Gw kira di Bali bisa menerima hal yang beginian. Rupanya ditolak juga oleh masyarakat sana.
------
Gay, Lesbi, & Waria Diusir dari Denpasar
------
Gay, Lesbi, & Waria Diusir dari Denpasar
DENPASAR - Merasa diperlakukan tidak adil, para gay, waria, dan lesbi di Bali memilih curhat kepada ibu-ibu dan para aktivis LSM yang tengah menggelar dialog dan Workshop Isu HAM, Perempuan dan Anak yang digelar di Wantilan DPRD Bali.
Usai ratusan undangan didominasi ibu-ibu mengikuti dialog dari kalangan LSM, Dewan, Majelis Madya Desa Pekramana Provinsi dan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Anak Bali, mereka terhenyak tatkala salah seorang gay hadir di tengah-tengah mereka.
"Kami ingin menyampaikan peristiwa yang dialami teman-teman yang kami anggap sebagai pelanggaran HAM,” kata Sofie, seorang waria yang berparas cantik dan berdandan ala wanita itu di Denpasar, Rabu (15/12/2010).
Dia menceritakan keberadaan sekelompok waria di daerah Ubung, Denpasar Utara, mulai dipersoalkan lingkungan setempat. "Kelompok kami diusir tidak boleh lagi tinggal di situ, karena itu pada kesempatan ini kami memohon ibu-ibu dan para aktivis peduli HAM, mau membantu masalah kami," pinta waria dengan rambut lurus panjang terurai itu.
Sofie meminta agar diskriminasi terhadap para waria, gay di Bali agar dihentikan, dan selebihnya diberi kesempatan sama dengan kelompok masyarakat lainnya.
"Sebenarnya kami bisa menunjukkan kemampuan sebagai waria bekerja di bidang-bidang umumnya namun karena dibatasi dengan keberadaan kami yang sejak lahir seperti ini, kami tidak bisa berbuat banyak," kata Sofie yang mengundang simpati para aktivis dan ibu-ibu peserta dialog.
Tidak hanya ingin diperlakukan sama di masyarakat, di tempat pekerjaan, patra waria ini juga minta persamaan dan keadilan dalam berebut atau berkompetisi di tempat kerja baik instansi pemerintah maupun swasta.
Bersama rekan-rekannya yang aktif di LSM Gaya Dewata yang peduli dengan masalah Gay dan Waria dan Lesbi, berharap pemerintaan di Bali bisa lebih menerima kehadiran mereka. "Kami siap menunjukkan potensi dan kemampuan diri kami, karena itu kami," ucapnya disambut applaus undangan.
Sementara itu aktivis forum Mitra Kasih Bali, Luh Anggraeni mengatakan, dialog yang digelar melibatkan berbagai komponenen dan stakeholder pemerintah hingga dewan ini, diharapkan bisa mencari masukan dan bahan untuk pembuatan Ranperda tentang perlindungan anak dan perempuan.
"Soal aspirasi yang disampaikan teman-teman dari gay, lesbi, dan waria itu, kami pada prinsipnya mendukung sebab adalah menjadi hak bagi mereka untuk hidup dan berekspresi di masyarakat bersama kelompok warga lainnya. Mereka punya hak-hak sama dengan kita karena itu kami menentang diskriminasi terhadap mereka," tegas dia.
(teb)
Sumber: http://news.okezone.com/read/2010/12...-dari-denpasar
Usai ratusan undangan didominasi ibu-ibu mengikuti dialog dari kalangan LSM, Dewan, Majelis Madya Desa Pekramana Provinsi dan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Anak Bali, mereka terhenyak tatkala salah seorang gay hadir di tengah-tengah mereka.
"Kami ingin menyampaikan peristiwa yang dialami teman-teman yang kami anggap sebagai pelanggaran HAM,” kata Sofie, seorang waria yang berparas cantik dan berdandan ala wanita itu di Denpasar, Rabu (15/12/2010).
Dia menceritakan keberadaan sekelompok waria di daerah Ubung, Denpasar Utara, mulai dipersoalkan lingkungan setempat. "Kelompok kami diusir tidak boleh lagi tinggal di situ, karena itu pada kesempatan ini kami memohon ibu-ibu dan para aktivis peduli HAM, mau membantu masalah kami," pinta waria dengan rambut lurus panjang terurai itu.
Sofie meminta agar diskriminasi terhadap para waria, gay di Bali agar dihentikan, dan selebihnya diberi kesempatan sama dengan kelompok masyarakat lainnya.
"Sebenarnya kami bisa menunjukkan kemampuan sebagai waria bekerja di bidang-bidang umumnya namun karena dibatasi dengan keberadaan kami yang sejak lahir seperti ini, kami tidak bisa berbuat banyak," kata Sofie yang mengundang simpati para aktivis dan ibu-ibu peserta dialog.
Tidak hanya ingin diperlakukan sama di masyarakat, di tempat pekerjaan, patra waria ini juga minta persamaan dan keadilan dalam berebut atau berkompetisi di tempat kerja baik instansi pemerintah maupun swasta.
Bersama rekan-rekannya yang aktif di LSM Gaya Dewata yang peduli dengan masalah Gay dan Waria dan Lesbi, berharap pemerintaan di Bali bisa lebih menerima kehadiran mereka. "Kami siap menunjukkan potensi dan kemampuan diri kami, karena itu kami," ucapnya disambut applaus undangan.
Sementara itu aktivis forum Mitra Kasih Bali, Luh Anggraeni mengatakan, dialog yang digelar melibatkan berbagai komponenen dan stakeholder pemerintah hingga dewan ini, diharapkan bisa mencari masukan dan bahan untuk pembuatan Ranperda tentang perlindungan anak dan perempuan.
"Soal aspirasi yang disampaikan teman-teman dari gay, lesbi, dan waria itu, kami pada prinsipnya mendukung sebab adalah menjadi hak bagi mereka untuk hidup dan berekspresi di masyarakat bersama kelompok warga lainnya. Mereka punya hak-hak sama dengan kita karena itu kami menentang diskriminasi terhadap mereka," tegas dia.
(teb)
Sumber: http://news.okezone.com/read/2010/12...-dari-denpasar
http://forum.detik.com/gay-lesbi-waria-diusir-dari-denpasar-t224288.html?nd991103frm
Masalah Gay, Lesbi, Waria, ini memang sangat sulit. Selain masalah kejiwaan, juga efek lainnya yang cenderung bisa berbahaya buat masyarakat dan generasi muda. Malahan mungkin mereka itu bagian dari penderita HIV atau sejenisnya.
BalasHapusMereka memang manusia yang harus kita "perlakukan dengan baik" sebagai manusia. Tapi dengan catatan dan ketentuan2 khusus, agar ada penyembuhannya kalau mungkin. Karena kebanyakan perilaku seperti ini, menurut ahli kejiwaan dan ahli pola kerja otak manusia, sesungguhnya sepertinya memang kebanyakan tidak wujud dari lahir, tapi lingkungan dan cara2 perilaku yang ditiru diawalnya dan menjadi coba2 atau iseng2. Lalu pada akhirnya otak dan pikiran mereka merangsang untuk membentuk kepribadiannya seperti gay, lesbi dan waria. Yang akhirnya menjadi jadi deh, dan seakan mereka menjadi manusia berbeda dari normalnya atau asal dan awal kelahirannya.
Ini perlu upaya yang komprehensif dan ada badan rehabilitasi yang berdisiplin dan konsisten, agar perkembangannya tidak menjadi bertambah, tetapi harus menjadi mengurang atau tereliminir menjadi manusia yang semestinya dan normal seperti layaknya manusia normal lainnya. Yang wanita ya menjadi wanita, yang laki2 menjadi laki2, dan yang gay dan lesbian dan waria tidak ada lagi.
Insya Allah ada jalan keluar yang baik.. asalkan kita sungguh ingin menyembuhkannya... Pasti ada obatnya... atau caranya... Wassalam.