Hati-hati “Intel” Berkedok Aktivis Islam di Facebook Senin, 05 November 2012 http://www.hidayatullah.com/read/25744/05/11/2012/hati-hati-%E2%80%9Cintel%E2%80%9D-berkedok-aktivis-islam-di-facebook.html Hidayatullah.com--
Di Indonesia pengguna Facebook (FB)
lebih dri 43,5 juta orang dan terbesar kedua didunia. Menurut catatan,
pemakai mayoritas usia 20 tahun. Faktor lingkungan, keluarga dan
masyarakat yang tidak mampu memenuhi ‘kebutuhan’anak muda menemukan apa
dahaga yang diinginkan anak-anak muda, menjadikan mereka menjadikan
dunia maya menjadi tempat pencarian eksistinya, termasuk kebutuhan
spritualnya.
Hanya di sinilah letap persoalannya, karena saat ini, dunia maya dan jejaring sosial seperti FB dan twitter justru dijadikan lahan menarik kalangan agen-agen intelijen ‘memperdayai’ anak-anak muda. Pernyataan ini disampaikan Pemerhati Kontra-Terorisme dan Direktur CIIA, Harits Abu Ulya. Harits mencermati kasus terbaru, sebagaimana dialami aktivis remaja masjid Jakarta, Herman dan David yang ditangkap Detasemen Antiteros (Densus) 88, setelah berkenalan dengan seorang bernama Basir.
“Karenanya, kawula muda pengguna jejaring sosial jangan mudah heran,
kagum,dan terpesona dengan "doktrin" yang tidak sehat yang mengajak pada
tindakan-tindakan kekerasan atau "perlawanan", apalagi mengarah pada
bentuk dan aksi-aksi teror,” demikian ujarnya kepada hidayatullah.com, Ahad (04/11/2012) kemarin.
[Baca juga: Mustofa Nahrawardaya: Waspadai Jebakan Operasi Intelijen di Dunia Maya dan FB] Tiga Tips Lebih jauh ia memberi tips anak muda dan remaja Muslim pengguna jejaring sosial agar tidak terjebak dengan permainan ‘kejam’ intelijen yang secara sengaja ingin memanfaatan mereka. Pertama, menurut Harits, pastikan orang-orang yang dikenal di jejaring sosial dan terdaftar menjadi teman adalah orang yang dikenal serta bisa dipercaya. Kedua, jangan mudah percaya kepada orang-orang baru dikenal, apalagi terlihat bersemangat dan menggebu-gebu dalam masalah Islam. Sebab di dunia maya seperti jejaring sosial, orang bisa dengan mudah menyamar, menyaru atau pura-pura sebagai aktivis dengan menggunakan nama-nama samaran. Yang terakhir, yang tdak boleh dilupakan remaja masjid, aktifis Kerohanian Islam (Rohis), jejaring sosial bukan ruang privacy, sehinga dengan enak mamasang dan mengabarkan info-info serta foto-foto yang bersifat pribadi dan intern. “Ini minimal langkah untuk meredusir upaya-upaya klandestin atau intelijen gelap yang hendak menjebak para aktifis Islam. Karenanya, di jejaring sosial, jangan mudah memasang info-info pribadi yang tidak perlu,” tambahnya. “Juga janganlah seorang jamaah atau anggota komunitas Islam sesuka hati bicara persoalan-persoalan privacy organisanya. Jika ini terjadi, maka sangat kontra produktif. Mengingat, monitoring biasanya dilakukan secara intens oleh intelijen melalui dunia maya, nah bisa bahaya cara intelijen nakal seperti sekarang ini yang akan memanfaatkan untuk kepentingan "gelap" mereka.”* Rep: Panji Islam Red: Cholis Akbar | |||||||
Mustofa Nahrawardaya:
Waspadai Jebakan Operasi Intelijen di Dunia Maya dan FB
Kamis, 01 November 2012 http://www.hidayatullah.com/read/25693/01/11/2012/mustofa-nahrawardaya%3A-waspadai-jebakan-operasi-intelijen-di-dunia-maya-dan-fb.html
Hidayatullah.com--
Sosok Basir, pria yang dikenal melalui Facebook yang akhirnya ikut menyeret remaja belia bernama David dalam kasus terorisme dalam penangkapan di Palmerah Jakarta hingga kini masih misterius. Bahkan polisipun hingga kini tidak mengemumkannya.
Rep: Thufail al GhifariMenurut Mustofa B. Nahrawardaya, kasus ini merupakan cara baru rekayasa intelijen.Basir tercatat berkenalan melalui media sosial Facebook dengan Nanto, David dan Herman. Keberadaan Basir menginap di rumah David awalnya karena ingin menumpang untuk mencari pekerjaan di Jakarta. Namun, pada hari Sabtu (27/10/2012) Basir ditangkap bersama Nanto, David dan Herman di Palmerah Jakarta. “Ini adalah cara terjorok konspirasi Intelijen hitam dalam menjerumuskan umat Islam,” begitu jelas Mustofa B. Nahrawardaya kepada hidayatullah.com menganalisa fenomena ini, Kamis (01/11/2012). Menurut pengamat intelijen yang juga dikenal aktivis pemuda Muhammadiyah ini Densus 88 dan BNPT sudah gagal dalam menerapkan deradikalisasi dengan pola konvensional. Pola konvensional maksudnya dengan melakukan intervensi ke pengajian-pengajian dan masjid-masjid. Karena itu ia menggunakan cara teror untuk menebar ketakutan dengan pola baru. Tujuan dari pola non konvensional ini diharapkan bisa menghadirkan ketakutan di kalangan orang tua dan masyarakat dengan isu-isu syariat Islam. “Jadi sekarang agen intelijen yang mengaku pejuang Islam buatan Densus ini cukup berkenalan di Facebook, mengidentifikasi rumah lalu menjebak dengan menaruh barang bukti, setelah itu menghilang sementara orang yang disinggahi rumahnya akan diciduk karena terkait jaringan terorisme..ini kotor sekali,” Jelas Mustofa. Mustofa tegas mengingatkan sosok-sosok seperti Basir ini berkeliaran di media sosial seperti Facebook, Twitter dan sebagainya. Dunia media sosial menjadi cara paling murah merekrut orang untuk dituduh teroris. Dengan cara murah ini tetap bisa menghasilkan fitnah dengan hasil yang menggemparkan. “Ya contohnya pada kasus David, anak hanya aktivis yang mencintai Islam tidak memiliki hubungan dengan jaringan teroris manapun, hanya karena kenal dengan Basir langsung asal dituduh teroris.” Remaja Islam Harus Berhati-hati di Media Sosial Mustofa dengan intonasi penuh kekhawatiran juga mengingatkan agar remaja Islam berhati-hati berkenalan dengan orang asing di dunia maya. Pasalnya saat ini semangat kebangkitan Islam itu sudah mulai tertanam di kalangan pemuda dan remaja. “Remaja Islam yang sadar syariat Islam itu sudah banyak, namun kadang masih polos dengan ungkapan-ungkapan di dunia maya, ini harus hati-hatin” jelas Mustofa. Memiliki semangat Islam itu baik namun harus tetap diiringi dengan ilmu. Semua itu bertujuan agar kita lebih bisa memilah dan berstrategi agar perjuangan Islam tidak ditunggangi operasi Inteligen.“Jika baru berkenalan dengan orang asing yang berteriak-teriak Islam secara frontal di dunia maya, wajib kita berhati-hati sampai kita kenal betul siapa dia dan apa latar belakangnya. Jangan mau sembarangan diajak ketemu di dunia nyata,” tambah Mustofa.* Red: Thoriq |
masalah nuklir, finansial keuangan negara, tata negara, politik internasional, perselisihan mazhab, persatuan umat islam, nasionalisme, pembangunan bangsa, ketahanan nasional, hutang negara, perang dunia, timur tengah, new world order
Tidak ada komentar:
Posting Komentar