Selasa, 17 Mei 2011

Perbandingan Antara Masjid Dengan Gereja>>>Dalam Islam tidak ada susunan cara kegerejaan. Tidak ada Paus, lalu Kardinal, dan Uskup. Setiap Masjid berdiri sendiri dengan pengurusnya sendiri. Di negeri-negeri Islam yang telah mempunyai susunan pemerintahan modern saja diadakan Kementerian Agama atau Kementerian Wakaf, yang mengadakan tilikan dan pemiliharaan Masjid-masjid. Menteri Agama atau Menteri Wakaf itu bisa saja exit (keluar) dari jabatan Menterinya kalau terjadi krisis Kabinet atau Presiden (kepala negara) mengadakan reshufle. Demikian juga petugas dalam masjid itu. Sejak dari Imam dan Khatibnya, tidaklah mereka itu "Penguasa Rohaniyah" tempat jama'ah mengakui dosa lalu memberi ampunan dengan perantara mereka, lalu mereka berhak memberi ampun. Bahkan setiap orang Islam, dibuka oleh Allah pintu but berhubungan langsung dengan Allah, memohon ampun meminta taubat.>>>Imam-iman dalam Masjid pun, siapa saja berhak menjadi imam asal lidahnya lebih fasih dan dia disegani. Imam Rawatib di tiap masjid, bukanlah kepala agama, melainkan orang-orang yang ditugaskan oleh jama'ahnya atau oleh penguasa setempat mendirikan jama'ah lima waktu, supaya jangan sampai kosong.>>> Dalam Qur'an tegas diwajibkan agar setiap urusan dijalankan menurut Syari'at. Termasuk politik, ekonomi, dan sosial. Kalau al-Qur'an menerangkan secara umum, As-Sunnah memberikan arti cara pelaksanaannya. Mana yang belum tegas menjelaskan : "Dan tidaklah Kami mengutus seorang Rasul pun, melainkan supaya dita'ati dengan izin Allah". (QS : An-Nisaa' : 64)>>> Sdr2ku muslimin... bersatulah...dan kuatkan silaturahim serta solidaritas muslim dan umat Islam.....>>> Tegakan Kebenaran Allah dan rasulullah SAW dengan ihkhlas dan kaffah...Isya Allah kita dalam berkat dan kemuliaan Allah di dunia dan akhirat.... Amin....>>> Allah Ta'ala berfirman : "Sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, etapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.Mereka itulah orang-orang yang lalai". (QS : al-A'raf : 179). Penyakit ini menyebabkan penderitanya menjadi kafir, zindiq atau munafiq, dan mereka akan ditenggelamkan ke dalam neraka jahanam>>>

Perbandingan Antara Masjid Dengan Gereja

Rabu, 18/05/2011 10:49 WIB | email | print. 
http://www.eramuslim.com/nasihat-ulama/perbandingan-antara-masjid-dengan-gereja.htm
oleh Buya Hamka
Dalam Islam tidak ada susunan cara kegerejaan. Tidak ada Paus, lalu Kardinal, dan Uskup. Setiap Masjid berdiri sendiri dengan pengurusnya sendiri. Di negeri-negeri Islam yang telah mempunyai susunan pemerintahan modern saja diadakan Kementerian Agama atau Kementerian Wakaf, yang mengadakan tilikan dan pemiliharaan Masjid-masjid.
Menteri Agama atau Menteri Wakaf itu bisa saja exit (keluar) dari jabatan Menterinya kalau terjadi krisis Kabinet atau Presiden (kepala negara) mengadakan reshufle. Demikian juga petugas dalam masjid itu. Sejak dari Imam dan Khatibnya, tidaklah mereka itu "Penguasa Rohaniyah" tempat jama'ah mengakui dosa lalu memberi ampunan dengan perantara mereka, lalu mereka berhak memberi ampun. Bahkan setiap orang Islam, dibuka oleh Allah pintu but berhubungan langsung dengan Allah, memohon ampun meminta taubat.
Imam-iman dalam Masjid pun, siapa saja berhak menjadi imam asal lidahnya lebih fasih dan dia disegani. Imam Rawatib di tiap masjid, bukanlah kepala agama, melainkan orang-orang yang ditugaskan oleh jama'ahnya atau oleh penguasa setempat mendirikan jama'ah lima waktu, supaya jangan sampai kosong.
Seorang Ulama dalam Islam bukanlah sebagai seorang Pendeta dalam Gereja Katholik atau lainnya. Ulama Islam adalah orang biasa yang mempunyai "profesi" sendiri. Dia adalah seorang dari antara orang banyak bukan orang istimewa. Keseganan orang kepada mereka, hanyalah kalau Ulama itu memimpin dan membimbing mereka secara kerohanian. Dan tumbuhnya Ulama itu bukanlah karena diangkat atau diakui oleh suatu badan rohaniah atau satu masjid.
Setelah membandingkan diantara "Kekuasaan Rohaniyah" Pendeta-pendeta dan Hierarchie kepercayaan itu dengan keadaan masjid dalam Islam, teranglah bahwasanya "Pemisahan Negara Dengan Gereja" di Barat tidak dapat disandingkan untuk "Memisahkan Negara dari Masjid" atau yang selalu disebut-sebut di negeri kita ini sekarang, ialah "Memisahkan Negara dengan Agama". Menyamakan dua hal yang berbeda, adalah kena oleh pepatah : "Asing biduk, kalang di letak".
Dalam Qur'an tegas diwajibkan agar setiap urusan dijalankan menurut Syari'at. Termasuk politik, ekonomi, dan sosial. Kalau al-Qur'an menerangkan secara umum, As-Sunnah memberikan arti cara pelaksanaannya. Mana yang belum tegas menjelaskan :
"Dan tidaklah Kami mengutus seorang Rasul pun, melainkan supaya dita'ati dengan izin Allah". (QS : An-Nisaa' : 64)
Dalam keteladanan Rasul Shallahu alaihi was sallam, Allah berfirman :
"Apa yang dibawa oleh Rasul, hendaklah kamu ambil. Dan apa yang dia kamu daripadanya, hendaklah hentikan". (QS : al-Hasyr : 7)
Di ayat lainnya, Allah Ta'ala berfirman :
"Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan janganlah kamu batalkan amalan kamu". (QS : Muhammad : 33)
Kemudian Allah Ta'ala menambahkannya :
"Apakah tidak engkau lihat orang-orang yang mengaku (dengan mulut) bahwa mereka percaya kepada apa yang diturunkan kepada engkau dan apa yang diturunkan dari yang sebelum engkau. Mereka ingin meminta hukum kepad taghut, padahal mereka diperintah supaya tidak mempercayainya.DAn setan ingin sekali menyesatkan mereka. Sampai sesesat-sesatnya". (QS : An-Nisaa' : 60)
Mereka mengakui percaya hanya dengan mulut, dalam bahasa disebut : "Yaz'amuna! Mengaku dengan mulut percaya kepadaapa yang diturunkan kepada Nabi dan kepada yang diturunkan kepada Nabi-nabi yang terdahulu. Tetapi, ketika hendak meminta keputusan hukum, bukanlah mereka meminta kepada Allah, melainkan kepada taghut. Yaitu penguasa yang berlaku dan bertindak sewenang-wenang, sekehendak hati, hukum rimba. Padahal, seorang yang beriman wajib menentang segala macam pertaghutan di dunia ini. Dan bila sekali merek atelah mengikut taghut dan meninggalkan hukum Tuhank mereka aka sesat selama-lamanya.
Orang yang beriman sejati kepada Muhammad Shallahu alaihi was sallam tidaklah mungkin meninggalkan hukum yang diajarkan Muhamma, lalu menukarnya dengan yang lain. Tidaklah pantas mereka meminta hukum kepada taghut.
Kadang-kadang manusia telah menjual keyakinan dan agamanya kepada intrik-intrik dan ambisi penguasa, ambisi partai, sehingga hilang hakekat kebenaran. kadang-kadang dijalankan suatu peraturan yang terang melanggar ketentuan agama, tetapi terpaksa diterima juga, karena telah terlalu banyak berhutang budi kepad kaum Kapitalis.
Orang yang beriman di dorong oleh kekuatan imannya tidaklah akan ragu-ragu menolak peraturan dan hukum taghut itu. Tuhan telah memerintahkan kepada Mu'min supaya menolak dan menentang taghut! Bagaimana Mukmin akan tunduk kepada hukumnya? Kalau mereka tunduk kepada taghut, maka ayat ini telah menjelaskan bahwa imanya hanya dibibir saja. Demikian juga orang yang menerima hukum-hukum buatan manusia yang terang bertentangan dengan hukum Allah. Kalau mereka turuti peranturan demikian, mereka telah disesatkanoelh setan.
Iman tidaklah sempurna sebelum si Mu'min tunduh patuh dan ridha menerima hukum Allah.
"Maka tidaklah, demi Tuhan engkau - tidaklah mereka beriman, sebelum mereka mentahkimkan engkau pada perkara-perkara yang mereka perselisihkan diantara mereka, kemudian tidak mereka dapati dalam diri mereka sendiri keberatan menerima keputusan engkau, dan mereka menyerah, sebenar menyerah". (QS : An-Nisaa' : 65)
Tidak ada jalan lain bagi seorang Mu'min, melainkan hanya tunduk dan patuh setelah jatuh hukum dari al-Qur'an atau Sunnah. Karena imannya itulah yang mendorongnya mengatur langkah menurut tuntutan syara'.
"Hai orang-orang yang beriman! Taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul dan kepada pemegang kuasa diantara kamu. Maka jika berselisih kamu di dalam suatu perkara, kembalikanlah kepada Allah dan kepada Rasul, jika benar kamu beriman kepada Allah dan hari Akhirat".
Dalam ayat ini diberikanlah tuntutan tegas kepada seorang Mu'min. Taat kepada Allah dan taat kepada Rasul diperintahkan jelas. Tetapi, kepada Ulil Amri atau pemegang kekuasaan (penguasa) diantara kamu, tidak disebutkan mesti taat, sebeb dengan kekuasaannya itu dengan sendirinya ketaatan telah timbul.
Itulah asas yang paling pokok di dalam Islam, yang sangat berbeda dengan ajaran Gereja yang memberikan kewenangan dan ketaatan kepada Paus, Kardinal, dan Uskup. Wallahu'alam.

Bahayanya Penyakit Munafiq. 

http://www.eramuslim.com/nasihat-ulama/terapi-kalbu-yang-sakit.htm

Senin, 16/05/2011 06:42 WIB | email | print
oleh Aidh Abdullah al-Qarni
Ketahuilah, sesungguhnya tubuh ini sering sakit da penyakitnya, sebenarnya mudah dan gambang disembuhkan , karena manusia telah membuka berbagai rumah sakit untuknya dan juga berbagai poliklinik serta berbagai apotik, dan para doker dan perawat serta para apoteker siap untuk mengobatinya.
Tetapi, bila kalbu (hati) manusia dihinggapi oleh penyakit, maka penyakit yangdideritanya sangat berbahaya. Karena dampaknya akan mengahancurkan da membinasakan pasiennya, bahkan dapat menjerumuskannya ke dalam neraka yang besar nyala apinya.
Para tabib hati adalah para Rasul alahaimus sholaatu was sallam, para ulama yang mukhlis, dan para da'i yang waspada.
Ketahuilah, sesungguhnya Allah telah membagi penyakit dalam dua bagian. Kedua bagian ini telah disebutkan dalam al-Qur'anul karim. Ahlul ilmi telah membicaraka masalah penyakit hati ini dan pembahasan yang paling baik dan paling utama dalam membahas masalah ini yang digambarkan oleh Ibnu Qayyim, dalam "Ighootsatul Lahfaan min Mashoo-idisy Syaithoon -Membebaskan yang terjerat oleh jebakan setan".
Ada sebuah penyakit yang tiada obatnya, kecuali yang bersangkutan pasrah kepada Allah dan masuk Islam. Jika tidak, neraka jahanamlah balasannya sebagai pembalasan yang setimpal. Tiada kebebasan dan tiada syafa'at baginya, baik dari para nabi, maupun para rasul, melainkan balasannya adalah kekal di dalam neraka. Jenis penyakit inilah yang disebut dengan penyakit munafiq.
"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya". (QS : al-Baqarah : 10).
Mereka yang munafiq itu adalah orang-orang yang memperlihatkan Islam lahiriyah. Padahal mereka menyembunyikan kekafiran dalam hatinya.Mereka terdapat di setiap kampung, kota, agama,masa, dan zaman dan tempat. Semoga Allah menyelamatkan diri kita dari penyakit ini.
Penyakit munafiq ini bila telah menguasai kalbu seseorang memunyai pertanda-pertanda sebagai berikut :
Pertama, yang bersangkutan enggan shalat berjama'ah. Jika ia shalat, ia mengerjakannya karena riya dan pamer. Allah Ta'ala berfirman :
"Mereka bermaksud riya' (dengan shalat) dihadapan manusia". (QS : An-Nisa' : 142)
Kedua, mereka jarang mengingata Allah.Bahkann dia lebih banyak menigngat syahwat, makanan, minuman, teman-teman, orang-orang yang dikasihinya, dan tempat-tempat kenikmatan syahwat, tempat tinggal yang indahnya daripada mengingat Allah. Allah telah berfirman :
"Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah, kecuali sedikit sekali". (QS : An-Nisaa : 142)
Ketiga, mereka mengucapkan dengan mulutnya apa yang tidak ada didalam hatinya. Oleh karena itu, mereka suka memuji Islam, orang-orang shalih, al-Qur'an, dan dzikir. Padahal, Allah mengetahui kebencian yang terpendam dalam kalbu mereka terhadap Islam, agama, masjid, dan orang-orang yang berdzikir. Allah Ta'ala berfirman :
"Dan diantara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu dan dipersaksikannya kepada Alalh (atas kebenaran) isi hatinya. Padahal, ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari mukamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya dan merusak tanaman-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukaikebinasaan. Dan apabila dikatakan kepadanya : 'Bertaqwalah kepada Allah', bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) nereka jahanam dan sungguh nereka jahanam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya". (QS : al-Baqarah : 204-206).
Penyakit yang membahayakan ini disebut oleh Allah Ta'ala sebagai penyakit yang sangat parah, yaitu penyakit munafiq.
Ibnu Tamiyah mengatakan kepada salah seorang ahli ilmu manthiq dari kalangan orang-orang munafiq : "Bertaubatlah kepada Allah. Perbanyaklah menyebut nama Allah". Ahli munafiq menjawab : "Aku tidak dapat". Ibnu Tamiyah bertanya : "Mengapa engkau tidak dapat melakukannya?". Ia menjawab : "Aku measaka hatiku tertutup oleh kgelapan yang bertumpang tindih satu sama lainnya".
Adakalnya penyakit ini bila menjangkiti kalbu sebagian orang, akan menjai parahlah ia sehingga yang bersangkutan membenci segala sesutu yang ada kaitannya dengna Islam. Bahkan ada sebagaian orang dar mereka yang berani mengejek al-Qur'an. Manakala ditemui oleh seorang ulama, ia berkata kepadanya : "Ceritakanlah kepadaku sebagian dari kata-kata yang bijak". Si ulama pun mengingatkannyadengan beberapa buah ayat dari al-Qur'an, lalu ia menjawab : "Ini dari al-Baqarah dan al-Imranmu, tetapi berikanlah kepadaku sebagian dari filsafat Socrates da Abicrates". Penyakit in yang bersangkutan sejak mula berpaling dari al-Qur'an.
Memang dikalangan para pemuda sama sekarang terdapat orang yang tidak penah membaca al-Qur'an dan Hadist serta tidak pernah menghadiri majelis agama (Islam) atau pengajian, tetapi dia mempunyai buku-buku referensi musuh-musuh manusia, seperti buku yang berjudul : "Al Insan Laa Yakuunmu Wahdahu" (Manusia tidak dapat berdiri sendiri). Kaifa Tunhi Yaumaka dan Kaifa Tusaithiru 'alaa' Aqlika" (Bagaimanacara anda menguasa akal anda), dan sebagainya.
Orang yang bersangkutan berada dalam kekuasaan halusinasinya dan kemauan hawa nafsunya. Allah Ta'ala berfirman :
"Barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghiduan yang sempit dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta. Bertakalah ia 'Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya seorang yang melihat. 'Allah berfirman : 'Demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat kami, maka kamu melupakannya dan begitu pula pada hari inipun kamu dilupakan". (QS : Thahaa : 124-126)
Allah Ta'ala berfirman pula :
"Dan apabila diturunkan suatu surat, maka diantara mereka (orang-orang munafiq) ada yang berkata 'Siapa diantara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini? Adapun orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa gembira". (QS : at-Taubah : 124)
Bergembirlah bagi orang-orang yang mencintai al-Qur'an dan As-Sunnahnya. Karena tidaklah sekali manusia makin lama duduk, mendengar, dan membacanya,melainkan makin bertambah pula keimannya. Tidak lah pula sekali-kali orang yang berpaling makin bertambah parah, melainkan bertambah kekafiran, kemunafiqan, dan laknatnya. Allah Ta'ala berfirman :
"Adapun orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambahlah kekafiran mereka disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir". (QS : at-Taubah : 125)
Salah seorang ahli ilmu manthiq bernama Ibnu Rawandy bersua dengan salah seorang pedagang dari kalangan kaum muslim dengan membawa ternak sapi, ternak kambing dan ternak unta miliknya. Dia seorang hamba sahaya dan memang kita semua adalah hamba Allah.
Ibnur Rawandiy pun menengadahkan pandangannya ke langit ser aya berkata : "Aku adalah Ibnur Rawandiy yang cerdas, bahkan termasuk yang tercerdas di dunia, sedang budak ini Engkau berikan kepadanya kuda, dan sapi. Dimanakah letak keadilan-Mu? Selanjutnya, Ibnur Rawandy melemparkan roti ke sungai seraya berkata : "Dimanakah letak keadilan-Mu?". Kemudian Ibnur Rawandiy memberikan komentarnya, "Semoga Allah memberkati kebodohan yang disertai dengan ketaqwaan dan semoga Allah melaknat kecerdasan yan diberangi dengan kefasiqan".
Bagaimana kalbu ini menjadi menjerit dan marah seperti itu?Sehingga, yang bersangakutan marah-marah dan menjerit seperti seura keledai?
Allah Ta'ala berfirman :
"Sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, etapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.Mereka itulah orang-orang yang lalai". (QS : al-A'raf : 179).
Penyakit ini menyebabkan penderitanya menjadi kafir, zindiq atau manufiq, dan mereka akan ditenggelamkan ke dalam neraka jahanam. Wallahu'alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar