TERUNGKAPNYA MISTERI KERUSUHAN MEI 1998 DAN HUBUNGANNYA DENGAN AKTOR SUKSESI JOKOWI
http://www.fahreenheat.com/terungkapnya-misteri-kerusuhan-mei-1998-dan-hubungannya-dengan-aktor-suksesi-jokowi/
TERUNGKAPNYA MISTERI KERUSUHAN MEI 1998 DAN HUBUNGANNYA DENGAN AKTOR SUKSESI JOKOWI
Fahreenheat.com- Saya
pernah menempuh pendidikan di sekolah milik Cosmas Batubara, tokoh
eksponen’66 yang menghadiri rapat di rumah Fahmi Idris yang juga
dihadiri Sofyan Wanandi. Rapat mana untuk pertama kalinya Benny Moerdani
mengungkap rencana menggulingkan Presiden Soeharto melalui kerusuhan
rasial anti Tionghoa dan Kristen (Salim Said, Dari Gestapu Ke Reformasi,
Penerbit Mizan, hal. 316).
Salah satu kegiatan wajib di sekolah
milik Cosmas Batubara adalah melakukan retreat dan tahun ajaran
1992-1993, seluruh siswa kelas 5 SD retreat selama lima hari di sebuah
wisma sekitar Klender yang lebih mirip asrama daripada tempat retreat.
Wisma lokasi retreat tersebut sudah sangat tua dan berdesain khas gedung
tahun 1960an. Sejak awal menjejakan kaki di sana saya sudah merasakan
aura yang tidak enak dan ini sangat berbeda dari lokasi retreat lain
seperti Maria Bunda Karmel di puncak.
Adapun kegiatan selama retreat lebih
menekankan kepada kedisiplinan dan melatih mental sehingga setiap kamar
tidak ada kipas angin atau AC, dan selama retreat kami dipaksa bangun
jam 4 pagi padahal baru tidur rata-rata jam 11 malam, ada puasa
sepanjang hari, berdoa semalam suntuk dan ada beberapa kegiatan yang
tidak lazim seperti diminta mencium dan mengingat bau bumbu masakan atau
bunga yang disimpan dalam beberapa botol kecil selanjutnya mata ditutup
dan setiap anak akan disodori botol-botol tadi dan diminta menebak
bau/wangi apa. Puluhan tahun kemudian saya membaca bahwa pada tahun 1967
tempat pendidikan Kaderisasi Sebulan (Kasebul) milik Pater Beek
dipindahkan ke Klender, Jakarta Timur yang memiliki tiga blok, 72
ruangan dan 114 kamar tidur. Apakah lokasi yang sama Kasebul dengan
tempat retreat adalah tempat yang sama? Saya tidak tahu.
Puluhan tahun kemudian saya masih ingat
pengalaman selama lima hari yang luar biasa melelahkan tersebut padahal
saya tidak ingat pengalaman retreat saat di Maria Bunda Karmel, dan
karena itu saya menjadi paham maksud Richard Tanter bahwa metode Kasebul
yang melelahkan jiwa dan raga tersebut pada akhirnya menciptakan kader
yang sepenuhnya setia, patuh kepada Pater Beek secara personal, menjadi
orangnya Beek seumur hidup dan bersedia melakukan apapun bagi Pater Beek
sekalipun kader tersebut sudah pulang ke habitat asalnya.
Entah apakah Kasebul masih dilakukan
hari ini mengingat kekuasaan Katolik dan Paus di Roma sudah tidak sekuat
puluhan tahun silam, namun saya yakin Kasebul masih ada setidaknya
tahun 1992-1993 sebab Suryasmoro Ispandrihari mengaku kepada
Mujiburrahman bahwa tahun 1988 dia pernah ikut Kasebul dan diajarkan
untuk anti Islam, pernyataan yang dibenarkan oleh Damai Pakpahan,
peserta Kasebul tahun 1984. Oleh karena itu saya tidak bisa sepenuhnya
menyalahkan murid-murid pertama Pater Beek seperti Jusuf Wanandi, dan
Sofyan Wanandi di CSIS bila mereka sampai hari ini tidak bisa melepas
karakter Ultra Kanan untuk melawan Islam, bagaimanapun begitulah didikan
Pater Beek, tapi tetap saja mereka tidak bisa dimaafkan karena
mendalangi Kerusuhan 13-14 Mei 1998 dan harus diproses secara hukum.
Upaya menggerakan massa untuk jatuhkan
Presiden Soeharto dimulai tanggal 8 Juni 1996, ketika Yopie Lasut selaku
Ketua Yayasan Hidup Baru mengadakan pertemuan tertutup dengan 80 orang
di Hotel Patra Jasa dengan tema “MENDORONG TERCIPTANYA PERLAWANAN RAKYAT
TERHADAP REZIM ORDE BARU DI DAERAH-DAERAH” yang dihadiri antara lain
oleh aktivis mahasiswa radikal, tokoh LSM, mantan tapol, Sofyan
Wanandi-Megawati Soekarnoputri-Benny Moerdani. Tidak berapa lama,
operasi Benny Moerdani untuk meradikalisasi rakyat dengan tujuan
“mendorong” mereka bangkit melawan Presiden Soeharto dimulai ketika pada
tanggal 22 Juni 1996, Dr. Soerjadi, orang yang pada tahun 1986 pernah
diculik Benny Moerdani ke Denpasar dan akhirnya menjadi Ketua PDI
periode 1986-1992 dengan diperbantukan Nico Daryanto dari CSIS dan
bekerja di bank milik kelompok usaha Sofyan Wanandi yaitu Gemala Grup
dan Presiden Direktur PT Aica Indonesia, akhirnya terpilih menjadi Ketua
Umum PDI menggeser boneka Benny Moerdani untuk menggantikan Presiden
Soeharto yaitu Megawati Soekarnoputri dalam kongres yang juga dibiayai
oleh Sofyan Wanandi.
Adapun menurut kesaksian Alex Widya
Siregar, terpilihnya Megawati Soekarnoputri pada munas tahun 1993 adalah
karena Direktur A Badan Intelijen ABRI waktu itu yaitu Agum Gumelar
menggiring peserta munas ke Hotel Presiden sambil ditodong pistol dan
mengatakan “Siapa tidak memilih Megawati akan berhadapan dengan saya.”
Belakangan diketahui bahwa Agum Gumelar adalah salah satu anak didik
yang setia kepada Benny Moerdani dan bersama Hendropriyono menerima
perintah untuk seumur hidup menjaga Megawati Soekarnoputri.
Sebulan kemudian pada tanggal 27 Juli
1996 terjadi penyerbuan ke kantor PDI oleh massa Dr. Soerjadi menghantam
massa PDI Pro Mega yang sedang berorasi di depan kantor PDI, dan
Megawati telah mengetahui dari Benny Moerdani bahwa penyerbuan akan
terjadi namun dia mendiamkan sehingga berakibat matinya ratusan
pendukung Megawati dan menelan korban harta dan jiwa dari rakyat
sekitar. Pada hari bersamaan Persatuan Rakyat Demokratik yang didirikan
oleh Daniel Indrakusuma alias Daniel Tikuwalu, Sugeng Bahagio, Wibby
Warouw dan Yamin mendeklarasikan perubahan nama menjadi Partai Rakyat
Demokratik yang mengambil tempat di YLBHI, dan selanjutnya pasca Budiman
Soejatmiko dkk ditangkap, pada Agustus 1997 PRD deklarasikan perlawanan
bersenjata.
Hasil karya CSIS-Benny Moerdani-Megawati
dalam Kudatuli antara lain: berbagai gedung sepanjang ruas jalan
Salemba Raya seperti Gedung Pertanian, Showroom Auto 2000, Showroom
Honda, Bank Mayapada, Dept. Pertanian, Mess KOWAD, Bus Patas 20 jurusan
Lebak Bulus – Pulo Gadung, bus AJA dibakar massa. Sepanjang Jl. Cikini
Raya beberapa gedung perkantoran seperti Bank Harapan Sentosa dan tiga
mobil sedan tidak luput dari amukan massa dll.
Selanjutnya pada hari Minggu, 18 Januari
1998 terjadi ledakan di kamar 510, Blok V, Rumah Susun Johar di Tanah
Tinggi, Tanah Abang sesaat setelah jam berbuka puasa yang membuat
ruangan seluas 4 x 4 meter tersebut hancur berantakan.
Langit-langit yang bercat putih
porak-poranda, atap ambrol, dinding retak, salah satu sudut jebol dan di
sana sini ada bercak darah. Menurut keterangan Mukhlis, Ketua RT 10
Tanah Tinggi bahwa Agus Priyono salah satu pelaku yang tertangkap saat
melarikan diri, ditangkap dalam kondisi belepotan darah dan luka di
bagian kepala dan tangannya, sementara dua lainnya berhasil kabur.
Setelah melakukan pemeriksaan, polisi menemukan: 10 bom yang siap
diledakan, obeng, stang, kabel, botol berisi belerang, dokumen notulen
rapat, paspor dan KTP atas nama Daniel Indrakusuma, disket, buku
tabungan, detonator, amunisi, laptop berisi email dan lain sebagainya.
Dari dokumen tersebut ditemukan fakta bahwa Hendardi, Sofyan Wanandi,
Jusuf Wanandi, Surya Paloh, Benny Moerdani, Megawati terlibat dalam
sebuah konspirasi jahat untuk melancarkan kerusuhan di Indonesia demi
gulingkan Presiden Soeharto.
Temuan tersebut ditanggapi Baskortanasda
Jaya dengan memanggil Benny Moerdani (dibatalkan), Surya Paloh dan
kakak beradik Wanandi dengan hasil:
1. Surya Paloh membantah terlibat dengan
PRD namun tidak bisa mengelak ketika ditanya perihal pemecatan
wartawati Media Indonesia yang menulis berita mengenai kasus bom rakitan
di Tanah Tinggi tersebut.
2. Jusuf Wanandi dan Sofyan Wanandi
membantah terlibat pendanaan PRD ketika menemui Bakorstanas tanggal 26
Januari 1998, namun keesokan harinya pada tanggal 27 Januari 1998 mereka
mengadakan pertemuan mendadak di Simprug yang diduga rumah Jacob
Soetoyo bersama Benny Moerdani, A. Pranowo, Zen Maulani dan seorang staf
senior kementerian BJ Habibie dan kemudian tanggal 28 Januari 1998,
Sofyan Wanandi kabur ke Australia yang sempat membuat aparat berang dan
murka. Sofyan Wanandi baru kembali pada bulan Februari 1998.
Bersamaan dengan temuan dokumen
penghianatan CSIS dan Benny Moerdani tersebut, dan fakta bahwa Sofyan
Wanandi menolak gerakan “Aku Cinta Rupiah” padahal negara sedang krisis
membuat banyak rakyat Indonesia marah dan segera melakukan demo besar
guna menuntut pembubaran CSIS namun Wiranto melakukan intervensi dengan
melarang demonstrasi. Mengapa Wiranto membantu CSIS? Karena dia adalah
orangnya Benny Moerdani dan bersama Try Soetrisno sempat digadang-gadang
oleh CSIS untuk menjadi cawapres Presiden Soeharto karena CSIS tidak
menyukai BJ Habibie dengan ICMI dan CIDESnya.
Kepanikan CSIS atas semua kejadian ini
terlihat jelas dalam betapa tegangnya rapat konsolidasi pada hari Senin,
16 Februari 1998 di Wisma Samedi, Klender, Jakarta Timur (dekat lokasi
Kasebul) dan dihadiri oleh Harry Tjan, Cosmas Batubara, Jusuf Wanandi,
Sofyan Wanandi, J. Kristiadi, Hadi Susastro, Clara Juwono, Danial
Dhakidae dan Fikri Jufri.
Ketegangan terutama terjadi antara J.
Kristiadi dengan Sofyan Wanandi sebab Kristiadi menerima dana Rp.
5miliar untuk untuk menggalang massa anti Soeharto tapi CSIS malah
menjadi sasaran tembak karena ketahuan mendanai gerakan makar. Akibatnya
Sofyan dkk menuduh Kristiadi tidak becus dan menggelapkan dana. Tuduhan
ini dijawab dengan beberkan penggunaan dana terutama kepada aktivis
“kiri” di sekitar Jabotabek, misalnya Daniel Indrakusuma menerima Rp.
1,5miliar dll. Kristiadi juga menunjukan berkali-kali sukses menggalang
massa anti Soeharto ke DPR, dan setelah CSIS didemo, Forum Komunikasi
Mahasiswa Islam Jakarta (FKMIJ) yang setahun terakhir digarap segera
mengecam demo tersebut. Di akhir rapat disepakati bahwa Kristiadi akan
menerima dana tambahan Rp. 5miliar.
Karena kondisi sudah mendesak bagi Benny
Moerdani, kakak beradik Wanandi dan CSIS sehingga mereka memutuskan
untuk mempercepat pelaksanaan kejatuhan Presiden Soeharto memakai
rencana yang pernah didiskusikan di rumah Fahmi Idris pada akhir tahun
1980an yaitu kerusuhan rasial. Adapun metode kerusuhan akan meniru
Malari yang dilakukan oleh Ali Moertopo dan Soedjono Hoemardani dengan
diperbantukan Sofyan Wanandi yang mendanai GUPPI, yaitu massa yang
menunggangi demo mahasiswa UI demi menggulingkan Jenderal Soemitro.
Sekedar mengingatkan Malari yang terjadi
pada tanggal 15 – 16 Januari 1976 adalah kerusuhan dengan menunggangi
aksi anti investasi asing oleh mahasiswa UI atas hasutan Hariman
Siregar, orangnya Ali Moertopo. Kerusuhan mana kemudian membakar Glodok,
Sudirman, Matraman, Cempaka Putih, Roxy, Jakarta-By-Pass, 11 mati, 17
luka parah, 200 luka ringan, 807 mobil hancur atau terbakar, 187 motor
hancur atau terbakar, 144 toko hancur dan 700 kios di Pasar Senen
dibakar habis. Ini semua buah tangan Wanandi bersaudara, Ali Moertopo
dan CSISnya.
Masalah yang harus dipecahkan untuk membuktikan bahwa CSIS adalah dalang Kerusuhan 13-14 Mei 1998 adalah:
1. Siapa yang membuat rencana dan mendanai (think);
2. Identitas massa perusuh (tank); dan
3. Siapa yang bisa menahan semua pasukan keamanan dan menghalangi perusuh?
2. Identitas massa perusuh (tank); dan
3. Siapa yang bisa menahan semua pasukan keamanan dan menghalangi perusuh?
Ad. 1. Pembuat rencana sudah dapat
dipastikan muridnya Ali Moertopo, dalang Malari, yaitu Benny Moerdani
dan Jusuf Wanandi. Sedangkan dana juga sudah dapat dipastikan berasal
Sofyan Wanandi yang meneruskan peran almarhum Soedjono Hoemardani
sebagai donatur semua operasi intelijen CSIS dan Ali Moertopo.
Benny Moerdani mengendalikan Kerusuhan
13-14 Mei 1998 dari Hotel Ria Diani, Cibogo, Puncak, Bogor. Adapun SiaR
milik Goenawan Mohamad yang tidak lain sekutu Benny Moerdani bertugas
membuat alibi bagi CSIS, antara lain dengan menyalahkan umat muslim
sebagai dalang Kerusuhan 13-14 Mei 1998 dengan menulis bahwa terdapat
pertemuan tujuh tokoh sipil dan militer pada awal Mei 1998 antara lain
Anton Medan, Adi Sasono, Zainuddin MZ, di mana konon Adi Sasono
menegaskan perlu kerusuhan anti-Cina untuk menghabiskan penguasaan jalur
distribusi yang selama ini dikuasai penguasa keturunan Tionghoa.
Sampai sekarang massa perusuh tidak
diketahui identitasnya namun dalam sejarah kerusuhan CSIS, penggunaan
preman bukan hal baru. Dalam kasus Malari, CSIS membina dan mengerahkan
GUPPI, tukang becak, dan tukang ojek untuk tujuan menunggangi
demonstrasi yang dilakukan mahasiswa. Dalam kasus penyerbuan ke Timor
Leste, CSIS dan Ali Moertopo mengirim orang untuk bekerja sama dengan
orang lokal melawan Fretilin sehingga Timor Leste menjadi kisruh yang
kemudian menjadi dalih bagi Benny Moerdani menyerbu Timor-Timur. Begitu
juga dalam kasus Kudatuli, CSIS menggunakan preman dan buruh bongkar
muat dari daerah Pasar Induk Kramat Jati, 200 orang yang terlatih bela
diri dari Tangerang, dan lain sebagainya.
Bahkan setelah reformasi, terbukti
Sofyan Wanandi mendalangi demonstrasi yang menamakan diri Front Pembela
Amar Maruf Nahi Mungkar yang menuntut Kwik Kian Gie mundur karena
memiliki saham di PT Dusit Thani yang bergerak dalam usaha panti pijat
ketika pemerintah dan DPR berniat menuntaskan kredit macet milik
kelompok usaha Sofyan Wanandi sebagaimana diungkap Aberson Marle
Sihaloho dan Didik Supriyanto, keduanya anggota fraksi PDIP. Adapun
kredit macet dimaksud adalah hutang PT Gemala Container milik Sofyan
Wanandi kepada BNI sebesar Rp. 92miliar yang dibayar melalui mekanisme
cicilan sebesar Rp. 500juta/bulan atau baru lunas 184 tahun kemudian,
dan tanpa bunga.
Adalah fakta tidak terbantahkan bahwa
tidak ada tentara selama kerusuhan tanggal 13 dan 14 Mei 1998, dan
bilapun ada, mereka hanya menyaksikan para perusuh menjarah dan membakar
padahal bila saja dari awal para tentara tersebut bertindak tegas maka
dapat dipastikan akan meminimalisir korban materi dan jiwa.
Pertanyaannya apakah hilangnya negara pada kerusuhan Mei disengaja atau
tidak?
Fakta lain yang tidak terbantahkan
adalah Kepala BIA yaitu Zacky Anwar Makarim memberi pengakuan kepada
TGPF bahwa ABRI telah memperoleh informasi akan terjadi kerusuhan Mei.
Namun ketika ditanya bila sudah tahu mengapa kerusuhan masih terjadi,
Zacky menjawab tugas selanjutnya bukan tanggung jawab BIA. Jadi siapa
“user” BIA? Tentu saja Panglima ABRI Jenderal Wiranto yang berperilaku
aneh sebab Jakarta rusuh pada tanggal 13 Mei 1998 dan pada tanggal 14
Mei 1998 dia membawa KSAD, Danjen Kopassus, Pangkostrad, KSAU, KSAL ke
Malang untuk mengikuti upacara serah terima jabatan sampai jam 1.30 di
mana sekembalinya ke Jakarta, kota ini sudah kembali terbakar hebat.
Keanehan Wiranto juga tampak ketika
malam tanggal 12 Mei 1998 dia menolak usul jam malam dari Syamsul Djalal
dan dalam rapat garnisun tanggal 13 Mei 1998 malam dengan agenda
situasi terakhir ketika dia membenarkan keputusan Kasum Letjend Fahrul
Razi menolak penambahan pasukan untuk Kodam Jaya dengan alasan sudah
cukup. Selain itu Wirantomenolak permintaan Prabowo untuk mendatangkan
pasukan dari Karawang, Cilodong, Makasar dan Malang dengan cara tidak
mau memberi bantuan pesawat hercules sehingga Prabowo harus mencarter
sendiri pesawat Garuda dan Mandala. Bukan itu saja, tapi KSAL Arief
Kusharyadi sampai harus berinisiatif mendatangkan marinir dari Surabaya
karena tidak ada marinir di markas mereka di Cilandak KKO dan atas
jasanya ini, Wiranto mencopot Arief Kusharyadi tidak lama setelah
kerusuhan mereda.
Mengapa Wiranto membiarkan kerusuhan
terjadi? Tentu saja karena dia adalah orangnya Benny Moerdani, dan
setelah Soeharto lengser, Wiranto bekerja sama dengan Benny Moerdani
antara lain dengan melakukan reposisi terhadap 100 perwira ABRI yang
dipandang sebagai “ABRI Hijau” dan diganti dengan perwira-perwira yang
dipandang sebagai “ABRI Merah Putih.”
Setelah Kerusuhan 13-14 Mei 1998,
Wiranto bergerak menekan informasi mengenai terjadinya pemerkosaan
massal terhadap wanita etnis Tionghoa termasuk marah karena pengumuman
dari TGPF bahwa terjadi pemerkosaan selama kerusuhan. Tidak berapa lama,
Ita Marthadinata, relawan yang membantu TGPF dan berumur 17 tahun mati
dibunuh di kamarnya sendiri dengan luka mematikan di leher sedangkan
sampai hari ini latar belakang pembunuhnya yaitu Otong tidak diketahui
dan dicurigai dia adalah binaan intelijen. Kecurigaan semakin menguat
sebab beberapa hari sebelum kejadian, Ita dan keluarganya membuat
rencana akan memberikan kesaksian di Kongres Amerika mengenai temuan
mereka terkait korban Kerusuhan 13-14 Mei 1998.
“Bersama Presiden Soeharto, Benny adalah
Penasihat YPPI yang didirikan oleh para mantan tokoh demonstrasi 1966
dengan dukungan Ali Moertopo. Hadir di rumah Fahmi [Idris] pada malam
itu para pemimpin demonstrasi 1966 seperti Cosmas Batubara, dr. Abdul
Ghafur, Firdaus Wajdi, Suryadi [Ketua PDI yang menyerang Kubu Pro Mega
tanggal 27 Juli 1996]; Sofjan Wanandi; Husni Thamrin dan sejumlah tokoh.
Topik pembicaraan, situasi politik waktu itu…
Moerdani berbicara mengenai Soeharto
yang menurut Menhankam itu, ‘Sudah tua, bahkan sudah pikun, sehingga
tidak bisa lagi mengambil keputusan yang baik. Karena itu sudah waktunya
diganti’…Benny kemudian berbicara mengenai gerakan massa sebagai jalan
untuk menurunkan Soeharto. Firdaus menanggapi, ‘Kalau menggunakan massa,
yang pertama dikejar adalah orang Cina dan kemudian kemudian gereja.’ ”
(Salim Said, Dari Gestapu Ke Reformasi, Penerbit Mizan, hal. 316)
Pembicaraan di rumah Fahmi Idris, tokoh
senior Golkar yang menyeberang ke kubu Jokowi-JK demi melawan Prabowo
adalah bukti paling kuat yang menghubungkan Benny Moerdani dengan
berbagai kerusuhan massa yang sangat marak menjelang akhir Orde Baru
karena membuka informasi adanya pemikiran Benny Moerdani untuk
menjatuhkan Soeharto melalui gerakan massa yang berpotensi mengejar
orang Cina dan orang Kristen. Kesaksian Salim Said ini merupakan titik
tolak paling penting guna membongkar berbagai kerusuhan yang belum
terungkap seperti Peristiwa 27 Juli 1996 dan Kerusuhan 13-14 Mei 1998.
A. Peristiwa 27 Juli 1996 Adalah Politik Dizalimi (Play Victim) Paling Keji Sepanjang Sejarah Indonesia
Selanjutnya Robert Odjahan Tambunan
dalam bukunya Otobiografi Politik RO Tambunan: Membela Demokrasi
mengungkap bahwa Megawati bisa mencegah jatuhnya korban dalam Peristiwa
27 Juli 1996 bila menghendaki karena dia sudah tahu beberapa hari
sebelumnya dari Benny Moerdani, akan tetapi Megawati ternyata lebih
memilih kepentingan politik daripada kemanusiaan (hal. 150); Megawati
menyogok Kelompok 124, korban serbuan kantor PDI yang diadili, agar
tidak menuntut kelompok TNI (hal. 172); dan Megawati tidak pernah ingin
menyelesaikan kasus tersebut antara lain terbukti tahun 2002 memilih
gubernur yang terlibat kasus Peristiwa 27 Juli 1996 [Sutiyoso] (hal.
374).
Bila catatan Salim Said, R.O. Tambunan
dihubungkan dengan catatan Rachmawati Soekarnoputri: Membongkar Hubungan
Mega dan Orba di Harian Rakyat Merdeka 31 Juli 2002 dan 1 Agustus 2002
maka terbukti bahwa akhirnya Benny mulai menjalankan rencana yang dia
ungkap di rumah Fahmi Idris ketika dia bersekongkol dengan Megawati demi
menaikan seseorang dari keluarga Soekarno sebagai lawan tanding
Soeharto dengan merekayasa Peristiwa 27 Juli 1996. Kutipan dari Catatan
Rachmawati Soekarnoputri:
“Sebelum mendekati Mega, kelompok Benny
Moerdani mendekati saya [Rachmawati] terlebih dahulu. Mereka membujuk
dan meminta saya tampil memimpin PDI. Permintaan orang dekat dan tangan
kanan Soeharto itu jelas saya tolak, bagi saya, PDI itu cuma alat
hegemoni Orde Baru yang dibentuk sendiri oleh Soeharto tahun 1973. Coba
renungkan untuk apa jadi pemimpin boneka?
Orang-orang PDI yang dekat dengan Benny
Moerdani, seperti Soerjadi dan Aberson Marie Sihaloho pun ikut mengajak
saya gabung ke PDI. Tetapi tetap saya tolak.”
Dari ketiga catatan di atas kita
menemukan nama-nama yang saling terkait dalam Peristiwa 27 Juli 1996,
antara lain: Benny Moerdani; Megawati; Dr. Soerjadi; Sofjan Wanandi; dan
Aberson Marie Sihaloho, dan ini adalah “eureka moment” yang membongkar
persekongkolan jahat karena Aberson Marie adalah orang yang pertama kali
menyebar pamflet bahwa Megawati calon pemimpin masa depan sehingga
menimbulkan kecurigaan Mabes ABRI (modus Dokumen Ramadi sebelum Malari);
sedangkan Dr. Soerjadi adalah Ketum PDI pengganti Megawati pasca
Kongres Medan (atas biaya Sofjan Wanandi) yang menyerbu kantor PDI dan
selama ini diasumsikan perpanjangan tangan Soeharto ternyata agen ganda
didikan Benny Moerdani, dan tentu saja Agum Gumelar-Hendropriyono, murid
Benny Moerdani juga berada di sisi Megawati atas perintah Benny
Moerdani sebagaimana ditulis Jusuf Wanandi dari CSIS dalam memoarnya,
Shades of Grey/Membuka Tabir Orde Baru.
Fakta di atas menjawab alasan Presiden
Megawati menolak menyelidiki Peristiwa 27 Juli 1996 sekalipun harus
mengeluarkan kalimat pahit kepada para korban seperti “Siapa suruh
kalian mau ikut saya?” dan malah memberi jabatan tinggi kepada SBY yang
memimpin rapat Operasi Naga Merah; Sutiyoso komando lapangan penyerbuan
Operasi Naga Merah; dan tidak lupa Agum Gumelar dan AM Hendropriyono
yang pura-pura melawan koleganya. Sama saja Megawati bunuh diri bila dia
sampai menyelidiki kejahatannya sendiri!
Fakta-fakta di atas juga membuktikan
bahwa dokumen yang ditemukan pasca ledakan di Tanah Tinggi tanggal 18
Januari 1998 yang menyebutkan ada rencana revolusi dari Benny Moerdani;
Megawati; CSIS dan Sofjan-Jusuf Wanandi membiayai gerakan PRD adalah
dokumen asli dan otentik serta bukan buatan intelijen untuk
mendiskriditkan PRD sebagaimana pembelaan mereka selama ini. Bunyi salah
satu dokumen yang berupa email di laptop adalah:
“Kawan-kawan yang baik! Dana yang diurus
oleh Hendardi belum diterima, sehingga kita belum bisa bergerak.
Kemarin saya dapat berita dari Alex bahwa Sofjan Wanandi dari Prasetya
Mulya akan membantu kita dalam dana, di samping itu bantuan moril dari
luar negeri akan diurus oleh Jusuf Wanandi dari CSIS. Jadi kita tidak
perlu tergantung kepada dana yang diurus oleh Hendardi untuk gerakan
kita selanjutnya.”
(Majalah Gatra edisi 31 Januari 1998)
B. Kerusuhan 13-14 Mei 1998, Gerakan
Benny Moerdani Menggulung Soeharto; Prabowo; dan Menaikan Megawati
Soekarnoputri Ke Kursi Presiden.
Pernah dengar kisah Kapten Prabowo
melawan usaha kelompok Benny Moerdani dan CSIS mendeislamisasi
Indonesia? Kisah ini fakta dan sudah banyak buku sejarah yang membahas
kisah-kisah saat itu, salah satunya cerita Kopassus masa kepanglimaan
Benny. Saat Benny menginspeksi ruang kerja bawahan dia melihat sajadah
di kursi dan bertanya “Apa ini?,” jawab sang perwira, “Sajadah untuk
shalat, Komandan.” Benny membentak “TNI tidak mengenal ini.” Benny juga
sering rapat staf saat menjelang ibadah Jumat sehingga menyulitkan
perwira yang mau sholat Jumat.
Hartono Mardjono sebagaimana dikutip
Republika tanggal 3 Januari 1997 mengatakan bahwa rekrutan perwira
Kopassus sangat diskriminatif terhadap yang beragama Islam, misalnya
kalau direkrut 20 orang, 18 di antaranya adalah perwira beragama non
Islam dan dua dari Islam. Penelitian Salim Said juga menemukan hal yang
sama bahwa perwira yang menonjol keislamannya, misalnya mengirim anak ke
pesantren kilat pada masa libur atau sering hadiri pengajian
diperlakukan diskriminatif dan tidak mendapat kesempatan sekolah karena
dianggap fanatik, singkatnya karirnya pasti suram.
Perhatikan perwira tinggi yang menduduki
pos penting ketika Benny Moerdani berkuasa: Sintong Panjaitan; Try
Sutrisno; Wiranto; TB Silalahi; TB Hasanuddin; R.S. Warouw; Albert
Paruntu; AM Hendropriyono; Agum Gumelar; Sutiyoso; Susilo Bambang
Yudhoyono; Luhut Panjaitan; Ryamizard Ryacudu; Jonny Lumintang; Tyasno
Sudarto; Albert Inkiriwang; HBL Mantiri; Fachrul Razi; Adolf Rajagukguk;
Theo Syafei; Soebagyo HS dll, maka terlihat pola tidak terbantahkan
bahwa perwira tinggi pada masa kekuasaan Benny Moerdani adalah non Islam
atau Islam abangan (“non-fanatik” atau “non-Islam santri” menurut versi
Benny). Ketidakadilan inilah yang dilawan Prabowo antara lain bersama
BJ Habibie membentuk ICMI yang sempat dilawan habis-habisan oleh
kelompok Benny Moerdani. Tidak heran anggota kelompok Benny Moerdani
yang masih tersisa membenci Prabowo karena dia menghancurkan cita-cita
mendeislamisasi Indonesia.
Mengapa Benny Moerdani dan CSIS mau
mendeislamisasi Indonesia? Karena CSIS didirikan oleh agen CIA, Pater
Beek yang awalnya ditempatkan di Indonesia untuk melawan komunis namun
setelah “Bahaya Merah”(komunis) teratasi, dia membuat analisa bahwa
lawan Amerika Serikat berikutnya ada dua yaitu: “Hijau ABRI” dan “Hijau
Islam,” lalu menyimpulkan ABRI bisa dimanfaatkan untuk melawan Islam,
maka berdirilah CSIS yang dioperasikan oleh anak didiknya: Sofjan, Jusuf
Wanandi, Harry Tjan, dan mewakili ABRI: Ali Moertopo, dan Soedjono
Hoemardani (lihat: tulisan George Junus Aditjondro, mantan murid Pater
Beek: CSIS, Pater Beek SJ, Ali Moertopo dan LB Moerdani).
Tidak percaya gerakan anti Prabowo di
kubu Golkar-PDIP-Hanura-NasDem-Demokrat berhubungan dengan kelompok anti
Islam yang dihancurkan Prabowo? Perhatikan pendukung Jokowi-JK:
Sutiyoso (Gubernur DKI saat Kerusuhan 13-14 Mei 1998; Agus Widjojo;
Fachrul Razi (klik Wiranto dan pengusul Jonny Lumintang, orang Benny,
Pangkostrad pengganti Prabowo), Ryamizard Ryacudu (menantu wapres Try
Sutrisno periode 1993-1998, agen Benny Moerdani); Agum
Gumelar-Hendropriyono (bodyguard Megawati suruhan Benny); Andi
Widjajanto (anak Theo Syafei); Fahmi Idris (rumahnya lokasi ketika ide
Peristiwa 27 Juli 1996 dan Kerusuhan 13-14 Mei 1998 pertama kali
dilontarkan); Luhut Panjaitan; Tyasno Sudarto; Soebagyo HS (KSAD saat
Kerusuhan 13-14 Mei 1998; Wiranto; TB Silalahi; TB Hasanuddin dll.
Wiranto anak buah Benny Moerdani? Benar,
dan Jusuf Wanandi dalam memoarnya menulis bahwa ketika Presiden
Soeharto berhasil menetralisir pengaruh Try Soetrisno dengan menempatkan
Feisal Tanjung dan Prabowo Subianto dan tidak ada lagi yang bisa
dilakukan klik Benny Moerdani, maka mereka menempatkan semua harapan
kepada Wiranto. Selain itu setelah dilantik sebagai Panglima ABRI,
diketahui Wiranto menghadap Benny Moerdani dan meminta bertemu setiap
bulan. Tanggapan Benny menurut Jusuf Wanandi dan Salim Said adalah:
“Jangan berilusi, orang tua itu
[Soeharto] tidak menyukai saya, tidak percaya kepada saya. Anda harus
tetap di sana karena Anda satu-satunya yang kita miliki. Jangan membuat
kesalahan karena kariermu akan selesai jika Soeharto tahu Anda dekat
dengan saya.”
(Menyibak Tabir Orde Baru, hal. 365-366; Salim Said, hal. 320)
Wiranto memang membantah memiliki
hubungan dekat dengan Benny, namun ada cara membuktikan Wiranto telah
berbohong. Pertama, dalam memoarnya, Jusuf Wanandi bercerita pasca
jatuhnya Soeharto, Wiranto menerima dari Benny daftar perwira yang
dinilai sebagai “ABRI Hijau”, dan dalam sebulan semua orang dalam daftar
nama tersebut disingkirkan Wiranto. Ketika dikonfrontir mengenai hal
ini, Wiranto mengatakan cerita “daftar nama” adalah bohong, namun bila
kita lihat kembali masa-masa setelah Soeharto jatuh maka faktanya banyak
perwira “hijau” yang dimutasi Wiranto dan sempat menuai protes.
Wiranto orang Benny di samping Presiden
Soeharto menjawab alasan Wiranto menjatuhkan semua kesalahan terkait
Operasi Setan Gundul kepada Prabowo; menghasut BJ Habibie bahwa Prabowo
mau kudeta sehingga Prabowo diberhentikan dari dinas militer; dan adu
domba Soeharto dengan menantunya seolah Prabowo dan BJ Habibie bekerja
sama menjatuhkan Soeharto sehingga dipaksa bercerai dari Titiek
Soeharto. Alasannya tidak lain Wiranto adalah eksekutor dari rencana
Benny menistakan Prabowo Subianto.
Bicara “kebejatan” Prabowo tentu tidak
lengkap tanpa mengungkit Kerusuhan 13-14 Mei 1998 yang ditudingkan pada
dirinya padahal jelas-jelas Wiranto sebagai Panglima ABRI pergi ke
Malang membawa Kasau, Kasal, Kasad dan Pangkostrad serta menolak
permohonan Prabowo untuk mengerahkan pasukan demi mengusir perusuh.
Berdasarkan temuan fakta di atas bahwa Benny Moerdani mau menjatuhkan
Soeharto melalui kerusuhan rasial dan Wiranto adalah satu-satunya orang
Benny di lingkar dalam Soeharto maka patut diduga Wiranto sengaja
melarang pasukan keluar dari barak karena berniat membiarkan kerusuhan,
tapi rencananya berantakan ketika pasukan marinir berinisiatif keluar
kandang menghalau perusuh.
Selain itu tiga fakta yang menguatkan
kesimpulan bahwa klik Benny Moerdani dalang Kerusuhan 13-14 Mei 1998
adalah sebagai berikut:
1. Menjatuhkan lawan dengan “gerakan
massa” adalah keahlian Ali Moertopo (guru Benny Moerdani) dan CSIS yang
terkenal sejak Peristiwa Malari’74 yang meletus karena provokasi Hariman
Siregar, binaan Ali Moertopo (selengkapnya lihat kesaksian Jenderal
Soemitro yang dicatat Heru Cahyono dalam buku Pangkopkamtib Jenderal
Soemitro dan Peristiwa 15 Januari 74 terbitan Sinar Harapan).
2. Menurut temuan TGPF Kerusuhan 13-14
Mei 1998, penggerak lapangan adalah orang berkarakter militer yang
sangat cekatan memprovokasi warga untuk menjarah dan membakar. Ini
ciri-ciri orang yang terlatih sebagai intelijen, padahal baik Wiranto
atau Prabowo adalah perwira tipe komando dan bukan tipe intelijen,
sedangkan saat itu hanya Benny Moerdani yang memiliki kemampuan
merekayasa kerusuhan skala besar karena dia mewarisi taktik dan jaringan
yang dibangun Ali Moertopo (mengenai jaringan dimaksud bisa dibaca di
Rahasia-Rahasia Ali Moertopo terbitan Tempo-Gramedia). Lagipula saat
kejadian terbukti Benny sedang rapat di Bogor dan ada laporan intelijen
bahwa provokator kerusuhan 27 Juli 1996 dan 13-14 Mei 1998 dilatih di
Bogor!!
3. Saat Kerusuhan 13-14 Mei 1998,
Fachrul Razi yang saat itu menjabat sebagai Kasum melarang pengerahan
pasukan untuk membantu Kodam Jaya menghentikan kerusuhan sistematis dan
penjarahan. Perlu ditambahkan Fachrul Razi adalah anggota klik Wiranto
yang di atas sudah terbukti adalah binaan Benny di dalam kabinet
Presiden Soeharto yang terakhir.
(http://www.liputan6.com/fullnews/77958.html).
Penutup
Benarkah Benny Moerdani tega membasahi
tangannya dengan darah rakyat tidak berdosa? Tidak ada keraguan: Benny
Moerdani berprinsip membunuh sebagian rakyat demi selamatkan negara
layak dilakukan, sebagaimana diungkap David Jenkins, wartawan senior
Australia yang memiliki jaringan luas dengan jenderal Orba dalam
orbituari kepada Benny Moerdani, “Charismatic, Sinister Soeharto Man”:
“Hardened in battle and no stranger to
violence, Moerdani believed that the ends justify the means…He once
shocked members of an Indonesian parliamentary committee by saying, in
effect, that if he had to sacrifice the lives of 2 million Indonesians
to save the lives of 200 million Indonesians he would do so.”
Para murid Benny Moerdani pendukung
Jokowi tampaknya mewarisi kekejaman sang guru, misalnya Luhut Panjaitan
pernah menghujani mahasiswa yang sedang berdemo dengan peluru tajam,
menimbulkan banyak korban jiwa, dan hal ini diceritakan tanpa rasa
bersalah:
“Letusan peluru itu tidak digubris para
pendemo. Mereka terus melempari tentara dengan batu. Merasa terdesak
Luhut [Panjaitan] memerintahkan anak buahnya menembak kaki para pendemo.
Situasi makin kacau karena mereka kocar-kacir. Tentara yang mengejar
tidak lagi mengarahkan moncong ke aspal, tapi sudah mengincar sasaran.
Luhut menduga banyak yang tewas saat kejar-kejaran itu.”
(Massa Misterius Malari, Tempo, hal. 71)
Kekejaman Luhut Panjaitan membuatnya
menjadi anak emas Benny Moerdani, sehingga wajar Luhut Panjaitan
menyimpan kebencian begitu besar terhadap Prabowo karena dia kehilangan
status dan fasilitas istimewa setelah Benny Moerdani tersingkir:
“Berbeda dengan panglima-panglima
sebelum dan sesudahnya, Benny memang memelihara sejumlah orang yang
disenanginya. “Mereka itu semacam golden boys Benny Moerdani,” kata
Schwarz. Salah satu yang dikenal sebagai “anak emas” itu adalah Luhut
Binsar Panjaitan.”
(Salim Said, hal. 343)
Kekejaman yang sama turut dimiliki AM
Hendropriyono, murid Benny lain yang juga mendampingi Jokowi karena dia
pelaku pembantaian Talangsari, Lampung; DOM di Aceh, lalu bersama Muchdi
Pr dan Ass’at (keduanya mendukung Jokowi-JK) adalah dalang pembunuhan
Munir
(lihat: http://www.wikileaks.org/plusd/cables/07JAKARTA163_a.html).
Sudah tidak bisa dibantah bahwa alasan
klik Benny Moerdani mendukung Jokowi-JK sekalipun mengorbankan keutuhan
partai masing-masing (PDIP, Hanura, Golkar, Demokrat) sekedar untuk
melawan Prabowo adalah dendam kesumat yang belum terpuaskan sebab
Prabowo menghalangi usaha mendeislamisasi Indonesia.
Menutup artikel ini saya akan mengutip Jusuf Wanandi, sahabat baik Benny Moerdani:
“But, maybe Benny’s biggest nemesis was Soeharto son-in-law, Prabowo Subianto.”
(Shades of Grey, hal. 240)
“…Saya menganggap lawan utama Benny adalah Prabowo Subianto, menantu Presiden Soeharto.”
(Menyibak Tabir Orde Baru, hal. 327)
Kita harus berterima kasih kepada Julian
Assange karena mendirikan website Wikileaks yang membocorkan berbagai
dokumen rahasia milik Amerika Serikat sebab tanpanya kita tidak akan
mengetahui bahwa Jokowi sudah menjalankan agenda Amerika di Indonesia
sejak tahun 2005. Berdasarkan dokumen rahasia CIA tertanggal 7 April
2006 yang diunggah Wikileaks kita mengetahui bahwa pada tanggal yang
sama agen rahasia CIA bernama Pierangelo dan David S. Williams bertemu
Jokowi selaku Walikota Solo yang baru dilantik 7 bulan sebelumnya.
Agenda pertemuan adalah membahas Abu
Bakar Ba’asyir dari Ponpres Ngruki yang disebut oleh pelaku serangan
9/11 bernama Riduan Isamuddin alias Hambali terkait jaringan Al Qaeda di
Indonesia bernama Jamaah Islamiyah. Dalam pertemuan agen CIA tersebut
minta Jokowi mengendalikan Abu Bakar Ba’asyir dan disanggupi oleh
Jokowi. Setelah itu Jokowi mendekati Abu Ba’asyir secara pribadi dan
hubungan keduanya menjadi sangat dekat bagai seorang ayah dan anak,
terbukti kendati sedang mendekam di dalam penjara namun pada tanggal 30
Januari 2013 Abu Bakar Ba’asyir sempat mengirim utusan menemui Jokowi
sekedar menyampaikan salam; yang dibalas oleh Jokowi dengan ucapan
terima kasih dan salam balik.
Jokowi memang berhasil mengontrol Abu
Bakar Ba’asyir dan mendapat pujian dari Dubes AS bernama Cameron R. Hume
pada tahun 2008 sebagaimana bocoran kawat diplomatik di Wikileaks yang
dikirim ke Pentagon dengan judul “Solo, From Radical Hub To Tourist
Heaven,” yang intinya melaporkan bahwa Jokowi telah berhasil
mengendalikan Abu Bakar Ba’asyir dan menekan tingkat kemilitanan Ponpres
Ngruki yang terkenal radikal.
Selanjutnya pada tahun yang sama yaitu
tahun 2008, Jokowi kedatangan Agus Widjojo, Luhut Binsar Pandjaitan dan
Hendropriyono lalu Luhut bekerja sama dengan Jokowi membentuk perusahaan
patungan bernama PT Rakabu Sejahtera dengan modal awal dari Luhut Rp.
15,5miliar dan dari anak Jokowi bernama Gibran Rakabumi Raka sebesar Rp.
19,2miliar (anak dua puluh tahun yang pelihara tuyul tampaknya). Perlu
dicurigai bahwa perusahaan hanya kedok sebuah operasi intelijen karena
tidak lama setelah Jokowi menjadi Gubernur DKI, kantor perusahaan
tersebut dua kali terbakar dalam waktu berdekatan.
Kehadiran Hendropriyono dan Luhut
Pandjaitan semakin melekatkan pengaruh Amerika pada kehidupan Jokowi
sebab mereka adalah murid langsung dan anak emas Jenderal Benny
Moerdani, seorang petinggi CSIS, sebuah lembaga yang didirikan agen CIA
bernama Pater Beek. CSIS dan Pater Beek bukanlah satu-satunya hubungan
CIA dengan Jokowi, sebab penanggung jawab proses memoles citra Jokowi
dari walikota gagal menjadi “pemimpin muda masa depan” hingga masuk
gerbang pencapresan adalah Goenawan Mohamad yang kerap menerima uang
negara asing dan anak didik Ivan Kats, seorang agen CIA. Khusus CSIS,
sejak awal mereka memiliki hubungan dengan Ali Moertopo yang terkenal
dengan Opsus dan pernah merekayasa kerusuhan Malari pada 15 Januari 1974
dan setelah kematian Ali Moertopo, tampaknya Opsus diwariskan kepada
Jusuf Wanandi, pemimpin tertinggi CSIS saat ini karena Wikileaks
menemukan Jusuf Wanandi adalah orang Opsus:
“6. ASIDE FROM MURTONO,
HOWEVER, ALI MURTOPO AND OPSUS SEEM TO HAVE DONE RATHER WELL. NUMBER TWO
MAN (MARTONO) HAS LONG BEEN KNOWN AS OPSUS MAN IN OLD KOSGORO
ORGANIZATION. JUSUF WANANDI (LIM BIAN KIE) HAS KEY POSITION HEADING LIST
OF SECRETARIES ORGANIZED ACCCORDING TO FUNCTION, AND OPSUS STALWARTS
DOMINATE AT THIS WORKING LEVEL.”
https://www.wikileaks.org/plusd/cables/1973JAKART10795_b.html
Kemunculan anak emas Benny Moerdani dari
CSIS yang merupakan kepanjangan tangan kepentingan Amerika di Solo dan
dilengkapi perangkat rekayasa ala Opsus sangat patut diduga terkait
usaha mempersiapkan Jokowi sebagai presiden boneka Amerika Serikat.
Jokowi dan timsesnya berhak membantah dia adalah boneka Amerika dan CSIS
namun keberadaan Ajianto Dwi Nugroho yang dikader oleh murid-murid
Pater Beek di dalam Jasmev untuk memenangkan Jokowi pada Pilkada DKI dan
sekarang melalui cabang Jasmev, PartaiSocmed untuk memenangkan pilpres
tidak bisa dibantah. Selain itu kita ingat kejadian memalukan di mana
Jokowi membawa mantan Presiden Megawati menghadap Duta Besar Amerika,
Inggris dan Kanada di rumah petinggi CSIS bernama Jacob Soetoyo dan
kembali menyerahkan lehernya beberapa hari sebelum deklarasi
pencapresannya adalah fakta umum yang tidak bisa dibantah.
Sebelum kita melanjutkan, apakah anda
tahu bahwa salah satu taktik deislamisasi yang dilakukan oleh CSIS
adalah melalui kebijakan kader mereka Daoed Joesoef yang saat menjabat
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melarang sekolah libur pada hari
Ramadhan dan siswi beragama Islam dilarang menggunakan jilbab yang mana
serupa dengan kebijakan Benny Moerdani yang melarang sajadah di
lingkungan ABRI dan selalu mempersulit prajurit yang bermaksud sholat
Jumat?
http://tikusmerah.com/?p=1204
Dengan fakta di atas maka sangat tidak
mengherankan bila beberapa hari lalu seorang Dubes AS Robert Blake
mencoba melakukan kampanye hitam menyerang Prabowo demi membantu
meningkatkan peluang bagi capres boneka Amerika memenangkan pertarungan
pilpres mendatang. Selain itu tidak heran juga ketika menjelang pilpres
terbit sebuah fitnah keji bahwa Prabowo menghina kebutaan Gus Dur yang
dilancarkan oleh media massa Time melalui tulisan jurnalis anti
Indonesia bernama Yenny Kwok yang bersumber dari tulisan jurnalis anti
Indonesia lain bernama Allan Neirn karena artikel tersebut memang hampir
dapat dipastikan pesanan dari Pemerintah Amerika Serikat.
Belum selesai serangan kampanye hitam
dari Dubes AS; dan Time melalui tangan duo Yenny Kwok dan Allan Neirn
yang terafiliasi dengan mantan pelaku G30S/PKI bernama Carmel Budiardjo
yang selama 50 tahun melancarkan kampanye anti Indonesia di dunia
internasional, sekarang datang serangan dari Sofyan Wanandi, pemimpin
para pengusaha-pengusaha di Indonesia yang mengatakan bahwa para
pengusaha kuatir bila Prabowo menjadi presiden.
Siapa Sofyan Wanandi? Dia adalah adik
Jusuf Wanandi dan orang yang memulai salah satu pembusukan karakter
paling keji terhadap Prabowo ketika diwawancara Adam Schwarz mengatakan
seolah Prabowo pernah bilang akan mengusir semua orang cina sekalipun
hal itu akan membuat ekonomi Indonesia muncur 20-30 tahun tapi 14 tahun
setelah rumor tersebut merasuk ke sumsum rakyat Indonesia atau tahun
2012, barulah Sofyan Wanandi membantah bahwa ia pernah mengeluarkan
pernyataan seperti itu dengan alasan “jurnalis salah paham.”
Sebagai adik penguasa Opsus, Sofyan
Wanandi memang bukan pengusaha biasa, terbukti dia adalah donatur utama
banyak penggarapan yang dilakukan Opsus era pimpinan Jusuf Wanandi dan
CSIS seperti membiayai Kongres PDI di Medan ketika Benny Moerdani
merekayasa politik dizolimi dengan “menjatuhkan” Megawati dari kursi
Ketua Umum PDI dan diganti oleh “antek Orde Baru” Dr. Soerjadi yang
menurut kesaksian dari Rachmawati Soekarnoputri sebenarnya adalah orang
binaan Benny Moerdani juga.
Nama Sofyan Wanandi juga kembali disebut
dalam dua dokumen yang ditemukan pasca meledaknya bom rakitan di Rumah
Susun Johar di Tanah Tinggi, Tanah Abang.tanggal 18 Januari 1998. Saat
aparat menyisir lokasi ledakan ditemukan sebuah laptop berisi arsip
e-mail dan dokumen notulen rapat “Kelompok Pro Demokrasi” di Leuwiliang,
Bogor, pada tanggal 14 Januari 1998 yang merencanakan revolusi dan
dihadiri oleh 19 aktivis mewakili 9 organisasi terdiri dari kelompok
senior dan kelompok junior. Adapun kelompok senior terdiri atas:
Pertama, CSIS yang bertugas membuat analisis dan menyusun konsep perencanaan aktivitas ke depan.
Kedua, Benny Moerdani.
Ketiga, PDI Pro Megawati Soekarnoputri.
Keempat, kekuatan ekonomi diwakili oleh Sofjan Wanandi dan Yusuf Wanandi.
Sedangkan isi email:
“Kawan-kawan yang baik! Dana yang diurus
oleh Hendardi belum diterima, sehingga kita belum bisa bergerak.
Kemarin saya dapat berita dari Alex [Widya Siregar] bahwa Sofjan Wanandi
dari Prasetya Mulya akan membantu kita dalam dana, di samping itu
bantuan moril dari luar negeri akan diurus oleh Jusuf Wanandi dari CSIS.
Jadi kita tidak perlu tergantung kepada dana yang diurus oleh Hendardi
untuk gerakan kita selanjutnya.”
Sumber: Majalah Gatra edisi 31 Januari 1998
Kedua dokumen di atas selain membuktikan
Sofyan Wanandi, Jusuf Wanandi, CSIS, Benny Moerdani dan Megawati adalah
bagian dari kelompok yang bermaksud membuat sebuah kerusuhan yang
dibungkus sebagai revolusi, ternyata terungkap juga bahwa Hendardi dari
PBHI yang beberapa bulan terakhir konsisten meributkan pencapresan
Prabowo dengan membawa isu HAM dan penculikan adalah bagian dari
kelompok tersebut dengan tugas mencari pendanaan. Aksi-aksi Hendardi
mempolitisasi penangkapan terduga teroris pada tahun 1998 tersebut juga
dilakukan oleh Tempo, majalah milik anak didik agen CIA yaitu Goenawan
Mohamad dan Haris Azhar dari Kontras yang pernah meminta Uni Eropa
melanggar kedaulatan Indonesia dengan melakukan intervensi terhadap
pemerintah Indonesia. Selain itu politisasi juga dilakukan Metro TV,
tapi Surya Paloh hanya politisi oportunis, jadi dia bukan CSIS atau
antek CIA.
http://protectioninternational.org/video/haris-azhar-on-the-role-of-kontras/
Bagi kalangan aktivis yang sampai
sekarang masih memegang teguh idealisme, orang seperti Hendardi,
Goenawan Mohamad, dan Haris Azhar dimasukan ke dalam kelompok “Pedagang
Orang Hilang,” sebab mereka memperdagangkan isu “Orang Hilang” melalui
serangkaian politisasi demi untuk mencapai keinginan mereka baik berupa
uang donasi, jabatan, kedudukan sosial, atau mendiskriditkan lawan
mereka. Hal ini terbukti dari fakta bahwa para orang yang berkumpul
dalam Asosiasi Pedagang Orang Hilang ini tidak meliput pernyataan Andi
Arief, salah satu “korban penculikan 1998″ bahwa Wiji Thukul, orang yang
kerap menjadi salah satu ikon para Pedagang Orang Hilang ternyata masih
hidup dengan sehat setidaknya dua bulan setelah reformasi dan fakta ini
diketahui oleh Goenawan Mohamad dan Stanley dari Tempo, dan Jaap
Erkelens.
http://m.inilah.com/read/detail/2114481/akhirnya-andi-arief-bercerita-soal-widji-thukul
http://m.rmol.co/news.php?id=161521
Selain fakta Wiji Thukul masih hidup dan
sehat, para Pedagang Orang Hilang juga menyembunyikan fakta bahwa sejak
16 tahun lalu tim SiaR bentukan Goenawan Mohamad sudah menemukan bukti
bahwa Prabowo tidak bersalah dan hanya difitnah. Mereka juga sengaja
tidak meliput berita penyerahan dokumen kepada Komnas HAM berisi notulen
rapat pembahasan Operasi Kuningan di antara para jenderal Orde Baru
untuk memfitnah Prabowo.
Temuan tim SiaR adalah:
“Tapi, teknik ABRI menyelesaikan intern
soal penculikan ini, agaknya memang sengaja ditempuh untuk menghindari
terbongkarnya orang-orang di belakang Prabowo. Sebuah sumber di Mabes
ABRI mengatakan, sebetulnya Prabowo punya surat perintah penculikan itu,
yang diteken oleh Jenderal Feisal Tanjung, Pangab sebelumnya. Surat
itu, konon, akan dibeberkan kalau Prabowo diseret ke Mahmilub.
Akibatnya, Wiranto berkompromi dengan menjatuhkan hukuman yang ringan
untuk Prabowo.”
http://www.minihub.org/siarlist/msg00741.html
Dokumen yang diserahkan kepada Komnas
HAM adalah notulen rapat terbatas tanggal 17 Juli 1998 di rumah Wiranto
yang dihadiri oleh Agum Gumelar, Soebagio HS, Fachrul Rozi, dan Yusuf
Kartanagara yang mana Agum Gumelar mengemukakan pendapat mengenai
perlunya menciptakan “aktor” yang akan dijadikan dalang segala dalang
kerusuhan Mei dan “penculikan aktivis,” selanjutnya Soebagyo HS
menyarankan agar kepergian ke Malang tanggal 14 Mei 1998 dijadikan alibi
untuk mengarahkan Prabowo sebagai aktor utama kerusuhan di Jakarta dan
penangkapan aktivis. Letjend Fachrul Rozi juga mengusulkan pembentukan
Dewan Kehormatan Perwira tanpa Mahkamah Militer untuk memberhentikan
Prabowo sekaligus menciptakan opini bahwa Prabowo adalah dalang
kerusuhan di Jakarta. Terakhir Wiranto memberi perintah agar para
“aktivis” yang belum dilepas untuk “disukabumikan.”
Untuk membuktikan keaslian atau
kepalsuan dokumen tersebut cukup mudah yaitu melakukan pemeriksaan
forensik terhadap tanda tangan para peserta rapat yang dibubuhkan di
dalam dokumen notulensi. Bila tanda tangannya asli, maka BOOM!!, tidak
ada alasan untuk tidak membawa Wiranto, Soebagyo HS, Fachrul Razi, dan
Agum Gumelar ke pengadilan.
http://m.aktual.co/politik/145428operasi-kuningan-wiranto-perintahkan-13-aktifis-98-dibumihanguskan
Kenapa Tempo; Media Indonesia; Metro TV;
Jawa Pos dll yang biasa “peduli HAM” dan “penculikan aktivis” tidak
membuat laporan kejadian tersebut? Padahal bila dokumen ternyata asli,
maka kita akan bisa mengungkap penembakan Trisakti sampai Kerusuhan
13-14 Mei 1998. Namanya juga Pedagang Orang Hilang, yang membantu
dagangan pasti dijadikan bahan marketing sedangkan yang merusak dagangan
akan disingkirkan dan dianggap tidak ada. Kendati demikian terbukti
kunci membuka misteri 1998 bukan di Bukit Hambalang, melainkan di Tanah
Abang, Utan Kayu, Salatiga dan Semarang.
sumber: horabolt
CERITA Dr MUN’IM IDRIS SAAT AUTOPSI MAHASISWA TRISAKTI KORBAN PENEMBAKAN
http://www.fahreenheat.com/cerita-dr-munim-idris-saat-autopsi-mahasiswa-trisakti-korban-penembakan/
CERITA Dr MUN’IM IDRIS SAAT AUTOPSI MAHASISWA TRISAKTI KORBAN PENEMBAKAN
Fahreenheat.com-
Suasana di Jakarta di malam penembakan mahasiswa Trisakti sangatlah
mencekam. Pakar forensik dr. Abdul Mun’Im Idries yang ikut mengautosi
menceritakan bagaimana menakutkannya keadaan saat tertembaknya empat
mahasiswa itu.
mahasiswa itu.
Kisah itu ditulis Mun’im melalui bukunya ‘Indonesia X-Files,
Mengungkap Fakta dari Kematian Bung Karno Sampai Kematian Munir’ yang
dilaunching di Perpustakaan UI, Depok.
http://www.fahreenheat.com/cerita-dr-munim-idris-saat-autopsi-mahasiswa-trisakti-korban-penembakan/
Saat kejadian, Mun’im mendapat telepon dari Kasat Serse Polres Metro
Jakarta Barat Idham Aziz, untuk mengautopsi jenazah korban penembakan.
Ia disuruh menunggu di pos polisi Terminal Grogol.
Selama menunggu Mun’im dihubungi oleh Kapolres Jakarta Barat, Timur
Pradopo dan Kapolda Metro Jaya, Hamami Nata. Ia disuruh menunggu sebelum
diperintahkan melakukan autopsi. kemudian Mun’Im pun berangkat menuju
RS Sumber Waras dengan membonceng motor petugas.
Ditengah perjalanan Mun’Im merasakan keanehan. Petugas yang membawanya memilih untuk melalui jalan tikus, padahal saat itu keadaan tengah sepi dan seharusnya mereka bisa langsung lurus menuju RS Sumber Waras
“Pak dokter, kita tidak tahu siapa kawan siapa lawan. Ini semua demi
keselamatan dokter,” ungkap si petugas kepolisian yang mengantarnya.
Sesampainya di rumah sakit Mun’im bertemu dengan mahasiswa dan
keluarga korban. Mereka semua menolak untuk diadakanya pemeriksaan bedah
mayat.
Setelah Mun’im berusaha meyakinkan keluarga, akhirnya pemeriksaan pun dimulai.
Setelah melakukan pemeriksaan sekitar 90
menit, Mun’im mendapatkan hasil. Masing masing mendapat luka tembak
pada daerah mematikan, bukan untuk melumpuhkan.
Usai pemeriksaan, Mun’im kembali ke ruang administrasi, disana,
Mun’im bertemu dengan Marzuki Darusman dan Amaral yang pada saat itu
menjabat sebagai ketua dan sekretaris jenderal Komnas HAM.
Saat bertegur sapa dengan Marzuki Darusman, dia menerima SPVR (surat
permintaan Visum et Repertum) dari kepolisian. Anehnya SPVR yang
diterimanya sebanyak 6 buah sedangkan korbannya hanya ada 4. Selain itu
tidak ada identitas para korban dan yang tertera hanya tanda tangan
penyidik.
“Maaf pak dokter, kami tidak tahu berapa korban yang tewas dan kami
juga tidak tahu nama para korban” jawab petugas Polres Jakarta Barat.
Seusai jumpa pers, pukul 4 pagi Mun’im sudah dijemput oleh petugas
dari Polres Jakarta Barat. Saat Mun’im meminta untuk diantar pulang,
petugas Kasat Serse Polres Metro Jakatra Barat malah mengantarnya menuju
Polda. Setibanya di Polda, di lantai pertama Mun’im berjumpa dengan
Sudi Silalahi dari Kodam V jaya, kemudian dia menuju ruang Kapolda.
Saat itu dia hanya berdua dengan Hamami Nata, kemudian Mun’im membuka pembicaraan dengan menyampaikan hasil autopsi.
“Saya sudah perintahkan kepada semua anak buah saya agar mereka tidak
menggunakan peluru tajam. Mereka yang menghadapi pengunjuk rasa hanya
dibekali peluru karet atau peluru hampayang terbatas jumlahnya. Dari
mana datangnya peluru ini?” Ungkap Hamami Disitu Mun’im berpikir kalau
Kapolda dikerjain.
APAKAH PERISTIWA PEMERKOSAAN PADA 1998 ADALAH KEBOHONGAN SISTEMATIS
http://www.fahreenheat.com/apakah-peristiwa-pemerkosaan-pada-1998-adalah-kebohongan-sistematis/
APAKAH PERISTIWA PEMERKOSAAN PADA 1998 ADALAH KEBOHONGAN SISTEMATIS
Fahreenheat.com- Isu
pemerkosaan missal atas perempuan china dalam kerusuhan mei 1998
senantiasa dihembus-hembuskan.Tujuannya untuk menyudutkan ummat
islam.Hasil penyidikan FBI akhirtnya membongkar kebohongan itu.
“Jika sebuah kebohongan terus menerus diceritakan hingga terdengar
luas di masyarakat, akan meyakini kebohongan itu sebagai sebuah
kebenaran,”kata menteri proganda NAZI Jerman, Dr Josef Goebels
enam dasar warsa lalu.Meski sudah kuno, namun prinsip proganda yang
diterapkan nazi untuk melibas bangsa yahudi di eropa menjelang perang
dunia II itu masih terus dipakai dan dilestarikan hingga kini.
Strategi proganda ala goebles ini pun tetap laris di
Indonesia dan masih cukup efektif sebagai alat pemukul lawan politik
dan ide yang berseberangan. Tengoklah berbagai proganda hitam yang
dikembangkan dengan cara itu. Misalnya, pembangunan opini bahwa islam
sudah tidak cocok untuk zaman modern ini, pembentukan opini bahwa
poligami identik dengan kekerasan, pengelabuan bahwa pluralisme adalah
kebaikan yang harus diterima dan sebagainya.
Tapi proganda kebohongan paling dahsyat di republik ini adalah isu
tentang pemerkosaan missal atas para perempuan etnis china saat
kerusuhan Mei 1998.Dengan sistematis mereka meniupkan isu tentang
pemerkosaan itu,dengan berbagai cerita di berbagai media, dengan cara
dan sarana, baik didalam dan luar negeri.Padahal, dengan jelas isu itu
sebenarnya dipakai untuk mendiskreditkan Islam dan simbol – simbol
Islam.
KISAH VIVIAN DAN FOTO – FOTO PERKOSAAN
Internet menjadi sarana paling hebat untuk menyebarluaskan kisah
perkosaan missal itu.Yang paling controversial adalah kisah yang konon
dialami oleh seorang gadis keturunan china bernama Vivian.Kisah itu
muncul kira-kira pertengahan juni 1998.Konon Vivian tinggal bersama
orang tuanya di lantai 7 sebuah apartemen dikawasan kapuk, Jakarta Utara
ketika diserbu orang-orang tak di kenal saat kerusuhan Mei. Mereka lalu
memperkosa Vivian,saudara,tante dan tetangga-tetangganya.
Kisah Vivian sangat diskriptif, detail dan menyentuh, sehingga mampu
membangkitkan emosi. Majalah Jakarta-jakarta sempat mengutip cerita
perkosaan yang sangat vulgar itu mentah-mentah dalam sebuah edisinya.
Dalam cerita itu, dengan kurang ajar,ia menceritakan bahwa orang-orang
bertampang seram itu mempekosa mereka dengan teriak “Allahu Akbar”
sebelum melakukan itu.Caci maki pun berhamburan kepada umat islam dan
para ulama.
Hampir bersamaan dengan munculnya kisah Vivian, muncul pula foto-foto
yang konon berisi gambar para kerusuhan Mei di jaringan
internet.Beberapa website memuat foto-foto yang disebut-sebut sebagai
foto kerusuhan Mei1998 dan korban-korban perkosaan massal itu.
Pemajangan foto-foto di media internet itu telah mengundang emosi
luar biasa bagi etnis cina diseluruh dunia.Mereka menganggap kerusuhan
Mei 1998 adalah sebuah operasi yang sengaja ditujukan untuk mengenyahkan
orang cina, dan menyetarakan kasus pemerkosaan missal atas
perempuan-perempuan itu dengan kasus The Rape of Nanking, saat
pendudukan Jepang ke cina tahun 1937 – 1938.
UPAYA MENELISIK FAKTA
Para wartawan yang kredibel mengakui pada saat peristiwa Mei 1998,
peristiwa perkosaan memang terjadi.Seorang wartawan Forum mendapat
pengakuan dari seorang anggota satgas Partai PD** bernama M, bahwa dia
dan teman-temannyalah yang menyerbu dan membakar pertokoan di Pasar
Minggu.Ia juga mengaku melecehkan perempuan, bahkan beberapa kawannya
memperkosa mereka.Tapi menurut dia, korban tidak hanya dari kalangan
cina.”siapa aja, ada amoy, ada melayu, ada Arab,” kata anggota Satgas
PD** itu.
Para wartawan pun terus mencoba mengejar dan mewawancarai korban dengan
semua pentunjuk tentang para korban,tapi hasilnya nihil.Konon semua
sudah pergi keluar negeri dan tak terlacak lagi.Hanya anak ekonom C W
yang terkonfirmasi sebagai korban perkosaan Mei 1998.Majalah Tempo,
dalam edisi pertama setelah terbit lagi juga tak mampu menemukan korban,
apalagi sampai jumlah ratusan.
Beberapa wartawan yang melacak lokasi yang diduga menjadi tempat
tinggal Vivian dan keluarganya, juga tak menemukan apa-apa. Warga di
sekitar apartemen menjawab tidak ada dan tidak pernah mendengar adanya
amoy yang diperkosa saat kerusuhan Mei 1998. Seorang anak nelayan yang
pada dua hari jahanam itu menjarah apartement tempat Vivian tinggal
mengaku, jangankan memperkosa, ketemu penghuni juga tidak. Sebab,mereka
semua sudah kabur keluar negeri.
Soal jumlah korban perkosaan pun menjadi ajang perdebatan seru.Tim
Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Kasus Kerusuhan Mei 1998 pecah gara-gara
bab yang membahas hal ini. Sebagian anggota ingin memasukan semua
laporan tentang adanya perkosaan, sementara yang lain meminta semua di
klarifikasikan dulu. ”Terkesan ada yang ingin memanfaatkan isu ini untuk
kepentingan tertentu,” kata anggota TGPF Roosita Noer.
Tengoklah data yang mereka kumpulkan. Dari 187 nama menurut daftar
yang dibawa anggota TGPF Saparinah Sadli dan 168 dalam daftar Pastor
Jesuit Sandyawan Sumardi, Ternyata hanya 4 yang berhasil di klarifikasi,
yang lain baru qaala wa qila, alias kata orang. Sementara, dua orang
korban yang didatangkan anggota TGPF Nursyahbani Katjasungkana ternyata
orang gila beneran yang diduga sudah lama.Lucunya ketika data ini
diminta, Ketua TGPF Marzuki Darusman tidak mau membagi data itu kepada
anggota yang lain.
Dari sisi ilmu statistik data soal perkosaan massal pun aneh.
Misalnya, laporan tentang adanya perkosaan jauh lebih besar dari pada
laporan tentang pelecehan seksual,diraba-raba dan sebagainya.Padahal,
seharusnya menurut statistik, berdasarkan kurva sebaran, pola acak akan
selalu membentuk kurva seimbang. Jumlah laporan orang yang diraba-raba
saja seharusnya lebih banyak dari pada yang dilaporkan mengalami
pelecehan, apalagi yang sampai diperkosa, dengan tingkatan lebih berat.
Kebenaran kisah Vivian sempat juga dipertanyakan kalangan keturunan
cina sendiri. Mungkinkah si terperkosa, dalam waktu singkat cerita itu
muncul di internet pada 13 Juni 1998 bisa mengendalikan emosi, sehingga
bias menuliskan kisah kesadisan yang dialaminya secara detail?Bukan kah
hal ini bertentangan dengan anggapan bahwa etnis tionghoa teramat sangat
tertutup dalam hal pemerkosaan?
Setelah menerima banyak pertanyaan soal orisinilitas cerita Vivian,
pengelola situs Web World Huaren Federation (WHF), Dean Tse, dalam
pesannya tanggal 18 Agustus 1998, minta agar pengirim cerita bisa
memberi keterangan lebih lanjut. namun hingga kini, permintaan Dean Tse
belum ada jawaban.Dean Tse pun tidak bisa melacak si pengirim cerita
tersebut di jaringan internet.
Belakangan Soekarno Chenata, Pengelola situ Indo Chaos, juga mengakui
foto-foto yang bergentayangan disitusnya, sama sekali tidak otentik.
Kepada Detik.com, Soekarno mengaku pernah menerima foto sadis
yang sempat dipajang di Indo Chaos. Namun ia segera mencabut foto itu
dari situsnya karena ternyata foto itu padahal hasil montase dan diambil
dari situs porno yang memang brutal.
TERBONGKAR HABIS
Upaya pembuktian telah dilakukan, namun upaya pengaburan dan
disinformasi terus dilakukan Misalnya, ketika fakta bahwa Vivian tak
pernah ada, para agitator itu berdalih, Vivian adalah nama dan alamat
yang dipakai hanyalah nama samaran. Ketika para wartawan tak menemukan
korban, mereka berkilah soal keselamatan korban. Hingga akhirnya
kebohongan itu terbongkar, justru dari Amerika Serikat, tempat dimana
para pembohong itu mengobral cerita untuk menyudutkan kaum Muslimin di
Indonesia.
Semula, pemerintah Amerika Serikat dengan mudah memberikan suaka
kepada imigran asal Indonesia yang mengaku dianiaya dan dirundung
kekerasan seksual di negerinya dengan alasan etnik dan agama. Tapi
gara-gara kesamaan pola cerita, kedekatan waktu pengajuan, kesamaan
alamat dan asal pengaju, dan kesamaan kantor pengajuan, mereka mulai
curiga.
Setelah mencurigai selama dua tahun, pada senin , 22 November 2004
satuan tugas rahasia pemerintah Amerika Serikat menggelar operasi
bersandi Operation Jakarta.Operasi penangkapan 26 anggota sindikat
pemalsu dokumen suaka ini di lakukan serentak di lebih dari 10 negara
bagian di Amerika Serikat.”Pemimpin sindikat ini adalah Hans Gouw, WNI
yang dikabulkan permohonan suakanya pada 1999,” kata Jaksa Penuntut
Wilayah Virginia, Paul J Mcnulty yang menangani kasus ini.
Para tersangka dikenai tuduhan sama, yakni memalsukan dokumen suka
serta berkonspirasi dalam pemalsuan berbagai dokumen.Awalnya mereka
hanya membantu menyediakan dokumen asli tapi palsu.Tapi setelah berhasil
mengibuli pihak berwenang dengan memalsukan izin kerja dan nomor
jaminan social, mereka mulai menyiapkan aplikasi suaka palsu.
Mereka juga menyiapkan scenario pengakuan bo’ong-bo’ongan seperti
diperkosa dan dianiaya dalam kerusuhan Mei 1998.”Cerita tentang
penyiksaan itu sangat seragam karena para pelamar menghafalkan kata demi
kata secara persis seperti yang diajarkan.” Kata Jaksa Mcnulty.Mereka
pun mengajari kliennya untuk menangis dan memohon dengan emosional untuk
mengundang simpati petugas.
Lucunya , mereka menceritakan kisah yang sama.Cerita diperkosa sopir
taksi misalnya meluncur dari mulut 14 perempuan yang mengajukan
permohonan suka sejak 31 Oktober 2000 hingga 6 januari 2002.”Mereka
mangaku diperkosa karena keturunan cina,” kata Dean McDonald, agen
special dari biro Imigrasi dan Bea Cukai Kepabeanan Departemen Keamanan
Dalam Negeri Amerika Serikat di Negara bagian Virginia.
Belakangan , Voice Of America juga membuat liputan investigative
tentang isu perkosaan massal itu.Mereka keluar masuk berbagai TKP
perkosaan massal, dan mencoba mewawancarai berbagai pihak,Tapi hasilnya
nihil.perkosaan memang ada, tapi dengan mengikuti petuah Goebels, fakta telah di dramatisasi sedemikian rupa dan dimanipulasi dengan dahsyat.
sumber: Abu Zahra – Suara Islam
KRONOLOGI REFORMASI MEI 1998
http://www.fahreenheat.com/kronologi-reformasi-mei-1998/
KRONOLOGI REFORMASI MEI 1998
Fahreenheat.com-
5 Maret 1998
Dua puluh mahasiswa Universitas Indonesia mendatangi Gedung DPR/MPR
untuk menyatakan penolakan terhadap pidato pertanggungjawaban presiden
yang disampaikan pada Sidang Umum MPR dan menyerahkan agenda reformasi
nasional. Mereka diterima Fraksi ABRI
11 Maret 1998
SUMPAH JABATAN
SOEHARTO menjadi Presiden
BJ HABIBIE menjadi Wakil Presiden
14 Maret 1998
Soeharto mengumumkan kabinet baru yang dinamai
Kabinet Pembangunan VII
15 April 1998
Soeharto meminta mahasiswa mengakhiri
protes dan kembali ke kampus karena sepanjang bulan ini mahasiswa dari
berbagai perguruan tinggi swasta dan negeri melakukan unjukrasa menuntut
dilakukannya reformasi politik.
Soeharto meminta mahasiswa mengakhiri
protes dan kembali ke kampus karena sepanjang bulan ini mahasiswa dari
berbagai perguruan tinggi swasta dan negeri melakukan unjukrasa menuntut
dilakukannya reformasi politik.
Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima
ABRI Jendral Purn. Wiranto dan 14 menteri Kabinet Pembangunan VII
mengadakan dialog dengan mahasiswa di Pekan Raya Jakarta namun cukup
banyak perwakilan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang menolak
dialog tersebut.
1 Mei 1998
Soeharto melalui Menteri Dalam Negeri
Hartono dan Menteri Penerangan Alwi Dachlan mengatakan bahwa reformasi
baru bisa dimulai tahun 2003.
2 Mei 1998
Pernyataan itu diralat dan kemudian dinyatakan bahwa Soeharto mengatakan reformasi bisa dilakukan sejak sekarang (tahun 1998).
4 Mei 1998.
Mahasiswa di Medan, Bandung dan
Yogyakarta menyambut kenaikan harga bahan bakar minyak (2 Mei 1998)
dengan demonstrasi besar-besaran.
Demonstrasi itu berubah menjadi kerusuhan
saat para demonstran terlibat bentrok dengan petugas keamanan. Di
Universitas Pasundan Bandung, misalnya, 16 mahasiswa luka akibat
bentrokan tersebut.
5 Mei 1998
Demonstrasi mahasiswa besar – besaran terjadi di Medan yang berujung pada kerusuhan.
9 Mei 1998
Soeharto berangkat ke Kairo, Mesir untuk
menghadiri pertemuan KTT G -15. Ini merupakan lawatan terakhirnya keluar
negeri sebagai Presiden RI.
12 Mei 1998
Aparat keamanan menembak empat mahasiswa
Trisakti yang berdemonstrasi secara damai. Keempat mahasiswa tersebut
ditembak saat berada di halaman kampus
13 Mei 1998
Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi
di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi datang ke Kampus Trisakti untuk
menyatakan duka cita. Kegiatan itu diwarnai kerusuhan.
14 Mei 1998
Soeharto seperti dikutip koran,
mengatakan bersedia mengundurkan diri jika rakyat menginginkan. Ia
mengatakan itu di depan masyarakat Indonesia di Kairo.
Sementara itu kerusuhan dan penjarahan
terjadi di beberapa pusat perbelanjaan di Jabotabek seperti Supermarket
Hero, Super Indo, Makro, Goro, Ramayana dan Borobudur. Beberapa dari
bangunan pusat perbelanjaan itu dirusak dan dibakar.
500 orang meninggal dunia akibat kebakaran yang terjadi selama kerusuhan terjadi.
15 Mei 1998
Soeharto tiba di Indonesia setelah
memperpendek kunjungannya di Kairo. Ia membantah telah mengatakan
bersedia mengundurkan diri. Suasana Jakarta masih mencekam. Toko-toko
banyak ditutup. Sebagian warga pun masih takut keluar rumah.
16 Mei 1998
Warga asing berbondong-bondong kembali ke
negeri mereka. Suasana di Jabotabek masih mencekam Soeharto memanggil
sembilan tokoh Islam seperti Nurcholis Madjid, Abdurrahman Wahid, Malik
Fajar, dan KH Ali Yafie. Dalam pertemuan yang berlangsung selama hampir
2,5 jam (molor dari rencana semula yang hanya 30 menit) itu para tokoh
membeberkan situasi terakhir, dimana eleman masyarakat dan mahasiswa
tetap menginginkan Soeharto mundur.
Permintaan tersebut ditolak Soeharto.
Ia lalu mengajukan pembentukan Komite Reformasi.
Pada saat itu Soeharto menegaskan bahwa ia tak mau dipilih lagi menjadi Presiden.
Namun hal itu tidak mampu meredam aksi massa, mahasiswa yang datang ke Gedung MPR untuk berunjukrasa semakin banyak.
Sementara itu Amien Rais
mengajak massa mendatangi Lapangan Monumen Nasional untuk
memperingati Hari Kebangkitan Nasional.
20 Mei 1998
Jalur jalan menuju Lapangan Monumen
Nasional diblokade petugas dengan pagar kawat berduri untuk mencegah
massa masuk ke komplek Monumen Nasional namun pengerahan massa tak jadi
dilakukan.
Pada dinihari Amien Rais meminta massa
tak datang ke Lapangan Monumen Nasional karena ia khawatir kegiatan itu
akan menelan korban jiwa. Sementara ribuan mahasiswa tetap bertahan dan
semakin banyak berdatangan ke gedung MPR / DPR. Mereka terus mendesak
agar Soeharto mundur.
BJ. Habibie disumpah menjadi Presiden RI ketiga
sumber: dari berbagai sumber
http://mybloggeroperaqq.blogspot.com/2017/12/arsenal-permalukan-crystal-palace.html
BalasHapus♥ ♠ ♦ ♣ OPERAQQ.NET ♥ ♠ ♦ ♣
Kami Hadirkan Permainan Baru 100% FAIR PLAY Dari OperaQQ.org :) 1 ID Untuk 7 Games :
- Domino99
- BandarQ
- Poker
- AduQ
- Capsa Susun
- Bandar Poker
- Sakong Online
Nikmati Bonus-Bonus Menarik Yang Bisa Anda Dapatkan Di Situs Kami OperaQQ.info Situs Resmi, Aman Dan Terpercaya ^^ Keunggulan OperaQQ.net :
- Tingkat Persentase Kemenangan Yang Besar
- Kartu Anda Akan Lebih Bagus
- Bonus TurnOver Atau Cashback 0.3% Di Bagikan Setiap 5 Hari
- Bonus Referral Dan Extra Refferal Seumur Hidup
- Minimal Deposit & Withdraw Hanya 20.000,-
- Tidak Ada Batas Untuk Melakukan Withdraw/Penarikan Dana
- Pelayanan Yang Ramah Dan Memuaskan
- Dengan Server Poker-V Yang Besar Beserta Ribuan pemain Di Seluruh Indonesia,
- Operaqq.net Pasti Selalu Ramai Selama 24 Jam Setiap Harinya.
- Permainan Menyenangkan Dengan Dilayani Oleh CS cantik, Sopan, Dan Ramah.
Fasilitas BANK yang di sediakan :
- BCA
- Mandiri
- BNI
- BRI
- Danamon
Tunggu Apa Lagi Guyss..
Let's Join With Us At Operaqq.net ^^
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
- BBM :D60ED5D7
- WHATSAPP :+855 964 93 0279
- LINE : operaqq
Link Alternatif :
- www.operaqq.net
- www.operaqq.info
- www.operaqq.org
NB : untuk login android / iphone tidak menggunakan www lagi boss ^_^