Jangan harap UU Terorisme diberlakukan kepada Kristen Radikal!
CIANJUR (voa-islam.com) - Munarman yang menjadi salah satu pemateri dalam acara “Silaturahmi dan Sarasehan Organisasi serta Aktivis Gerakan Islam se-Indonesia” yang diselenggarakan oleh GARIS (Gerakan Reformis Islam) di Hotel Setia, Cianjur, Jawa Barat, memaparkan sebuah slide yang penah menjadi bahan briefing kepada seluruh komandan Kodim dan Pangdam seluruh Indonesia.
Ketua DPP FPI ini saat diskusi pada hari Ahad pagi (18/12) menjelaskan bahwa dalam slide tersebut dengan jelas tudingan teroris desematkan kepada kelompok Islam.
“Ini adalah file briefing kepada komandan Kodim dan Pangdam seluruh Indonesia. Ada dua kekuatan yang mengancam negara ini yaitu kekuatan Kristen Radikal; neo liberal, kapitalisme, demokrasi, Sosdem, NewLeft, Sosialime, Kiri Revolusioner dan ada Terorisme, dari sini saja sudah terlihat bahwa yang teroris itu adalah Islam. Ini briefing mereka, aparat negara dibriefing seperti ini bahwa ancaman yang kedua di sebelah kanan dari kelompok teroris; gerakan politik Islam Radikal dan Islam Transnasional,” ungkapnya di hadapan ratusan para aktivis se-indonesia yang hadir.
Sebagaimana yang ia jelaskan, dengan demikian undang-undang terorisme itu hanya digunakan bagi kelompok Islam dan jangan berharap aparat akan menindak dengan pasal terorisme bagi kelompok Kristen Radikal meskipun mereka juga menggunakan cara kekerasan.
“Jadi jangan berharap kalau undang-undang terorisme itu diberlakukan untuk kelompok sebelah kiri (Kristen Radikal) walau pun menggunakan cara kekerasan yang sama,” tegasnya.
Selanjutnya Munarman menjelaskan bahwa kelompok yang dirangkul aparat adalah kelompok Islam Moderat demi menjaga Nation State. Padahal konsep Nation State menurut Munarman pada dasarnya adalah membagi negara berdasarkan bahasa atau etnik, sehingga jika konsep ini diterapkan maka kosekwensinya Indonesia akan terpecah belah menjadi ratusan negara.
“Yang mereka jaga itu yang tengah; Nation State Islam Moderat, itu yang mereka jaga. Nation state itu apa? Konsep Nation State itu lahir dari perjanjian Westfalia yang terjadi pada tahun seribu tujuh ratusan. Waktu itu setelah Romawi runtuh karena kalah dalam perang melawan Islam sehingga Eropa terpecah belah karena tidak ada lagi penguasa tunggal kekaisaran Romawi. Setelah kalah dari Islam perang terus-terusan kerajaan-kerajaan kecil itu maka pada tahun seribu tujuh ratusan itu bersepakat untuk membagi wilayah berdasarkan kebangsaan Nation State. Prinsip pembagian Nation State itu berdasarkan bahasa atau kesamaan etnik, jadi kalau Indonesia ikut-ikut konsep Nation State, maka Indonesia akan terbagi menjadi lebih dari tiga ratus negara, itu kalau konsekwen dengan konsep Nation State. Jadi banyak orang yang tidak mengerti konsep dasar tapi menggunakan istilah itu,” paparnya.
Israel, Fasisme Dunia Ketiga, dan Gladio
Buku ini telah membahas hubungan-hubungan Nazi dan kelompok-kelompok berkecenderungan fasis lainnya dengan pertama, Zionisme, dan lalu, Israel – kaitan-kaitan yang pasti mengejutkan banya orang. Fakta lain yang telah ditegaskan adalah kaitan penting antara Israel dan para fasis pasca perang. Selama Perang Dingin, sejumlah diktator dan junta (yakni, pemerintahan militer hasil kudeta) di seluruh dunia dengan senang menjalin hubungan kerja yang akrab, namun sering kali amat rahasia, dengan negara Yahudi itu.
Kenyataan bahwa Israel mendukung rejim-rejim dan organisasi-organisasi penindas di seluruh dunia dijelaskan rinci oleh penulis Israel , Benjamin Beit-Hallahmi, dalam bukunya The Israeli Connection: Who Israel Arms and Why. Menurut Beit-Hallahmi , Israel , bekerjasama dengan Amerika, memastikan “kemantapan” rejim-rejim penindas di seluruh dunia.
Sekutu-sekutu Israel di Afrika mencakup beberapa diktator kejam, penindas, dan bahkan biadab seperti Idi Amin, Bokassa, dan Mobutu. Sebagaimana ditunjukkan oleh Hallahmi, Afrika telah menjadi fokus utama Israel di tahun 1950-an. Sejak saat itu, Israel telah mendukung dan mempersenjatai banyak rejim penindas Afrika, dan penasihat-penasihat Israel telah melatih dinas intelijen mereka. Gerilyawan-gerailyawan sayap kanan UNITA dan FNLA di Angola; para pengawal pribadi Idi Amin dan “Kaisar” Bokassa; pasukan komando OAS Perancis yang memberontak terhadap keputusan De Gaulle memberikan kemerdekaan kepada Aljazair; pasukan penjajahan Portugis di Mozambik, Angola, dan tempat-tempat lain; pasukan raja Ethiopia, Haile Selassie; dan yang terpenting, “pasukan keamanan” bertangan besi rejim kulit putih rasis di Afrika Selatan.
Semuanya dilatih para pakar militer Israel .
Idi Amin (kiri) dan Bokassa (kanan): dua terkenal diktator AfrikaSelatan dengan siapa pembentukan Israel dalam berkolaborasi. |
Kaum fasis di Amerika Tengah dan Selatan juga mendapat tempat penting di antara para sekutu negara Yahudi ini.
Selama bertahun-tahun Israel menjadi pemasok terbesar bantuan kepada sejumlah rejim dan partai fasis Amerika Latin, termasuk junta militer dan kartel narkobanya.
Di antara para sekutu rahasia Israel di daerah itu adalah junta militer yang bertahun-tahun memerintah Guatemala . Israel telah lama menjadi sumber pasokan senjata utama junta itu. Negara Yahudi ini juga telah membantu rejim itu mempertahankan kendali politik dan sosialnya. “Dilaporkan, 80 persen penduduk Guatemala telah dicakup, dengan nama dan keterangan lain mereka tersimpan di memori komputer. Sumber-sumber gerilyawan menyatakan bahwa sistem komputer itu telah digunakan untuk menyediakan daftar nama bagi pasukan-pasukan maut sayap kanan.” Orang-orang yang “berbahaya” bagi pemerintah telah diculik dan dibunuh oleh “pasukan-pasukan maut” yang dilatih oleh orang-orang Israel.“ ... 25 sampai 40 orang Israel bekerja pada dinas intelijen Guatemala . Benedicto Lucas Garcia, kepala staf angkatan bersenjata Guatemala (1978-1982), membenarkan keterlibatan mendalam ini dalam wawancara di tahun 1985, termasuk kehadiran penasihat-penasihat militer Israel dan pembuatan sistem pengawasan berbantuan komputer.” Sebuah upaya dalam Kongres Amerika untuk mengutuk pelanggaran hak asasi manusia oleh rejim Guatemala , termasuk banyak pembunuhan yang dilakukannya, telah digagalkan oleh upaya-upaya lobi Israel demi kepentingan rejim itu. Tentang rasa terima kasih rejim itu kepada Israel , Noah Chomsky menjelaskan: “... Agaknya hal itu benar...di Guatemala, di mana kepala staf angkatan darat rejim Lucas Garcia yang mirip Nazi berterima kasih kepada Israel atas bantuan militer yang telah diberikan, dengan menytakan bahwa ‘Tentara Israel adalah sebuah model dan teladan bagi kami,’ sementara rejim baru Rios Montt, yang ditaksir telah membunuh sedikitnyan 5 ribu orang India selama masa perang Lebanon sekaligus memaksa 200 ribu orang meninggalkan rumah mereka, menyatakan bahwa ‘kami berhasil [dalam kudeta militer yang membuat mereka berkuasa] karena tentara kami dilatih oleh orang-orang Israel.’ “
Keadaan di El Salvador juga tak jauh berbeda dari tetangganya di utara, Guatemala . Teror negara Salvador yang gemar membunuh itu direkam oleh Oliver Stone dalam filmnya yang terkenal, Salvador . Chomsky menulis bahwa teror yang dilakukan di negara itu berakibat pembantaian sistematis ribuan petani oleh pasukan pemerintah.
Sebagai sekutu tetap rejim-rejim sayap kanan, Israel sekali lagi berada di balik teror negara itu. ”... Di awal tahun 1980-an, telah luas diketahui bahwa El Salvador menjalin perjanjian rahasia dengan Israel untuk bantuan keamanan anti-gerilya. Arnold Ramos, wakil dari Front Revolusioner Demokratik Salvador, menyatakan bahwa Israel memiliki 50 penasehat militer di El Salvador; laporan-laporan lain menyebutkan jumlahnya 100.” Para pelatih Israel itu ikut bertanggung jawab atas perubahan siasat tentara Salvador dalam perang melawan para gerilya. Diilhami oleh pembimbing Israelnya, Kolonel Sigifredo Ochoa menggapai ketenaran sebagai ahli siasat yang agresif. Sejak tahun 1977-1979, saat keterlibatan Israel berada pada puncaknya, orang-orang Israel melatih regu-regu anti-pemberontakan – dikenal, secara tak resmi, sebagai pasukan maut.
Mantan Kolonel Angkatan Darat Salvador dan Wakil Menteri Dalam Negeri, Rene Francisco Guerra y Guerra, melihat sendiri pelatihan itu di tahun 1970-an dan teringat bahwa salah seorang tarunanya, yang terus maju meraih kecemerlangan politik yang kebersihannya meragukan, adalah Roberto D’Aubuisson. Pendiri ekstrim kanan Partai ARENA D’Aubuisson berlatih di bawah bimbingan orang-orang Israel sebagai seorang perwira muda ANSESAL. Dikenal sebagai “Mayor Blowtorch,” ia menjadi pemimpin pemberi ilham bagi kader-kader pembunuh sewaan dan secara luas diyakini terlibat perencanaan pembunuhan Uskup Agung Romero dari San Salvador oleh pasukan maut (dengan bantuan seorang gerilyawan “Chino ” Lau, yang dikatakan Kepala Staf Honduras , Lopez, juga peserta pelatihan oleh orang Israel ) ...
Sebuah plakat bermaknadalam salah satu pawaiprotes terhadap Israel: SDavid pada bendera Israeldigantikan oleh swastika. Di bawah "bendera Judeo-Nazi"ditulis, "The Real Image Israel |
Hubungan yang serupa ada antara Israel dan banyak kelompok fasis lain di Amerika Latin. Israel mempersenjatai dan melatih para kontra (gerilyawan) Nikaragua di Honduras, junta militer berdarah di Argentina, kediktatoran Pinochet di Chile, yang terkenal karena penyiksaannya, dan pembunuh-pembunuh sewaan kartel-kartel narkoba Kolombia. Di dalam buku Israeli Connection, Beit-Hallahmi menyebut Amerika Tengah dan Selatan ebagai “bayangan jauh Israel” dan melanjutkan:
“Orang-orang Israel tak membiarkan masalah hak asasi manusia ini menghalangi urusan mereka,” seorang politisi sayap kanan Guatemala yang terkemuka berkata dalam sebuah wawancara baru-baru ini: ”Anda bayar, mereka kirim. Tak ada pertanyaan, tidak seperti orang-orang Barat.”
Di antara sekutu Israel yang terburuk namanya di Amerika Latin adalah Contra, gerilyawan yang menentang pemerintahan Sandinista di Nikaragua. Contra disusun oleh CIA untuk melawan kaum Sandinista, yang berkuasa setelah menggulingkan kediktatoran Somoza dengan dukungan dari rakyat dan Gereja Katolik di tahun 1979. Contra juga menerima senjata dan pelatihan dari orang-orang Israel .
Namun, hubungan dekat Israel dengan kaum fasis dan neo-Nazi Eropa tetap berlanjut, sebuah fakta yang sedikit diketahui tetapi tak meragukan. Livia Rokach membeberkan bukti penting tentang hal ini dalam bukunya Israel’s Sacred Terrorism (Terorisme Suci Israel), yang berdasarkan pada buku harian Moshe Sharett, salah satu perdana menteri pertama Israel. Menurut Rokach , Israel menjalin hubungan akrab dengan organisasi-organisasi dan orang-orang ekstrim kanan di Eropa, dan juga membantu mereka dengan berbagai cara. Misalnya, Rokach mengutip persekongkolan antara negara Yahudi itu dengan mantan jenderal Nazi dan kepala dinas rahasia Jerman Barat, Reinhard Gehlen. Para penulis Israel, Dan Raviv dan Yossi Melman, juga merujuk ke kaitan antara Gehlen dan Israel dalam buku mereka Every Spy a Prince. Mereka melaporkan bahwa Gehlen membina suatu hubungan yang amat dekat antara organisasinya dan Mossad selama menjabat sebagai kepala dinas intelijen Jerman Barat.
Di antara kaitan-kaitan Israel yang lebih patut dicatat dengan kalangan ultra-kanan Eropa adalah perkumpulan Masonik P2 (Propaganda Due), dan Gladio, sebuah kelompok yang terkait dengan kegiatan-kegiatan teroris. Mantan mata-mata Mossad, Victor Ostrovsky, mengungkapkan rahasia-rahasia Mossad-P2-Gladio dalam bukunya The Other Side of Deception (Sisi Lain Muslihat), yang diterbitkan tahun 1994 setelah karyanya yang luar biasa, By Way of Deception (Dengan Cara Muslihat). Ostrovsky menulis bahwa pemimpin perkumpulan Masonik P2 yang terkenal jahat, Licio Gelli, adalah “sekutu” Mossad di Italia, sebagaimana perkumpulan P2 yang dipimpinnya, maupun organisasi Gladio dengan mana ia berhubungan dekat. Sepanjang tahun 1980-an, Mossad berdagang senjata lewat Italia menggunakan jalur Gelli-P2-Gladio.
Hubungan Mossad-Gladio yang diungkapkan Ostrovsky adalah penting dan memberi kita petunjuk berharga tentang sekutu-sekutu Mossad di negara-negara lain. Gladio hanyalah cabang Italia dari suatu jaringan besar yang awalnya dibentuk selama Perang Dingin untuk melakukan perlawanan bawah tanah seandainya Soviet menyerbu negara-negara NATO. Selama bertahun-tahun, banyak dari cabang-cabang itu disusupi dan diambil alih oleh kaum ekstrim kanan. Karena cabang Italia dari jaringan dunia itu sekutu Mossad dan ikut serta dalam operasi bersama dengan dinas rahasia Israel , kita dapat menganggap bahwa persekutuan serupa ada di negara-negaara lain.
Sungguh, buku Ostrovsky The Other Side of Deception memberikan bukti-bukti kuat atas perkiraan di atas. Mantan agen Mossad itu menggambarkan bagaimana Westland New Post, sebuah partai fasis, terkait erat dengan mitra Belgianya Gladio – dan bagaimana kedua kelompok Belgia itu terkait erat dengan Mossad. Menurut Ostrovsky, kedua kelompok Belgia itu melakukan sejumlah perampokan, pembajakan, dan pembunuhan politik di pertengahan 1980-an – dengan dukungan Mossad. Tujuan tindakan itu adalah “menggoyahkan” pemerintahan Belgia dan mendorongnya lebih kanan dengan menuduh orang-orang sayap kiri atas semua kejahatan itu maupun pemerintah atas kegagalannya mencegahnya. Ostrovsky menceritakan bahwa tiga anggota kelompok teroris sayap kanan itu, yang terpaksa meninggalkan Belgia, melarikan diri ke Israel dan diberikan jatidiri baru oleh Mossad, sebagai bagian kesepakatan sebelumnya antara orang-orang Israel dan para teroris Belgia. Buku The Other Side of Deceptiion juga menyentuh masalah kerjasama antara Mossad dan kelompok-kelompok fasis Perancis.
Dengan demikian, telah jelaslah bahwa Israel menjalin hubungan rahasia yang berpengaruh dengan beberapa organisasi dan rejim fasis di seluruh dunia sebagaimana ditegaskan oleh Profesor Benjamin Beit-Hallahmi, negara Yahudi ini telah mengekspor “cara pikir penindas” kepada semua pengikut fasisme di seantero dunia.
Buku kami New World Order – New Masonic Order (1996) memberikan sebuah analisa yang terperinci tentang kaitan erat Amerika Masih Serius Perang Melawan Terorisme by Menulis Kreatif on Monday, September 12, 2011 at 8:40am Hehehe.. kamu jangan keburu stres kalo baca judul gaulislam edisi ke-203 ini. Dari judulnya aja panjangnya minta maaf (hehehe sengaja pake kata “maaf” karena kata ampun hanya ditujukan kepada Allah Swt.); enam kata! Belum lagi pilihan katanya. Heuhh bikin kamu bete kalo nggak biasa baca tulisan-tulisan dengan serius dan bakalan nganggap tuh judul serem banget. Hmm… Bro en Sis pembaca setia gaulislam. Sengaja saya membuat judul panjang seperti ini dan mengangkat tema terorisme karena sedang hangat dibincangkan. Maklum, kemarin, 11 September 2011 adalah bertepatan dengan 10 tahun teror bagi Amerika. Kamu pasti udah pada tahu juga, minimal bagi yang baca berita serius ya, bukan cuma baca info sepakbola ama musik doang, bahwa pada 11 September 2011 silam dua gedung kembali di Amerika Serikat, yakni WTC ( Sobat muda muslim, saya waktu menyaksikan siaran berita pada 10 tahun yang lalu itu, nyaris nggak percaya bahwa itu adalah adegan nyata, bukan dalam film. Soalnya, dramatis banget sih, jarang ada sebuah peristiwa besar yang mendadak seperti itu berhasil diabadikan kamera televisi dengan begitu pas dan angle pengambilan gambar yang bagus banget. Hehehe.. belakangan ternyata apa yang sempat saya sebut sebagai momen yang dramatis terungkap juga, bahwa sebenarnya kejadian itu diduga kuat (atau bahkan) sudah dipastikan adalah bagian dari skenario yang dibuat AS sendiri untuk meyakinkan rakyatnya dalam upaya pemerintahan Bush memburu Osama bin Ladin atas nama War on Terrorism (Perang Melawan Terorisme). Okelah, kita nggak akan menceritakan momen tersebut dengan detil karena sudah banyak media Obama lanjutkan perang melawan terorisme Nggak berbeda dengan pendahulunya, Obama serius banget ingin melanjutkan perang melawan terorisme yang sudah ditabuh George W Bush sepuluh tahun silam. Obama menegaskan bahwa terorisme tak akan pernah menang sambil memuji keberanian warga Amerika. “Sepuluh tahun lalu, warga biasa Amerika menunjukkan kepada kita arti keberanian yang sebenarnya ketika mereka menaiki tangga, menembus kobaran api, juga masuk ke dalam kokpit pesawat,” kata Obama dalam peringatan 11 September yang disiarkan di radio dan internet. (Kompas.com) Mantan Presiden George W Bush dalam kesempatan yang sama juga mengatakan bahwa, “Dalam rentang waktu satu dekade, tragedi 11 September dirasakan dalam era berbeda. Namun, bagi keluarga yang kehilangan orang-orang tercinta, beberapa di antaranya bergabung dengan kita di sini, 11 September tak pernah dapat dilupakan.” Tony Blair, mantan Perdana Menteri Inggris yang ikut mendukung War on Terrorism yang digagas Bush ikut buka suara. Dia mengatakan bahwa kekuatan Barat harus dipuji untuk mengurangi ancaman teroris. Blair mengingatkan para pemimpin dunia untuk tetap waspada. ”Saya pikir kita telah menghancurkan jaringan Al-Qaeda,” kata Blair kepada radio BBC, ”namun, saya tidak berpikir ini sudah berakhir. Saya kira kaum Islam radikal yang membentuk kelompok teroris, masih bersama kita saat ini.” Bush dan Blair boleh jadi dua sejoli yang kompak dalam upaya memerangi terorisme yang mereka definisikan sendiri sesuai keinginannya. Terutama menghubungkan teror 11 September dengan kelompok Islam tertentu, khususnya yang mereka sebut sebagai jaringan al-Qaeda. Berhasilkah Amerika melawan terorisme? Perlu dijelaskan terlebih dahulu istilah terorisme dan teroris yang dimaksud pemerintah Amerika. Terorisme menurut pemerintah Amerika, adalah sebuah ideologi yang melawan hegemoni Amerika, merongrong kepentingan Amerika. Mereka menunjuk bahwa Islam adalah kekuatan yang memungkinkan untuk melawan Kapitalisme setelah Sosialisme yang diemban Uni Soviet terkapar. Di tahun 1990-an, Samuel P. Huntington dalam bukunya The Clash of Civilization and the Remaking of World Order, menuliskan bahwa peradaban Barat dengan pemimpinnya Amerika yang semakin menghegemoni dunia memunculkan perlawanan dari kubu Islam karena identifikasi westernisasi merupakan ancaman bagi agama Islam sebagai satu-satunya sumber identitas, makna, stabilitas, legitimitasi, kemajuan, kekuatan dan harapan. Sebenarnya gagasan ini mirip dengan yang dikemukakan pada 1950-an oleh sejarawan Inggris bernama Arnold Toynbee dalam bukunya Civilization on Trial dan The World and The West. Toynbee menyebutkan prediksinya bahwa perang sejati di abad berikutnya bukanlah antara komunis dan kapitalis, tetapi antara Barat dan Muslim. Hal ini terjadi karena menurut Toynbee, Barat dengan pemimpinnya Amerika bertekad menguasai seluruh dunia, untuk menjadi kekuasaan terbesar dalam sejarah. Soviet yang menjadi penghalang (saat itu) tidak akan bertahan lama karena mereka tidak beragama, tidak beriman dan tidak mempunyai substansi di belakang ideologi mereka. Suatu saat kaum Muslim akan menggantikan posisi Soviet karena mereka memiliki sesuatu yang tidak dimiliki Soviet. Entah, apakah pemerintah Amerika terpengaruh oleh Huntington dan Toynbee atau memang sudah punya niat untuk melawan Islam dan kaum muslimin, faktanya saat ini setelah peristiwa 11 September 2001, pemerintah Amerika getol memerangi terorisme, yang diidentikan dengan Islam dan kaum muslimin. Berhasilkah Amerika dan sekutunya memburu al-Al-Qaida yang mereka sebut berada di balik teror 11 September 2011? Tidak. Di Afghanistan, Amerika babak belur. Belum lagi invasinya ke Irak. Di WTC konon kabarnya lebih dari 3000 warga sipil tewas dalam serangan teror itu, tetapi harga yang dibayar untuk melunasi dendam itu tak sebanding. Berapa prajurit Amerika yang tewas, terluka bahkan menderita gangguan kejiwaan? Berapa biaya perang tersebut selama 10 tahun ini? Ini datanya. Studi yang dilakukan oleh para peneliti di Brown University di AS, di bawah pengawasan dua profesor Beta Crawford, Catherine Lutz, dan diterbitkan oleh universitas tersebut, “Perang di Irak dan Afghanistan, di samping kampanye melawan terorisme di Pakistan, terutama oleh pesawat tak berawak, yang dilakukan oleh Amerika sendiri, telah menelan korban setidaknya 225 ribu orang, dan materi sebesar 3.700 miliar dolar.” Kalkulasi akhir korban langsung dalam perang tersebut sampai saat ini diperkirakan mencapai 225 ribu korban tewas, dan sekitar 365 ribu terluka. Dari total korban tersebut terdapat 31.741 tentara, termasuk sekitar 6 ribu pasukan AS, 1200 tentara dari pasukan sekutu Amerika Serikat, 9900 tentara Irak, 8800 tentara Afghanistan, 3500 tentara Pakistan, dan 2300 karyawan di perusahaan keamanan swasta. (Juli 2011, alamislam.com) Belum lagi tentara yang stres di Bro en Sis, kamu tinggal hitung sendiri deh, gimana besarnya biaya perang ini dan betapa babak belurnya Amerika untuk membiayai perang tersebut serta tekanan psikologis perang yang nyaris tak berkesudahan. Selama 10 tahun dan tak berhasil sampe sekarang. Menurut catatan Muslimdaily.net(24 Agustus 2011), mengutip pernyataan James Dobbins bahwa pada awalnya, pemerintahan Bush berperang dengan “percaya diri berlebihan dalam keberhasilan perang berteknologi tinggi untuk mengatasi teknologi rendah lawan”. Oya, James Dobbins adalah mantan duta besar Amerika yang sekarang bekerja di RAND Corporation, sebuah perusahaan think tank. So, setelah membuang taktik kontra pemberontakan dalam konflik Dalam catatan di situs www.sejarahperang.com, AS dan Prancis telah mengerahkan kekuatannya yang terbaik. Mereka menurunkan tentara yang handal berikut pesawat pemburu, jet tempur, pengebom super, pesawat pengacau elektronik, dan bom berpenuntun laser yang terbilang barn. Namun, semua itu bisa dipatahkan para pejuang Vietnam Utara dengan persenjataan seadanya, pesawat tempur kelas dua macam MiG17, MiG-21, dan rudal darat ke udara sederhana SA-2 Guideline. Perang yang menelan biaya 150 miliar dolar ini berakhir setelah AS tak kuasa lagi mempertahankan Ini sudah terbukti dan wajar banget kalo Nguyen Co Tach menuliskan pesan: “Tuan McNamara, Anda tentu tak membaca sejarah kami. Kami bukanlah budak Sobat muda muslim, pemerintah AS telah menghabiskan 10 miliar dolar per bulan, atau 120 miliar setahun, untuk melawan al-Qaeda di Afghanistan, data ini menurut CIA seperti yang dikutip dalam Financial Times (25-26/06/11, hlm. 5). Menurut catatan alamislam.com, selama 30 bulan terakhir dari kepresidenan Obama, Washington telah menghabiskan 300 miliar dolar di Afghanistan, dan masih ditambah sampai 4 miliar dolar untuk setiap kebijakan dalam melawan segala bentuk yang beraroma Al-Qaeda. Jika kita kalikan ini dengan anggaran yang harus dialokasikan untuk dua lusin wilayah dan negara lain di mana Gedung Putih mengklaim bahwa Al-Qaeda ada di Walhasil di Vietnam Amerika kalah dan bangkrut. Tak menutup kemungkinan (dan sudah mendekati bukti nyata), di Afghanistan pun, Amerika menuai kegagalan dari misi yang diembannya selama ini. Ingat, hanya untuk memburu beberapa orang saja (mungkin ratusan saja) dari kelompok al-Qaeda yang selama ini mereka tuduh sebagai biang teror di negaranya. Hehe.. aneh juga sih. Memburu al-Qaeda tapi yang dibumi-hanguskan Amerika penjahat dunia Bro en Sis, itu sebabnya, pilihan kata yang tepat saat ini untuk menggambarkan rezim pemerintah Amerika adalah “Penjahat Dunia”, bukan “Polisi Dunia”. Ini dibuktikan karena nafsu menjajahnya yang tinggi dan sebagai pelanggar HAM di beberapa negara. Irak dan Bagi pemerintah Amerika kebijakan luar negerinya tetap sama: menjajah. Ketika berkuasanya George Bush yang menyulut api peperangan dengan negeri-negeri Islam setelah tragedi 11 September 2001, juga semasa presiden baru saat ini, Barrack Obama. Sudah, tak ada bedanya. Sebab, baik Bush maupun Obama, bukanlah penguasa tunggal. Ya, karena Amerika tak mungkin dipimpin oleh satu orang dan memiliki kekuasaan penuh. Tidak. Masih ada “bos-bos” yang memiliki pengaruh dan cukup kuat dalam mewujudkan tatanan dunia baru sesuai keinginan mereka. Amerika seperti sudah menjadi musuh bersama bagi semua negara yang merasa dirugikan oleh sikap dan kebijakan politik luar negeri Amerika yang imperialis. Banyak negara, kelompok, dan termasuk individu yang benci Amerika. Kebencian itu disalurkan melalui beragam aksi. Pemboman di tempat-tempat strategis milik pemerintah Amerika atau tempat apapun yang ‘berlabel’ Amerika. Unjuk rasa menentang perang yang dikobarkan Amerika terjadi di mana-mana termasuk di dalam negeri mereka sendiri. Orasi dan tulisan tersebar luas di seantero dunia. Tak berbeda dengan era kepemimpinan Bush. Hanya saja menurut sebagian kalangan, Obama menggunakan soft power. Bukan hard power sebagaimana dilakukan Bush. Tapi nyatanya , Obama diam-diam menumpuk pasukannya di Afganistan untuk perang yang tak pernah dimengerti tujuannya oleh rakyatnya sendiri. Itu artinya, kebijakan Obama sama dalam imperialisme: hard power. Menggunakan kekerasan. Bahkan ketika Kebijakan Amerika dalam War on Terrorism juga diamini banyak negara, termasuk Bro en Sis rahimakumullah, siapa yang akan menghentikan kebrutalan AS dan sekutunya selama ini? Kita, kaum muslimin. Ya, kita punya tugas dan tanggung jawab melawan segala bentuk kezaliman. Seluruh kaum muslimin harus bersatu padu untuk mewujudkan kekuatan bersama dalam melawan hegemoni Amerika selama ini. Lebih keren lagi kalo kaum muslimin punya kepemimpinan umum dengan institusi bernama Daulah Khilafah Islamiyah. Kekuatan inilah yang telah berhasil mewujudkan tatanan dunia baru yang beradab. Ini sudah dibuktikan selama ratusan tahun kekhilafahan Islam dalam memimpin dunia. Saat ini memang Khilafah Islamiyah nggak diterapkan, tetapi insya Allah akan hadir kembali sebagaimana Sabda Nabi saw.: “Akan berlangsung nubuwwah (kenabian) di tengah-tengah kalian selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya (berakhir) bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya. Kemudian berlangsung khilafah menurut manhaj kenabianselama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya Kemudian berlangsung para Mulkan ‘Aadhdhon (para penguasa yang menggigit) selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya Kemudian berlangsung kepemimpinan Mulkan Jabbriyyan (para penguasa yang memaksakan kehendak) selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya Kemudian akan berelangsung kembali khilafah menurut manhaj kenabian. Kemudian beliau berhenti”. (HR Ahmad, No: 17680) Yuk, kita wujudkan kembali. Kita mulai dengan kesadaran, giat belajar Islam, sebarkan pemahaman Islam dengan dakwah dan amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sekarang juga kita mulai membenahi diri sendiri dan sekaligus orang lain. Insya Allah akan dimudahkan oleh Allah Swt. Tetap semangat![dimuat di Buletin Remaja gaulislam, edisi 203/tahun ke-4, 12 September 2011] Sabtu, 15 Oktober 2011Kemanusiaan berada di persimpangan jalan yang berbahaya. Persiapan perang untuk menyerang Petualangan militer ini telah digambarkan Pentagon sejak pertengahan tahun 1990-an. Menurut dokumen rahasia 1995 Komando Sentral Amerika Serikat, pertama Irak, berikutnya Eskalasi merupakan bagian daripada agenda militer. Sementara Sejak tahun 2005, Amerika Serikat dan sekutunya, termasuk mitra Amerika, NATO dan Israel, telah terlibat dalam penyebaran luas dan penimbunan sistem senjata mutakhir. Sistem pertahanan udara Amerika Serikat dan negara-negara anggota NATO serta Ini merupakan sebuah upaya terkoordinasi Pentagon, NATO, Israel Defense Force (IDF), dengan keterlibatan militer aktif dari beberapa negara mitra non-NATO termasuk negara-negara Arab garis depan (members of NATO's Mediterranean Dialogue and the Istanbul Cooperation Initiative), antara lain Arab Saudi, Jepang, Korea Selatan, India, Indonesia, Singapura, Australia, (NATO terdiri dari 28 negara anggota NATO dan 21 negara-negara lainnya merupakan negara anggota Euro-Atlantic Partnership Council (EAPC), Dialog Mediterania dan Istanbul Cooperation Initiative termasuk sepuluh negara Arab ditambah Israel.) Peran Mesir, negara-negara Teluk dan Arab Saudi (dalam aliansi militer yang luas) hubungannya khusus. Mesir mengontrol transit kapal perang dan kapal tanker minyak melalui Terusan Suez. Arab Saudi dan negara-negara Teluk menempati garis pantai Barat di Selatan Teluk Doktrin militer setelah peristiwa serangan 9/11 berupa penyebaran besar-besaran perangkat keras militer yang dijelaskannya sebagai bagian dari apa yang disebut "Perang Global Melawan Terorisme", dengan sasaran organisasi teroris "non-negara" termasuk al Qaeda dan apa yang disebut sebagai Negara sponsor "terorisme", termasuk Iran, Suriah, Libanon, Sudan. The setting up of new Amerika Serikat membangun pangkalan militer baru, menimbun sistem persenjataan canggih termasuk senjata nuklir taktis, dsb, sudah diimplementasikan sebagai bagian dari doktrin pertahanan militer pre-emptive di bawah payung "Perang Global Melawan Terorisme". Perang dan Krisis Ekonomi Implikasi lebih luas dari serangan Amerika Serikat-NATO-Israel terhadap Amerika Serikat dan sekutunya "memukul genderang perang" di puncak depresi ekonomi di seluruh dunia, belum lagi bencana lingkungan paling serius dalam sejarah Dunia. Dalam memutar-balikkan malapetaka yang menyedihkan salah satu pemain utama (BP) dalam permainan geopolitik Timur Tengah - Asia Tengah, yang sebelumnya dikenal sebagai Anglo-Persian Oil Company, adalah penghasut bencana ekologis di Teluk Meksiko. Media Disinformation Opini publik dipengaruhi oleh agitasi media yang secara diam-diam mendukung, acuh tak acuh atau berpura-pura bodoh mengenai dampak yang mungkin terjadi, dari apa yang terus-menerus dipropagandakan sebagai sebuah operasi "hukuman" yang khusus diarahkan terhadap fasilitas nuklir Iran, sebaliknya tidak memberitakan sebuah peperangan yang bersifat habis-habisan, termasuk persiapan perang serta penyebaran senjata nuklir yang diprodukasi Amerika Serikat dan Israel. Dalam konteks ini, konsekuensi yang menghancurkan dari perang nuklir apakah memang sengaja tidak disebutkan atau disepelekan. Menurut media dan pemerintah “krisis nyata" yang sebenarnya mengancam kemanusiaan bukan perang nuklir akan tetapi pemanasan global. Media akan membuat rekayasa krisis walaupun sebenarnya tidak ada krisis: "menakut-nakuti dunia" – dengan pandemi global H1N1 - tapi tidak seorang pun tampak takut terhadap perang nuklir yang disponsori Amerika Serikat. Rencana perang terhadap Klenik Pembunuhan dan Pembinasaan Mesin membunuh global juga menyokong klenik yang merupakan bagian penting dalam pembunuhan dan pembinasaan yang disebarkan melalui film-film "Mantan agen CIA Bob Baer mengatakan kepada kami," Mesin pembunuh ini disebarkan pada tingkat global, dalam kerangka struktur komando tempur terpadu. Hal ini secara rutin dikuatkan oleh instansi pemerintah, pemilik media dan birokrat serta intelektual dari the New World Order dan think-tank di Budaya pembunuhan dan kekerasan telah menjadi bagian penting dalam kesadaran manusia. Perang secara luas diterima sebagai bagian dari proses sosial: Tanah air harus "dibela" dan dilindungi. "Kekerasan yang dilegitimasi" dan pembunuhan di luar hukum yang ditujukan kepada "teroris" dijunjung tinggi dalam demokrasi barat, sebagai instrumen penting dari keamanan nasional. A "humanitarian war" is upheld by the so-called international community. It is not condemned as a criminal act. Its main architects are rewarded for their contributions to world peace. Sebuah "perang kemanusiaan" ditegakkan oleh mereka yang menyebut dirinya sebagai masyarakat internasional. Namun hal ini tidak dikutuk sebagai tindak pidana. Arsitek utamanya dihargai atas kontribusi mereka bagi perdamaian dunia. Sehubungan dengan Sebuah "Pre-emptive" berupa serangan udara yang ditujukan terhadap Saat ini secara terpisah terdapat tiga Dimana Iran menjadi objek serangan udara "pre-emptive" oleh pasukan sekutu, maka seluruh kawasan, dari Mediterania Timur ke perbatasan barat Cina dengan Afghanistan dan Pakistan, akan bergejolak, yang secara potensial akan menggiring kita kepada sebuah skenario Perang Dunia III. Perang juga akan meluas ke Hal ini sangat tidak mungkin bahwa pemboman, jika mereka laksanakan, hanya akan membatasi terhadap fasilitas nuklir Signifikansinya adalah penemuan baru-baru ini di Penargetan atas The planned attack on Serangan yang direncanakan terhadap Perencana militer Amerika Serikat-NATO telah memikirkan berbagai skenario eskalasi militer. Mereka juga menyadari akan implikasi geopolitiknya, yaitu bahwa perang bisa melampaui kawasan Timur Tengah - Asia Tengah. Termasuk dampak ekonomi di pasar minyak serta yang lain-lainnya juga telah dianalisis. Sementara Iran, Suriah dan Libanon merupakan target langsung, Cina, Rusia, Korea Utara, belum lagi Venezuela dan Kuba juga merupakan tujuan yang di ancam oleh Amerika Serikat. Taruhannya adalah struktur aliansi militer. Penyebaran militer Amerika Serikat-NATO-Israel termasuk latihan militer dan latihan yang dilakukan di perbatasan Rusia dan Cina segera membuahkan hubungan langsung dengan perang yang diusulkan terhadap Peperangan Global Tujuan strategis jangka menengah adalah untuk mentargetkan Iran dan menetralisir sekutu Iran, melalui diplomasi kapal perang - gunboat diplomacy. Tujuan militer jangka panjang adalah langsung menargetkan Cina dan Rusia. Sementara Penggelaran pasukan koalisi dan sistem persenjataan maju oleh Amerika Serikat, NATO dan mitra-mitranya yang berlangsung secara bersamaan di seluruh wilayah utama Dunia. Tindakan militer Amerika Serikat baru-baru ini di lepas pantai Korea Utara termasuk melakukan permainan perang-perangan adalah bagian dari desain global. Diarahkan terutama terhadap Rusia dan Cina, Amerika Serikat, sekutu NATO dan latihan militer, latihan perang, penyebaran senjata, dll sedang dilakukan secara simultan di hotspot geopolitik utama. -Semenanjung Korea, Laut Jepang, Selat -Penggelaran rudal Patriot di Polandia, pusat peringatan dini di Republik Ceko mengancam Rusia. -Penyebaran Angkatan Laut di - Penyebaran pasukan Amerika Serikat dan NATO di Georgia. - Penyebaran angkatan laut yang tangguh di Teluk Serentak di Timur Mediterania, Laut Hitam, Karibia, Amerika Tengah dan wilayah Andean di Amerika Selatan adalah wilayah-wilayah yang sedang berlangsung militerisasi. Di Amerika Latin dan Karibia, ancaman diarahkan terhadap “Bantuan Militer” Amerika Serikat Pada gilirannya, senjata berskala besar telah ditransfer dilakukan di bawah bendera "bantuan militer" Amerika Serikat ke negara-negara yang terpilih, termasuk kesepakatan persenjataan sebesar 5 miliar dolar dengan India yang dimaksudkan untuk membangun kemampuan militer India yang diarahkan terhadap Cina. (Huge U.S.-India Arms Deal To Contain China, Global Times, July 13, 2010). "Penjualan senjata akan meningkatkan hubungan antara Washington dengan New Delhi, dan disengaja atau tidak, akan memiliki efek yang menahan terhadap pengaruh Amerika Serikat memiliki perjanjian kerjasama militer dengan sejumlah negara-negara Asia Tenggara, termasuk Singapura, Vietnam dan Indonesia, meliputi "bantuan militer" serta partisipasi dalam latihan perang pimpinan Amerika di Pacific Rim (Juli-Agustus 2010). Perjanjian ini mendukung penyebaran senjata yang ditujukan terhadap Republik Rakyat Cina. (Lihat Rick Rozoff, Confronting both China and Russia: U.S. Risks Military Clash With China In Yellow Sea, Global Research, July 16, 2010). Demikian pula dan lebih langsung berkaitan dengan serangan yang direncanakan terhadap Iran, Amerika Serikat mempersenjatai negara-negara Teluk (Bahrain, Kuwait, Qatar dan Uni Emirat Arab) dengan rudal pencegat darat, Patriot Advanced Capability-3 dan Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) serta yang berpangkalan di laut yaitu pencegat Rudal Standar-3 yang terpasang pada kapal perang kelas Aegis di Teluk Persia. (Lihat Rozoff Rick, NATO’s Role In The Military Encirclement Of Iran, Global Research, February 10, 2010). Jadwal Penimbunan dan Penyebaran Militer Apa yang penting dalam hal transfer senjata Amerika Serikat ke negara-negara mitra dan sekutunya adalah pemilihan waktu saat pengiriman dan penyebarannya. Melancarkan operasi militer yang disponsori Amerika Serikat biasanya akan dilakukan setelah sistem persenjataan ini berada di tempat, dengan efektif dikerahkan melalui pelaksanaan pelatihan personil. ( Apa yang kita pahami adalah desain militer global yang teliti dan terkoordinasi yang dikontrol oleh Pentagon, melibatkan angkatan bersenjata gabungan lebih dari empat puluh negara. Ini merupakan penyebaran militer multinasional global, dan sejauh ini merupakan pertunjukkan terbesar sistem senjata mutakhir dalam sejarah Dunia. Pada gilirannya, Amerika Serikat dan sekutunya telah mendirikan pangkalan militer baru di berbagai belahan dunia. "Permukaan Bumi Disusun sebagai sebuah Medan Perang yang Luas - The Surface of the Earth is Structured as a Wide Battlefield". (See Jules Dufour, The Worldwide Network of US Military Bases , Global Research, July 1, 2007). The Unified Command susunannya dibagi menjadi Combatant Command geografis berdasarkan pada strategi militerisasi tingkat global. "Militer Amerika Serikat memiliki pangkalan di 63 negara. Pangkalan militer baru telah dibangun sejak 11 September 2001 di tujuh negara. Secara total terdapat 255.065 personel militer Amerika Serikat yang ditempatkan di seluruh dunia." (Lihat Jules Dufour, The Worldwide Network of US Military Bases , Global Research, July 1, 2007 Source: DefenseLINK-Unified Command Plan Skenario Perang Dunia III "Tanggung Jawab Wilayah Komandan Dunia" (Lihat peta di atas) mendefinisikan rancangan militer global Pentagon, yang merupakan salah satu penaklukan Dunia. Penyebaran militer ini terjadi di beberapa wilayah secara bersamaan di bawah koordinasi Komando regional Amerika Serikat, yang melibatkan penimbunan sistem persenjataan buatan Amerika Serikat oleh pasukan Amerika Serikat dan negara-negara mitra, beberapa di antaranya mantan musuh, termasuk Vietnam dan Jepang. Keadaan sekarang ditandai dengan pembangunan militer global yang dikontrol oleh sebuah negara adidaya Dunia, yang menggunakan banyak sekutunya untuk memicu perang regional. Sebaliknya, sewaktu terjadi Perang Dunia Kedua merupakan gabungan yang terpisah dari Perang global didasarkan pada penyebaran terkoordinasi kekuatan militer tunggal dominan, yang mengawasi tindakan sekutu-sekutu dan mitranya. Dengan pengecualian Dewan Keamanan PBB Dewan Keamanan PBB pada awal Juni mengadopsi putaran keempat sanksi sweeping terhadap Republik Islam Baik Cina maupun Rusia, ditekan oleh Amerika Serikat, yang telah mendukung sanksi DK PBB yang merugikan mereka. Keputusan mereka dalam DK PBB berkontribusi melemahkan aliansi militer mereka, yaitu organisasi Kerjasama Shanghai (SCO), di mana Resolusi Dewan Keamanan memberi "lampu hijau" secara de facto untuk melancarkan perang pre-emptive terhadap Inquisi Amerika: Membangun Sebuah Konsensus Politik Untuk Perang Secara serempak media Barat telah mencap Media Barat memukul genderang perang. Tujuannya adalah untuk menanamkan secara diam-diam, melalui pengulangan laporan media, yang menurut kesadaran batin orang sampai memuakkan, karena semata-mata berdasarkan dugaan bahwa ancaman Iran adalah nyata dan bahwa Republik Islam harus "dihancurkan". Dalam membangun sebuah konsensus proses untuk berperang mirip dengan inkuisisi Spanyol. Hal ini mengharuskan dan menuntut ketundukkan terhadap gagasan bahwa perang adalah usaha kemanusiaan. Dikenal dan didokumentasikan, ancaman nyata terhadap keamanan global berasal dari aliansi Amerika Serikat-NATO-Israel, sekalipun demikian relitasnya dalam lingkungan inquisitorial adalah terbalik: para penghasut perang berkomitmen untuk perdamaian, para korban perang diperkenalkan sebagai tokoh utama perang. Padahal pada tahun 2006, hampir dua pertiga orang Amerika menentang tindakan militer terhadap Iran, baru-baru ini jajak pendapat Reuter-Zogby pada Februari 2010 menunjukkan bahwa 56% orang Amerika mendukung aksi militer Amerika Serikat-NATO terhadap Iran. Membangun sebuah konsensus politik yang didasarkan pada sesuatu yang sama sekali bohong, bagaimanapun juga hanya mengandalkan posisi resmi mereka yang merupakan sumber kebohongan. Gerakan anti-perang di Amerika Serikat, yang sebagian telah diinfiltrasi dan dikooptasi, berasumsi pada posisi yang lemah berkaitan dengan Selain itu, mereka yang aktif menentang perang di Afghanistan dan Irak, tidak menentang pelaksanaan "pemboman hukuman" yang diarahkan kepada Iran, juga tidak mengkategorikan pengeboman tersebut sebagai tindakan perang yang berpotensi bisa menjadi awal Perang Dunia III. Skala protes anti-perang dalam kaitannya dengan Ancaman nyata terhadap keamanan global berasal dari aliansi Amerika Serikat-NATO-Israel. Operasi Kami menyerukan kepada orang-orang di seluruh wilayah Amerika, Eropa Barat, Israel, Turki dan di seluruh dunia untuk bangkit menentang rencana militer, melawan pemerintah mereka yang mendukung tindakan militer terhadap Iran, terhadap media yang berfungsi untuk menutupi implikasi menghancurkan dari perang terhadap Iran. Agenda militer mendukung keuntungan yang mendorong merusak sistem ekonomi global yang memiskinkan kawasan besar penduduk dunia. Perang ini kegilaan belaka. Perang Dunia III adalah terminal. Albert Einstein memahami bahaya perang nuklir dan kepunahan kehidupan di bumi, yang telah dimulai dengan kontaminasi radioaktif yang dihasilkan depleted uranium. "Saya tidak tahu dengan senjata apa Perang Dunia III akan dipertarungkan, tetapi Perang Dunia IV akan dipertarungkan dengan tongkat dan batu." Media, kaum intelektual, para ilmuwan dan para politisi, serempak, mengaburkan kebenaran yang tidak diceriterakan, bahwa perang dengan menggunakan hulu ledak nuklir akan menghancurkan kemanusiaan, dan bahwa proses keaneka-ragaman kerusakan yang secara bertahap telah dimulai. Ketika kebohongan menjadi kebenaran maka tidak akan berbalik kembali. Ketika perang ditegakkan sebagai upaya kemanusiaan, Keadilan dan seluruh sistem hukum internasional terbalik: maka pasifisme dan gerakan antiperang dianggap kriminal. Menentang perang menjadi tindak pidana. Kebohongan harus disingkapkan untuk apa itu dan apa yang dilakukannya. Ini sanksi pembunuhan tanpa pandang bulu pria, wanita dan anak-anak. Ia bisa menghancurkan keluarga dan masyarakat. Ia bisa menghancurkan komitmen masyarakat terhadap sesama manusia. Perang mencegah orang untuk mengekspresikan solidaritasnya kepada mereka yang menderita. Menjunjung tinggi perang dan negara polisi hanya satu-satunya jalan. Ia menghancurkan baik nasionalisme maupun internasionalisme. Menghentikan kebohongan berarti menghentikan proyek kejahatan kehancuran global, di mana pencarian keuntungan yang merupakan kekuatan utamanya. Keuntungan yang mendorong agenda militer ini akan menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan dan mengubah orang tidak sadar menjadi zombie. Mari Kita Membalikkan Arus. Menentang penjahat perang yang berkedudukan tinggi dan termasuk kelompok pelobi yang kuat yang mendukung mereka. Pecahkan inkuisisi Amerika. Rusak usaha perang pembasmian militer Amerika Serikat-NATO-Israel. Tutup pabrik-pabrik senjata dan pangkalan militer. Bawa pulang pasukan. Personel angkatan bersenjata harus menentang perintah dan menolak untuk berpartisipasi dalam perang kriminal. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar