Proyek Menghancurkan Islam dan Umat Islam Indonesia
Wikileaks membuka kedok Cina yang ingin mensekulerkan umat Islam  Indonesia. Tujuannya untuk menghilangkan 'ghirah' (kecemburuan terhadap  agamanya), dan umat Islam bersikap toleran terhadap apa saja, dan siapa  saja, yang ingin memperbudak mereka. Dengan sekulerisasi itu akan  memudahkan penguasaan terhadap Indonesia, negeri yang mayoritas muslim  ini.
Sekulerisasi tidak lain menjadikan kehidupan duniawi menjadi  keyakinan, tujuan, landasan hidup. Bukan lagi Islam. Bukan haq dan  bathil. Bukan baik dan buruk yang menentukan, tetapi hanya kepentingan  duniawi. Halal dan haram tidak ada lagi. Tidak ada lagi mukmin dan  kafir.
Semuanya menjadi legal. Agama tidak lagi menjadi timbangan (mizan).  Kemudian, yang akan menjadi timbangan manusia, semata-mata kepentingan  duniawi. Kepentingan sesaat. Inilah yang akan dituju Cina, yang  bertujuan melakukan sekelurisasi terhadap muslim di Indonsia.
Cina ingin agama tidak penting lagi. Agama tidak lagi menjadi  landasan hidup kaum muslim. Nlai-nilai Islam tidak penting. Karena hanya  akan menghalangi kepentingan bangsa Cina, yang ingin menjajah dan  menguasai Indonesia. Agama Islam hanya sebatas sebuah ritual agama yang  tidak mempunyai makna apa-apa.
Toleransi bagian yang paling asas dalam ideologi sekuler, dan tidak  ada lagi agama, yang akan mendominasi kehidupan. Menghargai kemajemukan,  dan perbedaan agama. Tidak ada yang bersifat mutlak.
Orang Islam harus toleran dengan pelacuran, perjudian, minuman keras,  sogok-suap, korupsi, makanan haram, segala bentuk kesesatan yang  merusak dan menghancurkan karakter dan watak umat Islam. Padahal, ini  semua tidak lain merupakan bentuk kegiatan yang dilarang dalam Islam,  yang sekarang ini ingin direduksi dengan projek sekulerisasi.
Kaum Cina Perantauan (Chinese Overseas), yang ada di Asia telah  menggilas habis kaum pribumi, melalui sindikasi dan kerjasama dengan  para pejabat yang rakus. Hanya dengan sogok dan suap, sebagai modus  operandi mereka, berhasil menekuk para pejabat, dan kemudian para  pejabat itu, menyerahkan kekayaan negara kepada mereka.
Seorang ilmuwan dari Tokyo Univesity, Konyo Yoshihara, yang menulis  buku, "Kapitalism Ersatz", menggambarkan di Asia, sesungguhnya tidak ada  kaum kapitalis yang sejati. Para orang kaya di Asia, tidak lain, mereka  awalnya adalah para 'gundik' penguasa, yang mendapatkan lisensi,  proteksi, dan modal, yang kemudian mereka menjadi kuat, dan menguasai  negara.
Ini terjadi di Thailand, Malaysia, Singapura, Philipina dan  Indonesia. Mereka menjadi kaya raya, awalnya bukan dengan kerja keras  dan tetesan keringat, tetapi mereka hanya memanfaatkan penguasa yang  lemah, kemudian dengan melakukan sogok-suap, dan berhasil menekuk para  pejabat, yang selanjutnya bersedia menjadi 'begundal' mereka.
Ingat. Awalnya penguasaan orang Cina terhadap Indonesia, ketika  perubahan politik di zaman Soeharto, yang berkomplot dengan  pengusaha-pengusaha Cina. Mereka lah yang menjadi 'kroni' sejati dari  Soeharto. Mereka menikmati berbagai fasilitas negara, mulai mendapatkan  lisensi, proteksi, modal, dan kemudian mereka menguasai industri dari  hulu sampai ke hilir. Seperti PT. Bogasari yang dulunya milik dari Lim  SiewLiong, yang sekarang hidup di Singapura.
Di zaman Soeharto 200 pengusaha Cina menjadi pilar kekuasaan, dan  mereka yang dipercaya mengelola ekonomi negara. Kemudian, mereka  mendapatkan lisensi, seperti diberikan izin HPH (Hak Pengelolaan Hutan),  dan mengakibatkan hutan-hutan di Indonesia habis. Mereka juga  mendapatkan lisensi lainnya, seperti dibidang pertambangan, perdagangan,  dan lainnya.
Tak heran menjelang tumbangnya Soeharto mereka telah menguasai 70  persen ekonomi Indonesia yang nilainya bermilyar-milyar dolar. Sekarang  kekayaan mereka berada di Singapura, yang tidak dapat dijamah oleh  pemerintah Indonesia.
Laporan dari majalah Forbers, yang menjelaskan tentang 10 orang  terkaya di Indonesia, diantaranya dari 10 orang yang terkaya itu, 9  orang keturunan Cina. Peringkat pertama R. Budi dan Michel dengan  kekayaan mencapai $ 11 miliar dolar. Sedangkan nomor 10, Aburizal  Bakrie, yang nilai kekayaannya hanya $ 2 miliar dolar.
Orang-orang kaya yang jumlahnya hanya 10 orang itu, menguasai asset  penting di Indonesia. Seperti kebun kelapa sawit, batu bara, minyak, dan  berbagai sektor perdagangan. Sementara itu, umat Islam dan bangsa ini,  hanya menjadi kuli dan budak, di kebun dan pabrik-pabrik, dan hanya  dengan imbalan yang sedikit.
Zaman Soekarno golongan Cina tidak diberi kesempatan mengelola  okonomi secara masif, seperti zaman Soeharto. Bahkan, mereka dilarang  tinggal di daerah tingkat dua, kabupaten/kecamtan, melalui PP No.10.  Tetapi, sekarang orang-orang Cina dari Jakarta, sampai ke  kampung-kampung, dan menguasai jaringan perdagangan yang mereka  ciptakan. Sementara itu, kaum pribumi hanya menjadi pembelinya.  Perusahaan yang menjadi milik pribumi sudah habis ludes, pindah tangan  orang Cina, di zaman Soeharto.
Orang Islam di Indonesia menghadapi projek penghancuran yang  dilakukan Cina dan AS. Mereka melakukan kelaborasi dengan menciptakan  situasi yang terus-menerus, yang mendiskreditikan umat Islam.  Menciptakan ketakutan yang luar biasa terhadap bangsa. Seakan umat Islam  dengan ajarannya merupakan ancaman yang maha dahsyat bagi kehidupan.  Mereka harus ditumpas.
Menciptakan opini orang-orang yang ditangkap sebagai pelaku 'teroris'  sebagai yang sangat membahayakan. Mereka menjadi ancaman global. Mereka  menjadi ancaman keamanan nasional. Bangsa Indonesia dibuat gemetar  dengan isu 'teroris'.
Semuanya ini tak lain lain, sebuah kerjasama antara berbagai  kepentingan yang ingin menghancurkan umat Islam, jiga jaringan media  masa yang sudah menjadi alat para penjajah yang ingin menghancurkan umat  Islam. Termasuk dengan LSM-LSM, yang mereka tak lain, orang-orang yang  'jualan' isu Islam radikal, yang mereka sebut sebagai ancaman.
Aktivis LSMitu mengatakan, sekarang meningkat adanya kekerasan dengan  menggunakan agama. Padahal, faktanya tidak ada. Semuanya itu sengaja di  'creat', yang tujuannya untuk mendapatkan 'fulus', sembari mengorbankan  umat Islam. Banyak para lembaga yang mengaku memiliki data tentang  gerakan Islam, yang sejatinya hanyalah palsu.
Tak heran sekarang ada projek de-radikalisasi, yang menginginkan umat  Islam ini tidak lagi memiliki 'ghirah'. Mereka bekerjasama dengan para  ulama. Tujuannya untuk menelanjangi aqidah umat Islam. Sehingga, mereka  menjadi 'tasamuh' (toleran) terhadap apa saja, dan siapa saja. Inilah  projek penghancuran terhadap umat Islam.
Jika umat Islam sudah tersekulerisasi dan tidak lagi memiliki  'ghirah' agama lagi, maka para penjajah itu dengan sangat mudah mereka  akan menguasai Indonesia. Apalagi, jika mereka sudah berhasil  mempenetrasi pusat kekuasaan dengan bentuk melakukan 'investasi' di  berbagai bidang, maka tamatlah republik ini.
Umat Islam yang masih memiliki 'ghirah' merupakan benteng terakhir  untuk mempertahankan Republik ini, bila benteng ini sudah roboh, tak ada  lagi, yang akan mempertahankan Republik ini. Indonesia akan menjadi  daerah jajahah dengan bentuk yang baru. Wikileaks telah membuak tabir  semuanya itu. Wallahu'alam.
http://www.eramuslim.com/editorial/proyek-menghancurkan-islam-dan-umat-islam-indonesia.htm 
Nah, apa hanya teori atau fakta.... Ini bukan main2. Semua telah jelas, karena para pejabatnya yg katanya orang Islam ... tapi bertekuk lutut karena suap dan sogok... Hasil dari cara melanggengkan kekuasaan dengan cara2 berkomplot dan bergandeng tangan para antek2 asing itu, akhirnya menghinakan anak bangsanya sendiri. Padahal dalam sejarah perjuangan kemerdekaan, rakyat Indonesia, khususnya umat Islam dan para tokoh2nya telah berkorban dan berjuang untuk negeri ini. Namun karena akhlak para pemimpinnya yang rakus dan serakah akan kekuasaan serta gila hormat dan sangat vested [terutama zaman orba dan zaman kini] maka telah menjadikan rakyat ini menjadi sapi perahan para Pengusaha Cina dan Kapitalis lainnya, seperti Jepang, Korea, AS dan Eropa. Sedang harta negara menjadi terkuasai dan tergadaikan kepada para Kapitalis Asing itu dan para kolaborator serakah. Akhirnya rakyat ter-lunta2 dan tidak memiliki kesempatan untuk bisa maju.
BalasHapusSayang politikus kita di DPR dan MPR yang dikuasai Partai2 oportunis dan para tokoh2 kita telah menjadi budak2 uang dan antek para kapitalis berkolaborasi merampas negara dan kekayaannya. Rakyatnya dijadikan kuli dan budak2 mereka dan kesejahteraannya dilupakan, sedang pemimpinnya bermalas-malas dan foya2. Awas....Sdrku... Bangkitlah... jangan takut untuk Revolusi.. demi kehormatan bangsa dan anak cucu negeri ini dan juga demi keadilan dan kejayaan bangsa kita. Kita harus rebut kembali dengan tekad dan perjuangan... Insya Allah Tuhan bersama kita...