He he lucu juga. Tapi apa dasar Bukhori menentukan urutan spt itu ? Apa Bukhori lebih tau dari Nabi saw ? he he ketauan banget rekayasanya.
Kalau memang periode yg jadi patokan, berarti Nabi yg paling utama diantara para anbiya adalah Adam ? Saya kira engga mesti demikian dan nyatanya memang tdk demikian. Muhammadlah Nabi yg paling utama diantara para nabi lainnya. Dan yg ngomong adalah Al-Quran dan Nabi Muhammad sendiri.
Memang sampai kapanpun pandangan Imem cs dan SP cs engga akan bisa ketemu. Imem cs beranggapan bahwa setelah khataman Nabiyyin, maka tdk ada lagi manusia suci/kepemimpinan ilahiyah sampai Hari Kiamat. Siapa saja boleh menjabat kekhalifahan pasca Nabi. Apakah org itu mantan penyembah berhala atau bukan engga ada masalah. Kebetulan Bukhori dll. dlm kitabnya menulis Bab Keutamaan para sahabat dg urutan di mulai dari Abu Bakar sampai Ali (sesuai periode kekhalifahan). Dan urutan ini sdh baku dan menjadi salah satu akidah Aswaja. Kalau urutan ini diacak-acak, wah bisa gawat tuh dan bisa kacau akidahnya ! Makanya dg berbagai argumentasi dipertahankan mati-matian.
selamat kepada ‘Ali sebagai pemimpin umat sesudah Rasul, akan tetapi kemudian ia ‘merampas’ kekhalifahan ‘Ali meskipun ia telah mengetahui hak ‘Ali untuk kekhalifahan
Malapetaka terjadi bagi kaum aswaja sunni, karena mereka berpedoman pada hadis hadis Aisyah yang mengingkari wasiat Nabi nomor tiga tentang Imamah Ali…
=====================================================
TIGA KELOMPOK YANG MUNCUL KE PERMUKAAN, TEPAT SETELAH WAFATNYA RASUL
tepat sesaat setelah wafatnya Rasul Allah saw ada tiga kelompok yang muncul ke permukaan yang berebut kekhalifahan, semua KELOMPOK umumnya mengakui Imam Ali sudah diangkat menjadi khalifah pengganti Nabi SAW di Ghadir Kum:
1. Kelompok pertama terdiri dari Ali bin Abi Thalib , keluarga Banu Hasyim dan kawankawannya termasuk orang orang yang sedang berkumpul di rumah Fathimah, yakni: Salman alFarisi,Abu Dzarr alGhifari, Miqdad bin Amr, ‘Ammar bin Yasir, Zubair bin Awwam, Khuzaimah bin Tsabit, ‘Ubay bin Ka’b, Farwah bin ‘Amr, Abu Ayyub alAnshari, Utsman bin Hunaif, Sahl bin Hunaif, Khalid bin Said bin ‘Ash alAmawi serta Abu Sufyan, pemimpin Banu ‘Umayyah. Calon dari kelompok ini ialah Ali
Rasul saw mempertahankan Ali di Madinah. Pada waktu itu Ali berusia 34 tahun.. Tindakan Rasul Allah saw mengirim pasukan Usamaha ke Suriah ialah untuk memudahkan Rasul Allah saw mengangkat Ali bin Abi Thalib menjadi pengganti beliau.
‘Ali berpendapat bahwa penguburan Rasul harus didahulukan dari segalagalanya….Ia merasa telah ditunjuk oleh Rasul sebagai penggantinya. Dan ia tidak menyangka akan timbul peristiwa seperti yang terjadi di Saqifah…Namun, setelah Rasul dimakamkan, hari ketiga setelah beliau wafat, agaknya ‘Ali telah mempertimbangkan untuk merebut kekuasaan
Ali meletakkan istri (Fathimah) di punggung keledai pada malam
hari, yaitu pada waktu Abu Bakar ashShiddiq dibaiat. Dengan menunggang keledai dan mengetuk pintupintu
rumah para peserta Perang Badr, dan meminta
mereka agar tidak mendukung Abu Bakar, dan agar mereka mendukung Ali.. Dan tidak ada yang menyambut kecuali empat atau lima orang.
2. Kelompok kedua ialah kelompok kaum Anshar, yang melakukan pertemuan tersendiri di Saqifah. ‘Calon’ dari kelompok ini ialah Sa’d bin Ubadah 332 . Kelompok ini menjadi lemah tatkala sedang berlangsung perdebatan di Saqifah, karena ‘pembangkangan’ Usaid bin Hudhair, ketua Banu Aws, suku yang menjadi musuh bebuyutan sukunya, suku Khazraj. Seorang ‘pembangkang’ lainnya lagi ialah Basyir bin Sa’d, saudara misan Sa’d bin ‘Ubadah sendiri. Kedua ‘pembangkang’ ini, akan kita lihat. nanti, memegang peranan terpenting dalam memenangkan Abu Bakar. Kedudukan Sa’d bin ‘Ubadah, calon dari kaum Anshar untuk jabatan khalifah itu, menonjol. Ia memegang peranan sebagai tokoh utama kaum Anshar dalam membantu Rasul Allah saw dan melindungi Rasul Allah saw dari musuh musuh beliau kaum Quraisy jahiliah Makkah dan kaum munafik, selama sepuluh tahun. Ia turut dalam bai’atul Aqabah sebelum Rasul Allah saw hijrah ke Madinah. Dalam pembukaan Makkah, Sa’d diberi kehormatan oleh Rasul Allah saw sebagai salah satu dari empat orang pembawa panji. Karena sikapnya yang keras terhadap kaum jahiliah Quraisy, Rasul Allah saw memerintahkannya untuk menyerahkan panji itu kepada putranya, Qais bin Sa’d bin ‘Ubadah. Kehormatan yang diberikan Rasul Allah saw kepada Sa’d bin ‘Ubadah ini cukup melukiskan betapa besar penghargaan Rasul Allah saw kepada tokoh kaum Anshar ini.
Kelompok ini mengadakan rapat karena :
-mereka takut akan dominasi kaum Quraisy dari Makkah yang mereka perangi selama sepuluh tahun terakhir, setelah mengetahui bahwa Rasul Allah saw telah wafat, segera mengadakan pertemuan di Saqifah Bani Sa’idah, yang terletak lima ratus meter di sebelah Barat Masjid Madinah. Kekhawatiran mereka akan dominasi kaum Quraisy Makkah yang telah mereka perangi selama sepuluh tahun terakhir.
– mereka menganggap diri sebagai pemberi perumahan dan pelindung (iwa) dan penolong (nushrah), dan mereka melakukan hijrah.
-Kedudukan mereka yang mayoritas, sebagai pelindung dan penolong Rasul dan kaum Muhajirin, prestasi mereka dalam mengembangkan Islam yang maju pesat di tangan mereka, dan kegagalan kaum Quraisy di Makkah, menjadi pendorong bagi mereka untuk melanjutkan peranan sebagai mesin untuk mengembangkan Islam.
3. Kelompok ketiga ialah kelompok Umar bin Khaththab , Abu Bakar dan Abu ‘Ubaidah bin alJarrah. Dapat dimasukkan pula ke dalam kelompok ini Mughirah bin Syu’bah (ia bergabung dengan Mu’awiyah dalam Perang Shiffin memerangi ‘Ali.) dan Abdurrahman bin ‘Auf ..‘Calon’ dari kelompok ini ialah Abu Bakar. Yang menyampaikan berita/ pembawa informasi tentang PERTEMUAN SAQiFAH kepada Umar adalah ‘Uwaim bin Sa’idah dan Ma’n bin ‘Adi (Anshar).. Keduanya sangat menyintai Abu Bakar semasa Rasul masih hidup dan pada saat yang sama keduanya sangat membenci Sa’d bin ‘Ubadah, keduanya mendorong Abu Bakar dan Umar untuk mengambil kekuasaan dengan meninggalkan pertemuan kaum Anshar
Abu Bakar, Umar dan Abu ‘Ubaidah ketiga tokoh ini, tanpa memberitahu kelompok Ali, pergi ke Saqifah. Bersama mereka ikut Mughirah bin Syu’bah, Abdurrahman bin ‘Auf dan Salim maula Abu Hudzaifah. Mereka juga berhasil menarik tokoh yang membawahi kaum Aus, Usaid bin Hudhair, Basyir bin Sa’d, ‘Uwaim bin Sa’idah dan Ma’n bin ‘Adi
Mayoritas sahabat dan Ahlul Bait (anggota anggota keluarga Rasulullah) sedang sibuk mengurus penguburan Rasulullah; tetapi minoritas sahabat memperebutkan kekuasaan dengan cara KECURANGAN (Kolusi, Nepotism dan Kolusi) untuk menjadi IMAM (pemimpin) sebagai Khalifah Rasulullah (Pengganti Utusan Tuhan).
===================================================
3 WASiAT NABi
Syura dan ijtihad bisa dilakukan dalam sejumlah hal yang tidak memuat nash di dalamnya. “Dan musyawarahilah mereka dalam urusan itu (3: 159). Adapun berkaitan dengan pemilihan kepemimpinan yang akan memimpin manusia, Allah berfirman: “Dan Tuhanmu menciptakan apa Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. (28: 68)
Terlihat, dalam pidatonya, Abu Bakar membawa alasan bahwa kaum Quraisy lebih dekat pada Rasul, lebih dahulu masuk Islam, dan dengan demikian berhak menjadi pemimpin. Ia juga menyampaikan hadis Nabi yang mengatakan bahwa ‘Pemimpin adalah dari orang Quraisy’. Tetapi Abu Bakar tidak mengatakan bahwa Nabi menunjuknya atau memberi isyarat kepadanya untuk menjadi pemimpin. Malah di bagian lain Abu Bakar mengatakan: “Saya mengusulkan kepada kalian satu dari dua orang, terimalah siapa yang kalian senangi”. Ia kemudian mengangkat tangan ‘Umar bin Khaththab dan Abu ‘Ubaidah bin alJarrah.
Dari pidato ini jelas bahwa Abu Bakar tidak merasa telah ditunjuk atau diisyaratkan sebagai suksesi Rasul dalam kepemimpinan umat. Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa pengangkatan Abu Bakar didasarkan pada ‘musyawarah’.. tulah sebabnya Ibnu Katsir mengatakan bahwa Nabi tidak menunjuk pengganti beliau. Imam Nawawi, dalam keterangannya pada Shahih Muslim, memetik perkataan Aisyah, bahwa ‘Nabi tidak menunjuk pengganti beliau’. “Dengan ini,” kata Imam Nawawi dan Abu Hasan Al Asy’ari , ‘Jelaslah bagi Ahlus Sunnah, kekhalifahan Abu Bakar bukanlah berdasarkan nash
Bagaimana mungkin Anda mematuhi para pemimpin yang dilantik oleh Bani Umawiyah atau Bani Abbasiah lalu meninggalkan para imam yang telah dilantik oleh Rasulullah SAWW lengkap dengan jumlah nya yang 12 orang….Mencengangkan Sikap Ibnu Umar yang membai’at Yazid :
Shahih Bukhari | No. 6744 | KITAB FITNAH-FITNAH (UJIAN/SIKSAAN)
Dari Nafi’ (maula Ibnu Umar), dia berkata: Ketika penduduk Madinah ingin menanggalkan (menurunkan jabatan) Yazid ibn Mu’awiyah, Ibnu Umar mengumpulkan jama’ahnya dan putra-putranya, lalu di berkata: “Sungguh aku mendengar Nabi saw. bersabda: “Akan dipasang sebuah bendera bagi setiap pengkhianat pada hari kiamat”. Dan sungguh kita telah membai’atkan laki-laki (Yazid) ini atas dasar berbai’at kepad Allah dan Rasul-Nya, dan sungguh aku tidak mengetahui suatu pengkhianatan yang lebih besar dari pada bai’atnya seorang laki-laki atas dasar berbai’at kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian dia menyatakan berperang kepadanya. Dan sungguh aku tidak mengetahui seorang dari kamu yang menanggalkan dia (Yazid) dan tidak berbai’at (kepada seseorang) dalam urusan (kepemimpinan) ini kecuali adalah pemisah antara aku dengan dia (seorang dari kamu)”.
ANEHNYA PERiNTAH NABi MEREKA CELA!!!!!
Ketika sakit Rasulullah, beliau telah siapkan sebuah pasukan untuk
memerangi Roma. Usamah bin Zaid yang saat itu berusia delapan belas tahun diangkat sebagai komandan pasukan perang. Tokoh-tokoh Muhajirin dan Anshar seperti Abu Bakar, Umar, Abu Ubaidah dan sahabat-sahabat besar lainnya diperintahkan untuk berada di bawah pasukan Usamah ini. Sebagian mereka mencela pengangkatan Usamah. Mereka berkata, “Bagaimana Nabi bisa menunjuk seorang anak muda yang belum tumbuh janggut sebagai komandan pasukan kami?”
Imam Ali r.a dan Syiah membai’at tiga khalifah sebagai sahabat besar dan pemimpin Negara secara the facto, seperti hal nya anda mengakui SBY sebagai Presiden R.I… Gaya bahasa yang digunakan Imam Ali adalah seperti gaya bahasa Nabi Yusuf as….dalam Al Quran : “Hai kafilah, sesungguhnya kamu orang orang yang mencuri’ (Qs.Yusuf ayat 80) padahal mereka tidak mencuri apapun, lalu dalam Al Quran : “Demikian lah Kami atur untuk (mencapai tujuan) Yusuf” (Qs.Yusuf ayat 76)
Akan tetapi…..
syi’ah dan Imam Ali tidak mengakui tiga khalifah sebagai pemimpin keagamaan dan pemimpin negara secara yuridis ( imamah ) seperti halnya anda menginginkan Presiden R.I mestinya adalah orang yang berhukum dengan hukum Allah..Karena keimamam itu bukanlah berdasarkan pemilihan sahabat Nabi SAW, tapi berdasarkan Nash dari Rasulullah SAW… Apa bukti Ahlul bait sampai matipun menolak Abubakar sebagai pemimpin keagamaan dan pemimpin negara secara yuridis ??? Ya, buktinya Sayyidah FAtimah sampai mati pun tidak mau memaafkan Abubakar dan Umar cs
Shahih Bukhari | No. 6817 | KITAB HUKUM-HUKUM
Dari Abdullah ibn Dinar, dia berkata: Aku mendengar Ibnu Umar ra. berkata: Rasulullah saw. mengutus utusan (pasukan, ke Ubna untuk memerangi Rumawi, dinegeri pembunuhan terhadap Zaid ibn Haritsah) dan mengangkat Usamah ibn Zaid sebagai pemimpin terhadap mereka. Lalu kepemimpinannya dikecam, dan beliau (saw.) bersabda: “Apabila kalian mengecam kepemimpinannya (Usamah) maka sungguh kalian dahulu mengecam kepemimpinan ayahnya (yakni Zaid ibn Haritsah) sebelumnya. Dan demi Allah, sungguh adalah dia (Zaid) benar-benar pantas (berhak) terhadap kepemimpinan dan sungguh dia benar-benar termasuk orang-orang yang aku cintai, dan sesungguhnya (Usamah, putranya) ini adalah benar-benar termasuk orang-orang yang aku cintai sesudahnya”.
Sikap seperti ini mendorongku untuk bertanya, alangkah beraninya mereka terhadap Allah dan RasulNya ????????
—————————————–
WASiAT NABi NOMOR 3 Di SEMBUNYiKAN PERAWi ASWAJA SUNNi
Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW berwasiat tiga hal saat menjelang wafatnya: Pertama, keluarkan kaum musyrikin dari Jazirah Arab. Kedua, berikan hadiah kepada delegasi seperti yang biasa kulakukan. Kemudian si perawi berkata, “aku lupa isi wasiat yang ketiga.”( Shahih Bukhari jil. 7 hal. 121; Shahih Muslim jil. 5 hal. 75.)
Shahih Bukhari | No. 2911 | KITAB JIHAD DAN PERJALANAN (PERANG)
Dari Ibnu Abbas ra, dia berkata: “Hari Kamis. Apakah hari Kamis itu?” Kemudian Ibnu Abbas menangis sehingga air matanya membasahi kerikil, lalu dia berkata: “Rasulullah saw sakit keras pada hari Kamis, lalu beliau bersabda: “Bawalah alat tulis kepadaku, aku catatkan buat kalian suatu catatan yang sesudah itu kalian tidak akan tersesat selamanya.” Maka mereka bertengkar dan tidaklah seyogya disisi Nabi ada pertengkaran: Mereka berkata: “Rasulullah diam”. Beliau bersabda: “Biarkanlah aku; sesuatu yang sedang aku lakukan (bersiap-siap menghadapi wafat dll) adalah lebih baik daripada apa yang kalian ajakkan kepadaku”. Ketika wafat, beliau berwasiat dengan tiga hal, yaitu: Keluarkanlah orang-orang musyrik dari jazirah Arab, berilah hadiah kepada tamu (utusan) sepadan aku (Nabi) memberi hadiah kepada mereka. Dan aku lupa terhadap yang ketiga
Tidak syak lagi bahwa isi wasiat yang “terlupa” itu adalah wasiat Nabi akan pelantikan Ali sebagai khalifah dan imam sepeninggalnya. Namun si perawi enggan menyebutkannya
Menurut Aisyah sejumlah orang telah mengklaim bahwa Nabi SAW telah mewasiatkan Imamah kepada Ali, tapi Aisyah menolak mentah mentah klaim tersebut …. Orang yang menyatakan Nabi telah memberi wasiat pada Ali termasuk Ali, Abbas, Ibnu Abbas, Fadhil, Salman, Abu Zarr sementara Aisyah tidak berada di kamar Nabi sehingga Aisyah tidak tau wasiat Nabi…
FAKTA : Ibnu Abbas dalam hadisnya menyebutkan bahwa Nabi berwasiat 3 hal !!!!!!!! Jadi siapa yang kita pegang ??? Aisyah atau Ibnu Abbas ???
Ya jelas Aisyah yang mengingkari wasiat Nabi, sementara Ibnu Abbas menyatakan Nabi mewasiatkan tiga hal, dua wasiat disebutkan tapi wasiat ketiga disembunyikan perawi Aswaja agar Aswaja bisa tegak
Seandainya Abu Bakar ayah Aisyah memang berniat baik maka kata-kata Fatimah tentang Imamah Ali, penyerbuan kerumahnya dan tuntutan Fadak telah cukup untuk menyadarkannya ( karena Fatimah marah padanya) . Tapi Abu Bakar tetap menolak setiap tuntutan Fatimah dan tidak menerima kesaksiannya, bahkan kesaksian suaminya sekalipun, akhirnya Fatimah murka pada Abu Bakar sampai beliau tidak mengizinkannya hadir dalam pemakaman jenazahnya, seperti yang dia wasiatkan pada suaminya Ali. Fatimah juga berwasiat agar jasadnya dikuburkan secara rahasia di malam hari tanpa boleh diketahui oleh mereka yang menentangnya.. Shahih Bukhori jil.3 hal.36; Shahih Muslim jil. 2 hal. 72.
=================================================
DALiL KUBU IMAM ALi-FATiMAH YANG BENAR
1. Hadis berikut ini membuktikan bahwa Abbas mengajak Imam Ali meminta wasiat tertulis berupa DOKUMEN TERTULiS dari Nabi… Wasiat lisan sudah diberikan oleh Nabi di Ghadir Kum… wasiat tertulis ingin diminta Abbas karena dia mengetahui ada desas desus bahwa kelompok Abubakar Umar dan klompok Saad bin Ubadah juga mengincar kekhalifahan
Bukhari :: Book 5 :: Volume 59 :: Hadith 728
Narrated ‘Abdullah bin Abbas:
Ali bin Abu Talib came out of the house of Allah’s Apostle during his fatal illness. The people asked, “O Abu Hasan (i.e. Ali)! How is the health of Allah’s Apostle this morning?” ‘Ali replied, “He has recovered with the Grace of Allah.” ‘Abbas bin ‘Abdul Muttalib held him by the hand and said to him, “In three days you, by Allah, will be ruled by ‘abdun al ‘aashaa*, And by Allah, I feel that Allah’s Apostle will die from this ailment of his, for I know how the faces of the offspring of ‘Abdul Muttalib look at the time of their death. So let us go to Allah’s Apostle and ask him who will take over the Caliphate. If it is given to us we will know as to it, and if it is given to somebody else, we will inform him so that he may tell the new ruler to take care of us.” ‘Ali said, “By Allah, if we asked Allah’s Apostle for it (i.e. the Caliphate) and he denied it us, the people will never give it to us after that. And by Allah, I will not ask Allah’s Apostle for it.”
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, bahwasanya Ali bin Abi Thalib keluar dari rumah Rasulullah ketika beliau sakit menjelang wafatnya. Maka manusia berkata: “Wahai Abal Hasan, bagaimana keadaan Rasulullah ?” Beliau menjawab: “Alhamdulillah telah sembuh dengan izin Allah”.. Abbas bin Abdul Muthalib (paman Rasulullah) memegang tangan Ali bin Abi Thalib, kemudian berkata kepadanya: “Demi Allah, dalam tiga hari kedepan anda akan dipimpin oleh hamba yang bermaksiat/durhaka/otoriter* .. Demi Allah, aku merasa bahwa Rasulullah akan wafat dalam sakitnya kali ini, karena aku mengenali bagaimana wajah-wajah anak cucu Abdul Muthalib ketika akan wafatnya. Marilah kita menemui Rasulullah untuk menanyakan kepada nya siapa yang akan mengambil alih kekhalifahan.. Kalau diserahkan kepada kita, maka kita mengetahuinya. Dan kalau pun diserahkan untuk selain kita, maka kitapun mengetahuinya. Kita akan melaporkan kepadanya maka mungkin Nabi akan memberitahukan penguasa baru yang akan memerintah.. Ali bin Abi Thalib berkata : “Demi Allah, sungguh kalau kita menanyakan kepada Rasulullah (tentang kekhalifahan), lalu beliau tidak memberikannya kepada kita, maka orang orang tidak akan pernah memberikannnya kepada kita selama-lamanya. Dan sesungguhnya aku demi Allah tidak akan menanyakan nya kepada Rasulullah (HR. Bukhari, kitabul Maghazi, bab Maradlun Nabiyyi wa wafatihi; fathlul bari 8/142, no. 4447)
* Teks arabnya : faqaala anta wallahi ba’da tsalaasin tahta ‘abdun al ‘aashaa, kata abdun ‘aashaa bermakna hamba yang bermaksiat/ durhaka/ otoriter
Tapi tidak lama setelah peristiwa ini, pada hari kamis Nabi mencoba mewasiat kan 3 hal secara tertulis tapi di gagal kan oleh Umar.. Namun kemudian setelah mereka diusir Nabi mewasiatkan 3 hal secara lisan.. Wasiat ketiga disembunyikan Aswaja sehingga Aswaja bisa tegak
Imam Ali tidak mau menanyakan lagi masalah ini, karena telah diketahui dengan jelas bahwa Ahlul Bait lah pengganti bagi Nabi SAW diantaranya dari hadis berikut yang diucapkan Nabi jauh setelah perang Tabuk.. Ahlul bait sebagai khalifah pengganti Nabi ditambah hadis Tsaqalain dengan matan “khalifah”
Rasulullah SAW bersabda kepada Ali “Engkau adalah pemimpin bagi setiap mukmin setelahku”. [diriwayatkan dalam Musnad Abu Daud Ath Thayalisi no 829 dan 2752, Sunan Tirmidzi no. 3713, Khasa’is An Nasa’i no 89, Musnad Abu Ya’la no 355, Shahih Ibnu Hibban no 6929, Musnad Ahmad 5/356 dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir dan Al Mustadrak 3/134, Ibnu Hajar dalam Al Ishabah 4/468 menyatakan sanadnya kuat, Syaikh Al Albani memasukkan hadis ini dalam Silsilah Ahadits As Shahihah no 2223].
2.Shahih Bukhari | No. 4237 | KITAB PERANG
Dari Anas katanya: “Ketika Nabi saw. sakitnya sudah keras (kritis) maka beliau jatuh pingsan. Lalu Fatimah berkata: “Aduh, sulitnya ayahku? Maka beliau berkata kepadanya: “Sudah tidak ada lagi kesulitan lagi bagi ayahmu setelah hari ini”. Maka ketika beliau sudah meninggal dunia, Fatimah berkata:’Lalu Ayahku, engkau telah memenuhi panggilan Tuhan, Duh ayahku siap yang menempati Sorga Firdaus, duh ayahku kepada Malaikat Jibril kita memberi khabar kematian”. Ketika Rasulullah telah dimakamkan, maka Fatimah as. berkata: “Hai Anas, Apakah jiwamu menjadi baik bila menaburkan debu kepada Rasulullah saw.”
3.Shahih Bukhari | No. 4240 | KITAB PERANG
Dari Salim dari ayahnya (Abdullah bin Umar) bahwa saw. menugaskan Usamah bin Zaid, lalu mereka (para sahabat)membicarakan tentangnya, lantas Nabi saw. bersabda: ‘telah sampai kepadaku bahwa kalian berkata tentang Usamah dan sesungguhnya ia adalah orang yang paling saya cintai”.
4.Shahih Bukhari | No. 4214 | KITAB PERANG
Dari Said bin Jabir katanya: “Ibnu Abbas telah berkata: “Pada hari kamis dan selain hari kamis sakit Rasulullah parah “. Maka Rasulullah saw. berkata: “Datanglah kalian kepada saya. Saya akan menulis sebuah surat untuk kalian. Kalian tidak akan sesat selamanya. Kemudian para sahabat bertengkar (berbeda pendapat). Tidak patut perbedaan pendapat yang timbu! dari satu Nabi”. Maka mereka berkata: “Apa keadaan Nabi saw., apakah beliau diam? Mintalah penjelasan kepadanya. Mereka pergi kembali kepada Nabi. Lantas beliau bersabda: “Tinggalkanlah aku, parkara yang sedang saya lakukan lebih baik dari apa yang kamu ajak aku kepadanya, dan beliau berwasiat kepada mereka tiga perkarat 1. Keluarkanlah orang-orang musyrik dari Jazirah Arab. 2. Kirimkanlah delegasi sebagaimana saya telah mengirimkan delegasi. Perkara yang nomor tiga : “saya lupa dengannya”.
5.Shahih Bukhari | No. 4216 | KITAB PERANG
Dari Aisyah ra., katanya: “Nabi saw. memanggil Fatimah pada waktu sakit yang menyebabkan beliau meninggal dunia, lantas beliau membaikkan sesuatu keadannya lantas Fatimah menangis, kemudian beliau membisikkan sesuatu kepadanya lantas dia tertawa, lalu kami bertanya tentang itu, lantas Fatimah menjawab: “Nabi saw. berbiaik kepadaku bahwa beliau akan meninggal dunia dalam sakit yang ia derita sekarang, lalu saya menangis, kemudian beliau berbiaik kepadaku, lalu beliau berikan khabar aku bahwa saya adalah keluarga yang pertama kali mengikutinya lantas saya tertawa”.
6.Shahih Bukhari | No. 3544 |
KITAB BERBAGAI KEUTAMAAN SAHABAT-SAHABAT NABI
Dari Abdullah bin ‘Umar ra., Ia berkata: Nabi saw. mengirim perutusan (pasukan perang) dan beliau mengangkat Usamah bin Zaid sebagai pimpinan atas mereka, lalu sebagian orang mencerca kepemimpinannya. Maka Nabi saw. bersabda: “Bila kalian mencerca kepemimpinannya, maka kalian mencerca pula kepemimpinan ayahnya sebelum (dia). Demi sumpah Allah, sungguh Ia (laid) diberi hak untuk menjadi pemimpin. Sesungguhnya Ia adalah orang yang paling aku cintai dan ini (Usamah) adalah orang yang paling aku cintai setelah dia”.
Shahih Bukhari | No. 4241 | KITAB PERANG
Dari Abdullah bin Umar ra. bahwasannya Rasulullah saw . telah menggirim satu utusan dan menjadikan Usamah;sebagai pemimpinnya lantass orang banyak mengecam kepemimpinannya, lantas ia. sudah saw. berdiri sambil bekata: “Jika kalian mengecam kepemimpinannya, maka kalian benar-benar telah mengecam kepemimpinan ayahnya sebelum itu. Demi Allah, sesungguhnya ia benar-benar tercipta sebagai pemimpin, dan sesungguhnya ia termasuk orang yang paling aku cintai, dan sesungguhnya orang ini benar-benar termasuk orang yang paling aku cintai sesudahnya”.
Shahih Bukhari | No. 6302 | KITAB SUMPAH DAN NADZAR
Dari Abdullah bin Umar ra. katanya. “Rasulullah saw. telah mengurus utusan dan telah menjadikan pemimpin mereka Usamah bin Zaid, lantas sebagian manusia mencela kepemimpinannya. Lantas Rasulullah saw. berdiri seraya bersabda: “Jika kalian mencela kepemimpinannya, maka sungguh kalian mencela kepemimpinan ayahnya sebelum itu (muhammad). Demi Allah, sesungguhnya ia benar-benar tercipta sebagai pemimpin. Dan sesungguhnya ia benar-benar termasuk orang yang paling saya cintai dan sesungguhnya (orang) ini (Usamah) sungguh termasuk orang yang paling saya cintai sesudah itu”.
——
MiSTERi PASUKAN USAMAH DAN iMAM SHALAT
Tatkala penyakit Rasul Allah saw semakin berat Rasul berseru agar mempercepat pasukan Usamah. Abu Bakar beserta tokoh tokoh Muhajirin dan Anshar lainnya diikutkan Rasul dalam pasukan itu. Maka Ali yang tidak diikutkan Rasul dalam pasukan Usamah dengan sendirinya akan menduduki jabatan khalifah itu bila saat Rasul Allah saw tiba, karena Madinah akan bebas dari orang orang yang akan menentang Ali. Dan ia akan menerima jabatan itu secara mulus dan bersih. Maka akan lengkaplah pembaiatan, dan tidak akan ada lawan yang menentangnya.
Dengan membawa panji panji, pasukan berangkat dan berkemah di Jurf. Dan tidak ada lagi kaum Muhajirin yang awal dan kaum Anshar di Madinah. Semua ikut dengan pasukan Usamah. Di dalamnya, terdapat Abu Bakar AshShiddiq, Umar bin Khaththab, Abu ‘Ubaidah bin alJarrah,
Sa’d bin Abi Waqqash, Sa’id bin Zaid dan lain lain.
Bukti-bukti otentik mengatakan bahwa Abu Bakar saat itu termasuk yang diperintah Nabi saw. untuk bergabung dengan tentara di bawah komandan Usamah ibn Zaid. Jadi tidak mungkin Nabi saw. yang memerintah Abu Bakar untuk menjadi imam shalat ketika itu (Fathu al Bâri,8/124, ath Thabaqât al Kubrâ; Ibnu Sa’ad,4/66, Tarikh al Ya’qûbi,2/77, Tarikh al Khamîs,2/154 dll.)
Semua penulis sependapat bahwa Abu Bakar, Umar dan Abu ‘Ubaidah ditunjuk Rasul sebagai prajurit dalam pasukan Usamah, dua minggu sebelum wafatnya Rasul.
Tidak ada nash utk memanggil kembali Abubakar…Setelah berada di Jurf, ketika mendapat berita sakit Rasul sudah sangat parah. Beberapa pembangkang mempunyai alasan kembali ke Madinah termasuk Abubakar dan Umar. Kalau istilah ketentaraan “lari dari kesatuan” dengan alasan Rasul sakit
Pada hari Kamis tanggal 8 Rabi’ul Awwal, Umar bin Khattab juga telah menghalangi Rasul membuat wasiat, sehingga Rasul mengusirnya dari kamar… Dan tentang mengimami shalat, Ali menyampaikan bahwa Aisyah lah yang memerintahkan Bilal, maula ayahnya, untuk memanggil ayahnya mengimami shalat, karena Rasul saw sebagaimana diriwayatkan telah bersabda: ‘Agar orangorang shalat sendiri sendiri’, dan Rasul tidak menunjuk seseorang untuk mengimami shalat. Shalat itu adalah shalat subuh.
Karena ulah Aisyah itu maka Rasul memerlukan keluar, pada akhir hayatnya, dituntun oleh Ali dan Fadhl bin Abbas sampai ia berdiri di mihrab seperti diriwayatkan…’.
Banyak nasehat yang diberikan Rasul. Tapi mereka yang lebih tua memperlambat keberangkatan..Melihat pembangkangan mereka Rasul naik kemimbar padahal beliau dalam keadaan sakit, setelah memuji Allah yang Maha Kuasa
beliau bersabda: ” WAHAI MANUSIA saya sangat sedih karena penundaan keberangkatan tentara itu. Nampaknya kepemimpinan Usamah tidak disukai oleh sebagian dari anda anda dan menangguhkan keberatan. Namun keberatan dan pembangkangan anda anda ini bukanlah yang pertama kali. dst….(Sirah ibn Hisam II hal. 642; al Nash wa al-Ijtihad hal 12 oleh Syaraf ad-Din Amili dll).
Mereka telah disebut Rasul sebagai PEMBANGKANG…Karena kata kata Rasul sangat keras, terpaksa semua pergi Jurf..Senin Nabi SAW wafat..Itulah sebabnya Aisyah memanggil Abu Bakar dari pasukan Usamah yang sedang berkemah di Jurf pada pagi hari Senin, hari wafatnya Rasul dan bukan pada siang hari dan memberitahukannya bahwa Rasul Allah saw sedang sekarat;
Ya ampyun Abubakar Umar Aisyah euy….
Rasul masih hidup dan memerintahkan sahabat buat jadi anak buahnya usamah saja masih ada yang membangkang, malah wasiat tertulis Nabi digagalkan…wasiat lisan nomor tiga tentang imamah Ali diingkari Aisyah…Terus Rasul mewasiatkan Ali jadi Imam penggantinya supaya sahabat semua jadi pengikutnya ALi ( yah pasti lebih membangkang lagi), apalagi pas Rasul wafat dan yang dihadapi cuman wasi’nya Rasul…..Wong pas Rasul Masih hidup aja udah berani membangkang kok..Aya aya wae….
AlFanarKu
Catatan Kecilku Tentang Sang Mercusuar Kehidupan
Apa Isi wasiat Nabi saat Nabi sakit ?
https://alfanarku.wordpress.com/2010/03/23/apa-isi-wasiat-nabi-saat-nabi-sakit/
Apakah Nabi yang tetap teguh menjelaskan kesesatan Quraisy meski menghadapi gangguan, tidak jadi menyampaikan wasiatnya hanya karena Umar bin Khattab? Dalam gambaran teman-teman syiah, Umar bin Khattab sengaja menghalangi Nabi agar tidak jadi berwasiat. Padahal, yang dikatakan Umar hanyalah : Nabi telah sakit parah, cukup bagi kami Kitab Allah.